BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian deskriptif korelatif adalah penelitian yang bertujuan memberikan gambaran atau diskripsi tentang suatu keadaan atau objek, pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mengukur variabel bebas dan variabel terikat yang dikumpulkan dalam waktu bersamaan. Penelitian adalah merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah di tentukan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada seluruh proses (Wibowo, 2014).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Suka Jaya dan kecamatan Suka Karya Kota Sabang.
3.3. Sumber Informasi
Untuk mendapatkan data tepat maka perlu ditentukan sumber informasi yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive) dengan demikian penentuan sumber informasi di lakukan dengan tehnik purposive Purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel yang sering di gunakan dalam penelitian, sumber data sengaja di ambil dengan pertimbangan tertentu yakni sumber data dianggap paling tahu tentang apa yang di harapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang di teliti (Sugiyono, 2009).
Sumber informasi data sekunder dalam penelitian ini yaitu 1. Petugas keordinator jiwa dinas kesehatan Kota Sabang 2. Perawat kesehatan jiwa (CMHN) di puskesmas.
3. Kader kesehatan jiwa (KKJ) tiap Desa/Gampong di Kota Sabang.
Sumber informasi data primer di ambil dari keseluruhan penderita gangguan jiwa skizofrenia,melalui wawancara keluarga terdekat.
3.4. Populasi dan Sampel 3.4.1. Populasi
3.4.2. Sampel
Sampel adalah sebagai dari jumlah dan karakteristik populasi yang di teliti (Arikunto,2006) dalam penelitian ini mengambil teknik total sampling. yaitu semua populasi dijadikan sampel penelitian sebanyak 82 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia. Wawancara dilakukan dengan keluarga terdekat yang merawat dan menjaga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia tersebut dan dengan karakteristik sampel untuk keluarga yang dapat di masukkan dalam kriteria peneliti adalah
a. Anggota keluarga yang terdekat dan terlibat merawat klien b. Bertanggung jawab terhadap klien dan tinggal bersama klien c. Berusia lebih dari 18 tahun
d. Bisa membaca dan menulis
e. Bersedia sebagai responden dalam penelitian
3.5. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan langsung kepada subyek penelitian dengan teknik wawancara kepada keluarga terdekat yang tinggal serumah dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dengan bantuan kuesioner yang meliputi data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut :
3.5.1. Data Primer
telah disusun. Data primer yang dikumpulkan adalah semua data yang termasuk dalam variabel independen.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sabang.dukumentasi perawat kesehatan jiwa puskesmas (CMHN), Clinikal Methal Health Nursest dan dokumentasi kader kesehatan jiwa tiap desa di kota Sabang.
3.5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah tingkat keadaan dan kesalahan alat ukur untuk mengukur apa yang di ukur (Sugiyono,2006) alat ukur adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditasannya atau kesahihan sesuatu instrument. Uji Validitas instrument penelitian yang digunakan adalah validitas konstruk dengan mengetahui nilai total setiap item pada analisis reability yang tercantum pada nilai correlation corrected item. Suatu pertanyaan yang dikatakan valid atau bermakna sebagai alat pengumpul data bila korelasi hasil hitung hitung) lebih besar dari angka kritik nilai korelasi (r-tabel), pada taraf signifikansi 95% (Riduwan, 2005), alat ukur di gunakan pada setiap pertanyaan yang di lakukan yang dianggap valit dan bermakna untuk pengumpulan data di setiap kuisioner yang di berikan pada responden di setiap kunjungan ke keluarga orang dengan gangguan jiwa skizofrenia di Kota Sabang.
3.5.4. Uji Reliabilitas
tersebut sudah baik. Apabila datanya memang benar dan sesuai kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama. Tehnik yang dipakai untuk menguji kuesioner penelitian adalah tehnik Alpha Cronbach yaitu dengan menguji coba instrument kepada sekelompok responden pada satu kali pengukuran, juga pada taraf kepercayaan pengujian adalah 95% (Riduwan, 2005)
Sebelum di lakukan penelitian kepada responden, terlebih dahulu di lakukan uji validitas dan realibilitas kuesioner kepada 82 responden keluarga orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) skizofrenia di Kota Sabang
Uji validitas variabel faktor yaitu faktor somatik dimana yang di ukur adalah Genetik/keturunan, cacat kogenital, jasmaniah, penyalahgunaan obat-obatan, penyakit dan cedera tubuh. Faktor psikologik yang di ukur adalah trauma masa kanak-kanak, hubungan keluarga, struktur keluarga, kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan, dan stres berat. Faktor sosial kultural (budaya) yang di ukur cara membesarkan anak, sistem nilai, kepincangan antara keinginan dengan kenyataan, ketegangan akibat faktor ekonomi, perpindahan keluarga, dan masalah minoritas.
Setelah semua pertanyaan valit, analisis di lanjutkan dengan uji relibialitas, pertanyaan di katakan realibilitas jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau setabil dari waktu ke waktu (Ghozali,2005).
Tabel 3.1. Hasil uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner Peneliti
reliabel, dengan demikian kuesioner yang di gunakan untuk penelitian ini valit dan reliabilitas.
3.6. Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1. Variabel
Variabel dependen (terikat) penelitian ini adalah sakit gangguan jiwa skizofrenia dan variable independen (bebas) adalah
1. Faktor Somatik yaitu Genetik/keturunan, Cacat kogenital, Jasmaniah, Penyalahgunaan obat-obatan Penyakit dan cedera tubuh.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik) yaitu Trauma masa kanak-kanak, Kehilangan asuh anak, Hubungan keluarga, Struktur keluarga, Kekecewaan dan pengalaman menyakitkan, Stres berat.
3. Faktor Sosial Kultural yaitu Cara-cara membesarkan anak,Sistem nilai, Kepincangan antara keinginan dengan kenyataan, Ketegangan akibat faktor ekonomi, Perpindahan keluarga dan Keluarga minoritas.
3.6.2. Definisi Operasional 3.6.2.1. Variabel Independen
2. Cacat kogenital adalah cacat yang didapatkan sejak lahir dapat mempengaruhi jiwa anak.
3. Jasmaniah, bentuk tubuh seseorang sangat berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu. Misalnya: yang bertubuh gemuk/endofrom, kurus/ectofrorm, terlalu tinggi badan atau terlalu pendek.
4. Penyalahguaan obat-obatan, Koping yang maladatif yang di gunakan individu untuk menghadapi stressor melalui obat-obatan yang memiliki sifat adiksi (efek ketergantungan)
5. Penyakit dan cedera tubuh,penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, kangker yang memungkinkan merasa murung dan sedih,demikian juga cedera/cacat tubuh tertentu yang menyebabkan rasa rendah diri.
6. Trauma masa kanak-kanak,Depresi dini biologis maupun psikologik yang terjadi pada masa bayi, anak-anak, misalny anak anak di tolak, menimbulkan rasa tidak nyaman dan dia akan mengembangkan cara penyesuaian yang salah.
7. Hubungan keluarga, dari masa kanak kanak keluarga sudah memegang peranan penting dalam membentukan kepribadian.
8. Struktur keluarga, keluarga kecil atau besar mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
9. Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan, kematian, kecelakaan, Peceraian dsb.
11.Cara membesarkan anak, yang kaku dan oteriter.di mana hubungan antara orang tua anak menjadi kaku dan tidak hangat.
12.Sistim nilai, perbedaan sistem nilai budaya dan etika serta moral yang sering menimbulkan masalah jiwa di lingkungan sekitarnya.
13.Kepincangan antara keinginan dengan kenyataan dimana Iklan-iklan di radio, televisi, surat kabar film dan lain –lain menimbulkan bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin jauh dari kenyaat sehari-hari.
14.Ketegangan akibat faktor ekonomi adalah tingkat pendapatan keluarga responden dalam satu bulan yang dihitung berdasarkan UMK Kota Sabang
15.Perpindahan satu keluarga, khusus anak yang sedang berkembang kepribadianya akan berubah
16.Masalah minoritas, tekanan yang di alami golongan ini dari lingkungannya dapat mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk sikap acuh atau melakukan tindakan –tindakan yang akan merugikan orang lain. 3.6.2.2. Variabel Dependen
3.7. Metode Pengukuran
Pengukuran dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan indikator dari variabel yang telah ditentukan. Bentuk pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran nominal dan ordinal.
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Indikator Jumlah Alat Ukur Hasil Ukur Variabel Nilai 1 Skala
Variabel Dependen
Genetik//keturunan 2
Kuesioner dengan 2 item pernyataan
1 = Ada
0= Tidak ada 0-1 Nominal
Cacat Kogenital 5
Kuesioner
Hubungan keluarga 8
Kuesioner dengan 8 item pernyataan
1 = Baik
0= Kurang 0-1 Nominal
Struktur keluarga 2
Tabel 3.2. (Lanjutan)
Variabel Jumlah
Indikator Alat Ukur Hasil Ukur
Nilai 1
Masalah minoritas 1
Kuesioner dengan 1 item pernyataan
1 = ya
0= Tidak 0-1 Nominal
3.8. Metode Analisis Data
Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian (Explanatory Rescerch) populasi pada penelitian ini berjumlah 82 orang,menggunakan total samping, data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah berupa data yang berskala nominal dan ordinal sesuai dengan tujuan penelitian, maka pendekatan analisis yang digunakan adalah secara Analisis univariat, dimana Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik masing-masing variabel independen.
Analisa Bivarit di gunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan dependen melalui uji statistik Chi-Square (X2). Dalam penelitian ini analisis
Chi-Square dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan kaidah pengambilan yang di inteprestasi dengan jika nilai p < taraf nyata (α= 0,05) maka Ho ditolak dan jika
uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nila expected kurang dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel.
3.9. Hipotesis
1. Hipotesis nol (Ho)
a. Tidak ada hubungan antara faktor somatik dengan kejadian skizofreni b. Tidak ada hubungan antara faktor psikososial dengan kejadian skizofrenia c. Tidak ada hubungan antara faktor sosialkultural dengan kejadian skizofrenia 2. Hipotesis Alternatif ( Ha)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografi
Kota Sabang merupakan wilayah paling barat di Republik Indonesia, secara giografi Kota Sabang terletak pada keordinat 050 46’28”-05054’28” lintang utara (LU) dan 95013’02”-95022”36’ bujur timur (BT).
a. Kota Sabang Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Selat Malaka, b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Benggala
c. Sebelah Barat di batasi oleh Samudra Indonesia
Secara giografi Kota Sabang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan negara-negara lain seperti dengan India, Malasiya dan Thailand serta merupakan alur pelayaran Internasional bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar wilayah Indonesia dari arah barat.
Kota Sabang memiliki keseluruhan luas daratan yaitu 153 Km2. Terdiri dari Kecamatan Sukajaya seluas 80 Km2 dan Kecamatan Sukakarya seluas 73 Km2 (Berdasarkan Analisa data Citra Satelit Tata Ruang Kota.2009).
a. Luas Daratan 121,7.Km2 (12177.18), ha b. Luas Perairan 920,5 Km2 (92,052,77), ha
Tabel 4.1. Luas Daratan Pulau-pulau di Kota Sabang Tahun 2016
No Nama Pulau Luas, ( ha )
1 Pulau Weh 12,060,56
2 Pulau Klah 18,66
3 Pulau Rubiah 35,75
4 Pulau Seulako 3,5
5 Pulau Rondo 50,67
Total luas daratan 12,177,18.
Sumber : Sabang Dalam Angka Tahun 2016
Data Topografi berdasarkan badan meteorologi dan giofisika.2016. a. Dataran Rendah (3%)
b. Bergelombang (10%) c. Berbukit-bukit (35%) d. Bergunung (52%)
Kondisi geologi Kota Sabang, terdapat 70% batu vulkanis, batu vulkanis (andestia 27% ).batu sedimen (line stono 3%) yang merupakan endapan aluvial. Cuaca Pulau Weh mengalami 2 musim yaitu :
a. Hujan bulan September sampai dengan Februari. b. Kemarau bulan Maret sampai dengan Agustus
Curah hujan tercatat rata-rata 1,745,2,232 mm/ tahun terendah bulan Maret 18 mm/tahun, dan tertinggi bulan September 278 mm/tahun.
4.1.2. Demografi a. Jumlah penduduk
Berdasarkan data BPS Kota Sabang 2016, Jumlah penduduk kota sabang adalah: 33215 jiwa
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Sabang Tahun 2016
Tahun 2013 2014 2015 2016
Jumlah Total
Penduduk 29761 31191 32218 33215
Sumber : BPS Kota Sabang Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebanyak 29761 jiwa dan sampai dengan tahun 2016 sebanyak 33215 jiwa.
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tiap Desa di Kota Sabang Tahun 2016
No Nama
Kecamatan Nama Desa
Laki-laki Perempuan Jumlah %
1 Sukakarya Paya Seunara 1372 1310 2682 8,07
Krueng Raya 780 807 1587 4,77
Aneuk Laot 513 499 1012 3,04
Tabel 4.3. (Lanjutan)
No Nama
Kecamatan Nama Desa
Laki-Sumber : BPS Desember Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Kota Sabang yaitu 33215 dimana yang laki-laki sebanyak 16819 jiwa (50.63%) dan perempuan 16396 jiwa (49,36%). penduduk di Kecamatan Sukakarya berjumlah 16620 jiwa (50,03%), sedangkan Kecamatan Sukajaya berjumlah 16601 jiwa (49,98%)
b. Kepadatan Penduduk
Di tinjau dari aspek kepadatan penduduk kecamatan Sukakarya paling padat penduduknya yaitu : 243 jiwa/Km², angka ini lebih tinggi dari angka rata Kota Sabang yaitu: 217 jiwa/ Km². Sedangkan Kecamatan Sukajaya hanya 193 jiwa/Km².
c. Pertumbuhan Penduduk
sampai sekarang ini peningkatan lebih cepat karena adanya kebijakan perberlakuan dari perdagangan bebas dan pelabuhan bebas serta determinasi wisata baik, lokal, nasional maupun internasinal.
d. Sarana Kesehatan
Berdasarkan profil dinas kesehatan jumlah sarana Rumah Sakit, Puskesmas dan sarana kesehatan lainya di Kota Sabang, 2016.
Tabel 4.4. Jumlah Sarana Rumah Sakit, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di Kota Sabang 2016
Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Pustu
Sukajaya 0 3 8
Sukakarya 2 3 4
Total 2 6 12
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
Tabel 4.5. Jumlah Posyandu di Dua Kecamatan Sukajaya dan Sukakarya Pergampong/Desa di Kota Sabang Tahun 2016
Desa/Gampong Jumlah Posyandu
Balohan 2
Berdasarkan profil dinas Kesehatan Kota Sabang Jumlah tenaga kesehatan, baik yang bekerja di Rumah Sakit, puskesmas, Puskesmas pembantu serta Posyandu berjumlah 125 orang di 2 (dua) kecamatan yaitu Sukajaya dan Sukakarya.
Tabel 4.6. Distribusi Tenaga Kesehatan di 2 (dua) Kecamatan Kota Sabang Tahun 2016
Sarana Kesehatan Dokter Perawat Gigi Bidan Perawat
Umum Spesialis
Puskesmas Sukajaya 5 0 2 18 19
Puskesmas Sukakarya 3 0 1 21 22
Rumah Sakit Umum 12 4 2 29 73
Rumah Sakit AL 2 0 0 1 15
Total 22 4 5 69 125
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas jumlah tenaga kesehatan yang paling banyak yaitu : Perawat dengan jumlah 125 orang, bidan 69 orang, dokter 22 orang, perawat gigi 5 orang dan dokter spesialis berjumlah 4 orang.
Tabel 4.7. Distribusi Tenaga Kesehatan Jiwa Berdasarkan Jenis Kelamin KotaSabang Tahun 2016
No Tenaga Kesehatan L P %
1 Jumlah Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) 2 44 85,18
2 Jumlah Perawat Fasilitator Kesehatan Jiwa 0 1 1,85
3 Jumlah Perawat Kes. Jiwa Masyarakat 0 7 12,96
4 Jumlah Dokter Mahir Jiwa (GP+) 0 2 3,70
5 Jumlah Psikiater 0 0 0
Total 2 54 100
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
fasilisator kesehatan jiwa 1 orang perempuan bertugas di dinas kesehatan yang mempunyai tugas
1. Merumus program kegiatan. 2. Melakukan keordinasi kegiatan.
3. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
4. Membuat jadwal kunjungan ke puskesmas dan rumah pasien gangguan jiwa 5. Menbuat POA dan memonitoring kegiatan perawat CMHN di puskesmas serta
kader desa dalam melakukan pelayanan jiwa
6. Menerima laporan tiap bulan dari perawat CMHN di puskesmas dan menganalisa serta merumuskanya, perawat kesehatan jiwa 7 orang perempuan, jumlah dokter mahir kesehatan jiwa 2 orang perempuan
Tabel 4.8. Distribusi Tenaga Dokter GP Plus dan Tempat Tugasnya di Kota Sabang Tahun 2016
No Jumlah Dokter GP Plus Puskesmas Keterangan
1 1 Puskesmas Sukajaya aktif
2 1 Puskesmas Sukajaya aktif
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
Tabel 4.9. Distribusi Perawat Kesehatan Jiwa Masyarakat (CMHN) dan Tempat Tugasnya di KotaSabang Tahun 2016
No Nama Puskesmas Jumlah Perawat CMHN Tingkat Pelatihan
BC IC
1 Puskesmas Sukajaya 4 2 1
2 Puskesmas Cot Ba’u 3 2 1
3 Puskesmas Sukakarya 4 4 1
4 Puskesmas Jaboi 3 2 1
5 Puskesmas Iboih 2 2 0
6 Puskesmas Pria Laot 2 2 0
Total 18 14 4
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas jumlah perawat CMHN berjumlah 18 orang, Perawat CMHN adalah perawat yang telah di berikan pelatihan tentang kesehatan jiwa baik pelatihan BC (Basis center) maupun pelatihan intensife center (IC) dan tugasnya yaitu :
1. Menyusun resdas kegiatan jiwa setiap bulan
3. Membuat jadwal kunjungan rumah dan melakukan penyuluhan kesehatan jiwa pada masyarakat setiap bulan melalui pusling
4. Menganalisa lembaran data mengenai hasil kegiatan
5. Melakukan rujukan pada pasien sakit jiwa ke rumah sakit jiwa bila tidak dapat di tanggulang lagi di puskesmas
6. Melaporkan dan menulis hasil kegiatan di laporan keswa secara tertulis kepada petugas keordinator jiwa di dinas kesehatan.
Di Kota Sabang jumlah perawat CMHN dimana puskesmas sukajaya berjumlah berjumlah 4 orang, puskesmas cot bau berjumlah 3 orang, puskesmas Sukakarya berjumlah 4 orang, puskesmas jaboi 3 orang, puskesmas iboih 2 orang dan puskesmas Pria Laut berjumlah 2 orang dimana yang telah mengikuti pelatihan dasar jiwa Basic center.(BC) 14 orang dan yang telah mengikuti intensife canter (IC) 4 Orang.
Tabel 4.10. Distribusi Kader Kesehatan Jiwa dan Tempat Tugasnya di Kota Sabang Tahun 2016
No Wilayah Kerja Puskesmas
Jumlah
Kader Tempat Tugas Keterangan
1 2 3 4 5
1 Iboih 2 Kelurahan Iboih Aktif
2 Pria Laot 2 Kelurahan batee shook Aktif
3 Cot Ba’U 2 Kelurahan Cot Ba’U Aktif
4 Sukajaya 8 Sukajaya Aktif
5 Jaboi 10 Jaboi Aktif
6 Sukakarya 16 Sukakarya Aktif
Jumlah Total 40 Semua Aktif
Sumber : Dinkes Kota Sabang Tahun 2016
Kader keswa adalah petugas yang telah di latih menanggulang kasus jiwa di lingkungan desa dan mempunyai fungsi
1. Mengawasi pasien gangguan jiwa di lingkungan desanya
2. Melakukan kunjungan rumah dalam mengawasi pemberian obat terhadap pasien gangguan jiwa
Berdasarkan tabel di atas jumlah kader kesehatan jiwa di tiap lorong di Kota Sabang berjumlah 42 orang dengan penempatanya yaitu, Sukakarya 16 orang,Jaboi 10 orang dan Sukajaya 8 orang, Cot Bak”u 2 orang, Pria Laut 2 orang dan Iboih 2 orang dan semuanya aktif.
Tabel 4.11. Distribusi Tingkat Pendidikan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Skizofrenia di Kota Sabang Tahun 2016
No Tingkat pendidikan Jumlah/orang ( % )
1 SD 59 78
2 SMP 12 12
3 SMU 8 8
4 D3 3 2
Total 82 100
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sabang Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa tingkat pendidikan orang yang dengan gangguan jiwa di Kota Sabang paling rendah SD 59 responden (78%) dan paling tinggi 3 responden (2%) di jenjang D3.
Tabel 4.12. Distribusi Jumlah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Skizofrenia Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Sabang Tahun 2016
No Alamat Jenis Kelamin
Lk Pr Total
1 Balohan 3 3 6
2 Ie- Meule 7 2 9
3 Ujung Karang 1 0 1
4 Anoi Itam 6 0 6
5 B,Batu 4 0 4
6 Cot Bak’u 4 0 4
7 Cot Mancang 3 0 3
8 Bay Pass 1 0 1
9 Kota Atas 6 1 7
10 KBT 11 3 15
11 Krueng Raya 4 0 4
Tabel 4.12. (Lanjutan)
No Alamat Jenis Kelamin
Lk Pr Total
13 Paya Senara 1 0 1
14 Iboih 6 1 7
15 Bate Shoek 0 1 1
16 Pria Laut 1 0 1
17 Keneukai 3 0 3
18 Beurawang 2 1 3
19 Paya Keneukai 0 2 2
20 Aneuk laut 1 0 1
21 Alu Jaba 0 1 1
22 Blang Garout 1 0 1
Jumlah Total 68 14 82
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Sabang Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas jumlah pasien skizofrenia berjumlah 82 orang, laki-laki 68 orang (82,92%) dan perempuan 14 orang (17,73%)
Tabel 4.13. Distribusi Jumlah Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Skizofrenia berdasarkan Katagori di Kota Sabang Tahun 2016
No Jenis Kelamin Katagori
Ringan Berat Sedang ( %)
1 Laki-laki 43 8 17 82,92%
2 Perempuan 6 4 4 17,73%
Jumlah Total 49 12 21 100
4.2. Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner dan analisis data pada penelitian ini adalah analisa univariat dan analisa bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.
4.1.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran tentang pengetahuan dan sikap keluarga pasien tentang skizofrenia.
Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Katagori dan Persentasenya
No Skizofrenia Frekuensi Persentase
1 Ringan 49 59,75 (14,65%) sedang 21 responden (25,60%) dari 82 responden.
Tabel 4.15. Distribusi Faktor Somatik Menurut Pendapat Responden
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Genetik
4 Penyalahgunaan Obat-obatan
Ya 27 32,9
Tidak 55 67,1
5 Penyakit dan Cedera Tubuh
Ya 0 0
Berdasarkan tabel 4.15. dapat diketahui bahwa pendapat responden mayoritas dalam menjawab ya pada pertanyaan tentang faktor somatik dari genetik yaitu sebanyak 32 responden (39,0%), sedangkan dalam menjawab kategori tidak sebanyak 50. responden (61,0%). Dari tabel diatas dapat di ketahui bahwa faktor somatik terutama di sebabkan genetik/keturunan skizofrenia di Kota Sabang pada penyalahgunaan obat-obatan responden yang menjawab ya sebanyak 27 responden (32,9%) sedangkan yang menjawab tidak 55 responden (67,1%) sedangkan cacat kogenital, jasmaniah, peningkatan skizofrenia, faktor dalam peningkatan skizofrenia sedangkan penyakit cedera tubuh skizofrenia di Kota Sabang.
Tabel 4.16. Distribusi Faktor Psikologis Menurut Pendapat Responden
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Trauma Masa Kanak-Kanak
Ya 51 62,2
Tidak 31 37,8
2 Hubungan Keluarga
Baik 47 57,3
Kurang 35 42,7
3 Struktur Keluarga
Ya 0 0
Tidak 82 100,0
4 Pengalaman Menyakitkan
Ya 78 95,1
Tidak 4 4,9
5 Stres Berat
Ya 46 56,1
Tidak 36 43,9
(56,1%).trauma masa kanak- kanak responden berpendapat ya 51orang (62,2%) responden yang berpendapat ya hubungan keluarga 47 orang (57,3%) struktur keluarga responden tidak ada yang berpendapat pada pertanyaan hubungan keluarga responden yang menjawab baik sebanyak 47 responden (57,3%) yang menjawab kurang sebanyak 35 responden (42,7%), hubungan keluarga dengan skizofrenia, pertanyaan struktur keluarga juga semua reponden sebanyak 82,(100%) menjawab tidak pertanyaan pengalaman menyakitkan responden yang menjawab ya sebanyak 78 responden (95,1%) sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 4 responden (4,9%) Sedangkan pertanyaan katagori stres berat responden yang menjawab ya sebanyak 46 responden(56,1%) dan yang menjawab tidak sebanyak 36 responden(43,9%).
Tabel 4.17. Distribusi Faktor Sosial Kultural Menurut Pendapat Responden
No Variabel Frekuensi Persentase
1 Cara Membesarakan anak,kaku/oteriter
Ya 41 50,0
Tidak 41 50,0
2 Sistim Nilai
Ya (+) 29 35,4
Tidak (-) 53 64,6
3 Kepincangan antara keinginan dengan kenyataan
Ya 25 30,5
Tidak 57 69,9
4 Sosial ekonomi
Tinggi 5 6,1
Rendah 77 93,9
5 Perpindahan keluarga
Ya 0 0
Tidak 82 100
6 Minoritas
Ya 0 0
Berdasarkan tabel di atas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar repsonden yang menjawab ya pada pertanyaan cara membesarkan anak sebanyak 41 responden (50,0%) sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 41 responden (50,0%) dan pada pertanyaan sistem nilai menjawab ya tidak mempengaruhi anak sebanyak 29 responden (35,4%) sedangkan yang menjawab tidak mempengaruhi anak 53 responden (64,6 %), pertanyaan kepincangan antara keinginan dengan kenyataan,yang menjawab ya 25 responden (30,5%) sedangkan yang menjawab tidak sebanyak 57 responden (69,9%) pertanyaan sosial ekonomi responden yang menjawab rendah 77 responden (93,9%) dan yang tinggi sebanyak 5 responden (6,1%), sedangkan perpindahan keluarga, minoritas pada umumnya responden 82 orang menjawab tidak.
4.2.2. Analisis Bivariat
Tabel 4.18. Hubungan Faktor Somatik dengan Kejadian Skizofrenia
Berdasarkan tabel di atas di ketahui bahwa sebagian besar responden berpendapat faktor genetik dari 32 responden yang menjawab faktor genetik ya 26 responden (81,3%) skizifrenia ringan, sedangkan dari 50 responden yang menyatakan faktor genetik tidak 25 responden (50%) skizofrenia ringan dan skizofrenia berat/sedang. hasil uji statistik Chi square di ketahui ada hubungan antara genetik dengan skizofrenia (P value= 0,004).
Faktor cacat kogenital ya 2 responden 50,0% skizofrenia ringan sedangkan 49 reponden 62,2% menyatakan tidak ringan, dan 2 responden 50% menyatakan ya berat sedang, juga 29 responden 32,2% menyatakan tidak berat sedang, hasil uji chi squara menunjukan tidak ada hubungan antara cacat kogenital dengan skizofrenia ( p value = 0,606)
Tabel 4.19. Hubungan Faktor Psikologis dengan Kejadian Skizofrenia Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui sebagian besar pendapat responden yang di sebabkan faktor Pisikologi dari responden yang menjawab faktor trauma masa kanak-kanak ya 30 responden (58,8%) skizifrenia ringan, sedangkan dari 21 responden (67,7%) yang menyatakan faktor troma masa kanak-kanak tidak, dan 21 responden (41,2%) skizofrenia ringan dan skizofrenia berat/sedang. Beradasarkan hasil uji statistik Chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara trauma masa kanak-kanak dengan skizofrenia (P value= 0,419).
Faktor hubungan keluarga yang menjawab ya ringan 24 responden 51,1% yang menjawab tidak ringan 27 responden 77,1%, yang menjawab ya berat/sedang 23 responden 48,9%, sedangkan yang menjawab tidak berat/sedang 8 reponden 37,2% uji Chi square menunjukan ada hubungan antara hubungan keluarga dengan skizofrenia di Kota Sabang ( p value = 0,016).
faktor Stres berat yang menjawab ya 24 responden (52,2%) skizofrenia ringan, 22 responden (47,8%) yang menjawab ya berat/sedang, sedangkan yang menjawab tidak 27 responden (75,0%) ringan dan yang menjawab tidak berat/sedang 9 responden (25,0%). Berdasarkan hasil uji Chi square menunjukan ada hubungan stres berat dengan skizofrenia ( p value = 0,034 ).
Tabel 4.20. Hubungan Faktor Sosial Kultural dengan Kejadian Skizofrenia
Variabel Kategori Sosial Ekonomi Tinggi
Berdasarkan tabel di atas di ketahui sebahagian besar pendapat responden di sebabkan karena faktor sosial kultural dari responden yang menjawab faktor sistem nilai responden yang menjawab ya 29 responden (54,7%) skizifrenia ringan, sedangkan dari 24 responden (45,3%) yang menyatakan ya berat/sedang dan tidak, ringan 22 responden (52,9%) berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan sistem nilai dengan skizofrenia (P value = 0,059).
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Analisis Univariat 5.1.1. Faktor Somatik 1) Genetik
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor genetik dengan skizofrenia (P value = 0,004). Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor genetik menjawab ya adalah 81,3%, pada responden yang menjawab tidak 50%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 18,8% dan pada responden menjawab tidak 50%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yanuar (2013) dalam penelitiannya menemukan faktor genetik merupakan faktor yang berhubungan dengan gangguan jiwa.
2) Cacat Kogenital
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor cacat kogenital dengan skizofrenia (p value = 0,606) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor cacat kogenital menjawab ya adalah 50,0%, pada responden yang menjawab tidak 50%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 50,0% dan pada responden menjawab tidak 60,8%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Yosep, 2007) dalam penelitiannya di mana cacat kogenital/cacat sejak lahir ada hubungan jiwa anak,seperti retardasi mental yang berat.
3) Jasmaniah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor jasmaniah dengan skizofrenia (p value = 0,265) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor jasmanih menjawab ya adalah 83,3%, pada responden yang menjawab tidak 60,5%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 16,7% dan pada responden menjawab tidak 39,5%.
4) Penyalahgunaan Obat-obatan
Hasil penelitian menunjukka ada hubungan antara faktor obat -obatan dengan skizofrenia (P value = 0,00) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor obat-obatan menjawab ya adalah 3,7%, pada responden yang menjawab tidak 90,9%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 96,3% dan pada responden menjawab tidak 9,1%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Patel, 2009) dalam penelitiannya di mana obat-obatan dapat mempengaruhi jiwa, dan penelitian Lubis (2009) dimana menurutnya faktor yang mempengaruhi depresi antara lain:faktor genetik, usia, jenis kelamin, gaya hidup, obat-obatan dan obatan terlarang.
5) Penyakit dan Cidera Tubuh
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor penyakit cedera tubuh dengan skizofrenia (P value = 0) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab ya adalah 0 pada responden yang menjawab tidak 61,2%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 0 dan pada responden menjawab tidak 37,8%.
5.1.2. Faktor Psikologik 1. Trauma Masa Kecil
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor trauma masa kanak- kanak dengan skizofrenia (P value = 0,419). Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor trauma masa kanak-kanak menjawab ya adalah 58,8%, pada responden yang menjawab tidak 67,7%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 41,2% dan pada responden menjawab tidak 32%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Baihaqi (2005) dalam penelitiannya menemukan faktor trauma masa kanak-kanak merupakan faktor yang berhubungan dengan gangguan jiwa. Misalnya anak di tolak (rejected child).
2. Hubungan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor hubungan keluarga dengan skizofrenia ( P value = 0,016 ) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab baik adalah 51,1% pada responden yang menjawab kurang 77,1%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab baik 49,9% dan pada responden menjawab kurang 22,9%.
3. Struktur keluaga
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor struktur keluarga dengan skizofrenia (p value = 0) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab ya adalah 0 pada responden yang menjawab tidak 62,2%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 0 dan pada responden menjawab tidak 37,8%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Yosep, 2007) dalam penelitiannya di mana strukur keluarga ada hubungan dengan jiwa anak, seperti, anak tidak dapat kasih sayang, tidak dapat menghayati disiplin, tidak ada panutan, pertengkaran dan keributan yang membingungkan dan penelitian lainya.struktur keluarga kecil atau besar mempengaruhi perkembangan jiwa anak,apalagi bila terjadi ketidak sesuaian perkawinan problem rumah tangga yang berantakan (Baihagi,2005) dan penelitian (Darmono,2008) mengompol, gelisah, ketakutan, sulit tidur, mimpi buruk, bicara gagap.
4. Kekecewaan dan pengalaman menyakitkan
Penelitian ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Yosep (2007) gangguan jiwa, kematian, kecelakaan, sakit berat, penceraian, perpindahan mendadak, kekecewaan yang berlarut, dan sebagainya akan mempengaruhi kepribadian, tapi juga tergantung pada keadaan sekitarnya.
5. Stres Berat
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor stres berat dengan skizofrenia (p value = 0,34). Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor stres berat menjawab ya adalah 52,5%, pada responden yang menjawab tidak 75,0%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 47,8% dan pada responden menjawab tidak 25%.
Penelitian ini mendukung konsep yang disampaikan oleh Baihaqi (2005) tekanan stres yang timbul bersamaan dan atau berturut-turut, bisa menyebabkan berkurang nya/hilangnya daya tahan stres.
5.1.3. Faktor Sosial Kultural 1. Cara Membesarkan anak
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Yosep, 2007) dalam penelitiannya di mana cara membesarkan anak dapat mempengaruhi jiwa anak, seperti, anak tidak dapat kasih sayang, tidak dapat menghayati disiplin, tidak ada panutan,pertekangkaran dan keributan yang membingungkan.dan penelitian lainya.cara membesarkan anak atau besar mempengaruhi perkembangan jiwa anak, apalagi bila terjadi ketidak sesuaian perkawinanan problem rumah tangga yang berantakan (Baihagi, 2005) dan penelitian (Darmono, 2008) anak korban ADRT tergantung usianya dapat mengalami berbagai bentuk gangguan jiwa di Kota Sabang. 2. Sistem nilai
Hasil penelitian di ketahui tidak ada hubungan antara faktor Sistem nilai dengan skizofrenia (p value = 0,059). Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor sistem nilai menjawab ya adalah 54,7%, pada responden yang menjawab tidak 75,9%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 45,3% dan pada responden menjawab tidak 24,1%.
Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian (Sulistyowati,2013) dalam penelitiannya di mana masyarakat sosial ekonomi rendah mempunyai kecendrungan skizofrenia 8 kali lebih tinggi masyarakat yang memiliki status sosial tinggi.
3. Kepincangan anatara keinginan dengan kenyataan
responden dengan menjawab ya adalah 56,0% pada responden yang menjawab tidak 64,9%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 44.0% dan pada responden menjawab tidak 35,1%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Davidson,2010) dalam penelitiannya di mana masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik sebagai akibat dari pengaruh sosial dan gejala lingkungan sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.
1. Faktor Ekonomi
Hasil penelitian ini di ketahui tidak ada hubungan antara faktor sosial ekonomi dengan skizofrenia (p value = 0,397). Hasil penelitian ini di ketahui persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan faktor sosial ekonomi menjawab tinggi adalah 80,0%, pada responden yang menjawab rendah 61,0%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 20,0% dan pada responden menjawab rendah 39,8%.
5. Perpindahan keluarga
Hasil penelitian di ketahui tidak ada hubungan antara faktor perpindahan keluarga dengan skizofrenia (P value = 0) Hasil penelitian ini di ketahui persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab ya adalah 0 pada responden yang menjawab tidak 62,2%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 0 dan pada responden menjawab tidak 37,8%.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Davidson, 2010) dalam penelitiannya di mana masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik sebagai akibat dari pengaruh sosial dan gejala lingkungan sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa.
6. Masalah Minoritas
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor minoritas dengan skizofrenia (P value = 0 ) Hasil penelitian ini menunjukkan persentase responden dengan skizofrenia ringan pada responden dengan menjawab ya adalah 0 pada responden yang menjawab tidak 62,2%. Sedangkan persentase skizofrenia berat/sedang pada responden menjawab ya 0 dan pada responden menjawab tidak 37,8%.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Faktor somatik di mana hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor genetik dengan skizofrenia, maka di harapakan kepada petugas kesehatan jiwa agar memberikan pengawasan dan penyuluhan serta pengobatan bagi kasus gangguan jiwa karena genetik, pada pasien karena penyalahgunaan obat-obatan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor obat-obatan dengan skizofrenia.di sini peran petugas kesehatan, kader kesehatan, keluarga serta masyarakat maupun tokoh masyarakat, di harapkan berperan lebih dalam pengawasan dan monitoring terhadap penyalah gunaan obat - obatan
2. Faktor psikologis dari hubungan keluarga, hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara faktor hubungan keluarga dengan skizofrenia.di dalam hubungan keluarga orang tua agar menjaga kerukunan dalam membina keluarga keluarganya dan untuk menciptakan keluarga yang harmonis.
6.2. Saran
1. Bagi Perawat CMHN agar jadi masukan dalam setiap kali melakukan monitoring, penyuluhan pada pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia dan meningkatkan motivasi dalam melayani pasien gangguan jiwa serta mengajak kader melakukan yang terbaik bagi kesembuhan pasien dengan gangguan jiwa khususnya yang di sebabkan karena faktor genetik, penyalah gunaan obat- obatan,stres berat dan hubungan keluarga yang kurang baik.
2. Kader keswa senantiasa memotivasi orang tua atau keluarga pasien agar terus menerus mendukung proses perawatan serta pengawasan pemberian obat pasien di rumah, khususnya yang di sebabkan karena faktor genetik, penyalah gunaan obat- obatan,stres berat dan hubungan keluarga yang kurang baik.
3. Keluarga hendaknya selalu meningkatkan dukungannya kepada pasien anggota keluarganya, dengan memperhatikan perkembangan kesehatan pasiennya, meningkatkan komunikasi keluarga dengan pasien, khususnya yang di sebabkan karena faktor genetik, penyalah gunaan obat- obatan,stres berat dan hubungan keluarga yang kurang baik.