• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran - PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM BERLALU LINTAS SISWA SMK TUJUH LIMA 1 PURWOKERTO (Studi Deskriptif Analisis terhadap siswa SMK Tujuh Lima 1 Purwoker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran - PERAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENINGKATKAN KESADARAN HUKUM BERLALU LINTAS SISWA SMK TUJUH LIMA 1 PURWOKERTO (Studi Deskriptif Analisis terhadap siswa SMK Tujuh Lima 1 Purwoker"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

Belajar adalah proses yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman individu dan bukan karena proses perubahan fisik. Chance 1979 dalam (Winarno 2013: 72) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar sering juga didefinisikan sebagai perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang disebabkan oleh latihan atau pengalaman. Andersen 2000 dalam (Winarno 2013: 72) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagi hasil dari pengalaman. Belajar menurut Gagne & Brigges dalam Dahar (1989) dalam (Winarno 2013: 72) dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai dari akibat dari pengalaman. Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan tingkah laku pada diri individu yang sedang belajar

(2)

Dari konsep belajar muncul istilah pembelajaran, Made Wena 2009 dalam (Winarno 2013: 72) mengartikan pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Gagne dan Brgges dalam (Winarno 2013: 72) mendevinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian evenst (kondisi, peristiwa, kejadian, dan sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses pembelajaranya bisa berlangsung mudah.

Pembelajaran adalah suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik atau pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik atau pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut, pertama, pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran atau alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remidial dan pengayaan). Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, proses tersebut meliputi:

a. Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan pengajaran (lesson plan) berikut penyiapan alat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat evaluasi.

b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang

telah dibuatnya.

(3)

Pengertian pembelajaran berikutnya dikemukakan oleh Mohammad Surya (Bahruddin : 3-7) sebagai berikut :

“pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya”.

Inti dari pengertian tersebut bahwa belajar adalah proses yang dilakukan individu dalam berinteraksi dengan lingkungan (Sumber Pembelajaran). Sedangkan Gagne 1992 (Bahruddin : 3-7) mendefinisikan pembelajaran sebagai berikut

“instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated”

Intinya pembelajaran adalah serangkaian aktifitas atau kegiatan yang difasilitasi untuk terjadinya perubahan perilaku. Dengan demikian maka guru adalah sebagian dari lingkungan pembelajaran yang memiliki tugas utama sebagai fasilitator pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kegiatan yang dilakukan guru, seperti halnya pada konsep mengajar. Pembelajaran mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide, maupun kombinasi dari bahan-bahan itu.

(4)

dan pengetahuan, penguasaan pengetahuan, serta pembentukan sikap dan kepribadian kepada peserta didik.

2. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan falsafah bangsa dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut penjelasan pasal 39 Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatakan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara (Tanireja, 2013: 3)

Dalam Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 secara normatif dikemukakan bahwa “Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas, 2007)

(5)

diorganisasikan dan disajikan secara psikologis dan ilmiah untuk ikut mencapai salah satu tujuan pendidikan IPS

Somantri (2001:166) menjelaskan PKn sebagai usaha dasar yang dilakukan secara ilmiah dan psikologis untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik agar terjadi internalisasi moral Pancasila dan pengetahuan kewarganegaraan untuk melandasi tujuan pendidikan nasional, yang diwujudkan dalam integritas pribadi dan perilaku sehari-hari

Cogan dalam Somantri 2001 dalam (Winarno 2013: 71) menyatakan pembelajaran PKn merupakan proses pendidikan secara utuh dan menyeluruh terhadap pembentukan karakter individu sebagai warga negara yang cerdas dan baik. Kaitanya dengan PKn indonesia, Kosasih Djahiri (2006) dalam (Winarno 2013: 71) menyatakan pembelajaran PKn adalah progran pendidikan yang secara programatik prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) dan membudayakan (culturing) serta memberdayakan (empowering) manusia/anak didik (diri dan lingkungannya) menjadi warga negara yang baik dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(6)

konteks pencapaian tujuan pendidikan nasional, PKn secara substantif-pedagogis menyentuh semua esensi tujuan pendidikan nasional mulai dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, ahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. PKn sebagai pendidikan nilai memiliki kontribusi terhadap semua substansi tujuan pendidikan nasional tersebut, terutama dalam terciptanya smart and good citizen.

Dengan tuntutan perkembangan masyarakat dan kehidupan bernegara yang demikian maju dengan segala tantangannya, Pendidikan Kewarganegaraan pada masa sekarang ini memiliki misi sebagai berikut: 1) PKn sebagai pendidikan politik, 2) PKn sebagai pendidikan nilai, 3) PKn sebagai pendidikan Nasionalisme, 4) PKn sebagai pendidikan Hukum, 5) PKn sebagai pendidikan Multikultural, 6) PKn sebagai pendidikan Resolusi Konflik. Maftuh dalam Isep (2013:14)

(7)

(2013: 108) menjelaskan orang termasuk kedalam komponen sumber belajar. Yang dimaksut orang disini adalah manusia yang berperan sebagai pencarai, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya: guru, dosen, pustakawan, petugas labaratorium, instruktur, widyaiswara, pelatih olahraga, tenaga ahli dan masih banyak lagi, bahkan termsauk siswa itu sendiri.

Manam serta Yelon and wainstein dalam Mulyasa (2011:36-64) dapat dilihat bahwa peran guru pendidikan kewarganegaraan meningkatkan kesadran hukum berlalulintas dapat melalui perannya sebagai pengajar. Mulyasa (2011:38) mengatakan guru sebagai pengajar diantaranya guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kopetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.

(8)
(9)

guru pendidikan kewarganegaraan, dan cerita yang dibewakan oleh guru pendidikan kewarganegaraan. Berikut adalah penjelasannya:

a. Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran (instrucktional materials) adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kopetensi yang ditetapkan Komalasari (2013:28). Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran.

Dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa, guru pendidikan kewarganegaraan menggunakan materi yang ada dalam buku pelajaran karena didalamnya terdapat materi “sistem hukum dan peradilan di indonesia”

yang merupakan materi tentang hukum. Materi ini dapat dikaitkan dengan kesadaran hukum berlalu lintas krena materi ini membahas mengenai Sistem hukum di indonesia, peran lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan kedamaian, menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum (Buku Siswa Kurikulum 2013)

(10)

berlalu lintas dengan diberi contoh sikap yang melanggar lalu lintas dan yang tertib berlalu lintas oleh pelajar. Pelanggaran lalu lintas tersebut merupakan dampak dari tidak dilakukannya hukum. Ketika hukum tidak dipatuhi atau dilaksanakan maka yang akan terjadi adalah kekacauan disemua bidang kehidupan. Setiap orang akan berbuat seenaknya, atau menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, sehingga keamanan, ketentraman dan ketertiban sulit terwujud. Supaya hal tersebut tidak terjadi, maka harus diupayakan dilakukannya proses perlindungan dan penegakkan hukum.

Keberhasilan proses perlindungan dan penegakkan hukum tidaklah semata-mata menyangkut ditegakkannya hukum yang berlaku, akan tetapi menurut Soerjono Soekanto dalam buku siswa kelas XI Kurikulum 2013, hal tersebut bergantung dari beberapa faktor, antara lain:

(11)

raya harus mematuhi dan bersedia menerima sanksi apabila melakukan pelanggaran.

2) Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang secara langsung terlibat dalam penegakkan hukum. Dalam hal menertibkan lalu lintas, terdapat polisi lalu lintas yang menindak pelanggaran lalu lintas yang terjadi dijalan raya.

3) Masyarakat, yakni masyarakat lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Maksutnya warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan pentingnya dan perlunya hukum yang berlaku, serta mentaati hukm yang berlaku dengan penuh kesadarn akan penting dan perlunya hukum bagi warga masyarakat. Dalam hal ini masyarakat harus mengetahui dan memahami peraturan lalu lintas, serta menaati dan menyadari pentingnya peraturan tersebut demi terwujudnya ketertiban di jalan raya. 4) Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakkan hukum.

5) Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya. Dalam hal ini kebudayaan mencakup hal-hal yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.

Sub-bab B “peran lembaga penegak hukum dalam menjamin keadilan dan

kedamaian ”, diantaranya adalah peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.

(12)

keamanan dalam negri. Dalam memelihara keamanan dan ketertiban di jalan raya terdapat polisi lalu lintas yang bertugas.

Sedangkan dalam sub-bab C. “menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum” dalam materi ini siswa diberikan contoh-contoh perilaku yang sesuai

dengan hukum dalam lingkungan bangsa dan negara serta contoh-contoh perilaku yang melawan hukum. Dalam materi ini juga siswa diberikan gambaran tentang sangsi dan macam-macam sangsi akibat dari sikap yang melawan hukum. (Buku Siswa Kurikulum 2013).

Selain materi yang ada di buku pelajaran, adapula meteri yang didapat dari “wokshop sosialisasi Pengintegrasian Pendidikan Lalu lintas SMA/SMK tahun

2013 (salatiga, 22-25 April 2013)” yang diadakan oleh pemerintah untuk disisipkan dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Sosialisasi tersebut diberikan kepada guru pendidikan kewarganegaraan kemudian guru meneruskan kepada siswa di sekolah. Materi tersebut antara lain:

1) Materi Tentang Etika Berlalu lintas

(13)

memastikan lampu-lampu berfungsi seperti: lampu sign, lampu utama, lampu rem, 5) memeriksa kondisi ban baik bandepan maupun ban belakang seperti: ketebalan alur ban, tekanan angin, 6) menggunakan helm SNI, 7) memastikan membawa kelengkapan administrasi seperti: SIM, STNK.

Selain itu ada hal-hal yang membahayakan dalam berlalu lintas, diantaranya 1) mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi/ kebut-kebutan dijalan umum, 2) mengemudikan kendaraan dalam keadaan lelah dan mengantuk, 3) mengendarai sambil membaca SMS atau mengguanakan HP, 4) mengemudikan kendaraan dengan cara zigzag melanggar APIL (Alat Pemberi Isyarat Lalulintas) menyalip/ mendahului kendaraan lain pada tikungan tertutup atau pandangan tidak bebas.

(14)

Ketika di treaffic light yang harus dilakukan yaitu: 1) mematuhi arti lampu lalu lintas, 2) bagi kendaraan yang akan belok kanan harus mengambil lajur kanan, 3) berhenti pada garis berhenti, 4) bagi kendaraan yang lurus harus mengambil lajur tengah, 5) bagi kendaraan yang akan belok kiri mengambil lajur kiri, atau bisa langsung belok kiri pada setiap persimpangan jalan kecuali ditentukan lain oleh rambu/ APIL yang mengatur langsung belok kiri, 6) lokasi/ tempat dilarang berhenti meski tidak ada rambu larangan berhenti: berhenti diatas jembatan, berhenti dipersimpangan, berhenti pada tikungan, berhenti pada tanjakan/ turunan, berhenti didepan pitu rumah/ gedung.

2) Materi Tentang Kecelakaan Lalul intas

Maksud dan tujuan materi ini adalah agar siswa dapat mengetahui dam memahami hal apasaja yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan siswa dapat berlalu lintas dengan baik sehingga terhindar dari bahaya kecelakaan lalulintas. Dalam materi ini guru pendidikan kewarganegaraan membahas tentang berberapa penyebab kecelakan lalu lintas, antara lain: faktor pengemudi, faktor kendaraan, faktor alam.

3) Materi Tentang Pengaturan Lalu lintas

(15)

tiupan pendek berulang-ulang (lebih dari dua kali) berarti meminta perhatian maupun sebagai peringatan bagi pengguna jalan. Isyarat peluit tidak berdiri sendiri melainkan mempertegas gerakan tangan dan isyarat peluit dapat diberikan mendahului, bersama-sama atau mengikuti gerakan tangan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa materi yang berkaitan dengan kesadaran hukum berlalu lintas tidak hanya dari buku siswa saja, namun ada pula tambahan materi yang didapatkan melalui workshop, atau sosialisasi. Materi tersebut dapat digunakan oleh guru untuk memberi pengetahuan kepada siswa mengenai tertib berlalu lintas, dan dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa.

b. Media Pembelajaran.

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Maka umumnya

(16)

mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar. Garlach & ely dalam Arsyad (2007:3) mengatakan bahwa media apa bila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, potografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yaitu media yang memiliki ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga media proyeksi seperti slide, filem, strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran Sudjana dan Rivai (2010:3-4).

Arsyad (2007:26) menerangkan manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran didalam proses belajar mengajar sebagai berikut:

(17)

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu. a) Objek atau benda terlalu besar untuk ditampilkan secara langsung di ruang

kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio atau model. b) Objek atau benda terlalu kecil yang tidak tampak oleh indra dapat disajikan

dengan bantuan mikroskop, film, slide atau gambar.

c) Kejadian langka yang terjadi dimasalalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal.

d) Objek atau proses yang sangat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara kongkrit melalui film, gambar, slide atau simulasi komputer.

e) Kejadian atau percobaan yang membahayakan dapat disimulasikan melalui media komputer, film dan video.

f) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memerlukan waktu lama seperti proses kepongpong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

(18)

memungkinkan terjadi interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karya wisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.

Sudjana dan Rivai (2010:6) menjelaskan peranan media dalam proses pembelajaran, antara lain:

1) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaiakan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.

2) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Palingtidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau simulasi belajar siswa.

3) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari oleh siswa baik individu maupun klompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

Melalui berbagai metode dan media pembelajaran, siswa akan dapat banyak berinteraksi secara aktif dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki siswa. barangkali perlu direnungkan kembali ungkapan populer yang mengatakan: “saya mendengar saya lupa, saya melihat saya ingat, saya berbuat

maka saya bisa” Komalasari (2013:111).

(19)

proyeksi antara lain film atau video. Video dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup memberinya daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan invormasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep rumit, mengajarkan keterampilan Arsyad (2007:49). Selain video adapula media foto. Foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari suatu objek atau situasi Arsyad (2007:106). Menurut Sudjana dan Rivai (2010:74) dalam memilih gambar fotografi memiliki kriteria, diantaranya yaitu gambar fotografi itu harus memadai, artinya pantas untuk tujuan pengajaran. Untuk meningkatkan kesadaran hukum berlalulintas dapat disajikan seperti dibawah ini:

Gambar 1 gerakan isyarat tangan

(20)

Kemudian dibawah ini adalah foto yang menggambarkan kondisi jalan yang dapat menjadi faktor terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Gambar 2 jalam berlubang

(Sumber: Materi Tentang Kecelakaan Lalu Lintas, Workshop Sosialisasi Pengintegrasian Pendidikan Lalu Lintas SMA/SMK Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, Salatiga, 22-25 April 2013)

Gambar 3 contoh perilaku tertib berlalulintas

(Sumber: Buku siswa kelas XI Kurikulum 2013)

Tidak hanya gambar dan foto, namun film atau video yang merupakan media proyeksi dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan kesadran hukum berlalu lintas siswa. film dan video yang digunakan dapat berupa video yang bertemakan tertib lalu lintas, dan pelanggaran lalu lintas.

(21)

1) Dengan mengguanakan gambar, foto dan film atau video yang terkait dengan lalu lintas, diantaranya tertib berlalu lintas, pengaturan lalu lintas dan lain-lain dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

2) Gambar, foto, filem atau video tersebut dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motifasi untuk selalu tertib berlalu lintas.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indra, ruang dan waktu. a) Sepeda motor, rambu lalu lintas, maupun jalan raya terlalu besar untuk

ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, maupun film atau video.

b) Percobaan untuk tertib mengendarai sepeda motor yang dapat membehahayakan apabila dilakukan dalam kelas sehingga dapat disimulasikan dengan media film atau video.

(22)

c. Metode Pembelajaran.

Komalasari (2013:56) menerangkan metode pembelajaran sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan, antara lain ceramah, demonstrasi, diskusi, simulasi, laboratorium, pengalaman lapangan, brainstorming, debat, symposium, dan sebagainya. Sementara Wildan dalam jurnalnya yang berjudul (Pelaksanaan Pendidikan Politik Di Sekolah Dalam Meningkatkan Kesadaran Politik Siswa) menyebutkan bahwa penggunaan metode pembelajaran dilakukan dengan pertimbangan agar siswa menjadi tertarik terhadap pelajaran dan akhirnya dapat berpartisipasi dalam pembelajaran.

(23)

dengan jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan. 2) Organisasi kelas sederhana, dengan berceramah persiapan satu-satunya yang diperlukan oleh guru ialah buku cetak/bahan pembelajaran. Selain itu diskusi juga merupakan metode yang digunakan oleh guru pendidikan kewarganegaraan. Guru pendidikan kewarganegaraan dapat mengajak siswa mendiskusikan gambar, foto, film atau video yang telah ditayangkan olehnya maupun mendiskusikan kejadian yang terkait ketertiban berlalu lintas yang ada dalam masyarakat.

Selain melalui metode diatas guru pendidikan kewarganegaraan dapat menigkatkan kesadran hukum berlalu lintas siswa melalui metode simulasi dan pengalaman lapangan. Seperti yang diungkapkan oleh Wildan dalam jurnalnya yang berjudul (Pelaksanaan Pendidikan Politik Di Sekolah Dalam Menngkatkan Kesadaran Politik Siswa) yang mengemukakan bahwa dengan pembelajaran di luar kelas siswa belajar mempraktekkan langsung teori yang didapat ketika pembelajaran dilakukan didalam kelas. Praktek tersebut bisa dilakukan dalam bentuk simulasi. Dengan melakukan simulasi siswa akan lebih faham dan menjadi lebih mengerti tentang materi yang diberikan.

(24)

Dapat disimpulkan apa bila guru pendidikan kewarganegaraan menggunakan metode yang tepat dalam mengajarkan tertib berlalu lintas, maka akan semakin banyak pula informasi yang diserap oleh siswa, sehingga dapat meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa.

d. Sumber Belajar.

Menurut Association For Educational Comunication and Technologi (AECT, 1977) dan Banks dalam Komalasari (2013: 108), sumber pelajaran adalah segala sesuatu atau daya yang adapat dimanfaatkan oleh guru, baik terpisah maupun dalam bentik gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi tujuan pembelajaran.

Komalasari (2013:108) menerangkan komponen sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan atau latar.

1) Pesan, adalah ajaran atau informasi yang akan disampaikan oleh komponen belajar lain, dapat berupa ide, fakta, ajaran, nilai, dan data.

2) Orang adalah manusia yang berperan sebagai pencarai, penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contohnya: guru, dosen, pustakawan, petugas labaratorium, instruktur, widyaiswara, pelatih olahraga, tenaga ahli dan masih banyak lagi, bahkan termsauk siswa itu sendiri.

(25)

4) Alat, adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk menyajiakn pesan yang terdapat pada bahan. Contohnya: OHP, tape recorder, video player, proyektor slide, proyektor film, komputer.

5) Teknik, prosedur atau langkah-langkah yang disiapkan dalam menggunakan

bahan, alat, lingkungan dan orang untuk menyampaikan pesan. Misalnya: demonstrasi, praktikum, diskusi, pembelajaran madiri, sistem pembelajaran terbuka/jarak jauh, tutorial tatap muka dan lain-lain.

6) Latar/ lingkungan adalah situasi disekitar terjadinya proses belajar mengajar dimana pembelajar manerima pesan. Lingkungan dibagi menjadi dua macam, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Contoh lingkungan fisik: gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, aula, pasar, kenun, bengkel, pabrik dan lain-lain. Contoh lingkungan non fisik: tata ruang belajar, ventilasi udara, kebisingan,ketenangan, lingkungan belajar dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan Komalasari (2013:108) di atas, komponen sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan atau latar dan komponen tersebut dapat meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa.

1) Pesan. Yang dimaksut adalah ajaran atau informasi yang terkait dengan kesadaran hukum berlalu lintas.

(26)

3) Bahan. Dalam hal ini adalah buku teks, video maupun film yang mengandung pesan-pesan yang terkait dengan kesadaran hukum berlalu lintas.

4) Alat. Dalam hal ini adalah komputer atau proyektor digunakan untuk menyajikan pesan yang tersimpan dalam bahan.

5) Teknik. Dalam hal ini adalah diskusi yang terkait materi tentang tertib berlalu lintas, maupun mendiskusikan tayangan film/video yang ditampilkan.

6) Latar/lingkungan. Dalam hal ini adalah ruang kelas.

Fungsi sumber belajar adalah sebagai berikut: a. Sumber informasi dalam proses pembelajaran, b. Mengatasi keterbatasan pengalaman belajar, c. Melampaui batas ruang kelas, d. memungkinkan interaksi langsug, e. memungkinkan keseragaman pengamatan, f. menenemkan konsep baru, g. membengkitkan minat baru, h. membangkitkan motivasi, i. memberikan pengalaman menyeluruh. Komalasari (2013:114)

Menurut Jarolimek dalam Komalasari (2013:116), sumber belajar dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu readingmaterials and resource (materi dan sumber bacaan meliputi buku teks, ensiklopedia, buku referensi, internet, majalah, pamphlet, surat kabar, kliping, brosur perjalanan, dan beberapa materi yang dicetak/ diprint, dan non reading material and resources (materi dan bukan sumber bacaan) meliputi gambar, film, rekaman, darma wisata, dan sumber masyarakat.

(27)

1) Materi Bahan Bacaan (Reading Materials)

a) Buku Teks. Sjamsuddin dalam Komalasari (2013:42) mengemukakan bahwa secara umum buku teks (teksbook) dapat diartikan sebagai buku ajar yang menjadi pegangan utama dalam proses pembelajaran (learning) dan pengajaran (teaching) yang digunakan oleh para siswa. dalam hal ini adalah buku teks pendidikan kewarganegaraan yang terlebih dahulu diperiksa oleh depdiknas untuk mendapat izin.

b) Buku Referensi Lain. Komalasari (1013:118) menerangkan buku referensi dapat berupa peraturan perundang-undangan, meliputi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah dan lain-lain. Dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalulintas, guru pendidikan kewarganegaraan menggunakan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

c) Internet. Guru pendidikan kewarganegaraan mengunakan internet untuk mencari sumber bahan ajar. Contoh tertib berlalu lintas maupun pelanggaran lalu lintas sangat mudah ditemukan diinternet.

2) Materi Bukan Bacaan (Non Reading Material)

a) Gambar-gambar, foto, ilustrasi. Dengan gambar akan memberikan makna pembelajaran lebih hidup,

(28)

c) Sumber Masyarakat. Komalasari (2013:125) mengatakan bahwa model pembelajaran dengan menggunakan masyarakat atau laingkungan sebagai sumber belajar, memiliki manfaat yang sangat besar yakni memberikan motivasi besar, mengarahkan aktifitas belajar siswa, memperkaya pengetahuan dan informasi, meningkatkan hubungan sosial, memperkenalkan lingkungan, menumbuhkan sikap dan apresiasi terhadap lingkungan sekitarnya. Dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa guru pendidikan kewarganegaraan dapat menggunakan polisi sebagai sumber belajar pendidikan lalu lintas dengan cara mengunjungi kantor polisi terdekat untuk melakukan wawancara.

Komalasari (2013:111) menerangkan peran guru adalah menyediakan, menunjukkan, membimbing, dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada.

Dari uraian diatas dapat diuraikan bahwa sumbe belajar yang tepat dapat mendukung guru pendidikan kewarga negaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa.

(29)

Dilihat dari pendepat Mulyasa diatas bahwa guru pendidikan kewarganegaraan adalah orang yang tepat untuk menasihati siswa, termasuk menasihati agar siswa selalu menaati peraturan lalu lintas yang ada. Selain itu apabila menemukan siswa yang melanggar peraturan lalu lintas, guru pendidikan kewarganegaraan menegurnya dan memberi nasihat agar siswa tersebut tidak mengulangi perbuatannya lagi.

Kemudian guru pendidikan kewarganegaraan meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas melalui pengalaman yang telah lalu guru menerjemahkan pengalamannya yang telah lalu kedalam kehidupan bermakna peserta didik. Mulyasa (2011:45) mengatakan unsur yang hebat dari manusia adalah kemampuannya untuk beajar dari pengalaman orang lain.

Dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa, guru pendidikan kewarganegaraan menceritakan pengalaman yang menarik dimasa lalunya yang terkait pendidikan lalu lintas kepada siswa didalam kelas. Dengan pengalaman yang guru ceritakan siswa dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari cerita tersebut.

(30)

Sebagai teladan tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru pendidikan kewarganegaraan akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkunganny yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru.

Semua norma tidak mesti guru berikan di keas, diluar kelaspun sebaiknya guru contohkan melalui sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Pendidikan tidak semata-mata dengan perkataan tapi dengan sikap, tingkah laku, dan perbuatan. Djamarah (2010:35). Maka dari itu guru pendidikan kewarga negaraan harus mencontohkan tata cara berlalu lintas yang baik didalam kehidupan sehari-hari. Misalkan guru pendidikan kewarganegaraan selalu menggunakan helem saat berkendara. Hal yang sederhana itu dapat menjadi tauladan bagi peserta didik.

Darmiyati Zuchdi dalam artikelnya yang berjudul “Metode Pembelajaran

dan Evaluasi Pendidikan Nilai” mengungkapkan bahwa dalam pendidikan nilai,

(31)

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan kewarganegaraan sebagai seorang yang menjadi sorotan siswa senantiasa memberi contoh yang baik, terutama dalam berkendara/ berlalu lintas, sehingga perilakunya tersebut dapat dijadikan tauladan bagi siswa.

PKn sebagai pendidikan hukum ini berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan untuk membina siswa sebagai warga negara yang memiliki kesadaran hukum yang tinggi, yang menyadari akan hak dan kewajibannya dan memiliki kepatuhan terhadap hukum, sehingga mampu mempertahankan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat. Karena salah satu paradigma hukum adalah hukum dianggap sebagai perwujudan nilai-nilai yang mengandung arti, bahwa kehadirannya adalah untuk memajukan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat (Rahardjo, 2010:66) dalam Isep 2013.14

Seperti yang dikemukakan Sapriya 2007 : 28 dalam (Isep 2013.14.15.) bahwa :

“PKn berperan dalam membangkitkan kesadaran hukum, karena itu di beberapa negara nama yang dimaksud bukan civic education, tetapi law education, bahkan street law education”.

(32)

masalah-masalah, khususnya masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Isep 2013.14

Hal tersebut sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 yang menerangkan ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi, hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Repubik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

b. Norma, humum, dan peraturan, meliputi tertib dan kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

c. Hak asasi manusia meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

(33)

e. Konstitusi negara meliputi, proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan, desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan idiologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai idiologi terbuka.

h. Globalisasi meliputi globalisasi dilingkungannya, politik luarnegri Indonesiadi era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

(34)

3. Kesadaran Hukum

a. Pengertian Hukum

Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat terkontrol, hukum merupakan alat untuk menghasilkan keteraturan dalam masyarakat, agar dapat terwujud keseimbangan dalam masyarakat dimana masyarakat tidak bisa bebas sebebas-bebasnya dalam bermasyarakat, mesti ada batasan agar ketidak bebasan tersebut dapat menghasilkan keteraturan. Ada berbagai macam definisi hukum dari para ahli diantaranya adalah :

Borst dalam Soeroso (2008 : 27- 38) mendefinisikan:

“Hukum ialah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat, yang pelaksanaanya dapat di paksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan.”

Dari definisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Hukum, ialah merupakan peraturan atau norma yaitu petunjuk atau pedoman hidup yang wajib ditaati oleh manusia. Dengan demikian hukum bukan kebiasaan.

(35)

3) Pelaksanaan peraturan hukum itu dapat dipaksakan artinya bahwa hukum mempunai sanksi, berupa ancaman dengan hukuman terhadap si pelanggar atau merupakan ganti-rugi bagi yang menderita.

Kansil (1989:38) dalam buku beliau yang berjudul “Pengantar Ilmu

Hukum Dan tata hukum Indonesia” menyebutkan beberapa sarjana hukum

Indonesia yang telah berusaha merumuskan pengertian hukum, di antaranya adalah:

1) Amin, merumuskan hukum sebagai:

“Kumpulan-kimpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sangsi itu di sebut hukum, dan tujuan hukum itu adalah mengadakan ketertibah dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan ketertiban terpelihara.”

2) Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto mendefinisikan:

“hukumitu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran masa terhadar peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan yaitu dengan hukuman tertentu.

3) Tirtaatmidjaja, menegaskan bahwa:

“hukum ialah semua aturan (Norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan itu akan membahayakan dirisendiri/harta, umumnya akan kehilangan kemerdekaanya.”

(36)

b. Tujuan Hukum

Berkenaan dengan tujuan hukum maka, kita akan mengenal beberapa pendapat para ahli hukum tentang tujuan hukum yang diantaranya sebagai berikut: Wirjono Prodjodikoro dalam Soeroso (2008:56-59) mengemukakan bahwa tujuan hukum adalah mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat.

Ia mengatakan bahwa masing-masing aggota masyarakat mempunyai kepentingan yang beraneka ragam. Untuk memenuhi keinginan-keinginan tersebut timbul usaha untuk mencapainya, yang mengakibatkan timbulnya bentrokan-bentokan antara bermacam-macam kepentingan para anggota masyarakat. Akibat bentrokan tersebut masyarakat menjadi terguncang dan keguncangan ini harus dihindari. Menghindarkan keguncangan dalam masyarakat inilah sebetulnya maksut daripada tujuan hukum.

Subekti dalam Soeroso (2008:56-59) mengemukakan bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang intinya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan rakyatnya. Pengabdian tersebut dilakukan dengan cara menyelenggarakan “keadilan” dan “ketertiban”. Keadilan ini digambarkan sebagai

suatu keseimbangan yang membawa ketentraman di dalam hati yang apabila melanggar menimbulkan kegelisahan dan guncangan. Keadilan ini menurut “dalam keadaan yang sama dan setiap orang menerima bagian yang sama pula”

(37)

yang ada di dunia ini sudah semestinya menimbulkan dasar-dasar keadilan pada manusia.

Dengan demikian hukum tidak hanya keseimbangan antara berbagai kepentingan satu sama lain, akan tetapi juga untuk mendapatkan keseimbangan antara tuntutan keadilan tersebut dengan “ketertiban” atau “kepastian hukum”.

van Kan dalam Soeroso (2008:56-59) ia ber pendapat bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan tersebut tidak dapat diganggu. Di sini jelas bahwa hukum bertugas untuk menjamin kepastian hukum di dalam masyarakat dan juga menjaga serta mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim sendiri (Eigenrichting is verboden). Tapi setiap perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku.

Dari beberapa pengertian dari para ahli hukum mengenai tujuan hukum maka dapat disimpulkan bahwa tujuan hukum adalah untuk mengatur tingkah laku manusia dalam hubunganya dengan masyarakat agar tercapai keseimbangan agar di dalam hubungan tidak terjadi kekacauan dalam masyarakat.

c. Pengertian Kesadaran Hukum

(38)

perlu melihat beberapa pengertian kesadaran hukum yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah:

Ewick dan Silbey dalam Ali (2013:298) tentang legal consciousness (kesadaran hukum) sebagai berikut:

Istilah “kesadaran hukum” digunakan oleh para ilmuan sosial untuk

mengacu kecara-cara dimana orang-orang memaknakan hukum dan istitusi-institusi hukum, yaitu pemahaman-pemahaman yang memberikan makna kepada pengalaman dan tindakan orang-orang.

Sementara itu menurut Krabbe dalam Ali (2013:299) menyatakan:

“Kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam diri manusia, tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada”

Sedangkan menurut Paul Scholten dalam Ali (2013) Menjelaskan bahwa Kesadaran hukum (rechtsbewustzijn; legal consciousness )yang dimiliki wara masyarakat, belum menjamin bahwa warga masyarakat tersebut akan mentaati suatu aturan hukum atau perundang-undangan. Kesadaran seseorang bahwa mencuri itu salah atau jahat, belum tentu menyebabkan orang itu tidak melakukan pencurian, jika pada saat itu dimana ada tuntutan yang mendesak, misalnya kalau dia tidak mencuri, maka anak satu-satunya yang sedang sakit akan meninggal, karenanya tidak punya biaya pengobatan.

Bagi Ewick dan Silbey, “kesadaran hukum” terbentuk dalam tindakan dan

karenanya merupakan persoalan praktik untuk dikaji secara empiris. Dengan kata lain, kesadaran hukum adalah persoalan hukum sebagai perilaku”, dan bukan

(39)

Soerjono Soekanto, dalam Ali (2013:301) mengemukakan empat indicator kesadaran hukum, yaitu:

1) Pengetahuan mengenai hukum, 2) Pemahaman terhadap hukum, 3) Sikap terhadap hukum,

4) Perilaku hukum.

Dari pengertian para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran hukum adalah adanya keinsyafan, keadaan seseorang yang mengerti betul apa itu hukum, manfaat hukum dan peranan hukum bagi dirinya dan masyarakat di sekelilingnya.

4. Kesadaran Hukum Berlalu Lintas Siswa

Merujuk pada empat indikator kesadaran hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto maka pengetahuan mengenai hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku tertentu yang diatur oleh hukum. Sudah tentu bahwa hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Pengetahuan hukum tersebut erat kaitannya dengan asumsi bahwa masyarakat dianggap mengetahui isi suatu peraturan manakala peraturan tersebut telah diundangkan.

(40)

dalam berlalu lintas, dan aturan-aturan yang sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Seorang pengendara harus mengetahu adanya aturan lalu lintas yang terdapat dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Indikator yang kedua adalah pemahaman terhadap hukum lalu lintas, diartikan sebagai sejumlah informasi yang dimiliki seseorang mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Dengan kata lain, pemehaman hukum adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan peraturan lalu lintas serta manfaatnya bagi pengendara dan pengguna jalan.

Indikator ketiga adalah sikap terhadap hukum lalu lintas, diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk menerima hukum karena adanya penghargaan terhadap hukum sebagai suatu yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum itu di taati. Sikap positif seseorang terhadap hukum lalu lintas terjadi karena menerimanya dan memandang bahwa hukum berlalu lintas memiliki manfaat bagi pengguna jalan raya.

Indikator keempat adalah perilaku terhadap hukum lalu lintas, perilaku merupakan hal yang utama dalam kesadaran hukum, karena disini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat. setelah mengetahui, dan memahami dari isi aturan lalu lintas, maka seseorang mewujudkannya dalam tindakan melalui perilakunya berupa ketaatan dan ketertiban berlalu lintas. Hasibuan (Unnes Civic Education Journal, 2014: vol. 3 hal: 6)

(41)

kecelakaan di jalan raya. Pada saat pengendara berlaku tertib berlalu lintas maka sebenarnya iya menjaga keselamatan diri sendiri dan sesama pengguna jalan. Hikmah f (jurnal FKIP UNILA,2015 Hal: 5)

a. Pengertian Lalu Lintas

Definisi dari lalu lintas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berjalan bolak-balik, hilir mudik, banyak kendaraan di jalan raya. Sedangkan definisi lalu lintas menurut Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tantang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pasal 1 ayat (2) menjelaskan lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lalu lintas adalah aktifitas manusia di dalam ruang lalu lintas (jalan) baik dengan kendaraan bermotor maupun kendaraan tanpa motor.

b. Tujuan Peraturan Lalu Lintas

(42)

1) terwujudnya pelayanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2) Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3) Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Sedangkan pada BAB III tentang Ruang Lingkup Keberlakuan Undang-Undang Pasal 4

Undang-Undang ini berlaku untuk membina dan menyelenggarakan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui:

1) Kegiatan gerak pindah Kendaraan, orang, dan/atau barang di Jalan;

2) Kegiatan yang menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendukung Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan

(43)

c. Tata Cara Berla Lulintas

Untuk mengatur jalanya gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan maka pemerintah membuat peraturan untuk mengatur jalanya kendaraan dan manusia diruang lalu lintas jalan, dalam pasal 105 telah diatur bahwa Setiap orang yang menggunakan Jalan wajib:

1) Berperilaku tertib; dan/atau

2) Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan Keamanan dan Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan Jalan.

Kemudian secara jelas dalam pasal 106 bahwa tetiap pengendara wajib:

1) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.

2) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki dan pesepeda.

3) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan tentang persyaratan teknis dan laik jalan.

4) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mematuhi ketentuan:

a) rambu perintah atau rambu larangan; b) marka jalan;

c) alat pemberi isyarat lalu lintas; d) gerakan lalu lintas;

(44)

f) peringatan dengan bunyi dan sinar;

g) kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau

h) tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain.

5) Pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan setiap orang

yang mengemudikan Kendaraan Bermotor wajib menunjukkan:

a) Surat tanda nomor kendaraan bermotor atau surat tanda coba kendaraan bermotor;

b) Surat izin mengemudi;

c) Bukti lulus uji berkala; dan/atau d) Tandabukti lain yang sah.

6) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih di jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.

7) Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor beroda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah di jalan dan penumpang yang duduk di sampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.

8) Setiap orang yang mengemudikan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia. 9) Setiaporang yang mengemudikan Sepeda Motor tanpa kereta samping

(45)

d. Rambu-Rambu Lalu lintas

Menurut Keputuan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 Tentang Rambu-rambu Lalu Lintas di Jalan, rambu lalu lintas adalah salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf, angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu lalu lintas dibuat untuk menciptakan kelancaran, keteraturan dan keselamatan dalam berkendara. Marka jalan dan rambu-rambu merupakan obyek untuk menyampaikan informasi atau perintah maupun petunjuk bagi pemakai jalan. Berdasarkan jenis dan funginya, maka rambu-rambu lalu lintas dapat dibedakan menjadi empat yaitu:

1) Peringatan

Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya dibagian jalan didepannya. Rambu peringatan ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang disebabkan oleh faktor geografis, geometris, dan permukaan jalan.

(46)

yang berbahaya tersebut tidak dapat diduga oleh pemakai jalan dan tidak sesuai dengan keadaan biasa.

Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 lampiran I adalah 70 macam, mulai dari peringatan tikungan ke kiri sampai Peringatan Bahaya Tanah Longsor.

2) Larangan

Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak sebelum titik larangan dimulai. Rambu larangan dapat dilengkapi dengan papan tambahan.

Bentuk rambu larangan dapat berupa segi delapan sama sisi, segi tigasama sisi dengan titik-titik sudutnya dibulatkan, silang dengan ujung ujungnya diruncingkan, lingkaran dan empat persegi panjang. Adapun warna dasar rambularangan berwarna putih dan lambang atau tulisan berwarna hitam atau merah.

(47)

3) Perintah

Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban dimulai. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban dimulai. Rambu perintah juga dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Warna dasar rambu perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.

Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputusan Mentri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 lampiran I adalah 22 macam, mulai dari Perintah Mengikuti Arah Kiri sampai Batas Akhir Memakai Rantai Pada Ban.

4) Rambu Petunjuk

Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan. Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas. Rambu petunjuk dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dan objek yang dinyatakan pada rambu tersebut dapat dinyatakan dengan papan tambahan.

(48)

untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan di nyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang dan/atau tulisan warna putih. Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan lambang dan/atau tulisan warna putih.

Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan Keputusan Mentri Perhubungan No.KM 61 tahun 1993 lampiran I adalah 64 macam, mulai dari petunjuk persimpangan jalan sampai nama jalan.

Secara keseluruhan jumlah rambu-rambu lalu lintas sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 adalah 205 macam. Hal ini tentu akan sulit bagi pengendara untuk menghafalnya. Namun berdasarkan publikasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian, maka pengendara minimal hendaknya memahami dan mentaati 7 rambu lalu lintas. Hal ini karena pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh pengendara dan merugikan pengguna jalan yang lain adalah melanggar ke 7 rambu tersebut. Adapun ke 7rambu terebut adalah Dilarang Parkir, Dilarang Berhenti, Dilarang Belok, Dilarang Putar Balik, Melebihi Batas Kecepatan, Lampu APILL, dan Dilarang Mendahului.

5) Marka Jalan

(49)

lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas yang membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Berdasarkan fungsinya marka dibedakan menjadi marka membujur, melintang, serong, marka lambang dan marka lainnya.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

a. Penelitian oleh dias febritama (2016), skripsi jurusan politik dan kewarganegaraan fakultas ilmu sosial universitas negri semarang dengan judul “ pelaksanaan pendidikan kesadaran lalu lintas dalam pembelajaran PKn di SMA N 1 welahan” tujuan penelitian ini 1) pelaksanaan pendidikan

kesadaran lalu lintas dalam pembelajaran PKn di SMA N 1 Welahan, 2) hambatan guru PKn dalam melaksanakan pendidikan kesadaran berlalu lintas dalam pelaksanaan pengintegrasian pembelajaran PKn di SMA N 1 Welahan.

(50)

pembelajaran lalul intas dan gambar-gambar lalu lintas, pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan oleh guru PKn dan pada saat tertentu diberikan sosialisasi oleh Polsek kecamatan Welahan berupa praktik tentang 12 gerakan lalu lintas, cara mengemudi yang baik, dan mengenalkan peraturan Undang-Undang lalu lintas. c) Penilaian hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis dan non tes. Metode tes dilakukan pada saat ulangan harian sedangkan non tes yang meliputi penugasan dan tes lisan. 2) Hambatan pengintegrasian pendidikan lalu lintas dalam pembelajaran PKn meliputi hambatan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan hambatan dalam penyampaian pihak Kepolisian. Hmbatan dalam perencanaan pembelajaran berupa kesulitan dalam menyesuaikan RPP sekolah dengan silabus dari Satlantas dan kesulitan dalam merencanakan alokasi waktu pembelajaran. Hambatan dalam evaluasi pembelajaran berupa guru kesulitan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang kesadaran lalu lintas karena penilaian dilakukan dengan tes tertulis yang menyisipkan sedikit soal-soal tentang kesadaran berlalu lintas dan guru tidak dapat melaksanakan pengamatan secara langsung untuk menilai tingkat kesadaran siswa dalam berlalu lintas. Hambatan kepolisian dalam menyampaikan sosialisasi yang dilakukan secara menyeluruh di SMA Negeri 1 Welahan mengakibatkan peserta didik kurang memahami apa yang disampaikan pihak kepolisian.

b. Penelitian oleh Cahyani (2013), skripsi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

(51)

Kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalulintas pada siswa SMP N 1 Mirit kabupaten kebumen”. Tujuan penelitian 1) untuk mengetahui peran guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalulintas siswa, 2) untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru pendidikan kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalulintas siswa, 3) untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru pendidikan kewarganegaraan dalam mengatasi kendala dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalulintas siswa.

(52)

2. Konsep Kesadaran Hukum Berlalu Lintas

a. Penelitian milik widyo budi wicaksono yang berjudul “Studi Tentang Kesadaran Hukum Berla Lulintas Siswa Dalam Menggunakan Helem Berlogo SNI” Berdasarkan hasil analisis data dari penelitian ini dapat disusun

(53)
(54)
(55)

C. Kerangka Pikir

Banyaknya pelanggaran lalu lintas dan adanya kecelakaan diusia pelajar di kabupaten Banyumas dikarenakan kurangnya kesadaran akan pentingnya perilaku tertib berlalulintas. Hal tersebut menjadikan sekolah dalam hal ini melalui pembelajaran PKn harus turut serta dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas siswa. Terlebih lagi PKn merupakan mata pelajaran yang mendidik siswa untuk menjadi warga negara yang baik. Penanaman dan pelaksanaan hak dan kewajiban dapat dilakukan melalui pembelajaran PKn dan kopetensi kewarganegaraan yang dimiliki oleh siswa. sementara kesadaran hukum berlalu lintas merupakan salah satu implementasi dari warga negara yang baik dalam menjalankan hak dan kewajibannya dibidang hukum. Taraf kesadaran hukum berlalu lintas dapat dilihat dari pengetahuan berlalu lintas, pemehaman berlalu lintas, sikap positif dengan aturan berlalu lintas, dan perilaku yang sesuai dengan peraturan lalu lintas. Dalam meningkatkan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan perilaku siswa terhadap lalu lintas, mata pelajaran PKn menjalankan perananya antara lain melalui materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran dan sumber pembelajaran.

(56)

Bagan 1. Kerangka berfikir

Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Pelanggaran lalu lintas di Purwokerto: melanggar rambu-rambu lalu lintas, tidak memakai helm, tidak lengkapnya

surat-surat (SIM dan STNK), dan tidak lengkapnya komponen kendaraan bermotor ( tidak ada sepion, ban

berukuran kecil, modifikasi kendaraan tidak sesuai standar. Dll)

Diatasi SMK Tujuh Lima 1

Purwokerto

Pembelajaran PKn Dampak

Kesadaran hukum berlalu lintas siswa

Pengetahuan/pemahaman hukum lalu lintas

Sikap positif terhadap

Gambar

Gambar 1 gerakan isyarat tangan
Gambar 2 jalam berlubang

Referensi

Dokumen terkait

Adanya UULAJ diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan melaksanakan undang-undang tersebut sebagai pedoman dalam disiplin berlalu lintas, tetapi kenyataannya

diungkapkan dalam penelitian ini adalah tentang hasil belajar murid tentang keselamatan berlalu lintas pada murid kelas 5 SD 1 Bae Kudus dengan memberikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman siswa SMA tentang kesadaran hukum berlalu lintas dengan baik dan benar berdasarkan Undang-Undang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pengembangan dan penilaian kelayakan ahli media dan ahli materi media pembelajaran game

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam meningkatkan kesadaran hukum berlalu lintas pada siswa SMP N 1 Mirit Kabupaten Kebumen

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

dan perhatian dalam memberikan bimbingan, saran dan motivasi kepada peneliti.. Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Prof. Tukiran Taniredja, M.M.,

KESIMPULAN Kegiatan pelaksanana sosialisasi berkendara aman dan perilaku patuh berlalu lintas dilakukan untuk meningkatkan pemahaman siswa SMA Negeri 1 Natar terhadap perilaku