• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan The Open Group Architecture Framework (TOGAF) (Studi Kasus : GKI Masaran) T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan The Open Group Architecture Framework (TOGAF) (Studi Kasus : GKI Masaran) T1 Full text"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan

The Open Group Architecture Framework (TOGAF)

(Studi Kasus : GKI Masaran)

Artikel Ilmiah

Peneliti :

Stefanus Andre Laksono (682010077)

Charitas Fibriani, S.Kom., M.Eng

Agustinus Fritz Wijaya, S.Kom., M.Cs.

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Perencanaan Strategis Sistem Informasi Menggunakan

The Open Group Architecture Framework (TOGAF)

(Studi Kasus : GKI Masaran)

1

Stefanus Andre Laksono, 2Agustinus Fritz Wijaya, 3Charitas Fibriani

Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

Jalan Diponegoro No. 52-60, Salatiga 50711, Jawa Tengah, Indonesia Email : 682010077@student.uksw.edu, agustinus.fritz@gmail.com,

charitasfibriani@yahoo.com

Abstract

The best Strategic planning is one of the most important things for a organization to be able to run a good business processes.The business process in Masaran Indonesian Christian Church has been running well though it still does not have infrastructure of information system /information technology (IS/IT). So its needed the development of a good framework for planning a return, designing and managing infrastructure IS/IT Strategic information system planning is aimed to increase the benefit of business organization. The stage of strategic information system planning in Masaran Indonesian Christian Church is The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM). TOGAF ADM consists of the stages to design an Enterprise Architecture (EA) for an organization. The output is an architecture blueprint in the enterprise scale as the orientation of the company to establish the IS/IT strategic planning

Keywords : Strategic Planning, Information Systems, Information Technology, TOGAF ADM, Enterprise Architecture.

Abstrak

Perencanaan strategis sistem informasi yang baik merupakan salah satu hal yang paling penting bagi organisasi untuk bisa menjalankan proses bisnis yang baik.. Proses bisnis Gereja Kristen Indonesia Masaran sudah berjalan dengan baik, namun masih belum memiliki sebuah infrastruktur sistem informasi/teknologi informasi (SI/TI). Sehingga dibutuhkan pengembangan suatu kerangka kerja yang baik untuk merencanakan kembali, merancang dan mengelola infrastruktur SI/TI. Perencanaan strategis sistem informasi bertujuan untuk meningkatkan manfaat bisnis organisasi. Tahapan dalam perencanaan strategis sistem informasi untuk Gereja Kristen Indonesia Masaran adalah The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM). TOGAF ADM berisi tahapan-tahapan untuk merancang sebuah Enterprise Architecture

(EA) bagi sebuah organisasi. Luaran yang dihasilkan adalah sebuah blueprint arsitektur berskala enterprise sebagai pedoman bagi perusahaan untuk mewujudkan rencana strategis SI/TI.

Kata Kunci : Perencanaan Strategis, Sistem Informasi, Teknologi Informasi, TOGAF ADM,

Enterprise Architecture.

1

(8)

1. Pendahuluan

Sistem Informasi telah berkembang dari waktu ke waktu Sistem Informasi merupakan salah satu penunjang proses pelayanan bagi suatu gereja untuk mendukung dan membantu gereja dalam memaksimalkan proses pelayanan grejawi dan membantu gereja dalam merealisasikan tujuan dari gereja .akan tetapi peran sistem informasi di setiap gereja mempunyai peran yang berbeda – beda sesuai dengan fungsi yang ada dalam gereja, sehingga perencanaan strategi Sistem Informasi yang tepat sangat diperlukan untuk membantu sebuah organisasi dalam pengambilan keputusan untuk melakukan rencana pelayanannya dan merealisasikan pencapian pelayanannya.

Organisasi yang menggunakan sistem informasi konvensional, dan belum memiliki suatu perencanaan sistem informasi bisa dipastikan akan tertinggal dengan organisasi pesaingnya yang telah memakai sistem informasi sebagai pendukung kegiatan usaha mereka [1]. Perencanaan strategis sistem informasi mutlak diperlukan oleh setiap organisasi yang akan memanfaatkan sistem informasi. Dokumen ini menjadi acuan dalam melakukan investasi sistem informasi. Tanpa perencanaan yang jelas, maka investasi sistem informasi yang hendak dilakukan akan berjalan tanpa arah, memberikan kontribusi yang tidak maksimal dan tidak selaras dengan tujuan yang ingin diraih [2].

Gereja Kristen Indonesia Masaran merupakan sebuah gereja yang memiliki jemaat sekitar 370 orang yang berada di daerah desa masaran, dengan jemaat yang sebanyak itu tentunya diperlukan Perencanaan Sistem Informasi namun dalam menjalankan proses bisnisnya Gereja Kristen Indonesia Masaran masih menggunakan sistem informasi konvensional. Masalah-masalah yang di alami seperti belum terdapat pembagian tanggung jawab tugas penatua pada setiap bidang yang ada, Gereja masih belum menggunakan teknologi sistem informasi dalam setiap proses bisnisnya, dalam tata kelola administrasi maupun pengelolaan data yang seharusnya dapat didukung dengan adanya teknologi infrastruktur masih banyak kekurangan, khususnya dalam pengintegrasian data dan akses koordinasi antar bagian. hal ini juga berpengaruh terhadap kecepatan pelayanan dan kecepatan pengelolaan data guna memberikan output untuk membantu pengambilan keputusan.

Keselarasan penerapan sistem informasi dengan kebutuhan organisasi hanya mampu dijawab dengan memperhatikan faktor integrasi di dalam pengembangannya, tujuan integrasi sebenarnya adalah untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi dalam proses pengembangan sistem informasi. Diperlukan kerangka kerja untuk merancang, mengelola dan merencanakan infrastruktur sistem informasi yang disebut dengan enterprise architecture (EA) dalam mengupayakan pengurangan kesenjangan tersebut. EA dipandang sebagai sebuah pendekatan logis, komprehensif, dan holistik untuk merancang dan mengimplementasikan sistem dan komponen sistem secara bersamaan, dengan kata lain, EA mengintegrasikan sistem informasi di dalam suatu arsitektur [2]. Salah satu kerangka dalam pembuatan EA adalah TOGAF, pemilihan TOGAF karena TOGAF memiliki fokus terhadap infrastuktur dan siklus Architecture

Development Method (ADM), TOGAF di gunakan untuk mengembangkan

(9)

mengimplementasikannya dan bersifat open source.The Open Group Architecture Framework (TOGAF) diharapkan dapat memberikan rencana strategis sistem informasi dan model infrastruktur sistem informasi yang dapat dijadikan acuan dalam mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengelola sistem informasi serta infrastruktur teknologi informasi untuk Gereja Kristen Indonesia Masaran. Penelitian ini hanya akan menganalisa 6 tahapan dari 9 tahapan yaitu Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture, dan Technology Architecture, Opportunities Architecture, dan Migration Planning Analisa dari 6 tahapan tersebut akan menghasilkan luaran berupa Rencana Strategi Sistem Informasi.

2. Tinjaun Pustaka

Penelitian yang berjudul “Perencanaan Strategi Sistem Informasi Berbasis TOGAF ADM Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta”. Penelitian tersebut membahas tentang penggunaan TOGAF ADM yang mengacu pada peraturan hukum yang berlaku, visi, misi dan aktivitas bisnis yang dijalankan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta. Penelitian tersebut adalah berupa rancangan implementasi sistem informasi Disparbud kota Yogyakarta yang disusun secara berjangka sehingga pelaksanaan fungsi Disparbud dapat dioptimalkan. [3]

Penelitian mengenai perancangan strategis sistem informasi yang berjudul “Perencanaan Strategis Sistem Informasi Pada Bimbingan belajar Bintang Pelajar”. Penelitian tersebut membahas tentang bagaimana memberikan gambaran secara umum tentang perencanaan strategis sistem informasi menggunakan metode SISP (Strategic Information System Planing) Ward and P eppard. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk di jadikan referensi untuk bidang penelitian perancanaan strategis sistem informasi dan memberikan sebuah perencanaan strategis pada perusahaan. [4]

Penelitian yang dilakukan berjudul Perencanaan Strategis Sistem Informasi Studi kasus Gereja Kristen Indonesia Masaran dengan menggunakan The Open Group

Architecture Framework (TOGAF) akan membahas mengenai bagaimana

merancang implementasi sistem informasi dan infrastruktur berdasarkan kerangka kerja TOGAF fokus terhadap infrastuktur dan siklus Architecture Development

Method (ADM). Gereja Kristen Indonesia Masaran menggunakan TOGAF

Framework guna mendukung dan meningkatkan proses pelayanan grejawi.

(10)

Migration Planning pada Sistem Informasi Gereja Kristen Indonesia Masaran. Berdasarkan penelitian di atas, maka akan menjadi sebuah acuan yang mendasar dalam penerapan metode, kasus dan hasil yang berbeda. Metode yang digunakan adalah TOGAF ADM yang memberikan tahapan enterprise architecture secara rinci dan spesifik terhadap proses bisnis.

Strategi Sistem Informasi dan Strategi Teknologi Informasi (Strategi SI/TI) meliputi dua (2) strategi yaitu strategi SI menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. Esensi dari strategi SI adalah menjawab pertanyaan “apa?”. Sedangkan strategi TI lebih menekankan pada pemilihan teknologi, infrastruktur dan keahlian khusus yang terkait atau guna menjawab pertanyaan “bagaimana?” [5].

Enterprise architecture (EA) atau lebih dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi dari misi stakeholder yang di dalamnya termasuk informasi, fungsionalitas/kegunaan, lokasi organisasi dan parameter kinerja. EA adalah sebuah sistem atau sekumpulan sistem [6]. Bagaimana implementasi dari EA bisa digunakan oleh organisasi adalah sebaiknya organisasi mengadopsi sebuah metode atau framework yang bisa digunakan dalam melakukan pengembangan arsitektur enterprise tersebut. Sehingga, dengan ada metode EA diharapkan dapat mengelola sistem yang kompleks dan dapat menyelaraskan bisnis dan TI yang akan di investasikan [7].

TOGAF dimulai awal 1990-an sebagai metodologi untuk pengembangan arsitektur teknis, dan telah dikembangkan oleh The Open Group ke dalam kerangka arsitektur enterprise yang luas. Pada tahun 1995 , versi pertama dari TOGAF (TOGAF 1.0) disajikan. Versi ini terutama didasarkan pada Architecture Framework Teknis Pengelolaan Informasi (TAFIM), dikembangkan sejak tahun 1980 oleh Departemen Pertahanan AS (Wikipedia). TOGAF merupakan

kerangka dan metodologi untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi bisnis yang ada pada sebuah organisasi. TOGAF membantu pelaksana untuk keluar dalam metode yang ekslusif, memanfaatkan sumber daya secara efisien dan efektif, dan kembali ke tujuan pokok investasi. Dipergunakan dengan bebas oleh apapun organisasi yang mengembangkan untuk mendisain, evaluasi, dan membangun enterprisearchitecture.

(11)

Gambar 1. Architecture Development Method Cycle [8]

Gambar 1 menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan EA, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari pengembangan EA oleh organisas,i prinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Prinsip Enterprise, yaitu pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan. (2) Prinsip Teknologi Informasi (TI) lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian organisasi, termasuk unit - unit organisasi yang akan menggunakan. (3) Prinsip Arsitektur adalah merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana mengimplementasikannya.

Berdasarkan siklus fase ADM pada Gambar 1, maka secara lebih detail dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tahap persiapan (Preliminary Phase): Konfirmasi kerangka pendukung dan mengidentifikasi prinsip arsitektur.

Phase A: Architecture Vision. Mendefinisikan scope, visi organisasi dan memetakan strategi keseluruhan.

Phase B: Business Architecture. Mendeskripsikan bisnis arsitektur saat ini, menghindari dampak penyimpangan arsitektur.

(12)

Phase D: Technology Architecture. Menciptakan keseluruhan infrastruktur yang akan digunakan.

Phase E: Opportunities and Solutions. Mengembangkan strategi keseluruhan, mencari solusi untuk perancangan pada phase sebelumnya.

Phase F: Migration Planning. Merencanakan persiapan migrasi kepada perancangan yang telah dibuat.

Phase G: Implementation Governance. Melakukan implementasi terhadap perancangan dan penerapan yang sudah ada.

Phase H: Architecture Change Management. Memonitor sistem yang sedang berjalan untuk kepentingan perubahan dan menentukan apakah untuk mengawali satu siklus baru perlu pengulangan kembali ke tahap persiapan.[8]

Penelitian ini hanya akan menganalisa 6 tahapan dari 9 tahapan diatas yaitu

Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture, dan

Technology Architecture, Opportunities Architecture, dan Migration Planning

Analisa dari 6 tahapan tersebut akan menghasilkan luaran berupa Rencana Strategi Sistem Informasi

3. Tahapan Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hal yang di lakukan dalam mendapatkan informasi dengan cara mengungkap fakta, keadaan, fenomena dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan data yang apa adanya. Data wawancara yang didapatkan dari responden akan dideskripsikan sesuai dengan pengetahuan dan pemahaman yang ada.

(13)

Gambar 2. Tahapan Penelitian

Tahap pertama yaitu melakukan studi literatur untuk mencari informasi atau referensi yang relevan dan sesuai dengan kerangka yang akan digunakan, dalam hal ini yaitu kerangka The Open Group Architecture Framework (TOGAF). bagaimana membangun dan mengelola serta mengimplementasikan EA dan SI yang disebut dengan Architecture Development Method (ADM). Informasi atau referensi yang digunakan pada penelitian ini berupa jurnal atau laporan penelitian yang membahas mengenai konsep TOGAF, dan juga situs terpercaya pada internet.

Tahap kedua yaitu pengumpulan data. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer. Data primer yang dibutuhkan untuk membantu dalam menyelesaikan penelitian ini adalah gambaran umum kegiatan pelayanan, rencana pelayanan dan strategi gereja, visi dan misi gereja, dan proses pelayanan grejawi. Data ini secara langsung didapatkan dari obyek penelitian dengan melakukan wawancara dan observasi terhadap Gereja Kristen Indonesia Masaran.

Wawancara yang dilakukan akan menggunakan metode wawancara bebas, dimana wawancara yang susunan pertanyaannya tidak ditentukan lebih dahulu dan pembicaraannya tergantung kepada suasana wawancara. Narasumber pada penelitian ini adalah Bapak Pdt. Enos Bayu Setiadi selaku Pendeta muda di Gereja Kristen Indonesia Masaran.selain itu melakukan observasi, Observasi yang di lakukan adalah observasi langsung dimana memungkinkan bagi peneliti untuk mengumpulkan data mengenai perilaku dan kejadian secara detail. Peneliti dalam observasi langsung tidak berusaha untuk memanipulasi kejadian yang diamati. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian yang terjadi di Gereja Kristen Indonesia Masaran

Tahap ketiga yaitu penyusunan dan analisis data. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis hasil wawancara dan observasi untuk mengambil kesimpulan tentang proses bisnis di Gereja Kristen Indonesia Masaran sekarang ini. Analisis yang dilakukan adalah analisis kualitatif deskriptif untuk memahami dan menjelaskan variabel-variabel yang diteliti, kemudian menentukan pengukuran kecenderungan pemusatan pada masing-masing item pernyataan pada hasil wawancara.

Tahap keempat Tahap penyusunan & perencanaan strategi sistem informasi yang didalamnya terdapat pengerjaan pembangunan arsitektur dengan menggunakan TOGAF ADM, tahapan yang dilakukan meliputi 6 tahapan yaitu Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architectur Technology Architecture, Opptunities and Solution, dan Migration Planing.

Preliminary Phase

Tahapan preliminary phase menentukan framework dan ruang lingkup Enterprise Architecture (EA) yang akan dikembangkan serta pendefinisian dari unsur manajemen dimana dibentuk tim arsitektur dan organisasi.

(14)

Tahapan architecture vision menentukan kebutuhan yang dibutuhkan untuk perancangan arsitektur sistem informasi yang meliputi:

- Profil organisasi.

- Pendefinisian visi dan misi. - Tujuan organisasi.

- Sasaran organisasi. - Proses bisnis organisasi. - Unit organisasi.

- Kondisi arsitektur saat ini

Business Architecture

Tahapan business architecture menentukan model bisnis atau aktivitas bisnis yang diinginkan berdasarkan skenario bisnis organisasi. Dalam tahapan ini ada tiga (3) hal yang harus dilakukan, yaitu: (1) Menentukan sudut pandang untuk memperlihatkan bagaimana stakeholder saling berhubungan. (2) Menentukan sumber daya yang relevan, seperti model dan pola yang digunakan. (3) Memilih dan menentukan tools dan metode umum untuk pemodelan seperti Unified Modelling Language (UML) dan Bagan Hirarki Fungsi dapat digunakan untuk membangun model yang diperlukan.

Information System Architecture

Tahapan information system architecture menentukan arsitektur data dan arsitektur aplikasi. Arsitekur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Tools yang dapat digunakan yaitu: Activity Diagram dan Class Diagram. Tahapan dalam membuat arsitektur data adalah: (1) Mendefinisikan entitas. (2) Membuat model konseptual relasi entitas. (3) Pada arsitektur aplikasi lebih menekan pada bagaimana kebutuhan aplikasi direncanakan, dengan tahapan: (1) Mendefiniskan aplikasi. (2) Membuat model konseptual proses bisnis berdasarkan aktivitas skenario bisnis dari aplikasi.

Technology Architecture

Tahapan technology architecture mendefinisikan teknologi - teknologi utama yang dibutuhkan untuk menyediakan dukungan lingkungan teknologi bagi aplikasi beserta data yang akan dikelola menggunakan teknologi tersebut. Untuk membangun arsitektur teknologi dibutuhkan tahapan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi prinsip-prinsip teknologi dan platform. (2) Mendefinisikan

platform dan distribusi teknologi. (3) Merelasikan platform teknologi dengan aplikasi dan fungsi bisnis. (4) Mendistribusikan arsitektur teknologi. Hasil dari tahapan ini adalah sebuah rancangan cetak biru (Blueprint) yang akan dijadikan acuan oleh Gereja Kristen Indonesia Masaran dalam membangun EA.

Opportunities and Solution

Tahapan opportunities and solution berisi kegiatan yang di lakukan meliputi :

(1) Evaluasi & alternative implementasi, (2) mendefinisikan strategi & rencana Implementasi.

Migration Planning

(15)

berdasarkan prioritas dari berbagai perspektif dan manfaat dari proyek migrasi. Dalam tahapan ini di lakukan penilaian dalam menentukan rencana migrasi dari suatu sistem informasi.

4. Pembahasan dan Analisis

Pembahasan bab ini pertama-tama akan mempersiapkan perancangan Enterprise Architecture (EA) dengan menggunakan TOGAF. Tahapan-tahapan yang ada pada TOGAF yaitu Preliminary, Architecture Vision dan Business Architecture

merupakan tahapan awal untuk mengenal obyek penelitian yaitu pada Gereja GKI Masaran. Tahapan-tahapan selanjutnya adalah Information System Architecture, Technology Architecture, Opptunities and Solution, Migration Planing dan bertujuan untuk merancang Enterprise Architecture(EA) dan memberi blueprint pada Organisasi.

Preliminary Phase

Pada tahapan ini berisi langkah-langkah persiapan perencanaan arsitektur enterprise yaitu menentukan framework arsitektur, scope enterprise organisasi dan ruang lingkup Enterprise Architecture (EA) yang akan dikembangkan serta pendefinisian dari unsur manajemen dimana dibentuk tim arsitektur dan organisasi. Pendefinisian proses bisnis pada Gereja GKI Masaran digambarkan dengan menggunakan flowchart pada Gambar 3 :

(16)

Gambar 4. Flowchart bidang persekutuan pengelolaan liturgi

Berdasarkan Gambar 3 dan 4 menggambarkan proses bisnis yang di lakukan penatua pada bagian bidang persekutuan, dalam bidang persekutuan terdapat dua proses, yaitu penjadwalan ibadah dan pengelolaan liturgi ibadah.

(17)

Gambar 6. Flowchart bidang kespel pengelolaan pengelolaan diakonia

Gambar 7. Flowchart bidang kespel pengelolaan pelayanan kesehatan

(18)

Gambar 8. Flowchart bidang pembinaan pengelolaan kegiatan pembinaan

(19)

Gambar 9. Flowchart bidang penata layanan pengelolaan jadwal rapat

Gambar 10. Flowchart bidang penata layanan pengelolaan inventaris gereja

(20)

Berdasarkan Gambar 9, 10 dan 11 menggambarkan proses bisnis yang di lakukan penatua pada bagian bidang penata layanan, dalam bidang penata layanan terdapat tiga proses yaitu pengelolaan jadwal segala rapat yang ada di gereja, kemudian pengelolaan inventaris gereja dan pengelolaan keuangan dari komisi-komisi yang ada dalam gereja.

Gambar 12. Flowchart bidang Oikumene pengelolaan kegiatan luar gereja

Gambar 13. Flowchart bidang administrasi pengelolaan keseketariatan

(21)

Framework yang digunakan untuk perencanaan arsitektur enterprise sistem informasi pada Gereja GKI Masaran adalah TOGAF dengan metodologi yang mengacu pada 6 dari 8 tahapan TOGAF ADM, yaitu : (1)Phase A : Architecture Vision, (2)Phase B : Business Arsitecture, (3)Phase C : Information System Architecture, (4)Phase D : Technology Architecture, (5)Phase E : Opptunities and Solution, (6)Phase F : Migration Planing. Scoope enterprise pada penelitian ini, yang akan dianalisa dan dilakukan permodelan arsitektur adalah 5 (lima) proses aktivitas utama pada Gereja GKI Masaran, yaitu mencakup : Manajemen Persekutuan, Manajemen Kespel, Manajemen Pembinaan, Manajemen Penata Layanan dan Manajemen Oikumene. Proses aktivitas utama tersebut akan diproses dan dikelola sedemikian rupa dengan mengacu kepada Requirement

Management yang berguna untuk memberikan gambaran kebutuhan EA yang

efektif bagi organisasi.

Prinsip-prinsip EA pada tahapan awal pengembangan EA yang dapat digunakan adalah prinsip yang sifatnya umum namun memiliki hubungan dengan enterprise

yang dikembangkan. Prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) penyeragaman penggunaan teknologi, (2) Penerapan open source software, (3) modularisasi komponen-komponen sistem, dan (4) penggunaan konsep reuse dan penggunaan bersama (sharing).

Requirement Management

Tujuan utama dari requirement management adalah mengidentifikasi kebutuhan proses EA yang sesuai dalam setiap proses ADM. Skenario bisnis menjadi hal utama dalam pengembangan tahapan ini. Skenario bisnis mencakup core business, proses bisnis, dan permasalahan bisnis organisasi.

Phase A. Architecture Vision

Tahap architecture vision akan dijelaskan mengenai kebutuhan terkait visi dan misi perusahaan, profil organisasi, sasaran organisasi, struktur organisasi, arsitektur dan kondisi penggunaan SI/TI organisasi saat ini di Gereja GKI Masaran.

Phase B. Business Architecture

(22)

Penatua

Gambar 14. Use Case Gereja GKI Masaran

(23)

kemudian proses bisnis bidang oikumene yaitu terdiri dari beberapa kegiatan luar gereja baik dari lingkup klasis solo maupun sinode wilayah jawa tengah, kemudian proses bisnis bidang pembinaan terdapat berbagai kegiatan pembinaan untuk warga jemaat, di antaranya program katekisasi hingga pembinaan pengurus, kemudian proses bisnis dari bidang penata layanan yaitu pengelolaan jadwal rapat majelis sampai komisi-komisi di bawahnya, mengelola inventaris gereja dan pembukuan keuangan greja, selanjutnya proses bisnis administrasi mengurus masalah keseketariatan, kemudian bagian bendahara komisi mengelola persembahan yang masuk tiap komisi. Dapat diketahui bahwa setiap bidang pada proses utama memiliki keterkaitan, dan bidang utama terdiri dari aktifitas yang saling terkait dengan proses pendukung. maka keterkaitan proses tersebut dipetakan melalui arsitektur bisnis pada Gambar 15 sebagai berikut :

Gambar 15. Arsitektur Bisnis Gereja GKI Masaran

(24)

Phase C. Information System Architecture

Pada tahapan information system architecture dilakukan perancangan arsitektur data yang bertujuan untuk mendefinisikan kebutuhan data yang akan digunakan pada arsitektur aplikasi. Tahap ini juga mengharuskan kombinasi dari beberapa entitas data dan arsiktektur aplikasi. Dua tahapan dalam membuat arsitektur data yaitu: (1) Pendefinisian entitas berdasarkan pada fungsi bisnis. (2) Pembuatan model konsep dengan menggunakan Class Diagram. Model konseptual merupakan pendefinisian sekumpulan entitas, atribut dan relasi yang digambarkan menggunakan Class Diagram. Arsitektur aplikasi diidentifikasi berdasarkan pada : (1) Kebutuhan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan pada setiap fungsi bisnis. (2) Kebutuhan pertukaran informasi antar fungsi bisnis. (3) Kebutuhan alat bantu di tiap fungsi bisnis.

Pada tahapan ini dilakukan pendefinisisan mengenai apa saja yang harus dilakukan aplikasi untuk mengelola dan menyediakan informasi agar dapat mendukung fungsi bisnis. Dari hasil identifikasi fungsi bisnis dapat ditentukan daftar kandidat modul aplikasi yang diperlukan untuk mendukung fungsi aktivitas utama pada Gereja GKI Masaran.

Berdasarkan observasi dan analisis, maka sistem informasi dan kandidat aplikasi yang sesuai dan dapat dibangun dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Kandidat Aplikasi Gereja GKI Masaran

(25)

aplikasi pengelolaan data beasiswa jemaat, aplikasi pengelolaan pelayanan diakonia dan aplikasi pengelolaan pelayanan kesehatan, pada bagian manajemen kespel ini berisi tentang kegiatan pelayanan khusus untuk jemaat Gereja Kristen Indonesia, selanjutnya pada bagian manajemen pembinaan terdapat satu kandidat aplikasi yaitu aplikasi pengelolaan kegiatan pembinaan Gereja Kristen Indonesia Masaran, kenapa hanya satu aplikasi di karenakan memang dalam bagian manajemen pembinaan hanya berisi tentang kegiatan pembinaan-pembinaan, selanjutnya pada bagian manajemen penata layanan terdapat tiga kandidat aplikasi yaitu aplikasi pengelolaan jadwal rapat, aplikasi pembukuan keuangan dan aplikasi pengelolaan inventaris gereja, kemudian pada bagian manajemen oikumene terdapat satu kandidat aplikasi yaitu aplikasi pengelolaan data kegiatan luar gereja, kemudian pada bagian administrasi umum terdapat satu kandidat aplikasi yaitu aplikasi pengelolaan keseketariatan yaitu tentang kegiatan surat menyurat.Arsitektur sistem aplikasi dapat dimodelkan menggunakan application landscape, dimana arsitektur sistem aplikasi tersebut menggambarkan hubungan kedekatan antar sistem aplikasi yang dapat terlihat pada Gambar 16 berikut :

(26)

Arsitektur sistem aplikasi terdiri dari Web Client yang berupa aplikasi

Desktop dan Web kemudian Web portal yang berisi aplikasi-aplikasi dari pengelolaan jadwal ibadah hingga pengelolaan keseketariatan, aplikasi-aplikasi ini berasal dari usulan aplikasi yang akan di buat di Gereja Kristen Indonesia Masaran. Untuk mengoptimalkan lapisan arsitektur sistem aplikasi tersebut maka di tambahkan lapisan user profil management yang berfungsi untuk mengatur profil penggunaan aplikasi, kemudian adanya dukungan pada keamanan infrastruktur jaringan berupa lapisan network security.Berdasarkan gambar arsitektur sistem aplikasi pada Gambar 16, maka dapat dilakukan proses pemetaan terhadap komponen infrastruktur yang mengacu pada Technical Reference Model (TRM) TOGAF seperti terlihat pada Gambar 17 berikut :

Gambar 17. Pemetaan Arsitektur Sistem Aplikasi terhadap Arsitektur Teknologi

(27)

client application yang berisi aplikasi-aplikasi yang nantinya akan di buat,. Kemudian lapisan web portal berhubungan dengan infrastructure application dan data interface. Kemudian pada lapisan user profil management berhubungan dengan lapisan user interface pada arsitektur teknologi. Selanjutnya network security sistem aplikasi berhubungan dengan lapisan security pada arsitektur teknologi, dan lapisan operating system sampai dengan communication structure pada lapisan arsitektur teknologi merupakan lapisan yang mendukung semua lapisan pada arsitektur sistem aplikasi.

Phase D. Technology Architecture

Tahapan technology architecture merupakan tahapan pengembangan arsitektur teknologi terkait dengan logika dan bentuk nyata aplikasi serta infrastruktur yang direkomendasikan. Berdasarkan kondisi teknologi saat ini, maka arsitektur teknologi yang diusulkan adalah sebagai berikut :

Aliran informasi antara sistem aplikasi merupakan sebuah model yang menggambarkan proses transformasi informasi antara sistem aplikasi yang telah dirancang pada Gambar 16 yaitu arsitektur sistem aplikasi, aliran informasi antara sistem aplikasi dapat dilihat pada Gambar 18 berikut:

(28)

Gambar 18 menjelaskan bahwa sistem informasi pada setiap bagian yang ada saling berhunungan dapat dilihat bahwa sistem informasi pembinaan, sistem informasi oikumene, sistem informasi persekutuan, sistem informasi penata layanan, sistem informasi kespel sejajar dan berhubungan langsung dengan Web Portal kemudian sistem pengelolaan administrasi umum dan sistem pengelolaan administrasi keuangan yang sebagai proses pendukung proses utama terhubung dengan Client Application.

Skema infrasktruktur jaringan di Gereja Kristen Indonesia Masaran dapat dilihat pada Gambar 19 berikut :

Gambar 19. Skema Jaringan Gereja Kristen Indonesia Masaran

(29)

Phase E. Opportunities and Solution

Tahapan opportunities and solution mendefinisikan strategi & rencana

Implementasi pada Gereja Kristen Indonesia Masaran. Rencana implementasi dapat dilihat pada tabel 2 :

Tabel 2. Rencana implementasi Gereja Kristen Indonesia Masaran

Kondisi di GKI Masaran ini belum sama sekali menggunakan sistem informasi, sehingga kandidat aplikasi yang akan di buat oleh penulis semua akan di rencanakan, mulai dari sistem informasi persekutuan sampai sistem informasi administrasi umum.

Phase F . Migration Planning

Tahapan Migration Planning bertujuan mengidentifikasi parameter strategis. Pada fase architecture vision dilakukan analisis terhadap kondisi saat ini. Sedangkan pada fase information system architecture dan technology architecture dilakukan pemodelan kebutuhan sistem informasi yang akan datang. Dari hasil analisis yang telah dilakukan terdapat kesenjangan (gap) antara kondisi saat ini dengan usulan untuk mencapai kondisi yang akan datang. Analisis kesenjangan dilakukan untuk melihat perbandingan kondisi saat ini dengan setelah penerapan arsitektur yang akan datang. Setelah itu dari hasil evaluasi kesenjangan dapat dibuat strategi untuk penyelesaian permasalahan dengan perencanaan pembangunan sistem informasi dan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan.

(30)

Tabel 3. Renstra Gereja Kristen Indonesia Masaran

Pada tahun pertama sistem informasi Manajemen persekutuan yang nantinya akan dibangun terlebih dahulu karena berdasarkan analisa kebutuhan sistem informasi manajemen persekutuan inilah yang merupakan sistem informasi utama yang akan membantu gereja untuk mengelola kegiatan-kegiatan ibadah yang di lakukan di Gereja GKI Masaran ini, kemudian pada tahun kedua akan dibangun sistem informasi administrasi umum yang merupakan aktivitas pendukung, sistem ini nantinya akan mengelola masalah keseketariatan gereja, selanjutnya pada tahun ke yang sama di bangun sistem informasi pembinaan dimana sistem informasi ini di gunakan untuk membantu proses pembinaan jemaat dalam hal organisasi maupun pelayanan, di tahun ke tiga di bangun sistem informasi penata layanan ini merupakan lanjutan dari proses pembinaan jemaat, kemudian pada tahun ke empat akan di bangun sistem informasi kespel, kemudian di tahun terakhir akan di bangun sistem informasi oikumene yang nantinya akan dibangun untuk memenuhi proses bisnis pada Gereja Kristen Indonesia masaran.

5. Kesimpulan

(31)

sebagai acuan perancangan sistem informasi. Arsitektur dan skema teknologi infrastruktur yang dirancang merupakan rekomendasi yang sesuai dengan kondisi struktur tiap bagian saat ini. Secara keseluruhan rekomendasi blueprint yang dibangun berdasarkan model enterprise architecture (EA) dengan menggunakan TOGAF ADM di Gereja Kristen Indonesia Masaran.

6. Daftar Pustaka

[1] Rochim, A., 2009, Perencanaan Strategis Sistem Informasi P erguruan Tinggi (Studi Kasus : Universitas Diponegoro Semarang), Semarang : Universitas Diponegoro.

[2] Widiatmo, R., 2012, Perencanaan Strategis Sistem Informasi/Teknologi

Informasi Menggunakan Kerangka The Open Group Architecture

Framework(TOGAF)(Studi Kasus : Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat), Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.

[3] Gandhi, A., Kurniati, A., 2012, Perencanaan Strategi Sistem Informasi Berbasis TOGAF ADM Pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, Bandung : Institut Teknologi Telkom.

[4] Raschania, P., 2011, Perencanaan Strategis Sistem Informasi Studi Kasus : Bimbingan Belajar Bintang Pelajar. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

[5] Ward, J., Peppard, J., 2002, Strategic Planning For Information System 3rd Ed., UK: John Wiley & Sons, Ltd.

[6] ]Osvalds, 2001, Definition of Enterprise Architecture Centric Models for theSystems Engineer, TASC Inc.

[7] Kourdi, H., 2007, Framework for Enterprise Architecture, IEEE: September.

Gambar

Gambar 1.  Architecture Development Method Cycle [8]
Gambar 3. Flowchart bidang persekutuan penjadwalan ibadah
Gambar 4. Flowchart bidang persekutuan pengelolaan liturgi
Gambar 7.  Flowchart bidang kespel pengelolaan pelayanan kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai signifikansi untuk variabel jumlah anggota keluarga sebesar 0,722 > 0,10, maka dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah anggota keluarga tidak

It was proved by the average score of students’ ability in writing descriptive text in experimental class was higher than the average score of students’ ability in writing

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh..

Fenomena kenaikan jumlah penumpang pesawat pada periode mendatang dapat dianalisis mengguna-kan disiplin ilmu statistika, yaitu dengan analisis deret waktu yaitu dengan

Meskipun memiliki perbedaan kajian namun masih dalam ranah kognitif sehingga peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan

Dengan tujuan mendapatkan hasil optimasi yang lebih baik dari penelitian sebelumnya, peneliti melakukan optimasi multi response surface dengan pendekatan fuzzy

ADE CHANDRA NPM.. Pengaruh Kepuasan Kerja, Stres Kerja dan Iklim Organisasi terhadap Komitmen Organisasi dengan Locus of Control sebagai Variabel Moderasi.. pada Inspektorat

Lebih lanjut, telah dikatakan pada bagian awal bahwa salah satu manfaat lain dari adanya rule of law adalah prediktabilitas: Hayek mengatakan bahwa rule of law memungkinkan