Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan Kerangka
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) pada BPJS
Kesehatan Surakarta
Artikel Ilmiah
Peneliti :
Laxmi Chovan Septiana (682010064) Andeka Rocky Tanaamah, S.E., M.Cs. Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
1
Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan Kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
pada BPJS Kesehatan Surakarta
Laxmi Chovan Septiana1, Andeka Rocky Tanaamah2, Agustinus Fritz Wijaya3
Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Jalan Diponegoro No. 52-60, Salatiga 50711, Jawa Tengah, Indonesia Email : [email protected], [email protected].,
Abstract
The best Strategic planning is one of the most important things for a company to be able to run a good business processes. BPJS already have a good information system but in the business process is still lacking adequate infrastructure to manage existing information systems. So its needed the development of a good framework for planning a return, designing and managing infrastructure / IT-called enterprise architecture (EA). The method used in the strategic planning of information systems in BPJS Kesehatan Surakarta is The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM). TOGAF ADM contains steps for designing an Enterprise Architecture (EA) for an organization.Developmentof information system was done by the addition of a desktop applications,web applications and mobile applications for every existing application business.The expected result form output is an blueprint of enterprise-scale architecture as a guide for companies to realize the strategic plan of IS/IT.
Keywords: Strategic planning, BPJS Kesehatan, Enterprise Arsitecture, TOGAF, ADM
Abstrak
Perencanaan strategis sistem informasi yang baik merupakan salah satu hal yang paling penting bagi perusahaan untuk bisa menjalankan proses bisnis yang baik. BPJS Kesehatan Surakarta sudah memiliki sistem informasi yang baik namun dalam proses bisnisnya masih kurang infrastruktur yang baik dalam mengelola sistem informasi yang sudah ada. Sehingga dibutuhkan pengembangan suatu kerangka kerja yang baik untuk merencanakan kembali, merancang dan mengelola infrastruktur SI/TI yang disebut enterprise architecture(EA). Metode yang digunakan dalam perencanaan strategis sistem informasi pada BPJS kesehatan Surakarta adalah The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM). TOGAF ADM berisi tahap-tahap untuk merancang sebuah Enterprise Architecture (EA) bagi sebuah organisasi. Pengembangan system informasi yang dilakukan berupa penambahan aplikasi desktop, web dan mobile application disetiap aplikasi bisnis yang ada dan Luaran yang dihasilkan adalah sebuah blueprint arsitektur berskala enterprise sebagai pedoman bagi perusahaan untuk mewujudkan rencana strategis SI/TI.
Kata Kunci: Perencanaan Strategis, BPJS Kesehatan, Enterprise Arsitecture, TOGAF, ADM
1
2
1. Pendahuluan
Sistem Informasi merupakan salah satu penunjang bisnis bagi suatu perusahaan untuk mendukung dan membantu dalam memaksimalkan proses bisnis dan merealisasikan tujuan dari perusahaan. Peran sistem informasi disetiap perusahaaan mempunyai peran yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi yang ada dalam setiap perusahaan sehingga perencanaan strategi Sistem Informasi yang tepat sangat diperlukan untuk membantu sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnis dan merealisasikan pencapian tujuan bisnisnya.
Perkembangan jasa asuransi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini terbukti dengan banyaknya perusahaan jasa asuransi yang menawarkan berbagai produk-produk asuransi untuk memberikan kemudahan pada konsumen dalam memilih jasa asuransi. Salah satu jasa layanan asuransi kesehatan diberikan oleh BPJS kesehatan yang dulunya lebih dikenal dengan ASKES yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No.24 Tahun 2011 Tentang BPJS, PT.Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014 [1].Dalam menjalankan proses bisnisnya Kantor Pusat BPJS kesehatan Jakarta sudah menerapkan penggunaan teknologi informasi untuk menunjang dan memaksimalkan hasil kerja dalam perusahaan. Penerapan SI/TI pada BPJS kesehatan sudah sangat membantu perusahaan dalam memaksimalkan kinerja perusahaan.Dalam penelitian ini peneliti menggambil BPJS Kesehatan Surakarta sebagi tempat Studi kasus.Proses bisnis yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta ini sudah menerapkan penggunaan teknologi informasi untuk menunjang hasil kerja dalam perusahaan.namun bukan berarti perusahaan tidak mengalami hambatan dan masalah dalam menjalankan proses bisnis yang ada dalam sistem kerja BPJS kesehatan surakarta.
Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan pada BPJS Kesehatan Surakarta yang dilakukan kurang lebih 1 bulan penggunaan SI/TI pada BPJS Kesehatan Surakarta ternyata masih sering mengalami masalah-masalah dalam menjalankan proses bisnis dalam perusahaan seperti pada level penggunaan aplikasi oleh user sering mengalami hilangnya data peserta klaim karena pengarsipan data. Masalah lain adalah lemahnya keamanan sistem karena user
account yang digunakan pegawai dapat diakses melalui dua komputer sekaligus
secara bersamaan sehingga perlu dibangunnya sebuah desain kemanan jaringan pada sisi arsitektur jaringan. Selain itu dari platform aplikasi yang ada hanya sebatas website untuk menjalankan proses bisnisnya dan masalah lain yang berkaitan dengan kesiapan pada level arsitektur sistem aplikasi dan teknologi yang digunakan di BPJS. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masalah yang ada terletak pada kurang adaptifnya BPJS dalam menyediakan layanan SI/TI untuk melakukan proses bisnisnya. Sehingga dibutuhkan pengembangan suatu kerangka kerja yang baik untuk merencanakan kembali, merancang dan mengelola infrastruktur SI/TI yang disebut enterprise architecture(EA).
3
perencanaan strategis sistem informasi yang digunakan dalam pengembangan sistem informasi pada BPJS Kesehatan Surakarta adalah TOGAF dengan melakukan tahapan dalam Architecture Development Method (ADM). Tahapan yang ada pada TOGAF ADM juga memiliki perencanaan sistem informasi yang akan diselaraskan dengan pengembangan arsitektur sistem informasi. Hasil perencanaan strategis sistem informasi yang dicapai dengan menggunakan kerangka TOGAF ADM adalah rencana strategis sistem informasi dan model infrastruktur sistem informasi yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengelola sistem informasi serta infrastruktur sistem informasi di BPJS Kesehatan Surakarta.Tahapan yang ada pada TOGAF ADM ini sangat sesuai untuk membangun sistem informasi dan membangun infrastruktur yang lebih baik bagi BPJS Kesehtaan Surakarta yang diharapkan dapat memberikan blueprint pengembangan rencana strategis sistem informasi dan model infrastruktur yang nanti dapat dijadikan acuan bagi BPJS Kesehatan Surakarta dalam mengembangkan,mengimplementasikan dan mengelola sistem informasi dan infrastruktur yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta serta dapat membantu perusahaan dalam memberikan panduan dan acuan kepada masing-masing sub-bagian dalam menentukan standar pengembangan dan implementasi sistem informasi.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian mengenai perancangan infrastruktur TI sudah pernah dilakukan sebelumnya, yaitu dengan judul “Arsitektur Sistem Informasi Untuk Perguruan
Tinggi di Indonesia”. Penelitian tersebut membahas mengenai perencanaan
arsitektur sistem informasi organisasi yang merupakan sebuah proses yang kompleks, karena itu proses perencanaan harus dikelola berdasarkan suatu petunjuk yang jelas dengan tujuan menyelaraskan strategi bisnis organisasi dan strategi teknologi untuk memberikan hasil yang maksimal bagi organisasi. The
Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development
Method (ADM) adalah metode di dalam TOGAF untuk melakukan perencanaan
arsitektur sistem informasi (SI) organisasi. Sedangkan COBIIT (Control
Objectives for Information and Related Technology) adalah suatu metodologi
yang memberikan kerangka dasar untuk menciptakan TI yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu COBIT dapat digunakan untuk melakukan pengukuran (maturity level) dari TI suatu organisasi. Dengan menggunakan perpaduan prinsip-prinsip dalam TOGAF ADM dan COBIT dapat dirancang kerangka dasar SI untuk institusi pendidikan di indonesia yang sekaligus mampu mengukur performansi dari hasil implementasi kerangka dasar tersebut[3].
Penelitian lainnya adalah dengan judul “Studi dan Implementasi Framework Zachman Dalam Pembangunan Sistem Informasi, Studi Kasus:
Sistem Informasi Potensi Keramik Daerah pada Balai Besar Keramik Bandung”.
4
digunakan dalam penelitian tersebut adalah Framework Zachman dengan objek penelitian pada Balai Besar Keramik Bandung [4].
Pemodelan mengenai EA dalam suatu organisasi juga pernah dilakukan dalam penelitian yang berjudul “Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan Enterprise Architecture Planning untuk Mendukung Sistem Informasi Akademik di
Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar Lampung”. Dalam
penelitian tersebut, dibahas bagaimana cara untuk menentukan bentuk SI yang dapat memenuhi syarat bisnis dan selaras dengan pertumbuhan bisnis organisasi yaitu dengan mengembangkan EA. Konsep EA menetapkan sebuah proses untuk mengatur dan mengarahkan rencana pengembangan SI, yang terdiri dari arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi untuk mendapatkan komitmen dan dukungan manajemen dalam mengintegrasikan implementasi pengembangan SI. Metodologi yang digunakan di dalam model arsitektur ini adalah Enterprise
Achitecture Planning (EAP). EAP menentukan sebuah proses dari EA yang
menekankan pada kemampuan dan teknik individu untuk mengelola proyek EA, yang terdiri dari komitmen pengelolaan, mendeskripsikan rencana pengelolaan dan mengarahkan organisasi melalui transisi dari implementasi perencanaan. Objek penelitian atau studi kasus adalah pada Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar Lampung [5]
Berdasarkan dari penelitian di atas perbedaan dengan penelitian terdahulu yang sudah ada penelitian ini lebih difokuskan untuk membangun sistem informasi dan membangun infrastruktur pada BPJS Kesehatan Surakarta, maka yang menjadi keunggulan dari penelitian ini terletak pada gaya penerapan metodologi, kasus dan hasil penelitian yang berbeda. Metodologi yang digunakan adalah TOGAF ADM yang menyediakan tahapan proses dalam pengembangan arsitektur enterprise yang berbasis pada infrastruktur TI. Hasil dari penelitian ini akan menghasilkan sebuah blueprint EA yang dapat digunakan oleh perusahaan BPJS Kesehatan Surakarta dalam membangun suatu arsitektur SI/TI.
Strategi sistem informasi dan strategi teknologi informasi (Strategi SI/TI) meliputi dua (2) strategi yaitu strategi SI menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. Esensi dari strategi SI adalah menjawab pertanyaan “apa?”. Sedangkan strategi TI lebih menekankan pada pemilihan teknologi, infrastruktur dan keahlian khusus yang terkait atau guna menjawab pertanyaan “bagaimana?” [6].
Proses membuat strategi SI/TI tidak boleh hanya berfokus pada anlisis teknologi saja.Cara paling efektif yang dapat ditempuh adalah menganalisis permasalahan bisnis yang ada,perubahan lingkunganya,dan menyadari bahwa SI/TI hanya merupakan salah satu solusi yang ditawarkan [12].
Enterprise architecture (EA) atau lebih dikenal dengan arsitektur
ffenterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk
5
diharapkan dapat mengelola sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan TI yang akan di investasikan [8].
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) memberikan metode
yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan EA dan SI yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM) [9]. Elemen kunci dari TOGAF adalah ADM yang memberikan gambaran spesifik untuk proses pengembangan EA [10]. ADM adalah fitur penting yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri dari tahapan - tahapan yang dibutuhkan dalam membangun EA, tahapan - tahapan ADM ditunjukkan pada Gambar 1, juga merupakan metode yang fleksibel yang dapat mengantifikasi berbagai macam teknik pemodelan yang digunakan dalam perancangan, karena metode ini bisa disesuaikan dengan perubahan dan kebutuhan selama perancangan dilakukan.
Gambar 1. Architecture Development Method Cycle [9]
6
proses bisnis dan bagaimana mengimplementasikannya. Langkah awal yang perlu diperhatikan pada saat mengimplementasikan TOGAF ADM adalah mendefinisikan persiapan-persiapan yaitu dengan cara mengidentifikasi kontek arsitektur yang akan dikembangkan, kedua adalah mendefenisikan strategi dari arsitektur dan menetapkan bagian-bagian arsitektur yang akan dirancang, yaitu mulai dari arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur teknologi, serta menetapkan kemampuan dari arsitektur yang akan dirancang dan dikembangkan [10].
Berdasarkan pada gambar 1 metode ADM dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Tahap persiapan (Preliminary Phase) : Konfirmasi kerangka pendukung dan mengidentifikasi prinsip arsitektur.
- Phase A : Architecture Vision.Mendefinisikan scope,visi organisasi dan memetakan strategi keseluruhan.
- Phase B: Business Architecture. Mendeskripsikan bisnis arsitektur saat ini, menghindari dampak penyimpangan arsitektur.
- Phase C: Information System Architecture. Mengembangkan arsitektur untuk data dan aplikasi.
- Phase D: Technology Architecture. Menciptakan keseluruhan infrastruktur yang akan digunakan.
- Phase E: Opportunities and Solutions. Mengembangkan strategi keseluruhan, mencari solusi untuk perancangan pada phase sebelumnya. - Phase F: Migration Planning. Merencanakan persiapan migrasi kepada
perancangan yang telah dibuat.
- Phase G: Implementation Governance. Melakukan implementasi terhadap perancangan dan penerapan yang sudah ada.
- Phase H: Architecture Change Management. Memonitor sistem yang sedang berjalan untuk kepentingan perubahan dan menentukan apakah untuk mengawali satu siklus baru perlu pengulangan kembali ke tahap persiapan.
Dari metode ADM diatas tahap-tahap anlisa yang akan dilakukan yaitu :
Architecture Vision, Business Architecture,Information System
Architecture,Technology Architecture,dan Opportunities and
Solution.Hasil analisa dari 5 tahap diatas yang nanti akan menghasilkan
luaran berupa blueprint.
3. Metodologi Penelitian
7
implementasi, dan tata kelola arsitektur sistem informasi dan teknologi informasi (SI/TI).
Gambar 2. Tahapan Penelitian
Berdasarkan tahapan penelitian pada Gambar 2, maka metode penelitian secara lebih detail dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tahapan awal yang dilakukan adalah penentuan fokus masalah yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta. Kemudian dilakukan penelitian dan memahami sistem kerja yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta yang nantinya akan berkaitan dengan kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang merupakan kerang kerja Architecture yang akan membantu organisasai dalam melakukan penerapan strategi sistem informasi pada BPJS Kesehatan Surakarta.
Studi Pustaka, tahap ini merupakan tahap lanjutan yang dilakukan setelah menentukan fokus masalah pada BPJS Kesehatan Surakarta. Yang dilakukan adalah mencari refrensi dari buku-buku yang nantinya akan membantu dalam mempelajari TOGAF yang akan digunakan pada penelitian ini. Pada tahap ini juga bisa dipelajari penemuan sebelumnya yang telah melakukan penelitian dengan metode yang sama.
Pengumpulan Data, pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan melakuakn observasi pada masing masing bagian yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.Tahap pengumpulan data ini dimulai dengan mewawancarai salah satu staf bagian IT pada BPJS Kesehatan yaitu bapak Aldino yang dilakukan kurang lebih satu bulan untuk mendapaatkan data yang diperlukan.Pengumpulan data ini dilakukan agar penulis bisa dengan mudah mengetahui masalah apa saja yang ada pada masing-masing bagian yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.kemudian penulis memberikan kuisioner pada setiap bagian bagian yang ada pada BPJS kesehatan dengan didiukung oleh
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Wawancara Kuisioner
Analisis & Perencanaan Strategis Sistem Informasi
Blueprint / Renstra SI Penentuan Fokus Masalah
Pengembangan Arsuktektur Development
8
hasil wawancara dan obervasi yang telah dilakukan penulis pada tahap sebelumnya.
Tahap Selanjutnya Analisis dan Perencanaan Strategis Sistem informasi, ditahap ini mulai melakukan analisis pada bagian-bagian yang nantinya akan diperlukan pada tahap perencanaan strategi sistem informasi. Selanjutnya dilakukan analisis data data yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Kemudian dalam tahap perencanaan dilakukan pengecekan dan mempelajari proses bisnis dan sistem kerja pada organisasi tersebut. Dalam perencanaan strategi sistem informasi ini digunakan kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF) yang nantinya akan membantu BPJS Kesehatan Surakarta dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana bisnis dan merealisasikan pencapian bisniisnya.
Pengembangan Architecture Development, merupakan inti dari metode TOGAF yang nantinya akan digunakan dalam membangun perencanaan strategi sistem informasi pada BPJS Kesehtan Surakarta. ADM ini merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan strategi sistem informasi pada suatu organisasi yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan bisnis suatu organisaisi.
BluePrint/Renstra SI yang nantinya akan dihasilkan adalah kerangka kerja yang terperinci sebagai landasan pentetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan fokus kegiatan serta langkah – langkah yang nantiya akan diterapkan pada masing- masing bagian yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.
4. Pembahasan dan Analisis
Pada tahap pembahasan dan analisis ini,langkah awal yang akan dilakukan adalah mempersiapkan perancangan Enterprise Architecture (EA) dengan mengunakan TOGAF yaitu Preliminary, Architecture vision, dan Business
Architecture yang digunakan untuk melakukan proses pengenalan obek penelitian
pada BPJS Kesehatan Surakarta. Kemudian tahap selanjutnya yang akan dilakukan untuk merancang Enterprise Architecture(EA) adalah Informasi System
Architecture,Technology Architecture dan Opportunities and Solution.
Preliminary Phase Pada tahapan ini berisi langkah-langkah persiapan
perencanaan arsitektur enterprise yaitu penentuan framework arsitektur, metodologi, scoope enterprise organisasi, dan tools arsitektur dalam pemanfaatan penggunaan prinsip-prinsip EA. Pendefinisian proses bisnis pada BPJS Kesehatan Surakarta digambarkan dengan menggunakan analisis value chain pada Gambar 3 :
9
Berdasarkan Gambar 3, maka aktivitas-aktivitas yang ada di BPJS Kesehatan Surakarta dapat dibagi menjadi dua (2) jenis aktivitas yaitu : (1) Proses utama yang merupakan aktivitas-aktivitas utama dalam mencapai tujuan organisasi meliputi: manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan rujukan,dan manajemen keuangan.(2) Proses pendukung sebagai aktivitas-aktivitas pendukung proses utama antara lain : manajemen pemasaran, manajemen pelayanan kesehatan primer,dan manajemen umum dan TI.
Framework yang digunakan untuk perencanaan arsitektur enterprise sistem informasi pada BPJS Kesehatan Surakarta adalah TOGAF dengan metodologi yang mengacu pada 5 dari 8 tahapan TOGAF ADM, yaitu : (1)Phase A :
Architecture Vision.Mendefinisikan scope,visi organisasi dan memetakan
strategi keseluruhan, (2)Phase B : Business Arsitectur. Mendeskripsikan bisnis arsitektur saat ini, menghindari dampak penyimpangan arsitektur, (3)Phase C
: Information System Architecture. Mengembangkan arsitektur untuk data dan
aplikasi, (4)Phase D : Technology Architecture, Menciptakan keseluruhan infrastruktur yang akan digunakan (5)Phase E : Oppurtinities and Solution. Mengembangkan strategi keseluruhan, mencari solusi untuk perancangan pada
phase sebelumnya.
Scoope enterprise pada penelitian ini, yang akan dianalisa dan dilakukan
permodelan arsitektur adalah 5 (lima) proses bisnis utama pada BPJS Kesehatan Surakarta, yaitu mencakup : Manajemen Administrasi, Manajemen Keuangan, Manajemen Proyek, dan Manajemen Pemasaran. Proses bisnis utama tersebut akan diproses dan dikelola sedemikian rupa dengan mengacu kepada Requirement Management yang berguna untuk memberikan gambaran kebutuhan EA yang efektif bagi perusahaan. Tools dalam perancangan EA merupakan hasil dari identifikasi permasalahan aktual pada proses bisnis utama dan pendukung yang teridentifikasi dalam Requirement Management.
Prinsip-prinsip EA pada tahapan awal pengembangan EA yang dapat digunakan adalah prinsip yang sifatnya umum namun memiliki hubungan dengan enterprise yang dikembangkan. Prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) penyeragaman penggunaan teknologi, (2) Penerapan open source
software, (3) modularisasi komponen-komponen sistem, dan (4) penggunaan
konsep reuse dan penggunaan bersama (sharing).
Requirement management Tujuan utama dari requirement management
adalah mengidentifikasi kebutuhan proses EA yang sesuai dalam setiap proses ADM. Skenario bisnis menjadi hal utama dalam pengembangan tahapan ini. Skenario bisnis mencakup core business, proses bisnis, dan permasalahan bisnis organisasi.
Phase A.Architecture Vision Tahap architecture vision akan dijelaskan
mengenai kebutuhan terkait visi dan misi perusahaan, profil organisasi, sasaran organisasi, struktur organisasi, arsitektur dan kondisi penggunaan SI/TI organisasi saat ini di BPJS Kesehatan Surakarta.
Phase B. Business Architecture Tahap business architecture akan
dilakukan analisa pada proses bisnis secara lebih dalam, pada tahapan ini
10
proses bisnis agar relevan terhadap perancangan yang akan dibuat. Permodelan tahapan ini dikelompokkan menjadi dua yaitu manajemen utama dan manajemen pendukung. Keterkaitan dalam proses bisnis yang ada dipetakan melalui arsitektur bisnis pada Gambar 4 sebagai berikut :
Gambar 4. Arsitektur Bisnis BPJS Kesehatan Surakarta
Berdasarkan pemetaan arsitektur bisnis yang digambarkan pada Gambar 4, maka dapat dilihat bahwa manajemen Kepesertaan berhubungan langsung dengan manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan, manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan berhubungan langsung lagsung dengan manajemen keunagan. Sedangkan setiap manajemen pada proses utama didukung oleh manajemen pada proses pendukung, antara lain adalah manajemen Kepesertaan yang didukung oleh manajemen pemasaran dan manajemen umum dan pengelolaan TI, manajemen Pelayanan Kesehatan Rujukan yang didukung oleh manajemen Pelayanan Kesehatan Primer dan manajemen umum dan pengelolaan TI,serta manajemen keunagan yang didukung manajemen umum dan pengelolaan TI yang saling terkait satu sama lain dalam proses bisnis yang ada pada BPJS Kesehatan Surakarta.
Phase C. Information System Architecture Tahapan information system
architecture dilakukan untuk membangun sistem informasi dari perancangan
arsitektur data yang bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan data yang akan digunakan pada arsitektur aplikasi. Tahap ini juga mengharuskan kombinasi dari beberapa entitas data dan arsiktektur aplikasi. Dua tahapan dalam membuat arsitektur data yaitu: (1) Pendefinisian entitas berdasarkan pada fungsi bisnis. (2) Pembuatan model konsep dengan menggunakan Class
Diagram. Model konseptual merupakan pendefinisian sekumpulan entitas,
atribut dan relasi yang digambarkan menggunakan Class Diagram. Mengidentifikasi arsitektur aplikasi berdasarkan : (1) Kebutuhan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan pada setiap fungsi bisnis. (2) Kebutuhan pertukaran informasi antar fungsi bisnis. (3) Kebutuhan alat bantu di tiap fungsi bisnis.
11
Berdasarkan observasi dan analisis, maka sistem informasi dan saran pemodelan aplikasi yang sesuai dan dapat dibangun pada BPJS Kesehtan Surakarta dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1. Daftar Sistem Informasi & dan saran model aplikasi.
NO Kelompok Sub 1.2 Kepesertaan - Kepesertaan via
13
aktivitas peserta & BU - Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat Kelompok aplikasi, aplikasi yang sudah
berjalan dan saran aplikasi ke depan sudah dipaparkan pada tabel di atas yaitu pengelompokan sistem informasi yang terdiri dari Sistem informasi kepesertaan, sistem informasi pelayanan,dan sistem informasi keungan.dari masing-masing sistem informasi yang telah ada terdapat beberapa kandidat aplikasi di dalamnya yaitu sistem informasi kepesertaan terdiri dari aplikasi pemasaran, aplikasi kepesertaan, aplikasi kepesertaan(daftar cepat), aplikasi kepesertaan (daftar via website), aplikasi kepesertaan (cetak e-ID peserta BU), aplikasi migrasi data badan usaha dan aplikasi dashboard pemasaran. Kemudian sistem informasi pelayanan memiliki kandidat aplikasi di dalamnya yaitu aplikasi primary care (PCARE), aplikasi BPJS office App(BOA), aplikasi legalisasi (LIPIS), aplikasi refrensi online, aplikasi lokasi PPK dan aplikasi dashboard pcare serta sistem informasi keungan terdiri dari aplikasi akuntansi,aplikasi keuangan, aplikasi laporan iuran premi, aplikasi iuran wajib (IW) dan aplikasi tools aktivitas peserta dan BU. Dari aplikasi yang sudah ada maka dapat dibangun sebuah pemodelan aplikasi baru dari masing masing sistem informasi yang nantinya akan dibangun menjadi sebuah saran aplikasi baru bagi BPJS Kesehatan Surakarta berdasarkan tabel 1 di atas.
Tahap berikutnya adalah penentuan arsitektur aplikasi yang digunakan untuk mengembangkan fungsi bisnis utama dan pendukung di BPJS Kesehatan Surakatra. Kebutuhan arsitektur baru dalam mengembangkan proses bisnis yang ada dapat dilihat pada Application Portfolio Tabel 2:
Tabel 2. Application Portofolio
Strategic High Potential
Pengelolaan Gaji Petugas
Pengelolaan Keuangan
Pengarsipan Data Kepesertaan Aplikasi web dan mobile Pemasaran Screening kesehatan pelanggan
14
utama dan pendukung sesuai dengan fungsi strategic, high potencial, key operational dan support. Fungsi bisnis utama terdiri dari pengelolaan keuangan dengan fungsi bisnis pendukung seperti pengelolaan gaji petugas, pengarsipan data kepesertaan, aplikasi web dan mobile pemasaran serta screening kesehatan pelanggan. Sedangkan fungsi bisnis utama manajemen pelayanan dan kepesertaan memiliki fungsi bisnis pendukung seperti kepesertaan, pemasaran, legalisasi serta referensi online.
Berikutnya untuk arsitektur sistem aplikasi dapat dimodelkan menggunakan application landscape, dimana arsitektur sistem aplikasi tersebut menggambarkan hubungan kedekatan antar sistem aplikasi yang dapat terlihat pada Gambar 5 berikut :
Gambar 5. Arsitektur Sistem Aplikasi
Dari Gambar 5, dapat dilihat arsitektur sistem aplikasi yang terdiri dari lapisan client application dimana aplikasi berupa aplikasi desktop, web dan aplikasi mobile dan juga ada web portal. Lapisan ini memiliki aplikasi-aplikasi seperti pengelolaan keuangan sampai pada aplikasi-aplikasi referensi online. Sedangkan untuk mendukung lapisan tersebut maka ditambahkan lapisan user profile management untuk mengatur profile penggunaan aplikasi, serta adanya dukungan pada keamanan infrastruktur jaringan berupa lapisan network security. Sehingga berdasarkan gambar arsitektur sistem aplikasi pada Gambar 5, maka dapat dilakukan proses pemetaan terhadap komponen sistem aplikasi terhadap arsitektur teknologi seperti terlihat pada Gambar 6 berikut :
Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan Gaji Petugas
Pengarsipan Data Kepersetaan
Aplikasi Web dan Mobile Pemasaran
Screening Kesehatan Pelanggan
Client Application (Desktop, Web, Mobile)
15
Arsitektur Sistem Aplikasi Arsitektur Teknologi Gambar 6. Pemetaan Arsitektur Sistem Aplikasi terhadap Arsitektur Teknologi
Dari hasil pemetaan pada gambar 6 dapat dilihat hubungan antara arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi yang digunakan. Business Application memiliki hubungan dengan arsitektur sistem aplikasi pada lapisan client application. Lapisan web portal memiliki hubungan dengan infrastructure applications, data interface dan user interface. Pada lapisan user profile management memiliki hubungan dengan lapisan user interface pada arsitektur teknologi. Pada lapisan network security memiliki hubungan dengan layer security pada arsitektur teknologi. Sedangan lapisan operating system sampai communication structure pada arsitektur teknologi merupakan lapisan yang mendukung semua lapisan pada arsitektur sistem aplikasi.
16
Gambar 7. Komponen Infrastruktur Pemetaan
17
Gambar 8. Overall Architecture
Phase D. Technology Architecture dari hasil yang didapat tahapan
technology architecture merupakan tahapan pengembangan arsitektur
teknologi yang nantinya kan diusulkan pada BPJS Kesehtan Surakarta.Berdasarkan kondisi teknologi saat ini, maka arsitektur teknologi yang diusulkan adalah sebagai berikut :
18
Gambar 9. Aliran Informasi Antar Sistem Aplikasi
Gambar 9 menjelaskan bahwa sistem informasi pada setiap bagian yang ada saling berhunungan dapat dilihat bahwa sistem informasi Pelayanan ,Kepesertaan,dan Keuanagan berhubungan langsung dengan web prtal /mobile web server dan terhubung langsung pada client application .
Phase E. Opportunities and Solution tahapan opportunities and solution
ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memilih alternatif implementasi yang nantinya akan dilihat dari kebutuhan dari perusahaan dan kondisi saat ini. pada fase information system architecture dan technology architecture dilakukan pemodelan kebutuhan sistem informasi yang akan datang. Dari hasil analisis yang telah dilakukan terdapat kesenjangan (gap)antara kondisi saat ini dengan usulan untuk mencapai kondisi yang akan datang. Analisis kesenjangan dilakukan untuk melihat perbandingan kondisi saat ini dengan setelah penerapan arsitektur yang akan datang..
Adapun Solusi rekomendasi untuk BPJS Kesehatan Surakarta dilihat dari kondisi yang ada saaat ini dan permodelan sistem informasi yang akan datang, berdasarkan tahapan TOGAF mulai dari architecture vision sampai
technology architecture dapat didefinisikan melalui renstra pembangunan
sistem informasi yang dapat dilihat pada Tabel 3 :
Tabel 3. Renstra BPJS Kesehatan Surakarta
Tahun ke- Pembangunan Sistem Informasi
19
Pada Tabel 3 dapat dilihat Renstra BPJS Kesehatan Surakarta pada tahun pertama sistem informasi Kepesertaan yang nantinya akan dibangun terlebih dahulu karena sistem informasi kepesertaan merupakan sistem informasi utama yang akan membantu perusahaan untuk mendata jumlah peserta yang masuk pada data perusahaan tersebut.kemudian pada tahun kedua akan dibangun sistem informasi pelayanan dimana sistem informasi ini yang nantinya akan menjadi pendukung dari sistem informasi kepesertaan.tahap terakhir pada tahun ketika yaitu pembangunan sistem informasi keuangan yang nantinya akan dibangun sesuai dengan kebutuhan perusahaan .
5. Simpulan
Dari penelitian yang dilakukan di BPJS Kesehatan Surakarta dapat disimpulkan bahwa proses bisnis perusahaan yang belum berjalan maksimal dapat dimaksimalkan dengan mengembangkan Architecture Framework yang ada. Selain itu sistem informasi yang ada di BPJS Kesehatan Surakarta juga dapat lebih dimaksimalkan dalam menjalankan proses bisnis yang ada. Pengembangan system informasi yang dilakukan berupa penambahan aplikasi desktop, web dan mobile application disetiap aplikasi bisnis yang ada. Dari 9 tahap yang ada pada metode ADM diatas maka diaharapkan hasil analisis yang terdiri dari 5 tahap penelitian yaitu : Architecture Vision, Business Architecture,Information System
Architecture,Technology Architecture dan Opportunities and Solution yang
20
6. Daftar Pustaka
[1] www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/, diakses : 14 Januari 2015.
[2] Parizeau, Y., 2002, Enterprise Architecture for Complex Government and the Challenge of Government On-line in Canada, Canada: Dalhoussie University.
[3] Mutyarini, K., Sembiring, J., 2006, Arsitektur Sistem Informasi untuk Institusi Perguruan Tinggi di Indonesia, Prosiding KNTI&K.
[4] Adhinugraha, K., 2005, Studi dan Implementasi Framework Zachman dalam Pembangunan Sistem Informasi, Studi Kasus: Sistem Informasi Potensi Keramik Daerah pada Balai Besar Keramik Bandung, Bandung: Institut Teknologi Bandung.
[5] Nisar, Triloka., J., 2008, Pemodelan Arsitektur Enterprise Menggunakan Enterprise Architecture Planning untuk Mendukung Sistem Informasi Akademik di Jurusan Teknik Informatika STMIK Darmajaya Bandar Lampung, Bandung: Institut Teknologi Bandung.
[6] Ward, J., Peppard, J., 2002, Strategic Planning for Information Systems 3rd Ed., UK: John Wiley & Sons, Ltd.
[7] Osvalds, 2001, Definition of Enterprise Architecture – Centric Models for the Systems Engineer, TASC Inc.
[8] Kourdi, H., 2007, Framework for Enterprise Architecture, IEEE: September.
[9] The Open Group, 2009, The Open Group Architecture Framework: Architecture Development Method, https://www2.opengroup.org/ogsys, diakses: 17 Juni 2011.
[10] Lise, 2006, Comparison of Enterprise Architecture Framework, Issues in Information Systems, Eastern Michigan University Vol. VII.
[11] Harrison, K., Varveris, L., 2006, TOGAF: Establishing Itself as the Devenitive Method for Building Enterprise Architecture in the Commercial World.
[12] Widyanigsih, Pipin, (2012), Perencanaan Strategis Sistem Informasi Pada Institusi Pendidikan Tinggi Menggunakan Analisis Critical Success Factors, www.Academia.edu, diakses : 01 Desember 2014.