LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyatatan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi pendidikan
Oleh :
ROBERT SILABAN NIM. 081188230131
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
DIKLAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK NEGERI 1
LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR
Disusun dan Diajukan Oleh : ROBERT SILABAN NIM. 081188230131
Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Tesis Pada Tanggal 12 Mei 2011 dan Dinyatakan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi pendidikan
Medan, 12 Mei 2011
Menyetujui, Tim Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd NIP. 19590807 198303 1 033
Pembimbing II,
Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd NIP. 19441030 197603 1 001
Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan,
Prof. Dr. Muhammad Badiran, M. Pd Prof. Dr. Belferik Manullang NIP. 19441030 197603 1 001 NIP. 19471015 197410 1 001
Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd NIP. 19590807 198303 1 033
(Pembimbing I) ...
2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd NIP. 19441030 197603 1 001
(Pembimbing II) ...
3. Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd NIP. 19510801 198003 1 002
(Penguji) ...
4. Prof. Dr. H. Abdul Hamid K, M.Pd NIP. 19580222 198103 1 001
(Penguji) ...
5. Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd NIP. 19631127 198703 1 001
(Penguji) ...
Mahasiswa
Samosir (Studi Empiris di SMK Negeri 1 Lumbanjulu). Tesis, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi dengan hasil belajar siswa yang memiliki motif berprestasi rendah; (3) ada tidaknya interaksi antara strategi pembelajaran dan motif berprestasi siswa terhadap hasil belajar Kewirausahaan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Populasi berjumlah 106 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 71 orang yang terdiri dari 36 orang kelas XITKJ2 diajarkan denganstrategi pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw dan 35 orang kelas XIRPL diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Tes motif berprestasi dilakukan untuk mengelompokkan siswa yang mempunyai motif berprestasi tinggi dan motif berprestasi rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan dilanjutkan dengan statistik inferensial dengan menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf
signifikan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji
persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pada hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan Fhitung = 4.246 > Ftabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05; (2) hasil
belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi lebih baik dari pada hasil belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah, dengan Fhitung = 102.137 > Ftabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05; (3) terdapat interaksi
antara strategi pembelajaran dengan motif berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan Fhitung = 4.993 > Ftabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05.
Technology Studies Program, Post-Graduate Program, State University of Medan, 2011.
This research aims to determine: (1) Entrepreneurship learning outcomes of students taught with cooperative learning strategy jigsaw type compared with students who are taught with cooperative learning strategy STAD type, (2) Entrepreneurship learning outcomes of students who have a motive for high-achieving students with learning outcomes have low achievement motive, (3) the presence or absence of interaction between the learning strategies and student achievement motive on learning outcomes Entrepreneurship.
This research was conducted at SMK Negeri 1 Lumbanjulu KabupatenToba Samosir in even semester of academic year 2010/2011. The total population is 106 people. Sampling was done by cluster random sampling amounted to 71 people consisting of 36 people XITKJ2 class taught by cooperative learning strategy jigsaw type and 35 people
XIRPL class taught by type cooperative learning strategy STAD type. Achievement
motive test performed to classify students who have a motive for high-achieving and low achievement motive. The research method used was a quasi experiment with 2 x 2 factorial design. The statistical test used was the descriptive statistics to present data and proceed with inferential statistics using a two-lane ANOVA with significance level α = 0.05, followed by Scheffe test.. Previously carried out test analysis requirements of normality and homogeneity test
The results showed: (1) Entrepreneurship learning outcomes of students who were taught with cooperative learning strategy jigsaw type is better than learning outcomes of students who are taught Entrepreneurship with cooperative learning strategy STAD type, with Fcount = 4.246 > Ftable = 4.06 at significance level α = 0,05, (2)
Entrepreneurship learning outcomes of students who have high achievement motive is better than the results of students studying Entrepreneurship who have low achievement motive, with Fcount = 102.137 > Ftable = 4.06 at significance level α = 0.05; (3) there is
interaction between learning strategy and achievement motives in influencing student learning outcomes, with Fcount = 4.993 > Ftable = 4.06 at significance level α = 0,05. This
rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang
berjudul ’’Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motif Berprestasi Terhadap
Mata Diklat Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu’’.
Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik
bantuan moril maupun materil, untuk semua itu penulis tidak dapat membalasnya,
semoga menjadi suatu amal ibadah dan kiranya mendapat balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Negeri Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi
Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Teknologi
Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
5. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I.
6. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II.
7. Bapak, Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd, selaku Dosen Penguji
8. Bapak, Prof. Dr. H. Abdul Hamid K, M.Pd, selaku Dosen Penguji
Teknologi Pendidikan yang telah memberikan pelayanan administrasi.
12.Bapak Drs. Liberty Manurung, MM, Biztel, selaku Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Toba Samosir
13.Bapak Arlen Manurung, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Lumbanjulu
14.Ibu Rosmelia Br Sinaga, M.Pd, selaku guru dan mitra dalam proses pembelajaran
mata diklat Kewirausahaan SMK Negeri 1 Lumbanjulu.
15.Rekan-Rekan Mahasiswa dan yang selalu memberi motivasi terhadap penulis.
16.Keluarga tercinta, Ayahanda T. Silaban dan Ibunda T. Br. Samosir , Istriku Mestika
D. Br. Simamora, S.Pd dan Putra/i ku Dina Silaban,S.Pd, Benny Silaban, S.Si, Irma
N. Br. Silaban, S.Pd dan Daniel Silaban serta saudara-saudaraku, terima kasih atas
segala doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu
perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya
membangun sungguh sangat diperlukan.
Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bukan hanya kepada
penulis tetapi juga kepada pembaca yang membutuhkannya,
Medan, Mei 2011 Penulis,
Abstrak ……….... iv
B. Identifikasi Masalah ……… 15
C. Pembatasan Masalah 16
D. Rumusan Masalah 17
E. Tujuan Penelitian 17
F. Manfaat Penelitian 18
BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN
PENGAJUAN HIPOTESIS 19
A. Kerangka Teoritis 19
1. Hakikat Hasil Belajar Kewirausahaan 19
2. Hakikat Strategi Pembelajaran 30
3. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif 34
4. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 51 5. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 60
6. Hakikat Motif Berprestasi 70
B. Penelitian Yang Relevan 79
C. Kerangka Berpikir 82
1. Perbedaan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Tipe Jigsaw Dengan Strategi
Pembelajaran Tipe STAD 82
2. Perbedaan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Memiliki
Motif Berprestasi Tinggi Dengan Siswa yang Memiliki Motif
Berprestasi Rendah 89
3. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dengan Motif Berprestasi
Terhadap Hasil belajar Kewirausahaan Siswa 92
D. Pengajuan Hipotesis 98
BAB III METODOLOGI PENEELITIAN 100
A. Tempat dan Waktu Penelitian 100
B. Populasi dan Sampel 100
C. Metode dan Rancangan Penelitian 100
2. Validitas Eksternal 107
F. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 108
G. Teknik dan Alat Pengumpul Data 110
1. Instrumen Penelitian 110
2. Uji Coba Instrumen 113
3. Hasil Uji Coba Instrumen 114
4. Skala Angket Motif Berprestasi 116
H. Teknik Analisa Data 117
I. Hipotesis Statistik 117
BAB IV HASIL PENELITIAN 119
A. Data Motif Berprestasi dan Hasil Belajar 119
B. Deskripsi Data Penelitian 120
1. Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 120
2. Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 122 3. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang Memiliki
Motif Berprestasi Tinggi 123
4. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang Memiliki
Motif Berprestasi Rendah 124
5. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki
Motif Berprestasi Tinggi 125
6. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki
Motif Berprestasi Rendah 126
7. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang Memiliki
Motif Berprestasi Tinggi 127
8. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang
Memiliki Motif Berprestasi Rendah 129
C. Pengujian Persyaratan Analisis 130
1. Uji Normalitas 130
2. Uji Homogenitas Varians 134
D. Pengujian Hipotesis 137
1. Perbedaan Hasil belajar Kewirausahaan Antara Siswa Yang Memperoleh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dan Kooperatif Tipe STAD 138
strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi
pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 143
2. Siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi memperoleh Hasil belajar Kewirausahaan yang lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki motif berprestasi rendah 147
3. Terdapat Interaksi Antara Strategi Pembelajaran Dan Motif Berprestasi Dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Kewirausahaan
Siswa 151
F. Keterbatasan Penelitian 158
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 159
A. Simpulan 159
B. Implikasi 161
C. Saran 165
DAFTAR PUSTAKA 167
Lumbanjulu 13
Tabel 2.1 Komponen Strategi Pembelajaran 33
Tabel 2.2 Langkah-langkah Tipe Pembelajaran Kooperatif 48
Table 2.3 Metode Tipe Pembelajaran Kooperatif 48
Tabel 2.4 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 57
Tabel 2.5 Perhitungan Skor Perkembangan 58
Tabel 2.6 Perolehan Skor dan Penghargaan Tim Tipe STAD 58
Tabel 2.7 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 59
Tabel 2.8 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 69
Tabel 2.9 Indikator Motif Berprestasi 79
Tabel 2.10 Perbedaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,
Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 88
Tabel 2.11 Perbedaan Motif Berprestasi Tinggi dengan Moti
Berprestasi Rendah 91
Tabel 3.1 Rancangan Ekesperimen Desain Faktorial 2 x 2 101
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas
Varians sampel Tes Awal dengan Uji Bartlet 102
Tabel 3.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 104
Tabel 3.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 105
Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Kewirausahaan 111
Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Tes Motif Berprestasi 112
Tabel 4.1 Data Motif Berprestasi dan Hasil Belajar Kewirausahaan
Kooperatif Tipe Jigsaw dan Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Yang Menjadi Data Olahan 120
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Pembelajaran Dengan Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw 121
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Pembelajaran Dengan Strategi Pembelajaran
Koperatif Tipe STAD 122
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Untuk
Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi 123
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kelompok Hasil belajar
Kewirausahaan Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah 124
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang
Memiliki Motif Berprestasi Rendah 125
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang
Memiliki Motif Berprestasi Rendah 127
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi
Tinggi 128
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Siswa Yang Memiliki Motif
Berprestasi Rendah 129
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Strategi
Pembelajaran 131
Tabel 4.12 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Motif Berprestasi 131
Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Serta Motif
Berprestasi Tinggi dan Motif Berprestasi Rendah 135
Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians sampel
dengan Uji Bartlet 136
Tabel 4.17 Hasil Statistik Deskriptif 137
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Anava Secara Keseluruhan Data Hasil
Belajar Kewirausahaan 137
Gambar 2.2 Pembentukan Kelompok Jigsaw II 63
Gambar 4. 1 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang DiajarkanDengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw 121
Gambar 4.2 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan
Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 123
Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Kelompok
Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi 124
Gambar 4.4 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang
Memiliki Motif Berprestasi Rendah 125
Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Kelompok Motif BerprestasiTinggi Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw 126
Gambar 4.6 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi Rendah Untuk Perlakuan Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 127
Gambar 4.7 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi Tinggi Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD 128
Gambar 4.8 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi Rendah Untuk Perlakuan Strategi
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 130
Gambar 4.9 Model Interaksi Antara Strategi Pembelajaran dan Motif
Lampiran 2 Kunci Jawaban Tes Awal 178
Lampiran 3 Uji Bartlet Tes Awal 179
Lampiran 4 Silabus SMK Negeri 1 Lumbanjulu 181
Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) Jigsaw 185
Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) STAD 203
Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar 220
Lampiran 8 Jawaban Tes Hasil Belajar 226
Lampiran 9 Lembaran Jawaban Tes Hasil Belajar 227
Lampiran 10 Data Hasil Uji Coba Tes 228
Lampiran 11 Validitas Butir Tes Hasil Belajar Kewirausahaan 232
Lampiran 12 Perhitungan Reliabilitas Tes 234
Lampiran 13 Perhitungan Tingkat Kesukaran Item Soal 240
Lampiran 14 Perhitungan Daya Pembeda Item Soal 238
Lampiran 15 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes 242
Lampiran 16 Angket Motif Berprestasi 246
Lampiran 17 Validitas Instrumen Motif Berprestasi 248
Lampiran 18 Perhitungan Reliabilitas Angket Motif Berprestasi 252
Lampiran 19 Motif Berprestasi Siswa TKJ2 dan RPL 254
Lampiran 20 Skala Angket Motif Berprestasi TKJ2 dan RPL 257
Lampiran 21 Pembagian Anggota Kelompok STAD dan Kelompok
Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas 274
Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas 281
Lampiran 26 Pengujian Hipotesis penelitian 285
Lampiran 27 Tabel Harga Kritik Korelasi Product Moment 292
Lampiran 28 Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors 293
Lampiran 29 Daftar F Luas Dibawah Lengkungan Normal Stándar 294
Lampiran 30 Soal Sebelum Uji Coba 295
Lampiran 31 Riwayat Hidup 301
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara pendidikan
merupakan unsur utama dan yang terpenting. Negara akan maju dan berkembang
apabila diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan menuju arah yang lebih
baik. Kemajuan pendidikan juga akan memberikan dampak positif dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia, sehingga peningkatan kualitas sumber daya
manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia pada era
globalisasi yang menuntut kesiapan setiap kelompok atau individu bersaing secara
bebas, hanya yang berkualitas yang mampu bersaing ataupun berkompetisi.
Menurut (Hakim,2000) peningkatan kualitas sumber daya manusia menyangkut
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir
dan kemampuan lainnya.
Saat ini dunia pendidikan sedang memasuki era yang ditandai dengan
gencarnya inovasi teknologi, pemakaian dan pemanfaatan teknologi di dunia kerja
semakin berkembang sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan
yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.
Miarso (2007:485) mengatakan bahwa “sumber daya manusia merupakan
modal dasar pembangunan terpenting”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk
pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia
dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai
memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang
dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat luas. Selanjutnya Budiningsih (2005) mengemukakan
bahwa sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan
masyarakat masa depan yang dikehendaki seperti kemandirian, tanggung jawab
terhadap resiko dalam mengambil keputusan dan mengembangkan segala aspek
potensinya.
Keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang sangat bergantung
pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan
memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki. Upaya tersebut
dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan
formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur
pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di
dunia kerja, di antaranya melalui jalur pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik
atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap
profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan menjadi
individu yang produktif yang mampu berwirausaha dan dapat menjadi tenaga
kerja menengah serta memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan di dunia
kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat, khususnya
masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan,
tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang
keahliannya.
Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 penjelasan pasal 15 menyebutkan
bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Selanjutnya Schippers & Djadjang (1993:19) berpendapat bahwa “tujuan
pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku
dalam bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja demi
masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa, untuk itu siswa harus dibekali
pengetahuan dan keterampilan yang praktis sebagai bekal yang berguna dalam
rangka memasuki dunia kerja baik di perusahaan maupun sebagai wirausaha”.
Selanjutnya Nolker & Schoenfeldt (1983:132) berpendapat bahwa “tujuan
pendidikan kejuruan adalah untuk melindungi kalangan pekerja dari resiko
kekurangan pekerjaan atau pengangguran”. Hal ini berarti bahwa dalam
pendidikan kejuruan peserta didik akan dibekali dengan berbagai ilmu dan
keterampilan untuk diaplikasikan dalam membuka lapangan pekerjaan atau
berwirausaha. Selanjutnya Ihsan (2003) mengemukakan bahwa sekolah kejuruan
merupakan salah satu jalur pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
bekerja pada bidang tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa fungsi pendidikan
menengah kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik untuk memasuki
lapangan kerja sesuai dengan pendidikan kejuruan yang diikutinya, atau untuk
mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat pendidikan tinggi. Pendapat ini
tenaga kerja sesuai dengan bidangnya juga dapat melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi.
Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan menerapkan
ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success
standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success
standards. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam
memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja,
sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan
pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar hasil belajar nasional ataupun
internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.
Upaya untuk mencapai kualitas pendidikan kejuruan yang sesuai dengan
tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan
dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders.
Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah
kepada pembentukan kecakapan peserta didik berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK
yang meliputi kelompok mata diklat normatif, adaptif dan produktif.
Perhatian pemerintah dan masyarakat cukup serius untuk meningkatkan
mutu pendidikan terutama pendidikan kejuruan agar kesenjangan antara
kebutuhan dan penyediaan (supply and demand) semakin dekat terutama kualitas
tenaga kerja. Hal itu didukung dengan adanya kebijakan pemerintah tentang
keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan dengan
sekolah SMK, menurut Joko Sutrisno, Direktur Pembinaan SMK Depdiknas
bahwa pada tahun 2010 menargetkan pertumbuhan SMK dengan SMA memiliki
perbandingan 50:50, dan pada tahun 2015 komposisi SMK dengan SMA 70:30.
(http://hariansib.com/ update 2 April 2009).
Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada permasalahan dan sorotan dari
berbagai pihak baik oleh masyarakat, pemerintah, dunia usaha, lulusan dan
termasuk tenaga pengajar. Hal ini disebabkan karena mutu pendidikan relatif
masih rendah dan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Indikator
rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari rendahnya kualitas lulusan dihampir
semua jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Indikator lain
menunjukkan bahwa mutu pendidikan kejuruan masih belum baik dan signifikan.
Laporan www.beritajatim.com, menyatakan bahwa pengangguran terbuka
didominasi lulusan SMK sebesar 17,26% dari jumlah pengangguran, disusul SMA
14,31%, Universitas 12,59%, Diploma 11,21%, SMP 9,39%, SD 4,57%.
(www.beritajatim.com, diakses 27 Juli 2009). Hal ini tentu saja menimbulkan
ketidakpuasan masyarakat akan pendidikan di negeri ini yang mana banyak
peserta didik yang tidak mampu mencari dan membuka lapangan pekerjaan
ataupun melanjutkan pendidikan.
Uno (2008:99) berpendapat bahwa “salah satu masalah kehidupan yang
akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah perubahan masa yang akan datang
yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun yang pasti adalah adanya tantangan
yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya berwujud
membekali peserta didik dalam berbagai kompetensi yang dibutuhkan oleh DU/DI
serta memberikan pengetahuan kewirausahaan sejak awal sebagai dasar
berwirausaha.
McClelland seperti yang dikutip Suherman (2008) menyebutkan bahwa
suatu negara akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah
etrepreneurshipnya paling sedikit 2 % dari total jumlah penduduknya. Dalam hal
ini setiap wirausaha tentunya merupakan seseorang yang kreatif dan inovatif.
Sumarno (2007) berpendapat bahwa pendidikan di SMK cenderung pada
pengajaran mata pelajaran dan tidak terfokus pada pencapaian kompetensi yang
sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Lebih lanjut dikatakan bahwa kondisi ini
akan menyebabkan lulusan SMK sulit mendapat pekerjaan yang sesuai dengan
pendidikannya. Siswa SMK banyak yang menjadi pengangguran di pedesaan,
karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Sementara itu mereka merasa malu jika
harus membantu orang tuanya sebagai petani dan pedagang.
Permasalahan pendidikan kejuruan memang tidak sederhana, jika dilihat
dari implementasi link and match antara sekolah dengan DU/DI. Link and match
ternyata belum maksimal terlaksana, salah satu penyebabnya sarana dan prasarana
serta daya tampung industri yang terbatas. Tidak teridentifikasinya kebutuhan
dunia kerja oleh SMK akan semakin berpengaruh terhadap daya serap lulusan
SMK di dunia kerja, karena dunia kerja akan mempekerjakan seseorang yang
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itu sendiri. Dengan demikian SMK
diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja sehingga terjadi link and
Siswa SMK akan dapat memilih beberapa alternatif setelah lulus dan tamat
di sekolah kejuruan seperti melanjutkan pendidikan, mencari pekerjaan atau
membuka usaha (berwirausaha) sesuai dengan disiplin ilmu dan keterampilan
yang dimilikinya. Harapan ini akan terwujud bila selama proses pembelajaran di
sekolah, guru menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dalam
menyampaikan materi pembelajaran secara tepat yang dituangkan dalam bentuk
strategi pembelajaran. Sesulit apapun materi, pada dasarnya siswa akan dapat
mengerti dan memahami secara bertahap jika disampaikan dengan strategi
pembelajaran yang tepat. Selain faktor di atas, faktor dari dalam diri siswa akan
turut mempengaruhi peningkatan kualitas hasil belajarnya. Salah satunya adalah
motif berprestasi yang merupakan dorongan atau penggerak yang adalah dalam
diri sesorang untuk berbuat lebih baik dalam mencapai suatu prestasi tertentu.
Selain bekerja di DU/DI, lulusan SMK juga diharapkan mampu membuka
usaha sendiri secara mandiri sesuai dengan disiplin ilmu dan pengetahuan yang
dimilikinya. Ilmu dan pengetahuan tentang kejuruan yang dimiliki selama di
bangku sekolah, akan sangat bermanfaat dalam merencanakan, membuka,
mengelola dan mengembangkan usaha. Usaha yang dimaksud adalah usaha
sederhana yang dapat mendatangkan keuntungan dan meningkatkan pengetahuan
terutama dalam hal keterampilan (skill) bagi siswa itu sendiri. Namun pada
kenyataannya keadaan yang terjadi kompetensi tersebut masih jauh dari yang
diharapkan, sebagian besar siswa SMK tidak mampu berkompetitif dalam mencari
Penyebab sulitnya lulusan SMK dalam mencari dan membuka lapangan
pekerjaan salah satunya adalah selain rendahnya keterampilan (skill) juga
dibarengi dengan pengetahuan, aplikasi kemampuan serta dorongan untuk
berwirausaha yang relatif masih terbatas. Siswa SMK mengalami kesulitan dalam
hal membuka usaha karena masih rendahnya pengalaman dan kurang inovatifnya
dalam membuat inovasi-inovasi yang baru. Kemampuan dalam segi ekonomi juga
menjadi faktor penyebab sulitnya alumni SMK membuka usaha secara mandiri.
Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini adalah Tipe
pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran
implementasi, kurikulum ini menuntut kemampuan guru dalam memberikan
pengalaman belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena
betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil
atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kemampuan guru
dalam merencanakan dan membuat strategi pengajaran sebagai ujung tombak
implementasi suatu kurikulum.
Kewirausahaan merupakan mata diklat dalam kurikulum KTSP yang
secara khusus membahas masalah wirausaha yaitu mata diklat kewirausahaan.
Mata diklat kewirausahaan diajarkan kepada seluruh siswa SMK dalam berbagai
bidang keahlian. Kewirausahaan merupakan mata diklat yang sangat berpengaruh
terhadap pengembangan kompetensi dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan
untuk setiap bidang keahlian. Dengan mempelajari dan mengaplikasikannya
dalam setiap bidang keahlian masing-masing, akan semakin memperjelas
Mata diklat kewirausahaan secara umum membahas mengenai cara
mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausaha, penerapan sikap dan perilaku kerja
yang selalu ingin maju, merumuskan solusi masalah, mengembangkan semangat
wirausaha, membangun komitmen bagi diri sendiri dan orang lain, mengambil
resiko dalam usaha, membuat keputusan, menunjukkan sikap pantang menyerah
dan ulet, mengelola konflik, membangun visi dan misi usaha, menganalisis
peluang usaha, menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha, menyusun proposal
usaha, mempersiapkan pendirian usaha, menghitung resiko menjalankan usaha,
menjalankan usaha kecil dan mengevaluasi hasil usaha (Silabus KTSP SMK,
2006). Setiap siswa dapat mengembangkan ilmu dan keterampilan
berwirausahanya baik secara individu maupun secara berkelompok dengan
membuka usaha atau unit produksi pada masing-masing bidang keahlian. Sebagai
tujuannya dapat menambah pengalaman serta wawasan tentang aplikasi
pengetahuan serta menggali ide-ide kreatif dan inovatif untuk merencanakan dan
membuat produk-produk baru.
Tuntutan terhadap siswa SMK tidak hanya membutuhkan kemampuan
untuk menguasai kompetensi-kompetensi kejuruan yang ditandai dengan nilai
yang melewati standard. Tetapi akan dibuktikan juga dengan kemampuan untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Salah satu aplikasi yang dapat dilihat
dengan membuka dan mengembangkan usaha sesuai dengan ilmu dan
keterampilan yang dimiliki baik dalam skala kecil maupun skala besar. Untuk
dalam diri siswa untuk berbuat lebih baik dengan penuh semangat dalam
membuka usaha secara mandiri.
Kompetensi tersebut masih belum dimiliki sepenuhnya oleh siswa SMK
karena selama ini bentuk dan strategi pembelajaran yang diberikan oleh guru
hanya sebatas pada penyampaian materi secara bertutur dengan lisan, sehingga
siswa kurang memahami lebih mendalam setiap materi pembelajaran dan belum
mampu menciptakan kerjasama dalam membuka usaha sesuai dengan
keahliannya. Selain itu siswa pada saat menerima materi pelajaran terutama
pelajaran kejuruan selalu dituntut mengikuti segala prosedur dan langkah-langkah
yang telah ditetapkan didalam mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu sehingga
siswa terbiasa mengikuti petunjuk yang ada dan tidak membutuhkan proses
berpikir.
Permasalahan ini dapat diminimalkan apabila guru sewaktu mengajar
menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran yang tepat dan dapat
membantu siswa dalam meningkatkan mutu dan keterampilannya. Menurut
Purwanto (2007) dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya
merupakan faktor yang sangat penting. Selanjutnya Sanjaya (2008) juga
berpendapat bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam
implementasi suatu strategi pembelajaran. Artinya faktor guru juga berpengaruh
dalam hal peningkatan hal belajar siswa. Peranan guru kewirausahaan SMK
diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa.
Sebab dari materi kewirausahaan diharapkan siswa SMK setelah lulus tidak hanya
Pembelajaran mata diklat kewirausahaan selama ini masih sangat jauh dari
yang diharapkan. Pengorganisasian materi selalu menggunakan
kebiasaan-kebiasaan yang lama (secara ekspositori) yaitu dengan menyampaikan materi
pelajaran secara bertutur baik lisan (ceramah) ataupun diskusi tanpa menguraikan
lebih mendalam materi yang dipelajari. Guru mengajar cenderung texk-book
oriented dan belum menekankan pada proses berpikir siswa secara mandiri.
Diskusi yang dibahas kadang tidak sesuai dengan konteks dan isu-isu yang sedang
berkembang dalam masyarakat terutama yang berhubungan dengan
kewirausahaan.
Sebagai akibatnya munculnya kebosanan dan kejenuhan dari siswa untuk
belajar lebih baik. Hal tersebut terjadi karena selama ini materi yang dipelajarinya
tidak menyentuh kebutuhan mereka atau dengan kata lain materi yang dipelajari
tidak relevan dengan pengalaman mereka sehari-hari sehingga dianggap kurang
menantang. Kondisi seperti ini akan membuat siswa semakin kurang memahami
dan mengerti akan hakikat kewirausahaan itu sendiri. Dengan demikian maka
akan berpengaruh juga pada hasil belajarnya yang semakin lama semakin
menurun.
Berdasarkan hal tersebut guru dituntut mengadakan variasi dalam
pembelajaran dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan
penerapan strategi pengorganisasian pembelajaran. Secara umum proses
pelaksanaan pembelajaran di sekolah kejuruan atau SMK, terbagi dalam tiga
kelompok mata pelajaran/mata diklat yaitu kelompok adaptif, normatif dan
SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir adalah salah satu
sekolah kejuruan rumpun teknologi dan industri yang mengelola beberapa bidang
keahlian serta terbagi dalam beberapa program keahlian antaralain bidang
keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Teknik Komputer dan Jaringan
(TKJ).
SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir terus
mengembangkan kualitasnya dengan menambah jumlah guru adaptif, normatif
dan produktif serta sarana dan prasarana praktek pada masing-masing program
keahlian. Selain itu juga kualitas guru dengan cara mengirimkan tenaga pengajar
ke berbagai pelatihan guru yang ada baik di tingkat daerah maupun nasional.
Walaupun demikian, masih terdapat kendala disana-sini dalam hal peningkatan
kualitas hasil belajar siswa. Salah satunya adalah penerapan strategi pembelajaran
yang dilakukan oleh guru masih relatif sederhana dan tidak membangkitkan
aktivitas siswa untuk berbuat lebih banyak sehingga kemampuan mereka dapat
tersalurkan. Padahal di SMK sangat dituntut kemampuan berinovasi terutama
dalam mengembangkan dan menciptakan bentuk-bentuk produk baru dalam
melaksanakan suatu pekerjaan baik selama masih sekolah maupun setelah lulus
dan tamat di sekolah kejuruan .
Hasil survey awal dan data yang didapatkan di SMK Negeri 1 Lumbanjulu
Kabupaten Toba Samosir, ditemukan bahwa guru mata diklat kewirausahaan
pada saat melaksanakan pengajaran hanya sekedar pengenalan dan pemahaman
konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak
dilaksanakan dengan bertutur secara verbal dengan komunikasi lebih banyak satu
arah. Data hasil belajar mata diklat kewirausahaan selama dua tahun terakhir di
sekolah tersebut khususnya bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) disajikan pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu
No Kelas Rata-rata Nilai
TP. 2009/2010 TP. 2008/2009
1 RPL 74.03 76.45
2 TPJ1 73.94 70.56
3 TPJ2 72.59 70.07
4 RPL - 71.11
5 TPJ1 - 74.78
6 TPJ2 - 75.92
Sumber: Dokumen Kumpulan Nilai (DKN) SMK Negeri 1 Lumbanjulu (2010)
Data Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa
berada dalam kategori cukup kompeten dan tidak mencapai target kelulusan hasil
belajar yang sangat kompeten. Kondisi seperti ini sangat berpengaruh besar
terhadap proses pembelajaran selanjutnya, dimana siswa kurang mampu
menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang diterima baik pada saat
melaksanakan Praktek Industri (PI) maupun pada saat memasuki DU/DI atau
membuka lapangan pekerjaan setelah lulus dan tamat di sekolah kejuruan.
Mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu strategi pengorganisasian
pembelajaran yang baru dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan
sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi,
memperoleh pengalaman belajar dalam rangka menumbuhkembangkan
kemampuannya
Panjaitan (2006) menyatakan salah satu implikasi penting dalam mengkaji
keberhasilan siswa dalam belajar adalah perlunya diketahui faktor-faktor apa yang
dapat memberikan kontribusi terhadap hasil belajar, yaitu salah satu kondisi
belajar yang paling bermakna untuk mempengaruhi keefektifan pengajaran adalah
karakteristik pebelajar. Pengajaran akan semakin efektif bila strategi pengajaran
atau proses belajar (PBM) yang digunakan semakin sesuai dengan karakteristik
pebelajar yang diajar.
Salah satu karakteristik siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil
belajar kewirausahaan adalah motif berprestasi. Menurut McClelland (1949)
bahwa motif berprestasi adalah salah satu faktor pokok dalam perilaku wirausaha.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah suatu daya dalam
mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat,
lebih efektif dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.
Untuk itu dalam mempelajari mata diklat kewirausahaan, motif berprestasi sangat
berperan sekali terutama dalam mempelajari dan mengaplikasikan setiap
kompetensi dasar yang ada.
Peserta didik yang mempunyai motif berprestasi akan cenderung belajar
dengan lebih baik, lebih cepat dari sebelumnya karena adanya dorongan dalam
dalam untuk berbuat lebih baik. Purwanto (2007) menambahkan bahwa belajar
merupakan suatu proses yang timbul dari dalam diri peserta didik, maka faktor
. Dengan demikian strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
keadaan siswa seperti ini adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Devision (STAD) dan strategi pembelajaran kooperatif Tipe
Jigsaw. Strategi Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran
yang siswanya dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 5
orang, bekerja secara kolaboratif dengan kelompok heterogen (Slavin,1995),
karena tipe pembelajaran ini merupakan tipe pembelajaran kreatif, inovativ dan
efektif, sehingga dapat memotif belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dari beberapa fenomena di atas, maka dalam penelitian ini upaya untuk
meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa perlu diterapkan strategi
pengorganisasian pembelajaran yang mampu menyampaikan materi kepada siswa
secara lebih mendalam. Strategi pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, strategi pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw dengan memperhatikan motif berprestasi siswa sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan hasil belajarnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan bahwa
masalah-masalah yang esensial dalam dunia pendidikan khususnya sekolah
kejuruan adalah rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar tersebut dapat
dilihat dari nilai hasil belajar dan kualitas lulusan serta kinerja yang ditampilkan
setelah memasuki dunia usaha/dunia industri. Dari fenomena tersebut akan
muncul berbagai pertanyaan menyangkut rendahnya hasil belajar kewirausahaan
Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan selama ini? Apakah strategi
pembelajaran dan penyampaian materi tidak menumbuhkan motif berprestasi
siswa? Apakah strategi pembelajaran untuk pembelajaran kewirausahaan kurang
menarik perhatian siswa? Apakah strategi pembelajaran yang digunakan sudah
sesuai dengan karakteristik siswa? Strategi pembelajaran yang bagaimanakah
yang tepat digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan? Apakah motif
berprestasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa? Bagaimana hubungan
strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan karakteristik siswa dengan hasil belajar siswa? Apakah
strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif
tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa pada mata diklat
kewirausahaan? Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan atau SDM guru mata
diklat terhadap perolehan hasil belajar? Apakah ada interaksi antara strategi
pembelajaran dengan motif berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?
C. Pembatasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, agar
penelitian ini lebih terfokus dan kajian lebih mendalam. Penelitian ini
dilaksanakan berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi pada
masalah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran, yang
dipilah atas strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi
pembelajaran tipe STAD. Karakteristik siswa dalam penelitian ini dibatasi hanya
pada motif berprestasi siswa yang dibagi atas motif berprestasi tinggi dan motif
kognitif mata diklat kewirausahaan, di program Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten
Toba Samosir.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang
dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi
tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih
tinggi dari siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD?
2. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi
rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperarif tipe Jigsaw lebih
tinggi daripada siswa yang yang diajar dengan strategi pembelajaran
kooperatif tipe STAD?
3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan motif
berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar kewirausahaan siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih dan siswa
yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.
2. Hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah
yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperarif tipe Jigsaw dan siswa
yang yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Interaksi antara strategi pembelajaran dan motif berprestasi dalam
mempengaruhi hasil belajar kewirausahaan siswa.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan strategi pembelajaran
dan hubungannya dengan motif berprestasi siswa serta pengaruhnya terhadap hasil
belajar kewirausahaan siswa SMK rumpun Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan
Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
terutama kepada pihak sekolah tentang ada tidaknya pengaruh strategi
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran tipe STAD, serta
motif berprestasi terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa. Bila hasil penelitian
ini menyatakan bahwa kedua strategi pembelajaran (kooperatif tipe Jigsaw, tipe
STAD) memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar kewirausahaan,
maka sekolah/guru dapat menggunakannya dalam pembelajaran terutama untuk
pembelajaran mata diklat kewirausahaan di SMK rumpun Teknik Komputer dan
Jaringan (TKJ) khususnya di SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoritis
1. Hakikat Hasil Belajar Kewirausahaan
Disadari atau tidak didalam kehidupan manusia setiap saat terjadi proses
belajar baik disengaja maupun tidak. Pada hakikatnya individu yang belajar akan
mengalami perubahan perilaku berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pengetahuan menunjuk pada informasi yang tersimpan dalam pikiran, sikap
adalah kemampuan seseorang menerima atau menolak obyek berdasarkan
penilaian terhadap obyek tersebut, sedangkan keterampilan adalah suatu tindakan
atau tingkah laku yang mampu diperlihatkan peserta didik sebagai tanda bahwa
peserta didik tersebut telah belajar.
Hamalik (2008:154) mendefenisikan belajar sebagai perubahan tingkah
laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Lebih lanjut dikatakan
bahwa belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya
dengan makhluk lain. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari
hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah,
di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun
satu hal yang pasti bahwa belajar yang dilakukan manusia senantiasa dilandasi
itikad dan maksud tertentu.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
itu ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan
tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan lain-lain. Tidak semua perubahan
dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan
tingkah laku dalam arti belajar antara lain (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat
kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) bukan bersifat
sementara, (5) mempunyai tujuan/terarah, (6) mencakup seluruh aspek tingkah
laku.
Gagne (dalam Bigge, 1982) mendefenisikan belajar sebagai perubahan
dalam perilaku dalam keterampilan manusia yang dapat dipakai, dan bukan
dianggap berasal dari proses pertumbuhan. Dalam hal ini Gagne memandang
belajar sebagai suatu proses perubahan perilaku akibat pengalaman yang
dialaminya. Lebih lanjut Gagne (1989) membagi hasil belajar dalam lima Tipe
yaitu, (1) informasi verbal, diperoleh dari kegiatan pembelajaran seperti di
sekolah, buku, radio, TV, percakapan orang lain dan lain-lain, (2) ketrampilan
intelektual, memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui
simbol atau gagasan, (3) strategi kognitif, merupakan proses kontrol yaitu proses
internal yang digunakan siswa untuk memilih atau mengubah cara-cara
memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir, (4) sikap, merupakan
pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap lingkungannya, (5) keterampilan motorik, yaitu keterampilan yang tidak
hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang
Sanjaya (2010:112) juga berpendapat bahwa belajar bukanlah sekedar
mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang sehingga munculnya perubahan tingkah laku. Aktivitas mental itu
terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Proses
belajar pada hakikatnya merupakan proses kegiatan mental yang tidak dapat
dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang yang belajar
tidak dapat kita saksikan. Kita hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala
perubahan perilaku yang tampak.
Belajar merupakan suatu proses yang dijalani secara sadar untuk
mendapatkan perubahan, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan ataupun
sikap. Hasil belajar merupakan perolehan prestasi yang dicapai secara maksimal
oleh peserta didik. Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai oleh peserta
didik oleh karena adanya usaha yang sadar yang dilakukan peserta didik untuk
mendapatkan perubahan. Dengan demikian semakin banyak perolehan prestasi
yang dimiliki peserta didik maka semakin tinggi pula tingkat kesanggupan peserta
didik untuk berbuat pada masa yang akan datang.
Gagne seperti yang dikutip Dimyati & Mudjiono (2006) juga menyatakan
bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar merupakan
kapabilitas. Setelah seseorang belajar maka ia akan memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap pengetahuan menunjukkan pada informasi yang
tersimpan dalam pikiran. Belajar menurut Dahar (1989:12) adalah “perubahan
perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman”. Pengalaman yang didapatkan
perilaku yang baru ke arah yang lebih baik. Dari beberapa pendapat ahli di atas,
dapat disimpulkan pengertian belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
baik secara kualitas maupun kuantitas yang dipengaruhi dan diperkuat oleh
lingkungan yang bersifat permanen sebagai akibat dari latihan-latihan.
Dimyati & Mudjiono (2006) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan
hasil dari proses belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai setelah
mengikuti suatu proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilaksanakan
oleh siswa. Sedangkan Nasution (2006) berpendapat bahwa hasil belajar
merupakan apa yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil dari
pembelajaran. Hasil belajar seseorang dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada dirinya dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hasil belajar
adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki pelajar sebagai kegiatan
pembelajaran.
Reigeluth (1983) menyatakan bahwa hasil belajar secara umum dapat
dikategorikan menjadi tiga indikator, yakni: (1) efektivitas pembelajaran yang
biasanya diukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut, (2)
efisien pembelajaran, yang bisanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya
pembelajaran, (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa
ingin belajar secara terus menerus. Secara spesifik, hasil belajar yaitu suatu
kinerja (performance) yang diindikasikan suatu kapabilitas (kemampuan yang
diperoleh).
Menurut Bloom dalam Dimyati & Mudjiono (2006) menyatakan bahwa
pelajar dapat dikategorikan ke dalam tiga ranah yakni kognitif meliputi:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan
pada ranah afektif meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan
sikap, orgnisasi dan pembentukan pola hidup. Kemampuan pada ranah
psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,
gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Ratumanan (2002) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan
mental yang tidak dapat diamati dari luar. Apa yang ada dalam diri seseorang
tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut.
Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menunjukkan kemampuan yang
telah diperoleh melalui belajar. Karenanya berdasarkan perilaku yang ditampilkan
dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar. Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dapat dilakukan
peserta didik akibat pembelajaran yang tertampilkan dalam bentuk perilaku.
Istilah kewirausahaan merupakan terjemahan dari entrepreneurship, yang
dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu syaraf pusat perekonomian
(Suherman, 2008). Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi
setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi dan
keberanian mengahadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk
membentuk dan memelihara usaha baru. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (creatif new and different)
Selanjutnya Suherman (2008:6) memberikan pengertian kewirausahaan
adalah:
semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam hal ini setiap wirausaha tentunya merupakan seseorang yang kreatif
dan inovatif. Selanjutnya dikemukakan ciri-ciri orang yang berjiwa
entrepreneurship adalah: mempunyai visi, kreatif dan inovatif, mampu melihat
peluang, orientasi pada kepuasan konsumen, berani menanggung resiko dan
berjiwa kompetisi, cepat tanggap dan gerak cepat berjiwa sosial dengan menjadi
dermawan.
Untuk hal yang sama (2007:2) Tejasitisna mengatakan bahwa :
Kewirausahaan berasal dari istilah entrepreneurship, sedangkan wirausaha berasal dari kata entrepreneur. Kata entrepreneur, secara tertulis digunakan pertama kali oleh Sauary pada tahun 1723 dalam bukunya "Kamus Dagang". Entrepreneur adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual. Banyak orang yang memberi pengertian entrepreneur dan entrepreneurship, di antaranya sebagai berikut. (1) Ada yang mengartikan sebagai orang yang menanggung risiko. (2) Ada yang mengartikan sebagai orang yang memobilisasi dan mengalokasikan modal. (3) Ada yang mengartikan sebagai orang yang menciptakan barang baru. (4) Ada yang mengartikan sebagai orang yang mengurus perusahaan.
Selanjutnya, (2007:2) Tejasitisna mengatakan : Dengan demikian,
sebenarnya apa yang dimaksud dengan kewirausahaan dan wirausaha itu?
Agar lebih jelas dan ada pegangan, di bawah ini diuraikan beberapa pengertian
kewirausahaan dan wirausaha sebagai berikut: (1) Kewirausahaan adalah
karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan. (2) Kewirausahaan adalah
suatu proses seseorang guna mengejar peluang-peluang memenuhi kebutuhan
dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang
mereka kendalikan (Robin, 1996). (3) Kewirausahaan adalah proses dinamis
untuk menciptakan tambahan kemakmuran. (4) Kewirausahaan adalah proses
menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan
disertai modal jasa dan risiko, serta menerima balas jasa, kepuasan, dan
kebebasan pribadi. (5) Dalam lampiran Instruksi Presiden Nomor 4 tahun
1995, tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan membudayakan
Kewirausahaan (GNMMK), kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku,
dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang
mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik
dan keuntungan yang lebih besar.
Selanjutnya dijelaskan yang dimaksud dengan wirausaha, yaitu
sebagai berikut:
(1) Wirausaha adalah mereka yang berhasil mendapatkan perbaikan pribadi,
keluarga, masyarakat, dan bangsanya. (2) Wirausaha adalah seorang pakar tentang
dirinya sendiri. (3) Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi
yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan
bentuk organisasi baru atau mengolah bahan bake baru. (4) Wirausaha adalah
orang yang berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain. (5)
baru atau juga bias seorang partner, pemasok, konsumen, atau seorang yang bisa
diajak kerja sama. Seorang (6) Pandangan menurut seorang pemodal, wirausaha
adalah seorang yang menciptakan kesejahteraan buat orang lain yang menemukan
cara-cara baru untuk menggunakan resources, mengurangi pemborosan, dan
membuka lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat. (8) Pandangan menurut
seorang ekonom, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mengorganisir faktor-faktor produksi, alam, tenaga, modal, dan skill untuk tujuan
berproduksi. (9) Pandangan menurut psikologis, wirausaha adalah seseorang yang
memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh suatu tujuan, suka
mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya diliar
kekuasaan orang lain.
Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh
Bygrave menjadi urutan langkah-langkah pada gambar 2.1 berikut ini.
Innovation (Inovasi)
Tiggering Event (Pemicu)
Implementation (Pelaksanaan)
Growth (Pertumbuhan)
Proses Inovasi : Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi
adalah: keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung
resiko, faktor pendidikan dan faktor pengalaman. Adanya inovasi yang berasal
dari diri seseorang akan mendorong dia mencari pemicu ke arah memulai usaha.
Sedangkan faktor-faktor environment mendorong inovasi adalah:
adanya peluang, pengalaman dan kreativitas. Tidak diragukan lagi pengalaman
adalah sebagai guru yang berharga yang memicu perintisan usaha, apalagi
ditunjang oleh adanya peluang dan kreativitas.
Proses Pemicu: Beberapa faktor personal yang mendorong Tigger ing
Event artinya yang memicu atau memaksa seseorang untuk terjun ke dunia bisnis
adalah: (1) Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang, (2) adanya
pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain, 3) dorongan karena
faktor usia, (4) keberanian menanggung resiko, (5) dan komitmen atau minat yang
tinggi terhadap bisnis.
Faktor-faktor Environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis
adalah: (1) Adanya persaingan dalam dunia kehidupan, (2) Adanya
sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki tabungan, modal, warisan,
memiliki bangunan yang lokasi strategic dan sebagainya, (3) Mengikuti
latihan-latihan atau incubator bisnis. Sekarang banyak kursus-kursus bisnis dan lembaga
manajemen fakultas ekonomi melaksanakan pelatihan dan incubator bisnis, (4)
Kebijaksanaan pemerintah misalnya adanya kemudahan-kemudahan dalam lokasi
berusaha ataupun fasilitas kredit, dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh
Sedangkan faktor sociological yang menjadi pemicu serta pelaksanaan
bisnis adalah: 1) Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain,
(2) Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha, (3) Adanya
dorongan dari orang tua untuk membuka usaha, (4) Adanya bantuan famili dalam
berbagai kemudahan, (5) Adanya pengalaman-pengalaman dalam dunia bisnis
sebelumnya
Proses Pelaksanaan: Beberapa faktor personal yang mendorong
pelaksanaan dari sebuah bisnis adalah sebagai berikut: (1) Adanya seorang
wirausaha yang sudah siap mental secara total, (2) Adanya manajer pelaksana
sebagai tangan kanan, pembantu utama, (3) Adanya komitmen yang tinggi
terhadap bisnis, (4) Dan adanya visi, padangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan.
Proses Pertumbuhan : Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor
organisasi antara lain: (1) Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha
sehingga semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif, (2)
Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak, (3) Adanya
struktur dan budaya organisasi yang sudah rnembudaya. Budaya perusahaan jika
sudah terbentuk dan diikuti dengan penuh tanggung jawab oleh seluruh karyawan
maka pertumbuhan perusahaan akan berkembang pesat. Apa yang dimaksud
dengan Budaya Perusahaan? Adanya produk yang dibanggakan, atau
keistimewaan yang dimiliki misalnya kualitas makanan, lokasi usaha, manajemen,
personalia dan sebagainya.
pertumbuhan bisnis adalah sebagai berikut: (1) Adanya unsur persaingan yang
cukup menguntungkan. Dunia persaingan sekarang ini sangat tajam. Ada berbagai
berbentuk persaingan yang ada di pasar mulai dari peogusaha pasar yang sangat
dominan, yang mempunyai kekuatan yang sedang dan yang lemah. Dalam istilah
pemasaran mereka ini terdiri atas market leader, market challenger, market
follower, dan market nicher. Di pasar ditemukan pemimpin pasar. Pada setiap
produk, atau merek yang dijual di pasar ada merek yang melekat di hati
konsumen. Merek ini market share nya paling banyak/luas, ini disebut market
leader. Kemudian menyusul penantang pasar (market challenger), yang berusaha
menunggu kesempatan mengatasi leader. Setelah itu ada market follower yang
ikut-ikutan saja karena modal terbatas, merek belum terkenal dan terakhir market
nicher yang menjual produknya pada relung-relung/celah pasar yang belum terisi
oleh merek lain, (2) Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu, (3)
Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan fasilitas keuangan (4)
Adanya sumber-sumber yang tersedia, yang masih bisa dimanfaatkan,( 5) Adanya
kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa peraturan bidang ekonomi
yang menguntungkan.
Dalam penelitian ini materi kewirausahaan yang dipelajari adalah materi
dengan kompetensi dasar menganalisis aspek-aspek peluang usaha yang meliputi
(1) pelayanan prima (2) promosi (3) merencanakan promosi (4) teknik menjual (5)
seni menjual (6) kepuasan pelanggan (7) melakukan negoisasi (8) saluran dan dan