Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
49
PENGARUH
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi pada Perusahaan Sub Sektor
Food
and
Beverages
yang Terdaftar di BEI Tahun
2012-2015)
Mei Cyntia Sabrina Tambunan Muhammad Saifi
Raden Rustam Hidayat
Fakultas llmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang
Email : meitambunan@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of good corporate governance on firm value. This research using explanatory reseacrh with quantitative approach. This study using secondary data such as financial statements and annual report were obtained from the Indonesia Stock Exchage. This research using the company’s food and beverages sub-sector as the study sample. The sample selection was done by using purposive sampling, multiple linear regression analysis, t test and F test. Good corporate governance in this study is proxied by institutional ownership, independent directors, and audit committee. The company’s value in this study is proxied by Tobin’s Q. The population of this research are companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012-2015 with the sample of 10 companies for 4 years with total of 40 observation data is acquired. The results of this study conculeded that (1) institutional ownership, independent directors, and audit committee had simultaneously effect to the firm value (Tobin’s Q); (2) based on the result of the t-test, among institutional ownership, independent directors, and audit committee that have the most dominant effect on the firm value is the institutional ownership variable.
Keywords : Institutional ownership, independent directors, audit committee, and Tobin’s Q
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian explanatory research dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dan annual report yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan perusahaan sub sektor food and beverages sebagai sampel penelitian. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purpose sampling, analisis regresi linear berganda, uji t, dan uji F. Good corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan Tobin’s Q. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2015 dengan 10 sampel perusahaan selama 4 tahun dengan jumlah keseluruhan data diperoleh 40 observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q); (2) berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan, diantara variabel kepemilikan institusional, komisaris
independen, dan komite audit yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q)
adalah variabel kepemilikan institusional.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
50 I. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan jaman terutama pada kegiatan bisnis di Indonesia yang semakin pesat, semakin ketat pula persaingan diantara pelaku bisnis. Oleh sebab itu, kegiatan bisnis baik yang merupakan perusahaan swasta maupun perusahaan milik pemerintah dituntut untuk lebih mengembangkan, menerapkan sistem dan paradigma baru yaitu dengan diterapkannya sistem pengelolaan perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance atau dingkat GCG) supaya
perusahaan dapat bersaing dalam skala nasional maupun skala internasional. Untuk mewujudkan terjadinya peningkatan dan kemajuan terhadap kinerja perusahaan maka dibutuhkan adanya penerapan tata kelola perusahaan yang baik di setiap perusahaan. “Tata kelola perusahaan merupakan perhatian utama bagi investor” (McKinsey & co. dalam Tjager et al 2003). Hal tersebut memberikan pengaruh positif yaitu perusahaan dapat dipercaya oleh para pelaku bisnis sehingga dapat bertahan dalam kurun waktu yang panjang dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Konsep dari tata kelola perusahaan ini diharapkan dapat melindungi para investor (Stockholders) dan kreditor agar dapat memperoleh kembali investasinya (Sutedi, 2012).
Tujuan dari penerapan good corporate
governance adalah untuk menciptakan dan
memberikan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang panjang yaitu melalui adanya
peningkatan kinerja manajemen untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Keberadaan good corporate governance diyakini menjadi sebuah kebutuhan yang dapat menjembatani pihak investor dengan pihak manajemen perusahaan.
Dalam tata kelola perusahaan terdapat masalah yaitu terjadinya perbedaan kepentingan. Penyebab dari perbedaan tersebut antara lain
karena karakteristik kepemilikan saham
perusahaan, dan konflik antara manajer dan investor apabila terjadi perbedaan kepentingan. Selain itu, jika suatu perusahaan dikelola tidak sesuai dengan kepentingan-kepentingan dari pemegang saham makaakan menimbulkan konflik juga. Konflik tersebut sering disebut dengan konflik keagenan.
Dalam mencapai good coproate
governance yang baik, dibutuhkan adanya peran dari kepemilikan institusonal.. Kepemilikan institusi dirasa dapat mengurangi terjadinya konflik keagenan, shleifer& Vishny berpendapat bahwa perusahaan akan dikontrol dengan baik oleh
pihak-pihak institusi tersebut (Shleifer dan Visgny (1997) dalam Intan (2014)). Beberapa penelitian terdahulu menemukan hasil yang mengungkapkan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Jensen dan meckling (1976: 64) berargumentasi bahwa investor institusional mempunyai hak yang cukup besar dalam membuat keputusan-keputusan dalam perusahaan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya peran dari dewan komisaris independen dan peran dari komite audit yang terdapat dalam perusahaan tersebut.
. Komisaris independen merupakan pihak dari eksternal perusahaan yang bertindak sebagai penengah atau pengendali jika terdapat perselisihan antara para manajer internal dan juga bertindak dalam mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan saran, nasihat dan masuka kepada pihak manajemen apabila dipandang perlu. Komisaris independen merupakan posisi terbaik dalam melaksanakan tugas fungsi monitoring atau
pemantauan demi tercapainya corporate
governance yang baik dalam perusahaan.
Keberadaan komite audit juga mempunyai peranan penting dalam menjamin terciptanya
corporate governance yang baik dalam
perusahaan. Tugas dari komite audit adalah untuk
memberikan masukan profesional yang
independen kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh pihak direksi kepada dewan komisaris serta meninjau hal-hal yang memerlukan perhatian dari dewan komisaris. Selain itu, tugas dari komite audit adalah bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan perusahaan, mengawasi audit eksternal dan mengamati sistem pengendalian internal perushaan.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan
menggunakan rasio Tobin’s, dimana rasio Tobin’s
Q merupakan rasio yang dapat memberikan informasi paling baik yang mampu menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dalam kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi nilai
Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek tingkat pertumbuhan yang semakin baik pula. Prospek tingkat pertumbuhan yang baik menjadikan para investor bersedia mengorbankan investasinya lebih besar untuk perusahaan yang memiliki nilai pasar aset yang lebih besar daripada nilai bukunya. Rasio
Tobin’s Q merupakan suatu alat pengukuran yang
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
51
manajemen dalam memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki.
Objek dari penelitian ini adalah perusahaan food and beverges karena dalam sektor industri konsumsi dengan sub sektornya yaitu sub sektor
food and beverages (makanan dan minuman)
merupakan salah satu sektor yang memiliki pertumbuhan yang cukup variatif. Badan Pusat Statistik dalam website resminya menyatakan
bahwa “pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang pada periode 2014 mengalami kenaikan sebesar 4,74 persen dibandingkan dengan periode 2013. Penyebab utama dari terjadinya peningkatan tersebut adalah karena naiknya produksi industri makanan sebesar 10,56 persen”. Alasan peneliti memilih objek penelitian dengan menggunakan perusahaan food and beverages adalah dikarenakan perusahaan food and beverages memiliki sifat yang non siklikal. Non siklikal memiliki arti bahwa pertumbuhan sektor industri ini lebih stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh
musim atau terjadiya perubahan kondisi
perekonomian secara inflasi atau dengan kata lain, kelancaran produk perusahaan food and beverages akan tetap terjamin karena sektor ini bergerak pada bidang industri pokok manusia.
Hal itu disebabkan karena kebutuhan masyarakat akan konsumsi makanan dan minuman yang tidak akan berhenti meskipun dalam kondisi apapun. Melihat kondisi ini lah maka banyak perusahaan-perusahaan yang tertarik untuk masuk ke dalam sektor food and beverages dan menjadi target yang banyak diminati oleh para investor. Untuk itu, perusahan harus dapat mewujudkan tercapainya corporate governance yang baik agar perusahaan tetap dapat berkembang dan bertahan dalam persaingan yang semakin ketat dan agar dapat memberikan kepercayaan bagi para investor bahwa perusahaan food and beverages dapat menjadi salah satu target investasi dengan prospek yang menjanjikan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
II. KAJIAN PUSTAKA Teori Agensi
Perspektif teori agensi dapat digunakan dalam mmahami prinsip dari tata kelola perusahaan atau yang sering disebut sebagai corporate
governance. Teori agensi muncul setelah
terjadinya fenomena-fenomena yaitu semakin
maraknya kepemilikan perusahaan yang
dipisahkan dari manajemen dan pengelolaan
perusahaan khususnya pada
perusahaan-perusahaan modern yang mengakibatkan teori
perusahaan yang klasik tidak dapat lagi dijadikan sebagai dasar dari analisis perusahaan tersebut.
“Agency Theory menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham) menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional (disebut agents) yang lebih mengerti
dalam menjalankan bisnis sehari-hari”
(Sutedi,2012:13). Penerapan tata kelola perusahaan atau corporate governance yang baik diperlukan oleh setiap perusahaan guna mengurangi terjadinya konflik atau masalah kepentingan antara pengelola perusahaan dengan para investor atau pemegang saham.
Good Corporae Governance
Secara sederhana Good Corporate
Governance dapat diartikan sebagai sistem tata kelola perusahaan yang baik. Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang terfokus atau terarah dalam megatur dan mengendalikan perusahaan supaya setiap pihak-pihak perusahaan berkerja untuk mewujudkan dan mencapai tujuan perusahaan. Center for European Policy Study (CEPS) yang dikutip dari Sutedi (2012:1) menyatakan bahwa good corporate governance meruapakan keseluruhab dari sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang terdapat di dalam manajemen
perusahaan maupun di luar manajemen
perusahaan. Dengan catatan bahwa yang dimaksud dengan hak disini adalah hak dari seluruh pihak stakeholders dan bukan hanya terbatas kepada satu stakeholder saja.
Mekanisme corporate governance
meruapakan suatu prosedur, aturan dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap keputusan itu. Mekanisme
corporate governance ditujukan untuk menjamin
dan mengontrol berjalannya sistem corporate
governance yang baik dalam sebuah
organisasi/perusahaan. Dalam Penelitian ini, indikator mekanisme good corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit.
Kepemilikan institusional merupakan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
52
saham yang dimiliki oleh investor institusi itu sendiri. Perhitungan dari proporsi kepemilikan institusional dirumuskan sebagai berikut:
Sumber: Siallagan dan Machfoeds, 2006
Komisaris Independen merupakan posisi terbaik dalam melaksanakan fungsi dalam tujuan untuk mencapai dan mewujudkan perusahaan yang memiliki good corporate governance. Fungsi atau tugas dari komisaris independen adalah untuk mengontrol atau mengawasi kinerja dari dewan
direksi. Dalam Peraturan Bank Indonesia
no.8/4/PBI/2006 pasal 4 disebutkan bahwa :
“Komisaris Independen adalah dewan komisaris
yang tidak memiliki hubungan keuangan,
kepengurusan, kepemilikan saham dan atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan atau pemegamg saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen” (Zarkarsy, 2008). Perhitungan dari proporsi dewan komisaris independen dirumuskan sebagai berikut:
Sumber: Siallagan dan Machfoedz, 2006
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan komisaris guna melaksanakan fungsi atau tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keanggotaan komite audit harus memiliki anggota sekurang-kurangnya tiga orang, dimana yang menjadi ketua dari komite audit adalah seorang komisaris independen perusahaan dan anggota lainnya adalah orang yang berasal dari pihak eksternal perusahaan yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang atau pengalaman di bidang keuangan dan akuntansi. Dalam penelitian ini koomite audit dijelaskan dengan jumlah komite audit dalam suatu perusahaan.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat diartikan sebagai persepsi investor atau pemegang saham terhadap keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki pada tahun t yang tergambar pada harga saham perusahaan tersebut (Arganata, 2015:31). Nilai perusahaan yang meningkat
memberikan dampak yang positif pula pada kesejahteraan para pemegang saham. Harga saham yang semakin tinggi atau terjadi peningkatan mengakibatkan nilai perusahaan akan semakin tinggi pula. Nilai perusahaan yang tinggi akan menarik perhatian para calon investor untuk membeli saham atau menaruh investasi perusahaan tersebut.
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Apabila rasio Tobin’s Q semakin tinggi, hal itu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek tingkat pertumbuhan yang semakin baik.
Rasio Tobin’s Q merupakan suatu alat pengukuran yang lebih akurat dan terpercaya dalam mengukur kefektifan pihak manajemen dalam memanfaatkan dan mengelola sumber dayanya. Rasio Tobin’s Q dapat dirumuskan sebagai berikut:
Sumber: Sukma, 2015
Model Konsep dan Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan diatas, dapat ditentukan suatu model konsep dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Gambar 1 Model Hipotesis Sumber : Data diolah, 2016
Model hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2 Model Hipotesis
Sumber : Data diolah, 2016
III. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah penelitian dengan
menggunakan teknik analisis data kuantitatif dengan penjelasan (explanatory research). Peneliti bisa menggunakan pengujian hipotesis yang
Good Corporate Governance
Nilai Perusahaan Komisaris Independen=jumlah komisaris independenjumlah seluruh komisaris � %
Kep. Institusional=total saham yang beredar �saham institusional %
Q = Jumlah saham beredar x CP +TL
TA
Komisaris Nilai
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
53
berguna untuk memperkuat atau menolak hipotesis yang sudah ada yaitu dengan menggunakan penelitian explanatory research tersebut. Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs atau website resmi dari BEI. Data yang digunakan dalam penelitian ini meruapakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit dan laporan tahunan (annual report) perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi linear berganda, koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis (uji t dan uji F).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tabel 1 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Pengukuran dari uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov.
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada tabel 1 menunjukkan hasil asymptotic significance (2-tailed) >0,05 atau 5%. Pengujian terhadap normalitas residual dengan nilai Test statistic Kolmogorov- Smirnov 0.108 dengan nilai signifikan 0.200. Hal ini berarti data residual terdistribusi normal karena nilai dari test statistic
kolmogorov-smirnov lebih kecil dari 0,05.
2. Uji Multikolineritas
Uji multikolonieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan diantara variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit. Adapun kriteria dari pengujian ini adalah dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Apabila nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10,00 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,10 maka dinyatakan tidak terdapat atau tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Tabel 2 Hasil Uji Multikolineritas
Model
Collinearity
Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Kep.
Institusional .967 1.034
Kom.
Independen .958 1.044
Komite Audit .956 1.046
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Output SPSS versi 22.0, 2016
Berdasarkan hasil dari pengujian
multikolineritas pada tabel 2 dapat diketahui bahwa diantara semua variabel kepemilikan institusional, komisaris independen , dan komite audit tidak terjadi atau tidak tedapat gejala multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance yang lebih besar dari 0,10 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang lebih kecil dari 10,00.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dimaksudkan untuk melihat apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antar variabel pengganggu pada periode t dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Hasil dari uji autokorelasi diharapkan pada observasi residual tidak saling terjadi berkorelasi. Adapun kriteria dari pengujian adalah apabila nilai uji Durbin-Watson (DW) berada pada nilai dU-(4-dU) maka dalam model regresi tidak mengandung atau tidak terdapat masalah autokorelasi atau residual tidak saling berkorelasi atau berhubungan. Hasil dari pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel.1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 40
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Deviation .54243199
Most Extreme
Differences
Absolute .108
Positive .108
Negative -.089
Test Statistic .108
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
54 Tabel 3 Hasil Uji Autokorelasi
Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi pada tabel 3, pengujian terhadap model regresi didapatkan nilai Durbin-Waston (DW) sebesar 2.091. Pada penelitian ini jumlah observasi (n) sebanyak 40 dan variabel bebas (k’) sebanyak 3 variabel, akan menghasilkan nilai batas atas (dU) sebesar 1,6589 ; sehingga 4-dU = 2.3411. Jika dimasukkan dalam persamaan kriteria pengujian maka dihasilkan 1,6589 < 2.091 < 2.3411. Dengan demikian residual yang dihasilkan dari persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan tidak terjadi atau tidak terdapat autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah residual memiliki ragam yang homogen atau tidak. “Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau homoskedastisitas” (Ghozali, 2011:139). Pengujian dari asumsi heterokedasitias dapat dideteksi melalui scatter plot. Adapun kriteria pengujian ini dinyatakan dengan tidak adanya pola yang jelas, seperti titik-titik yang tidak menyebar ke atas dan dibawah angkat nol pada sumbu Y, maka pola tersebut menunjukkan tidak terjadi atau tidak terdapat heteroskedastisitas. Grafik Scatterplot pada penelitian ini memiliki titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi atau tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi ini.
B. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini.
Tabel 4 Hasil Analisis Regresi Berganda
Model
a. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Output SPSS versi 22.0, 2016
Dari hasil analisis regresi berganda pada tabel 4 maka didapatkan persamaan regresi sebagai berikut: persamaan regresi linier yang terbentuk adalah sebagai berikut :
Y= 0.183 + 0.011X1 + 2.920 X2 - 0.404)X3 + e
Penjelasan dari persamaan diatas adalah sebagai berikut:
a. α = 0.183
Nilai konstanta dari persamaan ini
menunjukkan nilai positif. Nilai konstanta yang bernilai positif menunjukkan bahwa variabel dependen/terikat (Y) akan bertambah secara konstan jika variabel lainnya (independen) yaitu kepemilikan institusional (X1), komisaris independen (X2) dan komite audit (X3) bernilai nol. Nilai α menunjukkan apabila tidak ada variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, dan
komite audit maka nilai Tobin’s Q sebesar
0.183. b. X1 = 0.011
Nilai koefisien regresi dari variabel X1 yaitu sebesar 0.011 dan bertanda positif dan signifikan. Nilai ini menunjukkan bahwa apabila variabel kepemilikan institusional mempunyai hubungan yang searah dengan
Tobin’s Q. Apabila terjadi kenaikan kepemilikan institusional sebesar satu satuan maka nilai Tobin;s Q akan naik sebesar 0.011 dengan anggapan bahwa variabel lain bersifat konstan.
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kep. Institusional,
Kom. Independen
b. Dependent Variable: TobinsQ
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| siginifikan. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel proporsi dewan komisaris independen mempunyai hubungan yang searah dengan
Tobin’s Q. Setiap terjadi kenaikan proporsi komisaris independen sebesar satu satuan
maka nilai Tobin’s Q akan naik sebesar 2.920
dengan anggapan bahwa variabel lain bersifat konstan.
d. X3 = -0.404
Nilai koefisien regresi dari variabel X3 yaitu sebesar -0.404 dan bertanda negatif dan tidak signifikan. Nilai ini menunjukkan bahwa variabel komite audit mempunyai hubungan
yang berlawanan arah dengan Tobin’s Q.
Apabila terjadi kenaikan komite audit sebesar
satu satuan maka nilai Tobin’s Q akan turun sebesar 0.404 dengan anggapan bahwa variabel lain bersifat konstan.
C. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar kemampuan variabel independen (variabel bebas) yang ada dalam model regresi ini dalam mempengaruhi variabel dependen (variabel terikat). Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dapat dilihat dari nilai Adjusted R Square dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 5 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kep. Institusional, Kom.
Independen
b. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Output SPSS versi 22.0, 2016
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square yang didapat adalah sebesar 0.361 atau 36.1%. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel kepemilikan institusional, komisaris independen dan komite audit terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q) yaitu sebesar 36.1%, sedangkan sisanya sebesar 63.9% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
D. Hasil Uji Hipotesis 1. Uji F (Uji Simultan)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel independen/bebas dalam model regresi ini
secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen/terikat. Dalam penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui apakah variabel mekanisme good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit secara
bersama-sama berpengaruh terhadap nilai
perusahaan (Tobi’s Q). Penelitian ini melihat nilai Fhitung serta nilai signifikansi untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian ini adalah jika nilai Fhitung≥ Ftabel atau probabilitas < level of significance () maka terdapat pengaruh signifikan secara simultan atau
bersama-sama antara variabel kepemilikan
institusional, komisaris independen, dan komite audit terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil uji F dapat dilihat tabel 6 berikut :
Tabel 6 Hasil Uji F (uji siultan)
Dalam penelitian ini memiliki n (jumlah data observasi) sebanyak 40 dan k (jumlah variabel dependen dan independen) sebanyak 4, sehingga Ftabel yang didapat adalah sebesar 2.61. Tabel 6 menunjukkan nilai Fhitung adalah sebesar 8.351 dengan tingkat signifikan sebesar 0.000 atau lebih kecil dari 0.05. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh bersama-sama atau simultan secara signifikan antara varibael bebas terhadap nilai perusahaan.
2. Uji t (Uji Parsial)
Uji t dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara masing-masing variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit terhadap variabel nilai perusahaan. Kriteria pengujian ini adalah apabila nilai thitung ≥ ttabel dengan tingkat signifikan yang
a. Dependent Variable: TobinsQ
b. Predictors: (Constant), Komite Audit, Kep. Institusional, Kom. Independen
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
56
lebih kecil dari 0.05 maka terdapat pengaruh signifikan secara individu yaitu pengaruh variabel kepemilikan institusional terhadap variabel nilai perusahaan, pengaruh komisaris independen terhadap variabel nilai perusahaan, dan pengaruh variabel komite audit terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil Uji t (Uji Parsial) dapat dilihat
Institusional 4.238 .000
Kom.
Independen 2.042 .049
Komite Audit -1.329 .192
b. Dependent Variable: TobinsQ
Sumber: Output SPSS versi 22.0, 2016
1) Pengaruh kepemilikan institusional terhadap
Tobin’s Q
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil dari uji t pada variabel kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q, diperoleh nilai thitung sebesar 4.238 sedangkan nilai ttabel (α = 5%; df = 40) sebesar 2.02108. Perbandingan antara thitung dengan ttabel menunjukkan bahwa thitung > ttabel (4.238 > 2.02108), nilai signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05. sehingga dari hasil diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2) Pengaruh komisaris independen terhadap
Tobin’s Q
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil dari uji t pada variabel komisaris independen terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan rasio Tobin’s Q, diperoleh nilai thitung sebesar 2.042 sedangkan nilai ttabel (α = 5%; df = 40) sebesar 2.02108. perbandingan antara thitung dengan ttabel menunjukkan bahwa thitung > ttabel (2.042 > 2.02108), nilai signifikansi sebesar 0.049 lebih kecil dari 0.05. sehingga dari hasil pengujian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa komisaris independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
3) Pengaruh komite audit terhadap Tobin’s Q Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan diatas, pada variabel komite audit terhadap nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, diperoleh nilai thitung sebesar -1.329 sedangkan nilai ttabel (α = 5%; df = 40) sebesar 2.02108. perbandingan antara thitung dengan ttabel menunjukkan bahwa thitung > ttabel (-1.329 < 2.02108), nilai signifikansi sebesar 0.192 lebih kecil dari 0.05. sehingga dari hasil tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa komite audit
berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Uji Variabel Dominan
Pengaruh dominan variabel kepemilikan institusional, komisaris independen, dan komite audit terhadap variabel nilai perusahaan dapat dilihat pada tabel 4 melalui standardized coefficient yang paling besar. Hasil pengujian yang tertera pada tabel 4 dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki koefisien standardisasi terbesar adalah variabel kepemilikan institusional dengan nilai sebesar 0.551 dengan nilai thitung yang lebih besar dari ttabel (4.238 > 2.02108) dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0.05. Dengan
demikian diantara variabel kepemilikan
institusional, komisaris independen, dan komite audit yang memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap nilai perusahaan adalah variabel kepemilikan institusional.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian ayang telah dilakukan dengan menggunakan metode analiis regresi linear berganda, maka dapat disimpulkan bahwa good corporate governance terhadap nilai perusahaan pada sub sektor food and beverage yang terdaftar di BEI periode 2012-2015, yaitu sebagai berikut:
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 1 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
57
2. Pengaruh Paling Dominan antara Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap Nilai Perusahaan. Berdasarkan hasil uji t (uji parsial) yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa nilai
standardized coefficient yang paling besar
dimiliki oleh variabel kepemilikan
institusional dengan nilai standardized coefficient sebesar 0.551, thitung sebesr 4.328 dan nilai signifikansi sebesar 0.000.
B. Saran
Berdasarkan analisis hasil penelitian dari penelitian ini, maka selanjutnya dirumuskan beberapa saran yang ditujuan kepada para peneliti selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh good corporate governance, antara lain:
1. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti kembali penelitian yan mengambil permasalahan yang sama diharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan menambah variabel lainnya dari komponen mekanisme corporate governance karena dalam penelitian ini masih terbatas pada tiga jenis variabel saja yakni kepemilikan insitusional, komisaris independen, dan komite audit.
2. Bagi perusahaan diharapkan dapat
menerapkan good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang di dalam perusahaan. Bagi perusahaan yang telah
menerapkan good corporate governance
diharapakan penerapan good corporate
governance tersebut sesuai dengan tujuan yaitu agar terciptanya perusahaan yang sehat dan bersih.
3. Bagi pihak investor, dapat menggunakan variabel good corproate governance sebagai
dasar pembuatan keputusan investasi.
Penerapan good corporate governance yang dilakukan dalam suatu perusahaan dapat
dijadikan penilaian baiknya kinerja
perusahaan, bukan hanya pada saat ini namun dalam jangka waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate dengan program IBM SPSS 19. Cetakan Kelima. Semarang: BP Undip.
Siallagan, Hamonangan & Mas’ud Machfoedz. 2006. “Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”.
Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang, 23-26 Agustus
Sutedi, Adrian. 2012. Good Corporate
Governance. Edisi Kedua. Jakarta : Sinar Grafika.
Zarkasyi, Wahyudi. 2008. Good Corporate
Governance: Pada Badan Usaha Manufaktur,
Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung : CV. Alfabeta
Jurnal
Jensen, Michael C. And William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol. 3. No. 4. Oktober. Hal 305-360.
Sukma, Ramadhan Perdana. 20. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai
Perusahaan. Vol 3 nomor 3. Online:
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting diakses pada 16 Februari 2015
Internet