• Tidak ada hasil yang ditemukan

Estimasi Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Antara Kambing Kacang, Muara dan Samosir Melalui Analisis Kraniometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Estimasi Jarak Genetik dan Faktor Peubah Pembeda Antara Kambing Kacang, Muara dan Samosir Melalui Analisis Kraniometri"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada

garis 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan

dengan provinsi Aceh, sebelah timur dengan negara Malaysia di selat Malaka,

sebelah selatan berbatasan dengan provinsi Riau dan Sumatera Barat, dan

disebelah barat berbatasan dengan samudera Hindia (BPS, 2013).

Luas daratan provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km2, sebagian

besar berada didaratan pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di pulau Nias,

pulau-pulau Batu, serta beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun bagian

timur pantai pulau Sumatera. Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di

Sumatera Utara, luas daerah terbesar adalah kabupaten Mandailing Natal dengan

luas 6.620,70 km2 atau sekitar 9,23 persen dari total luas Sumatera Utara, diikuti

kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km2 atau 8,74 persen, kemudian

kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km2 atau sekitar 6,12 persen.

Sedangkan luas daerah terkecil adalah kota Sibolga dengan luas 10,77 km2 atau

sekitar 0,02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan kondisi

letak dan kondisi alam, Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok

wilayah/kawasan yaitu pantai barat, dataran tinggi, dan pantai timur (BPS, 2013).

Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

Kecamatan Haparan Perak adalah sebuah kecamatan di kabupaten Deli

serdang, provinsi Sumatera Utara. Mayoritas penduduk adalah suku

(2)

(23.015 hektar) atau 9.21 % dari luas kabupaten Deli Serdang. Terdiri dari 20

Desa dan 218 dusun. Wilayah kecamatan Hamparan Perak berada pada ketinggian

0 – 15 meter dari permukaan laut, yang berarti merupakan dataran rendah dan

sebagainya berbatasan dengan selat Malaka dan dengan demikian wilayah

kecamatan Hamparan Perak adalah wilayah pantai (BPS, 2013).

Keadaan iklim di wilayah kecamatan Hamparan Perak, seperti daerah

pantai lainnya di kabupaten Deli Serdang dipengaruhi oleh 2 musim yaitu musim

hujan dan musim kemarau dengan suhu udara antara 18 s/d 35°C, musim hujan

biasanya terjadi pada bulan Agustus s/d Desember setiap tahunnya dengan curah

hujan terbanyak pada bulan September dan Oktober.

Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Luas wilayah kabupaten Tapanuli Utara sekitar 3.800.3 km2 terdiri dari

dataran 3.793.71 km2 dan luas perairan Danau Toba 6.60 km2. Dari 15 kecamatan

yang paling luas di kabupaten Tapanuli Utara adalah kecamatan Guroga sekitar

567.58 km2 atau 14.96 % dari luas kabupaten, dan kecamatan yang terkecil

luasnya yaitu kecamatan Muara sekitar 79.75 km2 atau 2.10 %.

Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara, letaknya persis di bibir

pantai Danau Toba, luasnya 7.500 hektar dan terdiri dari 15 desa, yakni Desa

Unte Mungkur, Aritonang, Batu Binumbun, Simatupang, Silali Toruan, Huta

Nagodang, Baribani Aek, Huta Lontung, Dolok Martumbur, Sitanggor, Silando,

Huta Ginjang dan Desa Sibandang, Papande serta Sampuran di Pulau Sibandang

(seluas sekitar 700 hektar). Daerah ini cukup dikenal sebagai gudangnya jenderal

(3)

Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir terletak pada titik geografis 2021’38’’- 2049‘48”

lintang utara dan 98024‘00-99001’48” bujur timur dengan ketinggian diatas

permukaan laut antara 904-2.157 meter. Luas wilayah kabupaten Samosir ±

2.069,05 km2, terdiri atas ±1.444,25 km2 (69,80%) luas daratan, yaitu seluruh

pulau Samosir yang dikelilingi danau Toba dan sebahagian wilayah daratan pulau

Sumatera. Sedangkan luas wilayah danau berkisar 624,80 km2 (30,20 %).

Wilayah daratan terluas ialah kecamatan Harian dengan luas ± 560,45 km2

(38,81%), Simanindo ±198,20 km2 (13,72%), Sianjur Mulamula ±140,24 km2

(9,71%), Palipi ±129,55 km2 (8,97%), Pangururan ±121,43 km2 (8,41%),

Ronggurnihuta ±94,87 km2 (6,57%), Nainggolan ±87,6 km2 (6,08%),

Onanrunggu ±60,89 km2 (4,22%), dan Sitiotio ±50,76 km2 (3,51%).\

Batas–batas wilayah kabupaten Samosir adalah sebelah utara kabupaten

Karo dan kabupaten Simalungun, sebelah selatan Tapanuni Utara dan kabupaten

Humbang Hasundutan, sebelah barat kabupaten Dairi dan kabupaten Pakpak Barat

(BPS, 2013).

Sejarah Domestikasi Kambing

Menurut Devendra dan Mcleroy (1982), sistematika kambing adalah

sebagai berikut, Kingdom : Animals, Phylum: Chordata , Group : Cranita

(Vertebrata), Class : Mamalia, Order: Artiodactyla , Sub-order : Ruminantia,

Famili: Bovidae, Sub Famili: Caprinae, Genus: Capra atau Hemitragus, Spesies :

Capra hircus,Capra ibex,Capra caucasica, Capra pyrenaica, Capra falconeri.

Kambing merupakan salah satu jenis binatang memamah biak yang

(4)

namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Kambing umumnya mempunyai

jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan

kasar. Panjang tubuh kambing liar tidak termasuk ekor adalah 1,3 - 1,4 m,

sedangkan ekornya 12 - 15 cm. Bobot yang betina 50 - 55 kg, sedangkan yang

jantan bisa mencapai 120 kg (Sinar Tani, 2007).

Ternak kambing pertama kali dijinakkan sejak jaman prasejarah. Ternak

kambing merupakan salah satu hewan yang tertua dijinakkan oleh manusia.

Semua ternak kambing adalah binatang pegunungan yang hidup di lereng-lereng

bukit sampai lereng yang curam (Walpole, 1982).

Di Indonesia ada beberapa bangsa kambing yang sudah dikarakterisasi

fenotipnya. Dari bangsa ternak kambing lokal Indonesia tersebut yang termasuk

kategori besar adalah kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Muara,

kambing kategori sedang adalah kambing Kosta, Gembrong dan kategori kecil

adalah kambing Kacang, kambing Samosir dan kambing Marica. Diperkirakan

masih banyak lagi bangsa kambing lokal Indonesia yang belum dapat

dikarakterisasi dan sebagian mungkin sudah hampir punah atau jumlah

populasinya sudah mendekati punah yang belum sempat dieksplorasi potensi

keragaman genetiknya untuk dimanfaatkan sebagai sumber peningkatan mutu

genetik kambing di Indonesia (Sinar Tani, 2007).

Ternak kambing pertama kali dipelihara didaerah pegunungan Asia Barat

pada kurun waktu 8.000 -7.000 SM. Jadi, ternak kambing lebih tua dari pada sapi.

Diduga kambing yang dipelihara saat ini (Capra aegagrus hircus) berasal

dari keturunan tiga macam kambing liar yaitu Benzoar Goat atau kambing liar

(5)

Markhor Goat atau kambing Markhor (Capra falconeri). Persilangan yang

terjadi antara ketiga jenis kambing tersebut menghasilkan keturunan yang

subur (Mulyono dan Sarwono, 2004).

Kambing merupakan ternak yang mempunyai kemampuan hidup yang

baik dengan berbagai kondisi iklim dan dapat hidup pada lahan dengan

berbagai topografi, baik dataran rendah maupun dataran tinggi pada suatu

tempat (Dinas Peternakan Kabupaten Solok, 2009).

Kambing Kacang

Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia, tetapi juga terdapat

di Malaysia dan Filipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada

umur 15-18 bulan sudah bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok

sebagai penghasil daging dan kulit dan bersifat prolifik, sifatnya lincah, tahan

terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai

lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat

sederhana (Sinar Tani, 2007).

Kambing Kacang adalah salah satu kambing lokal di Indonesia dengan

populasi yang cukup tinggi dan tersebar luas. Kambing Kacang memiliki ukuran

tubuh yang relatif kecil, memiliki telinga yang kecil dan berdiri tegak. Kambing

ini telah beradaptasi dengan lingkungan setempat, dan memiliki keunggulan pada

tingkat kelahiran (Diah, 2009).

Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini

tersebar hampir di seluruh Indonesia. Ciri-ciri kambing Kacang: badan kecil,

telinga pendek tegak, leher pendek, punggung meninggi, jantan dan betina

(6)

dewasa rata-rata 56 cm, bobot dewasa untuk betina rata-rata 20 kg dan jantan 25

kg (Agung, 2010).

Gambar 1. Kambing Kacang

Kambing Muara

Dari segi penampilan kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak

dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan,

putih dan beberapa punya warna bulu hitam. Bobot kambing Muara

lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik

(Batubara, 2011).

(7)

Kambing Samosir

Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara

turun temurun di pulau Samosir, di tengah danau Toba, kabupaten Toba Samosir,

provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir pada mulanya digunakan untuk bahan

upacara persembahan pada acara keagamaan salah satu aliran kepercayaan

(Parmalim) penduduk setempat. Kambing yang dipersembahkan harus yang

berwarna putih, maka secara alami penduduk setempat sudah selektif untuk

memelihara kambing mereka mengutamakan yang berwarna putih. Dalam selang

waktu yang lama dan beradaptasi dengan kondisi alam yang cenderung kering

berbatu-batu serta topografi berbukit, ternak kambing diduga mengalami evolusi

dan beradaptasi dengan lingkungan pulau Samosir sehingga membentuk kambing

spesifik lokasi yang disebut kambing Samosir atau kambing Batak oleh penduduk

setempat (Dolok Saribu et al., 2006).

Bobot badan kambing Samosir lebih besar dari pada kambing Marica, atau

hampir sama besarnya dengan kambing Kacang, tetapi ciri khas yang paling

menonjol adalah warna bulu putihnya sangat dominan. Warna tanduk dan

kukunya juga agak keputihan. Kambing Samosir bisa menyesuaikan diri dengan

kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau

biasanya rumput sangat sulit dijumpai dan kering. Ternyata kambing ini dapat

beradaptasi dan berkembang biak dengan baik, pada kondisi pulau Samosir yang

(8)

Gambar 3. Kambing Samosir

Korelasi Kraniometrik dan Pengukuran Bentuk Tubuh

Ukuran tubuh dengan komponen-komponen tubuh lain merupakan

keseimbangan biologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menduga gambaran

bentuk tubuh sebagai penciri khas suatu bangsa ternak tertentu. Penampilan

seekor hewan merupakan hasil proses pertumbuhan yang berkesinambungan

selama hewan hidup. Setiap bagian tubuh tersebut mempunyai kecepatan

pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda. Untuk mengetahui dan

menentukan domba yang mempunyai produktivitas tinggi, ukuran tubuh berperan

penting dan untuk mengetahui pendugaan jarak genetik dapat dilakukan

pengukuran-pengukuran pada tulang ternak (Ilham, 2012).

Penampilan individu yang nampak dari luar disebut sebagai fenotipik

yang dapat dibedakan menjadi sifat kuantitatif dan kualitatif. Karakter

kuantitatif adalah ciri-ciri dari mahkluk hidup yang dapat diukur, dihitung atau

diskor misalnya ukuran-ukuran tubuh. Karakter ini ditentukan oleh banyak pasang

(9)

Karakteristik sifat morfologi (ukuran-ukuran tubuh) dan sifat produksi bisa

dijadikan standar untuk menilai produktivitas ternak kambing. Dimana ukuran–

ukuran tubuh dapat memberikan gambaran eksterior seekor ternak dan membantu

menentukan bobot hidup serta dijadikan pedoman dasar seleksi dalam program

pemuliaan ternak (Syawal, 2010).

Skeletal termasuk bentuk tengkorak merupakan heritabilitas tertinggi dari

semua sifat-sifat kuantitatif. Oleh karena itu, penerapan yang sesuai analisis

statistik untuk pengukuran kerangka dapat digunakan untuk mengidentifikasi

suatu spesies hewan dan memperkirakan kedekatan hubungan antara strain yang

berbeda (Suryani et al., 2013).

Variasi morfologi terutama terhadap ukuran tubuh dipengaruhi faktor

lingkungan (misalnya ketersediaan makanan dan umur), sedangkan perbedaan

dalam bentuk kranium lebih berhubungan dengan faktor genetik (Hamdani, 2005).

Hasil penelitian Batubara (2011) mengkarakterkan morfologi kambing

spesifik lokal Samosir (putih) dengan mengamati parameter panjang badan, tinggi

pundak, tinggi pinggul, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, panjang tanduk,

panjang telinga, lebar telinga, tipe telinga, panjang ekor, garis muka dan bobot

badan. Namun, pada penelitian ini lebih bersifat morfometriknya saja yang

diukur.

Kranium adalah bagian skleton yang membentuk kerangka dasar kepala.

Kranium ini mempuyai fungsi sebagai pelindung otak, penyokong berbagai

organ sensum dan membentuk awal saluran sistema digestoria dan sistema

respiratoria. Kranium sebagian besar dibentuk dari tulang- tulang jenis

(10)

merupakan tulang padat dan dipisahkan oleh lapisan diploe yang merupakan

tulang spongiosa (Gazpers, 1992).

Banyak pengamatan yang menunjukkan adanya perbedaan antar spesies

terutama pada bagian kepala dan ini tergantung variasi pada pars fasialis kranium.

Karakteristik tulang termasuk bentuk tulang kranium sangat berhubungan dengan

sifat-sifat yang diturunkan dari tetuanya. Oleh karena itu analisis statistik terhadap

ukuran-ukuran tulang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu strain atau

bangsa dalam spesies hewan atau ternak dan mengidentifikasi hubungan

kekerabatan di antara strain atau bangsa yang berbeda (Saparto, 2014).

Keragaman Fenotip

Pada dasarnya keragaman fenotip merupakan keragaman yang dapat

diamati disebabkan oleh adanya keragaman genetik dan keragaman lingkungan.

Sumber keragaman lainnya adalah keragaman yang timbul akibat interaksi antar

faktor genetik dengan faktor lingkungan. Keragaman genetik bisa disebabkan oleh

gen-gen aditif dan gen-gen tidak aditif. Aksi gen yang tidak aditif ini bisa

disebabkan oleh aksi gen dominan dan aksi gen epistasis. Jadi secara lengkap

keragaman fenotipik dipengaruhi oleh keragaman aditif, keragaman gen dominan,

keragaman interaksi genetik dan lingkungan, keragaman lingkungan (faktor iklim,

cuaca, makanan, penyakit dan sistem manajemen) dan gen epistasis. Keragaman

dalam populasi dibedakan keragaman fenotipik dan keragaman genetik

(11)

Metode Analisis Karakterisasi

Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi

sifat-sifat penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari rumpun

yang bersangkutan, karakterisasi merupakan langkah penting yang harus

ditempuh apabila akan melakukan pengelolaan sumber daya genetik secara baik

(Chamdi, 2005).

Karakterisasi dapat dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Sifat

kuantitatif adalah sifat-sifat produksi dan reproduksi atau sifat yang dapat diukur.

Ekspresi sifat ini ditentukan oleh banyak pasangan gen dan dipengaruhi oleh

lingkungan, baik internal (umur dan seks) maupun eksternal (iklim, pakan,

penyakit dan pengelolaan) (Noor, 1995).

Ukuran-ukuran tubuh sering dipakai secara rutin sebagai parameter

pengganti dalam menduga bobot hidup ternak, sedangkan analisis keragaman dan

korelasi banyak digunakan dalam mengkarakterisasi hubungan sifat-sifat fenotip

dan genetik (Sibagariang, 2015).

Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan merupakan salah satu metode yang digunakan

dalam analisis multivariate dengan metode dependensi (dimana hubungan antar

variabel sudah bisa dibedakan mana variabel bebas mana variable terikat).

Analisis diskriminan digunakan pada kasus dimana variable bebas berupa data

metrik (interval) dan variabel terikat berupa data non metrik. Analisis diskriminan

adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui variable mana

(12)

Analisis diskriminan juga dapat digunakan untuk mengklasifikasikan data

berdasarkan perbedaan karakteristik data tersebut (Rizal, 2013).

Populasi data yang digunakan diketahui dengan jelas dan tiap-tiap individu

merupakan bagian dari salah satu populasi tersebut. Analisis diskriminan sering

juga disebut diskriminan linier sesuai dengan metode fisher dan analisis kanonikal

(Wiley, 1981).

Analisis diskriminan dapat dipergunakan untuk memperoleh jarak

Mahalanobis (D2) antar kelompok dan mengetahui variabel-variabel penciri yang

membedakan kelompok-kelompok populasi yang ada. Analisis diskriminan

juga dapat digunakan sebagai kriteria penyebaran berdasarkan perhitungan

statistik terhadap kelompok yang telah diketahui dengan jelas penyebarannya

(Ginting dan Mahmilia, 2008).

Analisis Kanonikal

Analisis korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistik, yang

digunakan untuk melihat hubungan antara segugus variabel dependen (Y1, Y2, …,

Yp) dengan segugus variabel independen (X1, X2, …, Xq). Analisis ini dapat

mengukur tingkat keeratan hubungan antara segugus variabel dependen dengan

segugus variabel independen. Disamping itu, analisis korelasi kanonik juga

mampu menguraikan struktur hubungan di dalam gugus variabel independen.

Analisis korelasi kanonik berfokus pada korelasi antara kombinasi linear dari

gugus variabel dependen dengan kombinasi linear dari gugus variabel independen.

Ide utama dari analisis ini adalah mencari pasangan dari kombinasi linear yang

memiliki korelasi terbesar. Pasangan dari kombinasi linear ini disebut fungsi

(13)

Analisis kanonikal dilakukan untuk menentukan peta penyebaran dan

nilai kesamaan dan campuran didalam dan diantara kelompok ternak

(Herrera, et al., 1996).

Analisis ini juga dipakai untuk menentukan beberapa peubah dari ukuran

fenotipik yang memiliki pengaruh kuat terhadap penyebab terjadinya penyebaran

ternak atau pembeda kelompok (Gunawan dan Sumantri, 2008).

Analisi Komponen Utama (AKU)

Principal Component Analysis (PCA/AKU) merupakan analisis

multivariat yang digunakan untuk mereduksi dimensi data berukuran besar dan

saling berkorelasi menjadi dimensi kecil dan tidak saling berkorelasi. Namun

walaupun dimensi data menjadi lebih kecil, tidak akan banyak informasi yang

hilang karena keragaman tetap dipertahankan minimum 80% (Pradeni, 2012).

Analisis komponen utama sering kali dilakukan tidak saja merupakan

akhir dari suatu pekerjaan pengolahan data tetapi juga merupakan tahap (langkah)

antara dalam kebanyakan penelitian yang bersifat lebih besar (luas). Analisis

komponen utama merupakan tahap antara karena komponen utama dipergunakan

sebagai input dalam membangun analisis regresi, demikian pula dalam analisis

gerombol (cluster analysis) (Simanjuntak et al., 2009).

Akar ciri atau ragam merupakan hasil perkalian antara jumlah variabel

yang diamati dan nilai keragaman total pada AKU yang diturunkan berdasarkan

matriks kovarian. Akar ciri atau ragam ini dinyatakan sebagai nilai eigen. Nilai

eigen menunjukkan keragaman total yang sebenarnya. Keragaman total dijadikan

sebagai indikasi untuk menentukan persamaan yang mewakili banyak persamaan

(14)

nilai eigen komponen utama ke-i dan banyak variabel yang diamati. Keragaman

total tertinggi digunakan untuk menentukan proporsi keragaman terbesar diantara

komponen-komponen utama yang diperoleh. Vektor eigen memperlihatkan

kontribusi dari variabel-variabel tertentu sebagai faktor pembeda ukuran-ukuran

tubuh maupun bentuk tubuh. Vektor eigen tertinggi merupakan penciri pada

ukuran maupun bentuk tubuh (Prasetia, 2011).

Jarak Genetik

Jarak genetik adalah statistika yang menyimpulkan sejumlah perbedaan

genetik yang diamati antar populasi atau spesies yang diamati

(Freeman dan Herron, 2004).

Jarak genetik adalah tingkat perbedaan genomik antar populasi atau

spesies yang diukur oleh beberapa kuantitas numerik. Parameter-parameter

genetik yang digunakan untuk mengukur jarak antar populasi dapat digunakan

untuk menggambarkan jarak genetik antar populasi tersebut. Pengukuran jarak

untuk karakter kuantitatif yang paling sering digunakan adalah statistik

Mahalanobis (D2) (Nei, 1987).

Nei (1987) menyatakan bahwa pengukuran paling sederhana dari jarak

genetik diberi nama jarak genetik minimum (Dm) dan dimaksudkan untuk

mengukur jumlah minimum dari perbedaan kodon per lokus. Perbedaan

antar jarak genetik minimum (Dm), jarak genetik standar (D), dan jarak genetik

maksimum (D’) pada ras lokal dalam satu spesies pada umumnya sangat kecil

dan dari semua pengukuran tersebut terdapat penyelesaian yang sama tentang

diferensiasi genetik dari populasi. Pengujian jarak standar dapat dilakukan dengan

(15)

data tersebut. Analisis pada tingkat DNA seperti analisis polimorfisme protein

darah akan memberikan hasil yang lebih akurat untuk menentukan jarak genetik.

Pohon Filogenik

Kata Filogenetik (Phyolgenetics) berasal dari bahasa Yunani, phyle dan

phylon yang berarti suku dan ras, serta kata genetikos yang berarti kerabat dari

kelahiran. Filogenetik merupkan sebuah ilmu yang mempelajari mengenai

bagaimana keterhubungan organisme satu dan yang lainnya dilihat dari nenek

moyang terakhir yang dimilki bersama. Dimana pada nenek moyang tersebut

terdapat sebuah sifat khusus baik secara morfologi ataupun molekular yang masih

dimiliki oleh dua atau lebih organisme tersebut. Lalu saat diturunkan dari nenek

moyang tersebut terdapat sifat-sifat yang hilang ataupun tidak menurun pada

beberapa oganisme sehingga menyebabkan terpisahnya organisme tersebut dari

satu organisme, karena sudah merupakan organisme yang berbeda satu dan

lainnya (Mirabella, 2012).

Filogenetik merupakan ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan evolusi

yang terjadi dalam sebuah grup makhluk hidup di dalam bumi. Keterkaitan

evolusi tersebut berupa hubungan siapa nenek moyang terakhir yang dimiliki dua

atau lebih organisme. Hubungan keterkaitan evolusi ini dapat diinterpretasikan

dengan lebih sederhana melalui penggambaran dalam pohon. Pohon berakar dan

pohon tidak berakar merupakan sebuah dasar dari pembuatan pohon Filogenetik.

Pohon Filogenetik merupakan dasar rekonstruksi dari pohon kehidupan (The Tree

of Life) yang sampai sekarang masih dalam penelitian lebih lanjut oleh para

(16)

Pohon filogenik menggambarkan hubungan silsilah antar orgnisme atau

populasi dalam sebuah diagram. Pohon filogenik menyajikan gambar yang

mewakili aliran evolusi dari spesies atau individu yang lebih dahulu sampai

spesies atau populasi yang terbaru. Pohon filogenik pada awalnya hanya

menggambarkan hubungan spesies dan taxa atau kumpulan kelompok organisme

yang lebih besar dengan menggunakan garis untuk mewakili spesifikasi yang

terjadi, dendogram dan clandogram merupakan pohon filogenetik yang

seluruhnya menggambarkan hubungan evolusioner spesies atau populasi,

menyatakan bahwa dendogram adalah diagram bercabang yang memuat hubungan

antar spesies atau populasi berdasarkan pada beberapa criteria tertentu (Wiley,

1981).

Clandogram merupakan pohon evolusi yang dibuat dengan menyertakan

pengaruh-pengaruh synapomorphies atau pemisahan spesies (populasi) karena

terjadinya perubahan-perubahan sifat-sifat awal (Freeman dan Herron, 2004).

Perubahan-perubahan tersebut dapat terjadi karena mutasi, seleksi dan

genetik drift. Clandogram sebagai pohon filogenetik yang dirancang sesuai

dengan peristiwa sejarah yang terjadi terhadap spesies atau populasi tersebut

(Wiley, 1981).

Metode yang umum digunakan untuk merancang pohon filogenetik adalah

dengan menggunakan matriks jarak genetik dan maksimum parsimony methods.

Kontruksi pohon filogenetik dengan metode matriks jarak genetik dapat dilakukan

dengan lebih sebab jarak genetik dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan

(17)

terbatas penggunaanya dalam kontruksi pohon filogenetik sebab menggunakan

data sekuen asam amino atau nukleotida (Nei, 1987).

Ridley (1991) menyatakan bahwa terdapat dua statistik jarak filogeni

yaitu jarak ciri terdekat dari jarak ciri rata-rata. Jarak rata-rata terdekat secara

berurutan akan membentuk kelompok dengan menggabungkan sub-kelompok

yang memiliki ciri rata-rata akan membentuk sub-kelompok dengan jarak

terdekat rata-rata.

Alat Ukur

Tingkat reliabilitas alat pengumpul data hanya dapat dilakukan dengan

perhitungan korelasi dan data untuk perhitungan dapat diperoleh dari hasil uji

coba pada sejumlah individu di luar sampel tetapi berasal dari populasi yang sama

(Nawawi, 2008).

Suatu alat ukur dikatakan memiliki keterandalan (reliabilitas tinggi) atau

dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap dalam pengertian bahwa hasil yang

diperoleh dengan penerapan alat tersebut tidak berbeda jauh dengan bobot hidup

yang sesungguhnya. Untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur disebut

mantap, maka perlu diketahui indeks atau koefisien reliabilitasnya. Indeks

reliabilitas yang lebih rendah dari pada 0.9 menunjukkan reliabilitas yang kurang

Gambar

Gambar 1. Kambing Kacang
Gambar 3. Kambing Samosir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Arboretum Universitas Riau, diketahui 5 spesies dengan cadangan karbon dan kemampuan serapan CO2 tertinggi yaitu

Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai

Besides, in learning this topic, media is highly needed to help the students understand and comprehend the materials given.. While the media used in the current

Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) Terhadap Harga Saham pada

Pada wilayah konflik seharusnya jarak pilar yang rapat (misal setiap 0.5 km) akan menjadi hal yang baik, karena seolah mengingatkan pada semua pihak bahwa titik batas dan garis

Tempat Ibadat Tri Dharma kelenteng merupakan tempat beribadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa pada umumnya yang di dalamnya terdapat tiga agama yaitu

Ground Control Point (GCP) dan data Digital Elevation Model (DEM) [1]. Ketelitian hasil koreksi geometrik citra sangat bergantung pada jumlah GCP yang dilibatkan dalam

Produk yang ingin saya tawarkan adalah produk Browniess Kentang “Neng Ayu” produk yang dibuat dengan mengolah kentang yang kaya akan protein yang baik bagi tubuh dan