• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Behavior Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Behavior Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Behavior

Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara aktual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan, khususnya mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Kedua konsep yang diuraikan secara jelas menyatakan bahwa perilaku keuangan merupakan suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi (Wicaksono dan Divarda, 2015).

Perilaku keuangan menjadi gambaran cara individu berperilaku ketika dihadapkan dengan keputusan keuangan yang harus dibuat. Perilaku keuangan juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan penyimpanan kognitif mempengaruhi perilaku investor. Di tengah perkembangan ekonomi global saat ini, setiap individu harus dapat menjadi konsumen yang cerdas untuk dapat mengelola keuangan pribadinya dengan cara membangun melek finansial yang mengarah pada perilaku keuangan yang sehat. Kendali diri merupakan perilaku keuangan yang sangat bermanfaat bila dipahami dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari (Lubis, et al., 2013:22).

(2)

merupakan proses pengelolaan uang dan aset yang dilakukan secara produktif. Pengelolaan uang adalah proses menguasai dan menggunakan aset keuangan. Ada beberapa elemen yang masuk ke pengelolaan uang yang efektif, seperti pengaturan anggaran dan menilai pembelian berdasarkan kebutuhan. Aktivitas utama dalam pengelolaan uang adalah proses penganggaran. Anggaran bertujuan untuk memastikan bahwa individu mampu mengelola kewajiban keuangan secara tepat waktu dengan menggunakan penghasilan yang diterima dalam periode yang sama (Ida dan Dwinta, 2010).

Ricciardi (2005) menyatakan bahwa financial behavior merupakan suatu disiplin ilmu yang didalamnya melekat interaksi berbagai disiplin ilmu dan terus menerus berintegrasi sehingga dalam pembahasannya tidak bisa dilakukan isolasi.

Financial behavior dibangun oleh berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi. Keterlibatan emosi, sifat, kesukaan, dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial akan berinteraksi melandasi munculnya keputusan melakukan suatu tindakan.

Chinen dan Endo (2012) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang benar tentang keuangan tidak akan memiliki masalah keuangan di masa depan dan menunjukkan perilaku keuangan yang sehat serta mampu menentukan prioritas kebutuhan. Perilaku keuangan yang sehat ditunjukkan oleh aktifitas perencanaan, pengelolaan serta pengendalian keuangan yang baik.

(3)

perencanaan biaya, membayar tagihan listrik, mengendalikan penggunaan kartu kredit, serta merencanakan tabungan (Zaimah, et al., 2010). Perilaku keuangan berasal dari ekonomi neoklasik. Homo economicus adalah model perilaku ekonomi manusia yang sederhana mengasumsikan bahwa prinsip-prinsip kepentingan pribadi sempurna, rasionalitas yang sempurna, dan informasi yang sempurna mengatur keputusan ekonomi individu (Pompian, 2010:26). Menurut Dew dan Xiao (2011), financial behavior mencakup tiga dimensi keuangan, yaitu: 1. Consumption

Konsumsi adalah pengeluaran atas berbagai barang dan jasa. Financial Behavior seseorang dapat dilihat dari bagaimana dia melakukan kegiatan konsumsinya seperti apa yang dibeli seseorang dan mengapa dia membelinya (Ida dan Dwinta, 2010).

2. Cash-flow management

Arus kas adalah indikator utama dari kesehatan keuangan yaitu ukuran kemampuan seseorang untuk membayar segala biaya yang dimilikinya, manajemen arus kas yang baik adalah tindakan penyeimbangan, masukan uang tunai dan pengeluaran. Cash flow management dapat diukur dari apakah seseorang membayar tagihan tepat waktu, memperhatikan catatan atau bukti dan membuat anggaran keuangan dan perencanaan masa depan (Hilgert dan Hogart, 2003).

3. Saving and Investment

(4)

akan terjadi di masa depan, maka uang harus disimpan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga. Investasi yaitu mengalokasikan atau menanamkan sumber daya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa mendatang (Herdijono dan Damanik, 2013).

2.1.2 Pengertian Financial Literacy

Menurut Garman dan Forgue (2010:4), financial literacy adalah pengetahuan akan fakta, konsep, prinsip, dan teknologi agar setiap orang bersikap cerdas terhadap uang. Seseorang yang memiliki financial literacy dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah keuangan sehari-hari dan membantu dalam mengambil keputusan keuangan. Atkinson dan Messy (2011) mengemukakan bahwa financial literacy merupakan sebuah kombinasi dari kesadaran, pengetahuan, kemampuan perilaku, dan kebiasaan yang diperlukan untuk mengambil keputusan keuangan yang tepat dan pada akhirnya dapat mencapai kondisi keuangan yang memuaskan. Financial literacy

menekankan pada pentingnya menerapkan pengetahuan dan kemampuan di bidang keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan.

Menurut Remund (2010), financial literacy memiliki hubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola uang. Definisi financial literacy terbagi menjadi dua bagian yaitu, definisi secara konseptual dan definisi secara operasional. Definisi secara operasional digunakan untuk menjelaskan konsep

(5)

1. Kemampuan dalam memahami konsep keuangan, sehingga financial literacy

yang dimiliki dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan keuangan. 2. Kemampuan mengatur keuangan pribadi, dengan menggunakan financial

literacy yang dimiliki untuk melakukan kegiatan keuangan seperti melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran.

3. Kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat, menggunakan financial literacy yang dimiliki.

4. Melakukan perencanaan keuangan secara efektif untuk kebutuhan keuangan dimasa depan, financial literacy yang dimiliki digunakan untuk merencanakan investasi keuangan (Remund, 2010).

Laily (2013) mengemukakan bahwa pengetahuan keuangan adalah kecerdasan dan kemampuan seseorang dalam mengelola keuangannya. Pengetahuan keuangan mencakup pengetahuan yang terkait masalah keuangan, seperti pengenalan mengenai lembaga jasa keuangan, apa saja produk dan jasa keuangan, fitur-fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat dan resiko dari produk dan jasa keuangan, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen pengguna jasa keuangan. Selain itu, pengetahuan keuangan juga mencakup kemampuan dan keterampilan bagaimana caranya menghitung bunga, hasil investasi, denda dan sebagainya.

(6)

1. Pengetahuan umum keuangan

Pengetahuan tentang keuangan mencakup pengetahuan keuangan pribadi, yakni bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran, serta memahami konsep dasar keuangan. Konsep dasar keuangan tersebut mencakup perhitungan tingkat bunga sederhana, bunga majemuk, pengaruh inflasi,

opportunity cost, nilai waktu uang, likuiditas suatu aset, dan lain-lain. 2. Pengetahuan mengenai manajemen uang (money management)

Konsep money management mencakup bagaimana setiap individu dapat mengelola dan menganalisis keuangan pribadi mereka. Pemahaman literasi keuangan yang baik memberikan praktik keuangan yang baik pula pada pengelolaan keuangan setiap individu. Dalam hal ini, setiap individu juga diarahkan tentang bagaimana menyusun anggaran dan membuat prioritas penggunaan dana yang tepat sasaran.

3. Pengetahuan mengenai tabungan dan investasi

(7)

pembatasan-pembatasan dari fee, yaitu penundaan atas pembayaran bunga yang dimasukkan dalam rekening dan pembebanan fee suatu transaksi tertentu untuk penarikan deposito.

4. Pengetahuan mengenai risiko

Cara menangani suatu risiko akan berpengaruh terhadap keamanan finansial di masa yang akan datang. Salah satu cara cepat yang dapat menanggulangi risiko tersebut yaitu dengan mengasuransikan aset ataupun hal-hal beresiko. Literasi keuangan sangat diperlukan dalam memilih asuransi aset sebagai pengelola risiko tersebut dan menghindari risiko tambahan yang mungkin akan terjadi.

2.1.3 Financial Satisfaction

(8)

mengelola uang. Selain daripada itu, kepuasan keuangan merupakan salah satu kewajiban bagi siapa saja untuk mewujudkannya.

Financial satisfaction dapat diukur melalui cara pandang seseorang terhadap kepuasan dari income yang diterima, kemampuan mengatasi masalah keuangan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, level hutang yang dimiliki, jumlah tabungan, ketersediaan uang untuk kebutuhan di masa depan, serta tujuan hidup (Hira dan Mugenda, 1998). Penilaian financial satisfaction

dapat dilakukan secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melihat dari kondisi keuangan secara riil. Penilaian subjektif merupakan penilaian dari dalam diri masing-masing individu dalam melihat kondisi keuangan. Financial satisfaction dapat dinilai secara terpisah, yaitu berdasarkan objektif saja atau berdasarkan subjektif saja, maupun secara bersama-sama.

Menurut Tascano et al.(2006), tujuan kebahagian individu ialah untuk memenuhi kebutuhan individu dan keinginan untuk membuat diri kita lebih bahagia. Secara umum individu akan melakukan yang terbaik mengingat situasi keuangan tertentu untuk memaksimalkan kebutuhan mereka. Untuk itu, tingkat kepuasan yang berasal dari situasi financial yang diberikan akhirnya akan menjadi penentu penting dari kebahagiaan individu. Oleh karena itu, financial satisfaction

dapat dilihat sebagai mediator antara pendapatan dan kebahagiaan, karena kepuasan hidup dipengaruhi oleh banyak faktor selain penghasilan, sedangkan

(9)

lalu, ekspektasi dimasa depan dan standar sosial, dibandingkan melihat kondisi keuangan secara objektif saja. Cara mengukur financial satisfaction disesuaikan terhadap sampel yang di uji.

Orang dapat mengevaluasi tingkat kesejahteraan yang berkaitan dengan keadaan dan perbandingan kepada orang lain, pengalaman masa lalu dan harapan masa depan. Faktor-faktor penentu kesejahteraan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang berbeda, yaitu atribut tujuan (misalnya pendapatan, karakteristik pribadi dan jenis rumah tangga lainnya), atribut yang dirasakan (misalnya kepuasan dengan standar hidup atau dengan tabungan dan investasi sebagai indikator terkait atribut objektif), dan atribut dievaluasi sebagai penilaian individu karakteristik keuangan dan non-keuangan ketika dinilai terhadap standar perbandingan (misalnya aspirasi, harapan, dan lain-lain).

2.1.4 Income

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, pengertian income adalah “kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan asset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi pananam modal”. Yang termasuk kedalam income

meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gains). Menurut Smeeding dan Weinberg (2001), income adalah pendapatan yang diterima baik berupa kas maupun bukan kas, yang dapat langsung digunakan untuk belanja sehingga dapat meringankan beban rumah tangga.

(10)

bonus. Bagi mahasiswa, yang termasuk ke dalam income adalah pinjaman dari pemerintah, uang saku dari orang tuan dan keluarga, pendapatan dari pekerjaan, serta dari pendapatan-pendapatan lain, seperti dividen jika memiliki saham (Pollard,et al.,2013). Income diukur berdasarkan pendapatan dari semua sumber. Komponen terbesar dari total pendapatan adalah upah dan gaji.

2.1.5 Pendidikan Orang Tua

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, pendidikan seseorang dapat mempengaruhi semua aktifitas dan tingkah lakunya, sehingga seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan orang yang berlatar belakang pendidikan rendah. Tingkat pendidikan orang tua menurut (Soetopo dan Wasty, 2008:78) adalah suatu jenjang yang ditempuh oleh orang tua siswa, yakni jenjang pendidikan formal.

Adapun tingkat pendidikan yang dilaksanakan atau ditempuh oleh orang tua siswa adalah bermacam-macam, mulai dari tingkat pendidikan dasar, tingkat pendidikan menengah, dan tingkat pendidikan tinggi. Dalam sistem pendidikan nasional pasal 12 ayat 1 menyebutkan bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi memang memiliki sumber daya yang cenderung lebih besar, baik pendapatan, waktu, tenaga dan jaringan kontak, yang memungkinkan mereka untuk terlibat lebih jauh dalam kegiatan anak.

(11)

dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman dalam bentuk sikap dan keterampilan. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai maka semakin banyak pengetahuan yang didapat sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang. Secara teori, orang tua yang memiliki status sosial yang lebih tinggi cenderung memiliki wawasan yang lebih besar dan lebih mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi, sehingga memudahkan anak-anak mereka untuk menghemat uang dan memperkenalkan produk perbankan. Latar belakang tingkat pendidikan orang tua dapat menyebabkan cara berpikir dan bertindak yang lebih bijak, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap perilaku keuangan karena dapat membantu serta mendidik anak untuk lebih memahami cara mengelola dan mengambil keputusan yang tepat menyangkut keuangan (Fowdar, 2007).

2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

(12)

ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku keuangan.

2. Scheresberg (2013) dengan judul penelitian “Financial Literacy and Financial Behavior among Young Adults: Evidence and Implications”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis multiple multivariat regression.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial behavior, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yaitu socio demographic charaterisctic (gender, income, dan education) serta financial literacy. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa financial literacy dan karakteristik sosiodemografi berpengaruh signifikan terhadap financial behavior.

3. Al-Kholilah dan Iramani (2013) meneliti dengan judul “Studi Financial Management Behavior Pada Masyarakat Surabaya”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial management behavior, sedangkan variabel independen penelitian ini adalah income, financial knowledge, dan locus of control. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada pengaruh langsung antara financial management behavior dengan financial knowledge dan income.

(13)

Sedangkan gender, usia, dan kemampuan akademis tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku keuangan mahasiswa.

5. Herdijono dan Damanik (2013) dengan judul “Pengaruh Financial Attitide, Financial Knowledge, Parental Income Terhadap Financial Management Behavior”. Penelitian ini menggunakan tenik analisis chi square. Variabel independen penelitian ini adalah financial Attitide, financial knowledge, dan

parental income, sedangkan variabel dependen adalah financial management behavior. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial Attitide, financial knowledge, dan parental income berpengaruh terhadap financial management behavior.

6. Robb dan Woodyard (2011) dengan judul penelitian “Financial Knowledge and Best Practice Behavior”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial behavior, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yaitu financial knowledge, financial satisfaction, demographic variables (income, education, age, race). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa financial knowledge, financial satisfaction, income,

dan education berpengaruh terhadap financial behavior.

(14)

adalah locus of control, financial knowledge, dan income. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh financial knowledge

terhadap financial management behavior. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh personal income dan locus of control

terhadap financial management behavior.

8. Zaimah, et.al. (2010) dengan judul penelitian “Financial Behavior of Female Teacher in Malaysia”. Variabel dependen dari penelitian ini adalah financial behavior, sedangkan variabel independen penelitian ini adalah income, level education, dan age. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa income dan

level education berpengaruh terhadap financial behavior, sedangkan usia tidak berpengaruh terhadap financial behavior.

9. Sabri, et al. (2008) dengan judul penelitian “Financial Behavior and Problem among College Students in Malaysia : Research and Education Implication”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial behavior dan

financial problems, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yaitu

financial literacy, ethnicity, parent’s education level, family income, saving,

dan financial socialization. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa financial literacy, ethnicity, dan parent’s education level berpengaruh terhadap

(15)

Tabel 2.1

1. Faktor demografi yang terdiri dari

1. Sosial demografi (gender, income,

(16)

Lanjutan Tabel 2.1

Chi Square 1. Financial Attitude berpengaruh 3. Parental Income

(17)

Lanjutan Tabel 2.1

1. Hasil penelitian menunjukkan

(18)

melihat pengaruh financial literacy, financial satisfaction, income, dan pendidikan orang tua terhadap financial behavior.

Lusardi dan Mitchell (2007) mengemukakan bahwa financial literacy

merupakan pengetahuan keuangan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya (knowledge dan ability). Seseorang yang memiliki financial literacy akan dapat memiliki kemampuan dalam mengatasi masalah keuangan sehari-hari dan membantu dalam mengambil keputusan keuangan (Garman dan Forgue, 2010:4). Penelitian Sabri, et al. (2008) menyatakan bahwa financial literacy berpengaruh terhadap financial behavior. Peningkatan dalam pengetahuan keuangan cenderung menyebabkan semakin baik atau efektifnya perilaku keuangan.

Financial Satisfaction merupakan kepuasan seseorang terhadap kondisi keuangan pribadi (Kim, 1999). Menurut Praag dan Carbonell (2001), seseorang yang memiliki financial satisfaction merupakan orang yang puas terhadap kondisi keuangannya saat ini. Penelitian Robb dan Woodyard (2011) menyatakan bahwa

financial satisfaction berpengaruh terhadap financial behavior. Seseorang yang puas akan kondisi keuangannya akan siap untuk mengelola keuangan dengan

financial behavior yang baik.

(19)

keuangannya dibandingkan dengan seseorang dengan pendapatan yang lebih rendah (Zaimah, et al.,2010).

Pendidikan orang tua merupakan suatu jenjang pendidikan formal yang ditempuh orang tua siswa (Soetopo dan Wasty, 2008:78). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai maka akan semakin tinggi pengetahuan yang didapat sehingga mempengaruhi seseorang dalam membuat pilihan. Sabri, et al. (2008) menyatakan pendidikan orang tua berpengaruh terhadap financial behavior.

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Financial Literacy berpengaruh signifikan terhadap financial behavior pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan.

Financial Literacy

Income

Financial Behavior Financial

Satisfaction

(20)

2. Financial Satisfaction berpengaruh signifikan terhadap financial behavior

pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan.

3. Income berpengaruh secara terhadap financial behavior pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan.

4. Pendidikan Orang Tua berpengaruh signifikan terhadap financial behavior

pada siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Medan.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

Anita Lie (2002) mengidentifikasi kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan pendidikan yang me- nekankan komunikasi partisipatif, pertama, penge- tahuan ditemukan, dibentuk

Kesehatan Pada Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama Di Kota.

Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Ketepatan dan loyalitas tertanggung dalam hal ini peserta dalam mebayar iuran (premi) akan membuat dana yang dikelolah penanggunng dalam hal ini (BPJS Kesehatan) stabil

(3) bukti memilikiilmu pengetahuan dinilai dari keterampilannya, bukan dari sert ifikatnya, (4) biasanya tidak terlalu terikat dengan ketentuan yang ketat, (5) isi, staf