BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konseptual pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perawatan diri ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Masa nifas
merupakan peristiwa alamiah yang harus diterima oleh ibu setelah melewati
proses persalinan. Pada masa nifasdilakukan perawatan diri untuk mempercepat
pemulihan pada tubuh ibu yang mengalami perubahan. Setiap ibu mempunyai
cara dan variasi berbeda dalam melakukan perawatan diri selama masa nifas.
Perawatan diri ibu nifas menurut teori meliputi perawatan perineum, perawatan
payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi, aktivitas/latihan. Perawatan nifas yang
dilakukan ibu biasanya juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya tempat mereka
berada karena budaya diyakini oleh masyarakat sebagai sesuatu yang harus
19
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti Perawatan diri ibu nifas
- Perawatan perineum
- Perawatan payudara
- Kebutuhan nutrisi
- Mobilisasi
- Aktivitas/ latihan
Modifikasi praktik perawatan
diri ibu nifas untuk
mempercepat pemulihan
- Jenis perawatan diri
- Cara perawatan diri
Pengaruh aspek sosial budaya
Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Definisi
Operasional
Cara ukur dan
alat ukur Hasil ukur Skalaukur Perawatan
diri ibu nifas
a. Perawatan
Segala sesuatu yang dilakukan oleh ibu nifas dalam merawat dirinya untuk mempercepat pemulihan selama masa nifas Perawatan perineum yaitu perawatan yang dilakukan ibu nifas pada area simfisis pubis sampai anus selama masa nifas Perawatan payudara dilakukan untuk menjaga kebersihan payudara, memperlancar pengeluaran ASI serta untuk mengurangi pembengkakan payudara selama masa nifas Upaya pemenuhan nutrisi yang cukup pada ibu nifas dapat mempercepat pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan
Upaya ibu dalam melakukan pergerakan tubuh sedini
mungkin untuk mempertahankan fungsi
fisiologis tubuh setelah melahirkan
Aktivitas /latihan fisik dilakukan ibu nifas secara bertahap selama masa nifas yang bertujuan untuk memulihkan kembali kebugaran dan kondisi tubuh
ibu
Kuesioner - Jenis perawatan
- Cara perawatan
- Modifikasi
perawatan nifas
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif karena bertujuan untuk
mengidentifikasi bagaimana perawatan diri ibu nifasuntuk mempercepat
pemulihan pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal.
4.2. Populasi, Sampel dan Tehnik Sampling
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibuyang melahirkan pada
bulan November 2016 - April 2017 di klinik yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal berjumlah126 orang.
4.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2012).Penentuan besarnya sampel dihitung
menggunakanrumus Slovin.
�= N
1 + N(e)2
n : Besaran sampel
N :Besaran populasi
� = 126 1 + 126(0,1)2
� = 126
1 + 126(0.01)
� = 126
2,26= 55,75
� = 56
Jadi,sampel minimal dalam penelitian ini adalah 56 orang.
4.2.3. Tehnik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalahnon probabilitysampling dengan pendekatan purposive samplingyaituteknik
sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu berdasarkan ciri atau
sifat-sifat populasiyang sudah diketahui dan memiliki karakteristik yang
spesifik.Peneliti mempunyai keterbatasan waktu sehingga memilih tehnik
purposive sampling dalam penelitian ini. Namun untuk hasil yang lebih baik
sebaiknya menggunakan tehnik random sampling.Sampel yang diambil dari
populasi adalah ibu nifas yang memenuhi kriteria inklusi sabagai berikut.
a. Melahirkan secara normal (pervaginam)
b. Ibu yang sudah melewati masa nifas 40 hari sampai 6 bulan.
c. Bersedia menjadi responden
23
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitianmerupakan komponen yang penting dalam mendukung
terlaksananya penelitian dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian itu sendiri.Lokasi penelitian inidilakukandi Wilayah Kerja Puskesmas
Medan Sunggal.Alasan peneliti memilih meneliti di lokasi tersebut karenaWilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal merupakan salah satu lokasi dengan angka
kelahiran yang cukup tinggi.
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian inidilaksanakanpada tanggal 19 April-29 Mei2017.
4.4. Pertimbangan Etik
Penelitian inidilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari program
StudiFakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan melakukan
permohonan izinpenelitian di Puskesmas Medan Sunggal.Penelitian ini dilakukan
dengan memperhatikan etika yang ditujukan untuk melindungi hak-hak subjektif
untuk menjamin kerahasiaan identitas responden.Sebelum penelitiandilaksanakan,
peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu kemudian menjelaskan maksud dan
tujuan dengan jelas serta mudah dipahami kepada responden. Setelah itu peneliti
akan menyerahkan lembar persetujuan penelitian kepada responden. Jika
responden bersedia,maka responden menandatangani lembar persetujuan
4.5. Instrument Penelitian
Instrumen yangdigunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner Yang
terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi responden yang meliputi
umur, tanggal/bulan persalinan, agama, suku, pendidikan terakhir, pekerjaan ibu
dan jumlah anak. Kedua, kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perawatan diri
seperti perawatan perineum, perawatan payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi
dan aktivitas/latihan.Kuesioner ini akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas
sebagai syarat penggunaan kuesioner baru karena pertanyaandalam kuesioner
dibuat sendiri oleh peneliti.
4.6. Validitas dan Reliabilitas
4.6.1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument yang digunakan dalam pengumpulan
data.Instrumen yang divalidasi dalam penelitian ini adalah perawatan diri ibu nifas
untuk mempercepat pemulihan pascasalin di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal.Uji validitas dilakukan secara content validity yaitu validitas yang
merujuk sejauh mana sebuah instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan
sesuai isi yang dikehendaki (Setiadi, 2013).Penelitian dinyatakan valid jika nilai
Content Validity Index sama dengan 0,86 sampai 1,00 (Polit & Beck,
2012).Instrumen pada penelitian ini sudah dikonsultasikan kepada kepala ruangan
maternitas yang bertugas di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Hasil uji
validitas mempunyai nilai Content Validity Index sebesar 1,00, sehingga
25
4.6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan seberapa besar derajat
atau kemampuan alat ukur secara konsisten terhadapobjek yang akan diukur pada
kelompok yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Instrumen penelitian perawatan nifas
menggunakan metode KR-20. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan
nilai 0,70 namun nilai 0,80 atau lebih merupakan nilai yang sangat diinginkan
(Polit & Beck, 2012). Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian
ini mempunyai nilai sebesar 0,75 sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat
dinyatakan sudah reliabel.
4.7. Pengumpulan Data
Pengumpulan datadilakukan setelah peneliti menerima surat dari institusi
pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan surat izin dari
lokasi penelitian yaitu di Puskesmas Medan Sunggal.Sebelum melakukan
penelitian, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan pihak Puskesmas Medan
Sunggal tentang penelitian yang akan dilakukan terutama terkait pengambilan data
ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut. Namun, Puskesmas Medan
Sunggal tidak melayani persalinan sehingga pihak puskesmas menyarankan untuk
mengambil data ibu melahirkan di beberapa klinik yang berada di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal. Klinik yang di tunjuk oleh Puskesmas adalah Klinik
Diana, Klinik Mariani dan Klinik Junita. Oleh karena itu, data keberadaan ibu
yang melahirkan dari bulan November sampai April di dapat dari klinik tersebut.
pengumpulan data penelitian dengan mendatangi rumah calon responden.
Penelitimemperkenalkan diri dan menjelaskan tentang maksud sertatujuan
penelitian dan meminta kesediaan calon responden untuk mengikuti penelitian.
Setelah responden menyetujuinya, peneliti memberikan kuesioner kepada
responden.Kuesioner yang telah diisi, kemudian dikumpulkan dan diperiksa
kelengkapannya oleh peneliti kemudian dilakukan analisa data.
4.7. Pengolahan Data dan Analisa Data
4.7.1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu memeriksa
kelengkapan data yang diperoleh (editing), kemudian data yang telah lengkap
diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti memasukkan kedalam tabel.
Hasil pengelompokan data kemudian dimasukkan kedalam tabel (tabulating)
sesuai dengan kategori dengan menggunakan komputerisasi kemudian didapatkan
hasil analisa data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
4.7.2. Analisa Data
Data yang sudah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis
univarat yaitu analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).Analisis univariat
dalam penelitian ini adalah data demografi dan perawatan nifas yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran tentang jenis, cara danmodifikasi perawatan nifas
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Bab ini akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan terkait
perawatan diri ibu nifas untuk mempercepat pemulihan pascasalin yang meliputi
perawatan perineum, perawatan payudara, kebutuhan nutrisi, mobilisasi dan
aktivitas. Selain itu, perawatan nifas dalam penelitian ini juga mengekplorasi
perawatan berdasarkan kebiasaan yang dilakukan ibu nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal.Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 19
Aprilsampai 29 Mei 2017.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu berdiskusi dengan
pihak Puskesmas Medan Sunggal tentang penelitian yang akan dilakukan terutama
terkait pengambilan data ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut. Namun,
Puskesmas Medan Sunggal tidak melayani persalinan sehingga pihak puskesmas
menyarankan untuk mengambil data ibu melahirkan di beberapa klinik yang
berada di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal. Klinik yang di tunjuk oleh
Puskesmas adalah Klinik Diana, Klinik Mariani dan Klinik Junita. Oleh karena
itu, data keberadaan ibu yang melahirkan dari bulan November sampai April di
dapat dari klinik tersebut. Pada saat proses penelitian berlangsung, terdapat
beberapa alamat responden yang kurang jelas sehingga hal tersebut menjadi
5.1.1. Karakteristik Responden
Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang
sudah melewati masa nifas 40 hari sampai 6 bulan yang keseluruhan jumlahnya
adalah 56 orang.Karakteristik responden meliputi usia, agama, suku, pendidikan
terakhir, pekerjaan ibu dan jumlah anak.
Tabel 5.1. Data Demografi Ibu Postpatum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal (n=56)
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) Usia
29
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia responden ibu nifas di Wilayah
Kerja Puskesmas Medan Sunggal dengan kelompok usia terbanyak berada pada
rentang 20 – 29 tahun sebanyak 42 orang (75,0%).Agama mayoritas responden
menganut agama Islam sebanyak 54 orang (96,4%). Suku mayoritas responden
bersuku Jawa sebanyak 29 orang (51,8%) dan tingkat pendidikan terakhir
mayoritas responden yaitu SMA sebanyak 35 orang (62,5%). Pekerjaan ibu paling
banyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 53 orang (94,6%) dan selebihnya
sebagai karyawan. Sedangkan paritas (kelahiran) paling banyak adalah kelahiran
anak kedua sebanyak 33 orang (58,9%), sisanya jumlah kelahiran anak ke 3 yang
paling sedikit sebanyak 10 responden (17,9%) dan kelahiran anak pertama
sebanyak 13 responden (23,2%). Informasi lengkap tentang karakteristik
responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
5.1.2. Praktik Perawatan Nifas oleh Ibu Postpartum
Dari 56 responden dalam penelitian ini melakukan sebagian jenis
perawatan nifas seperti perawatan perineum, perawatan payudara, pemenuhan
asupan nutrisi, mobilisasi dan modifikasi perawatan nifas.Namun, terdapat dua
jenis perawatan yang tidak dilakukan oleh seluruh responden yaitu latihan kegel
(kegel excersise) dan senam nifas.Hal ini tidak dilakukan karena responden belum
mengetahui dan mengenal tenteng jenis perawatan tersebut.
5.1.2.1.Perawatan Perineum
Berikut pemaparan terkait praktik perawatan perineum yang dilakukan ibu
Tabel 5.2. Praktik Perawatan Perineum Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan Frekuensi
dan Persentase Keterangan
Pemberian obat-obatan pada luka perineum
Mengganti pembalut pada awal masa nifas
(4 kali/hari)
Memakai larutan
antiseptik untuk membilas area genitalia
Melakukan pembilasan dari simpisis pubis kearah anus
Perawatan khusus pada perineum untuk
mempercepat pemulihan pada area genitalia
38 (67,9%)
28(50,0%)
13 (23,2%)
56 (100%)
5(8,9%)
Jumlah ibu yang memiliki luka perineum sebanyak 42 orang. 38 diantaranya memberikan obat-obatan pada luka perineum menggunakan salep dan betadin sedangkan sisanya (n=4) tidak memberikan obat-obatan pada luka perineum.
Pembalut diganti 4 kali sehari pada awal masa nifas sebanyak 28 orang selebihnya mengganti pembalut 3 kali sehari sebanyak 18 orang dan sebanyak 10 orang mengganti pembalut 5 kali sehari.
Larutan antiseptik yang digunakan yaitu antiseptik kemasan botol dan daun sirih.
Pembilasan area genitaldilakukan dari simpisis
pubis kearah anus.
Perawatan khusus pada perineum dilakukan dengan cara menduduki batu hangatuntuk merapatkan kembali vagina setelah melahirkan.
Dari 56orang responden, yang mempunyai luka perineum sebanyak 42
orang (75,0%) dan 38 orang (67,9%) diantaranya memberi obat-obatan pada luka
31
melakukan pembilasan dari simpisis pubis kearah anus dan 13 orang (23,2%)
diantaranya menggunakan larutan antiseptik untuk mencegah infeksi pada
perineum. Responden yang mengganti pembalut 4 kali sehari sebanyak 28 orang
(50,0%) pada awal masa nifas dan yang melakukanperawatan khusus pada
perineum sebanyak 5 orang (8,9%).
5.1.2.2.Perawatan Payudara
Berikut ini gambaran perawatan payudara yang dilakukan oleh ibu
postpartum pada saat menyusui.
Table 5.3. Praktik Perawatan Payudara Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan Frekuensi
danPersentase Keterangan
Perawatan saat payudara bengkak
55 (98,2%) Ibu mengatasi pembengkakan dengan cara memberikan ASI sesering mungkin kepada bayi (n=55) dan sebagian (n=7) melakukan kompres hangat agar bengkak berkurang dan satu orang ibu tidak mengalami pembengkakan payudara.
Melakukan pemijatan payudara
10 (17,9%) Ibu melakukan pemijatan pada payudara dengan cara gerakan melingkar dan selebihnya (n=46) tidak melakukan pemijatan payudara.
Membersihkan payudara setiap kali ingin menyusui
Makanan khusus untuk meningkatkan produksi ASI
56 (100%) Makanan khusus seperti daun katuk (n=56) dan jantung pisang(n=31) dikonsumsi responden untuk meningkatkan produksi ASI dan terdapat satu
orangresponden yang mengkonsumsi air nira untuk
memperbanyak produksi ASI.
Perawatan khusus pada payudara selama masa nifas
3 (5,4%) Terdapat 2 orang ibu mengalami masalah pada puting (lecet). perawatan yang dilakukan saat mengalami puting lecet yaitu dengan mengoleskan minyak sayur/zaitun pada puting. Satu
orang lainnyamelakukan perawatan khusus yaitu menggunakan sisir yang digosokkan pada payudara untuk mengurangi bengkak.
Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa 55 orang (98,2%) pernah
mengalami bengkak pada payudara selama menyusui sedangkan 1 orang tidak
menyusui bayi karena ASI tidak banyak keluar pada awal masa nifas. Pemijatan
payudara dilakukan oleh 10 orang (17,9%) dan yang rutin membersihkan
payudara setiap kali ingin menyusui sebanyak 9 orang (16,1%) sedangkan yang
melakukan kompres hangat jika payudara bengkak hanya 7 orang (12,5%).Semua
ibu postpartum dalam penelitian ini mengkonsumsi makanan khusus untuk
memperlancar ASI dan sebanyak 3 orang (5,4%) melakukan perawatan khusus
33
5.1.2.3.Kebutuhan Nutrisi
Berikut ini pemaparan terkait asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu
postpartum.
Tabel 5.4. Kebutuhan Nutrisi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas
Medan Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan Frekuensi dan
Persentase Keterangan
Makan > 3 kali ditambah makanan selingan
56 (100%) Ibu rutin makan makanan pokok ditambah dengan makanan selingan.
Mengkonsumsi makanan berserat
54 (96,4%) Ibu mengkonsumsi makanan berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran hijau sedangkan 2 orang tidak rutin makan makanan berserat.
Mengkonsumsi vitamin selama masa nifas
Mengkonsumsi susu selama masa nifas
10 (17,9%)
13 (23,2%)
Ibu mengkonsumsi pil yang didapatkan dari petugas kesehatan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah melahirkan.
Selain makanan berserat dan mengkonsumsi vitamin, ibu juga minum susu untuk memperbanyak ASI.
Dari tabel diatas diketahui bahwa semua ibu makan lebih dari tiga kali
sehari ditambah dengan selingan dan 54 orang diantaranya (96,4%)
mengkonsumsi makanan berserat sedangkan ibu yang mengkonsumsi susu
5.1.2.4. Mobilisasi
Berikut ini merupakan gambaran terkait mobilisasi dan aktivitas yang
dilakukan oleh ibu setelah melahirkan.
Tabel 5.5. Mobilisasi Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Medan
Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan Frekuensi dan
Persentase Keterangan
Mobilisasi dini 56 (100%) Ibu sudah dapat miring
kiri-kanan dan duduk delapan jam setelah persalinan.
Waktu mulai beraktifitas setelah melahirkan
28 (50,0%) 28 orang responden
mulai beraktivitas mengerjakan pekerjaan rumah tangga setelah 1 minggu sedangkan lainnya mulai melakukan aktivitas pada hari ke-3, ke-21, ke-30, ke-40 yaitu masing-masing 7, 6, 8 dan 7 orang.
Tabel diatas menunjukkan bahwa semua responden melakukan mobilisasi
dini dan mulai beraktivitas melakukan pekerjaan rumah 7 hari setelah melahirkan
sebanyak 28 orang (50,0%) dan paling sedikit responden melakukan aktivitas
rumah tangga setelah hari ke-21 sebanyak 6 orang (10,7%), pada hari ke-3 7 orang
(12,5%), pada hari ke-30 8 orang (14,3%) dan hari ke-40 7 orang (12,5%).
5.1.3. Aspek Budaya dalam Perawatan Nifas
Berikut ini pemaparan terkait kebiasaan khusus yang dilakukan oleh ibu
35
Table 5.6. Kebiasaan Khusus yang Dilakukan Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Medan Sunggal (n=56)
Jenis Perawatan Frekuensi dan
Persentase Keterangan
Kebiasaan khusus yang dilakukan ibu setelah melahirkan:
Pantangan kebiasaan
56 (100%)
Gurita dililitkan dari mulai bawah payudara sampai ke bagian bawah perut dan digunakan selama 40 hari.
Param merupakan campuran dari tepung beras, kencur, merica, jahe merah, cengkih,
daun-daunan. Ramuan tersebutdilulurkan keseluruh tubuh untuk menghangatkan badan.
Pilis merupakan campuran tepung Beras, kunyit, kapulaga, kayu manis, kapur sirih, dan air jeruk nipis. Ramuan tersebut dipakai dikening langsung setelah melahirkan untuk mencegah mata menjadi rabun.
Jamu dibuat dari campuran parutan kunyit dan asam jawa, lalu direbus kemudian diminum untuk mengembalikan kondisi tubuh setelah melahirkan.
Kusuk dilakukan untuk mengembalikan kebugaran tubuh ibusetelah melewati proses persalinan yang banyak menghabiskan energi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden melalukan
kebiasaan khusus setelah melahirkan seperti memakai gurita, param, pilis, minum
jamu dan kusuk. Hal tersebut bermanfaat untuk mengembalikan bentuk tubuh
seperti sebelum melahirkan terutama pada bagian perut dan untuk mengembalikan
kebugaran kondisi tubuh sedangkan 4 orang (7,1%) diantaranyamempunyai
kebiasaan pantanganseperti tidak boleh makan ikan, cabai, nangka dan pulut.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Praktik Perawatan Nifas oleh Ibu Postpartum
5.2.1.2. Perawatan Payudara
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden dalam penelitian
ini mempunyai luka perineum sebanyak 42 orang (75,0%) dan 38 (67,9%)
diantaranya menggunakan obat-obatan seperti menggunakan salep dan betadine
untuk mempercepat pengeringan pada luka. Responden mengganti pembalut 4
kali sehari pada awal masa nifas sebanyak 28 orang (50,0%) sedangkan yang
mengganti pembalut 3 kali sehari sebanyak 18 orang dan mengganti pembalut 5
kali sehari sebanyak 10 orang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh dr.
Ogi Dewangga, SpOG bahwa mengganti pembalut yang bersih sebaiknya 4-6 jam
sekali sehari. Jika mengganti pembalut kurang dari 4 kali sehari dapat
mengakibatkanterjadinya kontaminasi bakteri, iritasi, infeksi dan juga dapat
memperlambat penyembuhan pada luka perineum.
Pembilasan dari simpisis pubis sampai ke anus dilakukan oleh seluruh
responden dengan menggunakan air keran biasa dan air hangat. Hal tersebut
37
bahwa kebersihan perineumyang baik dapat mencegah terjadinya infeksi dengan
cara membersihkan perineum dengan air hangat minimal sekali sehari dan
membersihkan dari simfisis pubis sampai daerah anus.Selain itu, penggunaan
antiseptik juga digunakan sebanyak 13 responden dengan menggunakan antiseptik
kemasan botol dan daun sirih sedangkan sebanyak 43 orang (76,8%) tidak
menggunakan antiseptik.
Antiseptik merupakan agen kimia yang berfungsi mencegah,
memperlambat atau menghentikan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
luar kulit tubuh.Jika memakai daun sirih sangat dianjurkan karena daun sirih
memiliki kandungan yang dapat mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya infeksi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ari Kurniarum di
Surakarta, Responden yang menggunakan daun sirih dan tidak menggunakan daun
sirih terlihat perbedaan, dimana dari 30 responden yang menggunakan daun sirih
setelah 7 hari post partum, terdapat 22 responden (73,3%) yang luka perineumnya
kering dan 8 responden (26,7%) yang masih basah sedangkan pada 30 responden
yang tidak menggunakan daun sirih, setelah 7 hari post partum sebanyak 18
responden (60%) luka perineum masih basah dan 12 responden (40%) luka
perineum kering.Hasil penelitian tersebut didukung oleh Nurita (2012), bahwa
daun sirih terbukti efektif untuk mempercepat pemulihan luka perineum
(episiotomi) setelah melahirkan. Hasil penelitian tersebut didukung juga dengan
penelitian Celly (2010), bahwa ada pengaruh Penggunaan Daun Sirih Terhadap
Percepatan Luka Perineum Ibu Nifas di Desa Sumbermulyo Kecamatan Jogoroto,
sirih yang terdiri dari hidroksi chavicol, kavibetol, estragol, eugenol,
metileugenol, karvakrol memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol
biasa. Chavicol adalah salah satu komponen yang terkandung dalam daun sirih
yang dapat berfungsi sebagai antiseptik.
5.2.1.2. Perawatan Payudara
Hasil penelitian diperoleh dari 56 responden hanya 10 orang(17,9%)yang
melakukan pemijatan payudara padahal jika pemijatan dilakukan secara rutin akan
memberikan manfaat yang baik untuk ibu postpartum seperti dapat merangsang
dan meningkatkan produksi ASI, dapat mengurangi sumbatan ASI,
mempertahankan produksi ASI, merangsang peredaran darah pada payudara,
dapat melenturkan dan menguatkan puting (Saryono, 2008). Berdasarkan hasil
penelitian oleh Dwi Utami di Puskesmas Jatinom, bahwa terdapat adanya
pengaruh massage payudara terhadap kelancaran ekskresi ASI pada ibu
postpartum. Dari 31 responden, ekskresi ASI setelah dilakukan massage payudara
sebanyak 27 responden (87,1%) didapatkan ekskresi ASI nya lancar sedangkan
sebanyak 4 responden (12,9%) ekskresi ASI nya tidak lancar.
Pada saat proses menyusui hampir semua responden dalam penelitian ini
mengalami bengkak payudara yaitu 55 orang (98,2%) dan cara responden
mengatasi pembengkakan tersebut yaitudengan memberikan ASI sesering
mungkin kepada bayisedangkan 7 orang (12,5%) diantaranya mengatasinya
dengancara mengompres payudara menggunakan kain yang telah dibasahi air
39
Perawatan lain yang dilakukan oleh responden dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 2 respondensuku mandailing memberikan minyak sayur ataupun minyak
zaitun pada saat mengalami puting lecet dan salah satu responden suku melayu
mengosokkan sisir ke payudara untuk mengurangi pembengkakan. Hal ini
dilakukan responden karena perawatan tersebut merupakan perawatan yang sudah
turun temurun dilakukan oleh keluarga.
5.2.1.3. Kebutuhan Nutrisi
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ibu nifas mengkonsumsi makanan
berserat sebanyak 54 orang (96,4%)sedangkan responden yang mengkonsumsi pil
dan susu masing-masing hanya 10 orang (17,9%) dan 13 orang (23,2%) dari 56
responden. Asupan nutrisi pada ibu postpartum sebaiknya terpenuhi karena
setelah melahirkan ibu membutuhkan gizi yang cukup untuk memulihkan kondisi
tubuh, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan produksi ASI yang
berkualitas.
Dalam penelitian ini juga menunjukkan sebanyak 56 (100%) responden
mengkonsumsi makanan khusus yaitu daun katuk.Daun katuk memiliki
kandungan nutrisi yang cukup lengkap yaitu kalsium, fosfor, vitamin A, B, C, K,
protein, serat, zat besi, kalium dan magnesium.
Responden dalam penelitian ini yang mengkonsumsi jantung pisang
sebanyak 31 orang (55,4%). Jantung pisang mengandung laktagogum yang
memiliki potensi dalam menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin seperti
alkaloid, polifenol, steroid, flavonoid yang paling efektif dalam meningkatkan dan
memproduksi ASI, ketika bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi rangsangan
neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke
hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini
akanmengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjar-kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan
ASI (Murtiana, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ely Tjahjanidi
puskesmas Gundi Surabaya, sebanyak 15 orang ibu nifas mengalami pengeluaran
ASI yang tidak lancar sebelum mengkonsumsi jantung pisang, namun hampir
seluruhnya dari responden 12 (80%) ibu nifas mengalami peningkatan produksi
ASI dan pengeluaran ASI menjadi lancarsetelahmengkonsumsi jantung pisang.
Hasil penelitian tersebut didukung penelitian oleh Elly Wahyuni di wilayah
puskesmas Srikuncoro, Bengkulu (2012) bahwa adanya peningkatan produksi ASI
pada ibu menyusui yang diberi jantung pisang selama 7 hari berturut-turut. Selain
mengkonsumsi sayuran diatas, salah satu responden mengkonsumsi minuman
khusus yaitu air nira sebanyak 2 botol berukuran 500ml pada awal masa nifas
yang diyakini dapat memperbanyak volume ASI.
5.2.1.4. Mobilisasi dan Aktivitas
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semua reponden melakukan
mobilisasi dini setelah delapan jam persalinan seperti miring kiri-kanan. Pada hari
kedua ibu diperbolehkan duduk, hari ketiga ibu sudah dapat jalan-jalan tetapi
jangan melakukan mobilisasi yang terlalu berat karena akan membebani kerja
jantung ibu. Mobilisasi membantu untuk mencegah terjadinya thrombosis dan
41
Mayoritas responden dalam penelitian ini mulai beraktivitas 7 hari setelah
melahirkan sebanyak 28 orang sedangkan yang memulai aktivitas pada hari ke-3,
hari ke-21, Hari ke-30, Hari ke-40 masing-masing sebanyak 7 orang (12,5%), 6
orang (10,7%), 8 orang (14,3%) dan 7 orang (12,5%).
5.2.2. Aspek Budaya dalam Perawatan Nifas
Dari hasil data demografi dapat dilihat bahwa mayoritas ibu nifasbersuku
Jawa yaitu sebanyak 29 responden (51,8%). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Sugita (2016), di Desa Candirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Klaten, masyarakat suku jawa mempunyai kebiasaan tertentu dalam penyembuhan
dan mempunyai persepsi tertentu tentang sehat sakit terkait budaya seperti
memakai gurita, param, pilis, minum jamu dan kusuk.Namun, tidak hanya suku
jawa tetapi responden suku lainnya dalam penelitian ini juga melakukan
kebiasaan-kebiasaan tersebut. Peneliti berasumsi bahwa memakai gurita, param,
pilis, minum jamu dan kusuk tidak hanya dilakukan berdasarkan suku yang dianut
namun juga dapat dipengaruhi lingkungan tempat responden berada.
Hasil penelitian juga diperoleh sebanyak 4 (7,1%) responden mempunyai
kebiasaan pantang makan yaitu tidak boleh makan ikan, cabai, nangka dan pulut.
Pantang makanan merupakan suatu perilaku individu untuk tidak mengkonsumsi
makanan tertentu karena terdapat larangan yang besifat budaya yang diperoleh
secara turun temurun (Momon. S, 2008). Pantang makanan akan berpengaruh
terhadap lambatnya pemulihan kesehatan seperti semula, serta berpengaruh
terhadap produksi air susu ibu (Kardinan, 2008). Berdasarkan penelitian yang
Pekalongan disebut dengan istilah “ngapiki” yaitumembatasi jumlah makanan dan
minumanseperti ikan, daging, ayam, telur, kol, tauge, nanas, nangka dan
pepayadengan alasan yang beragam.Ikan,daging, telur, ayam dipercaya dapat
menyebabkan gatal pada luka perineum dan tali pusat bayi tidak cepat kering.
Makanan tersebutdipercaya dapat menyebabkan air susu yang diproduksi oleh ibu
terasa amis sehinggabayi muntah.
Dalam penelitian ini juga diperoleh sebanyak 5 (8,9%) orang bersuku
mandailing memiliki perawatan khusus yaitu sebanyak 3 orang menduduki batu
hangat yang dipercayai dapat merapatkan kembali vagina yang sudah melar akibat
dari proses persalinan sedangkan 2 orang diantaranya meletakkan bara api didekat
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Perawatan mandiri masa nifas yang dilakukan oleh ibu postpartum di
Wilayah Kerja Puskesmas Medan Sunggal belum maksimal karena masih ada
jenis dan cara perawatan nifas yang tidak dipraktikkan, sementara kondisi
kesehatan fisik ibu postpartum memerlukan praktik perawatan tersebut seperti
latihan kegel dan senam nifas yang seharusnya dilakukan untuk mengembalikan
tonus otot pada area genitalia. Pada sisi lain sebagian besar ibu nifas masih
mempraktikkan perawatan nifas berdasarkan kebiasaan budaya setempat yang
diantaranya tidak perlu dipatuhi karena dapat merugikan kesehatan ibu seperti
melakukan pantangan makan ikan.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi pendidikan kesehatan
Bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan maternitas perlu
diberikan pengajaran materi tentang perawatan nifas terkait budaya yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan sehingga perawat dapat memberikan
informasi yang benar bagi ibu postpartum tentang perawatan nifas yang baik dan
6.2.2. Bagi pelayanan kesehatan
Bagi petugas kesehatan khususnya yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Medan Sunggal agar memberikan pembinaan dan penyuluhan yang
lebih optimal kepada ibu nifas mengenai jenis dan cara perawatan pada masa nifas
khususnya latihan kegel dan senam nifas.
6.2.3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagipenelitiselanjutnya diharapkan mampu mengembangkanpenelitian
mengenai manfaat mengkonsumsi air nirasebagai upaya peningkatan produksi
ASI karena dalam penelitian ini terdapat 1 orang ibu yang mengkonsumsi air nira
untuk meningkatkan produksi ASI.Namun belum diketahui apakah air nira dapat
mempengaruhi produksi ASI tersebut.Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
selanjutnya untuk mengetahui bagaimana pengaruh mengkonsumsi air nira