• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proporsi Ibu Penderita HIV Yang Melahirkan Bayi Yang Terinfeksi Dan Tidak Terinfeksi HIV Di RSUP Haji Adam Malik Medan 2008-2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Proporsi Ibu Penderita HIV Yang Melahirkan Bayi Yang Terinfeksi Dan Tidak Terinfeksi HIV Di RSUP Haji Adam Malik Medan 2008-2011"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

PROPORSI IBU PENDERITA HIV YANG MELAHIRKAN BAYI YANG TERINFEKSI DAN TIDAK TERINFEKSI HIV DI RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN 2008-2011

Oleh :

WILDA KHAIRANI DALIMUNTHE

090100123

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PROPORSI IBU PENDERITA HIV YANG MELAHIRKAN BAYI YANG TERINFEKSI DAN TIDAK TERINFEKSI HIV DI RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN 2008-2011

KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

kelulusan sarjana kedokteran

Oleh :

WILDA KHAIRANI DALIMUNTHE

090100123

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Proporsi Ibu Penderita HIV yang Melahirkan Bayi yang Terinfeksi dan Tidak Terinfeksi HIV di RSUP Haji Adam Malik Medan 2008-2011

Nama : Wilda Khairani Dalimunthe Nim : 090100123

Pembimbing Penguji 1

(dr.Tina Christina L Tobing. SpA (K)) (dr.Vita Camelia, Sp.KJ) NIP: 19610910 198712 2 001 NIP: 19780404 200501 2 002

Penguji 2

(dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM)

NIP : 19760417 200501 2 002

Medan, Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Latar belakang: Infeksi HIV pada bayi dan anak semakin lama semakin meningkat sebagai akibat jumlah ibu usia subur yang menderita penyakit HIV semakin bertambah, hal ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius.

Tujuan: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi yang terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV.Penelitian ini menggunakan desain penelitian retrospektif dengan mengobservasi rekam medis yang diperoleh dari bagian Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-2011.

Hasil: Hasil penelitian ditemukan bahwa ibu penderita HIV sebanyak 34 orang melahirkan 34 orang bayi yang tidak terinfeksi HIV dengan beberapa karakteristik.

Diskusi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lainnya, masyarakat, dan seluruh instansi yang terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia agar penyebaran HIV/AIDS terutama pada ibu hamil kepada bayinya dapat ditekan.

(5)

ABSTRACT

Background: HIV infection in infants and children progressively increase as a result of the increasing number of women in the childbearing age which suffer from HIV disease. This has became a serious public health problem.

Objective: This research is a descriptive study, which aims to determine the proportion of mothers with HIV who delivered either HIV-infected or HIV-uninfected infants. This study was done retrospectively by analyzing medical records obtained from the Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan in the year 2008-2011. Result: This research shows that amounts 34 mothers with HIV delivered 34 babies who are not HIV infected with several characteristic.

Discussion: The results of this study are expected to be useful for other researchers, the public, and especially all the institutions associated with HIV / AIDS in Indonesia in order to suppress the spread of HIV / AIDS especially in pregnant women to their babies.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini sebagai salah satu syarat unuk memperoleh kelulusan sebagai Sarjana Kedokteran

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Proporsi Ibu Penderita HIV yang Melahirkan Bayi yang Terinfeksi dan Tidak Terinfeksi HIV di RSUP Haji Adam Malik Medan 2008-2011. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr.Tina Christina L Tobing. SpA (K) selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak member arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah

ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Vita Camelia, Sp.KJ, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat untuk penyempurnaan penulisan karya

tulis ilmiah ini

4. Ibu dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya tulis

ilmiah ini

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

6. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang dan

mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan

(7)

7. Saudara-saudara penulis, abang, dan kakak yang selalu memberi dukungan, doa,

kasih sayang, dan keceriaan dalam hidupku.

8. Seluruh teman-teman stambuk 2009, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

9. Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan

kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan

membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya. Penulis menyadari bahwa karya

tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan

berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2012

Penulis,

Wilda Khairani Dalimunthe

(8)
(9)

2.9.1. Managemen Umum……….. 16

2.9.2. Managemen Khusus………. 16

2.9.2.1. Terapi Anti Retrovirus.. ... 16

2.9.2.2. Persalinan Yang Aman……… 18

2.9.2.3. Pemberian Minum ... 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 23

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 23

3.2. Defenisi Operasional... 23

3.3. Cara Ukur………. 24

3.4. Alat Ukur……… 24

3.5. Skala Pengukuran………. 24

BAB 4 METODE PENELITIAN……… 25

4.1. Jenis Penelitian ... 25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 26

4.5. Pengolahan dan Analisis Data……… 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 27

5.1. Hasil Penelitian……….. 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………... 27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu………. 27

5.2. Pembahasan………. 32

(10)

5.2.2. Pembahasan proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi

terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan cara

persalinan………. 32

5.2.3. Pembahasan Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan nifas mendapat ARV……….. 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 34

6.1. Kesimpulan……….. 34

6.2. Saran……… 35

DAFTAR PUSTAKA... 36

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Faktor yang Meningkatkan Resiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Rekomendasi Terapi ARV pada Ibu hamil dengan HIV

Dosis Obat Antiretrovirus

Pilihan Persalinan dan Resiko Penularannya

Distribusi frekuensi ibu hamil penderita HIV berdasarkan Umur

Distribusi frekuensi ibu hamil penderita HIV berdasarkan jumlah pertahun sejak 2008 sampai 2011

Distribusi frekuensi ibu hamil penderita HIV yang menerima profilaksis ARV

Distribusi frekuensi cara persalinan ibu hamil penderita HIV

Distribusi frekuensi ibu penderita HIV yang mendapat ARV selama nifas

Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV

Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan pemberian profilaksis ARV

Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan cara persalinan

Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan nifas mendapat ARV

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Algoritma uji HIV berdasarkan PCR DNA pada bayi dari ibu HIV+

(13)

DAFTAR SINGKATAN AFASS Acceptable, Feasible, Affordable,Sustainable and Safe

AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome

ART AntiretroviralTherapy

ARV Antiretroviral

ASI Air Susu Ibu

AZT atau ZDV Zidovudine

CD4 Cluster of Differentiation 4

DNA Deoxyribonucleic acid

EFV Evavirenz

ELISA Enzyme-Linked Immunosorbent Assay

FTC Emtricitabine

HIV Human Immunodeficiency Virus

IDAI Ikatan Dokter Anak Indonesia

IMS Infeksi Menular Seksual

IUD Intra Uterine Device

NVP Nevirapine

PCP Pneumonia pneumsistis

RNA Ribonucleic Acid

SC Seksio Sesarea

TMP/SMX Kotrimoksazol

UNAIDS United Nations Programme on HIV/AIDS

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Persetujuan Izin Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan

Lampiran 4 Master Tabel

(15)

ABSTRAK

Latar belakang: Infeksi HIV pada bayi dan anak semakin lama semakin meningkat sebagai akibat jumlah ibu usia subur yang menderita penyakit HIV semakin bertambah, hal ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup serius.

Tujuan: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi yang terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV.Penelitian ini menggunakan desain penelitian retrospektif dengan mengobservasi rekam medis yang diperoleh dari bagian Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-2011.

Hasil: Hasil penelitian ditemukan bahwa ibu penderita HIV sebanyak 34 orang melahirkan 34 orang bayi yang tidak terinfeksi HIV dengan beberapa karakteristik.

Diskusi: Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lainnya, masyarakat, dan seluruh instansi yang terkait dengan penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia agar penyebaran HIV/AIDS terutama pada ibu hamil kepada bayinya dapat ditekan.

(16)

ABSTRACT

Background: HIV infection in infants and children progressively increase as a result of the increasing number of women in the childbearing age which suffer from HIV disease. This has became a serious public health problem.

Objective: This research is a descriptive study, which aims to determine the proportion of mothers with HIV who delivered either HIV-infected or HIV-uninfected infants. This study was done retrospectively by analyzing medical records obtained from the Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan in the year 2008-2011. Result: This research shows that amounts 34 mothers with HIV delivered 34 babies who are not HIV infected with several characteristic.

Discussion: The results of this study are expected to be useful for other researchers, the public, and especially all the institutions associated with HIV / AIDS in Indonesia in order to suppress the spread of HIV / AIDS especially in pregnant women to their babies.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi HIV pada bayi dan anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

sangat serius karena jumlah penderita yang banyak dan selalu meningkat sebagai

akibat jumlah ibu usia subur yang menderita penyakit HIV bertambah. (Setiawan,

2009)

Infeksi oleh virus penyebab defisiensi imun ini merupakan masalah yang relatif

baru, terutama pada anak. Masalah ini pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun

1982 sebagai suatu sindrom defisiensi imun makin meningkat secara relatif cepat

disertai angka kematian yang mencemaskan, maka dilakukanlah pengamatan dan

penelitian yang intensif sehingga akhirnya penyebab defisiensi imun ini ditemukan.

Penyebab defisiensi imun ini adalah suatu virus yang kemudian dikenal dengan nama

human immunodeficiency virus tipe-1 (HIV-1), pada tahun 1985. (Soedarmo,2008)

Pada pengamatan selanjutnya, ternyata bahwa infeksi HIV-1 ini dapat

menimbulkan rentangan gejala yang sangat luas, yaitu dari tanpa gejala hingga gejala

yang sangat berat dan progresif, dan umumnya berakhir dengan kematian. Dengan

meningkat dan menyebarnya kasus defisiensi imun oleh virus ini pada orang dewasa

secara cepat di seluruh dunia, apabila kasus tersebut tidak mendapat perhatian dan

penanganan yang memadai, dalam waktu dekat diperkirakan jumlah kasus defisiensi

imun pada anak juga akan meningkat. (Soedarmo,2008)

Antara waktu pertamaAIDS dilaporkan pada 1981 sampai tes HIV tersedia tahun

1985, sebagian dapat melawan peningkatan infeksi HIV pediatrik. Baik angka infeksi

melalui transfusi maupun infeksi yang didapat dari ibu ke anak dapat dilawan secara

efektif bahkan ketika status karier dari penjamu masih misteri. Dengan perkembangan

(18)

diberantas, sehingga transmisi ibu ke anak tetap menjadi cara utama dari didapatnya

infeksi HIV pada pediatrik. (Minkoff,2001)

Sebagian besar HIV pada anak (90%) diperoleh melalui transmisi vertikal yaitu

penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya (mother to child transmission/MTCT).

Proses transmisi dapat terjadi pada saat kehamilan ( 5-10%), proses persalinan

(10-20%), dan sesudah kelahiran melalui ASI (5-20%). (IDAI,2010).

Angka transmisi ini akan menurun sampai kurang dari 2% bila pasangan ibu dan

anak menjalani program pencegahan/prevention of mother to child transmission

(PMTCT) sejak saat kehamilan dengan penggunaan obat anti retroviral untuk ibu

sampai dengan penanganan setelah kelahiran. (IDAI,2010)

WHO memperkirakan bahwa resiko transmisi hiv berkisar 15 hingga 30% pada

populasi yang tidak menerima ASI dan 20 hingga 45% pada populasi yang menerima

ASI.

Pada tahun 2005, secara global terdapat 700.000 penderita terinfeksi HIV setiap

hari dan 200.000 di antaranya adalah anak yang berusia usia kurang dari 15 tahun

dengan angka kematian terbanyak adalah mereka yang berusia usia kurang dari 1

tahun. Kebanyakan anak-anak ini mendapat infeksi pada saat perinatal.

(ginsburg,2006).

Di ASIA diperkirakan jumlah anak yang terinfeksi HIV pada kelompok umur di

bawah 15 tahun meningkat dari 140.000 pada tahun 2005 menjadi 160.000 pada

tahun 2009.(UNAIDS,2010).

Sedangkan di Indonesia sendiri tercatat sebanyak 15.589 laporan kasus HIV pada

tahun 2011 (Januari sampai September). Dilaporkan jumlah kasus hiv pada kelompok

umur <4 tahun meningkat dari 390 kasus pada tahun 2010 menjadi 420 kasus pada

tahun 2011. Dan jumlah kasus HIV di provinsi Sumatera Utara dilaporkan sebanyak

919 kasus. (KPAN,2011)

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dapat memperberat kondisi

klinik wanita dengan infeksi HIV. Penelitian di Amerika Serikat dan Eropa

(19)

Transmisi dapat terjadi melalui plasenta, perlukaan dalam proses persalinan atau

melalui ASI. (Wiknjosastro,2006)

Faktor resiko terjadinya transmisi adalah jumlah virus, kadar CD4, adanya infeksi

lain (hepatitis, sitomegalovirus), ketuban pecah dini, kelahiran spontan/melalui

vagina, prematuritas, dan pemberian ASI atau mixed feeding (pemberian ASI dan

susu formula bersama-sama). (IDAI,2010)

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah berapakah proporsi ibu penderita

HIV yang melahirkan bayi yang terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV di RSUP Haji

Adam Malik Medan tahun 2008-2011.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Adapun yang menjadi tujuan umum penyusunan tulisan ini adalah untuk mengetahui

jumlah proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi yang terinfeksi dan tidak

terinfeksi HIV di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2008-2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus tulisan ini yaitu :

- Mengetahui jumlah ibu penderita HIV yang mendapat profilaksis anti retrovirus

sebelum melahirkan

- Mengetahui jumlah ibu penderita HIV yang bersalin secara seksiosesaria

- Mengetahui jumlah ibu penderita HIV yang bersalin secara spontan

(20)

1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk :

1. Menjadi sumber pengembangan ilmu dan terapan bagi pembaca serta klinisi.

2. Bagi dinas kesehatan diharapkan penelitan ini dapat memberikan masukan untuk

lebih meningkatkan penyuluhan serta pencegahan penyakit HIV/AIDS terutama pada

ibu hamil agar penularan kepada calon bayi ibu tersebut dapat di minimalkan.

3. Bagi pemerintah diharapkan penelitian ini akan memberikan suatu masukan

baruagar pemerintah dapat lebih memperhatikan penderita HIV/AIDS dengan jalan

membuat suatu kebijakan-kebijakan baru dalam hal pengobatan serta penanggulangan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi HIV

HIV adalah virus yang menyebabkan suatu sindrom defisiensi imun yang

ditandai oleh adanya infeksi oportunistik dan atau keganasan yang tidak disebabkan

oleh defisiensi imun primer atau sekunder atau infeksi kongenital. (Cunningham,

2006)

2.2. Etiologi HIV

Kausa sindrom imunodefisiensi ini adalah retrovirus DNA yaitu HIV-1 dan

HIV-2. Epidemi HIV global terutama disebabkan oleh HIV-1 sedangkan tipe HIV-2

tidak terlalu luas penyebarannya. (Merati TP, 2006)

2.4. Patofisiologi HIV

Untuk dapat terinfeksi HIV diperlukan reseptor spesifik pada sel pejamu yaitu

molekul CD4. Molekul CD4 ini mempunyai afinitas yang sangat besar terhadap HIV,

terutama terhadap molekul glikoprotein (gp120) dari selubung virus. Di antara sel

tubuh yang memiliki molekul CD4, sel limfosit-T memiliki molekul CD4 paling

banyak. Oleh karena itu, infeksi HIV dimulai dengan penempelan virus pada

limfosit-T. Setelah penempelan, terjadi diskontinuitas dari membran sel limfosit-T sehingga

seluruh komponen virus harus masuk ke dalam sitoplasma sel limfosit-T, kecuali

selubungnya. Selanjutnya, RNA dari virus mengalami transkripsi menjadi seuntai

DNA dengan bantuan enzim reverse transcriptase. Akibat aktivitas enzim RNA-ase

H, RNA yang asli dihancurkan sedang seuntai DNA yang terbentuk mengalami

polimerisasi menjadi dua untai DNA dengan bantuan enzim polimerase. DNA yang

(22)

menyisip ke dalam DNA sel pejamu dengan bantuan enzim integrase, disebut sebagai

provirus. Provirus yang terbentuk ini tinggal dalam keadaan laten atau dalam keadaan

replikasi yang sangat lambat, tergantung pada aktivitas dan deferensiasi sel pejamu

(T-CD4) yang diinfeksinya, sampai kelak terjadi suatu stimulasi yang dapat memicu

dan memacu terjadinya replikasi dengan kecepatan tinggi. (soedarmo, 2008)

Stimulasi yang dapat memicu dan memacu terjadinya replikasi yang cepat ini

masih belum jelas, walaupun umumnya diduga dapat terjadi oleh karena bahan

mitogen atau antigen yang mungkin bekerja melalui sitokin, baik yang terdapat

sebelum maupun sesudah terjadinya infeksi HIV. Tidak semua sitokin dapat memacu

replikasi virus. Sitokin yang dapat memacu adalah sitokin yang umumnya ikut serta

mengatur respons imun, seperti misalnya interleukin (IL) 1,3,6, tumor necrosis factor α dan β, interferon gamma, granulocyte-macrophage colony-stimulating factor dan

macrophage colony-stimulating factor. Yang bersifat menghambat adalah

interleukin-4, transforminggrowth factor β, interferon α dan β. (soedarmo, 2008)

Setelah HIV masuk ke dalam tubuh baik melalui sirkulasi atau melalui

mukosa, HIV pertama-tama dibawa ke dalam kelenjar limfe regional. Di sini terjadi

replikasi virus yang kemudian menimbulkan viremia dan infeksi jaringan limfoid

yang lain (multipel) yang dapat menimbulkan limfadenopati subklinis.

(soedarmo,2008)

Sementara itu, sel limfosit-B yang terdapat di dalam sentrum germinativum

jaringan limfoid juga memberikan respon imun yang spesifik terhadap HIV. Hal ini

yang mengakibatkan limfadenopati yang nyata akibat hiperplasia atau proliferasi

folikular yang ditandai oleh meningkatnya sel dendrit folikular di dalam sentrum

germinativum dan sel limfosit T-CD4. Akumulasi sel limfosit T-CD4 yang

meningkat di dalam jaringan limfoid ini selain akibat proliferasi in situ tersebut, juga

berasal dari migrasi limfosit dari luar. Migrasi sel T-CD4 dari luar inilah yang

mengakibatkan penurunan sel T-CD4 di dalam sirkulasi secara tiba-tiba yang

(23)

limfosit-B menghasilkan berbagai sitokin yang dapat mengaktifkan dan sekaligus

memudahkan infeksi sel TCD4. (soedarmo,2008)

Pada fase awal dan tengah penyakit, ikatan partikel HIV, antibodi dan

komplemen terkumpul di dalam jaring-jaring sel dendritik folikular. Seperti telah

dikemukakan, HIV di dalam sel T-CD4 dapat tinggal laten untuk waktu yang panjang

sebelum kemudian mengalami replikasi kembali akibat berbagai stimulasi. Pada fase

yang lebih lanjut, dengan demikian, tidak lagi ditemukan partikel HIV yang bebas

oleh karena semuanya terdapat di dalam sel. Hal lain yang dapat diamati adalah

dengan progresivitas penyakit terjadilah degenerasi sel dendrite folikular sehingga

hilanglah kemampuan organ limfoid untuk menjerat partikel HIV yang berakibat

meningkatnya HIV di dalam sirkulasi. Hal ini sudah tentu meningkatkan penyebaran

HIV ke dalam berbagai organ tubuh. (soedarmo, 2008)

2.4. Cara Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Dengan menggunakan perhitungan model matematika maka distribusi

penularan dari ibu ke bayi diperkirakan sebagian terjadi beberapa hari sebelum

persalinan, dan pada saat plasenta mulai terpisah dari dinding uterus pada waktu

melahirkan. Penularan diperkirakan terjadi karena bayi terpapar oleh darah dan

sekresi saluran genital ibu. Penularan lainnya terjadi pada masa dini kehamilan dan

pada saat bayi menyusui. (Setiawan, 2009)

Walaupun demikian, Damania dan Tank (2006) menyatakan bahwa sekitar 25

sampai 35% penularan terjadi pada saat antenatal terutama pada fase akhir kehamilan

dan 70 sampai 75% terjadi pada saat persalinan. Selain itu, penularan pada saat

menyusui terjadi sekitar 14%.Karena banyak para ahli mengatakan bahwa penularan

lebih sering terjadi pada masa kehamilan tua dan pada saat melahirkan, dan sangat

jarang terjadi pada masa permulaan kehamilan, maka yang menjadi sasaran penting

untuk mencegah penularan vertikal adalah janin pada fase akhir intrauterin dan pada

(24)

2.5. Faktor Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Ada tiga faktor utama untuk menjelaskan faktor risiko penularan HIV dari ibu ke

bayi:

a. Faktor ibu

Faktor yang paling utama mempengaruhi risiko penularan HIV dari ibu ke

bayi adalah kadar HIV (viral load) di darah ibu pada menjelang ataupun saat

persalinan dan kadar HIV di air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya. Umumnya,

satu atau dua minggu setelah seseorang terinfeksi HIV, kadar HIV akan cepat sekali

bertambah di tubuh seseorang. (Depkes RI, 2006)

Risiko penularan akan lebih besar jika ibu memiliki kadar HIV yang tinggi

pada menjelang ataupun saat persalinan. Status kesehatan dan gizi ibu juga

mempengaruhi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi. Ibu dengan sel CD4 yang

rendah mempunyai risiko penularan yang lebih besar, terlebih jika jumlah CD4

kurang dari 350. (Depkes RI, 2006)

Jika ibu memiliki berat badan yang rendah selama kehamilan serta

kekurangan vitamin dan mineral, maka risiko terkena berbagai penyakit infeksi juga

meningkat. Biasanya, jika ibu menderita infeksi menular seksual atau infeksi

reproduksi lainnya maupun malaria, maka kadar HIV akan meningkat. (Depkes RI,

2006)

Risiko penularan HIV melalui pemberian ASI akan bertambah jika terdapat

masalah pada ibu seperti mastitis, abses, luka di puting payudara. Sebagian besar

masalah payudara dapat dicegah dengan teknik menyusui yang baik. Konseling

kepada ibu tentang cara menyusui yang baik sangat dibutuhkan dengan demikian

dapat mengurangi risiko masalah – masalah payudara dan risiko penularan HIV.

(25)

b. Faktor bayi

- Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah

- Bayi yang dilahirkan sebelum 34 minggu memiliki risiko tertular HIV yang lebih

tinggi pada saat persalinan dan masa-masa awal kelahiran.

- Bayi yang diberikan ASI eksklusif kemungkinan memiliki risiko terinfeksi HIV

lebih rendah dibandingkan bayi yang mengkonsumsimakanan campuran (mixed

feeding)

- Bayi yang meminum ASI dan memiliki luka di mulutnya. (Depkes RI, 2006)

c. Faktor tindakan obstetric

Faktor – faktor yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke

bayi selama persalinan adalah sebagai berikut :

1. Jenis persalinan (per vaginam atau per abdominal/SC).

Cara persalinan bayi sangat menentukan terjadinya penularan vertikal. Bayi yang

dilahirkan per vaginam mempunyai risiko penularan vertikal lebih tinggi

dibandingkan bayi yang lahir dengan bedah saesar. Persalinan per vaginam

mempunyai risiko penularan vertikal HIV-1 dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan

dengan persalinan bedah saesar. Oleh karena itu, persalinan sebaiknya dilakukan

dengan bedah saesar elektif. Hanya dengan melakukan bedah saesar angka penularan

vertical dapat dinurunkan sebanyak 50%. Tindakan bedah ini harus dilakukan

sebelum ada tanda-tanda persalinan dan sebelum ketuban pecah. (Setiawan, 2009)

2. Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari ibu ke

bayi juga semakin meningkat karena akan semakin lama terjadinya kontak antara bayi

dengan darah dan lendir ibu. Ketuban pecah lebih dari empat jam sebelum persalinan

akan meningkatkan risiko penularan hingga dua kali lipat dibandingkan jika ketuban

pecah kurang dari empat jam sebelum persalinan. (Depkes RI, 2006)

3. Faktor lain yang kemungkinan meningkatkan risiko penularan selama proses

persalinan dengan cara pervaginam adalah penggunaan elektrode pada kepala janin,

(26)

Tabel 2.1. Faktor yang Meningkatkan Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Masa Kehamilan Masa Persalinan Masa Menyusui

(27)

diobati atau infeksi

lainnya

2.6. Gejala Infeksi HIV pada Bayi

Gejala umum yang sering ditemukan pada bayi dengan infeksi HIV adalah

a. Gangguan tumbuh kembang

b. Berat badan menurun

c. Demam

d. Diare kronik

e. Kandidiasis oral yang sering kambuh

f. Hepatosplenomegali

g. Gangguan neurologis seperti:

h. Keterlambatan perkembangan mental

i. Infeksi otak

j. Infeksi oportunistik (Maryunani, 2009)

2.7. Stadium Klinis WHO Untuk Bayi dan Anak yang Terinfeksi HIV

Digunakan untuk anak berumur < 13 tahun dengan konfirmasi laboratorium untuk infeksi HIV (HIV Ab pada umur > 18 bulan, tes virologi DNA atau RNA untuk umur

< 18 bulan). (Depkes RI, 2008)

STADIUM 1

Tanpa gejala (asimtomatik)

Limfadenopati generalisata persisten

STADIUM 2

(28)

Erupsi pruritik papular

Dermatitis seboroik

Infeksi jamur pada kuku

Keilitis angularis

Eritema Gingiva Linea

Infeksi virus human papilloma (wart) yang luas atau moluskum kontagiosum

(> 5% area tubuh)

Luka di mulut atau sariawan yang berulang (2 atau lebih episode dalam 6

bulan)

Pembesaran kelenjar parotis yang tidak dapat dijelaskan

Herpes zoster

Infeksi respiratorik bagian atas yang kronik atau berulang (otitis

media,otorrhoea, sinusitis, 2 atau lebih episode dalam periode 6 bulan)

STADIUM 3

Gizi kurang yang tak dapat dijelaskan dan tidak bereaksi terhadap pengobatan

baku

Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (> 14 hari)

Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan (intermiten atau konstan, selama

> 1 bulan)

Kandidiasis oral (di luar masa 6-8 minggu pertama kehidupan)

Oral hairy leukoplakia

Tuberkulosis paru

Pneumonia bakteria berat yang berulang (2 atau lebih episode dalam 6 bulan)

Gingivitis atau stomatitis ulseratif nekrotikans akut

LIP (lymphoid interstitial pneumonia) simtomatik

Anemia yang tak dapat dijelaskan (< 8 g/dl), neutropenia (< 500/mm3) atau

(29)

STADIUM 4

Sangat kurus (wasting) yang tidak dapat dijelaskan atau gizi buruk yang tidak

bereaksi terhadap pengobatan baku

Pneumonia pneumosistis

Dicurigai infeksi bakteri berat atau berulang (2 atau lebih episode dalam 1

tahun, misalnya empiema, piomiositis, infeksi tulang atau sendi, meningitis,

tidak termasuk pneumonia)

Infeksi herpes simpleks kronik (orolabial atau kutaneous selama > 1 bulan

atau viseralisdi lokasi manapun)

Tuberkulosis ekstrapulmonal atau diseminata

Sarkoma Kaposi

Kandidiasis esophagus

Anak < 18 bulan dengan symptomatic HIV seropositif dengan 2 atau lebih

dari hal berikut: Oral thrush, +/– pneumonia berat, +/– gagal tumbuh, +/–

sepsis berat

Infeksi sitomegalovirus (CMV) retinitis atau pada organ lain dengan onset > 1

bulan

Toksoplasmosis susunan syaraf pusat (di luar masa neonatus)

Kriptokokosis termasuk meningitis

Mikosis endemik diseminata (histoplasmosis, koksidiomikosis, penisiliosis)

Kriptosporidiosis kronik atau isosporiasis (dengan diare > 1 bulan)

Infeksi sitomegalovirus (onset pada umur >1 bulan pada organ selain hati,

limpa atau kelenjar limfe)

Penyakit mikobakterial diseminata selain tuberculosis

Kandida pada trakea, bronkus atau paru

Acquired HIV-related recto-vesico fistula

Limfoma sel B non-Hodgkin’s atau limfoma serebral

(30)

Ensefalopati HIV

HIV-related cardiomyopathy

HIV-related nephropathy

2.8. Diagnosis HIV pada bayi

 Antibodi HIV maternal yang ditransfer secara pasif selama kehamilan, dapat

terdeteksi sampai umur anak 18 bulan, oleh karena itu interpretasi hasil positif uji

antibodi HIV menjadi lebih sulit pada usia < 18 bulan.

 Bayi yang terpajan HIV dan mempunyai hasil positif uji antibodi HIV pada usia

9-18 bulan dianggap berisiko tinggi mendapat infeksi HIV, namun diagnosis

definitif menggunakan uji antibodi HIV hanya dapat dilakukan saat usia 18 bulan.

 Untuk memastikan diagnosis HIV pada anak dengan usia < 18 bulan, dibutuhkan

uji virologi HIV yang dapat memeriksa virus atau komponennya. Anak dengan

hasil positif pada uji virologi HIV pada usia berapapun dikatakan terkena infeksi

HIV.

 Anak yang mendapat ASI akan terus berisiko terinfeksi HIV, sehingga infeksi

HIV baru dapat disingkirkan bila pemeriksaan dilakukan setelah ASI dihentikan >

(31)

Gambar 2.1. Algoritma uji HIV berdasarkan PCR DNA pada bayi dari ibu HIV+

Cara menegakkan diagnosis presumptif HIV pada bayi dan anak < 18 Bulan dan

terdapat tanda atau gejala HIV yang berat :

Bila ada 1 kriteria berikut:

PCP, meingitis kriptokokus, kandidiasis esophagus

Toksoplasmosis

Malnutrisi berat yang tidak membaik dengan pengobatan standar

Atau

Minimal 2 gejala berikut:

Oral thrush

Pneumonia berat

Sepsis berat

Kematian ibu yang berkaitan dengan HIV atau penyakit HIV yang lanjut pada

ibu

(32)

2.9. Manajemen Bayi dengan Ibu HIV 2.9.1 Manajemen Umum

1. Bayi yang dilahirkan ibu dengan HIV positif maka :

a. Hormati kerahasiaan ibu dan keluarganya, dan lakukan konseling pada keluarga;

b. Rawat bayi seperti bayi yang lain, dan perhatian khususnya pada pencegahan

infeksi;

c. Bayi tetap diberi imunisasi rutin, ada senter yang tidak langsung memberi BCG;

d. Bila terdapat tanda klinis defisiensi imun yang berat, jangan diberi vaksin hidup

(BCG, OPV, Campak, MMR). Pada waktu pulang, periksa DL, hitung limfosit T,

serologi anti HIV, PCR DNA/RNA HIV.

2. Beri dukungan mental pada orang tuanya

3. Anjurkan suaminya memakai kondom, untuk pencegahan penularan infeksi

2.9.2 Manajemen Khusus

Bayi dengan infeksi HIV mempunyai jumlah virus yang tinggi dan akan

menurun seiring dengan meningkatnya imunologinya. Saran dari beberapa senter di

AS, terapi pada satu tahun pertama untuk anak yang dicurigai HIV, diharapkan

tumbuh imunologi secara normal, karena bila terapi menunggu umur lebih dari satu

tahun berdasarkan jumlah CD4+ dan Load Virus maka hal ini dikatakan kurang

spesifik. Pengobatan harus dimulai pada bayi yang menunjukkan gejala simtomatis

atau yang menunjukkan jumlah sel CD4+ yang rendah, tanpa melihat umur.

(schechner, 2004)

2.9.2.1 Terapi Anti Retrovirus

Tanpa pemberian Antiretrovirus, 25% bayi dengan ibu HIV positif akan

tertular sebelum dilahirkan atau pada waktu lahir, dan 15% tertular melalui ASI :

a. Tentukan apakah ibu sedang mendapat pengobatan Antiretrovirus untuk HIV, atau

mendapatkan pengobatan antiretroviral untuk mencegah transmisi dari ibu ke

(33)

load sampai tidak terdeteksi dan mempertahankan jumlah CD4+ sel sampai mencapai lebih dari 25%. (schechner, 2004)

Tabel 2.2. Rekomendasi Terapi ARV pada Ibu hamil dengan HIV (Depkes RI, 2006)

AZT + 3TC + NVP

AZT + 3TC + EVP*

TDF + 3TC + NVP

TDF + 3TC + EVP

Bisa diberikan sejak trimester 1

Jika ARV diberikan pada trimester 2 atau umur kehamilan ≥ 14 minggu Jika ibu anemia Hb<8gm%)

berat badan per oral tiap 6 jam selama 6 minggu, dimulai sejak bayi umur 12

jam. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya HIV dari 25% menjadi 8%.

(Harlingue, 2001)

- Bila ibu sudah mendapat Nevirapine (NVP) dosis tunggal selama proses

persalinan dan bayi masih berumur kurang dari 3 hari, segera beri bayi

Nevirapine dalam suspensi 2 mg/kg berat badan secara oral masa usia 48-72

jam dosis tunggal.

- Untuk mencegah PCP, berikan TMP 2,5 mg/kgBB 2x sehari, pemberian 3 kali

seminggu, diberikan sejak bayi umur 6 minggu sampai diagnosis HIV dapat

disangkal, karena peak onset PCP adalah pada umur 3-9 bulan. (Polin, 2001)

- Jadwalkan pemeriksaan tindak lanjut dalam 2 minggu untuk menilai masalah

(34)

Tabel 2.3. Dosis obat Antiretrovirus

ZDV (AZT)

(Zidovudine, Retrovir)

Neonatus kurang bulan

1,5 mg/kgBB tiap 12 jam sampai usia 2 minggu

kemudian 2 mg/kgBB tiap 8 jam

Neonatus cukup bulan Oral : 2 mg/kgBB tiap 6 jam

IV : 1,5 mg/kgBB tiap 6 jam

(sampai bayi usia 90 hari)

3TC (Lamivudine, Viracept)

Neonatus (bayi <30 hari) 2 mg/kgBB, 2x sehari

NFV (Nefiravine, Vi) Neonatus 40mg/kgBB, 2x sehari

Nevirapine, Viramune Perinatal Profilaksis <2 mg/kgBB (oral) Neonatus terapi (sampai usia 2 bulan)

14 hari pertama : 5 mg/kgBB atau 12 mg/m2 sekali

sehari

14 hari kedua : 120 mg/m2 2x sehari

Berikutnya 200mg/m2 2x sehari sampai usia 2 bulan

TMP/SMX (kotrimoksasol) untuk pneumocystis carinii

Profilaksis : 2,5 mg TMP/kgBB 2x sehari, 3x seminggu Pengobatan : setelah 5 mg zidovudine : 8-10 mg/kgBB dalam 2 kali pemberian setiap hari

2.9.2.2 Persalinan Yang Aman

Pemilihan persalinan yang aman diputuskan oleh ibu setelah mendapatkan konseling

berdasarkan penilaian dari tenaga kesehatan. Pilihan persalinan meliputi persalinan

(35)

Tabel 2.4. Pilihan Persalinan dan Resiko Penularannya

Persalinan per vaginam Persalinan per abdominam

Syarat Pemberian ARV ≥ 4

minggu Atau VL <1000

copy/mm3

(Jika tersedia fasilitas

pemeriksaan VL)

Pemberian ARV < 4 mgg

Atau VL <1000 copy/mm3

Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa seksio sesarea akan mengurangi

risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 50% hingga 66%. (Depkes RI, 2006)

2.9.2.3 Pemberian Minum

a. Lakukan konseling pada ibu tentang pilihan pemberian minum kepada bayinya.

Hargai dan dukunglah apapun pilihan ibu.

b. Terangkan kepada ibu bahwa menyusui dapat berisiko menularkan infeksi HIV.

Meskipun demikian, pemberian susu formula dapat meningkatkan risiko kesakitan

dan kematian.

c. Terangkan pada Ibu tentang untung dan rugi pilihan cara pemberian minum:

- Susu formula dapat diberikan bila mudah didapat, dapat dijaga kebersihannya

dan selalu dapat tersedia.

- ASI eksklusif dapat segera dihentikan bila susu formula sudah dapat

disediakan.

- Rekomendasi yang biasa diberikan adalah memberikan ASI eksklusif selama

6 bulan kemudian dilanjutkan ASI ditambah makanan padat setelah umur 6

(36)

d. Dalam beberapa situasi, kemungkinan lain adalah :

- Memeras ASI dan menghangatkannya waktu akan diberikan;

- Pemberian ASI oleh ibu susuan (”Wet Nursing”) yang jelas HIV negatif;

- Memberi ASI peras dari Ibu dengan HIV negatif.

e. Bila ibu memilih untuk memberikan susu formula atau menyusui, berikan petunjuk

khusus di bawah ini :

- Apabila memberikan susu formula, jelaskan bahwa selama 2 tahun ibu harus

menyediakannya termasuk makanan pendamping ASI;

- Bila tidak dapat menyediakan susu formula, sebagai alternative diberikan ASI

secara eklusif dan segera dihentikan setelah tersedia susu formula;

- Semua bayi yang mendapatkan susu formula, perlu dilakukan tindak lanjut

dan beri dukungan kepada ibu cara menyediakan susu formula dengan benar.

- Jangan memberikan minuman kombinasi (misal selang-seling antara susu

hewani, bubur buatan, susu formula, disamping pemberian ASI), karena risiko

terjadinya infeksi lebih tinggi dari pada bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif.

Pemberian susu formula :

Ajari ibu cara mempersiapkan dan memberikan susu formula dengan

menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.

Anjurkan ibu untuk memberi susu formula 8 kali sehari, dan beri lagi apabila

bayi menginginkan.

Beri ibu petunjuk secara tertulis cara mempersiapkan susu formula.

Jelaskan mengenai risiko memberi susu formula dan cara menghindarinya.

Susu formula yang diberikan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan HIV

positif harus memenuhi syarat AFASS (WHO), yaitu :

a. Acceptability

Mudah diterima, yaitu tidak ada hambatan social budaya bagi ibu untuk

(37)

b. Feasible

Mudah dilakukan/layak, yaitu ibu dan keluarga mempunyai waktu,

pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk menyiapkan dan

memberikan susu formula kepada bayinya

c. Availability

Terjangkau, yaitu ibu dan keluarga mampu membeli susu formula

d. Sustainability

Berkelanjutan, yaitu susu formula harus diberikan setiap hari dan malam

selama masa bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai dan

distribusi susu formula dapat dijamin keberadaannya

e. Safe

Aman penggunaannya, yaitu susu formula harus disimpan secara benar,

higienis dengan kadar nutrisi cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan

yang bersih.

Nasihati ibu untuk mengamati apakah terdapat tanda bahaya pada

bayinya, seperti :

- Minum kurang dari 6 kali dalam sehari atau minum hanya sedikit;

- Diare;

- Berat badan sulit naik.

Pemberian ASI

Bila ibu memilih menyusui, dukung dan hargai keputusannya.

Pastikan bayi melekat dan mengisap dengan baik untuk mencegah terjadinya

mastitis dan gangguan pada putting susu.

Nasihati ibu segera kembali apabila ada masalah pada payudara atau

putingnya, atau bayi mengalami kesulitan minum.

Pada minggu pertama, nasihati ibu melakukan kunjungan ke rumah sakit

(38)

keadaan payudara ibu dan atur konseling selanjutnya untuk mempersiapkan

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian

ini adalah

3.2 Variabel dan Definisi Operasional

HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan kemudian

menimbulkan AIDS.

Penderita HIV positif adalah seseorang yang tertular virus HIV, nampak sehat tanpa

gejala penyakit apapun, tetapi dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain.

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada

dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina.

Kelahiran pervaginam/spontan adalah proses persalinan normal atau alamiah.

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat

reproduksi kembali seperti pra-hamil. Ibu HIV + ARV

Bersalin seksiosesaria

Bersalin spontan

Nifas + ARV

Bayi terinfeksi HIV

(40)

3.3 Cara Ukur

Mengambil data dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Kemudian

menganalisa setiap karakteristik ibu yang telah ditentukan yang terdapat di dalam

rekam medis. Menganalisa setiap karakteristik ibu dengan memperhatikan bayi yang

dilahirkan apakah terinfeksi atau tidak. Membuat hasil data dengan SPSS.

3.4 Alat Ukur

Alat ukur adalah rekam medis

3.5 Skala Pengukuran

(41)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian retrospektif yang

akan menilai proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi yang terinfeksi dan

tidak terinfeksi HIV di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun

2008-2011.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Waktu penelitian direncanakan akan dimulai pada bulan Juli sampai dengan Agustus

2012

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tempat penelitian

ini dipilih karena Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik merupakan pusat pelayanan

kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan di kota Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua pasien ibu penderita HIV yang melahirkan bayi di

RSUP H. Adam Malik. Jumlah populasi tersebut diambil daripada rekam medis.

4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling di mana

(42)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data yang diperoleh dengan melihat semua pencatatan

kartu status (rekam medis).

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Haji Adam

Malik diolah dengan menggunakan bantuan sistem komputerisasi. Analisa data yang

diperoleh dilakukan secara dekriptif dengan menggunakan program komputer yaitu

(43)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini secara retrospektif dengan melihat rekam medis dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan. RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Propinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Sejak tanggal 6 September 1991 RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991.

RSUP H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. RSUP Haji Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP H. Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak +- 1 Km dari jalan Djamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Individu

(44)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi ibu penderita HIV berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persentase (%)

10 – 20 tahun 1 2,9

21 – 30 tahun 26 76,5

31 – 40 tahun 7 20,6

Jumlah 34 100

Dari tabel 5.1. dapat dilihat bahwa kelompok umur ibu hamil penderita HIV yang terbanyak adalah pada kelompok umur 21-30 tahun (76,5%). Dan kelompok umur terendah adalah kelompok umur 10-20 tahun (2,9%).

Menurut laporan Ditjen PP dan PL Depkes RI tahun 2009, kelompok umur yang paling banyak menderita HIV/AIDS adalah kelompok umur 20-29 tahun (9.801 orang) dan golongan umur yang kedua terbanyak adalah golongan 30-39 tahun (6.020 orang).

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi ibu penderita HIV berdasarkan jumlah pertahun sejak 2008 sampai 2011

Tahun Frekuensi Persentase

2008 3 8,8

2009 8 23,5

2010 10 29,4

2011 13 38,2

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel 5.2. kelompok sampel dengan distribusi terbanyak adalah

pada tahun 2011 sebanyak 13 orang (38,2%). Diikuti kelompok sampel pada tahun

2010 sebanyak 10 orang (29,4%) dan pada tahun 2009 sebanyak 8 orang (23,5%).

Kelompok sampel dengan distribusi terendah adalah pada tahun 2008 sebanyak 3

(45)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi ibu penderita HIV yang menerima profilaksis ARV

Profilaksis ARV Frekuensi Persentase

Menerima 28 82,4

Tidak menerima 6 17,6

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel 5.3. ibu hamil penderita HIV yang menerima profilaksis

ARV sebanyak 28 orang (82,4%) sedangkan yang tidak menerima profilaksis ARV

sebanyak 6 orang (17,6%).

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi cara persalinan ibu penderita HIV

Cara persalinan Frekuensi Persentase

Seksiosesarea 32 94,1

Spontan 2 5,9

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel 5.4. ibu hamil penderita HIV yang melakukan persalinan dengan

cara seksiosesarea adalah sebanyak 32 orang (94,1%) sedangkan yang melakukan

pesalinan dengan cara spontan sebanyak 2 orang (5,9%).

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi ibu penderita HIV yang mendapat ARV selama nifas

Nifas mendapat ARV Frekuensi Persentase

Mendapat ARV 18 52,9

Tidak Mendapat ARV 16 47,1

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel 5.5. ibu penderita HIV yang mendapatkan ARV selama nifas

adalah sebanyak 18 orang (52,9%) sedangkan yang tidak mendapatkan ARV selama

(46)

5.1.3 Hasil Analisa Data

Tabel 5.6. Proporsi Ibu Penderita HIV yang Melahirkan Bayi yang Terinfeksi dan Tidak Terinfeksi HIV

Ibu Bayi

Terinfeksi 34 0

Tidak Terinfeksi 0 34

Dari data yang diperoleh, terdapat 34 orang ibu yang terinfeksi HIV dan

melahirkan 34 orang bayi yang tidak terinfeksi HIV di RSUP Haji Adam Malik

Medan pada tahun 2008-2011.

Tabel5.7. Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan pemberian profilaksis ARV

Ibu dengan profilaksis ARV

Bayi terinfeksi Bayi tidak terinfeksi

Persentase

Ya 0 28 82,4

Tidak 0 6 17,6

Jumlah 0 34 100

Berdasarkan tabel 5.7. ibu yang menerima profilaksis ARV melahirkan bayi yang

tidak terinfeksi HIV sebanyak 28 orang (82,4%) dan terinfeksi tidak ada dan ibu

tanpa profilaksis melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 6 orang (17,6%) dan

(47)

Tabel 5.8. Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan cara persalinan

Cara persalinan Bayi terinfeksi Bayi tidak terinfeksi

Persentase

Seksiosesarea 0 32 94,1

Spontan 0 2 5,9

Jumlah 0 34 100

Berdasarkan tabel 5.8. ibu yang bersalin secara seksiosesarea melahirkan bayi yang

tidak terinfeksi HIV sebanyak 32 orang (94,1%) dan terinfeksi tidak ada dan ibu

yang bersalin secara spontan melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 2 orang

(5,9%) dan yang terinfeksi tidak ada.

Tabel 5.9. Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan nifas mendapat ARV

Ibu mendapat ARV saat nifas

Bayi terinfeksi Bayi tidak terinfeksi

Persentase

Ya 0 18 52,9

Tidak 0 16 47,1

Jumlah 0 34 100

Berdasarkan tabel 5.9. ibu yang menerima profilaksis ARV selama nifas melahirkan

bayi yang tidak terinfeksi HIV sebanyak 18 orang (52,9%) dan terinfeksi tidak ada

dan ibu tanpa profilaksis melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 16 orang

(48)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi ibu penderita HIV yang

melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV dengan mengobservasi rekam

medis yang terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan.

Di dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ibu penderita HIV yang

melahirkan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik pada tahun 2008-2011.

5.2.1.Pembahasan proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan pemberian profilaksis ARV

Dari penelitian yang telah disajikan ibu yang menerima profilaksis ARV

melahirkan bayi yang tidak terinfeksi HIV sebanyak 28 orang (82,4%) dan terinfeksi

tidak ada dan ibu tanpa profilaksis melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 6

orang (17,6%) dan yang terinfeksi tidak ada.

Tujuan pemberian ARV pada ibu hamil, di samping untuk mengobati ibu,

juga untuk mengurangi risiko penularan perinatal kepada janin atau neonatus. Jumlah

virus dalam plasma ibu masih merupakan faktor prediktor bebas yang paling kuat

terjadinya penularan perinatal karena itu, semua wanita hamil yang terinfeksi HIV

harus diberi pengobatan antiretrovirus (ARV) untuk mengurangi jumlah muatan

virus. (Setiawan, 2009)

5.2.2. Pembahasan proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan cara persalinan

Dari data yang disajikan ibu yang bersalin secara seksiosesarea melahirkan

bayi yang tidak terinfeksi HIV sebanyak 32 orang (94,1%) dan terinfeksi tidak ada

dan ibu yang bersalin secara spontan melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 2

orang (5,9%) dan yang terinfeksi tidak ada.

Menurut Purnaningtyas (2011), penularan HIV tertinggi umumnya terjadi

pada saat persalinan ketika kemungkinan terjadi percampuran darah ibu dan lendir

(49)

Persalinan per vaginam mempunyai risiko penularan vertikal HIV-1 dua kali

lipat lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan bedah saesar. Oleh karena itu,

persalinan sebaiknya dilakukan dengan bedah saesar elektif. (Setiawan,2009)

Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa seksio sesarea akan

mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sebesar 50-66%. Apabila seksio

sesarea tidak bisa dilaksanakan, maka dianjurkan untuk tidak melakukan tindakan

invasif yang memungkinkan perlukaan pada bayi (pemakaian elektrode pada kepala

janin, ekstraksi forseps, ekstraksi vakum) dan perlukaan pada ibu (episiotomi).

(Purnaningtyas, 2011)

5.2.3. Pembahasan Proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV berdasarkan nifas mendapat ARV

Dari data yang disajikan ibu yang menerima profilaksis ARV melahirkan bayi

yang tidak terinfeksi HIV sebanyak 18 orang (52,9%) dan terinfeksi tidak ada dan ibu

tanpa profilaksis melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 16 orang (47,1%)

dan yang terinfeksi tidak ada.

Obat antiretroviral (ARV) yang ada sampai saat ini baru berfungsi untuk

menghambat multiplikasi virus, belum menghilangkan secara total keberadaan virus

dalam tubuh Odha. Walaupun demikian, ARV merupakan pilihan utama dalam upaya

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai proporsi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi yang terinfeksi dan tidak terinfeksi HIV di Rumah Sakit Umum

Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2008-2011 diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah ibu hamil penderita HIV bahwa kelompok umur ibu hamil penderita HIV yang terbanyak adalah pada kelompok umur 21-30 tahun (76,5%).

2. Frekuensi ibu hamil penderita HIV tiap tahun semakin meningkat dimana frekuensi terbanyak pada tahun 2011 sebanyak 13 orang (38,2%). Selanjutnya kelompok sampel pada tahun 2010 sebanyak 10 orang (29,4%) dan pada tahun 2009 sebanyak 8

orang (23,5%). Kelompok sampel dengan distribusi terendah adalah pada tahun 2008

sebanyak 3 orang (8,8%).

3. Sebanyak 34 orang ibu yang terinfeksi HIV melahirkan 34 orang bayi yang tidak

terinfeksi HIV

4. Ibu yang menerima profilaksis ARV melahirkan bayi yang tidak terinfeksi HIV

sebanyak 28 orang (82,4%) dan terinfeksi tidak ada dan ibu tanpa profilaksis

melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 6 orang (17,6%) dan yang terinfeksi

tidak ada.

5. Ibu yang bersalin secara seksiosesarea melahirkan bayi yang tidak terinfeksi HIV

sebanyak 32 orang (94,1%) dan terinfeksi tidak ada dan ibu yang bersalin secara

spontan melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 2 orang (5,9%) dan yang

terinfeksi tidak ada.

6. Ibu yang menerima profilaksis ARV selama nifas melahirkan bayi yang tidak

terinfeksi HIV sebanyak 18 orang (52,9%) dan terinfeksi tidak ada dan ibu tanpa

profilaksis melahirkan bayi tidak terinfeksi HIV sebanyak 16 orang (47,1%) dan yang

(51)

6.2. Saran

1. Bagi peneliti dimasa yang akan datang agar dapat lebih mengembangkan penelitian

ini sehingga bisa menjadi sumber pembelajaran yang lebih akurat dan menyeluruh.

2. Bagi pihak Pusyansus Klinik VCT untuk selalu mendokumentasikan dan

melengkapi data medis mengenai kejadian ibu penderita HIV yang melahirkan di

RSUP Haji Adam Malim Medan.

3. Bagi pihak pelayanan kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang melibatkan

para ibu untuk meningkatkan kesadaran pada masyarakat luas mengenai pentingnya

tindakan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak disertai dengan

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Badriul Hegar et al. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia

Jilid 1. Jakarta.

Chris W. Green. 2005. Seri Buku Kecil HIV, Kehamilan dan Kesehatan Perempuan.

Yayasan Spiritia.

Cunningham F G, Gant N F, Leveno K J, Gilstrap L C, Hauth J C, Wenstrom, K D.

Penyakit Menular Seksual. Dalam: Cunningham F G, Gant N F, Leveno K J,

Gilstrap L C, Hauth J C, Wenstrom, K D. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: 1677 –

1678.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman pencegahan penularan

HIV dari ibu dan bayi. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Direktorat

Promosi Kesehatan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV

dan Terapi Antiretroviral Pada Anak Di Indonesia. Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Harlingue D.A Durand D.J. Recognation. Stabilization, and Transport of the

High-Risk Newborn, In, Care of the High-Risk Neonate Fanaroff A.A 5th W.B Saunders

London, New York 2001: 68,92, 364-80, 487.

Indarso, et al. 2005. Kapita Selekta Ilmu Kesehtan Anak : Pengelolaan Bayi Baru

(53)

Laporan statistik HIV/AIDS di Indonesia. 2011. Available at url:

http://www.aidsindonesia.or.id/laporan-triwulan-kementerian-kesehatan-ketiga-2011.html [Accesed March 2012]

Maryunani, Anik. 2009. Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi. Jakarta :

Trans Info Media.

Merati TP, Djauzi S. Respon imun infeksi HIV. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi

I, Simadibrata MK, Setiati S, eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta:

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006.

Minkoff HL. Prevention of mother-to-child transmission of HIV. Clinical Obstetrics

and Gynecology 2001;44:210-225

Polin R,A. Fetal and Neonatal Secrets. 1st ed. 2001 Hanley and Belfus Inc.

Philadelphia, 90-2, 295-7.

Prawirohardjo d/a Bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta: 556.

Purnaningtyas A.D, Dewantiningrum J. 2011. Persalinan Pervaginam dan Menyusui

sebagai Faktor Risiko Kejadian HIV pada Bayi. Media Medika Indosiana, 45 (3):

141-143.

Schechner, S. In.Cloherty J.P Manual of Neonatal Care 5th ed. 2004 Lippincot &

(54)

Setiawan, M.I., 2009. Tatalaksana Pencegahan Penularan Vertikal dari Ibu Terinfeksi

HIV ke Bayi yang Dilahirkan. Dalam : Damania KR, Tank PD. 2006. Prevention

of mother to child transmission of HIV infection. J Obstet Gyncol India, 56:390-5.

Setiawan, M.I., 2009. Tatalaksana Pencegahan Penularan Vertikal dari Ibu Terinfeksi

HIV ke Bayi yang Dilahirkan. Dalam : Kamal H, Rathore MH. Pediatric HIV

Infection. Jacksonville Med 1997; August: 334-8

Soedarmo S S, Garna H, Hadinegoro S R, Satari H I. Human Imunodeficiency Virus.

Dalam: Soedarmo S S, Garna H, Hadinegoro S R, Satari H I. 2008. Buku Ajar

Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi ke-2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 243 – 247

United Nation for AIDS 2010, Global Report Epidemic Update, Geneva,

Switzerland. Available at url:

http://www.unaids.org/globalreport/Global_report.htm [Accesed March 2012]

Wiknjosastro H, Saifuddin A B, Rachimhadhi T. Penyakit Menular. Dalam:

Wiknjosastro H, Saifuddin A B, Rachimhadhi T. 2006. Ilmu Kebidanan. Yayasan

(55)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wilda Khairani Dalimunthe

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 29 Juli 1991

Agama : Islam

Alamat : Jln. Suryo No.3 Medan - 20152

Orang Tua : Ayah : dr.H. Abdul Razak Dalimunthe, Sp.A

Ibu : Hj. Faizah Hanum Lubis

Riwayat Pendidikan :

1. TK Aisyah Mataram (1995-1997)

2. SD 07 Mataram (1997-2003)

3. SMP 2 Mataram (2003-2006)

4. SMA Negeri 2 Mataram (2006-2009)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2009-Sekarang)

Pas Photo

(56)
(57)
(58)

1 Februari 2008 Tr 27 Ya Ya Tidak Ya 21-30

2 November 2008 Em 22 Ya Ya Tidak Ya 21-30

3 November 2008 Am 27 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

4 April 2009 Si A. 32 Ya Ya Tidak Tidak 31-40

5 April 2009 He 24 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

6 Juni 2009 Li 27 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

7 Juli 2009 Mel 27 Ya Ya Tidak Ya 21-30

8 Agustus 2009 Mer 29 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

9 Oktober 2009 Ju T. 30 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

10 Desember 2009 Pi S. 27 Ya Ya Tidak Ya 21-30

11 Desember 2009 Nu 34 Ya Ya Tidak Ya 31-40

12 Februari 2010 Ke D. 27 Ya Ya Tidak Ya 21-30

13 Februari 2010 Na S. 20 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

14 Maret 2010 Yu 25 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

15 Maret 2010 Se G. 33 Ya Ya Tidak Tidak 31-40

16 Juni 2010 El 27 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

17 Juni 2010 Kr V. 29 Ya Ya Tidak Ya 21-30

18 Oktober 2010 Su 28 Ya Ya Tidak Ya 21-30

19 Oktober 2010 Ru D. 28 Tidak Ya Tidak Tidak 21-30

20 November 2010 Me M. 28 Ya Ya Tidak Ya 21-30

21 Desember 2010 Mi A. 25 Ya Ya Tidak Ya 21-30

22 Februari 2011 Na P. 28 Ya Ya Tidak Ya 21-30

23 Februari 2011 Ed S. 28 Tidak Ya Tidak Tidak 21-30

(59)

26 April 2011 He 27 Ya Ya Tidak Ya 21-30

27 Mei 2011 Re 34 Ya Ya Tidak Ya 31-40

28 Juli 2011 Wi W. 24 Ya Ya Tidak Ya 21-30

29 Agustus 2011 At 33 Ya Ya Tidak Ya 31-40

30 Agustus 2011 In S. 28 Ya Ya Tidak Ya 21-30

31 Septembe 2011 Mi W. 25 Ya Ya Tidak Tidak 21-30

32 Oktober 2011 Er 36 Tidak Tidak Ya Tidak 31-40

33 Oktober 2011 Su G. 26 Ya Ya Tidak Ya 21-30

(60)
(61)

Spontan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 32 94,1 94,1 94,1

Ya 2 5,9 5,9 100,0

Total 34 100,0 100,0

NifasmendapatARV

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak 16 47,1 47,1 47,1

Ya 18 52,9 52,9 100,0

Gambar

Tabel 2.1. Faktor yang Meningkatkan Risiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayi
Gambar 2.1. Algoritma uji HIV berdasarkan PCR DNA pada bayi dari ibu HIV+
Tabel 2.2. Rekomendasi Terapi ARV pada Ibu hamil dengan HIV (Depkes RI, 2006)
Tabel 2.3. Dosis obat Antiretrovirus
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian laporan keuangan secara umum adalah informasi yang dibuat oleh pihak perusahaan tertentu dimana

Perhitungan beban gandar standar kumulatif menggunakan metode AASHTO 1993 dengan W 18 desain diperoleh hasil sebesar 8,97, yang berarti bahwa tebal pelat beton rencana dapat

KH.Mochammad Nawawi tidak hanya mendirikan NU di Mojokerto dan mendirikan madrasah ibtidaiyah al-Muksinun saja melaikan beliau juga terlibat dalam pembentukan

Sementara industry jamu lebih condong memproduksi bentuk jamu yang lebih sederhana, meskipun akhir akhir ini cukup banyak industry besar yang memproduksi jamu dalam bentuk

Berdasarkan dari hasil data berupa dokumentasi perusahaan yang diserahkan ke Bursa Efek Indonesia penelitian yang telah didapatkan bahwa : (1) Tingkat profitabilitas memiliki

Variabel kemampuan, kepuasan dan disiplin kerja secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai secara simultan yang didasarkan pada hasil pengujian nilai

Permasalah sosial dan politik yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Airlangga di Kerajaan Kahuripan adalah permasalahan Calon Arang dan pembagian wilayah kekuasaan

Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat