• Tidak ada hasil yang ditemukan

Thesis Robert Silaban.pdf Pengaruh Strat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Thesis Robert Silaban.pdf Pengaruh Strat"

Copied!
317
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyatatan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi pendidikan

Oleh :

ROBERT SILABAN NIM. 081188230131

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(7)

DIKLAT KEWIRAUSAHAAN SISWA SMK NEGERI 1

LUMBANJULU KABUPATEN TOBA SAMOSIR

Disusun dan Diajukan Oleh : ROBERT SILABAN NIM. 081188230131

Telah Dipertahankan Di Depan Panitia Ujian Tesis Pada Tanggal 12 Mei 2011 dan Dinyatakan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi pendidikan

Medan, 12 Mei 2011

Menyetujui, Tim Pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd NIP. 19590807 198303 1 033

Pembimbing II,

Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd NIP. 19441030 197603 1 001

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Medan,

Prof. Dr. Muhammad Badiran, M. Pd Prof. Dr. Belferik Manullang NIP. 19441030 197603 1 001 NIP. 19471015 197410 1 001

(8)

Tanda Tangan

1. Prof. Dr. Mukhtar, M. Pd NIP. 19590807 198303 1 033

(Pembimbing I) ...

2. Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd NIP. 19441030 197603 1 001

(Pembimbing II) ...

3. Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd NIP. 19510801 198003 1 002

(Penguji) ...

4. Prof. Dr. H. Abdul Hamid K, M.Pd NIP. 19580222 198103 1 001

(Penguji) ...

5. Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd NIP. 19631127 198703 1 001

(Penguji) ...

Mahasiswa

(9)

Samosir (Studi Empiris di SMK Negeri 1 Lumbanjulu). Tesis, Medan: Program Studi Teknologi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi dengan hasil belajar siswa yang memiliki motif berprestasi rendah; (3) ada tidaknya interaksi antara strategi pembelajaran dan motif berprestasi siswa terhadap hasil belajar Kewirausahaan.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Populasi berjumlah 106 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster random sampling berjumlah 71 orang yang terdiri dari 36 orang kelas XITKJ2 diajarkan denganstrategi pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw dan 35 orang kelas XIRPL diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Tes motif berprestasi dilakukan untuk mengelompokkan siswa yang mempunyai motif berprestasi tinggi dan motif berprestasi rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2. Uji statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif untuk menyajikan data dan dilanjutkan dengan statistik inferensial dengan menggunakan ANAVA dua jalur dengan taraf

signifikan α = 0,05 yang dilanjutkan dengan uji Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji

persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari pada hasil belajar Kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan Fhitung = 4.246 > Ftabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05; (2) hasil

belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi lebih baik dari pada hasil belajar Kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah, dengan Fhitung = 102.137 > Ftabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05; (3) terdapat interaksi

antara strategi pembelajaran dengan motif berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, dengan Fhitung = 4.993 > Ftabel = 4.06 pada taraf signifikan α = 0,05.

(10)

Technology Studies Program, Post-Graduate Program, State University of Medan, 2011.

This research aims to determine: (1) Entrepreneurship learning outcomes of students taught with cooperative learning strategy jigsaw type compared with students who are taught with cooperative learning strategy STAD type, (2) Entrepreneurship learning outcomes of students who have a motive for high-achieving students with learning outcomes have low achievement motive, (3) the presence or absence of interaction between the learning strategies and student achievement motive on learning outcomes Entrepreneurship.

This research was conducted at SMK Negeri 1 Lumbanjulu KabupatenToba Samosir in even semester of academic year 2010/2011. The total population is 106 people. Sampling was done by cluster random sampling amounted to 71 people consisting of 36 people XITKJ2 class taught by cooperative learning strategy jigsaw type and 35 people

XIRPL class taught by type cooperative learning strategy STAD type. Achievement

motive test performed to classify students who have a motive for high-achieving and low achievement motive. The research method used was a quasi experiment with 2 x 2 factorial design. The statistical test used was the descriptive statistics to present data and proceed with inferential statistics using a two-lane ANOVA with significance level α = 0.05, followed by Scheffe test.. Previously carried out test analysis requirements of normality and homogeneity test

The results showed: (1) Entrepreneurship learning outcomes of students who were taught with cooperative learning strategy jigsaw type is better than learning outcomes of students who are taught Entrepreneurship with cooperative learning strategy STAD type, with Fcount = 4.246 > Ftable = 4.06 at significance level α = 0,05, (2)

Entrepreneurship learning outcomes of students who have high achievement motive is better than the results of students studying Entrepreneurship who have low achievement motive, with Fcount = 102.137 > Ftable = 4.06 at significance level α = 0.05; (3) there is

interaction between learning strategy and achievement motives in influencing student learning outcomes, with Fcount = 4.993 > Ftable = 4.06 at significance level α = 0,05. This

(11)

rahmat dan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang

berjudul ’’Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motif Berprestasi Terhadap

Mata Diklat Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu’’.

Tesis ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik

bantuan moril maupun materil, untuk semua itu penulis tidak dapat membalasnya,

semoga menjadi suatu amal ibadah dan kiranya mendapat balasan dari Tuhan Yang

Maha Esa.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd selaku Ketua Program Studi Teknologi

Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd, selaku Sekretaris Program Studi Teknologi

Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I.

6. Bapak Prof. Dr. Muhammad Badiran, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing II.

7. Bapak, Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd, selaku Dosen Penguji

8. Bapak, Prof. Dr. H. Abdul Hamid K, M.Pd, selaku Dosen Penguji

(12)

Teknologi Pendidikan yang telah memberikan pelayanan administrasi.

12.Bapak Drs. Liberty Manurung, MM, Biztel, selaku Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Toba Samosir

13.Bapak Arlen Manurung, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Lumbanjulu

14.Ibu Rosmelia Br Sinaga, M.Pd, selaku guru dan mitra dalam proses pembelajaran

mata diklat Kewirausahaan SMK Negeri 1 Lumbanjulu.

15.Rekan-Rekan Mahasiswa dan yang selalu memberi motivasi terhadap penulis.

16.Keluarga tercinta, Ayahanda T. Silaban dan Ibunda T. Br. Samosir , Istriku Mestika

D. Br. Simamora, S.Pd dan Putra/i ku Dina Silaban,S.Pd, Benny Silaban, S.Si, Irma

N. Br. Silaban, S.Pd dan Daniel Silaban serta saudara-saudaraku, terima kasih atas

segala doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengakui bahwa Tesis ini masih perlu

perbaikan dalam rangka penyempurnaan, oleh karenanya kritik, saran yang sifatnya

membangun sungguh sangat diperlukan.

Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bukan hanya kepada

penulis tetapi juga kepada pembaca yang membutuhkannya,

Medan, Mei 2011 Penulis,

(13)

Abstrak ……….... iv

B. Identifikasi Masalah ……… 15

C. Pembatasan Masalah 16

D. Rumusan Masalah 17

E. Tujuan Penelitian 17

F. Manfaat Penelitian 18

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS 19

A. Kerangka Teoritis 19

1. Hakikat Hasil Belajar Kewirausahaan 19

2. Hakikat Strategi Pembelajaran 30

3. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif 34

4. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 51 5. Hakekat Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 60

6. Hakikat Motif Berprestasi 70

B. Penelitian Yang Relevan 79

C. Kerangka Berpikir 82

1. Perbedaan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Diajar dengan Strategi Pembelajaran Tipe Jigsaw Dengan Strategi

Pembelajaran Tipe STAD 82

2. Perbedaan Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa yang Memiliki

Motif Berprestasi Tinggi Dengan Siswa yang Memiliki Motif

Berprestasi Rendah 89

3. Interaksi antara Strategi Pembelajaran dengan Motif Berprestasi

Terhadap Hasil belajar Kewirausahaan Siswa 92

D. Pengajuan Hipotesis 98

BAB III METODOLOGI PENEELITIAN 100

A. Tempat dan Waktu Penelitian 100

B. Populasi dan Sampel 100

C. Metode dan Rancangan Penelitian 100

(14)

2. Validitas Eksternal 107

F. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 108

G. Teknik dan Alat Pengumpul Data 110

1. Instrumen Penelitian 110

2. Uji Coba Instrumen 113

3. Hasil Uji Coba Instrumen 114

4. Skala Angket Motif Berprestasi 116

H. Teknik Analisa Data 117

I. Hipotesis Statistik 117

BAB IV HASIL PENELITIAN 119

A. Data Motif Berprestasi dan Hasil Belajar 119

B. Deskripsi Data Penelitian 120

1. Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 120

2. Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 122 3. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang Memiliki

Motif Berprestasi Tinggi 123

4. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang Memiliki

Motif Berprestasi Rendah 124

5. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki

Motif Berprestasi Tinggi 125

6. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang Memiliki

Motif Berprestasi Rendah 126

7. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang Memiliki

Motif Berprestasi Tinggi 127

8. Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Yang

Memiliki Motif Berprestasi Rendah 129

C. Pengujian Persyaratan Analisis 130

1. Uji Normalitas 130

2. Uji Homogenitas Varians 134

D. Pengujian Hipotesis 137

1. Perbedaan Hasil belajar Kewirausahaan Antara Siswa Yang Memperoleh Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dan Kooperatif Tipe STAD 138

(15)

strategi pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan strategi

pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 143

2. Siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi memperoleh Hasil belajar Kewirausahaan yang lebih tinggi dari pada siswa yang

memiliki motif berprestasi rendah 147

3. Terdapat Interaksi Antara Strategi Pembelajaran Dan Motif Berprestasi Dalam Mempengaruhi Hasil Belajar Kewirausahaan

Siswa 151

F. Keterbatasan Penelitian 158

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 159

A. Simpulan 159

B. Implikasi 161

C. Saran 165

DAFTAR PUSTAKA 167

(16)

Lumbanjulu 13

Tabel 2.1 Komponen Strategi Pembelajaran 33

Tabel 2.2 Langkah-langkah Tipe Pembelajaran Kooperatif 48

Table 2.3 Metode Tipe Pembelajaran Kooperatif 48

Tabel 2.4 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 57

Tabel 2.5 Perhitungan Skor Perkembangan 58

Tabel 2.6 Perolehan Skor dan Penghargaan Tim Tipe STAD 58

Tabel 2.7 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 59

Tabel 2.8 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 69

Tabel 2.9 Indikator Motif Berprestasi 79

Tabel 2.10 Perbedaan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD,

Dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 88

Tabel 2.11 Perbedaan Motif Berprestasi Tinggi dengan Moti

Berprestasi Rendah 91

Tabel 3.1 Rancangan Ekesperimen Desain Faktorial 2 x 2 101

Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas

Varians sampel Tes Awal dengan Uji Bartlet 102

Tabel 3.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 104

Tabel 3.4 Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 105

Tabel 3.5 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Kewirausahaan 111

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Tes Motif Berprestasi 112

Tabel 4.1 Data Motif Berprestasi dan Hasil Belajar Kewirausahaan

(17)

Kooperatif Tipe Jigsaw dan Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD Yang Menjadi Data Olahan 120

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Pembelajaran Dengan Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw 121

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan Pembelajaran Dengan Strategi Pembelajaran

Koperatif Tipe STAD 122

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Untuk

Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi 123

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kelompok Hasil belajar

Kewirausahaan Yang Memiliki Motif Berprestasi Rendah 124

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang

Memiliki Motif Berprestasi Rendah 125

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Untuk Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Yang

Memiliki Motif Berprestasi Rendah 127

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi

Tinggi 128

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Siswa Yang Memiliki Motif

Berprestasi Rendah 129

Tabel 4.11 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Strategi

Pembelajaran 131

Tabel 4.12 Hasil Pengujian Normalitas Data Untuk Motif Berprestasi 131

(18)

Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Serta Motif

Berprestasi Tinggi dan Motif Berprestasi Rendah 135

Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Pengujian Homogenitas Varians sampel

dengan Uji Bartlet 136

Tabel 4.17 Hasil Statistik Deskriptif 137

Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Anava Secara Keseluruhan Data Hasil

Belajar Kewirausahaan 137

(19)

Gambar 2.2 Pembentukan Kelompok Jigsaw II 63

Gambar 4. 1 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang DiajarkanDengan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw 121

Gambar 4.2 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Untuk Perlakuan

Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 123

Gambar 4.3 Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Kelompok

Siswa Yang Memiliki Motif Berprestasi Tinggi 124

Gambar 4.4 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Siswa Yang

Memiliki Motif Berprestasi Rendah 125

Gambar 4.5 Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Kelompok Motif BerprestasiTinggi Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw 126

Gambar 4.6 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi Rendah Untuk Perlakuan Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 127

Gambar 4.7 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi Tinggi Untuk Perlakuan Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD 128

Gambar 4.8 Histogram Hasil belajar Kewirausahaan Kelompok Motif Berprestasi Rendah Untuk Perlakuan Strategi

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 130

Gambar 4.9 Model Interaksi Antara Strategi Pembelajaran dan Motif

(20)

Lampiran 2 Kunci Jawaban Tes Awal 178

Lampiran 3 Uji Bartlet Tes Awal 179

Lampiran 4 Silabus SMK Negeri 1 Lumbanjulu 181

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajara (RPP) Jigsaw 185

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) STAD 203

Lampiran 7 Instrumen Tes Hasil Belajar 220

Lampiran 8 Jawaban Tes Hasil Belajar 226

Lampiran 9 Lembaran Jawaban Tes Hasil Belajar 227

Lampiran 10 Data Hasil Uji Coba Tes 228

Lampiran 11 Validitas Butir Tes Hasil Belajar Kewirausahaan 232

Lampiran 12 Perhitungan Reliabilitas Tes 234

Lampiran 13 Perhitungan Tingkat Kesukaran Item Soal 240

Lampiran 14 Perhitungan Daya Pembeda Item Soal 238

Lampiran 15 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Tes 242

Lampiran 16 Angket Motif Berprestasi 246

Lampiran 17 Validitas Instrumen Motif Berprestasi 248

Lampiran 18 Perhitungan Reliabilitas Angket Motif Berprestasi 252

Lampiran 19 Motif Berprestasi Siswa TKJ2 dan RPL 254

Lampiran 20 Skala Angket Motif Berprestasi TKJ2 dan RPL 257

Lampiran 21 Pembagian Anggota Kelompok STAD dan Kelompok

(21)

Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas 274

Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas 281

Lampiran 26 Pengujian Hipotesis penelitian 285

Lampiran 27 Tabel Harga Kritik Korelasi Product Moment 292

Lampiran 28 Tabel Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors 293

Lampiran 29 Daftar F Luas Dibawah Lengkungan Normal Stándar 294

Lampiran 30 Soal Sebelum Uji Coba 295

Lampiran 31 Riwayat Hidup 301

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara pendidikan

merupakan unsur utama dan yang terpenting. Negara akan maju dan berkembang

apabila diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan menuju arah yang lebih

baik. Kemajuan pendidikan juga akan memberikan dampak positif dalam upaya

peningkatan sumber daya manusia, sehingga peningkatan kualitas sumber daya

manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia pada era

globalisasi yang menuntut kesiapan setiap kelompok atau individu bersaing secara

bebas, hanya yang berkualitas yang mampu bersaing ataupun berkompetisi.

Menurut (Hakim,2000) peningkatan kualitas sumber daya manusia menyangkut

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir

dan kemampuan lainnya.

Saat ini dunia pendidikan sedang memasuki era yang ditandai dengan

gencarnya inovasi teknologi, pemakaian dan pemanfaatan teknologi di dunia kerja

semakin berkembang sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.

Miarso (2007:485) mengatakan bahwa “sumber daya manusia merupakan

modal dasar pembangunan terpenting”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk

pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia

dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai

(23)

memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang

dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat luas. Selanjutnya Budiningsih (2005) mengemukakan

bahwa sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan

masyarakat masa depan yang dikehendaki seperti kemandirian, tanggung jawab

terhadap resiko dalam mengambil keputusan dan mengembangkan segala aspek

potensinya.

Keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang sangat bergantung

pada sumber daya manusia sebagai aset bangsa dalam mengoptimalkan dan

memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki. Upaya tersebut

dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan

formal maupun jalur pendidikan non formal. Salah satu lembaga pada jalur

pendidikan formal yang menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di

dunia kerja, di antaranya melalui jalur pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dirancang untuk menyiapkan peserta didik

atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan sikap

profesional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan menjadi

individu yang produktif yang mampu berwirausaha dan dapat menjadi tenaga

kerja menengah serta memiliki kesiapan untuk menghadapi persaingan di dunia

kerja. Kehadiran SMK sekarang ini semakin didambakan masyarakat, khususnya

masyarakat yang berkecimpung langsung dalam dunia kerja. Dengan catatan,

(24)

tenaga kerja yang memiliki keterampilan vokasional tertentu sesuai dengan bidang

keahliannya.

Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 penjelasan pasal 15 menyebutkan

bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.

Selanjutnya Schippers & Djadjang (1993:19) berpendapat bahwa “tujuan

pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku

dalam bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja demi

masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa, untuk itu siswa harus dibekali

pengetahuan dan keterampilan yang praktis sebagai bekal yang berguna dalam

rangka memasuki dunia kerja baik di perusahaan maupun sebagai wirausaha”.

Selanjutnya Nolker & Schoenfeldt (1983:132) berpendapat bahwa “tujuan

pendidikan kejuruan adalah untuk melindungi kalangan pekerja dari resiko

kekurangan pekerjaan atau pengangguran”. Hal ini berarti bahwa dalam

pendidikan kejuruan peserta didik akan dibekali dengan berbagai ilmu dan

keterampilan untuk diaplikasikan dalam membuka lapangan pekerjaan atau

berwirausaha. Selanjutnya Ihsan (2003) mengemukakan bahwa sekolah kejuruan

merupakan salah satu jalur pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk

bekerja pada bidang tertentu. Lebih lanjut dikatakan bahwa fungsi pendidikan

menengah kejuruan adalah mempersiapkan peserta didik untuk memasuki

lapangan kerja sesuai dengan pendidikan kejuruan yang diikutinya, atau untuk

mengikuti pendidikan keprofesian pada tingkat pendidikan tinggi. Pendapat ini

(25)

tenaga kerja sesuai dengan bidangnya juga dapat melanjutkan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi.

Gambaran tentang kualitas lulusan pendidikan kejuruan menerapkan

ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah atau in-school success

standards dan kualitas menurut ukuran masyarakat atau out-of school success

standards. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan peserta didik dalam

memenuhi tuntutan kurikuler yang telah diorientasikan pada tuntutan dunia kerja,

sedangkan kriteria kedua, meliputi keberhasilan peserta didik yang tertampilkan

pada kemampuan unjuk kerja sesuai dengan standar hasil belajar nasional ataupun

internasional setelah mereka berada di lapangan kerja yang sebenarnya.

Upaya untuk mencapai kualitas pendidikan kejuruan yang sesuai dengan

tuntutan dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan kurikulum yang dirancang dan

dikembangkan dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan stakeholders.

Kurikulum pendidikan kejuruan secara spesifik memiliki karakter yang mengarah

kepada pembentukan kecakapan peserta didik berkaitan dengan pelaksanaan tugas

pekerjaan tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi dalam kurikulum SMK

yang meliputi kelompok mata diklat normatif, adaptif dan produktif.

Perhatian pemerintah dan masyarakat cukup serius untuk meningkatkan

mutu pendidikan terutama pendidikan kejuruan agar kesenjangan antara

kebutuhan dan penyediaan (supply and demand) semakin dekat terutama kualitas

tenaga kerja. Hal itu didukung dengan adanya kebijakan pemerintah tentang

keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara lembaga pendidikan dengan

(26)

sekolah SMK, menurut Joko Sutrisno, Direktur Pembinaan SMK Depdiknas

bahwa pada tahun 2010 menargetkan pertumbuhan SMK dengan SMA memiliki

perbandingan 50:50, dan pada tahun 2015 komposisi SMK dengan SMA 70:30.

(http://hariansib.com/ update 2 April 2009).

Pendidikan di Indonesia dihadapkan pada permasalahan dan sorotan dari

berbagai pihak baik oleh masyarakat, pemerintah, dunia usaha, lulusan dan

termasuk tenaga pengajar. Hal ini disebabkan karena mutu pendidikan relatif

masih rendah dan tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Indikator

rendahnya mutu pendidikan dapat dilihat dari rendahnya kualitas lulusan dihampir

semua jenjang pendidikan baik formal maupun non formal. Indikator lain

menunjukkan bahwa mutu pendidikan kejuruan masih belum baik dan signifikan.

Laporan www.beritajatim.com, menyatakan bahwa pengangguran terbuka

didominasi lulusan SMK sebesar 17,26% dari jumlah pengangguran, disusul SMA

14,31%, Universitas 12,59%, Diploma 11,21%, SMP 9,39%, SD 4,57%.

(www.beritajatim.com, diakses 27 Juli 2009). Hal ini tentu saja menimbulkan

ketidakpuasan masyarakat akan pendidikan di negeri ini yang mana banyak

peserta didik yang tidak mampu mencari dan membuka lapangan pekerjaan

ataupun melanjutkan pendidikan.

Uno (2008:99) berpendapat bahwa “salah satu masalah kehidupan yang

akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah perubahan masa yang akan datang

yang belum pasti bentuk dan arahnya. Namun yang pasti adalah adanya tantangan

yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya berwujud

(27)

membekali peserta didik dalam berbagai kompetensi yang dibutuhkan oleh DU/DI

serta memberikan pengetahuan kewirausahaan sejak awal sebagai dasar

berwirausaha.

McClelland seperti yang dikutip Suherman (2008) menyebutkan bahwa

suatu negara akan mencapai tingkat kemakmuran apabila jumlah

etrepreneurshipnya paling sedikit 2 % dari total jumlah penduduknya. Dalam hal

ini setiap wirausaha tentunya merupakan seseorang yang kreatif dan inovatif.

Sumarno (2007) berpendapat bahwa pendidikan di SMK cenderung pada

pengajaran mata pelajaran dan tidak terfokus pada pencapaian kompetensi yang

sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Lebih lanjut dikatakan bahwa kondisi ini

akan menyebabkan lulusan SMK sulit mendapat pekerjaan yang sesuai dengan

pendidikannya. Siswa SMK banyak yang menjadi pengangguran di pedesaan,

karena sulitnya mendapatkan pekerjaan. Sementara itu mereka merasa malu jika

harus membantu orang tuanya sebagai petani dan pedagang.

Permasalahan pendidikan kejuruan memang tidak sederhana, jika dilihat

dari implementasi link and match antara sekolah dengan DU/DI. Link and match

ternyata belum maksimal terlaksana, salah satu penyebabnya sarana dan prasarana

serta daya tampung industri yang terbatas. Tidak teridentifikasinya kebutuhan

dunia kerja oleh SMK akan semakin berpengaruh terhadap daya serap lulusan

SMK di dunia kerja, karena dunia kerja akan mempekerjakan seseorang yang

sesuai dengan kebutuhan dunia kerja itu sendiri. Dengan demikian SMK

diharapkan dapat mengidentifikasi kebutuhan dunia kerja sehingga terjadi link and

(28)

Siswa SMK akan dapat memilih beberapa alternatif setelah lulus dan tamat

di sekolah kejuruan seperti melanjutkan pendidikan, mencari pekerjaan atau

membuka usaha (berwirausaha) sesuai dengan disiplin ilmu dan keterampilan

yang dimilikinya. Harapan ini akan terwujud bila selama proses pembelajaran di

sekolah, guru menggunakan cara-cara yang efektif dan efisien dalam

menyampaikan materi pembelajaran secara tepat yang dituangkan dalam bentuk

strategi pembelajaran. Sesulit apapun materi, pada dasarnya siswa akan dapat

mengerti dan memahami secara bertahap jika disampaikan dengan strategi

pembelajaran yang tepat. Selain faktor di atas, faktor dari dalam diri siswa akan

turut mempengaruhi peningkatan kualitas hasil belajarnya. Salah satunya adalah

motif berprestasi yang merupakan dorongan atau penggerak yang adalah dalam

diri sesorang untuk berbuat lebih baik dalam mencapai suatu prestasi tertentu.

Selain bekerja di DU/DI, lulusan SMK juga diharapkan mampu membuka

usaha sendiri secara mandiri sesuai dengan disiplin ilmu dan pengetahuan yang

dimilikinya. Ilmu dan pengetahuan tentang kejuruan yang dimiliki selama di

bangku sekolah, akan sangat bermanfaat dalam merencanakan, membuka,

mengelola dan mengembangkan usaha. Usaha yang dimaksud adalah usaha

sederhana yang dapat mendatangkan keuntungan dan meningkatkan pengetahuan

terutama dalam hal keterampilan (skill) bagi siswa itu sendiri. Namun pada

kenyataannya keadaan yang terjadi kompetensi tersebut masih jauh dari yang

diharapkan, sebagian besar siswa SMK tidak mampu berkompetitif dalam mencari

(29)

Penyebab sulitnya lulusan SMK dalam mencari dan membuka lapangan

pekerjaan salah satunya adalah selain rendahnya keterampilan (skill) juga

dibarengi dengan pengetahuan, aplikasi kemampuan serta dorongan untuk

berwirausaha yang relatif masih terbatas. Siswa SMK mengalami kesulitan dalam

hal membuka usaha karena masih rendahnya pengalaman dan kurang inovatifnya

dalam membuat inovasi-inovasi yang baru. Kemampuan dalam segi ekonomi juga

menjadi faktor penyebab sulitnya alumni SMK membuka usaha secara mandiri.

Kurikulum yang diimplementasikan di SMK saat ini adalah Tipe

pengelolaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006. Pada tataran

implementasi, kurikulum ini menuntut kemampuan guru dalam memberikan

pengalaman belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena

betapapun baiknya kurikulum yang telah direncanakan pada akhirnya berhasil

atau tidaknya sangat tergantung pada sentuhan aktivitas dan kemampuan guru

dalam merencanakan dan membuat strategi pengajaran sebagai ujung tombak

implementasi suatu kurikulum.

Kewirausahaan merupakan mata diklat dalam kurikulum KTSP yang

secara khusus membahas masalah wirausaha yaitu mata diklat kewirausahaan.

Mata diklat kewirausahaan diajarkan kepada seluruh siswa SMK dalam berbagai

bidang keahlian. Kewirausahaan merupakan mata diklat yang sangat berpengaruh

terhadap pengembangan kompetensi dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan

untuk setiap bidang keahlian. Dengan mempelajari dan mengaplikasikannya

dalam setiap bidang keahlian masing-masing, akan semakin memperjelas

(30)

Mata diklat kewirausahaan secara umum membahas mengenai cara

mengidentifikasi sikap dan perilaku wirausaha, penerapan sikap dan perilaku kerja

yang selalu ingin maju, merumuskan solusi masalah, mengembangkan semangat

wirausaha, membangun komitmen bagi diri sendiri dan orang lain, mengambil

resiko dalam usaha, membuat keputusan, menunjukkan sikap pantang menyerah

dan ulet, mengelola konflik, membangun visi dan misi usaha, menganalisis

peluang usaha, menganalisis aspek-aspek perencanaan usaha, menyusun proposal

usaha, mempersiapkan pendirian usaha, menghitung resiko menjalankan usaha,

menjalankan usaha kecil dan mengevaluasi hasil usaha (Silabus KTSP SMK,

2006). Setiap siswa dapat mengembangkan ilmu dan keterampilan

berwirausahanya baik secara individu maupun secara berkelompok dengan

membuka usaha atau unit produksi pada masing-masing bidang keahlian. Sebagai

tujuannya dapat menambah pengalaman serta wawasan tentang aplikasi

pengetahuan serta menggali ide-ide kreatif dan inovatif untuk merencanakan dan

membuat produk-produk baru.

Tuntutan terhadap siswa SMK tidak hanya membutuhkan kemampuan

untuk menguasai kompetensi-kompetensi kejuruan yang ditandai dengan nilai

yang melewati standard. Tetapi akan dibuktikan juga dengan kemampuan untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki. Salah satu aplikasi yang dapat dilihat

dengan membuka dan mengembangkan usaha sesuai dengan ilmu dan

keterampilan yang dimiliki baik dalam skala kecil maupun skala besar. Untuk

(31)

dalam diri siswa untuk berbuat lebih baik dengan penuh semangat dalam

membuka usaha secara mandiri.

Kompetensi tersebut masih belum dimiliki sepenuhnya oleh siswa SMK

karena selama ini bentuk dan strategi pembelajaran yang diberikan oleh guru

hanya sebatas pada penyampaian materi secara bertutur dengan lisan, sehingga

siswa kurang memahami lebih mendalam setiap materi pembelajaran dan belum

mampu menciptakan kerjasama dalam membuka usaha sesuai dengan

keahliannya. Selain itu siswa pada saat menerima materi pelajaran terutama

pelajaran kejuruan selalu dituntut mengikuti segala prosedur dan langkah-langkah

yang telah ditetapkan didalam mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu sehingga

siswa terbiasa mengikuti petunjuk yang ada dan tidak membutuhkan proses

berpikir.

Permasalahan ini dapat diminimalkan apabila guru sewaktu mengajar

menggunakan strategi pengorganisasian pembelajaran yang tepat dan dapat

membantu siswa dalam meningkatkan mutu dan keterampilannya. Menurut

Purwanto (2007) dalam belajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya

merupakan faktor yang sangat penting. Selanjutnya Sanjaya (2008) juga

berpendapat bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Artinya faktor guru juga berpengaruh

dalam hal peningkatan hal belajar siswa. Peranan guru kewirausahaan SMK

diharapkan mampu mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa.

Sebab dari materi kewirausahaan diharapkan siswa SMK setelah lulus tidak hanya

(32)

Pembelajaran mata diklat kewirausahaan selama ini masih sangat jauh dari

yang diharapkan. Pengorganisasian materi selalu menggunakan

kebiasaan-kebiasaan yang lama (secara ekspositori) yaitu dengan menyampaikan materi

pelajaran secara bertutur baik lisan (ceramah) ataupun diskusi tanpa menguraikan

lebih mendalam materi yang dipelajari. Guru mengajar cenderung texk-book

oriented dan belum menekankan pada proses berpikir siswa secara mandiri.

Diskusi yang dibahas kadang tidak sesuai dengan konteks dan isu-isu yang sedang

berkembang dalam masyarakat terutama yang berhubungan dengan

kewirausahaan.

Sebagai akibatnya munculnya kebosanan dan kejenuhan dari siswa untuk

belajar lebih baik. Hal tersebut terjadi karena selama ini materi yang dipelajarinya

tidak menyentuh kebutuhan mereka atau dengan kata lain materi yang dipelajari

tidak relevan dengan pengalaman mereka sehari-hari sehingga dianggap kurang

menantang. Kondisi seperti ini akan membuat siswa semakin kurang memahami

dan mengerti akan hakikat kewirausahaan itu sendiri. Dengan demikian maka

akan berpengaruh juga pada hasil belajarnya yang semakin lama semakin

menurun.

Berdasarkan hal tersebut guru dituntut mengadakan variasi dalam

pembelajaran dengan berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan

penerapan strategi pengorganisasian pembelajaran. Secara umum proses

pelaksanaan pembelajaran di sekolah kejuruan atau SMK, terbagi dalam tiga

kelompok mata pelajaran/mata diklat yaitu kelompok adaptif, normatif dan

(33)

SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir adalah salah satu

sekolah kejuruan rumpun teknologi dan industri yang mengelola beberapa bidang

keahlian serta terbagi dalam beberapa program keahlian antaralain bidang

keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan Teknik Komputer dan Jaringan

(TKJ).

SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba Samosir terus

mengembangkan kualitasnya dengan menambah jumlah guru adaptif, normatif

dan produktif serta sarana dan prasarana praktek pada masing-masing program

keahlian. Selain itu juga kualitas guru dengan cara mengirimkan tenaga pengajar

ke berbagai pelatihan guru yang ada baik di tingkat daerah maupun nasional.

Walaupun demikian, masih terdapat kendala disana-sini dalam hal peningkatan

kualitas hasil belajar siswa. Salah satunya adalah penerapan strategi pembelajaran

yang dilakukan oleh guru masih relatif sederhana dan tidak membangkitkan

aktivitas siswa untuk berbuat lebih banyak sehingga kemampuan mereka dapat

tersalurkan. Padahal di SMK sangat dituntut kemampuan berinovasi terutama

dalam mengembangkan dan menciptakan bentuk-bentuk produk baru dalam

melaksanakan suatu pekerjaan baik selama masih sekolah maupun setelah lulus

dan tamat di sekolah kejuruan .

Hasil survey awal dan data yang didapatkan di SMK Negeri 1 Lumbanjulu

Kabupaten Toba Samosir, ditemukan bahwa guru mata diklat kewirausahaan

pada saat melaksanakan pengajaran hanya sekedar pengenalan dan pemahaman

konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak

(34)

dilaksanakan dengan bertutur secara verbal dengan komunikasi lebih banyak satu

arah. Data hasil belajar mata diklat kewirausahaan selama dua tahun terakhir di

sekolah tersebut khususnya bidang keahlian Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) disajikan pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Kewirausahaan Siswa SMK Negeri 1 Lumbanjulu

No Kelas Rata-rata Nilai

TP. 2009/2010 TP. 2008/2009

1 RPL 74.03 76.45

2 TPJ1 73.94 70.56

3 TPJ2 72.59 70.07

4 RPL - 71.11

5 TPJ1 - 74.78

6 TPJ2 - 75.92

Sumber: Dokumen Kumpulan Nilai (DKN) SMK Negeri 1 Lumbanjulu (2010)

Data Tabel 1.1 menunjukkan rata-rata hasil belajar kewirausahaan siswa

berada dalam kategori cukup kompeten dan tidak mencapai target kelulusan hasil

belajar yang sangat kompeten. Kondisi seperti ini sangat berpengaruh besar

terhadap proses pembelajaran selanjutnya, dimana siswa kurang mampu

menerapkan dan mengaplikasikan ilmu yang diterima baik pada saat

melaksanakan Praktek Industri (PI) maupun pada saat memasuki DU/DI atau

membuka lapangan pekerjaan setelah lulus dan tamat di sekolah kejuruan.

Mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu strategi pengorganisasian

pembelajaran yang baru dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan

sumber belajar lainnya yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi,

(35)

memperoleh pengalaman belajar dalam rangka menumbuhkembangkan

kemampuannya

Panjaitan (2006) menyatakan salah satu implikasi penting dalam mengkaji

keberhasilan siswa dalam belajar adalah perlunya diketahui faktor-faktor apa yang

dapat memberikan kontribusi terhadap hasil belajar, yaitu salah satu kondisi

belajar yang paling bermakna untuk mempengaruhi keefektifan pengajaran adalah

karakteristik pebelajar. Pengajaran akan semakin efektif bila strategi pengajaran

atau proses belajar (PBM) yang digunakan semakin sesuai dengan karakteristik

pebelajar yang diajar.

Salah satu karakteristik siswa yang dapat berpengaruh terhadap hasil

belajar kewirausahaan adalah motif berprestasi. Menurut McClelland (1949)

bahwa motif berprestasi adalah salah satu faktor pokok dalam perilaku wirausaha.

Lebih lanjut dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah suatu daya dalam

mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih cepat,

lebih efektif dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.

Untuk itu dalam mempelajari mata diklat kewirausahaan, motif berprestasi sangat

berperan sekali terutama dalam mempelajari dan mengaplikasikan setiap

kompetensi dasar yang ada.

Peserta didik yang mempunyai motif berprestasi akan cenderung belajar

dengan lebih baik, lebih cepat dari sebelumnya karena adanya dorongan dalam

dalam untuk berbuat lebih baik. Purwanto (2007) menambahkan bahwa belajar

merupakan suatu proses yang timbul dari dalam diri peserta didik, maka faktor

(36)

. Dengan demikian strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan

keadaan siswa seperti ini adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams Achievement Devision (STAD) dan strategi pembelajaran kooperatif Tipe

Jigsaw. Strategi Pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran

yang siswanya dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 5

orang, bekerja secara kolaboratif dengan kelompok heterogen (Slavin,1995),

karena tipe pembelajaran ini merupakan tipe pembelajaran kreatif, inovativ dan

efektif, sehingga dapat memotif belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Dari beberapa fenomena di atas, maka dalam penelitian ini upaya untuk

meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa perlu diterapkan strategi

pengorganisasian pembelajaran yang mampu menyampaikan materi kepada siswa

secara lebih mendalam. Strategi pembelajaran yang dapat dilakukan adalah

strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD, strategi pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw dengan memperhatikan motif berprestasi siswa sebagai faktor yang dapat

mempengaruhi peningkatan hasil belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan bahwa

masalah-masalah yang esensial dalam dunia pendidikan khususnya sekolah

kejuruan adalah rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar tersebut dapat

dilihat dari nilai hasil belajar dan kualitas lulusan serta kinerja yang ditampilkan

setelah memasuki dunia usaha/dunia industri. Dari fenomena tersebut akan

muncul berbagai pertanyaan menyangkut rendahnya hasil belajar kewirausahaan

(37)

Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan selama ini? Apakah strategi

pembelajaran dan penyampaian materi tidak menumbuhkan motif berprestasi

siswa? Apakah strategi pembelajaran untuk pembelajaran kewirausahaan kurang

menarik perhatian siswa? Apakah strategi pembelajaran yang digunakan sudah

sesuai dengan karakteristik siswa? Strategi pembelajaran yang bagaimanakah

yang tepat digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan? Apakah motif

berprestasi dapat mempengaruhi hasil belajar siswa? Bagaimana hubungan

strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan karakteristik siswa dengan hasil belajar siswa? Apakah

strategi pembelajaran kooperatif Tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa pada mata diklat

kewirausahaan? Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan atau SDM guru mata

diklat terhadap perolehan hasil belajar? Apakah ada interaksi antara strategi

pembelajaran dengan motif berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa, agar

penelitian ini lebih terfokus dan kajian lebih mendalam. Penelitian ini

dilaksanakan berdasarkan identifikasi masalah maka penelitian ini dibatasi pada

masalah strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses pembelajaran, yang

dipilah atas strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi

pembelajaran tipe STAD. Karakteristik siswa dalam penelitian ini dibatasi hanya

pada motif berprestasi siswa yang dibagi atas motif berprestasi tinggi dan motif

(38)

kognitif mata diklat kewirausahaan, di program Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)

dan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten

Toba Samosir.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang

dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi

tinggi yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih

tinggi dari siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe

STAD?

2. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi

rendah yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperarif tipe Jigsaw lebih

tinggi daripada siswa yang yang diajar dengan strategi pembelajaran

kooperatif tipe STAD?

3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan motif

berprestasi dalam mempengaruhi hasil belajar kewirausahaan siswa?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

(39)

diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih dan siswa

yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki motif berprestasi rendah

yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperarif tipe Jigsaw dan siswa

yang yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Interaksi antara strategi pembelajaran dan motif berprestasi dalam

mempengaruhi hasil belajar kewirausahaan siswa.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan strategi pembelajaran

dan hubungannya dengan motif berprestasi siswa serta pengaruhnya terhadap hasil

belajar kewirausahaan siswa SMK rumpun Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) dan

Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ)

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

terutama kepada pihak sekolah tentang ada tidaknya pengaruh strategi

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan strategi pembelajaran tipe STAD, serta

motif berprestasi terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa. Bila hasil penelitian

ini menyatakan bahwa kedua strategi pembelajaran (kooperatif tipe Jigsaw, tipe

STAD) memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar kewirausahaan,

maka sekolah/guru dapat menggunakannya dalam pembelajaran terutama untuk

pembelajaran mata diklat kewirausahaan di SMK rumpun Teknik Komputer dan

Jaringan (TKJ) khususnya di SMK Negeri 1 Lumbanjulu Kabupaten Toba

(40)

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Hasil Belajar Kewirausahaan

Disadari atau tidak didalam kehidupan manusia setiap saat terjadi proses

belajar baik disengaja maupun tidak. Pada hakikatnya individu yang belajar akan

mengalami perubahan perilaku berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Pengetahuan menunjuk pada informasi yang tersimpan dalam pikiran, sikap

adalah kemampuan seseorang menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut, sedangkan keterampilan adalah suatu tindakan

atau tingkah laku yang mampu diperlihatkan peserta didik sebagai tanda bahwa

peserta didik tersebut telah belajar.

Hamalik (2008:154) mendefenisikan belajar sebagai perubahan tingkah

laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Lebih lanjut dikatakan

bahwa belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya

dengan makhluk lain. Belajar yang dilakukan manusia merupakan bagian dari

hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah,

di kelas, di jalanan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun

satu hal yang pasti bahwa belajar yang dilakukan manusia senantiasa dilandasi

itikad dan maksud tertentu.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

(41)

itu ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, sikap dan

tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan lain-lain. Tidak semua perubahan

dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan

tingkah laku dalam arti belajar antara lain (1) terjadi secara sadar, (2) bersifat

kontinu dan fungsional, (3) bersifat positif dan aktif, (4) bukan bersifat

sementara, (5) mempunyai tujuan/terarah, (6) mencakup seluruh aspek tingkah

laku.

Gagne (dalam Bigge, 1982) mendefenisikan belajar sebagai perubahan

dalam perilaku dalam keterampilan manusia yang dapat dipakai, dan bukan

dianggap berasal dari proses pertumbuhan. Dalam hal ini Gagne memandang

belajar sebagai suatu proses perubahan perilaku akibat pengalaman yang

dialaminya. Lebih lanjut Gagne (1989) membagi hasil belajar dalam lima Tipe

yaitu, (1) informasi verbal, diperoleh dari kegiatan pembelajaran seperti di

sekolah, buku, radio, TV, percakapan orang lain dan lain-lain, (2) ketrampilan

intelektual, memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui

simbol atau gagasan, (3) strategi kognitif, merupakan proses kontrol yaitu proses

internal yang digunakan siswa untuk memilih atau mengubah cara-cara

memberikan perhatian, belajar, mengingat dan berpikir, (4) sikap, merupakan

pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang

terhadap lingkungannya, (5) keterampilan motorik, yaitu keterampilan yang tidak

hanya mencakup kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang

(42)

Sanjaya (2010:112) juga berpendapat bahwa belajar bukanlah sekedar

mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri

seseorang sehingga munculnya perubahan tingkah laku. Aktivitas mental itu

terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Proses

belajar pada hakikatnya merupakan proses kegiatan mental yang tidak dapat

dilihat. Artinya proses perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang yang belajar

tidak dapat kita saksikan. Kita hanya dapat menyaksikan dari adanya gejala-gejala

perubahan perilaku yang tampak.

Belajar merupakan suatu proses yang dijalani secara sadar untuk

mendapatkan perubahan, baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan ataupun

sikap. Hasil belajar merupakan perolehan prestasi yang dicapai secara maksimal

oleh peserta didik. Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai oleh peserta

didik oleh karena adanya usaha yang sadar yang dilakukan peserta didik untuk

mendapatkan perubahan. Dengan demikian semakin banyak perolehan prestasi

yang dimiliki peserta didik maka semakin tinggi pula tingkat kesanggupan peserta

didik untuk berbuat pada masa yang akan datang.

Gagne seperti yang dikutip Dimyati & Mudjiono (2006) juga menyatakan

bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar merupakan

kapabilitas. Setelah seseorang belajar maka ia akan memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan sikap pengetahuan menunjukkan pada informasi yang

tersimpan dalam pikiran. Belajar menurut Dahar (1989:12) adalah “perubahan

perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman”. Pengalaman yang didapatkan

(43)

perilaku yang baru ke arah yang lebih baik. Dari beberapa pendapat ahli di atas,

dapat disimpulkan pengertian belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku

baik secara kualitas maupun kuantitas yang dipengaruhi dan diperkuat oleh

lingkungan yang bersifat permanen sebagai akibat dari latihan-latihan.

Dimyati & Mudjiono (2006) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan

hasil dari proses belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai setelah

mengikuti suatu proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang dilaksanakan

oleh siswa. Sedangkan Nasution (2006) berpendapat bahwa hasil belajar

merupakan apa yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil dari

pembelajaran. Hasil belajar seseorang dapat menyebabkan terjadinya perubahan

pada dirinya dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki pelajar sebagai kegiatan

pembelajaran.

Reigeluth (1983) menyatakan bahwa hasil belajar secara umum dapat

dikategorikan menjadi tiga indikator, yakni: (1) efektivitas pembelajaran yang

biasanya diukur dari tingkat keberhasilan (prestasi) siswa dari berbagai sudut, (2)

efisien pembelajaran, yang bisanya diukur dari waktu belajar dan atau biaya

pembelajaran, (3) daya tarik pembelajaran yang selalu diukur dari tendensi siswa

ingin belajar secara terus menerus. Secara spesifik, hasil belajar yaitu suatu

kinerja (performance) yang diindikasikan suatu kapabilitas (kemampuan yang

diperoleh).

Menurut Bloom dalam Dimyati & Mudjiono (2006) menyatakan bahwa

(44)

pelajar dapat dikategorikan ke dalam tiga ranah yakni kognitif meliputi:

pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan

pada ranah afektif meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan

sikap, orgnisasi dan pembentukan pola hidup. Kemampuan pada ranah

psikomotorik meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa,

gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

Ratumanan (2002) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan

mental yang tidak dapat diamati dari luar. Apa yang ada dalam diri seseorang

tidak dapat diketahui secara langsung hanya dengan mengamati orang tersebut.

Hasil belajar hanya bisa diamati, jika seseorang menunjukkan kemampuan yang

telah diperoleh melalui belajar. Karenanya berdasarkan perilaku yang ditampilkan

dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang telah belajar. Dari pendapat di atas

dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dapat dilakukan

peserta didik akibat pembelajaran yang tertampilkan dalam bentuk perilaku.

Istilah kewirausahaan merupakan terjemahan dari entrepreneurship, yang

dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu syaraf pusat perekonomian

(Suherman, 2008). Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk

memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi

setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi dan

keberanian mengahadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk

membentuk dan memelihara usaha baru. Inti dari kewirausahaan adalah

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru (creatif new and different)

(45)

Selanjutnya Suherman (2008:6) memberikan pengertian kewirausahaan

adalah:

semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produksi baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Dalam hal ini setiap wirausaha tentunya merupakan seseorang yang kreatif

dan inovatif. Selanjutnya dikemukakan ciri-ciri orang yang berjiwa

entrepreneurship adalah: mempunyai visi, kreatif dan inovatif, mampu melihat

peluang, orientasi pada kepuasan konsumen, berani menanggung resiko dan

berjiwa kompetisi, cepat tanggap dan gerak cepat berjiwa sosial dengan menjadi

dermawan.

Untuk hal yang sama (2007:2) Tejasitisna mengatakan bahwa :

Kewirausahaan berasal dari istilah entrepreneurship, sedangkan wirausaha berasal dari kata entrepreneur. Kata entrepreneur, secara tertulis digunakan pertama kali oleh Sauary pada tahun 1723 dalam bukunya "Kamus Dagang". Entrepreneur adalah orang yang membeli barang dengan harga pasti, meskipun orang itu belum mengetahui berapa harga barang (atau guna ekonomi) itu akan dijual. Banyak orang yang memberi pengertian entrepreneur dan entrepreneurship, di antaranya sebagai berikut. (1) Ada yang mengartikan sebagai orang yang menanggung risiko. (2) Ada yang mengartikan sebagai orang yang memobilisasi dan mengalokasikan modal. (3) Ada yang mengartikan sebagai orang yang menciptakan barang baru. (4) Ada yang mengartikan sebagai orang yang mengurus perusahaan.

Selanjutnya, (2007:2) Tejasitisna mengatakan : Dengan demikian,

sebenarnya apa yang dimaksud dengan kewirausahaan dan wirausaha itu?

Agar lebih jelas dan ada pegangan, di bawah ini diuraikan beberapa pengertian

kewirausahaan dan wirausaha sebagai berikut: (1) Kewirausahaan adalah

(46)

karyanya dalam arti meningkatkan penghasilan. (2) Kewirausahaan adalah

suatu proses seseorang guna mengejar peluang-peluang memenuhi kebutuhan

dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang

mereka kendalikan (Robin, 1996). (3) Kewirausahaan adalah proses dinamis

untuk menciptakan tambahan kemakmuran. (4) Kewirausahaan adalah proses

menciptakan sesuatu yang lain dengan menggunakan waktu dan kegiatan

disertai modal jasa dan risiko, serta menerima balas jasa, kepuasan, dan

kebebasan pribadi. (5) Dalam lampiran Instruksi Presiden Nomor 4 tahun

1995, tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan membudayakan

Kewirausahaan (GNMMK), kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku,

dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang

mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan

meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik

dan keuntungan yang lebih besar.

Selanjutnya dijelaskan yang dimaksud dengan wirausaha, yaitu

sebagai berikut:

(1) Wirausaha adalah mereka yang berhasil mendapatkan perbaikan pribadi,

keluarga, masyarakat, dan bangsanya. (2) Wirausaha adalah seorang pakar tentang

dirinya sendiri. (3) Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi

yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru dengan menciptakan

bentuk organisasi baru atau mengolah bahan bake baru. (4) Wirausaha adalah

orang yang berani memaksa diri untuk menjadi pelayan bagi orang lain. (5)

(47)

baru atau juga bias seorang partner, pemasok, konsumen, atau seorang yang bisa

diajak kerja sama. Seorang (6) Pandangan menurut seorang pemodal, wirausaha

adalah seorang yang menciptakan kesejahteraan buat orang lain yang menemukan

cara-cara baru untuk menggunakan resources, mengurangi pemborosan, dan

membuka lapangan kerja yang disenangi oleh masyarakat. (8) Pandangan menurut

seorang ekonom, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok orang yang

mengorganisir faktor-faktor produksi, alam, tenaga, modal, dan skill untuk tujuan

berproduksi. (9) Pandangan menurut psikologis, wirausaha adalah seseorang yang

memiliki dorongan kekuatan dari dalam untuk memperoleh suatu tujuan, suka

mengadakan eksperimen atau untuk menampilkan kebebasan dirinya diliar

kekuasaan orang lain.

Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini digambarkan oleh

Bygrave menjadi urutan langkah-langkah pada gambar 2.1 berikut ini.

Innovation (Inovasi)

Tiggering Event (Pemicu)

Implementation (Pelaksanaan)

Growth (Pertumbuhan)

(48)

Proses Inovasi : Beberapa faktor personal yang mendorong inovasi

adalah: keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung

resiko, faktor pendidikan dan faktor pengalaman. Adanya inovasi yang berasal

dari diri seseorang akan mendorong dia mencari pemicu ke arah memulai usaha.

Sedangkan faktor-faktor environment mendorong inovasi adalah:

adanya peluang, pengalaman dan kreativitas. Tidak diragukan lagi pengalaman

adalah sebagai guru yang berharga yang memicu perintisan usaha, apalagi

ditunjang oleh adanya peluang dan kreativitas.

Proses Pemicu: Beberapa faktor personal yang mendorong Tigger ing

Event artinya yang memicu atau memaksa seseorang untuk terjun ke dunia bisnis

adalah: (1) Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang, (2) adanya

pemutusan hubungan kerja (PHK), tidak ada pekerjaan lain, 3) dorongan karena

faktor usia, (4) keberanian menanggung resiko, (5) dan komitmen atau minat yang

tinggi terhadap bisnis.

Faktor-faktor Environment yang mendorong menjadi pemicu bisnis

adalah: (1) Adanya persaingan dalam dunia kehidupan, (2) Adanya

sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan, misalnya memiliki tabungan, modal, warisan,

memiliki bangunan yang lokasi strategic dan sebagainya, (3) Mengikuti

latihan-latihan atau incubator bisnis. Sekarang banyak kursus-kursus bisnis dan lembaga

manajemen fakultas ekonomi melaksanakan pelatihan dan incubator bisnis, (4)

Kebijaksanaan pemerintah misalnya adanya kemudahan-kemudahan dalam lokasi

berusaha ataupun fasilitas kredit, dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh

(49)

Sedangkan faktor sociological yang menjadi pemicu serta pelaksanaan

bisnis adalah: 1) Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain,

(2) Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha, (3) Adanya

dorongan dari orang tua untuk membuka usaha, (4) Adanya bantuan famili dalam

berbagai kemudahan, (5) Adanya pengalaman-pengalaman dalam dunia bisnis

sebelumnya

Proses Pelaksanaan: Beberapa faktor personal yang mendorong

pelaksanaan dari sebuah bisnis adalah sebagai berikut: (1) Adanya seorang

wirausaha yang sudah siap mental secara total, (2) Adanya manajer pelaksana

sebagai tangan kanan, pembantu utama, (3) Adanya komitmen yang tinggi

terhadap bisnis, (4) Dan adanya visi, padangan yang jauh ke depan guna mencapai

keberhasilan.

Proses Pertumbuhan : Proses pertumbuhan ini didorong oleh faktor

organisasi antara lain: (1) Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha

sehingga semua rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif, (2)

Adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak, (3) Adanya

struktur dan budaya organisasi yang sudah rnembudaya. Budaya perusahaan jika

sudah terbentuk dan diikuti dengan penuh tanggung jawab oleh seluruh karyawan

maka pertumbuhan perusahaan akan berkembang pesat. Apa yang dimaksud

dengan Budaya Perusahaan? Adanya produk yang dibanggakan, atau

keistimewaan yang dimiliki misalnya kualitas makanan, lokasi usaha, manajemen,

personalia dan sebagainya.

(50)

pertumbuhan bisnis adalah sebagai berikut: (1) Adanya unsur persaingan yang

cukup menguntungkan. Dunia persaingan sekarang ini sangat tajam. Ada berbagai

berbentuk persaingan yang ada di pasar mulai dari peogusaha pasar yang sangat

dominan, yang mempunyai kekuatan yang sedang dan yang lemah. Dalam istilah

pemasaran mereka ini terdiri atas market leader, market challenger, market

follower, dan market nicher. Di pasar ditemukan pemimpin pasar. Pada setiap

produk, atau merek yang dijual di pasar ada merek yang melekat di hati

konsumen. Merek ini market share nya paling banyak/luas, ini disebut market

leader. Kemudian menyusul penantang pasar (market challenger), yang berusaha

menunggu kesempatan mengatasi leader. Setelah itu ada market follower yang

ikut-ikutan saja karena modal terbatas, merek belum terkenal dan terakhir market

nicher yang menjual produknya pada relung-relung/celah pasar yang belum terisi

oleh merek lain, (2) Adanya konsumen dan pemasok barang yang kontinu, (3)

Adanya bantuan dari pihak investor bank yang memberikan fasilitas keuangan (4)

Adanya sumber-sumber yang tersedia, yang masih bisa dimanfaatkan,( 5) Adanya

kebijaksanaan pemerintah yang menunjang berupa peraturan bidang ekonomi

yang menguntungkan.

Dalam penelitian ini materi kewirausahaan yang dipelajari adalah materi

dengan kompetensi dasar menganalisis aspek-aspek peluang usaha yang meliputi

(1) pelayanan prima (2) promosi (3) merencanakan promosi (4) teknik menjual (5)

seni menjual (6) kepuasan pelanggan (7) melakukan negoisasi (8) saluran dan dan

Gambar

Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Kewirausahaan Siswa  SMK Negeri 1 Lumbanjulu
Tabel 2.1 Komponen Strategi Pembelajaran
Table 2.3  Metode Tipe Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.7 Strategi  Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap

Peradangan ringan ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang neutrofil sedikit dan deskuamasi epitel hingga peradangan berat yang ditandai dengan penebalan mukosa

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan implementasi Pendidikan Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan oleh tutor dan nara sumber teknis di

Ini artinya upaya p"rrrbuttgrrtun karena masyarakat Karanganyar dan sekitarnya pertanian tanaman punlutr teisebut -hu.u, mulai banyak menggeluti usaha jamur

Staf Pengajar Departemen MSP, FPIK IPB.. PRARTONO dan HARPASIS.S.SANUSI. Sungai Tallo adalah salah satu sungai yang terletak di bagian Utara Kota Makassar. Sepanjang aliran sungai

Hasil penelitian Indrayati dan Jumberi (2001) pada tanaman padi menunjukkan pemberian bahan organik berasal dari jerami padi yang potensinya cukup banyak memberikan

tentang kesulitan siswa dalam mata pelajaran akuntansi terutama pada.

After make the merchandise budgeting at Mitra Mart as a traditional retail, the conclusions of this research is drawn.. Furthermore, suggestions for further