• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri seperti masalah-masalah kesejahteraan, pola pikir, serta perilaku masyarakat. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan tersebut.

Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Menurut

World Health Organization yang biasa disingkat (WHO) sehat dan arti kesehatan itu terdiri dari sehat jasmani, sehat mental, kesejahteraan social, dan sehat spiritual, dan kesehatan menurut WHO sebagai suatu situasi sejahtera dari tubuh, jiwa, serta social yang sangat mungkin setiap orang hidup produktif secara social serta ekonomis

(http://www.bloggersbugis.com/2013/11/pengertian-sehat-dan-arti-kesehatan-menurut-who.html/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.05).

(2)

Faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat. Untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan adanya empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu: keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayan kesehatan. Keempat faktor tersebut berpengaruh langsung kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan terganggu (tidak optimal) maka status kesehatan akan tergeser ke arah dibawah optimal

(https://mhs.blog.ui.ac.id/putu01/2012/06/01/teori-blum-tentang-kesehatan-masyarakat/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 17.30).

Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.

Kesimpulan kesehatan lingkungan adalah ilmu yang merupakan cabang dari ilmu kesehatan masyarakat yang lebih menitikberatkan perhatiannya pada perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penilaian dari semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada hubungan atau berhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun kesejahteraan hidup manusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

(3)

terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern). Dengan perkataan lain bahwa teknologi di bidang kesehatan lingkungan sangat bervariasi, dari teknologi primitif, teknologi menengah (teknologi tepat guna) sampai dengan teknologi mutakhir.

Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang baik untuk terwujudnya kesehatan optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya. Usaha memperbaiki atau meningkatkan kondisi lingkungan ini dari masa ke masa dan dari masyarakat satu ke masyarakat yang lain bervariasi dan bertingkat-tingkat, dari yang paling sederhana (primitif) sampai kepada yang paling mutakhir (modern).

Salah satu teknologi modern sekarang yang berguna untuk meningkatkan kebersihan lingkungan adalah mengenai masalah sanitasi. Sanitasi sendiri menurut

(4)

dari penyakit, sebaliknya sanitasi yang buruk menyebabkan seseorang akan mudah sekali untuk terserang penyakit dan kemudian mengganggu kondisi kesehatannya.

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.Berdasarkan studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah:

1. Setelah buang air besar 12%,

2. Setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, 3. Sebelum makan 14%,

4. Sebelum memberi makan bayi 7%, dan 5. Sebelum menyiapkan makanan 6 %.

(5)

tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%. Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang higiene dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation Free

dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses (http://www.sanitasi.net/sanitasi-total-berbasis masyarakat.html/ diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 20.15).

Permasalahan-permasalahan sanitasi yang sudah sangat mengkhawatirkan tersebut, memicu pemerintah membuat sebuah Program Nasional yang dinamakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dituangkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008.

STBM adalah suatu pendekatan untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dengan metode pemicuan, untuk mewujudkan kondisi sanitasi total di komunitas. Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah perilaku melalui pemberdayaan di masyarakat dengan pendekatan 5 Pilar STBM, yaitu :

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS); 2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS);

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAM-RT); 4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (PS-RT);

5. Pengelolaan Limbah Cair Rurnah Tangga (PLC-RT)

(6)

dan harus segera dihentikan. Dan sangat dianjurkan bagi semua masyarakat untuk memiliki septictank sebagai tempat pembuangan kotoran limbah rumah tangga atau kotoran (tinja). Akan tetapi struktur septictank tersebut tidak sembarangan dibuat untuk sekedar menampung tinja saja, karena jika bentuk dan struktur nya tidak ideal di khawatirkan tujuan semula untuk mencegah tersebarnya penyakit dengan pembuatan septictank tersebut akan menjadi hal sebaliknya sebagai celah terjadinya pencemaran lingkungan. Septictank yang tidak ideal bentuk dan strukturnya akan membuat kotoran yang terdapat didalam septictank terkontaminasi dengan tanah, dimana tanah merupakan sebagai sumber air yang dijadikan sebagai sumur sebagai kebutuhan air terhadap masyarakat.

Dikhawatirkan pencemaran yang terjadi akibat septictank tersebut akan mencemari sumber air yang ada dan malah mengancam kesehatan manusia, dengan demikian septictank bukan hanya sekedar tempat untuk membuang kotoran saja tetapi sebagai tempat untuk melindungi lingkungan sekitar dari bahaya yang ditimbulkan kotoran tersebut.

Septictank yang baik seharusnya kedap air, sehingga air dari kotoran tinja tersebut sedikitpun tidak akan merembes ke tanah dan kemudian harus memiliki media kontak yang dirancang khusus untuk berkembak biak nya bakteri pengurai sehingga bakteri pengurai dapat memetabolisme tinja dengan efektif dan sistem disinfektan yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga ketika air dari kotoran tinja tersebut dibuang tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan.

(7)

pencemaran lingkungan karena septictank yang selama ini kita pakai merupakan

septictank yang tidak sesuai pembuatannya sehingga tidak ramah lingkungan.

Munculnya program bantuan dari United States Agency for International Development (USAID) melalui IUWASH bekerja sama dengan Pemerintah Kota Medan, Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) dan Lembaga YAKMI sebagai implementator program, program tersebut berupa peningkatan sanitasi di masyarakat berbasis keluarga dengan memberikan percontohan (Pilot Project) sebanyak 32 unit kepada Masyarakat Kota Medan yang tergolong dalam Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di 7 Kelurahan yakni Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Karang Berombak, Kelurahan Tegal Sari, Kelurahan Sicanang, Kelurahan Belawan 1 dan Kelurahan Polonia. Dengan terbangunnya septictank ini dapat sebagai percontohan bagi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan sanitasi di Kota Medan, di harapkan bisa merubah pola perilaku untuk lebih memperhatikan lingkungan sekitar, dan sebagai contoh kepada pemerintah dan masyarakat agar dapat mereplikasi melalui dana-dana APBD.

Dimana nantinya 32 septictank yang terbangun ini akan menghasilkan dampak positif dan menjadi acuan bagi masyarakat lainnya untuk membangun

septictank ramah lingkungannya sendiri. Tujuan dari program ini juga untuk menerbitkan peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang pengolahan tinja secara terpadu.

(8)

kontribusi bantuan yang telah diberikan, Apabila masyarakat tidak dikenakan biaya tersebut masyarakat akan merasa sepele dan tidak melakukan perawatan terhadap

septictank yang telah dibangun tersebut.

Hasil advokasi lembaga IUWASH dan YAKMI kepada Pemerintah Kota Medan untuk mendukung Program Nasional 100 0 100, maka Pemerintah Kota Medan akan mereplikasi septictank ramah lingkungan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Medan.

Berdasarkan hal-hal yang diutarakan, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana partisipasi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang akan diberikan bantuan sanitasi melalui septictank ramah lingkungan, yang akan dituangkan pada penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Bagaimana Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Sanitasi Berbasis Keluarga Dampingan Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

(9)

Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) di Kota Medan”.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, dapat memberikan sumbangan mengenai septictank berbasis masyarakat terhadap Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

2. Memberikan pemahaman yang tepat mengenai sanitasi yang baik kepada masyarakat dan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

3. Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk menambah bahan penelitian dalam melengkapi suatu karya ilmiah.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

(10)

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

1 NI KETUT YULIASIH, SST., M.Hum I WAYAN BUDIARSA S.Sn., M.Si IbM Pembinaan Tari pelegongan di Bangli SENI TARI FSP IbM 39,000,000 DIPA DIKTI TAHUN MULTI. USULAN BARU, DARI

Abdulah Silondae merupakan jalan poros Kampus UHO ke Kota yang mana mobil angkutan melalui jalan tersebut.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis

Dalam Al-Muqaddimah -nya, keadilan didiskusikan sebagai suatu konsep so- sial dalam konteks suatu teori tentang masyarakat yang prosesnya ditentukan oleh faktor-faktor sosial

tentang pacaran dengan sikap terhadap kekerasan dalam pacaran dapat disimpulkan bahwa siswi yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi terhadap mitos – mitos tentang

Restoran atau Rumah Makan merupakan salah satu usaha di bidang jasa, dimana bisnis ini kini membanjiri pasar, baik dalam jumlah maupun jenis makanan dan minuman serta

Perbedaan Manajemen Impresi pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang Aktif dan Tidak Aktif Menggunakan Facebook

Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa keempat cerita rakyat Kalimantan Timur tersebut mengangkat nilai semangat cinta tanah air (1) ceri ta “Sumbang Lawing” terkait dengan

Sistem RFID merupakan suatu tipe sistem identifikasi otomatis yang bertujuan untuk memungkinkan data ditransmisikan oleh peralatan portable yang disebut tag, yang dibaca