• Tidak ada hasil yang ditemukan

GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM (4)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM (4)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

GENDER DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Wulan Kurnia Hikmah Wulankh@gmail.com

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Metro ( STAIN )

Abstrak

Keseharian dalam kehidupan manusia terlihat banyak pandangan mengenai gender, banyaknya pendapat mengenai pengetian atau definisi gender sebenarnya semua itu memiliki satu makna. Pandangan serta masalah gender yang ditinjau dari pendidikan agama islam sangat menarik untuk di kupas dan dimaknai lebih mendalam. Gender yang berari perbedaan pada laki-laki dan perempuan , ada pula permasalahan yang menjadi kendala dalam gender, pendidikan agama islam yang semakin lama semakin merosot tingkat keberhasilan dalam pencapaian nya. Agar tidak lagi ada perbedaan dalam mendapatkan hak pendidikan baik itu laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama, tidak lagi ada pembatasan bagi perempuan untuk mendapatkan hak nya. Perspektif gender mengarah pada suatu pandangan atau pemahaman tentang peran perempuan dibedakan secara kodrati, dan peran gender yang ditetapkan secara sosial budaya. Perbedaan gender akan menjadi masalah jika perbedaan itu mengakibatkan ketimpangan perlakuan dalam masyarakat serta ketidakadilan dalam hak dan kesempatan baik bagi laki-laki maupun perempuan.

Kata kunci : Gender, Pendidikan, Kodrati Abstract

Human Everyday life seen a lot of views on gender, many opinions regarding to definition, or gender definition is actually all that has one meaning, the views and gender issues in terms of Islamic religious education is very interesting to peel and interpreted in more depth. Aqueous gender differences men and women, there are also problems that become obstacles in gender, Islamic religious education is becoming more and more degenerate levels of success in his achievement. that no longer exists a difference in getting the right kind of education that men and women have the same rights, no longer any restrictions for women to obtain his rights. The gender perspective leads to a view or understanding of the role of women distinguished by nature, and gender roles are defined socially and culturally. Gender differences will be a problem if those differences lead to treatment in the community as well as inequities in rights and opportunities for both men and women.

(2)

A. Pendahuluan

Bagi para orang-orang feminis, adanya faham kesetaraan gender di Indonesia adalah sebuah kepercayaan. Dalam konsep gender, pembedaan diantara kaum laki dan wanita berdasarkan perlakuan dengan pandangan social ataupun budaya. Perilaku yang menjadi identitas laki atau perempuan dibentuk dengan proser budaya dan juga social yang sudah, yang mencakup penampilan, pakaian, sikap, dan kepribadian. Apabila laki-laki dia semestinya terlihat maskulian serta jika wanita harus feminism layaknya perempuan yang mengikuti kodratnya. Maskulinitas yang ada pada laki-laki diperlihatkan melalui karakternya seorang laki-laki yang gagah, pantang menyerah, egois, berfikir rasional serta kuat layaknya laki-laki yang mengikuti kodratnya. Walaupun ada pula laki-laki yang tidak bersifat demikian. Karna setiap orang memiliki sifat yang berbeda. Apabila sifat-sifat tersebut banyak ditinggalkan ataupun tidak ada pada laki-laki, maka ia akan dianggap sebagai laki-laki yang kebancibancian.

Feminimitas seorang perempuan diperlihatkan dengan karakter yang sangat menonjol dan berbeda dengan laki-laki seperti lembut, rendah hati, anggun, suka mengalah, keibuan, lemah, dan dapat memahami kondisi orang lain. Apabilasifat yang positif itu kebanyakan ditinggal bahkan tidak di miliki oleh para wanita, maka wanita itu bias dikatakan wanita yang tidak menarik. Watak sosial budaya ada yang namanya perubahan dalam setiap sejarah, gender juga berubah dari satu waktu kewaktu selanjutnya, dari satu tempat dengan tempat yang lain. Selain itu jenis kelamin yang dimiliki manusia sebagai sebuah kodrat dari Tuhan tidak ada perubahan konsekuensi logisnya. Mereka beranggapan bahwa paham ini merupakan solusi jalan keluar yang digunakan untuk mengatasi kekerasan serta diskriminasi atas perempuan (Anwar, Pascasarjana, & Gontor, 2015).

(3)

ketakwaan terhadap Allah SWT. Untuk mensukseskan pembangunan tersebut, diperlukan sebuah SDM yang tinggi serta berkualita. Guna mencapai SDM yang tinggi tersebut sangat diperlukan pendidikan yang tinggi juga. Mengikutsertakan laki dan juga perempuan di dalam sebuah pembangunan, berarti memanfaatkan sumber daya insani yang potensial dalam pembangunan dan merupakan tindakan yang efekti serta efesien. Apalagi dengan dukungan yang berkualita serta sumber daya manusia yang tinggi dan dan pendidikan yang tinggi juga (Pengajar, Tarbiyah, & Ponorogo, 2010).

B. Pengertian Gender

Secara umum, definisi atau makna gender merupakan sebuah perbedaan yang terlihat dari laki-laki dan juga perempuan jika dipandang melalui nilai yang ada pada tingkah laku. Dalam women studies Ensiklopedia diberi penjelasan bahwasanya gender adalah praktik sebuah perilaku, peran serta karakter yang terlihat maupun tidak yang ada pada laki dan juga perempuan yang berkembang dalam masyarakat. perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciri dari sifat tersebut adalah sifat yang bias ditukar, seperti laki-laki yang bersikap sepeti perempuan yakni bersikap lemah lembut, perempuan yang berfikap seperti sikap laki-laki yakni bersikap kuat dan juga perkasa. Perubahan dan pertukaran sifat itu bias terjadi dari waktu ke waktu yang berbeda, melalui tempat ke tempat lain.gerakan dan praktik gender merupakan salah satu dari kreasi gerakan feminisme (“Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan Aceh ( Studi Kasus Di Banda Aceh Dan Aceh Besar ),” 2014).

(4)

Gender tidak jarang dimaknai dengan salah yaitu dengan pengertian "jenis kelamin" seperti halnya seks. Syari'at islam tidaklah ada yang membeda-bedakan manusia atas dasar jenis kelamin. Perbedaan peran juga fungsi laki-laki dan juga perempuan tidak berarti terjadinya diskriminasi atau degradasi antara yang satu dengan yang lain. Manusia memiliki hak-hak umum untuk hidup dalam martabat, hak dimana untuk memiliki bekal hidup dan hak-hak sosial dan sipil. Dengan hubunganya dengan masa yang akan dating bahwa manusia mempunyai hak untuk memilih bagaimana masa depanya tergantung pada usahanya untuk mendapatkan masa depan yang di inginkanya, islam pun memberikan hak kepada para perempuan untuk memilah dan memilih pasangan untuk mendampingi hidupnya sendiri. Nabi menyebutkan telah memberikan kembali hak seorang gadis untuk memilih suami yang sebelumnya mengeluh bahwa ayahnya memaksanya untuk menikah.

Seorang wanita juga memiliki hak-hak seperti berpenampilan indah, itu jika dia cukup indah, sempurna danjuga memiliki moral yang bagus. Para perempuan juga mempunya hak untuk membina hubungan social dengan orang lain, serta member partisipasi didalam mengolah serta membangunkomunitasnya. Dipandang dari artinya didalam kamus tidak dengan jelas adanya sebuah perbedaan makna seks dan juga gender. Seperti yang telah disebutkan di atas,kata tersebut merupakan kosa kata yang baru. meskipun demikian istilah kata itu telah sering digunakan. Walaupun kata gender belum masuk dalam perbendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah kata itu telah sering dipergunakan, misalnya di Kantor Menteri Negara Urusan peran wanita denga ejaan "Jender" dengan diartikan sebagai "interpretasi mental serta cultural terhadap seuatu perbedaan kelamin yaitu laki-lak dan juga perempuan. Biasanya dipakai guna memperlihatkan pembagian suatu pekerjaan yang tepat, mana untuk laki-laki dan mana untuk perempuan, itu tentu saja berbeda (Pai & Negeri, 2015). Gender adalah sebuah istilah psikologi serta kebudayaan yang menuju kepada sebuah perasaan subyek seorang laki-laki yang kelaki-lakian maupun wanita yang bersifat kewanitaan (gender identity). Gender merujuk pada penilaian masyarakat kepada sikap maskulin atau femini (gender role). Gender merupakan isu sentral dalam kajian hukum Islam dewasa ini. Oleh karena itulah, harus dipahami bahwa saat memperbincangkan sesuatu dalam konteks hokum islam akan sangat erat hubunganya dengan syari'ah serta fiqih.

(5)

tersebut sudah jelas diketahui dari tokoh para sahabat pada sasa Nabi, yang memiliki hubungan dalam permasalahan gender sering kali di sorot secara khusus merupakan perempuan. Beda hal nya dengan membahas hokum dalam islam dalam kontek fiqih, sangat terlihat sehingga berasal pada sebuah pendapat sangat kontroversial. Bagi masing-masing individual gender dimulai melalui penempatan pada kategori sexs yang berdasar pada kelamin yang terlihat sejak lahir. seks belum menunjukkan fungsinya hingga masa-masa pubertas. Sebuah perbedaan diantara laki-laki dan juga perempuan bukan sekedar biologis, namun secara sosial dan cultural (Islam, 2014).

Bicara mengenai gender didalam bahasa maka yang umum dinilai merupakan bagaimana cara mengungkapkan, gaya bahasa, dan larangan setiap kosakata bahasa yang selalu diucap oleh pembicara atau penuturnya. Hal tersebut dapat kita lihat dari penutur laki-laki maupun penutur perempuan. Sepertinya hal ini umum saja tetapi sebenarnya bila dinilai lebih dalam lagi maka dapat ditunjukan bahwasanya seorang penguasa dalam berbahasa untuk masing-masing gender laki dan juga perempuan memiliki perbedaan yang sangat terlihat. Kosa kata tertentu yang telah di atur oleh masing-masing gender dapat juga ditinjau sebagai sebuah perbedaan. Istilah gender dipergunakan dengan cara yang berbeda dari sex.

Gender dipergunakan guna mengidentifikasi sebuah perbedaan yang ada pada pria dan juga wanita melalui segi pandang social dan budaya. Sementara sex dipergunakan untuk mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang ada pada laki-laki dan juga perempuan dari sudut pandang atau segi anatomi biologi. gender lebih banyak berkonsentrasi kepada aspek sosial, budaya, dan lainya. Perbedaan itu menimbulkan sebuah pemisahan fungsi serta tanggungjawab antara laki-laki maupun perempuan. Laki-laki memiliki tugas untuk mengurus urusan diluar rumah sedangkan perempuan memiliki tugas untuk mengurusi urusan yang adadi dalam rumah (hunter) dan peramu (gatherer) didalam masyarakat yang masih tradisional bias dikatakan bahwasanya pada dasarnya peran gendertidaklah berasal dan berdiri dengan sendiri, melainkan dengan identitas serta berbagai karakteristik yang diasumsikan masyarakan terhadap laki-laki dan juga perempuan.

(6)

Anak perempuan bisa menguasai ungkapan yang lebih dari dua suku kata dari pada anak laki-laki. Alasanya adalah adanya sebuah perubahan kognitif seorang anak perempuan terjadi disaat umurnya 14 bulan hingga 20 bulan, sementara anak laki-laki terjadi perubahan kognitif diumur 20 serta 24 bulan (Pendidikan, 2013).

C. Pengertian Pedidikan Agama Islam

Proses pendidikan yang di jalani oleh umat Islam lebih cenderung menggunakan metode hafalan serta bukanlah memenfaatkan akal fikiran yang kreatif . Apabila dalam proses pembelajaran yang dijalani hanyalah menggunakan metode hafalan terus-menerus tanpa adanya pemanfaatan dan pemberian pendidikan softskill justru akan mengakibatkan para lulusan kelaknya hanyalah bisa menghafal pelajaran sedangkan mereka hanya memiliki sedikit keterampilan dalam dunia kerja atau keterampilan kelak yang dibutuhkan saat berada di lapangan pekerjaan saat mereka terjun ke dunia pekerjaan (Dedi Wahyudi, 2014).

pendidikan islam yang secara sederhana bias dicari maknanya berdasarkan kepada nilai-nilai yang ada pada ajaran agam islam sebagaimana yang terdapat daam al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW, semestinya telah terbebas dari prinsi yang tidak adil di dalam hal apapun termasuk tidak adil yang ada pada gender atau perlakuan yang diskriminasi kepada perempuan. Ciri-ciri otentisitas ajaran agama islam merupakan hal yang bersifat menyeuruh (holistic), yang adil, serta seimbang. Masa Rasulullah SAW adalah masa yang sangat ideal untuk kehidupan para perempuan, disana mereka bias berpartisipasi dengan cara yang beba dalam hidup yang purblik tanpa harus dibedakan dengan kaum laki-laki. Dasar pendidikan islam yang sesungguhnya itu memiliki kandungan makna konsep dasar nilai-nilai yang bersifat universal seperti adil, manusiawi, keterbukaan, dinamis dan juga seterusnya yangsesuai dengan sifat serta tujuan dalam pengajaran agama islam yang identik denga hal-hal dicontohkan Rasulullah SAW.

(7)

laki-laki terhadap perempuan.

laki-laki dan perempuan diciptakan seimbang dan serasi dan semestinya tidak boleh terjadi penindasan antara yang satu dengan yang lainnya. Perempuan maupun laki-laki sama-sama memiliki kehususan-kekhususan, tetapi secara ontologi mereka adalah sama-sama, sehingga dengan sendirinya semua hak laki-laki juga menjadi hak perempuan. Didalam bidang pendidikan, laki-laki ataupun perempuan memiliki hak, kewajiban, peluang dan kesempatan yang sama.

Pendidikan Islam berspektif kesetaraan gender merupakan sebuah system pendidikan yang merujuk kepada nilai yang ada dalam ajaran agama islam yang pada keseluruhan aspeknya tercermin azas keadilan dan kesetaraan antar laki-laki dan juga perempuan, menanamkan nilai-nilai yang menjujung tinggi persamaan ha kantar laki-laki dan juga perempuan, dan menanamkan sikap anti diskriminasi terhadap jenis kelamin-kelamin tertentu (Juono, 2015).

Ketika sebuah pendidikan dapat dimaknai sebagai sebuah latihan mental,moral dan fisik (jasmaniah) yang memberikan sebuah hasil dimana manusia itu dapat berbudaya yang tinggi guna melaksanakan tugas-tugas kewajiban serta tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka kependidikan berarti menumbuhkan personalisasi begi manusi menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbehan dan perkembangan manusia. Saran-saran pendidikan itu berbeda-beda menurut pandangan hidup dari masing-masing pendidik atau lembaga. Oleh karena itulah perlu adanya rumusan pandang hidup islam yang berarah pada sasaran pendidikan islam. Jika manusia itu berpredikat seorang muslim, menjad penganut agama yang sungguh-sunggu, dia harus mematuhi dan menjalankan ajaran agama islam dan juga bias menjaga supaya rahmat Allah tetaplah ada pada dirinya, dia juga mesti bias memahami serta menghayati juga mengamalkan dan mempraktekan ajaran yang dia dapat yang didorong oleh iman yang ia miiki dan selaras dengan aqidah islamiah. Demikian sehingga manusia diharuskan untuk dididi dengan proses-pendidikan yang islami yang memiliki tujuan yang baik.

(8)

islam. Ilmu pendidikan islam merupakan pengetahuan yang disajikan yang berasal dan bersumber dari pengetahuan tentang islam, serta sebuah ilmu pendidikan yang islami. Dengan begitu pengetahuan tentang ajaran islam juga bisa disebut sebagai bagan dari ilmu pendidikan.

Pendidikan islam merupakan sebuah system pendidikan yang merangkum semua aspek kehidupan manusia yang sangat dibutuhkan semua hamba Allah yang bersumber dari Al-qur'an dan Al-hadist serta ijtihad dari pada ulama-ulama muslim terdahulu. Karena itulah semua ilmu pengetahuan yang memiliki kandungan nilai yang bermanfaat merupakan ruang lingkup pendidikan islam (“Konsep Pendidikan Dalam Islam Masa Kini,” 2013).

Hakikatnya pendidikan dalam islam tidak diperbolehkan untuk dilepas begitu saja dari ajaran agama islam yang disajikan dalam Al-Qur`an dan Hadis. Karena kedua sumber tersebut adalah pedoman hidup yang identik di dalam pencarian sebuah khasanah ilmu apapun didalam Islam. Dengan bersumber dari kedua sumber tersebut yang diharapkan akan mendapatkan sebuah pandangan yang jelas tentang bagaimana itu hakikan pendidikan islam. Pendidikan islam meruopakantujuan untuk terbentuknya insane muslim yang dapat menyelaraskan mengimabangi antara kehidupan jasmani serta rohani untuk hidup dunia dan akhirat, seimbang pelaksanaan fungsi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah (Tengah, 2015).

Dalam perspektif sejarah, perkembangan ilmu-ilmu keislaman mengalami pasang surut. Suatu ketika mencapai puncak kejayaan, dan di saat yang lain mengalami kemunduran. Pesatnya sebuah perkembangan dalam ilmu pengetahuan di era klasik, setidaknya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu; pertama, etos keilmuan umat Islam yang sangat tinggi. Ilmu di dalam agama islam adala sebuah pengetahuan mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh dari para ilmuwan muslim atas persoalan-persoalan duniawidengan berlandaskan kepada wahyu Allah (Filosofis-historis, 2008).

D. Permasalahan Gender Dalam Pendidikan Agama Islam

(9)

Perempuan selalu menjadi sosok nomor dua dalam pergaulan sosial dan hal itu telah berlangsung lama. Hal ini mengakibkan munculnya kesadaran berfikir bagi semua wanita untuk berusaha dan melakukan sesuatu untuk mencapai keadilan yang ingin mereka dapatkan yakni kesetaraan gender. Ketidakadilan gender itu merupakan sifat, perbuatan, yang berat sebelah atau berpihak hanya sebelah atau memihak terhadap jenis kelamin tertentu, maka dari itu hal itu bias saja menyebabkan yang namanya kesenjangan sosial antar individu. Hal tersebut adalah sebuah perwujudan dari proses ketidaksetaraan gender yang bias mengaibatkan munculnya perasaan tidak memiliki kebebasan, seperti yang sudah dicontohkan terhadap bentuk marginalisasi serta bentuk kekerasan-kekerasan yang dialami oelh kaum perempuan (Abidah & Khalieqy, 2015).

Tugas dan adanya fungsi yang terdapat dalam pendidikan agama islam merupakan usaha guna memberi bimbingan serta arahan untuk semua manusia supaya mereka bisa sadar akan esensi serta eksistensi dirinya, menumbuh-kembangkan sifat,sikap yang dimiliki dan juga tingkah laku positif, mengendalikan dan menghilangkan sifat, sikap yang ada dalam diri dan juga perilaku yang dimiliki itu negatif. Apabila berhasil, maka secara esensial ia akan mampu untuk meletakan diri sendiri sebagai 'abd Allah, dan secara eksistensial ia mampu mewujudkan tugas sebagai khalifah yang semuanya adalah sebuah amana yang diberikanoleh Allah SWT.

Dengan upaya ini diharapkan pendidikan Islam mampu membentuk manusia yang memiliki kualitas hidup dan mampu melaksanakan kewajiban yang ada serta tanggungjawab yang telah diamanatkan, baik secara pribadi, maupun kepada masyarakat. Dengan kata lain, fungsi di dalam pendidikan islam digunakan untuk upaya menuju terbentuknya kepribadian insan muslim seutuhnya. pendidikan yang dilakukan berfungsi sebagai sarana pewaris budaya serta identitas yang dimiliki suatu komunitas yang dimana manusia melakukan berbagai bentuk interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain (Filosofis, 2007).

(10)

pendidikan yang rendah yang dimiliki perempuan dapat menyebabkan pembedaan antara laki-laki dan perempuan karena sangatlah berpengarus terhadap akses terhadap sumber prouksi dimana mereka selalu beranggapan bahwa lebih banyak terkontrasi pada pekerjaan yang informal yang berupah rendah, rendah pendidikan yang dimiliki maka rendah juga nilai harga jualnya. Selain itu, pengaruh dalam kepemilikan sebuah pendidikan setiap individu menunjukan sebuah kecendrungan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan yang dimiliki maka akan semakin besar ketidaksetaraan gender yang ada dalam system pengupahan.

Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki perempuanitu akan sangat besar dampaknya karena hal tersebut akan memicu seorang perempuan belum dapat memiliki peran yang lebih besar seperti yang di inginkan dalam kesetaraan gender dalam setiap pembangunan apapun. Rendahnya tingkat pendidikan setiap penduduk perempuan hal tersebut akan menyebabkan perempuan belum dapat berperan aktif seperti laki-laki yang berpendidikan pula yang lebih besar dalam pembangunan. Peningkatan taraf pendidikan dan hilangnya diskriminasi gender dapat memberikan ruang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan dan ikut menentukan kebijakan dalam bidang politik. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki perempuan makan sangat diharapkan munculnya ketinggian pula kualitas sumber daya yang dimilikinya. Karena perempuan yang memiliki kualitas pendidikan yang tinggi atau berpendidikan itu diharapkan mampu membuat keluarganya lebih sehat serta menciptakan pendidikan yang baik dan bermutu kelak untuk anaknya. Selain itu, perempuan yang berpendidikan tinggi serta kuaitas pendidikan yang baik akan memiliki peluang guna mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, berkelas serta berpenghasilan lebih besar dan pekerjaan yang terhormat pula. Dan juga sebaliknya, perempuan memiliki pendidikan rendah akan jauh lebih rentan serta ekonomi yang lebih cenderung lebih rendah pula.

Penidikan yang rendah yang dimiliki setiap perempuan sangatlah berpengaruh terhadap akses terhadap sumber produksi dimana mereka lebih banyakterkontaminasi terhadap pekerjaan yang informal yang berupah rendah. Selain itu pengaruh yang ada dalam pendidikan menunjukan sebuah kecenderungan dimana semakin rendah tingkat pendidikan makan akan semaki besar pula ketidaksetaraan gender dalam system pengupahan. Perbedaan dalam peran praktiknya gender itu terbentuk oleh factor sejarah, ideologis, ekonomi, etnis, serta kebudayaan. Gender merupakan sebuah perbedaan perilaku antara laki-laki dan juga perempuan bukan secara biologis, melainkan terbentuk dengan melewati proses dan tahap social serta kultural.

(11)

menentukan macam-macam pengalaman hidupyang telah di alami yang bisa menentukan sebuah akses dalam sebuah pendidikan, kerja, alat serta sumber daya. Ketidaksetaraan gender dengan menyeluruhnya adalah akibat dari laar belakang dari pendidikan yang tidak setara. Ketidaksetaraan gender bidang pendidikan banyak merugikan perempuan,hal itu bisa dilihat, anak perempuan cenderung putus sekolah ketika keuangan keluarga tidak mencukupi,seorang wanita diharuskan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan rumah tangga, selain itu rendahnya pendidikan yang dimiliki perempuan faktor-faktor kesenjangan gender bidang pendidikan ke dalam 4 aspek yaitu: 1) Akses merupakan sebuah peluang ataupun sebuah kesempatan yang dimiliki setiap orang untuk mendapatkan dan juga menggunakan sumber daya apapun. 2) Partisipasi adalah keikutsertaan atau peran seseorang/kelompok di dalam setiap kegiatan yang ada dan atau di dalam mengambil sebuah keputusan. 3) control merupakan sebuah penguasaan, wewenang ataupun kekuatan dalam pengambilan sebuah keputusan, 4). Manfaat adalah kegunaan sumber yang bisa gunakan dengan cara-cara yang optimal (Fitrianti, 2012).

Gender yang menimbulkan sebuah bipolaritas sifat, peran serta dimana posisi laki-laki dan juga perempuan itu yang berbeda yang berasal pada kemunculan sebuah ketidakadilan sosial menjadi langgeng salah satunya dikarenakan kedapatan legitimasi teologis dari paham agama. Salah satu kritik feminis terhadap agama terkait dengan peran agama dalam memperkuat dan melanggengkan budaya yang patriarkhal. Sebuah kritikan dan juga tantangan-tantangan yang ada dari feminis terhadap fenomena agama. Gender penting dipertanyakan kembali dikarenakan perbedaan gender sudah menimbulkan banyak seklai bentuk ketidakadilan social di dalam masyarakan yang kian merugikan salah satu jenis kelamin, yaitu perempuan (“Gender Dan Konstruksi,” 2009).

(12)

dibandingkan murid laki-laki, serta lebih tingginya angka kelulusan dan angka bertahan (retention rate) murid perempuan dibandingkan murid laki-laki. Namun usaha-usaha yang dilakukan guna melakukan pembongkaran bias gender mesti dilakukan melalui rumah tangga juga pribadi dari masing-masing sampaipada kebijakan pemerintah dan juga Negara, tafsir agama bahkan epistimologi pengetahuan (Iqbal, 2015).

Umat-umat islam banyak sekali yang terjebak denganya sehingga hasil ijtihad oleh para ulama yang kemudian dirumuskan di dalam teologi islam, fikih maupun keilmuan yang lain, dianggap sebagai ajaran agama yang tidak dapat diubah dan diganggu gugat. Padahal, tidak demikian adanya. Oleh karena itulah, perlu adanya usaha-usaha yang digunakan guna membongkar pemahaman tentang teks agama yang selama ini telah digunakan sebagai alat legitimasi untuk pola pemikiran yang memiliki sifat patriarkis tersebut, yang jauh dari keadilan jender. Upaya-upaya yang bisa dikalakukan guna membalikan pemahaman tentang agama supaya dapat tercapai kesetaraan antara laki-laki dan juga perempuan yang dicita-citakan dan juga dikehendaki oleh ajaran Al-Qur'an dan juga Hadis nabi itu perlu sekali untuk digalakan, terutama dalamtataran ilmiah, sehingga haslnyapun dapat disosialisasikan ke masyarakat.

Banyak sekelompok orang yang memiliki anggapan bahwasanya masalah perempuan adalah masalah kecil, berbeda dengan pendapat Husain bahwa masalah dunia perempuan, yaitu ketidakadilan terhadap perempuan dan subordinasi kepadanya adalah masalah besar. Baginya perepuan merupakan salah satu bagian dari manusia. Ketika dijadikan nomer dua, maka ini sesungguhnya merupakan sebuah masalah besar bagi kemanusiaan. Pendidikan akan member sebuah pemahaman bahwasanya didalam pendidikan mengalami penyimpangan ataupun ketimpangan terhadap yang jenis kelamin perempuan. Di dalam pendidikan itu sendiri ternyata selama ini telah dimasuki pewarisan ketimpangan gender, tetapi para praktisi pendidikan tidaklah pernah memahaminya sebagai permasalahan yang sangan mendesak guna ditangani.

(13)

isu-isu tentang kesetaraan gender yang ada dalam proses pendidikan islam menjadi sebuah topic yang sangatlah penting, sebab isu ketidakadilan gender yang selalu berasal dari persoalan hegemoni kekuasaan yang bersumber dari jenis kelamin tidaklah hanya berpengaruh oleh faktor kekuasaan, atau lingkungan, tetapi agama juga ikut menjustifikasi hal itu. Salah satu contoh ayat Al-qur'an yang dipandang senada surat An-Nisa' ayat 34 Allah telah berfirman, yang artinya: para kaumlaki-laki merupakan seorang pemimpin untuk kaum perempuan, oleh karenanya Allah sudah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas kebahagian yang lain (perempuan), dan juga dikarenakan mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka perempuan yang sholeha, ialah mereka yang taat dan patuh kepada perintah-perintah Allah lagi yang memelihara diri saat suaminya tidak ada, karena itulah Allah sudah memelihara (mereka). perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkanya. Sesunguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar (Utama, 2011).

E. Solusi Permasalahan Gender Dalam Pendidikan Agama Islam

Allah menjadikan perempuan agak berlainan dalam hal bentuk dan susunan tubuhnya menunjukkan perbedaan antara mana yang laki-laki dan mana yang perempuan. Perbedaan itu tentu mengandung hikmah dan kepentingan yang setiap orang tidak akan membantahnya. Dengan perbedaan itu pula, mereka merasa dapat saling cinta mencintai, sayang menyayangi, saling mengambil faedah satu kepada dan dari yang lain. Adanya perlakuan yang adil serta tidak memihak dari allah terhadap semua mahluk ciptaanya bahwa Allah tidak pernah membeda-bedakan jenis kelamin di dalam perihal kedudukan yang mulia bagi mereka yang bertakwa. Islam memberikan hak-hak yang sama terhadap laki-laki maupun perempuan, yang artinya masingmasing itu mempunyai kewajiban walaupun di dalam beberapa hal yang sudah sesuai dengan kodratnya masing-masing ada perbedaannya lantaran perbedaan jenisnya. Sebagaimana halnya penciptaan,hak-hak dan juga kewajiban perempuan juga menjadi penting.

(14)

kemerdekaan ekonomi dan social yang sudah sesuai dengan kepribadian perempuan. Di dalam Islam tentang pendidikan tidak ada diskriminasi diantara laki-laki dan juga, keduanya sama-sama mempunyai hak untuk mengenal pendidikan Kitab suci Al-Qur'an member sebuah keterangan yang sangatlah jelas bahwasanya perempuan mempercayai suatu individualnya sendiri serta tidaklah perlu hanya sebagai pelengkap saja bagi ayah, suami atau saudara laki-lakinya. Mereka mendapatkan semua hak-hak individunya sebagai ibu, isteri atau anak perempuan. Baik sebagai anak perempuan, isteri maupun ibu, semuanya memiliki konsekwensi yang berat, mulia dan strategis karena ibu dengan menggunakan perhatian dan kasih sayangnya terhadap anak nya dan keteladannya dan juga perhatian anak terhadapnya dapat menciptakan pemimpin-pemimpin dan juga bahkan dapat pula membina umat.

(15)

F. Simpulan

Gender didalam pendidikan islam adalah kegiatan ataupun proses yang dilewati untuk mengaitkan satu komponen dengan yang lain guna mencapai sebuah pendidikan yang lebih baik dari sebelumnya, mengenai kegiatan penyusunan, pelaksanaan, nilai dan juga pelengkapan di dalam pendidikan islam. Keadilan yang ada dalam gender adalah suatu hal yang esensial di dalam proses pendidikan itu sendiri, sebab tujuan utamanya yang ingin dicapai untuk meningkatkan seluruh kualitas sumber daya manusia, khususnya perempuan. pada masa kini, seorang wanita dapat menjadi seorang pemimpin. Namun dengan demikian, peraturan yang syar'I mesti harus tetap dilakukan. Kebebasan bagi setiap perempuan bukan lagi sebuah kebebasan absolut. Setiap wanita yang ikut serta dalam dunia laki-laki harusah tetap selalu menjaga kehormatan dan martabatnya sebagai seorang perempuan serta tidaklah melanggar syari'at Islam. Dengan karakteristiknya, seperti tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan dicita-citakan pendidikan islam dan kurikulum yang adala dalam pendidikan islam. Dan dengan beberapa metode dalam pendidikan islam yang secara garis besarnya terdapat di dalam Al-Qur'an dan Hadis, yaitu mengandung muatan keadilan bagi perempuan.

(16)

REFERENSI

Abidah, K., & Khalieqy, E. L. (2015). Ketidakadilan Gender Dalam Novel Geni Jora Karya Abidah, 3(15).

Anwar, S., Pascasarjana, M., & Gontor, U. (2015). Problem Aplikasi Paham Gender dalam Keluarga, 13(1), 22–24.

Dedi Wahyudi. (2014). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Pendidikan Akhlak Dengan Program Prezi, 1–16.

Filosofis-historis, P. (2008). Ilmu Pengetahuan Dalam Islam (Perspektif Filosofis-Historis) Mohammad Kosim, 3(2), 131.

Filosofis, P. (2007). Islam Dan Pendidikan (Perspektif Filosofis) Zainul Hasan, 2(2), 233– 235.

Fitrianti, R. (2012). Ketidaksetaraan gender dalam pendidikan ;, 17(1), 85–100. Gender Dan Konstruksi. (2009), 10(2), 220–227.

Iqbal, M. M. (2015). Diskursus Gender Dalam, 15(1), 99–120.

Islam, J. P. (2014). Gender dan Pengembangan Pemikiran Pendidikan Islam, III(2), 289–306. https://doi.org/10.14421/jpi.2014.32.289-306

Juono, R. P. (2015). Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan Islam ( Studi Pemikiran Pendidikan Hamka dalam Tafsir al-Azhar ), 15(1), 121–142.

Konsep Pendidikan Dalam Islam Masa Kini. (2013), 2(2), 356–358.

Pai, G., & Negeri, S. M. K. (2015). Isu gender dalam pendidikan islam, 25(2), 98–110. Pendidikan, P. (2013). Perbedaan Gender Dalam Penguasaan Bahasa Dipandang Dari

Persfektif Psikologi Pendidikan Oleh: Sri Yuliani Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan UNP Padang, XIII(1), 47–51.

Pengajar, S., Tarbiyah, J., & Ponorogo, S. (2010). Pendidikan Islam Berperspektif Gender Evi Muafiah, 5(2), 194.

Pengaruh Sosialisasi Gender Terhadap Pembentukan Pola Pikir Perempuan Aceh ( Studi Kasus di Banda Aceh dan Aceh Besar ). (2014), 1(2), 297–316.

Tengah, J. (2015). Pendidikan Sensitif Gender dalam Islam :, 8(2), 274–277.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan komunikasi yang terjadi antara perawat dan lansia di panti jompo Aisyiah Surakarta dilakukan oleh para perawat dengan salah satu tujuannya

Di antara nilai universal yang dikaji adalah meliputi prinsip kejujuran dan keadilan, kesetaraan gender, persatuan dan kesatuan umat, toleransi dan kerukunan umat

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan, metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, dan studi dokumentas, analisis data menggunakan metode

Salah satu cara untuk dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis adalah dengan cara membiasakan dan melatih siswa untuk

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik tersebut

Dengan tersedianya Sistem informasi pelayanan jasa berbasis website pelayanan dilakukan dengan cara tidak bertatap muka secara langsung. Calon pengantin melakukan pendaftaran

Data training ini menggunakan delapan attribute yang didapatkan pada analisis tekukan jari tangan dan analisis posisi kemiringan tangan, berikut adalah attribute

Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengenai Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pemenang Lomba Masak Serba Ikan yang telah dirancang, penulis