BAB1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan nasional di segala bidang telah membuahkan hasil yaitu adanya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya penurunan angka kematian ibu dan bayi, serta meningkatnya usia
harapan hidup. Usia harapan hidup di Indonesia tahun 2010 mencapai 67,4 tahun
dan tahun 2020 akan meningkat menjadi 71,1 tahun.
Jumlah penduduk lansia setiap tahunnya terus mengalami
peningkatan khususnya di Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2014)
perkembangan proporsi penduduk lansia di Indonesia selalu mengalami
peningkatan, yaitu pada tahun 2010 meningkat menjadi 9,77%, dan tahun 2020
diperkirakan menjadi 28,8 juta (11,34%). Sedangkan data badan pusat statistik
Sumatera Utara menunjukkan bahwa lanjut usia dengan kelompok umur 60 tahun
keatas tahun 2015 sebesar 6,78%. Diperkirakan tahun 2020 akan mengalami
peningkatan menjadi 8,2 %. .
Data kementerian kesehatan Indonesia (2014) menunjukkan bahwa jumlah
penduduk usia produktif di Indonesia sebanyak 166.606825 jiwa, sedangkan
kelompok usia tidak produktif sebanyak 12.740.265 jiwa. Berdasarkan hasil dari
data BPS (2014) menunjukkan bahwa angka ketergantungan penduduk lansia
pada tahun 2014 adalah sebesar 12,71%. Setiap 100 orang penduduk usia
produktif harus menanggung sekitar 13 orang penduduk lansia tidak produktif.
Peningkatan usia harapan hidup yang terjadi berdampak terhadap
permasalahan para lansia. Peningkatan resiko menua yang dialami pada usia
lanjut mengakibatkan berbagai perubahan baik secara fisik maupun psikososial.
Secara fisik menunjukkan bahwa tubuh mulai menyusut karena berkurangnya
jumlah sel sel yang ada didalam tubuh yang mengakibatkan penurunan fungsi
tubuh sehingga kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya menjadi berkurang, lansia tidak
dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Martono
&Darmojo, 2006).
Peningkatan umur harapan hidup seharusnya seimbang dengan tingkat
kesejahteraan pada lansia itu sendiri, terutama dalam bidang kesehatan. Pada
lansia terdapat banyak perubahan yang terjadi mencakup perubahan perubahan
fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan fisik meliput i
perubahan pada persarafan, penglihatan, kardiovaskuler, dan lain lain. Sehingga
banyak lansia yang menderita penyakit kronik, bahkan lebih dari satu penyakit.
Perubahan psikologis ini meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan, stress
dan kecemasan. (Stanley & Beare, 2006).
Stres merupakan salah satu aspek penting masalah psikologis yang sering
dialami lansia. Stress tersebut dapat mengancam, membebani, merasa tertekan
batin, respon emosional buruk dan membahayakan kesejahteraannya. Kondisi
kesepian, kehilangan, pasangan terkucilkan, perasaan tidak diperhatikan dan
ataupun teman sebaya memungkinkan terjadinya peningkatan stress dan
menambah beban fisiologis dan psikologis para lansia (Lazarus & Folkman,
1984). Sumber stres dalam kehidupan dapat berasal dari diri individu, keluarga
maupun komunitas dan lingkungan. Stres akan menghasilkan berbagai reaksi,
seperti fisiologis, psikologis, dan perubahan perilaku. Reaksi tersebut dapat
menyebabkan penurunan kesehatan dan perubahan pada diri seseorang, terutama
bagi lansia. Perubahan tersebut dapat berebut insomnia, kelelahan, cepat marah
atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, frustasi,
cemas, ketidakberdayaan atau keputusasaan, depresi dan kehilangan semangat
(Nasir & Muhith, 2011).
Spiritualitas membantu lansia untuk menghadapi masalah yang ada, setiap
individu memiliki aspek spiritual, dalam tingkat pengalaman yang berbeda-beda
berdasarkan nilai dan kepercayaan yang mereka yakini. Terdapat hubungan yang
terbalik antara frekuensi pengalaman spiritual sehari-hari dengan gejala stres pada
lansia (Saadah, 2003 dalam Padila, 2014). Spiritualitas juga memungkinkan
seseorang untuk melawan perasaan-perasaan negatif dan mendukung perasaan
produktivitasnya. Rasa berdamai dengan masa lalu, menerima keadaan saat ini
dan mencapai kepuasan hidup (Young 1993, dalam Young & Koopsen, 2007).
Spiritualitas dimaknai sebagai kesadaran dalam diri seseorang dan perasaan
didalamnya terhubung dengan sesuatu yang lebih tinggi, alami, dan tujuan yang
lebih besar dari diri sendiri. Spiritualitas menawarkan pengertian hubungan secara
orang lain), hubungan dengan alam dan transpersonal yang tidak terlihat, Tuhan
atau kekuatan yang lebih tinggi(Milner-Williams, dalam Potter Perry, 2010).
Spiritualitas merupakan dimensi kesejahteraan bagi lansia yang bisa
mengurangi stress, mempertahankan keberadaan diri sendiri untuk menemukan
makna dan tujuan hidup (Hamid, 2008). Agama sebagai sumber dukungan bagi
seseorang yang mengalami kelemahan dan dapat membangkitkan semangat untuk
sehat atau mempertahankan kesehatan untuk mencapai kesejahteraan. Keadaan
spiritualitas yang rendah akan menduku ng terjadinya distress spiritual. Maka
untuk mengetahui tinggi rendahnya spiritualitas dan stress lanjut usia yang tinggal
di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan, peneliti tertarik melakukan
penelitian “Tingkat Spiritualitas dan Stress pada Lansia Graha Resident Senior
Karya Kasih Medan”.
1.2Pernyataan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas permasalahn penelitian ini adalah
bagaimana tingkat spiritualitas dan stress pada lansia di Graha Resident Senior
Karya Kasih Medan 2016.
1.3Tujuan Penelitian
a. Mengetahui tingkat spiritualitas pada lansia di Graha Resident Senior Karya
Kasih Medan.
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.4.1Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi pendukung terkait dengan
spiritualitas dan stress pada lansia, khususnya bagi mahasiswa pendidikan
keperawatan komunitas.
1.4.2Bagi Keluarga, Masyarakat dan Panti Karya Kasih
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi kepada keluarga dan
masyarakat sehingga dijadikan sebagai wacana bagi keluarga yang memiliki
keluarga lanjut usia sebagai pertimbangan dalam menempatkan lansia ke
panti jompo. Kepada pengelola panti jompo diharapkan hasil penelitian ini
dapan bermanfaat sehingga meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dalam
bidang spiritualitas.
1.4.3Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini merupakan “evidence” yang dapat memberikan masukan
dan sebagai sumber data penunjang bagi penelitian selanjutnya khususnya