• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spending Habit Berdasarkan Power Prestige, Etnis, dan Derajat Extrovert T2 912012019 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Spending Habit Berdasarkan Power Prestige, Etnis, dan Derajat Extrovert T2 912012019 BAB IV"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISA & PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Analisis karakteristik responden digunakan untuk memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data yang menggambarkan karakteristik responden merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil penelitian. Karakteristik responden disajikan berdasarkan jenis kelamin, usia, kota asal, jumlah uang saku, cara pemberian uang saku bulanan, pemberian tambahan uang saku, dan tiga pengeluaran terbesar. Ringkasan berbagai karakteristik tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

(2)

Rp. 1.500.001 – pulsa ( telepon dan internet)

Sumber : Data Primer 2014

(3)

4.2. Uji Asumsi-asumsi Structural Equation Model

4.2.1. Uji Normalitas

Normalitas data pada masing-masing variabel merupakan langkah yang penting pada setiap analisis

multivariate, khususnya bila diestimasi dengan menggunakan Maximum Likelihood Estimation Technique. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio skewness value

(4)

4.2.2. Uji Outliers

1. Univariate Outliers

Uji univariate outliers perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum uji multivariate outliers. Deteksi terhadap adanya univariate outliers dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standard score atau yang biasa disebut “z-score”, yang memiliki nilai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar satu (Hair et al., 2009). Untuk sampel di atas 80, pedoman evaluasinya adalah nilai ambang batas dari z-score

berada pada rentang 3 sampai dengan 4. Hasil uji

univariate outliers (data dapat dilihat dalam tabel 2 pada lampiran) menunjukkan bahwa hanya terdapat 4 indikator dengan z-score lebih dari 3 dan tidak terdapat satupun indikator dengan z-score lebih dari 4, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat univariate outliers

dalam data penelitian ini.

2. Multivariate Outliers

(5)

outliers jika sudah dikombinasikan. Jarak Mahalanobis (Mahalanobis distance) digunakan untuk melihat ada tidaknya outliers secara multivariate. Uji terhadap

multivariate outliers dilakukan dengan melihat nilai p1 dan p2 nya. Data yang bebas dari outlier harus memiliki p1 dan p2 > 0,05 (Wijaya, 2009). Uji

multivariate outliers dari data penelitian (dapat dilihat dalam tabel 3 pada lampiran) menunjukkan tidak ada satupun data yang memiliki p1 dan p2 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang outlier.

4.3. Uji Pemodelan Structural Equation Model

4.3.1. Confirmatory Faktor Analysis (CFA)

Ferdinand (2002) mengungkapkan bahwa teknik

(6)

penelitian ini terdapat dua variabel independen yaitu etnis dan derajat extrovert. Untuk mengetahui apakah model penelitian sudah fit atau belum, dapat dibandingkan antara nilai model fit yang terdiri dari chi-squares , p (probabilitas), CMIN/DF, GFI, AGFI, TLI, CFI dan RMSEA dengan nilai Cut-off nya.. Hasil uji konfirmatori antar konstruk eksogen (dapat dilihat pada tabel 4 dalam lampiran) menunjukkan hanya kriteria TLI dan CFI yang sudah mendapat predikat „Baik‟, sehingga dapat dikatakan model yang telah ada belum fit. Pada uji ini terdapat 5 indikator (EX 1, EX 2, EX 4, EX 6, EX 9) dengan loading faktor yang berada di bawah 0,50 sehingga dapat dinyatakan tidak valid, dan kelima indikator tersebut perlu dikeluarkan untuk membuat model penelitian menjadi fit, sehingga nantinya indikator yang masih dipakai adalah EX 3, EX 5, EX 7, EX 8.

(7)

dikatakan model yang telah ada belum fit (dapat dilihat pada tabel 5 dalam lampiran). Dari 10 indikator yang diuji dalam uji ini hanya 6 indikator (SH 1, SH 2, SH 4, MA 2, MA 3, MA 4) dengan loading faktor yang berada di atas 0,50, yang nantinya keenam indikator itulah yang dapat digabungkan dengan indikator yang telah lulus dari uji konfirmatori konstruk eksogen untuk membentuk full model yang baik.

4.3.2. Full Structural Equation Model Analysis 4.3.2.1. Uji Kesesuaian Model

(8)

Gambar 4.1. Posisi Full Model Struktural Sebelum Uji Konfirmatori

(9)

Indikator dengan nilai loading faktor kurang dari 0,5 dieliminasi sehingga didapat indikator EX 3, EX 5, EX 7, EX 8, SH 1, SH 2, SH 4, MA 2, MA 3, MA 4 yang dapat dimasukkan dalam model untuk membuat model menjadi fit. Adanya eliminasi indikator yang tidak fit berdampak pada indikator Goodness of fit-nya; semula hanya kriteria RMSEA dan CMIN/DF yang sudah mendapat predikat „Baik‟ menjadi semuanya telah mendapat predikat „Baik‟ (lihat tabel 4.2.).

Tabel 4.2. Posisi Goodness-of-fit Indices Full Model Struktural

(10)

4.3.2.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas diperlukan untuk memastikan bahwa semua indikator yang dipakai sudah reliabel dan bisa digunakan untuk penelitian selanjutnya. Rumus untuk menghitung reliabilitas :

Dari tabel 4.11., dapat dilihat bahwa nilai construct reliability masing-masing indikator telah lebih dari 0,7, dengan nilai terkecil berada pada variabel spending habit (0,887). Hal tersebut menandakan bahwa 10 indikator yang ada sudah reliabel.

Tabel 4.3. Construct Reliability

Estimate Construct Realibility MA2 <--- Power_Prestige ,845 0,939 MA3 <--- Power_Prestige ,904

MA4 <--- Power_Prestige ,827

SH1 <--- Spending_Habit ,844 0,887 SH2 <--- Spending_Habit ,737

SH4 <--- Spending_Habit ,736

EX8 <--- Derajat_Extrovert ,868 0,953 EX7 <--- Derajat_Extrovert ,847

(11)

4.4. Deskriptif Statistik

Responden dari penelitian ini terdiri dari dua etnis : keturunan Chinese dan Non Chinese. Keturunan

Chinese terdiri dari 90 responden (48,91%) sedangkan Non Chinese terdiri dari 94 responden (51,09%). Perbandingan jumlah responden yang digunakan relatif sama sengaja dimaksudkan supaya terlihat apakah etnis berpengaruh terhadap power prestige dan

spending habit. Derajat extrovert terdiri dari 4 indikator yang telah teruji valid dan reliabel, sedangkan power prestige dan spending habit masing – masing terdiri dari 3 indikator.

Tabel 4.4. Deskriptif Statistik dari Etnis, Derajat

Extrovert, Power prestige, dan Spending habit

Variabel Kategori N %

Etnis Keturunan Chinese 90 48.91

Non Chinese 94 51.09

Pernyataan Mean* Standar

Deviasi banyak orang tertuju pada saya

2.91 0.53

(12)

pusat perhatian orang lain

Saya suka berbelanja 2.92 0.76 Bagi saya, uang memang untuk

dibelanjakan, bukan untuk

Sumber : Data Primer 2014

*interval kategori jawaban : 1.00-2.33 (rendah); 2.34-3.67 (sedang); 3.67-5.00 (tinggi)

Data statistik deskriptif pada tabel 4.4 mengenai

derajat extrovert menunjukkan skor rata-rata derajat extrovert secara keseluruhan adalah 2,92 dengan standar deviasi 0.50. Skor tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden cenderung memiliki kepribadian yang tidak terlalu extrovert, atau dengan kata lain derajat extrovert para responden sedang-sedang saja. Skor rata-rata variabel power prestige

(13)

power-prestige dipersepsikan cenderung sedang oleh responden. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden masih menilai uang tidaklah selalu sebagai alat untuk menunjukkan pengaruh, kekuasaan, dan

power mereka; bisa saja sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari, alat investasi, ataupun harus ditabung. Skor rata-rata yang dimiliki spending habit

(2.98) berada dalam interval yang sama dengan variabel derajat extrovert dan variabel power prestige, yaitu sedang, dimana skor tersebut menunjukkan responden memiliki kecendrungan spending habit yang sedang – sedang saja atau dengan kata lain tidak begitu boros.

4.5. Pengujian Hipotesis

(14)

terhadap power prestige dan dapat dilihat dalam hipotesis keempat dan kelima. Hipotesis keenam dan ketujuh menunjukkan apakah power prestige bisa berfungsi sebagai variabel moderating baik bagi variabel etnis ataupun derajat extrovert terhadap variabel

spending habit.

Tabel 4.5. Pengujian Hipotesis

Sumber : Data Primer 2014 *** = signifikan 1%

* = signifikan 10%

Hipotesis pertama menyatakan etnis memiliki pengaruh signifikan yang positif terhadap spending habit. Walaupun nilai estimate yang didapat positif, yaitu 0,013, namun berdasar pada p-value sebesar 0,870 yang jauh lebih besar di atas tingkat signifikan 5% (p-value ≤ 0,05), bahkan 10% ((p-value≤ 0,10), maka

(15)

Hipotesis kedua menyatakan bahwa derajat

extrovert memiliki pengaruh signifikan positif terhadap

spending habit. Parameter estimasi derajat extrovert

terhadap spending habit menunjukkan terdapat pengaruh positif 0,474 dengan p-value sebesar 0,000. Nilai p tersebut telah berada di bawah batasan 0,01 yang menunjukkan tingkat signifikan 1%, sehingga membuktikan hipotesis kedua dapat diterima. Terdapatnya nilai pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin tinggi derajat extrovert seseorang maka cenderung semakin boros.

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa power prestige memiliki pengaruh signifikan positif terhadap

spending habit. Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa p-value yang dimiliki sebesar 0,093 yang berarti hipotesis ini tidak signifikan pada tingkat 5%, namun masih signifikan pada tingkat 10% (p-value ≤ 0,10) sehingga

hipotesis ketiga dapat diterima. Terdapat pengaruh positif dengan nilai 0,133 yang berarti semakin tinggi sikap power prestige seseorang maka orang tersebut cenderung semakin boros.

(16)

Hipotesis kelima menyatakan bahwa derajat

extrovert memiliki pengaruh signifikan terhadap power prestige. Tabel 4.5 membuktikan bahwa hipotesis ini ditolak, karena nilai p dari derajat extrovert terhadap

power prestige yang mencapai 0,178 tidak memenuhi syarat tingkat error 10% (p ≤ 0,10) yang berarti tinggi

derajat extrovert seseorang tidak mempengaruhi tingginya sikap power prestige yang dimiliki.

Hipotesis keenam menyatakan bahwa power-prestige dapat menjadi variabel mediasi pengaruh etnis terhadap spending habit. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hipotesis ini ditolak, karena hanya p-value dari etnis terhadap power prestige saja yang menunjukkan signifikan pada tingkat 10%, sehingga variabel power prestige tidak dapat menjadi variabel intervening bagi variabel etnis.

Hipotesis ketujuh menyatakan bahwa power-prestige dapat menjadi variabel mediasi pengaruh derajat extrovert dari kepribadian terhadap spending habit. Tabel 4.5 menunjukkan bahwa hipotesis ini ditolak, karena hanya p-value dari derajat extrovert

terhadap spending habit (0,00) saja yang menunjukkan sigifikan pada tingkat 1%, sehingga variabel power prestige tidak dapat menjadi variabel intervening bagi derajat extrovert.

Untuk lebih memastikan apakah power prestige

(17)

spending habit atau tidak, digunakan Sobel Test. Dari hasil uji Sobel Test, didapatkan nilai 1,2730 yang lebih kecil dari nilai T-tabel sebesar 1,2861, dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa power prestige tidak dapat menjadi variabel mediasi pengaruh baik bagi variabel etnis maupun derajat extrovert terhadap

(18)
(19)

4.6. Pembahasan

4.6.1. Pengaruh Etnis Terhadap Spending habit

Hipotesis pertama menyatakan bahwa etnis memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap

spending habit. Dianggap positif karena pola pandang etnis dapat menurun pada tiap individu yang ada di dalamnya yang mengakibatkan berbeda etnis berbeda pula habit yang ditunjukkan. Misalnya seperti contoh etnis Tionghoa yang mengajarkan untuk memiliki, mengelola, dan menyimpan uang sebanyak–banyaknya karena memandang uang sebagai alat ukur kesuksesan sehingga seharusnya habit yang dimunculkan adalah cenderung menyimpan uang dan tidak berfoya-foya, berbeda dengan non Tionghoa yang mungkin memandang uang sebagai alat kekuasaan sehingga cenderung gampang mengeluarkan uang (dengan kata lain cenderung boros).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa etnis ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap

spending habit seseorang. Tidak adanya pengaruh etnis terhadap habit seseorang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perbedaan etnis berpengaruh ke berbagai macam kebiasaan seseorang, misalnya dalam hal saving habit

(20)

Penggunaan dummy dalam variabel ini diduga turut berpengaruh. Penggunaan dummy akan mengecilkan nilai koefisien jalur yang didapat. Semakin kecil nilai koefisien jalur, setelah dibagi dengan nilai

standard error, akan semakin kecil nilai koefisien korelasi yang didapat. Nilai koefisien korelasi yang semakin kecil membuktikan bahwa etnis tidak berpengaruh pada spending habit.

Ada beberapa faktor logis yang diduga menyebabkan mengapa dalam penelitian ini etnis tidak berpengaruh signifikan terhadap spending habit

(21)

Tionghoa maka habitnya „tertular‟ anggota keluarga

yang non Tionghoa tersebut.

Dugaan kedua adalah terjadi pencampuran kebudayaan, bukan dalam keluarga melainkan lingkungan pergaulannya. Seorang non Tionghoa yang dikelilingi teman-teman yang berasal dari keturunan Tionghoa bisa saja habit-nya tertular oleh teman-teman tersebut, contoh dari yang tadinya sangat boros menjadi berpikir dua kali dalam mengeluarkan uang karena teman-teman di sekelilingnya terbiasa hidup irit. Dugaan terakhir, kembali ke tabel 4.1., dapat dilihat bahwa apapun etnisnya, pengeluaran terbesar yang dimiliki ternyata sama, yang dimungkinkan karena semua responden adalah mahasiswa, yaitu makan, fotokopi materi kuliah, dan kebutuhan telekomunikasi (pulsa telepon dan internet). Walaupun 63,59% responden menyatakan akan diberi uang lagi jika uangnya habis, tetapi sebagian besar uang tambahan tersebut tetap habis untuk tiga keperluan pokok tersebut karena 72,28% responden berasal dari luar Salatiga.

4.6.2. Pengaruh Derajat Extrovert Terhadap

Spending habit

Adanya pengaruh positif dari variabel derajat

(22)

menunjukkan semakin tinggi derajat extrovert

seseorang, maka semakin tinggi pula spending habit -nya, dengan kata lain semakin boros. Seseorang yang memiliki derajat extrovert yang tinggi selalu terkait dengan kebutuhan akan kontak sosial, kekuasaan, dan status. Dia cenderung mudah masuk dalam pergaulan. Namun, tidak cukup hanya dengan masuk ke dalam lingkungan pergaulan, namun juga ingin agar dirinya menjadi pusat perhatian. Salah satu cara untuk menjadi pusat perhatian tersebut adalah dengan membelanjakan uangnya secara berlebih, sehingga wajar jika orang extrovert cenderung boros. Dia tidak lagi berpikir apakah uangnya dikeluarkan untuk hal-hal yang berguna atau tidak, namun semata-mata demi mendapatkan pengakuan dari sekelilingnya.

Selain karena adanya kebutuhan membangun relasi, penjelasan teori pembentukan kepribadian dan

(23)

selalu ditabung, maka kepribadian dan habit tersebut akan terus terbawa hingga ia dewasa. Pribadi tersebut akan memiliki derajat extrovert yang rendah dan cenderung memiliki saving habit. Sebaliknya, jika sejak kecil anak sudah dididik untuk selalu mentraktir

teman-temannya, maka ketika ia bertumbuh dewasa, derajat extrovert yang dimilliki akan cenderung demi memenuhi kontak sosial dengan lingkungan pergaulannya.

Pendekatan dari hasil penelitian Azzadina & Huda (2012) membantu memperkuat hasil penelitian ini. Mereka menyatakan bahwa ada kaitan antara derajat extrovert seseorang terhadap habit yang dimunculkan; dalam penelitian mereka disebutkan kebiasaan dalam pembelian produk fashion. Seseorang dengan derajat extrovert yang tinggi cenderung selalu membeli produk fashion yang sedang trend untuk mendapatkan pujian dari lingkungan pergaulannya, berbeda dengan seseorang dengan derajat introvert

(24)

4.6.3. Pengaruh Power prestige Terhadap Spending habit

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa power prestige berpengaruh positif terhadap spending habit, sesuai seperti penelitian – penelitian sebelumnya (Roberts & Sepulveda, 1998; Cummin et al. et al., 2005). Sikap terhadap uang yang ditunjukkan melalui dimensi power-prestige berarti menganggap uang berperan penting untuk mendapatkan pengakuan dari pihak lain (eksternal), status sosial, achievement, dominasi atas orang lain dan pada akhirnya uang dipandang sebagai simbol status dan kesuksesan. Selain itu, uang juga dipandang sebagai alat untuk mendapatkan kekuasaan (power) atas lingkungan dan orang disekitarnya sehingga uang dipakai untuk memengaruhi orang lain. Nilai rataan tertinggi (dari tabel 4.4) diantara ketiga indikator dalam variabel

(25)

maka perilaku boros yang diperlihatkan akan semakin tinggi pula.

Dalam bidang ilmu psikologi, kaitan yang erat antara sikap terhadap perilaku ini sudah sesuai dengan teori Planned Behavior (Ajzen, 1991) yang menyatakan bahwa sikap seseorang berpengaruh pada tindakannya. Teori Ajzen tersebut diperkuat dengan pernyataan Taneja (2012) :

“it is important to understand the attitude of people towards money because it is the money attitude that determines the money behavior of an individual”

4.6.4. Pengaruh Etnis Terhadap Power prestige

(26)

bahwa terdapat pengaruh antara etnis terhadap power prestige.

Hasil dalam penelitian ini dimana etnis berpengaruh positif terhadap power prestige sudah sejalan dengan penelitian - penelitian sebelumnya

(27)

4.6.5. Pengaruh Derajat Extrovert Terhadap Power prestige

Walaupun tidak terbukti adanya pengaruh signifikan derajat extrovert terhadap spending habit, namun nilai estimate yang didapat positif (0,114) menandakan seharusnya semakin tinggi derajat

extrovert seseorang maka semakin tinggi kecendrungan sikap power prestige-nya. Seharusnya, sesorang dengan derajat extrovert yang tinggi akan memandang uangnya sebagai alat kekuasaan; bagaimana caranya menggunakan uang untuk mempengaruhi orang lain mengikuti kehendaknya karena extrovert selalul berkaitan dengan 3 hal : kontak sosial, kekuasaan, dan status.

Dugaan pertama yang muncul adalah sebagian besar responden dalam penelitian ini cenderung memiliki derajat extrovert yang tidak tinggi, dengan kata lain sedang-sedang saja. Jika dicermati pada tabel 4.4. dapat dilihat bahwa hasil rataan yang didapat derajat

extrovert berada dalam level sedang. Mungkin, derajat

extrovert yang berada dalam level sedang itulah yang menyebabkan dimensi power prestige dari responden tidak kentara, dengan kata lain karena responden dalam penelitian ini umumnya memiliki derajat

(28)

biasa-biasa saja. Seseorang yang tidak ingin terlalu menonjolkan dirinya di muka umum cenderung tidak memandang uang sebagai alat kekuasaan.

Dugaan kedua yang muncul adalah adanya faktor lain yang berasal dari luar diri seseorang (faktor eksternal). Lin (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada faktor lain yang lebih mempengaruhi power prestige seseorang dibandingkan personality, yaitu

lifestyle. Yang dimaksud Lin dengan lifestyle adalah bagaimana lingkungan mempengaruhi sikap seseorang untuk mengikuti trend, sehingga dimungkinkan bagaimanapun kepribadian orang tersebut, jika lingkungan sekitar mempunyai pola pikir tertentu maka seseorang cenderung ikut-ikutan pola pikir tersebut. Hasil penelitian Lin tersebut membantu menjelaskan mengapa dalam hasil penelitian ini ditemukan derajat

extrovert tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap

power prestige.

4.6.6. Power prestige Menjadi Variabel Mediasi Pengaruh Etnis terhadap Spending habit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa etnis berpengaruh terhadap power prestige, namun tidak terhadap spending habit, maka variabel power prestige

(29)

membentuk sikap seseorang (Anderson & Paskeviciute, 2006), maka menurut teori Planned Behavior (Ajzen, 1991) semestinya sikap berlanjut menjadi habit. Misalnya, ajaran etnis Tionghoa yang mengajarkan untuk memiliki, mengelola, dan menyimpan uang sebanyak – banyaknya karena memandang uang sebagai alat ukur kesuksesan sehingga seharusnya

habit yang dimunculkan adalah cenderung menyimpan uang dan tidak berfoya-foya, namun hasil penelitian menunjukkan sebaliknya. Walaupun etnis berpengaruh pada sikap responden, namun habit yang dikeluarkan berlawanan dengan sikap yang dimiliki.

Dugaan pertama adalah adanya kontrol perilaku. Baumeister (2002) menyatakan self control

dapat mempengaruhi habit yang akan dimunculkan. Haning (2012) menyebutkan salah satu indikator kontrol perilaku adalah ketersediaan sumber daya, dimana dalam penelitian ini uang saku, apapun etnisnya 38,04% responden menjawab mendapat uang saku antara 500 ribu sampai dengan 1 juta rupiah tiap bulannya, sehingga karena keterbatasan uang saku itulah walupun responden dari etnis tertentu memandang uang sebagai alat kekuasaan namun ia tidak dapat bertindak boros.

(30)

disebutkan sebelumnya, kebiasaan dalam keluarga dimana telah terjadi pencampuran kebudayaan didalamnya memengaruhi habit seseorang. Takut akan penilaian negatif orang lain terhadap etnis mereka juga turut menjadi pendorong adanya perbedaan antara

habit yang dimunculkan dengan sikap yang dimiliki. Jika seseorang bertindak boros, mereka akan dianggap „kaya‟ dan sombong, atau bahkan dapat dimanfaatkan teman sekelilingnya, sehingga sikap terhadap uang yang dimiliki cenderung jarang ditunjukkan kepada teman-temannya, atau bahkan tidak sama sekali karena lebih nyaman mengikuti sikap teman-temannya. Dugaan lainnya yang muncul, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yakni kesamaan dalam pengeluaran pokok memaksa mereka untuk mengendalikan spending habit yang dimiliki. karena kesamaan dalam jumlah uang saku.

4.6.7. Power prestige Dapat Menjadi Variabel Mediasi Pengaruh Derajat Extrovert dari Kepribadian Terhadap Spending habit

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa derajat extrovert berpengaruh terhadap spending habit, namun tidak terhadap power prestige, sehingga variabel

(31)

Semestinya semakin tinggi derajat extrovert seseorang maka semakin tinggi pula dimensi power prestige-nya karena orang tersebut ingin diakui dan diterima oleh lingkungan sekitarnya, dan ketika power prestigenya tinggi maka berpengaruh pada spending habitnya yakni cenderung gampang dalam membeli barang, selalu yang mahal dan bermerk; namun hasil yang didapat berkebalikan : semakin tinggi derajat extrovert

seseorang tidak berpengaruh pada sikap seseorang terhadap uang, walaupun tetap cenderung berperilaku boros.

(32)

Gambar

Tabel 4.1. Karakteristik Responden
Gambar 4.1. Posisi Full Model Struktural
Tabel 4.2. Posisi Goodness-of-fit Indices Full Model
Tabel 4.3. Construct Reliability
+4

Referensi

Dokumen terkait

Operasi NAND merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar AND dan NOT. Masukan terdiri dari dua atau lebih variabel mulai dari A, B, … dan satu variabel keluaran Q.

Serta tidak terpengaruh dengan teman-teman sebaya dan poengaruh iming-iming iklan yang memeberikan dampak negativ dalam gaya hidup dan mediasosial yang semakin

[r]

Pada hari ini, Rabu tanggal Dua Puluh Dua bulan Mei tahun Dua Ribu Tiga Belas , telah dilaksanakan Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) secara on-line pada lpse Kabupaten

Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Kalimantan Barat akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi sebagai berikut :..

perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau direksi yang bertindak

Di dalam kehidupan sehari-hari PERMINTAAN adalah salah satu obyek yang tunduk kepada HUKUM UTILITAS YANG MAKIN BERKURANG.. (Law of Diminishing

memiliki pengalaman yang baik dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi bidang arsitektural, sub bidang bangunan-bangunan non perumahan lainnya, dalam kurun waktu 10