• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANAN KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN M"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Koperasi   serta   Usaha   Mikro,   Kecil   dan   Menengah   memiliki   peran   yang   makin   penting   bagi perekonomian Indonesia di masa depan, terlepas dari makin globalnya perekonomian dunia.

Jika perekonomian nasional tidak memberi tempat untuk berkembangkan Koperasi serta Usaha Mikro,   Kecil   dan   Menengah   maka   upaya   untuk   mengurangi   kemiskinan,   pengangguran   dan meningkatkan kesejahteraan rakyat akan terhambat. Oleh karena itu solusinya adalah makin ke depan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah makin dikembangkan ke seluruh tanah air.

Adapaun pengertian dari Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Koperasi

Secara   umum   Koperasi   dikenal   sebagai   perusahaan   yang   unik.   Beberapa   pengertian   Koperasi menyebutkan “Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing­ masing   meberikan   sumbangan   yang   setara   terhadap   modal   yang   diperlukan,   dan   bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan (ILO, 1966   dikutip   dari   Edilius   dan   Sudarsono,   1993)”.   Pengertian   lainnya   menyebutkan   “Koperasi didirikan   sebagai   persekutian   kaum   yang   lemah   untuk   membela   keperluan   hidupnya   ongkos semurah­murahnya,   itulah   yang   dituju.   Pada   koperasi   didahulukan   keperluan   bersama,   bukan keuntungan (Hatta, 1954)”.

Dari definisi­definisi tersebut bisa dilihat bahwa dalam Koperasi setidak­tidaknya terdapat dua unsur yang yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah unsur ekonmi dan unsur kedua adalah unsur sosial. Dilihat dari kedua unsur tersebut Koperasi tampak memiliki hubungan dengan Ekonomi Kerakyatan.

(2)

Usaha Mikro

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal   29   Januari   2003,   yaitu   usaha   produktif  milik   keluarga   atau   perorangan   Warga   Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,­.

Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan usaha yang integral dalam dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi,   dan   peranan   yang   signifikan   dalam   mewujudkan   tujuan   pembangunan   nasional   pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil juga merupakan kegiatan usaha dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas, agar dapat mempercapat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi masyarakat.

Usaha Menengah

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk   tanah   dan   bangunan   tempat   usaha   serta   dapat   menerima   kredit   dari   bank   sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan   Menengah   dalam   perekonomian   Indonesia   di   era   globalisasi   dengan   tujuan   penulis   agar makalah   ini   dapat   bermanfaat   sebagai   sarana   pemberian   informasi   yang   nantinya   dapat dimanfaatkan untuk bahan pemikiran tentang Peran Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sehingga   dapat   memacu   pembaca   untuk   mengembangkan   Koperasi,   Usaha   Mikro,   Kecil   dan Menengah menjadi lebih baik, dan dapat lebih memperhatikan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

(3)

PERNANAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA PERSAINGAN

GLOBALISASI

A. PERANAN KOPERASI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Pembangunan   koperasi   mengalami   kemajuan   yang   cukup   mengembirakan   jika   diukur   dengan jumlah koperasi, jumlah anggota, aktiva dan volume usaha.

Pada masa sekarang secara umum koperasi mengalami perkembangan usaha dan kelembagaan yang   mengairahkan.   Namun   demikian,   koperasi   masih   memiliki   berbagai   kendala   untuk pengembangannya sebagai badan usaha. Hal ini perlu memperoleh perhatian dalam pembangunan sangat   strategis   dalam   perekonomian   nasional,   sehingga   perlu   menjadi   fokus   pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang.

Pemberdayaan   koperasi   secara   tersktuktur   dan   berkelanjutan   diharapkan   akan   mampu menyelaraskan   struktur   perekonomian   nasional,   mempercepat   pertumbuhan   ekonomi   nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil,   dan   memperbaiki   pemerataan   pendapatan   masyarakat.   Pemberdayaan   koperasi   juga   akan meningkatkan pencapaian sasaran di bidang pendidikan, kesehatan, dan indikator kesejahteraan masyarakat Indonesia lainnya.

Sulit mewujudkan keamanan yang sejati, jika masyarakat hidup dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran   yang   tinggi.   Sulit   mewujudkan   demokrasi   yang   sejati,   jika   terjadi   ketimpangan ekonomi di masyarakat, serta sulit mewujudkan keadilan hukum jika ketimpangan penguasaan sumberdaya   produktif   masih   sangat   nyata.   Dengan   demikian   dapat   dikatakan   bahwa   peran koperasi antara lain :

1. Membangun   dan   mengembangkan   potensi   dan   kemampuan   ekonomi   anggota   pada khusunya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

(4)

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional.

4. Berusaha   untuk   mewujudkan   dan   mengembangkan   perekonomian   nasional   yang merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

(5)

dapat   dilihat   dari   banyaknya   jumlah   koperasi,   jumlah   anggota   dan   jumlah   manajer,   jumlah modal,volume usaha dan besarnya SHU yang telah dihimpun koperasi, sangat prosfektif untuk dikembangkan.  Model   pengembangan   koperasi   pada   masa   datang   yang   ditawarkan   adalah mengadobsi koperasi yang berhasil seperti Koperasi Kredit, Koperasi simpan pinjam dan lainnya  dan Model Pengembangan Pemecahan Masalah sesuai dengan kondisi koperasi seperti   penataan kelembagaan   koperasi   yang   tidak   aktif   dan   koperasi   aktif   tidak   melaksanakan   RAT.   Untuk memberdayakan   koperasi   baik   yang   sudah   berjalan   dan   tidak   aktif   perlu   dibangun   sistem pendidikan  yang   terorgniser   dan  harus  dilaksanakan secara   konsesten   untuk  mengembangkan organisasi, usaha dan mampu bersaing dengan pelaku usaha lainnya.Inilah salah satu nilai koperasi yang tidak ada pada organisasi lain yang perlu terus dilaksanakan dan dikembangkan.

Karena pembangunan koperasi adalah proses memerlukan waktu panjang, konsestensi, komitmen  dan kesabaran yang cukup tinggi. Koperasi tidak bisa dibangun dalam waktu singkat dan parsial.

B. USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

USAHA MIKRO

Pengertian usaha mikro

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal   29   Januari   2003,   yaitu   usaha   produktif  milik   keluarga   atau   perorangan   Warga   Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,­.

Kriteria usaha mikro

 Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu­waktu dapat berganti;

 Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu­waktu dapat pindah tempat;

 Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

 Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai;

 Tingkat pendidikan rata­rata relatif sangat rendah;

 Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

 Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

(6)

 Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;

 Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,industri pandai besi pembuat alat­alat;

 Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;

 Peternakan ayam, itik dan perikanan;

 Usaha jasa­jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit (konveksi).

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk   dilayani   dalam   upaya   meningkatkan   fungsi   intermediasi­nya   karena   usaha   mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :

 Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang;

 Tidak sensitive terhadap suku bunga;

 Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;

 Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.

USAHA KECIL

Pengertian usaha kecil

Usaha kecil merupakan usaha yang integral dalam dunia usaha nasional yang memiliki kedudukan, potensi,   dan   peranan   yang   signifikan   dalam   mewujudkan   tujuan   pembangunan   nasional   pada umumnya dan pembangunan ekonomi pada khususnya. Selain itu, usaha kecil juga merupakan kegiatan usaha dalam memperluas lapangan pekerjaan dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas, agar dapat mempercapat proses pemerataan dan pendapatan ekonomi masyarakat.

(7)

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil pendapatan tahunan, serta kepemilikan, sebagaimana

Dari   bentuk   usaha   kecil   tersebut,   maka   penggolongan   usaha   kecil   di   Indonesi   adalah   sebagai berikut:

3. Usaha   informal,   seperti:   pedagangan   kaki   lima   yang   menjual   barang­barang   kebutuhan pokok

(8)

banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per tahun serta dapat menerima kredit dari bank

5. Berbentuk   usaha   orang   perseorangan  ,  badan   usaha   yang   tidak   berbadan   hukum,   atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah:

“Kegiatan   ekonomi   rakyat   yang   berskala   kecil   dengan   bidang   usaha   yang   secara   mayoritas   merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat”

Ciri­ciri usaha kecil

 Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah  Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah­pindah

 Pada   umumnya   sudah   melakukan   administrasi   keuangan   walau   masih   sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha

 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP  Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha  Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal

(9)

 Koperasi berskala kecil

USAHA MENENGAH

Pengertian usaha menengah

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk   tanah   dan   bangunan   tempat   usaha   serta   dapat   menerima   kredit   dari   bank   sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

Kriteria usaha menengah

 Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

 Telah   melakukan   manajemen   keuangan   dengan   menerapkan   sistem   akuntansi   dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

 Sudah   memiliki   segala   persyaratan   legalitas   antara   lain   izin   tetangga,   izin   usaha,   izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

 Sudah akses kepada sumber­sumber pendanaan perbankan;

 Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Contoh usaha menengah

Jenis   atau   macam   usaha   menengah   hampir   menggarap   komoditi   dari   hampir   seluruh   sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

 Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;

(10)

 Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi;

 Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;

 Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Kriteria Jenis Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja

Kriteria jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawan merupakan suatu tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau besar, sebagai berikut:

Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar Jumlah Tenaga Kerja >4 orang 5­19 orang 20­99 orang > 100 orang

C. KEADAAN   KOPERASI   DAN   USAHA   MIKRO,   KECIL   DAN   MENENGAH   DALAM PERSAINGAN EKONOMI GLOBAL

Khusus di bidang ekonomi, globalisasi menampilkan bentuknya dengan prinsip perdagangan bebas dan   perdagangan   di   tingkat   dunia   (world   trade).   Dengan   demikian   globalisasi   ekonomi   ini mengarah pada suatu aktifitas yang muItinasional. Ungkapan lain untuk proses ini dinamakan juga sebagai “universalisasi sistem ekonomi” (the universalization of the economic system), Berbagai institusi­institusi perekonomian dunia akan “dipaksa” untuk mengikuti pergulatan di dalamnya, termasuk dalam hal ini tentu saja berlaku bagi badan­badan usaha Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang banyak digeluti oleh usaha ekonomi rakyat di Indonesia.

Bagi Indonesia,  jelaslah  bahwa   implikasi dari perdagangan bebas ini  adalah pentingnya  upaya untuk membuka ketertutupan usaha, peluang, dan kesempatan, terutama bagi usaha koperasi yang menjadi salah satu pola usaha ekonomi rakyat. Hal ini menjadi sangat penting karena produk yang dihasilkan dari Indonesia harus berkompetisi secara terbuka tidak hanya di pasar dalam negeri, melainkan juga di luar negeri/pasar internasional.

(11)

produk   pertanian   perlu   ditingkatkan   melalui   industri   pengolahan   dengan   pendekatan   sistem agrobisnis dan agroindustri.

Sejalan   dengan   ide   pengembangan   eksistensi   koperasi,   dalam   kondisi   krisis   ekonomi, gIobaIisasi/liberalisasi ekonomi dunia sekarang ini, upaya untuk mendorong dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembangunan koperasi adalah sangat penting. Keikutsertaan warga masyarakat sebagai pelaku ekonomi tersebut diperlukan dalam upaya mencapai sasaran­sasaran makro pembangunan ekonomi yaitu penyembuhan ekonomi nasional. Hal tersebut didasarkan atas pemikiran bahwa pembangunan koperasi tidak dapat lagi hanya disandarkan pada pendanaan dari pemerintah,   terlebih   lagi   dengan   kondisi   keuangan   pemerintah   sekarang   ini   yang   semakin menyempit karena lebih banyak bersandar pada pinjaman dari luar negeri (terutama IMF).

(12)

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. KESIMPULAN

Telah penulis jelaskan diatas tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, maka dapat disimpulkan   bahwa  penyembuhan   ekonomi   nasional   diharapkan   dapat   dipercepat   dengan mengembangkan eksistensi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.  Karena pembangunan Koperasi,   Usaha   Mikro,   Kecil   dan  Menengah  adalah  proses  yang  memerlukan   waktu   panjang, konsestensi,   komitmen   dan   kesabaran   yang   cukup   tinggi.   Koperasi,   Usaha   Mikro,   Kecil   dan Menengah  tidak bisa dibangun dalam waktu singkat dan parsial.  Perkembangan Koperasi serta Usaha   Mikro,   Kecil   dan   Menengah   juga   dapat   mengupaya   untuk   mengurangi   kemiskinan, pengangguran   dan   meningkatkan   kesejahteraan   rakyat.   Secara   perlahan   maka   perkembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat menembus wilayah yang menglobal dengan upaya bersama untuk mensejahterkan rakyat Indonesia.

B. PENUTUP

(13)

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com www.scribd.com

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu : “Bagaimanakah Proses Komunikasi di dalam

Pardee (1969) mengusulkan super goal (sasaran super) sebagai atribut acuan dalam masalah pengambilan keputusan dengan tujuan jamak.. Super goal merupakan atribut yang

Perbedaan Web Library yang ditinjau dari perguruan tinggi dengan dimensi WebQual yaitu usability, service interaction adalah sangat jauh berbeda, karena nilai

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar matematika SMP Negeri 4 Waru Tahun Ajaran

Dengan berkembangnya sistem pukat, masyarakat Lamalera dan sekitarnya semakin terbiasa dengan pereonomian uang. Pertukaran barang dengan sistem barter masih dilakukan.

Rumah Potong Hewan adalah Bangunan atau kompleks bangunan yang prasarananya hanya dipergunakan untuk kegiatan pemotongan ternak dan di tetapkan oleh

Meskipun keenam contoh tanah dari kedua seri pengujian tersebut mempunyai kadar air awal dan berat volume kering yang berbeda, hubungan antara besar pengembangan dan

Sehingga dalam pelaksanaannya pegawai pengawas membuat suatu sistem skala prioritas untuk setiap perusahaan yang melapor kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa