EFEKTIVITAS PEMBERIAN TUGAS SEBELUM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PROSES DAN HASIL BELAJAR
PADA KONSEP GENETIKA DI KELAS III SMAN 1 KAYU ARO KERINCI
(Effectiveness of Duty Gift Before Study Process to Process and Result Learn at Concept GeneticsIn Class III of SMAN 1 Kayu Aro Kerinci)
Jodion Siburian1), Gardjito 2) dan Yuliani 3)
ABSTRAK. Penelitian tentang pemberian tugas konsep genetika sebelum proses pembelajaran telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa Kelas III SMAN 1 Kayu Aro Kerinci. Penelitian menggunakan Randomized Control Group Only Design. Subjek penelitian yang digunakan terdiri dari kelompok eksperimen (experimental group) dan kelompok kontrol (control group). Pemberian tugas untuk kelompok eksperimen berupa penyelesaian soal-soal, pemecahan masalah dan pembuatan laporan. Pada akhir proses pembelajaran, kedua kelompok diberi test akhir dan hasilnya diuji menggunakan uji-t (t-test). Disamping test akhir, juga dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas siswa, menggunakan instrumen observasi. Hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis data pada kelompok eksperimen menunjukkan bahwa aktivitas positif sejumlah 29,81% dan 3,44% aktivitas negatif, sedangkan pada kelompok kontrol, adalah 19,68% aktivitas positif dan aktivitas negatif sejumlah 8,66%. Rata-rata hasil test akhir adalah 58,8 pada kelompok kontrol, sedangkan pada kelompok eksperimen adalah 75,4. Hasil t-hitung adalah 5,06 sedangkan
t-tabel adalah 1,997 ( = 0,05: db= n1+n2-2). Dengan demikian, bahwa pemberian tugas
sebelum proses pembelajaran adalah efektif terhadap proses dan hasil belajar siswa kelas III SMAN1 Kayu Aro Kerinci.
ABSTRACT . Research about duty gift conception genetic before study process have been conducted to know effectiveness and its influence to result learn student of Kelas III SMAN 1 Kayu Aro Kerinci. Penelitian use Randomized Control Group Only Design. consisted of Used to be Subjek research of experiment group (experimental group) and the control group. Pemberian duty for the experiment group in the form of solving of problems, trouble-shooting and report making. By the end of study process, group second given by the final test and result tested to use uji-t ( t-test). Final Disamping test, also be conducted by observation to study process to know student activity, using observation instrument. result Analysed descriptively. Result of data analysis of experiment group indicate that positive activity an amount of 29,81% and 3,44% negative activity, while at control group, is 19,68% positive activity and the negative activity an amount of 8,66%. Mean of result of final test is 58,8 at group control, while at experiment group is 75,4. result T-hitung is 5,06 while t-tabel is 1,997 = 0,05: db= n1+n2-2. Thereby, that duty gift of before study process [is] effective to process and result learn student of class of III SMAN1 Kayu Aro Kerinci.
Keyword : Effectiveness, Duty Gift, Process, Result Learn and Genetic
1.
Drs. Jodion Siburian, M.Si adalah dosen Pendidikan Biologi PMIPA-FKIP Uiversitas Jambi 2.
Drs. Gardjito adalah dosen Pendidikan Biologi PMIPA-FKIP Universitas Jambi 3.
PENDAHULUAN
Sejumlah 23% siswa kelas III IPA SMAN 1 Kayu Aro Kerinci menyebutkan bahwa pelajaran biologi di SMA merupakan hafalan. Mereka jarang mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran yang akan dipelajari disekolah. Siswa tergantung pada guru semata, dalam arti siswa bersikap pasif dalam proses belajar dan tidak dapat bekerja secara mandiri, terbiasa menggantungkan materi, cara belajar dan cara memperoleh informasi serta keberhasilannya kepada guru saja. Meskipun siswa menganggab biologi didominasi hafalan, namun rata-rata hasil belajar biologi siswa pada semester 1 Tahun
Ajaran 2004/2005, berdasarkan data
dokumentasi TU SMAN 1 Kayu Aro Kerinci juga tergolong rendah yaitu 5,03 pada kelas III IPA1 dan 5,4 pada kelas III IPA 2.
Rendahnya penguasaan siswa
terhadap konsep biologi yang sebahagian besar meliputi konsep-konsep genetika dimungkinkan karena model mengajar yang kurang sesuai. Salah satu penyebabnya dapat diakibatkan kurangnya latihan, serta pola
penyelesaian soal latihan masih
menggunakan langkah-langkah kerja secara global saja. Kedaan demikian semakin parah jika jenjang kesulitan dan variasi soal latihan kurang diperhatikan dan dapat menimbulkan masalah untuk memahami materi genetika. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat bahwa salah satu masalah
pengajaran dan berbagai gejala yang tampak adalah masalah jenjang latihan dan langkah-langkah penyelesaian soal latihan (Arifin, 1995). Materi genetika di SMA merupakan materi yang sangat mendasar (fundamental) bagi materi lanjutan di Perguruan Tinggi. Genetika menjadi satu mata kuliah pokok wajib di Jurusan Biologi dan Jurusan yang relevan. Pemahaman konsep genetika di SMA
melibatkan perhitungan dasar konsep
genetika. Jika konsep genetika tidak dikuasai siswa SMA, akan susah memahami dan menguasai konsep genetika di Perguruan
Tinggi. Keadaan demikian secara
keseluruhan tentu akan mengakibatkan rendahnya indeks prestasi lulusan mahasiswa.
Sistim pengajaran yang baik
seharusnya dapat membantu siswa
mengembangkan dirinya secara optimal. Kegiatan belajar yang dilaksanakan harus dapat memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna bagi
dirinya. Guru perlu memberikan
bermacam-macam situasi belajar yang memadai dan menyesuaikannya dengan
kemampuan dan karakteristik siswa
terhadap materi yang disajikan, sehingga siswa dapat terbantu menguasai materi yang susah dipahami (Soekamto, Wardani dan Winataputra, 1993).
Suatu upaya yang memungkinkan dapat membantu pemecahan permasalahan tersebut adalah pengajaran dengan metode
penugasan, berupa latihan secara
sistematis. Dengan penugasan, siswa dimungkinkan dapat mengenal langkah-langkah penyelesaian soal secara praktis. Optimalnya upaya tersebut tentunya dengan penugasan terprogram. Kondisi
tersebut dapat membantu transfer
pengalaman belajar siswa kelak menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi, sehingga transisi cara belajar di SMA ke Perguruan Tinggi dapat terjembatani.
Belajar adalah peristiwa yang berproses dan prosesnya berlangsung dalam jangka waktu tertentu (Suhabuddin, 1994). Belajar adalah proses aktif yang berinteraksi terhadap semua situasi disekitar. Belajar adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat, melihat, mengamati, memahami melalui berbagai pengalaman terhadap sesuatu yang dipelajari (Sudjana, 1989). Disisi lain, mengajar merupakan kegiatan
membimbing, mengatur dan
mengorganisasi lingkungan sekitar, agar
siswa terdorong menimbulkan dan
mengalami proses belajar. Proses belajar yang dialami tersebut dapat efektif jika pengajar mampu membuat variasi dalam mengajar (Slameto, 1987).
Metode pemberian tugas
yang harus diselesaikan oleh siswa dalam jangka waktu tertentu yang disepakati bersama (Djajadisatra, 1985). Metode penugasan (resitasi) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegitan belajar. Metode tersebut dapat dilakukan di
kelas, di halaman, di rumah, di
perpustakaan, atau dimana saja asal tugas dapat dikerjakan (Djamarah dan Zain, 1996) merangsang siswa secara individu atau kelompok untuk aktif belajar.
Agar siswa dapat belajar di luar kelas maka metode penugasan dianggab tepat. Namun demikian dalam pemberian tugas, jenis, keluasan, dan kesukaran tugas perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kemampuan siswa. Pemberian tugas bukan pemberian hukuman, atau mempersulit siswa, tetapi memperluas, memperkaya, dan memperdalam bahan yang diberikan di dalam kelas. Bentuk tugas dapat berupa menjawab pertanyaan, mencari soal dan membuat penyelesaian sendiri, membuat gambar, klipping, pengamatan lingkungan dan sebagainya (Ibrahim dan Syaodih, 1996).
Bedasarkan permasalahan tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas pemberian tugas sebelum proses belajar mengajar terhadap proses dan hasil belajar pada konsep genetika di kelas III IPA SMAN1 Kayu Aro Kerinci”.
METODE PENELITIAN
Penelitian terhadap sampel yaitu Kelas III IPA 1 dan 2 SMAN1 Kayu Aro Kerinci, dilaksanakan pada bulan Maret–
Mei 2005, menggunakan rancangan
Randomized Control Group Only Design (RCGOD). Penelitian menggunakan instrumen berupa lembaran observasi
instrumen lembaran test berbentuk
objektif. Hasilnya diuji normalitas, homogenitas, dan perbedaan dua rata-ratanya, selanjutnya hasil test di analisis dengan uji-t (t-test) sesuai prosedur Sudjana (1992). Sebelum digunakan, instrumen test terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk uji validitas, taraf kesukaran daya pembeda dan reliabilitas
soal (Arikunto, 2001).
HASIL PENELITIAN
Setelah test akhir dianalisis, diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Data hasil belajar yang diperoleh melalui test akhir belajar dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, kelas kontrol dengan kelas eksperimen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata untuk menguji hipotesis menggunakan uji t-test.
1. Berdasarkan perhitungan uji normalitas diperoleh L-hitung (L0) = 0,070 untuk kelas kontrol dan 0,112 untuk kelas eksperimen, sedangkan L-tabel adalah 0,150. Dengan demikian, jika harga L-hitung L-tabel, maka sampel tersebut tersebar secara normal.
2. Berdasarkan perhitungan uji
homogenitas, diperoleh F-hitung = 0,90, sedangkan F0,95 (34,35) = 0,56, dan
F0,05 (35,34) =1,77. Dengan demikian
F0,95 (34,35) F F0,05 (35,34) atau 0,56
0,90 1,77 sehingga kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama.
3. Berdasarkan uji normalitas dan
Tabel 1. Tabulasi analisis test akhir hasil belajar siswa kelas III IPA Kayu Aro Kerinci
NO KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN
Xi Fi Fx X1 – X F1 ( X1 – X)2 Xi Fi Fx X1 – X F1 ( X1 – X)2
01. 9 1 9 - 7,46 55,65 14 2 28 - 6,61 87,38
02. 10 2 20 - 6,46 83,46 15 1 15 - 5,61 31,47
03. 11 1 11 - 5,46 29,81 16 2 32 - 4,61 42,50
04. 12 1 12 - 4,46 19,89 17 1 17 - 3,61 13,03
05. 13 2 26 - 3,46 23,94 18 6 108 - 2,61 40,87
06. 15 7 104 - 2,46 14,92 19 2 38 - 1,61 5,18
07. 16 4 64 - 1,46 0,85 20 1 20 - 0,61 0,37
08. 17 4 68 - 0,46 1,17 21 3 63 0,39 0,46
09. 18 2 36 0,54 4,74 22 6 132 1,39 11,59
10. 19 2 38 1,54 12,90 23 4 92 2,39 22,85
11. 20 4 80 2,54 50,13 24 4 96 3,39 45,97
12. 21 3 63 3,54 61,83 25 3 75 4,39 57,82
13. 22 2 44 4,54 61,38 26 1 26 5,39 29,05
Jlh 35 576 420,67 36 742 388,54
Keterangan :
Xi = Skor yang diperoleh siswa ; Fi = Jumlah siswa yang memperoleh skor tertentu (Xi) Fx = Jumlah skor seluruh siswa (Xi x Fi); X = Skor rata-rata siswa
Sedangkan persentasi hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada saat berlangsungnya proses pembelajaran , meliputi aktivitas positif dan aktivitas negatif, dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persentasi hasil observasi aktivitas siswa kelas III IPA Kayu Aro Kerinci pada proses pembelajaran
KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN
NO AKTIVITAS SISWA Obs 1 Obs 2 Obs 3 Obs 1 Obs 2 Obs 3
n % n % n % n % n % n %
A Aktivitas Positif 1.Memperhatikan guru
menjelaskan pelajaran 25,84 71,78 27,34 78,11 25,64 73,26 32,81 91,14 33,30 93,50 32,12 92,0
2.Aktif menjawab pertanyaan 0,68 1,94 0,85 2,43 0,34 0,97 4,70 13,06 5,70 15,83 7,09 19,69 3.Aktif bertanya 0,51 1,46 0,34 0,97 0,51 1,46 3,02 8,42 1,53 4,25 1,19 3,31 4. Menjawab pertanyaan 0,68 1,94 0,17 0,49 0,51 1,46 1,87 5,19 1,86 5,17 2,21 6,14
Rata-rata 19,24 20,50 19,29 29,45 29,69 30,29
B Aktivitas Negatif 1.Tidak memperhatikan
pelajaran (berbicara) 5,03 14,37 4,87 13,91 5,52 15,77 1,18 3,28 0,84 2,33 1,19 3,31 2.Mengganggu teman 1,52 4,34 0,85 2,43 0,85 2,43 0,85 2,36 1,02 2,83 0,51 1,42
3.Kegiatan negatif lain yang
mengganggu 2,87 8,20 2,70 7,71 3,06 8,74 2,02 5,61 2,03 5,64 1,52 4,22
Rata-rata 8,97 8,02 8,98 3,75 3,60 2,98
Keterangan :
Obs : Observasi ; n : Jumlah keaktifan siswa
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Setelah hasil dianalisis, diperoleh perbedaan tingkat aktivitas siswa selama PBM dan rata-rata hasil belajar pada kelompok kontrol dengan eksperimen. Pemberian tugas sebelum PBM, efektif dan lebih baik terhadap proses dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Terbukti
kepercayaan 95% yaitu, pemberian tugas sebelum proses pembelajaran efektif terhadap proses dan hasil belajar pada konsep genetika di kelas III IPA SMAN1 Kayu Aro Kerinci.
Untuk memperoleh suatu
ketangkasan atau keterampilan, biasanya diperlukan latihan berkali-kali dan terus menerus terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara teratur pengetahuan dapat disempurnakan (Surakhmad, 1980). Menurut Djajadisastra (1982), metode latihan adalah suatu kegiatan melakukan hal yang sama berulang-ulang dengan tujuan untuk
memperkuat atau menyempurnakan
keterampilan agar menjadi bersifat
fermanen, sehingga tidak mudah
dilupakan.
Pemberian tugas merupakan
alternatif variasi pembelajaran yang dapat menyebabkan siswa selalu melakukan kegiatan latihan, baik berupa pemecahan soal atau tugas lainnya. Pemberian tugas pada pembelajaran genetika di kelas III IPA SMN1 Kayu Aro Kerinci dapat
melatih siswa memperkuat atau
menyempurnakan keterampilan dan
pemahaman konsep genetika, sehingga menjadi lebih bersifat fermanen dan tidak mudah dilupakan. Metode latihan juga membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena siswa menjadi subjek dan pelaku kegiatan belajar. Hal tersebut terbukti dari hasil belajar kelompok eksperimen yang aktif melakukan latihan, lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.
Agar siswa dapat berperan sebagai pelaku kegiatan pembelajaran, guru dapat membuat tugas yang betul-betul menuntut siswa melakukan aktivitas belajar, dengan tujuan meningkatkan kemampuan dan keterampilannya menerapkan konsep yang dikuasainya. Disisi lain, dapat membantu guru untuk mengetahui bagian konsep belum dipahami dan mendeteksi siswa
dilakukan. Menurut Skinner dalam
Popham dan Baker (1983), bahwa
pengajaran yang terprogram dengan baik mencakup tiga ciri yaitu: 1) Respon aktif dari siswa terhadap bahan pengajaran, 2) Siswa dapat mengetahui dengan segera, tepat atau tidak jawabannya. 3) Siswa dapat menempuh program pembelajaran sesuai dengan temponya. Dalam hal ini, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan, dan pengajar dapat dibebaskan dari sebagian tugas yang lebih banyak memakan waktu,
sehingga usaha peningkatan mutu
pendidikan tentu akan lebih baik .
Salah satu hasil akhir yang
diharapkan dicapai dari proses
pembelajaran adalah siswa yang mandiri. Siswa diharapkan tidak tergantung pada guru saja, dalam arti siswa harus bersikap aktif dalam proses belajar, dan dapat bekerja secara mandiri, menjadi guru bagi dirinya sendiri. Menurut Cahyana (1998) seorang tenaga pengajar yang berkualitas adalah tenaga pengajar yang mampu membelajarkan siswa secara mangkus
sesuai dengan kendala-kendala
sumberdaya dan lingkungan. Dengan demikian, guru mampu membuat siswa belajar mandiri, mampu membiasakan diri untuk tidak terlalu menggantungkan materi, cara belajar dan cara memperoleh informasi serta keberhasilannya kepada orang lain.
Upaya membantu belajar yang mandiri dengan efisien dan efektif, yaitu menggunakan waktu siswa secara berhasil guna melalui pemberian tugas, karena guru tidak lagi menjelaskan materi dari awal
sampai akhir, melainkan membahas
Penugasan, merupakan kreativitas guru
untuk menghilangkan ketergantungan
siswa kepadanya, memacu belajar mandiri sebagai kegiatan sentral atau kegiatan pokok dan menempatkan kegiatan lain sebagai pelengkap, karena siswa dapat memilih sumber, waktu, tempat dan cara
belajar yang diinginkan sesuai
karakteristik sendiri.
Pemberian tugas, dapat memacu
siswa meningkatkan aktivitas yang
menunjang proses belajar kearah positif disebut aktivitas positif. Meningkatnya aktivitas positif dalam belajar, akan
mengurangi bahkan menghilangkan
aktivitas yang tidak menunjang dan disebut aktivitas negatif. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian, bahwa pemberian tugas sebelum proses pembelajaran, menyebabkan aktivitas yang menunjang proses belajar meningkat. Aktivitas positif siswa berdasarkan observasi selalu
meningkat tahap demi tahap, pada
kelompok eksperimen yaitu: pada
observasi 1 adalah 29,45%, observasi 2 adalah 29,69% dan 30,29% pada observasi 3, dengan rata-rata 29,81%. Sedangkan pada kelompok kontrol persentasenya relatif sama, yakni: pada observasi 1 adalah 19,24%, observasi 2 adalah 20,50% dan 19,68% pada observasi 3, dengan rata-rata 19,68%.
Aktivitas positif kelompok
eksperimen terlihat lebih baik dibanding kelompok kontrol. Sebaliknya aktivitas negatif kelompok eksperimen justru cenderung menurun setiap tahap observasi dan lebih rendah dibanding kelompok kontrol. Pada Tabel 2 aktivitas negatif
kelompok eksperimen 3,75% pada
observasi 1; 3,60% pada observasi 2 dan 2,98% pada observasi 3 dengan rata-rata 3,44%. Sedangkan pada kelompok kontrol, persentasenya relatif konstan, yakni: 8,97% pada observasi 1; 8,02% pada observasi 2 dan 8,98% pada observasi 3, dengan rata-rata 8,66%. Djamarah (1994),
mengemukakan belajar adalah suatu
aktivitas yang menimbulkan perobahan
dalam diri individu yang akan
mempengaruhi pola pikir individu dalam bertindak. Ini sesuai dengan pendapat Davis dalam Soekamto, Wardani, dan Winataputra (1993), bahwa penguasaan terhadap suatu tahapan atau pengetahuan
awal akan membuat proses belajar
mengajar untuk materi selanjutnya lebih berarti.
Suatu PBM baru berhasil dengan baik kalau proses itu secara nyata sudah tumbuh dalam diri siswa sendiri. Untuk memperolehnya biasanya perlu latihan berulang dan terus menerus terhadap apa yang telah dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara teratur pengetahuan tersebut dapat disempurnakan (Surakhmad,
1980). Melalui penugasan, siswa
melakukan kegiatan berulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk
memperkuat suatu asosiasi atau
menyempurnakan keterampilannya agar menjadi bersifat fermanen dan tidak mudah dilupakan. Funk dan James (1985) menyatakan bahwa pendekatan konsep lebih baik daripada pendekatan fakta, namun pendekatan keterampilan proses masih lebih baik lagi. Melalui latihan dan proses yang teratur akan membentuk pengetahuan siswa lebih permanen, serta dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya dalam menerapkan
konsep-konsep yang dikuasai untuk
menyelesaikan test akhir.
Siswa yang aktif belajar, baik
individual maupun kelompok dapat
memperluas, memperkaya, dan
memperdalam penguasaan konsep
genetika. Penguasaan, mastering
Kayu Aro Kerinci, sehingga hasil yang diperoleh pada test akhir pembelajaran memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan analisis penelitian dapat disimpulkan, bahwa
pemberian tugas sebelum proses
pemelajaran efektif terhadap proses dan hasil belajar pada konsep genetika di kelas III IPA SMAN 1 Kayu Aro Kerinci.
Dengan demikian dapat disarankan,
penugasan baik berupa latihan maupun pemecahan soal-soal baik dilakukan dalam pembelajaran genetika, karena melalui latihan bertahap dan terpogram, dapat menyebabkan siswa lebih aktif, dapat
meningkatkan kemampuan dan
keterampilannya, serta dapat
meningkatkan hasil belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1985. Penelitian Kependidikan,
Prosedur dan Strategi. Angkasa: Bandung
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Airlangga University Press:
Surabaya.
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Ed. Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Rineka Cita: Jakarta.
Cahyana, A. 1998. Tujuan Pendidikan
untuk Pembangunan, Mencari
Alternatif Reformasi Pembangunan Pendidikan. J. Kajian Pendidikan dan Kebudayaan No. 014 Th. IV September 1998: p. 4-20.
Djajadisastra, J. 1985. Metode-metode Mengajar. Angkasa: Bandung.
Nasional: Jakarta.
Djamarah, S.B. dan Zain, A. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Drost, Sj. J. 2005. Dari KBK sampai MBS: Esai Pendidikan. Penerbit Buku Kompas: Jakarta.
Fosnot, C.T. 1989. Equiring Teacher
Equiring Learners, A
Constructivist Approach for
Teaching. New York: Mc Graw-Hill, Inc.
Funk dan James, H. 1985. Learning
Science Process Skills.
Kendall/Hunk, Publishing
Company Dubugue, Iowa.
Ibrahim, R. dan Syaodih, N.S. 1996. Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta: Jakarta.
Popham, W.J. dan Baker, E.L. 1983.
Bagaimana Mengajar dengan
Sistimatis. Kanisius: Jakarta.
Slameto. 1987. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.
Soekamto,T., Wardani,I. G.A.K., dan Winataputra, U.S. 1993. Prinsip
Belajar dan Pembelajaran.
Depdikbud-Dirjendikti: Jakarta.
Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa
Aktif dalam Proses Belajar
Mengajar. Sinar Baru: Bandung.
Sudjana, N. dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru Algensindo: Bandung.
Sudjana. 1992. Metode Statistika. Edisi ke-5. Tarsito: Bandung.
Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar. Remaja
Suhabuddin, H. 1994. Kemampuan Mengajar Guru Tamatan IKIP Ujung Pandang pada Berbagai Jenis dan Jenjang Pendidikan di Daerah Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Pendidikan. Jilid I., No. 2 Th 1994: p. 136-145.
Surakhmad, W. 1980. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar: Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Tarsito: Bandung.