• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikasi Perubahan Iklim dan pengaruhnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Indikasi Perubahan Iklim dan pengaruhnya"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 1 No. 1, Februari 2015

ISSN 0215-1251 (print)

J

urnal

Teknik Sumber Daya Air

Kajian Pengembangan Pengisian Kekosongan Data Hujan: Studi Kasus DAS Serang

Hany Agusiani, Wanny K Adidarma, Hadi Kandara

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Air

di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha

Evaluasi Pola Operasi Waduk Selorejo Akibat Perubahan Iklim

di Kabupaten Malang Jawa Timur

Hematang Sasongko, Widandi Soetopo, Lily Montarcih L.

Opimasi Pola Operasi Waduk Jaigede untuk Memenuhi Kebutuhan Air Baku dan Listrik

Pri Dodhy Agbar, Edy Anto Soentoro, Waluyo Hatmoko

Kajian Risiko Overtopping pada Revetment Akibat Run-up Gelombang Laut :

Studi Kasus Pantai Tembok, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali

(2)

Vol. 1 No. 1, Februari 2015

ISSN 0215-1251

Jurnal Teknik Sumber Daya Air

Jurnal Teknik Sumber Daya Air merupakan jurnal sawala (peer-review) yang mempublikasikan hasil penelitian atau kajian dalam pengelolaan sumber daya air yang mencakup aspek konservasi, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Ketiga aspek ini secara inovatif dan kreatif disinergikan dengan penerapan teknologi yang berbasis pada interaksi lingkungan dan sosio-ekonomi pada suatu wilayah sungai. Jurnal ini diterbitkan secara berkala setiap bulan Februari, Juni dan Oktober dalam bentuk cetak (printed) dan daring (online).

Penanggung Jawab : Mudjiadi

Ketua Dewan Penyunting : Nadjadji Anwar

Anggota Dewan Penyunting : Djoko Legono Doddi Yudianto

Dwita Sutjiningsih Marsudiantoro Eka Nugraha Abdi

Iwan Kridasantausa Hadihardaja Lily Montarcih Limantara Rahmat Suria Lubis Suseno Darsono Tri Djoko Margianto Umboro Lasminto

Penyunting Pelaksana : Emir Faridz Heri Suprapto Reza Chandra Sri Wulandari Widya Silianti

Mitra Bestari : Anggrahini (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Budi Wignyosukarto (Universitas Gadjah Mada) Edijatno (Institut Teknologi Sepuluh Nopember) Indratmo Soekarno (Institut Teknologi Bandung) Joko Nugroho (Institut Teknologi Bandung)

Mochammad Amron (Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia) Nur Yuwono (Universitas Gadjah Mada)

Radianta Triatmadja (Universitas Gadjah Mada) Rahmat Djayadi (Universitas Gadjah Mada)

Robertus Wahyudi Triweko (Universitas Katolik Parahyangan) Simon Bramana (Puslitbang Sumber Daya Air)

Sri Harto Br (Universitas Gadjah Mada) Suripin (Universitas Diponegoro)

Waluyo Hatmoko (Puslitbang Sumber Daya Air) Widandi Soetopo (Universitas Brawijaya)

Redaksi : Asep Harhar Muharam

Tur Indah Sulistiowati

Alamat Redaksi

Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia

(3)

Vol. 1 No. 1, Februari 2015

ISSN 0215-1251

Jurnal Teknik Sumber Daya Air

KATA PengAnTAr

Para pembaca yang terhormat, dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Ilahi, Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI) menerbitkan Jurnal Teknik Sumber Daya Air (JTSDA) volume pertama edisi pertama bulan Februari 2015 yang merupakan edisi perdana. Pada edisi ini, permasalahan akibat perubahan iklim terhadap pola pengoperasian waduk, kejadian abrasi pantai dan erosi lahan menjadi tema yang menarik untuk dikaji dan dipelajari.

Diawali dengan permasalahan kekosongan data hujan, Hany Agustiani dan Wanny K. Adidarma, mengulas kasus di DAS Serang dengan analisis frekwensi hidrologi melalui 3 skenario yang dibandingkan dengan angka kesalahan masing-masing. Permasalahan perubahan iklim menjadi variabel penentu keberhasilan ketersediaan air. Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih dan Nyoman Suwarta melakukan kajian keseimbangan air di wilayah sungai Nasal-Padang Guci yang diramalkan akan mengalami deisit pada tahun 2030. Perubahan iklim ternyata telah mempengaruhi pola operasi waduk seperti yang disajikan oleh Hematang Sasongko, Widandi Soetopo dan Lily Montarcih L. dengan kasus pada waduk Selorejo, terutama pada musim kemarau yang kekurangan air irigasi pada persawahan di hilirnya sehingga harus dilakukan pembukaan pintu pelimpah. Kekhawatiran akan kekurangan air waduk juga dirasakan oleh Pri Dodhy Agbar, Edi Anto Soentoro dan Waluyo Hatmoko yang mengemukakan perlunya dilakukan optimasi pola operasi waduk Jatigede terkait dengan pemenuhan kebutuhan air baku dan enerji listrik. Akibat perubahan iklim tentunya juga mempengaruhi kejadian gelombang air laut, yang oleh Pian Sopian Amsori, Fitri Riandini dan Arno Adi Kuntoro membahas tentang ketahanan revetment dalam melawan terjadinya run-up gelombang laut. Pada akhirnya Mirwan Roiq G., Iwan K. Hadihardaja dan Agung Bagiawan menganalisa kejadian erosi lahan dengan menggunakan model hibrid MUSLE dan MIKE SHE.

(4)

Vol. 1 No. 1, Februari 2015

ISSN 0215-1251

Jurnal Teknik Sumber Daya Air

DAfTAr IsI

Daftar Isi ... iii

Kajian Pengembangan Pengisian Kekosongan Data Hujan: Studi Kasus DAS Serang ... 1-10

Hany Agustiani dan Wanny K Adidarma

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Air

di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci ... 11-22

Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha

Evaluasi Pola Operasi Waduk Selorejo Akibat Perubahan Iklim

di Kabupaten Malang Jawa Timur ... 23-34

Hematang Sasongko, Widandi Soetopo, Lily Montarcih L.

Optimasi Pola Operasi Waduk Jatigede untuk Memenuhi Kebutuhan Air Baku dan Listrik ... 35-46

Pri Dodhy Agbar, Edy Anto Soentoro, Waluyo Hatmoko

Kajian Risiko Overtopping pada Revetment Akibat Run-up Gelombang Laut :

Studi Kasus Pantai Tembok, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali ... 47-58

Pian Sopian Amsori, Fitri Riandini, Arno Adi Kuntoro

Kajian Erosi Lahan dengan Pemodelan Overland Flow pada Sub DAS Cimanyar ... 59-74

(5)

Himpunan

Ahli Teknik Hidraulik Indonesia

ISSN 0215-1251 Jurnal Teknik Sumber Daya Air Vol. 1 No. 1 - Februari 2015 | 11-22

InDIKAsI PerubAHAn IKlIm DAn PengAruHnyA TerHADAP

nerAcA AIr DI WIlAyAH sungAI nAsAl-PADAng gucI

Climate Change indiCatiOn and itS impaCt On the wateR

BalanCe Of naSal-padang guCi RiveR BaSin

Dwi Ariyani*, Dwita sutjiningsih, nyoman suwartha

Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, Depok, 16425 - Indonesia *E-mail: dwi_air03@yahoo.co.id

ABSTRAK

Perubahan iklim merupakan isu yang sedang dihadapi oleh masyarakat global, yang dipengaruhi oleh variabilitas curah hujan dan suhu udara. Penelitian ini di lakukan di wilayah sungai Nasal-Padang Guci, dengan menganalisis trendline curah hujan dan suhu udara, selama kurun waktu 1910-2010, sehingga diketahui pengaruhnya terhadap neraca air. Penelitian ini menggunakan metode Mann Kendall Test untuk mengetahui

kecendrungan trendline nya, serta metode Neraca Surplus Deisit untuk menganalisis neraca airnya. Dari hasil analisis didapatkan bahwa

suhu rata-rata bulanan naik sebesar 0,80C selama 54 tahun, sedangkan kenaikan curah hujan pada tahun 1910-1978 sebesar 20 mm/69 tahun, dan meningkat selama tahun 1979-2010 sebesar 125 mm/30 tahun. Kenaikan curah hujan dan suhu udara mempengaruhi ketersediaan dan kebutuhan air di WS Nasal-Padang Guci, dalam hal ini ketersediaan air dipengaruhi oleh curah hujan dan evapotranspirasi yang merupakan fungsi dari suhu, sedangkan kebutuhan airnya dipengaruhi oleh tataguna lahan dan jumlah penduduk. Dari perhitungan neraca air diketahui bahwa ketersediaan air sungai pada tahun 2030 lebih kecil dibandingkan dengan 2010, hal ini disebabkan karena pengaruh peningkatan suhu udara, sehingga nilai evaporasinya semakin besar. Ketersediaan air pada tahun 2010 sebesar 3358,4 juta m3/tahun, sedangkan kebutuhan air untuk irigasi 669 juta m3/tahun (20%), RKI (rumah tangga, perkotaan dan industri) sebesar 87,2 juta m3/tahun (3%), dan sisanya 2602,2 juta m3/tahun (77%), tidak dapat dimanfaatkan. Ketersediaan air pada tahun 2030 menurun dibandingkan dengan 2010 yaitu sebesar 2498,9 juta m3/tahun, untuk irigasi sebesar 1133,7 juta m3/tahun (45%), RKI sebesar 136,5 juta m3/tahun (4%), sedangkan sisanya 1228,8 juta m3/tahun

(51%) tidak dapat dimanfaatkan. Pada tahun 2010 air masih bisa mencukupi kebutuhannya dan terjadi deisit pada tahun 2030, yaitu pada

bulan Agustus dan September, sehingga diperlukan bantuan waduk untuk menyimpan air pada saat surplus, yang nantinya bisa digunakan

kembali pada saat deisit

Kata kunci: Mann Kendall Trend Test, Neraca Air, Perubahan Iklim, Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci.

ABSTRACT

Climate change is a global issue that is currently being faced by the global comunity, which is strongly inluenced by precipitation and air temperature variability. The research examines the increase rainfall and air temperature, during the period 1910-2010 in the Nasal-Padang Guci River Area, and its inluences on water balance. The study used Mann Kendall Test to determine the trend line of precipitation and air temperature, The method used water surplus and deisit to analyze water balance. The temperature rised of 0.80 C/54 years on the average. wRainfall in the year 1910-1978 increase by 20 mm/69 years, this is considered reasonable, and does not have any signiicant effect. However increased signiicantly in the year 1979-2010 it amounted to 125 mm/30 years. The increase of precipitation and air temperature variability affects water availability and water demand, in the Nasal-Padang Guci river area, in this case water availability is affected by rainfall and evapotranspiration as function of temperature, while the water demand is inluenced by land use and population. From the water balance

calculation the water availability in 2030 is less than 2010, this was due to the effect of increasing air temperature increases, because

increase of evaporation rate. Water Aviability in the year 2010 amounted to 3358.4 million m3 / year, while the water demand for irrigation is 669 million m3 / year (20%), household, urban and industrial amounted to 87.2 million m3 / year (3%), and 2602.2 million m3 / year (77%), can not be used. Water Aviability in 2030 decreased compared to 2010 amounted to 2498.9 million m3 / year, for irrigation amounted to 1133.7 million m3 / year (45%), household, urban and industrial at 136.5 million m3 / year (4%), and 1228.8 million m3 / year (51%) con not be used. By 2010 the water was still meet the demand while by 2030, there will be a deicit in the month of August and September, so that it needs support of reservoirs to store water surplus, which will be used during the deisit period.

Keywords: Global Climate Change, Mann Kendall Trend Test, Nasal-Padang Guci River Area, Water Balance.

PENDAHULUAN

Isu perubahan iklim global telah mempengaruhi opini sebagian besar masyarakat dunia dan mulai mewarnai berbagai kebijakan pembangunan di banyak negara, termasuk Indonesia. Hal ini bukanlah sesuatu yang berlebihan, karena beberapa kajian sejarah mengisyaratkan bahwa dampak perubahan iklim dapat berakibat fatal terhadap keberlangsungan

suatu peradaban. Beberapa kajian sejarah mengenai kepunahan peradaban Maya di Amerika Tengah sekitar tahun 950 Masehi menyimpulkan bahwa penyebabnya adalah kekeringan panjang yang menimpa masyarakat yang rentan terhadap perubahan iklim

(6)

12

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya ... (Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha)

Gambar 1. Perkembangan konsentrasi gas-gas rumah kaca di dalam atmosfer selama 2000 tahun sumber : IPCC,2007

Gambar 1 menjelaskan bahwa berdasarkan hasil skenario yang dilakukan oleh IPCC, konsentrasi gas rumah kaca mengalami peningkatan meliputi CO2, N2O, dan CH3, yang meningkat secara signiikan setelah tahun 1500, dan terus meningkat sampai tahun 2000. Hal inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya Global Climate Change. Sedangkan kenaikan suhu secara global di dunia disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Estimasi kenaikan suhu rata-rata global dengan analisis trend Sumber : IPCC,2007

Dari Gambar 2 diketahui bahwa akibat dari bertambahnya gas rumah kaca di dalam atmosfer menyebabkan suhu menjadi meningkat. Salah satu persoalan kebutuhan manusia yang terpengaruh sebagai dampak pemanasan global tersebut adalah ketersedian air. Ketersediaan air merupakan permasalahan yang penting yang terkait dengan perubahan iklim. (Vörösmarty et al., 2000).

Dengan meningkatnya jumlah penduduk bumi akan meningkat pula kebutuhan airnya. Kebutuhan air yang meningkat akan semakin menekan sistem air global yang berkaitan dengan efek pemanasan global. Hal ini berkorelasi dengan kebutuhan terhadap manajemen sumber daya air yang terintegrasi. Apabila hal ini tidak dilakukan akan berdampak pada perusakan sumber daya air secara isik, institusional, dan selanjutnya berimplikasi pada sosioekonomi.

Di Wilayah sungai Nasal-Padang Guci, pada tahun 2011 di Kota Bengkulu Kecamatan Singaran Pati, Sungai Serut, dan Muara Bangkahulu mengalami gagal panen, sehingga mengalami krisis pangan. Di sisi lain bencana banjir sering terjadi pada setiap tahun, di Daerah Aliran Sungai (DAS) Seginim kabupaten Bengkulu Selatan, dengan luas genangan banjir kurang lebih 100 ha dan lama banjir 5 jam (Bengkulu news, 2011). Penyebab banjir dikarenakan intensitas curah hujan yang tinggi pada saat musim penghujan, ditambah lagi dengan adanya perusakan hutan di bagian hulunya, penebangan liar dan konversi lahan menjadi perkebunan yang memperparah keadaan. Fakta tersebut mengindikasikan pentingnya manajemen sumber daya air yang baik, agar ketersediaan air bisa mencukupi kebutuhan.

METODOLOGI PENELITIAN

(7)

Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 1 - Februari 2015 | 11-22

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci, yang secara administrasi terletak pada tiga provinsi, yaitu Provinsi Bengkulu yang meliputi Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur serta Seluma, Provinsi Sumatera Selatan meliputi Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Provinsi Lampung meliputi Kabupaten Lampung Barat. Luas wilayah sungai Nasal-Padang Guci 4.867 Km2 (data SubDit PSDA), yang terdiri dari 19 DAS.

Data Yang Digunakan

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, terdiri dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), peta tutupan lahan, peta administrasi dan Peta Wilayah Sungai, tahun 2010. Data demograi terdiri dari data jumlah penduduk dan data social ekonomi masyarakat dari tahun 2007 s/d 2011. Data curah hujan terdiri dari 10 stasiun hujan di Wilayah sungai Nasal-Padang Guci, sumber dari BWS sumatera VII, berupa data curah hujan bulanan tiap stasiun dari tahun 1979 s/d 2010, dan untuk melengkapi data curah hujan agar didapatkan data yang panjang lebih dari 70 tahun, maka diambil data curah hujan bulanan dari tiga stasiun hujan yang dapat di unduh di Website milik NCDC NOAA, dari tahun 1910-1980. Data suhu udara diambil dari stasiun Bandar Udara Padang Kemiling dari tahun 1960-2013 (selama 53 tahun).

Trendline Curah Hujan dan Suhu Udara

Dalam menganalisis trendline perubahan iklim dilakukan uji Mann Kendall Test yang dikaji dari dua variabilitas iklim yaitu suhu dan curah hujan. Berdasarkan uji Mann Kendall Test H0 diasumsikan tidak ada trend, sedangkan H1 diasumsikan ada trend (Kamersu, Et all, 2012). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, berupa analisis pengaruh dari perubahan variabilitas curah hujan dan suhu terhadap neraca air yang ada di wilayah sungai Nasal - Padang Guci. Analisis data dan trendline perubahan curah hujan dan suhu udara disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir analisis data dan trendline

Perhitungan Ketersediaan Air

Ketersediaan air di wilayah Sungai Nasal-Padang Guci dianalisis dengan menggunakan metode Mock. Metode simulasi Mock ini memperhitungkan data curah hujan, evapotranspirasi, dan karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Sebelum melakukan analisis debit andalan metode Mock dilakukan uji konsistensi data dengan menggunakan Metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums), merupakan pengujian konsistensi data dengan menggunakan data dari stasiun itu sendiri, yaitu pengujian dengan kumulatif penyimpangan terhadap nilai rata-rata dibagi dengan akar kumulatif rerata penyimpangan kuadrat terhadap nilai reratanya. Nilai statistik Q dan R hitung,

Q : maks untuk 0 ... (1)

R : maks Sk** – min Sk** ... (2)

Bila nilai Q/n 0,5 dan R/n 0,5 hitung lebih kecil dari tabel, maka data dinyatakan konsisten (bisa diterima).

Untuk perhitungan debit andalan metode Mock memperhitungkan nilai Evapotranspirasi Potensial berdasarkan rumus Penman yang sudah di modiikasi, dan evapotranspirasi aktual dengan memperhitungkan kondisi vegetasi dan permukaan tanah serta curah hujan, di perlukan data curah hujan bulanan dan jumlah hari hujan untuk mendapatkan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial dihitung dengan menggunakan rumus:

ET = ETo* . c ... (3)

ETo* = W(0,7Rs – Rn1) + (1 – W).f(u).(ea-ed) ... (4)

(8)

14

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya ... (Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha)

Sedangkan evapotranspirasi aktual dihitung dengan rumus

... (5)

Dengan Ep merupakan evapotranspirasi potensial, m adalah exposed surface dan n adalah jumlah hari hujan, sehingga Eaktual = ET - ∆E ... (6)

Ground Water Storage merupakan nilai run off yang besarnya tergantung pada keseimbangan air dan kondisi tanahnya. Data yang diperlukan adalah : a) koeisien iniltrasi (I) diambil antara 0,2-0,5. b) Faktor resesi aliran air tanah (k) nilainya antara 0,4-0,7. c) Initial storage merupakan volume air tanah yang tersedia di awal perhitungan. Dengan persamaan sebagai berikut :

In = water surplus x I, dan V = k.V(n-1)+0,5(1+k)In, serta A = Vn-Vn-1 ... (7)

Dengan In merupakan iniltrasi volume air yang masuk ke dalam tanah, V adalah volume air tanah, dVn adalah perubahan volume air tanah bulan ke-n, V(n-1) adalah volume air tanah bulan ke (n-1), I adalah koeisien iniltrasi dan A merupakan volume tampungan per bulan. Perhitungan ketersediaan air sungai disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram alir Perhitungan debit andalan sungai

Perhitungan Kebutuhan Air

Kebutuhan air yang paling dipengaruhi oleh variabilitas iklim adalah kebutuhan air irigasi, yang dihitung berdasarkan luas lahan irigasi di wilayah sungai Nasal-Padang Guci. Kebutuhan air domestik/air baku dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk, sedangkan kebutuhan air pabrik berdasarkan jumlah karyawan. Kebutuhan air peternakan berdasakan jumlah hewan ternak. Sedangkan perikanan dipengaruhi oleh luas lahan untuk peruntukan perikanan dari peta tata guna lahan

Kebutuhan Air Irigasi

Dalam melakukan perhitungan air irigasi pertama harus dihitung terlebih dahulu nilai evaporasi dan evapotranspirasi dengan metode Penman modiikasi. Kemudian dibuat pola tata tanam dengan metode PU untuk mendapatkan kebutuhan air tanaman berdasarkan luas sawah yang ada di wilayah sungai Nasal-Padang Guci dari peta tata guna lahan.

Kebutuhan Air Domestik

Proyeksi jumlah penduduk menggunakan persamaan berikut Metode aritmatik :

Pn = Po+nr dan geometric Pn = Po (1+r)n ... (8)

Dengan, Pn adalah jumlah penduduk pada tahun ke-n, Po adalah jumlah penduduk pada tahun dasar, r adalah laju pertumbuhan penduduk dan n adalah jumlah interval. Setelah melakukan perhitungan proyeksi jumlah penduduk, maka bisa diketahui kebutuhan airnya sampai tahun yang diinginkan, dengan mengasumsikan tingkat pelayanan sebesar 60%, dan konsumsi air rata-rata diasumsikan berdasarkan jumlah penduduknya, sebesar 150 liter/orang/hari, ditentukan dari SNI 19-6728.1-2002, tentang penyusunan neraca sumber daya air

Kebutuhan Air Non Domestik

Untuk kebutuhan air non domestik seperti, kebutuhan air pada fasilitas sekolah, fasilitas pasar, tempat peribadatan, sarana dan prasarana kesehatan, dan lain sebagainya, dengan melihat data kependudukan, bayaknya sarana dan prasarana kesehatan dan tempat peribadatan, di tiap kabupaten, dan peta tata guna lahan. Sedangkan perhitungannya berdasarkan SNI 19-6728.1-2002, tentang penyusunan neraca sumber daya air.

Kebutuhan Air Peternakan

Kebutuhan air peternakan dihitung berdasarkan jumlah hewan ternak yang ada di wilayah sungai Nasal-Padang Guci, jumlah hewan ternak didapati dari data statistik Kabupaten dalam angka. Sedangkan perhitungan kebutuhan air nya berdasarkan SNI 19-6728.1-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber Daya Air.

Kebutuhan Air Perikanan

(9)

Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 1 - Februari 2015 | 11-22

Kebutuhan Air Industri

Untuk penentuan kebutuhan air industri parameter yang digunakan untuk menghitung adalah total jumlah karyawan. Nippon Koei menentapkan standar untuk kebutuhan air industri berdasarkan SNI tahun 2002, yaitu besar kebutuhan rata-ratanya adalah 2.000 lt/unit/ hari atau 500 lt/hari/karyawan (Nippon Koei, 1995 dalam SNI, 2002)

Neraca Air

Analisis neraca air dilakukan berdasarkan selisih antara ketersediaan dan kebutuhan airnya dengan Metode Neraca Surplus dan Deisit. Debit kebutuhan air diperhitungkan dari jumlah kebutuhan air yang digunakan, sedangkan ketersediaan airnya diperhitungkan dari debit andalan di WS Nasal-Padang Guci. Analisis kebutuhan dan ketersediaan Air dilakukan dengan menggunakan data sebelum dan setelah terjadi perubahan iklim. Diagram alir perhitungan kebutuhan air dan Neraca air dapat dilihat pada gambar 5.

Proyeksi Ketersediaan dan Kebutuhan Air

Proyeksi ketersediaan air berdasarkan peramalan data klimatologi dengan cara regresi sederhana dengan rumus Logaritma. Perubahan data klimatologi akan mempengaruhi penguapan terhadap ketersediaan air

sungai di masa yang akan datang. Sedangkan proyeksi kebutuhan air untuk kurun waktu 20 tahun dari 2010 s/d 2030, akan diperkirakan dengan metode sebagai berikut :

a) Irigasi diasumsikan akan dikembangkan sesuai dengan luas potensialnya berdasarkan peta pola rencana tata ruang dan wilayah di masing-masing propinsi yang mencakup wilayah sungai Nasal-Padang Guci.

b) Sedangkan kebutuhan air untuk RKI (Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri) dan juga peternakan dan perikanan akan diproyeksikan sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk. Dari analisa proyeksi ketersediaan dan kebutuhan air dimasa yang akan datang maka dapat diketahui bagaimana neraca airnya di tahun 2030.

Simulasi Neraca Air Waduk

Apabila dalam analisa neraca air nantinya terjadi deisit atau ketersediaan air tidak mencukupi kebutuhan airnya, maka dilakukan simulasi neraca air pada Waduk yang direncanakan di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci, yaitu bendungan Padang Guci dan bendungan Luas. Dengan luas total sawah yang diairi oleh bendungan padang Guci seluas 4.134 ha, dan bendungan luas seluas 4.700 ha (sumber: dinas PU, Balai Wilayah Sungai Sumatera VII)

(10)

16

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya ... (Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambar 6. Graik suhu minimum bulanan pada tahun

1960-2013 di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

Dari graik suhu udara minimum pada Gambar 6 dapat dilihat kenaikan trend dari bulan Januari tahun 1960, sampai bulan Desember tahun 2013, kenaikan suhu minimum terjadi secara signiicant pada bulan Desember tahun 2004. Suhu minimum tertinggi terjadi pada bulan Maret tahun 2008 yaitu 280C, sedangkan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Agustus tahun 1963 yaitu 19,30C. Selama 54 tahun yaitu dari tahun 1960-2013 terjadi kenaikan suhu udara minimum sebesar 2,20C, sedangkan selama 15 tahun yaitu dari tahun 1999-2013 suhu minimum mengalami kenaikan secara signiicant sebesar 2,80C.

Gambar 7. Graik suhu rata-rata bulanan pada tahun

1960-2013 di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

Dari graik suhu udara rata-rata pada Gambar 7, dapat dilihat kenaikan suhu rata-rata bulanan dari bulan Januari tahun 1960, sampai bulan Desember tahun 2013. Suhu rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Januari tahun 2006, dan bulan Maret tahun 2008 yaitu 300C, sedangkan suhu udara rata-rata terendah terjadi pada

bulan November tahun 1962 yaitu 24,20C selama 54 tahun dari tahun 1960-2013 terjadi kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,8 0C.

Gambar 8. Graik suhu maksimum bulanan pada tahun

1960-2013 di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

Dari graik suhu udara maksimum bulanan pada Gambar 8, dapat dilihat kenaikan trend dari bulan Januari tahun 1960, sampai bulan Desember tahun 2013, suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Maret tahun 2013, yaitu 34,40C, sedangkan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Juni tahun 1985 yaitu 280C. Selama 54 tahun dari tahun 1960-2013 terjadi kenaikan suhu udara maximum bulanan di WS Nasal-Padang Guci sebesar 10C.

Setelah trendline suhu udara diketahui, maka dilakukan analisa test atau uji trendline dengan Mann Kendall Test. Uji trendline dihitung dengan menggunakan Excel STAT. Hasil dari data suhu udara pada program Excel STAT, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil dari Mann Kendall Test pada data suhu di Minimum 69418 0,337 30127281,3 < 0,0001 0,1 Reject Ho

Rata-rata 36681 0,178 30119107 < 0,0001 0,1 Reject Ho Maximum 39452 0,191 30141410 < 0,0001 0,1 Reject Ho

Dari hasil analisis Mann Kendall Test pada Tabel 1 didapatkan nilai p-value lebih kecil dari signiicant level alpha yaitu 0,0001 dengan alpha diambil sebesar 0,1, maka Ho ditolak. Berdasarkan asumsi Mann

Kendall Test tersebut terdapat kenaikan suhu udara secara signiicant.

(11)

Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 1 - Februari 2015 | 11-22

bulanan sebesar 10C per 54 tahun. Kenaikan suhu udara ini dapat menjadi tanda terjadinya pemanasan global di wilayah sungai Nasal-Padang Guci, meskipun demikian, angka tersebut mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kesalahan pada pengukuran serta perubahan lokal efek panas perkotaan (urban heat), karena kenaikan suhu rata-rata hanya terhitung sekitar 0,8 0C/50 tahun

Trendline Perubahan Curah Hujan dengan Mann Kendall Test. Seperti dengan suhu udara analisa perubahan iklim terhadap data curah hujan di WS Nasal-Padang Guci, dikaji dengan melakukan analisis statistik Mann Kendall test. Graik curah hujan bulanan disajikan pada Gambar 9 merupakan graik curah hujan dari tahun1910-1978 dan Gambar 10 yang menyajikan graik curah hujan dari tahun 1979-2010.

Gambar 9. Graik Curah Hujan Wilayah dengan metode

Poligon Thiessen pada tahun 1910-1978 di WS

Nasal-Padang Guci

Pada tahun 1942-1951 tidak tersedia data curah hujan bulanan, sehingga dalam menganalisisnya, data pada tahun tersebut diabaikan (tidak dianggap berada dalam runtut waktu curah hujan), dan graik langsung dilanjutkan ke data curah hujan bulanan di tahun 1952, sehingga data lima tahunan yang tersedia adalah tahun 1941, 1952, 1953, 1954, dan 1955. Dari gambar 9 dapat dilihat graik runtut waktu curah hujan wilayah pada Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci, kenaikan curah hujan wilayah terjadi secara luktuatif selama periode 69 tahun. Pada gambar 9 dapat dilihat bahwa curah hujan tidak meningkat secara signiikan dari bulan Januari tahun 1910 sampai dengan bulan Desember tahun 1978. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan Maret tahun 1957 yaitu sebesar 803 mm, sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Juli tahun 1929 yaitu sebesar 10 mm. Kenaikan curah hujan sesuai dengan trendline selama kurun waktu 69 tahun sebesar 20 mm.

Gambar 10. Graik Curah Hujan Wilayah dengan metode

Poligon Thiessen pada tahun 1979-2010 di WS Nasal-Padang Guci

Dari Gambar 10 trendline kenaikan runtut waktu curah hujan terjadi secara signiicant dari bulan Januari tahun 1979 sampai bulan Desember tahun 2010. Curah hujan tertinggi pada periode ini terjadi pada bulan Desember tahun 1984, yaitu sebesar 591,5 mm, sedangkan curah hujan terendah pada periode ini terjadi pada bulan September tahun 1983, yaitu sebesar 10,5 mm, dengan kenaikan curah hujan selama 30 tahun dari tahun 1979 – 2010, sebesar 125 mm/30 tahun.

Hasil data curah hujan dengan program Excel STAT, periode tahun 1910 s/d 1978 dan periode 1979 s/d 2010, dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan uji Mann

Kendall Test H0 diasumsikan bahwa tidak ada trend, sedangkan H1 diasumsikan ada trend.

Tabel 2. Hasil dari Mann Kendall Test pada data curah hujan di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

Curah 1910-1978 8021 0,032 39349027,67 0,201 0,1 Accept Ho 1979-2010 18659 0,255 6266773,67 < 0,0001 0,1 Reject Ho

Dari hasil uji Mann Kendall Test, dapat diketahui nilai p-value = 0,201 lebih besar dari alpha, sehingga Ho diterima, hal ini bearti bahwa pada periode 1910-1980 tidak terjadi kenaikan curah hujan secara signiikan selama kurun waktu 69 tahun (sesuai dengan asumsi

Mann Kendall Test), kenaikannya hanya sebesar 20 mm selama kurun waktu 69 tahun. Sedangkan pada periode 1980-2010 nilai p-value lebih kecil dari nilai signiikan level alpha yaitu 0,0001<0,1, hal ini berarti pada periode tersebut terjadi kenaikan curah hujan secara signiicant, sebesar 125 mm selama kurun waktu 30 tahun.

(12)

18

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya ... (Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha)

selatan, dari tahun 2010 sampai 2030, yang dilihat perubahan dari besarnya perencanaan lahan irigasi sesuai dengan rencana RTRW di wilayah tersebut, sehingga didapatkan graik kebutuhan air pada tahun 2030 sebagai berikut :

Dari Gambar 12. dapat diketahui bahwa terjadi deisit neraca air pada bulan Agustus dan September, yaitu pada bulan Agustus sebesar 18,725 m3/detik, sedangkan bulan September deisitnya sebesar 23,409 m3/detik. Hal ini disebabkan karena faktor iklim, meningkatnya suhu udara menyebabkan berkurangnya ketersediaan air walaupun tidak terlalu signiikan. Faktor lainnya yaitu dengan meningkatnya jumlah lahan pertanian sesuai dengan RTRW pada wilayah sungai Nasal-Padang Guci yang diharapkan pada tahun 2030 luas total lahan pertanian di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci bisa mencapai 28179,54 ha, besarnya luas areal sawah yang harus diairi sangat mempengaruhi ketersediaan air sungai di WS Nasal-Padang Guci, sehingga untuk memenuhinya diperlukan pembangunan Waduk penampungan air pada saat surplus, yang dapat digunakan pada saat deisit.

Neraca Air Pertahun. Dari perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air di atas, maka dapat diketahui volume total ketersediaan dan penggunaan air selama setahun, dapat dilihat pada Tabel 3, sehingga dapat diketahui berapa total ketersediaan air selama tahun 2010 dan 2030, volume total air yang dimanfaatkan dan yang tidak dimanfaatkan.

suhu udara, 2014), sehingga evaporasi meningkat karena suhu meningkat, dan curah hujan bertambah.

Neraca Air Tahun 2010. Dari perhitungan ketersediaan dan kebutuhan air di wilayah sungai Nasal-Padang Guci, maka kita dapat menghitung neraca airnya dengan metode surplus deisit, yaitu ketersediaan air dikurangi dengan kebutuhan air. Kebutuhan air irigasi di WS Nasal-Padang Guci berdasarkan dengan luas lahan pertanian, luas lahan pertanian pada tahun 2010 berdasarkan peta RTRW tahun 2010 adalah 17. 666 ha. Berikut graik hasil perhitungan neraca air pada tahun 2010.

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa jumlah ketersediaan air mencukupi kebutuhannya, bahkan terjadi surplus air pada setiap bulannya. Untuk mengetahui lebih lanjut hubungan antara ketersediaan dan kebutuhan air pada tahun-tahun berikutnya maka di proyeksikan sesuai dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yaitu tahun 2010 sampai 2030, sehingga dapat diketahui apakah ketersediaannya masih bisa mencukupi sampai 20 tahun mendatang.

Proyeksi Neraca Air. Setelah mengetahui neraca air tahun 2010, kemudian dilakukan perhitungan proyeksi ketersediaan dan kebutuhan air. Untuk kebutuhan air domestik dan non domestik proyeksinya berdasarkan jumlah penduduk, jumlah karyawan dan tata guna lahan, sedangkan untuk kebutuhan air irigasi perhitungan berdasarkan peta rencana tata ruang dan wilayah di provinsi Bengkulu, Lampung dan Sumatera

Gambar 11. Graik Neraca Air Tahun 2010, di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

(13)

Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 1 - Februari 2015 | 11-22

Dari hasil perhitungan ketersediaan air tahun 2010 dapat diketahui bahwa jumlah ketersediaan air di wilayah sungai Nasal-Padang Guci sebesar 3358,4 juta m3/tahun, dengan total kebutuhan air irigasi sebesar 669 juta m3/tahun dan kebutuhan air RKI sebesar 87,2 juta m3/tahun. Jadi dari total jumlah ketersediaan air hanya 20 % terpakai untuk irigasi dengan total lahan irigasi sebesar 17666,67 ha dan 3%, terpakai untuk kebutuhan lainnya seperti rumah tangga, perkotaan dan industri, sisanya sebesar 77 % atau sebesar 2602,2 juta m3/tahun tidak dapat dimanfaatkan. Gambar diagram neraca air pada tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Diagram neraca Air Tahun 2010 di WS Nasal-Padang Guci

Setelah diproyeksikan data klimatologi digunakan untuk perhitungan ketersediaan air. Diketahui bahwa ketersediaan air pada tahun 2030 menurun dibandingkan tahun 2010, dengan total ketersediaan air 2498,94 juta m3/tahun. Sedangkan kebutuhan airnya meningkat pada sektor irigasi, dengan meningkatnya luas areal sawah sebesar 28.179,54 ha hampir 2 kali lipat dibandingkan luas areal sawah pada tahun 2010,

dengan total kebutuhan air irigasi pertahun sebesar 1.133,65 juta m3/tahun, dan kebutuhan air lainnya sebesar 136,50 juta m3/tahun. Jadi dari keseluruhan total ketersediaan air di WS Nasal-Padang Guci pada tahun 2030, sebesar 45% terpakai untuk irigasi, 4% untuk kebutuhan lainnya (RKI), dan sisanya sebesar 51% tidak dapat dimanfaatkan, yaitu sebesar 1.228,8 juta m3/tahun . Dari perhitungan neraca air tahun 2030 terjadi deisit neraca air pada bulan Agustus sebesar 19.904 m3/detik dan bulan September sebesar 24.588 m3/detik. Gambar diagram neraca air pada tahun 2030 dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Diagram neraca Air Tahun 2030 di WS Nasal-Padang Guci

Neraca Air Dengan Waduk. Perhitungan neraca air dengan waduk bertujuan untuk mengetahui seberapa besar air yang tersedia bisa memenuhi kebutuhan air, baik itu kebutuhan air irigasi ataupun kebutuhan air rumah tangga perkotaan dan Industri (RKI), untuk memenuhi kebutuhan air di WS Nasal-Padang Guci, maka perlu dilakukan Simulasi neraca air pada bendungan Padang Guci dan bendungan Luas selama 30 tahun, simulasi ini dilakukan dengan menggunakan Tabel 3. Neraca Air Tahun 2010 Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

Tahun 2010

Ketersediaan Air 117,89 142,86 84,72 98,43 84,64 57,86 55,62 24,18 70,49 152,17 191,48 196,22 106,38 3358,45 Kebutuhan Air

RKI 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 2,76 87,24 Irigasi 33,37 42,81 23,37 24,31 13,45 3,95 9,67 15,63 36,02 19,20 11,84 20,67 21,19 668,98 Total Kebutuhan 36,14 45,58 26,13 27,07 16,21 6,71 12,43 18,39 38,78 21,96 14,60 23,43 23,95 756,21

Tabel 4. Neraca Air Tahun 2030 Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci

Tahun 2030

Ketersediaan Air 93,14 82,83 57,01 73,25 49,.52 16,80 36,39 7,59 38,00 127,77 177,94 189,59 79,15 2498,94 Kebutuhan Air

(14)

20

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya ... (Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha)

data yang sudah ada selama 30 tahun dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2010. sehingga diketahui keseimbangan antara inlow dan outlow nya dengan adanya waduk, yang dapat dilihat pada Gambar 15 dan Gambar 16.

Gambar 15. Graik Neraca Air Bendungan Padang Guci

Waduk Padang Guci Mengairi Sawah Seluas 4.700 ha, Awal pengisian air pada waduk Padang Guci pada bulan Oktober, yaitu sebesar debit andalan, yang dikurangi dengan kebutuhan air irigasi, rumah tangga perkotaan dan industri (RKI), dan kehilangan air akibat rembesan dan perkolasi, yang menjadi volume akhir bulan, dan kemudian dipakai sebagai volume awal bulan di bulan selanjutnya (September), yang ditambahkan dengan volume debit andalan yang masuk kedalam waduk. Sehingga dari perhitungan simulasi neraca air, diketahui bahwa waduk akan terisi penuh pada bulan November tahun ke-dua pengisian waduk, sebesar tampungan efektifnya yaitu 160 juta m3, dengan debit yang melimpas sebesar 115,9 juta m3.

Untuk mengetahui tingkat keandalan waduk Padang Guci, dalam memenuhi kebutuhan air, maka dapat dihitung dengan rumus :

R = 100% - (n/N x 100%), dimana ; R = keandalan kapasitas waduk dalam persen; n : banyaknya waduk kosong dalam satuan waktu; N : panjangnya rangkaian data dalam satuan waktu.

Sehingga dapat dihitung tingkat keandalan waduknya :

R = 100% - (n/N x 100%) = 100% - (9/372 x 100%) = 97,5 %

Jadi Tingkat keandalan waduk Padang Guci adalah 97%, dilihat dari umur waduk dan besarnya kebutuhan airnya.

Gambar 16. Graik Neraca Air Bendungan Luas

Waduk Luas mengairi sawah seluas 5.100 ha , awal pengisian air pada waduk Luas sama dengan waduk padang Guci yaitu, pada bulan Oktober yang merupakan awal musim penghujan dan masa tanam padi I dimulai. Waduk Luas akan penuh pada bulan Juni tahun ke-6 dengan debit yang melimpah sebesar 33,22 juta m3. Sehingga dapat dihitung tingkat keandalan pada waduk Luas yaitu :

R = 100% - (n/N x 100%) = 100% - (2/372 x 100%) = 99,4%

Dari pola operasi waduk dapat diketahui bahwa ketersediaan air waduk Luas mencukupi kebutuhan sesuai dengan permintaan, dengan tingkat keandalan 99,4 %. Dengan adanya bendungan Padang Guci dan bendungan Luas mampu mengcover kebutuhan air irigasi kurang lebih sebesar 55,47 % dari total luas sawah yang ada di WS Nasal-Padang Guci dan bisa dimaksimalkan dengan mengoptimalkan pembagian pola tata tanam. Perhitungan tersebut menggunakan data tahun 1980-2010, perlu diteliti lebih lanjut apabila perubahan iklim diperhitungkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis trendline dengan Mann

(15)

Jurnal Teknik Sumber Daya Air, Vol. 1 No. 1 - Februari 2015 | 11-22

signiicant sebesar 125 mm/ 30 tahun. Jika dilihat dari hasil Menn Kendall Test dapat diketahui bahwa variabilitas suhu dan curah hujan meningkat secara signiikan sejak 30 tahun terakhir yaitu dari tahun 1980 sampai dengan 2010.

2. Ternyata perubahan variabilitas suhu dan curah hujan berpengaruh terhadap ketersediaan air di Wilayah Sungai Nasal-Padang Guci. Dari hasil perhitungan ketersediaan air tahun 2010 jumlah ketersediaan air masih bisa mencukupi kebutuhan, dengan total ketersediaan air pada tahun 2010 sebesar 3358,45 juta m3/tahun, yang pada tahun 2030 ketersediaan airnya menurun menjadi sebesar 2498,94 juta m3/tahun. Total kebutuhan air pada tahun 2010 sebesar 156,21 juta m3/tahun, dan pada tahun 2030 kebutuhan air meningkat menjadi sebesar 1232,93 juta m3/tahun. Berkurangnya ketersediaan air disebabkan karena meningkatnya evaporasi yang dapat dilihat pada graik kenaikan suhu udara di WS Nasal-Padang Guci. Sedangkan kebutuhan air meningkat karena pertambahan jumlah penduduk di WS Nasal-Padang Guci. 3. Pada tahun 2030 terjadi deisit neraca air pada bulan

Agustus dan September, sehingga untuk memenuhi kebutuhan air pada tahun-tahun deisit dilakukan simulasi dengan adanya waduk, di sungai Padang Guci dan sungai Luas, dengan menggunakan data iklim tahun 1980 sampai dengan 2010. Simulasi tampungan waduk dilakukan untuk mengetahui seberapa besar ketersediaan air pada waduk mampu mencukupi kebutuhan air penduduk terutama kebutuhan air irigasi. Dari Simulasi neraca air waduk, diketahui bahwa waduk Padang Guci akan penuh pada bulan November tahun ke-dua dengan tampungan efektif sebesar 160 juta m3, dengan tingkat keandalan waduk 97,5% dalam memenuhi permintaan kebutuhan air. Sedangkan waduk Luas akan terisi penuh pada bulan Oktober tahun ke-6, sebesar tampungan efektifnya yaitu 550 juta m3, dengan tingkat keandalan waduk 99,4% dalam memenuhi permintaan kebutuhan air pada daerah yang dilayani.

Saran

Saran Untuk Penelitian

1. Dengan potensi sumber daya air yang besar diharapkan wilayah sungai Padang Guci dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Sangat disayangkan sekali dengan jumlah debit andalan yang besar pada saat musim penghujan namun terjadi deisit pada saat musim kemarau. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi air di WS Nasal-Padang Guci maka diperlukan manajemen sumber daya air yang berkelanjutan, secara menyeluruh dalam satu wilayah sungai. Disamping itu dapat pula dengan melakukan simulasi pola tata tanam yang cocok, agar kebutuhan air terpenuhi.

2. Perhitungan proyeksi kebutuhan air berdasarkan peta RTRW yang sudah ditetapkan oleh pemerintah daerah, yaitu sekitar 20 tahun, dari tahun 2010-2030, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi untuk mengetahui neraca air per periode 5 tahunan, sehingga hasilnya lebih optimal.

Saran Untuk Aplikasi di Lapangan

1. Pembangunan waduk-waduk diperlukan pada potensi sumber daya air yang besar, agar mampu menyimpan air secara optimal pada saat musim penghujan yang bisa digunakan pada saat musim kemarau, dan pembangunan waduk ini harus segera direalisasikan, sehingga kebutuhan air pada tahun-tahun selanjutnya dapat segera terpenuhi, diharapkan pembangunan waduk tidak hanya direncanakan pada bendungan Padang Guci dan Luas saja, tapi juga di hulu dan hilir sungai Nasal-Padang Guci.

(16)

22

Indikasi Perubahan Iklim dan Pengaruhnya ... (Dwi Ariyani, Dwita Sutjiningsih, Nyoman Suwartha)

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. , 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah

Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Soemarto, C.D., 1999. Hidrologi Teknik, Penerbit Erlangga, Jakarta.

IPCC-Task Group on Data and Scenario Support for Impacts and Climate Analysis (TGCIA), 2007. General

Guidelines on The Use of Scenario Data for Climate

Impact and Adaptation Assessement, Version 2, pp. 66

Kamershu, N., 2012. Trend Detection in Annual Temperature and Precipitation using the Mann Kendall Test-A Case Study to Asses Climate Change on Select State in The Northeastern United State.

Earth and Environmental Science, 1-27.

Lorens, I., 2007. Dampak Perubahan Iklim Pada DAS

Citarum. Jakarta: WWF.

Serang, R., 2012. Pengaruh perubahan iklim terhadap Simulasi ketersediaan air di daerah irigasi golek, kecamatan Pakis Aji Kabupaten Malang dengan mempergunakan program linier. Hidrology , 15-23. Dawadi, S. dan Ahmad, S., 2012. Changing climatic

conditions in the Colorado River Basin: Implications for water resources management. Hydrology, 127– 141.

Dawadi, S. dan Ahmad, S., 2013. Evaluating the impact of demand-side management on water resources under changing climatic conditions and increasing population. Environmental Management, 261-275.

Kabupaten Bengkulu Selatan Dalam Angka Tahun 2013.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkulu Selatan.

Kabupaten Kaur Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Kabupaten Kaur.

Kabupaten Lampung Barat Dalam Angka Tahun 2011.

Badan Pusat Statistik Kabupaten lampung Barat.

Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2009. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2010. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Provinsi Sumatera Selatan Dalam Angka Tahun 2011.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu.

Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2010-2030. Bappeda Provinsi Sumatera Selatan.

Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun 2010-2030. Bappeda Provinsi Lampung.

Gambar

Gambar 2. Estimasi kenaikan suhu rata-rata global dengan analisis trend  Sumber : IPCC,2007
Gambar 3. Diagram alir analisis data dan trendline
Gambar 4. Diagram alir Perhitungan debit andalan sungai
Gambar 5. Diagram alir perhitungan neraca air wilayah sungai
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang prosedur SADARI sebagian besar (60,65%) memiliki tingkat pendidikan SMP. Tingkat

Populasi yang sangat kecil menyebabkan informasi tentang Badak Sumatera di Kalimantan sangat terbatas, hal ini berimplikasi terhadap catatan ilmiah maupun non ilmiah yang

k) Bagi penyedia yang hanya memasukkan hasil pemindaian (scan) jaminan penawaran tanpa memasukan jaminan penawaran asli maka akan dilakukan klarifikasi kepada penerbit jaminan

menciptakan produk yang sudah lama ada namun diberi sentuhan kreatifitas dan inovasi di dalam menyajikannya. Pembaharuan itu dilakukan dengan memberi variasi isi ke dalam

Industri maritim adalah khusus oleh karena cara kerja dan bersangkutan dengan produk-produk laut dan lautan. Salah satu segi kesehatan dalam industri maritim ialah

Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta

Selama periode Januari – April 2012 KPK telah melakukan 27 kali kegiatan terkait pendidikan antikorupsi, yaitu berupa FGD Sekolah, Workshop pengembangan panduan, FGD

Inti dari strategi investasi dan pertumbuhan portofolio kami, sebagaimana digariskan di atas, bergantung pada investasi menengah dan jangka panjang kami dalam kripto / aset yang