• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perawatan Diri Ibu Nifas untuk Mempercepat Pemulihan Pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perawatan Diri Ibu Nifas untuk Mempercepat Pemulihan Pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal Chapter III VI"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perawatan diri ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Masa nifas

merupakan peristiwa alamiah yang harus diterima oleh ibu setelah melewati

proses persalinan. Pada masa nifasdilakukan perawatan diri untuk mempercepat

pemulihan pada tubuh ibu yang mengalami perubahan. Setiap ibu mempunyai

cara dan variasi berbeda dalam melakukan perawatan diri selama masa nifas.

Perawatan diri ibu nifas menurut teori meliputi perawatan perineum, perawatan

payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi, aktivitas/latihan. Perawatan nifas yang

dilakukan ibu biasanya juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya tempat mereka

berada karena budaya diyakini oleh masyarakat sebagai sesuatu yang harus

(2)

19

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti Perawatan diri ibu nifas

- Perawatan perineum

- Perawatan payudara

- Kebutuhan nutrisi

- Mobilisasi

- Aktivitas/ latihan

Modifikasi praktik perawatan

diri ibu nifas untuk

mempercepat pemulihan

- Jenis perawatan diri

- Cara perawatan diri

Pengaruh aspek sosial budaya

(3)

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Definisi

Operasional

Cara ukur dan

alat ukur Hasil ukur Skalaukur Perawatan

diri ibu nifas

a. Perawatan

Segala sesuatu yang dilakukan oleh ibu nifas dalam merawat dirinya untuk mempercepat pemulihan selama masa nifas Perawatan perineum yaitu perawatan yang dilakukan ibu nifas pada area simfisis pubis sampai anus selama masa nifas Perawatan payudara dilakukan untuk menjaga kebersihan payudara, memperlancar pengeluaran ASI serta untuk mengurangi pembengkakan payudara selama masa nifas Upaya pemenuhan nutrisi yang cukup pada ibu nifas dapat mempercepat pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan

Upaya ibu dalam melakukan pergerakan tubuh sedini

mungkin untuk mempertahankan fungsi

fisiologis tubuh setelah melahirkan

Aktivitas /latihan fisik dilakukan ibu nifas secara bertahap selama masa nifas yang bertujuan untuk memulihkan kembali kebugaran dan kondisi tubuh

ibu

Kuesioner - Jenis perawatan

- Cara perawatan

- Modifikasi

perawatan nifas

(4)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif karena bertujuan untuk

mengidentifikasi bagaimana perawatan diri ibu nifasuntuk mempercepat

pemulihan pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.

4.2. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibuyang melahirkan pada

bulan November 2016 - April 2017 di klinik yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Sunggal berjumlah126 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2012).Penentuan besarnya sampel dihitung

menggunakanrumus Slovin.

�= N

1 + N(e)2

n : Besaran sampel

N :Besaran populasi

(5)

� = 126 1 + 126(0,1)2

� = 126

1 + 126(0.01)

� = 126

2,26= 55,75

� = 56

Jadi,sampel minimal dalam penelitian ini adalah 56 orang.

4.2.3. Tehnik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalahnon probabilitysampling dengan pendekatan purposive samplingyaituteknik

sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau

sifat-sifat populasiyang sudah diketahui dan memiliki karakteristik yang

spesifik.Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga memilih tehnik

purposive sampling dalam penelitian ini. Namun untuk hasil yang lebih baik

sebaiknya menggunakan tehnik random sampling.Sampel yang diambil dari

populasi adalah ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi sabagai berikut.

a. Melahirkan secara normal (pervaginam)

b. Ibu yang sudah melewati masa nifas 40 hari sampai 6 bulan.

c. Bersedia menjadi responden

(6)

23

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitianmerupakan komponen yang penting dalam mendukung

terlaksananya penelitian dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian itu sendiri.Lokasi penelitian inidilakukandi Wilayah Kerja Puskesmas

Medan Sunggal.Alasan peneliti memilih meneliti di lokasi tersebut karenaWilayah

Kerja Puskesmas Medan Sunggal merupakan salah satu lokasi dengan angka

kelahiran yang cukup tinggi.

4.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian inidilaksanakanpada tanggal 19 April-29 Mei2017.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian inidilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari program

StudiFakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan melakukan

permohonan izinpenelitian di Puskesmas Medan Sunggal.Penelitian ini dilakukan

dengan memperhatikan etika yang ditujukan untuk melindungi hak-hak subjektif

untuk menjamin kerahasiaan identitas responden.Sebelum penelitiandilaksanakan,

peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian menjelaskan maksud dan

tujuan dengan jelas serta mudah dipahami kepada responden. Setelah itu peneliti

akan menyerahkan lembar persetujuan penelitian kepada responden. Jika

responden bersedia,maka responden menandatangani lembar persetujuan

(7)

4.5. Instrument Penelitian

Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner Yang

terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi responden yang meliputi

umur, tanggal/bulan persalinan, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan ibu

dan jumlah anak. Kedua, kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan diri

seperti perawatan perineum, perawatan payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi

dan aktivitas/latihan.Kuesioner ini akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas

sebagai syarat penggunaan kuesioner baru karena pertanyaandalam kuesioner

dibuat sendiri oleh peneliti.

4.6. Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan suatu instrument yang digunakan dalam pengumpulan

data.Instrumen yang divalidasi dalam penelitian ini adalah perawatan diri ibu nifas

untuk mempercepat pemulihan pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan

Sunggal.Uji validitas dilakukan secara content validity yaitu validitas yang

merujuk sejauh mana sebuah instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan

sesuai isi yang dikehendaki (Setiadi, 2013).Penelitian dinyatakan valid jika nilai

Content Validity Index sama dengan 0,86 sampai 1,00 (Polit & Beck,

2012).Instrumen pada penelitian ini sudah dikonsultasikan kepada kepala ruangan

maternitas yang bertugas di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Hasil uji

validitas mempunyai nilai Content Validity Index sebesar 1,00, sehingga

(8)

25

4.6.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan seberapa besar derajat

atau kemampuan alat ukur secara konsisten terhadapobjek yang akan diukur pada

kelompok yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Instrumen penelitian perawatan nifas

menggunakan metode KR-20. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan

nilai 0,70 namun nilai 0,80 atau lebih merupakan nilai yang sangat diinginkan

(Polit & Beck, 2012). Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian

ini mempunyai nilai sebesar 0,75 sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat

dinyatakan sudah reliabel.

4.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan datadilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi

pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari

lokasi penelitian yaitu di Puskesmas Medan Sunggal.Sebelum melakukan

penelitian, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan pihak Puskesmas Medan

Sunggal tentang penelitian yang akan dilakukan terutama terkait pengambilan data

ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut. Namun, Puskesmas Medan

Sunggal tidak melayani persalinan sehingga pihak puskesmas menyarankan untuk

mengambil data ibu melahirkan di beberapa klinik yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Sunggal. Klinik yang di tunjuk oleh Puskesmas adalah Klinik

Diana, Klinik Mariani dan Klinik Junita. Oleh karena itu, data keberadaan ibu

yang melahirkan dari bulan November sampai April di dapat dari klinik tersebut.

(9)

pengumpulan data penelitian dengan mendatangi rumah calon responden.

Penelitimemperkenalkan diri dan menjelaskan tentang maksud sertatujuan

penelitian dan meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian.

Setelah responden menyetujuinya, peneliti memberikan kuesioner kepada

responden.Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa

kelengkapannya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa data.

4.7. Pengolahan Data dan Analisa Data

4.7.1. Pengolahan Data

Proses pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu memeriksa

kelengkapan data yang diperoleh (editing), kemudian data yang telah lengkap

diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti memasukkan kedalam tabel.

Hasil pengelompokan data kemudian dimasukkan kedalam tabel (tabulating)

sesuai dengan kategori dengan menggunakan komputerisasi kemudian didapatkan

hasil analisa data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

4.7.2. Analisa Data

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis

univarat yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).Analisis univariat

dalam penelitian ini adalah data demografi dan perawatan nifas yang bertujuan

untuk mendapatkan gambaran tentang jenis, cara danmodifikasi perawatan nifas

(10)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan terkait

perawatan diri ibu nifas untuk mempercepat pemulihan pascasalin yang meliputi

perawatan perineum, perawatan payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi dan

aktivitas. Selain itu, perawatan nifas dalam penelitian ini juga mengekplorasi

perawatan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan ibu nifas di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Sunggal.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19

Aprilsampai 29 Mei 2017.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan

pihak Puskesmas Medan Sunggal tentang penelitian yang akan dilakukan terutama

terkait pengambilan data ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut. Namun,

Puskesmas Medan Sunggal tidak melayani persalinan sehingga pihak puskesmas

menyarankan untuk mengambil data ibu melahirkan di beberapa klinik yang

berada di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Klinik yang di tunjuk oleh

Puskesmas adalah Klinik Diana, Klinik Mariani dan Klinik Junita. Oleh karena

itu, data keberadaan ibu yang melahirkan dari bulan November sampai April di

dapat dari klinik tersebut. Pada saat proses penelitian berlangsung, terdapat

beberapa alamat responden yang kurang jelas sehingga hal tersebut menjadi

(11)

5.1.1. Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang

sudah melewati masa nifas 40 hari sampai 6 bulan yang keseluruhan jumlahnya

adalah 56 orang.Karakteristik responden meliputi usia, agama, suku, pendidikan

terakhir, pekerjaan ibu dan jumlah anak.

Tabel 5.1. Data Demografi Ibu Postpatum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan

Sunggal (n=56)

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) Usia

(12)

29

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia responden ibu nifas di Wilayah

Kerja Puskesmas Medan Sunggal dengan kelompok usia terbanyak berada pada

rentang 20 – 29 tahun sebanyak 42 orang (75,0%).Agama mayoritas responden

menganut agama Islam sebanyak 54 orang (96,4%). Suku mayoritas responden

bersuku Jawa sebanyak 29 orang (51,8%) dan tingkat pendidikan terakhir

mayoritas responden yaitu SMA sebanyak 35 orang (62,5%). Pekerjaan ibu paling

banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 53 orang (94,6%) dan selebihnya

sebagai karyawan. Sedangkan paritas (kelahiran) paling banyak adalah kelahiran

anak kedua sebanyak 33 orang (58,9%), sisanya jumlah kelahiran anak ke 3 yang

paling sedikit sebanyak 10 responden (17,9%) dan kelahiran anak pertama

sebanyak 13 responden (23,2%). Informasi lengkap tentang karakteristik

responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

5.1.2. Praktik Perawatan Nifas oleh Ibu Postpartum

Dari 56 responden dalam penelitian ini melakukan sebagian jenis

perawatan nifas seperti perawatan perineum, perawatan payudara, pemenuhan

asupan nutrisi, mobilisasi dan modifikasi perawatan nifas.Namun, terdapat dua

jenis perawatan yang tidak dilakukan oleh seluruh responden yaitu latihan kegel

(kegel excersise) dan senam nifas.Hal ini tidak dilakukan karena responden belum

mengetahui dan mengenal tenteng jenis perawatan tersebut.

5.1.2.1.Perawatan Perineum

Berikut pemaparan terkait praktik perawatan perineum yang dilakukan ibu

(13)

Tabel 5.2. Praktik Perawatan Perineum Ibu Postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Sunggal (n=56)

Jenis Perawatan Frekuensi

dan Persentase Keterangan

Pemberian obat-obatan pada luka perineum

Mengganti pembalut pada awal masa nifas

(4 kali/hari)

Memakai larutan

antiseptik untuk membilas area genitalia

Melakukan pembilasan dari simpisis pubis kearah anus

Perawatan khusus pada perineum untuk

mempercepat pemulihan pada area genitalia

38 (67,9%)

28(50,0%)

13 (23,2%)

56 (100%)

5(8,9%)

Jumlah ibu yang memiliki luka perineum sebanyak 42 orang. 38 diantaranya memberikan obat-obatan pada luka perineum menggunakan salep dan betadin sedangkan sisanya (n=4) tidak memberikan obat-obatan pada luka perineum.

Pembalut diganti 4 kali sehari pada awal masa nifas sebanyak 28 orang selebihnya mengganti pembalut 3 kali sehari sebanyak 18 orang dan sebanyak 10 orang mengganti pembalut 5 kali sehari.

Larutan antiseptik yang digunakan yaitu antiseptik kemasan botol dan daun sirih.

Pembilasan area genitaldilakukan dari simpisis

pubis kearah anus.

Perawatan khusus pada perineum dilakukan dengan cara menduduki batu hangatuntuk merapatkan kembali vagina setelah melahirkan.

Dari 56orang responden, yang mempunyai luka perineum sebanyak 42

orang (75,0%) dan 38 orang (67,9%) diantaranya memberi obat-obatan pada luka

(14)

31

melakukan pembilasan dari simpisis pubis kearah anus dan 13 orang (23,2%)

diantaranya menggunakan larutan antiseptik untuk mencegah infeksi pada

perineum. Responden yang mengganti pembalut 4 kali sehari sebanyak 28 orang

(50,0%) pada awal masa nifas dan yang melakukanperawatan khusus pada

perineum sebanyak 5 orang (8,9%).

5.1.2.2.Perawatan Payudara

Berikut ini gambaran perawatan payudara yang dilakukan oleh ibu

postpartum pada saat menyusui.

Table 5.3. Praktik Perawatan Payudara Ibu Postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Sunggal (n=56)

Jenis Perawatan Frekuensi

danPersentase Keterangan

Perawatan saat payudara bengkak

55 (98,2%) Ibu mengatasi pembengkakan dengan cara memberikan ASI sesering mungkin kepada bayi (n=55) dan sebagian (n=7) melakukan kompres hangat agar bengkak berkurang dan satu orang ibu tidak mengalami pembengkakan payudara.

Melakukan pemijatan payudara

10 (17,9%) Ibu melakukan pemijatan pada payudara dengan cara gerakan melingkar dan selebihnya (n=46) tidak melakukan pemijatan payudara.

Membersihkan payudara setiap kali ingin menyusui

(15)

Makanan khusus untuk meningkatkan produksi ASI

56 (100%) Makanan khusus seperti daun katuk (n=56) dan jantung pisang(n=31) dikonsumsi responden untuk meningkatkan produksi ASI dan terdapat satu

orangresponden yang mengkonsumsi air nira untuk

memperbanyak produksi ASI.

Perawatan khusus pada payudara selama masa nifas

3 (5,4%) Terdapat 2 orang ibu mengalami masalah pada puting (lecet). perawatan yang dilakukan saat mengalami puting lecet yaitu dengan mengoleskan minyak sayur/zaitun pada puting. Satu

orang lainnyamelakukan perawatan khusus yaitu menggunakan sisir yang digosokkan pada payudara untuk mengurangi bengkak.

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa 55 orang (98,2%) pernah

mengalami bengkak pada payudara selama menyusui sedangkan 1 orang tidak

menyusui bayi karena ASI tidak banyak keluar pada awal masa nifas. Pemijatan

payudara dilakukan oleh 10 orang (17,9%) dan yang rutin membersihkan

payudara setiap kali ingin menyusui sebanyak 9 orang (16,1%) sedangkan yang

melakukan kompres hangat jika payudara bengkak hanya 7 orang (12,5%).Semua

ibu postpartum dalam penelitian ini mengkonsumsi makanan khusus untuk

memperlancar ASI dan sebanyak 3 orang (5,4%) melakukan perawatan khusus

(16)

33

5.1.2.3.Kebutuhan Nutrisi

Berikut ini pemaparan terkait asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu

postpartum.

Tabel 5.4. Kebutuhan Nutrisi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas

Medan Sunggal (n=56)

Jenis Perawatan Frekuensi dan

Persentase Keterangan

Makan > 3 kali ditambah makanan selingan

56 (100%) Ibu rutin makan makanan pokok ditambah dengan makanan selingan.

Mengkonsumsi makanan berserat

54 (96,4%) Ibu mengkonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran hijau sedangkan 2 orang tidak rutin makan makanan berserat.

Mengkonsumsi vitamin selama masa nifas

Mengkonsumsi susu selama masa nifas

10 (17,9%)

13 (23,2%)

Ibu mengkonsumsi pil yang didapatkan dari petugas kesehatan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah melahirkan.

Selain makanan berserat dan mengkonsumsi vitamin, ibu juga minum susu untuk memperbanyak ASI.

Dari tabel diatas diketahui bahwa semua ibu makan lebih dari tiga kali

sehari ditambah dengan selingan dan 54 orang diantaranya (96,4%)

mengkonsumsi makanan berserat sedangkan ibu yang mengkonsumsi susu

(17)

5.1.2.4. Mobilisasi

Berikut ini merupakan gambaran terkait mobilisasi dan aktivitas yang

dilakukan oleh ibu setelah melahirkan.

Tabel 5.5. Mobilisasi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan

Sunggal (n=56)

Jenis Perawatan Frekuensi dan

Persentase Keterangan

Mobilisasi dini 56 (100%) Ibu sudah dapat miring

kiri-kanan dan duduk delapan jam setelah persalinan.

Waktu mulai beraktifitas setelah melahirkan

28 (50,0%) 28 orang responden

mulai beraktivitas mengerjakan pekerjaan rumah tangga setelah 1 minggu sedangkan lainnya mulai melakukan aktivitas pada hari ke-3, ke-21, ke-30, ke-40 yaitu masing-masing 7, 6, 8 dan 7 orang.

Tabel diatas menunjukkan bahwa semua responden melakukan mobilisasi

dini dan mulai beraktivitas melakukan pekerjaan rumah 7 hari setelah melahirkan

sebanyak 28 orang (50,0%) dan paling sedikit responden melakukan aktivitas

rumah tangga setelah hari ke-21 sebanyak 6 orang (10,7%), pada hari ke-3 7 orang

(12,5%), pada hari ke-30 8 orang (14,3%) dan hari ke-40 7 orang (12,5%).

5.1.3. Aspek Budaya dalam Perawatan Nifas

Berikut ini pemaparan terkait kebiasaan khusus yang dilakukan oleh ibu

(18)

35

Table 5.6. Kebiasaan Khusus yang Dilakukan Ibu Postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Medan Sunggal (n=56)

Jenis Perawatan Frekuensi dan

Persentase Keterangan

Kebiasaan khusus yang dilakukan ibu setelah melahirkan:

Pantangan kebiasaan

56 (100%)

Gurita dililitkan dari mulai bawah payudara sampai ke bagian bawah perut dan digunakan selama 40 hari.

Param merupakan campuran dari tepung beras, kencur, merica, jahe merah, cengkih,

daun-daunan. Ramuan tersebutdilulurkan keseluruh tubuh untuk menghangatkan badan.

Pilis merupakan campuran tepung Beras, kunyit, kapulaga, kayu manis, kapur sirih, dan air jeruk nipis. Ramuan tersebut dipakai dikening langsung setelah melahirkan untuk mencegah mata menjadi rabun.

Jamu dibuat dari campuran parutan kunyit dan asam jawa, lalu direbus kemudian diminum untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah melahirkan.

Kusuk dilakukan untuk mengembalikan kebugaran tubuh ibusetelah melewati proses persalinan yang banyak menghabiskan energi.

(19)

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden melalukan

kebiasaan khusus setelah melahirkan seperti memakai gurita, param, pilis, minum

jamu dan kusuk. Hal tersebut bermanfaat untuk mengembalikan bentuk tubuh

seperti sebelum melahirkan terutama pada bagian perut dan untuk mengembalikan

kebugaran kondisi tubuh sedangkan 4 orang (7,1%) diantaranyamempunyai

kebiasaan pantanganseperti tidak boleh makan ikan, cabai, nangka dan pulut.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Praktik Perawatan Nifas oleh Ibu Postpartum

5.2.1.2. Perawatan Payudara

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden dalam penelitian

ini mempunyai luka perineum sebanyak 42 orang (75,0%) dan 38 (67,9%)

diantaranya menggunakan obat-obatan seperti menggunakan salep dan betadine

untuk mempercepat pengeringan pada luka. Responden mengganti pembalut 4

kali sehari pada awal masa nifas sebanyak 28 orang (50,0%) sedangkan yang

mengganti pembalut 3 kali sehari sebanyak 18 orang dan mengganti pembalut 5

kali sehari sebanyak 10 orang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh dr.

Ogi Dewangga, SpOG bahwa mengganti pembalut yang bersih sebaiknya 4-6 jam

sekali sehari. Jika mengganti pembalut kurang dari 4 kali sehari dapat

mengakibatkanterjadinya kontaminasi bakteri, iritasi, infeksi dan juga dapat

memperlambat penyembuhan pada luka perineum.

Pembilasan dari simpisis pubis sampai ke anus dilakukan oleh seluruh

responden dengan menggunakan air keran biasa dan air hangat. Hal tersebut

(20)

37

bahwa kebersihan perineumyang baik dapat mencegah terjadinya infeksi dengan

cara membersihkan perineum dengan air hangat minimal sekali sehari dan

membersihkan dari simfisis pubis sampai daerah anus.Selain itu, penggunaan

antiseptik juga digunakan sebanyak 13 responden dengan menggunakan antiseptik

kemasan botol dan daun sirih sedangkan sebanyak 43 orang (76,8%) tidak

menggunakan antiseptik.

Antiseptik merupakan agen kimia yang berfungsi mencegah,

memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan

luar kulit tubuh.Jika memakai daun sirih sangat dianjurkan karena daun sirih

memiliki kandungan yang dapat mempercepat penyembuhan luka dan mencegah

terjadinya infeksi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ari Kurniarum di

Surakarta, Responden yang menggunakan daun sirih dan tidak menggunakan daun

sirih terlihat perbedaan, dimana dari 30 responden yang menggunakan daun sirih

setelah 7 hari post partum, terdapat 22 responden (73,3%) yang luka perineumnya

kering dan 8 responden (26,7%) yang masih basah sedangkan pada 30 responden

yang tidak menggunakan daun sirih, setelah 7 hari post partum sebanyak 18

responden (60%) luka perineum masih basah dan 12 responden (40%) luka

perineum kering.Hasil penelitian tersebut didukung oleh Nurita (2012), bahwa

daun sirih terbukti efektif untuk mempercepat pemulihan luka perineum

(episiotomi) setelah melahirkan. Hasil penelitian tersebut didukung juga dengan

penelitian Celly (2010), bahwa ada pengaruh Penggunaan Daun Sirih Terhadap

Percepatan Luka Perineum Ibu Nifas di Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto,

(21)

sirih yang terdiri dari hidroksi chavicol, kavibetol, estragol, eugenol,

metileugenol, karvakrol memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol

biasa. Chavicol adalah salah satu komponen yang terkandung dalam daun sirih

yang dapat berfungsi sebagai antiseptik.

5.2.1.2. Perawatan Payudara

Hasil penelitian diperoleh dari 56 responden hanya 10 orang(17,9%)yang

melakukan pemijatan payudara padahal jika pemijatan dilakukan secara rutin akan

memberikan manfaat yang baik untuk ibu postpartum seperti dapat merangsang

dan meningkatkan produksi ASI, dapat mengurangi sumbatan ASI,

mempertahankan produksi ASI, merangsang peredaran darah pada payudara,

dapat melenturkan dan menguatkan puting (Saryono, 2008). Berdasarkan hasil

penelitian oleh Dwi Utami di Puskesmas Jatinom, bahwa terdapat adanya

pengaruh massage payudara terhadap kelancaran ekskresi ASI pada ibu

postpartum. Dari 31 responden, ekskresi ASI setelah dilakukan massage payudara

sebanyak 27 responden (87,1%) didapatkan ekskresi ASI nya lancar sedangkan

sebanyak 4 responden (12,9%) ekskresi ASI nya tidak lancar.

Pada saat proses menyusui hampir semua responden dalam penelitian ini

mengalami bengkak payudara yaitu 55 orang (98,2%) dan cara responden

mengatasi pembengkakan tersebut yaitudengan memberikan ASI sesering

mungkin kepada bayisedangkan 7 orang (12,5%) diantaranya mengatasinya

dengancara mengompres payudara menggunakan kain yang telah dibasahi air

(22)

39

Perawatan lain yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini yaitu

sebanyak 2 respondensuku mandailing memberikan minyak sayur ataupun minyak

zaitun pada saat mengalami puting lecet dan salah satu responden suku melayu

mengosokkan sisir ke payudara untuk mengurangi pembengkakan. Hal ini

dilakukan responden karena perawatan tersebut merupakan perawatan yang sudah

turun temurun dilakukan oleh keluarga.

5.2.1.3. Kebutuhan Nutrisi

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas mengkonsumsi makanan

berserat sebanyak 54 orang (96,4%)sedangkan responden yang mengkonsumsi pil

dan susu masing-masing hanya 10 orang (17,9%) dan 13 orang (23,2%) dari 56

responden. Asupan nutrisi pada ibu postpartum sebaiknya terpenuhi karena

setelah melahirkan ibu membutuhkan gizi yang cukup untuk memulihkan kondisi

tubuh, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan produksi ASI yang

berkualitas.

Dalam penelitian ini juga menunjukkan sebanyak 56 (100%) responden

mengkonsumsi makanan khusus yaitu daun katuk.Daun katuk memiliki

kandungan nutrisi yang cukup lengkap yaitu kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, K,

protein, serat, zat besi, kalium dan magnesium.

Responden dalam penelitian ini yang mengkonsumsi jantung pisang

sebanyak 31 orang (55,4%). Jantung pisang mengandung laktagogum yang

memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin seperti

alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid yang paling efektif dalam meningkatkan dan

(23)

memproduksi ASI, ketika bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi rangsangan

neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke

hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini

akanmengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada

kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan

ASI (Murtiana, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ely Tjahjanidi

puskesmas Gundi Surabaya, sebanyak 15 orang ibu nifas mengalami pengeluaran

ASI yang tidak lancar sebelum mengkonsumsi jantung pisang, namun hampir

seluruhnya dari responden 12 (80%) ibu nifas mengalami peningkatan produksi

ASI dan pengeluaran ASI menjadi lancarsetelahmengkonsumsi jantung pisang.

Hasil penelitian tersebut didukung penelitian oleh Elly Wahyuni di wilayah

puskesmas Srikuncoro, Bengkulu (2012) bahwa adanya peningkatan produksi ASI

pada ibu menyusui yang diberi jantung pisang selama 7 hari berturut-turut. Selain

mengkonsumsi sayuran diatas, salah satu responden mengkonsumsi minuman

khusus yaitu air nira sebanyak 2 botol berukuran 500ml pada awal masa nifas

yang diyakini dapat memperbanyak volume ASI.

5.2.1.4. Mobilisasi dan Aktivitas

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua reponden melakukan

mobilisasi dini setelah delapan jam persalinan seperti miring kiri-kanan. Pada hari

kedua ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga ibu sudah dapat jalan-jalan tetapi

jangan melakukan mobilisasi yang terlalu berat karena akan membebani kerja

jantung ibu. Mobilisasi membantu untuk mencegah terjadinya thrombosis dan

(24)

41

Mayoritas responden dalam penelitian ini mulai beraktivitas 7 hari setelah

melahirkan sebanyak 28 orang sedangkan yang memulai aktivitas pada hari ke-3,

hari ke-21, Hari ke-30, Hari ke-40 masing-masing sebanyak 7 orang (12,5%), 6

orang (10,7%), 8 orang (14,3%) dan 7 orang (12,5%).

5.2.2. Aspek Budaya dalam Perawatan Nifas

Dari hasil data demografi dapat dilihat bahwa mayoritas ibu nifasbersuku

Jawa yaitu sebanyak 29 responden (51,8%). Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Sugita (2016), di Desa Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten

Klaten, masyarakat suku jawa mempunyai kebiasaan tertentu dalam penyembuhan

dan mempunyai persepsi tertentu tentang sehat sakit terkait budaya seperti

memakai gurita, param, pilis, minum jamu dan kusuk.Namun, tidak hanya suku

jawa tetapi responden suku lainnya dalam penelitian ini juga melakukan

kebiasaan-kebiasaan tersebut. Peneliti berasumsi bahwa memakai gurita, param,

pilis, minum jamu dan kusuk tidak hanya dilakukan berdasarkan suku yang dianut

namun juga dapat dipengaruhi lingkungan tempat responden berada.

Hasil penelitian juga diperoleh sebanyak 4 (7,1%) responden mempunyai

kebiasaan pantang makan yaitu tidak boleh makan ikan, cabai, nangka dan pulut.

Pantang makanan merupakan suatu perilaku individu untuk tidak mengkonsumsi

makanan tertentu karena terdapat larangan yang besifat budaya yang diperoleh

secara turun temurun (Momon. S, 2008). Pantang makanan akan berpengaruh

terhadap lambatnya pemulihan kesehatan seperti semula, serta berpengaruh

terhadap produksi air susu ibu (Kardinan, 2008). Berdasarkan penelitian yang

(25)

Pekalongan disebut dengan istilah “ngapiki” yaitumembatasi jumlah makanan dan

minumanseperti ikan, daging, ayam, telur, kol, tauge, nanas, nangka dan

pepayadengan alasan yang beragam.Ikan,daging, telur, ayam dipercaya dapat

menyebabkan gatal pada luka perineum dan tali pusat bayi tidak cepat kering.

Makanan tersebutdipercaya dapat menyebabkan air susu yang diproduksi oleh ibu

terasa amis sehinggabayi muntah.

Dalam penelitian ini juga diperoleh sebanyak 5 (8,9%) orang bersuku

mandailing memiliki perawatan khusus yaitu sebanyak 3 orang menduduki batu

hangat yang dipercayai dapat merapatkan kembali vagina yang sudah melar akibat

dari proses persalinan sedangkan 2 orang diantaranya meletakkan bara api didekat

(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Perawatan mandiri masa nifas yang dilakukan oleh ibu postpartum di

Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal belum maksimal karena masih ada

jenis dan cara perawatan nifas yang tidak dipraktikkan, sementara kondisi

kesehatan fisik ibu postpartum memerlukan praktik perawatan tersebut seperti

latihan kegel dan senam nifas yang seharusnya dilakukan untuk mengembalikan

tonus otot pada area genitalia. Pada sisi lain sebagian besar ibu nifas masih

mempraktikkan perawatan nifas berdasarkan kebiasaan budaya setempat yang

diantaranya tidak perlu dipatuhi karena dapat merugikan kesehatan ibu seperti

melakukan pantangan makan ikan.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi pendidikan kesehatan

Bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas perlu

diberikan pengajaran materi tentang perawatan nifas terkait budaya yang boleh

dilakukan dan tidak boleh dilakukan sehingga perawat dapat memberikan

informasi yang benar bagi ibu postpartum tentang perawatan nifas yang baik dan

(27)

6.2.2. Bagi pelayanan kesehatan

Bagi petugas kesehatan khususnya yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Medan Sunggal agar memberikan pembinaan dan penyuluhan yang

lebih optimal kepada ibu nifas mengenai jenis dan cara perawatan pada masa nifas

khususnya latihan kegel dan senam nifas.

6.2.3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagipenelitiselanjutnya diharapkan mampu mengembangkanpenelitian

mengenai manfaat mengkonsumsi air nirasebagai upaya peningkatan produksi

ASI karena dalam penelitian ini terdapat 1 orang ibu yang mengkonsumsi air nira

untuk meningkatkan produksi ASI.Namun belum diketahui apakah air nira dapat

mempengaruhi produksi ASI tersebut.Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian

selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh mengkonsumsi air nira

Gambar

Tabel 5.1. Data Demografi Ibu Postpatum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Tabel 5.2. Praktik Perawatan Perineum Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Table 5.3.  Praktik Perawatan Payudara Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Tabel 5.4.  Kebutuhan Nutrisi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kemud'in bila d i l i a t rata-rata skor frekuensi konsumsi sumber karbohidrat lainnya yaitu singkong dan umbi lainnya, ternyata skor frekuensi konsumsi singkong juga

1) Dari hasil analisis berdasarkan waktu penyelesaiaan akhir ( makespan ) didapatkan hasil penjadwalan dengan menggunakan metode Nawaz, Enscore and Ham (NEH)

• Fungsi tambahan yang dapat diakomodir yaitu fungsi ekonomi (memanfaatkannya untuk reklame), fungsi ekologis (menanam vegetasi tertentu dalam pot/bak), fungsi arsitektural

Klasifikasi responden berdasarkan usia adalah sebagai berikut: Tabel 7. Dalam penelitian ini, identifikasi kebutuhan pelanggan dilakukan dengan penggunakan

Bangunan (KLB), dihitung dengan membagi total luas lantai bangunan dengan luas lahan proyek pembangunan. • Total luas lantai adalah luasan area kumulatif dari setiap lantai

Financial satisfaction dapat diukur melalui cara pandang seseorang terhadap kepuasan dari income yang diterima, kemampuan mengatasi masalah keuangan, kemampuan

Hasil penelitian tentang Limbah cair penyebab pencemaran lingkunganini dihasilkan oleh air bersih yang telah digunakan untuk berbagai kegiatan menghasilkan limbah

melalui Think-Pair And Share dengan pendekatan scientific dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas VIII MTs Swasta di Kabupaten Blitar dalam