DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I
PEMILIHAN SAMPEL PENELITIAN
No
Nama perusahaan Kode
Saham
8 IntiKeramikAlamAsriIndustriTbk IKAI √ √ √ √ 1
128 PyridamFarmaTbk PYFA √ √ √ √ 33
NO Kode Perusahaan Nama Perusahaan
1 IKAI Inti Keramik Alam Asri Industri Tbk
2 MLIA Mulia Industrindo Tbk
3 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
4 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk
5 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk
6 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
7 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
8 LION Lion Metal Works Tbk
9 LMSH Lionmesh Prima Tbk
10 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
11 DPNS Duta Pertiwi Nusantara
12 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
13 INCI Intan Wijaya International Tbk
14 SRSN Indo Acitama Tbk
15 BRNA Berlina Tbk
16 TRST Trias Sentosa Tbk
17 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk
18 ASII Astra International Tbk
19 AUTO Astra Auto Part Tbk
20 GJTL Gajah Tunggal Tbk
21 INDS Indospring Tbk
22 NIPS Nippres Tbk
23 PRAS Prima alloy steel Universal Tbk
26 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk
27 SKBM Sekar Bumi Tbk
28 SKLT Sekar Laut Tbk
29 STTP Siantar Top Tbk
30 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
31 KLBF Kalbe Farma Tbk
32 KAEF Kimia Farma Tbk
33 PYFA Pyridam Farma Tbk
34 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
35 MBTO Martina Berto Tbk
36 TCID Mandom Indonesia Tbk
37 UNVR Unilever Indonesia Tbk
38 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
39 KICI Kedaung Indag Can Tbk
LAMPIRAN 3
Tabulasi Variabel Independen dan Dependen
38 KDSI 1.00 0.50 75.68 4.81 68644.00
39 KICI 0.62 0.33 83.06 0.23 3391.00
40 LMPI 0.38 0.50 83.27 0.01 -69362.96
LAMPIRAN 4
Skor DEA Kecakapan Manajerial
NO SUB SEKTOR SKOR DEA
TERTINGGI TERENDAH
2012-2014 2012 2013 2014
1 KERAMIK & PORSELEN 1.00 0.57 061 0.65
2 LOGAM & SEJENISNYA 1.00 0.45 0.36 0.37
3 KIMIA 1.00 0.60 0.55 0.55
4 PLASTIK DAN KEMASAN 1.00 0.92 0.87 0.95
5 OTOMOTIF & KOMPONEN 1.00 0.21 0.19 0.20
6 MAKANAN & MINUMAN 1.00 0.56 0.66 0.84
7 FARMASI 1.00 0.72 0.62 0.84
8 KOSMETIK 1.00 0.51 0.43 0.44
9 ALAT RUMAH TANGGA 1.00 0.43 0.50 0.38
LAMPIRAN 5
STATISTIK DESKRIPTIF
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kecakapanmanajerial 120 .1876 1.0000 .798283 .2347133
Proporsi komisarins
independen
120 .25000 .80000 .3878867 .10598700
Kepemilikan manajerial 120 .00100 25.61000 3.9552508 6.01432121
Kepemilikan institusional 120 1.07000 97.99000 68.5860250 19.65983732
Manajemen laba 120 12.98 13810000.00 397185.7655 1.53077E6
Lampiran 6
UJI ASUMSI KLASIK
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 120
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.27520652
Most Extreme Differences Absolute .095
Positive .062
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z 1.036
Asymp. Sig. (2-tailed) .233
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), Kep_Man, kecaka M, Proporsi_KI, Kep_Inst
b. Dependent Variable: M_laba
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 118.849 4 29.712 6.206 .000a
Residual 550.570 115 4.788
Total 669.419 119
a. Predictors: (Constant), Kep_Man, kecaka M, Proporsi_KI, Kep_Inst
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 8.946 1.237 7.232 .000
kecaka M 3.156 .860 .312 3.669 .000 .988 1.013
Proporsi_KI 2.165 1.960 .097 1.105 .272 .933 1.072
Kep_Inst -.018 .012 -.151 -1.490 .139 .700 1.428
Kep_Man -.136 .039 -.344 -3.489 .001 .735 1.361
Daftar pustaka
Ali, H. Masyhud, 2006. Manajemen Risiko Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Arfani, Astri Nur Kusumawati dan Noer Sasongko.2005.“Analisis Perbedaan Pengaturan Laba (Earnings management) Pada Kondisi Laba dan Rugi Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4 No. 1.
Belkoui, Ahmed R. 2001. Teori Akuntansi, Edisi 4, Jilid 2. Alih Bahasa Mawinta, Hajayanti Widiastuti, Heri Kurniawan, Alia Arisanti. Penerbit Salemba Empat, Jakarta, hal 127.
Chen, Carl R dan Thomas L. Steiner. 1999. ”Managerial Ownership and Agency Conflicts: A Nonlinear Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy”. The Financial Review 34: 119-136
Christiani, I. and Nugrahanti, Y. W. (2014). Pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 16(1), 52-62.
Eisenhardt, Kathleem.(1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review,14.Hal 57-74.
Halim, Julia, Carmel Meiden, Rudolf Lumban Tobing. 2005. Pengaruh Manajemen Laba pada Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang termasuk pada LQ-45. SNA VIII Solo. Ikatan Akuntan Indonesia.
Healy, P., dan Wahlen J. 1999.A Review of The Earnings ManajementLiterature and Its Implications for Standard Setting. AccountingHorizon 12(4).
Herawaty, Vinolla. 2008. “Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan" Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, pp. 97-108
Herlina. 2015. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Dengan Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Pemoderasi” Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Lampung. Lampung.
Iqbal. Syaiful dan Fachrityah. Nurul. 2007. “Corporate Governance Sebagai Alat Pereda Praktik Manajemen Laba (Earnings Management)”. Vol. 10. No.3.
Isnugrahadi, Indra dan Indra Wijaya Kusuma. 2009.Pengaruh Kecakapan Manajerial terhadapManajemen Laba dengan Kualitas Auditor sebagaiVariabel Pemoderasi. Simposium NasionalAkuntansi 12 Palembang
Koyuimirsa. (2011). Dampak manajemen laba akrual dan manajemen aktivitasnyata terhadap kinerja pasar. Thesis. Universitas diponegoro.
Maksum, Azhar, 2005. Tinjauan Atas Good Corporate Governance di Indonesia. Darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/744/1/08E00104.pdf, diakses 14 Juli2012.
Meutia, Intan. 2004. Pengaruh Independensi Auditor Terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big 5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No. 3, h 333-350.
Midiastuty, P. P. dan Machfoedz, M. 2003. AnalisisHubungan Mekanisme Corporate Governancedan Indikasi Manajemen Laba. SimposiumNasional Akuntansi VI, Surabaya.
Pratiwi. Uteri Nur, 2015. “Penelitian Ethical Judgment terhadap Praktik Manajemen Laba: Telaah Literatur”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada, Jogjakarta.
Rahman, Annissa dan Hutagaol, Yanthi. (2008). “Manajemen Laba melalui Akrual dan Aktivitas Real pada Penawaran Perdana dan Hubungannya dengan Kinerja Jangka Panjang “. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia (5).
Rahman. Auliya. 2013. “Pengaruh kecakapan manajerial terhadap kinerja keuangan perusahaan. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universita Bakri.jakarta.
Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management Trough Real Activities Manipulation. Journal of Accounting and Economics. Vol. 42 : 335-370.
Scott. William. R. 1999. Financial Accounting Theory. Prentice Hall of Canada Ltd, Canada.
Sulistiawan dkk., 2011. Creative Accounting: Mengungkap Manajemen Laba danSkandal Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.
Sulistyanto. Sry, 2008, “Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris”, Grasindo. Jakarta.
Surifah. 2001. Studi tentang Indikasi Unsur Manajemen Laba pada LaporanKeuangan Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi & AuditingIndonesia. Vol. 5 (1).
Utami. Radityas. 2013. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Manajemen Laba Dengan Kualitas Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi” Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Diponegoro. Semarang.
Watts, R.L. and Zimmerman, J.L, 1978. “Towards a positive theory of the determination of accounting standards”. The Accounting Review, 53, 112-134.
Wicaksono. Annas Budi. 2013. “Pengaruh Kecakapan Manajerial Terhadap Praktik Manajemen Laba Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Stuudi Pada Perusahaan Mabnufaktur Yang Terdaftar Periode 2009 – 2011 Di BEI )” Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univeritas Diponegoro. Semarang.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian Kausal-Asosiatif yaitu penelitian yang menjelaskan
fenomena dalam bentuk hubungan sebab akibat antar variabel.Variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah Kecakapan Manajerial sebagai variabel independen. Variabel dependen
penelitian ini adalah manajemen laba. Sedangkan variabel moderasi yaitu Coorporate
Governance.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Birsa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2014. Data diperoleh dari website
Bursa Efek Indonesia (BEI)
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba
diproksikan dengan discretionary accruals. Penelitian ini menggunakan modified Jones model
untuk pengukuran discretionary accrual. Model ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai
berikut :
Dalampenelitian ini discretionary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan
komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajersepertipenjualan kredit.Untukmengukur
DA,terlebihdahuluakan mengukurtotalakrual.Totalakrual diklasifikasikanmenjadikomponen
Untuk mengukur discretionary accruals(Sulistyanto, 2008), perlu dilakukan
tahapan-tahapan :
1. Menghitung Total Akrual
TACi,t = NIi,t– CFi,t
Dimana :
TACi,t : total akrual
NI : net income
i,t : perusahaan i pada periode t
2. Menghitung Current Accrual
CurAcci,t = (CL – CM)t – {(CL – CM)t–[(CL – CM)t-1]}
Dimana :
CurAcc : current accrual perusahaan i pada periode t
CL : current liability
CM : current maturity
t-1 : periode 1 tahun sebelum tahun t
3. Menghitung nilai nondiscretionary current accruals terlebih dahulu melakukan regresi linear
sederhana terhadap �������,� ���,�−1
sebagai variabel dependen serta 1 ���,�−1
dan Δ������,� ���,�−1
sebagai variabel
�������,�
���,�−�
= ��� �
���,�−��
+����������,�
���,�−� �
+ ∑
Dimana :
TA : total aset
ΔSalesi,t : selisih penjualan perusahaan i pada periode t dengan periode 1 tahun sebelum
tahun t
�1, �2 : koefisien
∑ : sigma
Setelah melakukan regresi terhadap ketiga variabel itu akan diperoleh koefisien dari
variabel independen yang akan dimasukkan dalam persamaan dibawah ini untuk menghitung
nilai nondiscretionary current accruals.
NDCA = ��� �
���,�−��+���
�������,�−����,�
���,�−� �
Dimana :
NDCA : nondiscretionary current accruals
ΔTR : selisih trade receivable perusahaan i pada periode tahun t dengan periode
1 tahun sebelum tahun t
4. Menghitung nilai discretionary current accruals
DCA = �������,�
Dimana :
DCA : discretionary current accruals
5. Menghitung nilai nondiscretionary accruals terlebih dahulumelakukan regresi linear
sederhana terhadap ����,�
���,�−1sebagai variabel dependen serta
1
��0 : estimated intercept perusahaan i periode t
��1 , ��2 : slope untuk perusahaan i periode t
PPE : property, plant and equipment
Setelah melakukan regresi terhadap ketiga variabel itu akan diperoleh koefisien dari
variabel independen yang akan dimasukkan dalam persamaan dibawah ini untuk menghitung
6. Menghitung nilai discretionary accruals
DA = TAC – NDTA
Dimana :
DA : discretionary accruals
3.3.2 Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas yang tidak dipengaruhi oleh variabel
apapun. Variabel independen merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel
dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecakapan
manajerial yang diukur dengan Data Envelopment Analysis (DEA). DEA adalah sebuah program
optimasi yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi relatif suatu Unit Kegiatan Ekonomi
(UKE) berupa perbandingan antara output atau multi output dengan input atau multi input. Hasil
perbandingan anatara UKE yang satu dapat diperbandingkan efisiensi relatifnya dengan UKE
yang lain dengan syarat output dan inout yang digunakan sama.
Kecakapan manajerial dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keefisienan
relatif sebuah perusahaan dalam mengelola input–input (faktor–faktor sumber daya dan
operasional) untuk meningkatkan output (penjualan). Tingkat keefisienan relatif ini kemudian
dinisbahkan sebagai hasil dari kecakapan manajer. Semakain efisien sebuah perusahaan
dibanding dengan perusahaan lainnya dalam sub sektor industri yang sama, maka semakin cakap
manajer yang berada di perusahaan tersebut (Isnugrahadi dan Kusuma, 2009).Dalam penelitian
ini, untuk mengukur variabel kecakapan manajerial yang menggunakan metode DEA digunakan
input dan output sebagai berikut :
Item–item yang dijadikan input dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor sumber
daya ( total aset dan jumlah tenaga kerja ) dan faktor operasional (Days COGS in Inventory dan
Days Sales Outsatnding)
1. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja adalah faktor sumber daya yang berperan dalam menghasilkan
penjualan. Secara umum, untuk nilai penjualan yang tertentu (given), semakin kecil jumlah
tenaga kerja untuk menghasilkan penjualan tersebut maka semakin efisien perusahaan
tersebut.
2. Total Aset
Total aset dimasukkan sebagai input karena aset merupakan faktor sumber daya yang
sangat penting dalam menghasilkan penjualan (output). Seorang manajer yang cakap akan
mampu mengelola besaran aset yang diperlukan untuk menghasilkan penjualan yang
maksimal.
3. Days COGS in Inventory (DCI)
DCI mengukur besaran kecepatan perputaran sediaan perusahaan dalam satuan hari.
Semakin kecil waktu (hari) yang diperlukan untuk perputaran sediaan maka semakin
efisien perusahaantersebut. Manajer yang cakap diharapkan mampu mengambil langkah–
langkah yang diperlukan untuk meminimalkan besaran DCI ini. Rumus untuk
menghitungbesaran DCI adalah sebagai berikut:
DCI = 365 / (COGS/Inventory)
DSO mengukur waktu yang diperlukan perusahaan untuk mendapatkan kas setelah
melakukan penjualan. Semakin cepat perusahaan melakukan kas semakin baik. Rumus
untuk menghitung DSO adalah sebagai berikut :
DSO = Receivables / (Sales / 365 )
Output :
1. Penjualan
Penjualan digunakan sebagai output karena penjuala merepresentasikan nilai nominal dari
produk perusahaan yang merupakan output mendasar dari perusahaan.
Model yang digunakan untuk menghitung efisiensi dengan pendekatanDEA adalah
sebagai berikut :
MAXθ = ∑�I−1U�Y�� ∑�� −1V�X��
Keterangan :
θ = nilai efisiensi perusahaan k
U� = bobot output i yang dihasilkan perusahaan k
Y��= jumlah output i dari perusahaan k dandihitung dari i = 1 hingga s
V� = bobot input j yang digunakan perusahaan k
X�� = jumlah input j dari perusahaan k dan dihitung j = 1 hingga m
Rasio efisiensi θ kemudian didapatkan dengan :
∑�I−1U�Y��
V1, V2, ... , ≥ 0
U1, U2, ... , ≥ 0
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa nilai efisiensi tidak akan melebihi 1 ( 100
% ) dan input ouput yang dianalisis harus positif.
3.3.3 Variabel Moderating
Variabel moderating adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan
langsung antara variabel independen dan variable dependen (Ghozali, 2009). Penelitian ini
menggunakan varibel moderating yaitu corporate governance. Corporate governance
dalampenelitian ini diproksikan dengan :
3.3.3.1 Komisaris Independen
Komisaris Independen merupakan anggota komisaris yang berasal dari luar perusahaan
(tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan) yang dipilih secara transparan dan
independen. Mereka harus memilikiintegritas, memiliki kompetensi yang memadai, bebas dari
pengaruh pihak–pihak yang berhubungan dengan kepentingan pribadi serta dapat bertindak
objektif dan independen dengan berpedoman pada prinsip–prinsip good corporate governance
(transparancy, accountability, responbility, and fairness ). Komisaris independen dapat bertindak
sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer dan mengawasi
kebijakan manajemen serta memberi nasihat kepada manajemen (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Dalam penelitian ini proporsi komisaris independen dihitung dengan cara :
3.3.3.2 Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak institusi antara
lain bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya (Tarjo, 2008).
Kepemilikan institusionalmemiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melaui
proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi menajemen laba. Presentase saham
tertentu yang dimiliki institusi dapat memengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang
tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen
(Boediono,2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikaninstitusional adalah
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihakinstitusi dari seluruh jumlah modal saham yang
beredar.
3.3.3.3 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer sekaligussebagai pemegang
saham perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakanpersentase saham yang dimiliki oleh
manajemen yang secara aktif ikutdalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi
komisaris dandireksi. Dalam penelitian ini jumlah kepemilikan manajerial diukur
denganmenghitung persentase kepemilikan saham perusahaan oleh dewan direksidan komisaris
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan sekala pengukuran
Variael Definisi Indikator Skala
Manajemen yang berasal dari luar perusahaan (tidak bank, dana pensiun, dan lembaga keuangan lainnya
Persentase jumlah saham yang dimiliki oleh pihak institusi dari seluruh jumlah modal saham yang beredar. perusahaan oleh dewan direksi dan komisaris (manajerial) yang diungkapkan dalam laporan tahunan.
3.4Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufakturyang terdaftar dalam
Bursa Efek Indonesia selama periode 2012–2014. Metode pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalahpurposive sampling dimana pengambilan perusahaan sampel
dilakukanberdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Perusahaan sampel menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal
31 Desember selama periode 2012 sampai dengan 2014 berturut-turut, komponen penyusun
laporan keuangan merupakan hasil dari aktivitas operasional perusahaan selama setahun
penuh dan tidak laporan keuangan tahunan secara parsial.
2. Perusahaan sampel memiliki struktur komisaris independen, kepemilikan institusional dan
kepemilikan manajerial .
3. Perusahaan sampel memiliki informasi yang lengkap, meliputi komponen kecakapan manajerial,
dan manajemen laba.
4. Perusahaan sampel menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan dalam mata uang
rupiah selama periode 2012-2014.
Tabel 3.2
Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2014
141
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan annual report secara berturut-turut pada tahun 2011-2013
(18)
Perusahaan yang tidak memiliki stuktur komisaris , kepemilikan manajerial ,dan kepemilikan institusional secara lengkap
(57)
Data tidak lengkap. (20)
Laporan keuangan dalam mata uang asing (6)
3.5 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter dan sumberdata yang digunakan
adalah data sekunder. Data yang dipergunakan adalahlaporan keuangan semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2012 samapai dengan 2014 dan telah diaudit
oleh auditorindependen.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi pustakadan dokumentasi.
1. Studi Pustaka
Data – data dan teori dalam penelitian ini diperoleh dariliteratur, artikel, jurnal, dan hasil
penelitian terdahulu yangrelevan dengan penelitian dan landasan teori.
Sedangkanpengumpulan data menggunakan data–data laporan keuanganyang diterbitkan
oleh pihak penyelenggara pasar modal (BEI).
2. Studi Dokumentasi
Data diperoleh dan dikumpulkan dari dokumentasi laporankeuangan tahunan yang tersedia
di Indonesian Capital market Directory (ICMD) dan Bursa Efek Indonesia.
3.7 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini alat statistik yang digunakan antara lain statistik deskriptif, uji
asumsi klasik, dan uji regresi.
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi data
yang dimiliki dan tidak bermaksud mengujihipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk
menyajikan danmenganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelaskeadaan
meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata–rata ( mean ), dan standar
deviasi (Ghozali,2006). Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data
yangbersangkutan bervariasi dari rata–rata. Maksimum digunakan untukmengetahui jumlah
terbesar data yang bersangkutan. Mean digunakan untuk menegtahui rata–rata data yang
bersangkutan. Standar deviasidigunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang
bersangkutanbervariasi dari rata–rata.
3.7.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan dalam penelitian ini untuk mengetauhiapakah data memenuhi
asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias, mengingat tidak pada
semua data dapatditerapkan regresi. Pengujian yang dilakukan adalah uji normalitas,
ujimultikoliniearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji auto korelasi.
3.7.2.1 Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresivariabel terikat dan
variabel bebas mempunyai distribusi normal atautidak, nilai residualnya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Modelregresi yang baik adalah memiliki nilai residual normal atau
mendekatinormal. Jika distribusi normal maka garis yang menggambarkan data
yangsesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Salah satu cara untuk mendeteksi normalitas secara statistik adalahdengan menggunkan
uji kolmogorov smirnov satu arah. Hipotesis yangmenyatakan model regresi tidak terdistribusi
secara normal akan diujidengan nilai z. Apabila nilai z satatistiknya tidak signifikan, maka
suatumodel regresi disimpulkan terdistribusi normal. Uji kolmogorov smirnovdilakukan dengan
tingkat signifikansi 0,05. Untuk lebih sederhana,pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat
maka nilai residual terdistribusi secara normal, sedangkan jika probabilitas z statistik lebih kecil
dari 0,05 maka nilai residual dalam suatumodel regresi tidak terdistribusi secara normal.
3.7.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresiterjadi ketidaksamaan
varian residual satu pengamatan ke pengamatanlain.Jika residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebuthomokedasitas dan jika berbeda disebut heterokedasitas.
Model regresiyang baik adalah yang homokedasitas atau yang tidak terjadiheterokedasitas.Salah
satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedasitasadalah dengan melakukan uji
glejser, dan melihat grafik scatterplot antaranilai prediksi variabel dengan terikat (dependen)
yaitu ZPRED denganresidualnya SRESID. Apabila nilai probabilitas signifikansinya diatas
tingkat kepercayaan 5 persen dan pada grafik scatterplot, titik –titikmenyebar diatas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dapatdisimpulkan model regeresi tidak mengandung
heterokedastisitas (Ghozali, 2005).
3.7.2.3 Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam modelregresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas. Untukmendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam
regresi dapatdilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) jika nilai tolerance value> 0,10 dan
VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.
Cara lain untuk mendeteksi multikolinearitas adalah denganmelihat koefisien antar
variabel independen. Model regresi dikatakan tidakmengalami multikolinearitas bila korelasi
3.7.2.4 Uji Autokorelasi
Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam modelregresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel dari serangkaianpengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu atau
rangkaian ruang.Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diamati menjaditidak
bias dan variannya tidak minimum sehingga tidak efisien (Ghozali,2005)
Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi ini dilakukan uji Durbin Watson (DW).
Setelah dilakukan regresi, kemudian dihitung nilaiDW nya dengan jumlah sampel tertentu,
diperoleh nilai kritis di (batas bawah) dan du (batas atas). Dalam tabel daftar distribusi Durbin
Watsondengan berbagai nilai α Pengambilan keputusan ada atau tidaknyaautokorelasi sebagai
berikut :
Nilai DW < dl= ada autokorelasi positif
dl < nilai DW < du = tidak dapat disimpulkan
du < nilai DW < 4 – du = tidak ada autokorelasi
4-du < nilai DW < 4 – dl = tidak dapat disimpulkan
Nilai DW > 4-dl = ada autokorelasi negative
3.7.3 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan analisis regresi sederhana dan analisis
regresi berganda dengan variabel moderasi. Analisis regresi adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen dengan tujuan
untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003).
Persamaan matematis untuk hubungan yang dihipotesiskan dapat dirumuskan sebagai
DA = a+ b1KM+ e H1
DA = a + b1KM + b2PrKI + b3KM*PrKI + e H2
DA = a + b1KM + b2KpI + b3KM*KpI + e H3
DA = a + b1KM + b2KpM + b3KM*KpM + e H4
Keterangan :
DA = Manajemen laba diproksi dengan discretionary accrual
a = Konstanta
KM = Kecakapan Manajerial
KrKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen
KEPMANit = Kepemilikan Manajerial
KpI= Kepemilikan Institusional
3.7.3.1 Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji signifikansi koefisien regresisecara keseluruhan dan
pengaruh variabel bebas secara bersama–sama.
a. Apabila F hitung < F tabel maka Ha diterima dan H0 ditolak artinyatidak ada pengaruh antara
variabel bebas secara simultan terhadapvariabel terikat.
b. Apabila F hitung > F tabel maka Ha diterima dan H0 ditolak artinyaada pengaruh antara
variabel bebas secara simultan terhadapvariabel terikat. Uji F dapat dilakukan hanya dengan
melihat nilaisignifikansi F yang terdapat pada output hasil analisis regresi yang menggunakan
17.0. Jika signifikansi F lebih kecil dari α (0,05)maka dapat diakatakan bahwa ada pengaruh
3.7.4.2 Uji Statistik t
Uji statistik t dalam penelitian ini digunakan untuk mengujisignifikansi koefisien variabel
bebas dalam memprediksi variabel terikat.Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 0,05.Penolakan atau penerimaan hipotesis akan dilakukan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Jika nilai signifikansi (sig) lebih besar dari 0,05 maka hipotesisditolak.
b. Jika nilai signifikansi (sig) lebih kecil dari 0,05 maka hipotesistidak dapat ditolak.
3.7.3.3 Uji Koefisien Determinasi ( ��)
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkankemampuan model menjelaskan
variasi yang terjadi dalam veriabeldependen ( Ghozali, 2009 ). Koefisien determinasi (R2)
dinyatakandalam persentase. Nilai koefisien korelasi (R2) berkisar antara 0<R2< 1.Nilai R2yang
kecil berarti kemampuan variabel–variabel independendalam menjelaskan variabel dependen
teramat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel–variabel independen memberikan
hampirsemua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variable dependen (Ghozali,
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum
Dalam bab ini membahas mengenai pengolahan data dalam upaya pengujian hipotesis
seperti data yang di gunakan, hasil pengujian statistik, dan pengujian hipotesis beserta
pembahasannya.
Data dalam penelitian ini mengunakan data sekunder yang diperoleh dari situs
www.idx.co.id dengan mendownload laporan keuangan sampel perusahaan manufaktur tahun
2012-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan masih aktif pada tahun 2012-2014. Sampel dalam penelitian ini dipilih
dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 40 perusahaan manufaktur yang memenuhi
kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati pada periode 2012-2014.
Analisis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah analisis regresi sederhana
dan analisis regresi berganda dengan variabel moderasi. Analisis data dimulai dengan mengolah
data menggunakan Microsoft Excel dan juga software SPSS, selanjutnya dilakukan pengujian
asumsi klasik dan pengujian hipotesis.
4.2StatistikDeskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti jumlah
sampel yang diolah, nilai paling tinggi dari tiap variabel (nilai maksimum), nilai paling rendah
dari tiap variabel (nilai minimum), nilai mean (rata-rata) dari tiap variabel serta standard
Penjelasan data melalui statistik deskriptif diharapkan memberikan gambaran awal tentang
masalah yang diteliti. Jumlah sampel pada tiaptahunnya adalah berimbang, yaitu 40 perusahaan
untuk tahun 2012-2014 sehingga totalobservasi dari penelitian ini adalah 120.
Statistik deskriptif pada penelitian ini difokuskan kepada nilai minimum, maximum,
rata-rata dan standar deviasi sebagaimana yang terdapat pada Tabel 4.1 berikut:
Statistik deskriptif pada Tabel 4.1 menampilkan Manajemen Laba sebagaivariabel
independe
13810000. Nilai rata-rata ManajemenLabaadalah 397185,7655dan standar deviasinyaadalah
1,5307767dengan jumlah pengamatan sebanyak 120 data.
Variabelkecakapan manajerial memilikinilai minimum0,1876 dannilai maksimum 1
dengannilairata-rata 0,798283danstandardeviasisebesar
0,2347133.Jumlahpengamatanpadavariabel kecakapan manajerial berjumlah 120 data
pengamatan.
Tabel 4.1 StatistikDeskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
kecakapanmanajerial 120 .1876 1.0000 .798283 .2347133
Proporsi komisarins
independen
120 .25000 .80000 .3878867 .10598700
Kepemilikan manajerial 120 .00100 25.61000 3.9552508 6.01432121
Kepemilikan institusional 120 1.07000 97.99000 68.5860250 19.65983732
Manajemen laba 120 12.98 13810000.00 397185.7655 1.53077E6
Hasilanalisis statistic deskriptif untukvariabel Proporsi Komisaris Independen
menunjukkannilaiminimumsebesar 0,25 dannilaimaksimumnyasebesar 0,8.Rata-rataProporsi
Komisaris Independen bernilai 0,3878867denganstandardeviasi 0,105987 sertajumlah
pengamatan sebanyak 120 data.
Kepemilikan Institusional memilikinilaiminimum 1,07 dannilaimaksimum
97,99.Rata-rata nilai Kepemilikan Institusional sebesar68.5860250denganstandar deviasi19.65983732serta
jumlah pengamatansebanyak 120 data.
Kepemilikan Manajerial memilikinilaiminimum 0,001dannilaimaksimum 25,61.Rata-rata
nilai KepemilikanManajerialsebesar 3.9552508denganstandar deviasi6.01432121serta jumlah
pengamatansebanyak 120 data.
4.3Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis melalui pengujian model, penelitian ini terlebih
dahulu melakukan pengujian terhadap kualitas data yang digunakan dengan uji asumsi klasik.
Pengujian ini digunakan untuk menjamin terpenuhinya asumsi yang diperlukan dalam melakukan
pengujian terhadap model regresi.
Model regresiyang baikdanlayakdiujiadalahmodelregresiyangbebasdari
masalahasumsiklasik. Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujianasumsi klasikperlu
dilakukanperbaikan terlebih dahulu (Ghozali:2005).
4.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada Tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.2
Hasil UjiKolmogorov-Smirnov Keterangan
Unstandardized Residual
Kolmogorov-Smirnov Z 1.036
Asymp. Sig. (2-tailed) .233
Tabel 4.2 diatas menunjukkan nilai signifikansi pada uji Kolmogorov-Smirnov Z adalah
0,233 (≥0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa data terdistribusi normal.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Grafik P-P Plot
Berdasarkan hasil output uji normalitas dengan grafik P-P Plot diatas, terlihat bahwa
titik-titik menyebar dan mengikuti arah garis diagonal. Hal ini mengindikasikan data terdistribusi
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas Grafik Histogram
Dari hasil output uji normalitas dengan grafik histogram diatas, terlihat bahwa titik
puncak kurva berada pada titik nol pada sumbu X dan garis lengkung menjulur dengan sisi yang
sama pada bagian kiri dan kanan. Hal ini berarti data terdistribusi secara normal.
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Z, Grafik
P-P P-Plot, dan Grafik histogram menunjukkan terjadinya distribusi data yang normal. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi ini memenuhi asumsi normalitas.
4.3.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Hasil uji mulitikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 4.11
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas Variabel
Tolerance Nilai VIF
Kecakapan Manajerial .988 1.013
Proporsi_Komisaris Indevenden .933 1.072
Kepemilikan Institusional .700 1.428
Kepemilikan Manajerial .735 1.361
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan dari hasil pengujian diperoleh nilai tolerance ≥0,10 dan nilai VIF
(Variance Inflation Factor) ≤10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel dalam model regresi.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varians dari residual untuk semua
pengamatan pada model regresi. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat penyebaran titik-titik pada scatterplot yang disajikan pada gambar berikut :
Hasil Uji Heteroskedatisitas Grafik Scaterplot
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik
diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.
Untuk menambah keakuratan hasil pengujian heterokedastisitas didalam penelitian ini
dikalukukan pengujian dengan uji Glejser dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Metode Glejser
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.969 .495 3.975 .000
Kecakapan
manajerial
-.356 .596 -.055 -.598 .551
Berdasarkan uji heterokedastisitas dengan metode Glejser diperroleh nilai t hitung lebih kecil dari nilai t table dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat di simpulkan data tidak terjadi masalah heterokedastisitas.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidak nya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Uji
autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson(DW). Hasil uji
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi
Model
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 2.28483 1.884
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwanilai Durbin-Watsondalam penelitianini sebesar
1,884.NilaiD-Wtersebutberada diantara 1,5sampai2,5berartitidakterjadi autokorelasi
padamodelregresiyangdigunakan.
4.4Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruhkecakapan manajerial
(DEA) terhadap manajemen laba (DA) dengan proporsi komisaris independen, kepemilikan
institusional, dan kepimilikan manajerial sebagi variabel moderasi.
4.4.1 Hipotesis Pertama (H1)
Hipotesis pertama yang diajukan adalah Kecakapan manajerial berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Artinya, semakin tinggi kecakapan manajer maka semakin
meningkatkan praktik manajemen laba. Berikut adalah hasil analisis regresi untuk hipotesis
pertama :
Tabel 4.6 Hasil Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.243 .742 11.106 .000
Tabel 4.6
a. Dependent Variable: Manajemen laba
Persamaan : DA= a+ b1KM+ e
Da = 8,243 + 2,854KM
Dari Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa nilai thitung dalam hipotesis satu (H1) ini
adalah 3,199. Sedangkan nilai ttabel adalah 1,9801 yang dilihat dari nilai df dan derajat
kepercayaan sebesar 5%. Koefisien regresi untuk jalur Kecakapan Manajerial terhadap
Manajemen laba adalah 2,854 dengan nilai signifikansi 0,002. Koefisien tersebut bernilai positif,
berarti terdapat pengaruh positif signifikan (hubungan searah) antara kecakapan manajerial dan manajemen laba sehinggahipotesis satu (H1) untuk Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 dinyatakan terdukung.
Besarnya pengaruh variabel kecakapan manajerial terhadap Manajemen Laba dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Satu (H1) Model Summary
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa nilai R Square adalah 0,080 artinya kemampuan
variabel Kecakapan manajerial dalam menjelaskan variabel manajemen laba hanya 8% dan
sisanya 92% dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel bebas yang digunakan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnugrahadi dan Kusuma
(2009) yang menyatakan bahwa kecakapan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Hasil yang sama juga terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) dan
Wicaksono (2013).
Hasil ini menunjukkan bahwa semakin cakap seorang manajer semakin tinggi intensitas
manajemen laba yang dilakukannya. Hal ini dapat terjadi diantaranya karena ada beberapa
kondisi dalamlingkungan operasional perusahaan yang tidak mendukung manajemen untuk
bertindak jujur dalam melaporkan laba yang mencerminkan keadaan sebenarnya. Menurut sugiri
(2005) ada dua prasyaarat yang harus ada agar manajemen selalu jujur dalam melaksanakan
tugasnya. Pertama, kultur organisasi harus mendukung pengambilan keputusan yang etis. Kedua
manajer harus memiliki pemotivator untuk selalu bertindak jujur. Apabila dua prasayarat itu
tidak ada dalam prusahaan maka perusahaan akan menjadi tempat yang ideal bagi manajemen
untuk melakukan praktik manajemen laba.
Isnugrahadi dan Kusuma (2009) menyebutkan bahwa kenyataan bahwa adanya asimetri
informasi antara pihak manajer sebagai pengelola perusahaan dengan para pemegang saha
sebagai pemilik perusahaan juga menjadi salah satu faktor yang mendukung manajemen untuk
melakukan manajemen laba. Pada kondisi ini manajer memiliki informasi tersembunyi yang bisa
di eksploitasi demi kepentingan pribadi manjer. Manajer yang cakap akan lebih leluasa
4.4.2 Hipotesis Kedua (H2)
Hipotesis kedua yang diajukan adalahProporsi dewan komisaris independen
memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Artinya, dengan
semakin tinggi proporsi komisaris independen pada perusahaan dapat memperkuat ataupun
memperlemah pengaruh kecakapan manajerial terhadap praktek manajemen laba. Pengujian
hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda dengan Moderated
Regression Analysis (MRA). Besarnya pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba
dengan moderasi dari variabel proporsi komisaris independen ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis Dua (H2) Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .339a .115 .092 2.25979
a. Predictors: (Constant), moderate1, kecakapan manajerial,
Proporsi kI
Tabel 4.9
Hasil Uji F (Simultan) Hipotesis Dua (H2) ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 77.046 3 25.682 5.029 .003a
Residual 592.373 116 5.107
Total 669.419 119
a. Predictors: (Constant), moderate1, kecakpam manajerial proporsi KI
Tabel 4.10
Perbandingan Nilai R Square Hipotesis Satu dan Dua
Hipotesis Persamaan Nilai R Square
Hipotesis 1 DA= a+ b1KM+ e 8%
Hipotesis 2 DA = a + b1KM + b2PKI + b3KM*PKI + e
11,5%
Sumber : Data primer yang di olah
Hasil analisis regresi dengan variabel moderating proporsi komisaris independen pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 menunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi (Adjusted RSquare) adalah 9,2% artinya sebesar 9,2% variabel manajemen
laba dapat dijelaskan oleh variabel kecakapan manajerial, variabel proporsi komisaris
independen, serta interaksi dari variabel kecakapan manajerial dan proporsi komisaris
independen. Sisanya sebesar 90,8% dijelaskan oleh faktor lain.
Hasil uji ANOVA atau F test diperoleh angka 5,029 dengan signifikansi 0,003 (<0,05)
artinya bahwa kecakapan manajerial, proporsi komisaris independen serta interaksi dari variabel
kecakapan manajerial dan proporsi komsaris independen secara bersama-sama (simultan)
memiliki pengaruh terhadap manajemen laba.
Oleh karena nilai R Square meningkat dari 8% (H1) menjadi 11,5% (H2) dapat
disimpulkan bahwa proporsi komisaris independen sebagai variabel moderasi dapat memperkuat
pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.
Untuk menilai pengaruh moderasi proporsi komisaris independen signifikan ataukah
tidak, dapat dilihat dari hasil uji T dengan level signifikansi 0,05. Pengaruh pada hasil regresi
dinyatakan signifikan jika nilai signifikansi ≤0,05. Berikut adalah hasil uji T untuk hipotesis
Tabel 4.11
a. Dependent Variable: M_laba
Persamaan : DA = a + b1KM + b2PrKI + b3KM*PrKI + e
DA = 13,030 – 3,603KM – 12,717PrKI + 17,096KM*PrKI + e
Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa nilai thitung pada variabel proporsi komisaris
independen adalah sebesar -1,502 dengan tingkat signifikansi 0,136 serta thitung interaksi antara
variabel kecakapan manajerial dengan proporsi komisaris independen (Moderate 1) sebesar
1,817 pada tingkat signifikansi 0,072 (>5%). Hal ini berarti variabel proporsi komisaris
independen hanya berperan sebagai variabel prediktor moderasi sehingga dapat diketahui bahwa
pada uji hipotesis kedua (H2) ini proporsi komisaris independen memperkuat pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba namun tidak signifikan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Herlina
(2014). Proporsi komisaris independen dinyatakan tidak memilik pengaruh yang signifikan
sebagai variabel moderator.
Hasil ini menarik karena komisaris independen yang salah satu kegunaannya adalah
keberadaan komisaris independen tidak mampu menghilangkan adanya asimetri informasi antara pihak manajer perusahaan dengan para pemegang saham.
4.4.3 Hipotesis Ketiga (H3)
Hipotesis ketiga yang diajukan adalahkepemilikan institusional memoderasi pengaruh
kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Artinya, semakin tinggi kepemilikan
institusional pada perusahaan dapat memperkuat ataupun memperlemah pengaruh kecakapan
manajerial terhadap praktek manajemen laba. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda dengan Moderated Regression Analysis (MRA). Besarnya
pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan moderasi dari variabel
kepemilikan institusionalditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis ketiga (H3) Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .299a .089 .066 2.29272
a. Predictors: (Constant), moderate2, kecaka M, Kep_Inst
Tabel 4.13
Hasil Uji F (Simultan) Hipotesis Tiga (H3)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 59.657 3 19.886 3.783 .012a
Residual 609.762 116 5.257
Total 669.419 119
a. Predictors: (Constant), moderate2, kecaka M, Kep_Inst
Tabel 4.14
Perbandingan Nilai R Square Hipotesis Satu dan Tiga
Hipotesis Persamaan Nilai R Square
Hipotesis 1 DA= a+ b1KM+ e 8%
Hipotesis 3 DA = a + b1KM + b2KpI + b3KM*KpI + e
8,9%
Sumber : Data primer yang di olah
Hasil analisis regresi dengan variabel moderating kepemilikan institusional pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 menunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi (Adjusted RSquare) adalah 6,6% artinya sebesar 6,6% variabel manajemen
laba dapat dijelaskan oleh variabel kecakapan manajerial, variabel kepemilikan institusional,
serta interaksi dari variabel kecakapan manajerial dan kepemilikan manajerial. Sisanya sebesar
93,4% dijelaskan oleh faktor lain.
Hasil uji ANOVA atau F test diperoleh angka 3,783 dengan signifikansi 0,012 (<0,05)
artinya bahwa kecakapan manajerial, kepemilikan institusional serta interaksi dari variabel
kecakapan manajerial dan kepemilikan institusional secara bersama-sama (simultan) memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba.
Oleh karena nilai R Square meningkat dari 8% (H1) menjadi 8,9% (H3) dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan institusional sebagai variabel moderasi dapat
memperkuatpengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.
Untuk menilai pengaruh moderasi proporsi komisaris independen signifikan ataukah
tidak, dapat dilihat dari hasil uji T dengan level signifikansi 0,05. Pengaruh pada hasil regresi
dinyatakan signifikan jika nilai signifikansi ≤0,05. Berikut adalah hasil uji T untuk hipotesis
Tabel 4.15
Hasil Uji T Hipotesis Tiga (H3) Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.954 3.256 1.521 .131
Kecakapan manajerial 6.418 3.928 .635 1.634 .105
Kep_Inst .049 .048 .409 1.037 .302
moderate2 -.054 .057 -.518 -.935 .352
a. Dependent Variable: M_laba
Persamaan : DA = a + b1KM + b2KpI + b3KM*KpI + e
DA = 4,954 + 6,418KM+0,049KpI – 0,54KM*KpI + e
Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa nilai thitung pada variabel kepemilikan
institusional adalah sebesar 1,037 dengan tingkat signifikansi 0,302 serta thitung interaksi antara
variabel kecakapan manajerial dengan kepemilikan institusional (Moderate 2) sebesar -0,935
pada tingkat signifikansi 0,352 (>5%). Hal ini berarti variabel kepemilikan institusional hanya
berperan sebagai variabel prediktor moderasi sehingga dapat diketahui bahwa pada uji hipotesis
ketiga (H3) ini kepemilikan institusional memperkuat pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba namun tidak signifikan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wicaksono
(2013). Kepemilikan institusional dinyatakan tidak memilik pengaruh yang signifikan sebagai
variabel moderator.
Adanya kepemilikan saham institusional ternyata tidak mampu memoderasi hubungan
kepemilikan institusional tidak menjamin terciptanya budaya organisasi yang mendukung bagi
pengambilan keputusan yang etis serta memotivasi manajer untuk selalu bertindak jujur.
4.4.4 Hipotesis Keempat (H4)
Hipotesis keempat yang diajukan adalahkepemilikan manajerial memoderasi pengaruh
kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Artinya, semakin tinggi kepemilikan
manajerial pada perusahaan dapat memperkuat ataupun memperlemah pengaruh kecakapan
manajerial terhadap praktek manajemen laba. Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan
menggunakan regresi linear berganda dengan Moderated Regression Analysis (MRA). Besarnya
pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba dengan moderasi dari variabel
kepemilikan manajerial ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi Hipotesis keempat (H4) Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .403a .162 .141 2.19873
Tabel 4.17
Hasil Uji F (Simultan) Hipotesis Empat (H4) ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 108.629 3 36.210 7.490 .000a
Residual 560.790 116 4.834
Total 669.419 119
a. Predictors: (Constant), moderate3, kecaka manajerial, Kep_Man
b. Dependent Variable: M_laba
Tabel 4.18
Perbandingan Nilai R Square Hipotesis Satu dan Empat
Hipotesis Persamaan Nilai R Square
Hipotesis 1 DA= a+ b1KM+ e 8%
Hipotesis 4 DA = a + b1KM + b2KpM + b3KM*KpM + e
16,2%
Sumber : Data primer yang di olah
Hasil analisis regresi dengan variabel moderating kepemilikan manajerial pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 menunjukkan bahwa nilai
koefisien determinasi (Adjusted RSquare) adalah 14,1% artinya sebesar 14,1% variabel
manajemen laba dapat dijelaskan oleh variabel kecakapan manajerial, variabel kepemilikan
manajerial, serta interaksi dari variabel kecakapan manajerial dan kepemilikan manajerial.
Sisanya sebesar 85,9% dijelaskan oleh faktor lain.
Hasil uji ANOVA atau F test diperoleh angka 7,49 dengan signifikansi 0,000 (<0,05)
artinya bahwa kecakapan manajerial, kepemilikan manajerial serta interaksi dari variabel
kecakapan manajerial dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama (simultan) memiliki
Oleh karena nilai R Square meningkat dari 8% (H1) menjadi 16,2% (H4) dapat
disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial sebagai variabel moderasi dapat
memperkuatpengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.
Untuk menilai pengaruh moderasi proporsi komisaris independen signifikan ataukah
tidak, dapat dilihat dari hasil uji T dengan level signifikansi 0,05. Pengaruh pada hasil regresi
dinyatakan signifikan jika nilai signifikansi ≤0,05. Berikut adalah hasil uji T untuk hipotesis
keempat (H4):
Tabel 4.19
Hasil Uji T Hipoitesis Empat (H4) Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.888 .857 10.370 .000
Kecakapan manajerial 2.626 1.019 .260 2.576 .011
Kep_Man -.232 .151 -.589 -1.544 .125
moderate3 .140 .168 .325 .833 .406
a. Dependent Variable: M_laba
Persamaan : DA = a + b1KM + b2KpM + b3KM*KpM + e
DA = 8,888 + 2,626KM-0,232KpM +0,14KM*KpM + e
Tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa nilai thitung pada variabel kepemilikan manajerial
adalah sebesar -1,544 dengan tingkat signifikansi 0,125 serta thitung interaksi antara variabel
kecakapan manajerial dengan kepemilikan manajerial (Moderate 3) sebesar 0,833 pada tingkat
signifikansi 0,406 (>5%). Hal ini berarti variabel kepemillikan manajerial hanya berperan
(H4) ini kepemilikan manajerial memperkuat pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba namun tidak signifikan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Wicaksono
(2013). Kepemilikan manajerial dinyatakan tidak memilik pengaruh yang signifikan sebagai
variabel moderator.
Adanya kepemilikan saham manajerial ternyata tidak mampu memoderasi hubungan
kecakapan manajerial terhadap manajemen laba. Salahsatu sebabnya adalah karena jumlah
kepemilikan saham manaejial itu tidak mampu mengurangi asimetri informasi yang terjadi.
Selain itu jumlah kepemilikan saham manajerial juga tidak mampengaruhi bebrapa keadaan yang
tidak mendukung pengambilan keputusan yang etis.
Secara ringkas hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.20 dibawah ini :
Tabel 4.20
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Pernyataan Hasil Analisis
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis dapat disimpulkan :
a. Dari hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa kemampuan variabel kecakapan
manajerial dalam menjelaskan variabel manajemen laba secara langsung hanya 8% dan
sisanya 92% dijelaskan oleh faktor lain.
b. Terdapat pengaruh positif signifikan pada pengaruh kecakapan manajerial terhadap
praktik manajemen laba dengan nilai thitung 3,199 dan signifikansi 0,002 (ttabel= 1,9801 ;
signifikansi = 0,05) serta koefisien regresi 2,854. Semakin tinggi kecakapan manajerial,
maka semakin meningkatkan manajemen laba.
c. Terdapat hasil yang tidak signifikan pada proporsi komisaris independen dalam
memoderasi pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba (sig. = 0,072),
namun terdapat peningkatan pada nilai R Square sehingga variabel proporsi komisaris
independen dapat memperkuat hubungan antara kecakapan manajerial dan manajemen
laba.
d. Terdapat hasil yang tidak signifikan pada kepemilikan institusional dalam memoderasi
pengaruh kecakapan manajerial terhadap manajemen laba (sig. = 0,352), namun
terdapat peningkatan pada nilai R Square sehingga variabel kepemilikan institusional
dapat memperkuat hubungan antara kecakapan manajerial dan manjemen laba.
e. Terdapat hasil yang tidak signifikan pada kepemilikan manajerial dalam memoderasi
terdapat peningkatan pada nilai R Square sehingga variabel kepemilikan manajerial
dapat memperkuat hubungan antara kecakapan manajerial dan manjemen laba.
5.2 Keterbatasan dan saran 5.2.1 Keterbatasan
a. Pengklasifikasian sub sektor industri pemanufakturan sebagai dasar pengelompokan
perusahaan-perusahaan yang akan diukur efisiensinya (dinisbahkan sebagai kecakapan
managerial) hanya mengikuti pengklasifikasian dalam BEI (bursa efek Indonesia). Penulis
tidak melakukan evaluasi lebih lanjut apakah pengelompokan tersebut mencerminkan
realitas operasi utama perusahaan.
5.2.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian mendatang adalah:
a. Pengukuran kecakapan manajerial menggunakan DEA ini relative masih baru. Untuk
penelitian yang akan datang, variabel kecakapan manajerial ini dapat diuji pengaruhnya
terhadap variabel lain seperti harga saham, kinerja perusahaan dan lain lain
b. Terkait dengantidak signifikannya variabel moderasi proporsi komisaris independen,
kepemilikan indtitusional dan kepemilikan manajerial peneliti yang akan datang bisa
mencari variabel pemoderasi lain untuk melihat pariabel pemoderasi manakah yang
signifikan mempengaruhi hubungan kecakapan manajerial terhadap manajemen laba.
Variabel yang bisa di uji sebagai pemoderasi misalnya presfektif entitas manajemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Dalam teori ini dijelaskan bahwa terdapat hubungan kerja antara pihak yang memberi
wewenang (principal) yaitu investor/pemegang saham dengan pihak yang menerima wewenang
(agency), yaitu manajer dalam bentuk kontrak kerjasama. Pemilik memberi perintah kepada agen
untuk melakukan suatu jasa atas nama pemilik dan memberi wewenang kepada agen untuk
membuat keputusan yang terbaik (Belkoui, 2001). Jensen dan Meckling (1976), menyatakan
bahwa masalah keagenan dapat terjadi dalam 2 bentuk hubungan, yaitu hubungan antara
pemegang saham dan manajer; dan hubungan antara pemegang saham dan kreditor. Hubungan
ini tidak selalu harmonis, sehingga teori keagenan akan selalu berkaitan dengan konflik agency
atau konflik kepentingan antara agen dan pelaku. Hal ini memiliki implikasi untuk tata kelola
perusahaan dan etika bisnis.
Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori keagenan menggunakan tiga asumsi sifat
manusia yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia
memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), (3)
manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut
manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan
pribadinya.
Ketika keagenan terjadi cenderung menimbulkan biaya keagenan (agency cost), yaitu
biaya yang dikeluarkan dalam rangka untuk mempertahankan hubungan keagenan yang efektif
kepentingan pemegang saham). Oleh karena itu, teori keagenan telah muncul sebagai model
yang dominan dalam literatur ekonomi keuangan, dan secara luas dibahas dalam konteks etika
bisnis. Biaya keagenan didefinisikan sebagai biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk
mendorong manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham daripada berperilaku
mementingkan diri sendiri.
Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik pada hasil keuangan yang
bertambah atau investasi mereka di perusahaan, sedangkan para agen diasumsikan termotivasi
untuk memaksimalkan kompensasi yang diterima dalam hubungan tersebut (Verawati, 2012),
sehingga hal ini dapat memotivasi manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba. Bila
tidak ada pengawasan yang memadai maka manajer atau agent dapat memainkan beberapa
kondisi perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan mereka sendiri. Permainan tersebut dapat
terjadi atas prakarsa dari principal atau inisiatif agent sendiri. Dengan kondisi yang demikian,
maka terjadilah creative accounting yang menyalahi aturan.
2.1.2 Manajemen Laba
Para peneliti mempunyai pandangan yang berbeda beda mengenai pengertian manajemen
laba. Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba sebagai upaya manajer perusahaan untuk
mengintervensi atau mempengaruhi informasi akuntansi dalam laporan keuangan dengan tujuan
untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah
intervensi dan mengelabui inilah yang dipakai sebagai dasar sebagian pihak untuk menilai
manajemen laba sebagai kecurangan. Alasannya, intervensi itu dilakukan manajer perusahaan
dalam kerangka standar akuntansi, yaitu masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi
yang diterima dan diakui secara umum. Healy dan Wahlen (1999) mengemukakan bahwa
keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk
memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi
perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada
angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua: Pertama,
melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (opportunistic earnings
management).Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting
(efficient earnings management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas
untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak
terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer
dapat mempengaruhi nilai pasar perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan
membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Pada umumnya studi tentang manajemen laba sering mengacu pada sudut opurtunistis
dibandingkan dengan sudut pandang efisiensi. Meutia (2004) berpendapat manajemen laba
merupakan usaha manajemen yang disengaja untuk memanipulasi laporan keuangan dalam
batasan yang diperbolehkan oleh prinsip-prinsip akuntansi. Tujuannya adalah untuk memberikan
informasi yang menyesatkan para pengguna laporan keuangan demi keuntungan pihak manajer.
Pendapat lain yang disampaikan oleh Weil (2009) menyatakan bahwa manajemen laba bukanlah
istilah teknis dalam akuntansi atau keuangan. Namun hal tersebut terjadi ketika manajemen
perusahaan memiliki kesempatan untuk membuat keputusan akuntansi yang mengubah
Arfani dan Sasongko (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian
ataupun yang memperoleh laba, sama-sama melakukan earnings management dan terdapat
perbedaan earnings management yang signifikan antara perusahaan yang mengalami kerugian
dan memperoleh laba. Surifah (2001) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat
indikasi earnings management yang lebih tinggi pada perusahaan publik yang mengalami
kerugian daripada perusahaan publik yang memperoleh laba.
Menurut Scott (2003) beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan
manajemen laba, antara lain sebagai berikut:
1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat
memaksimalkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan laba
bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default.
3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya
perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang
banyak.
4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi laba
bersih yang dilaporkan.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan dengan
CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya, CEO yang
kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya, CEO baru
untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya.
6. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan yang going public melakukan
mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal dari nilai
perusahaan.
7.Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat yang dimiliki
perusahaan kepada investor dan kreditor.
Nilai laba dalam laporan keuangan adalah sebuah fakta, tetapi bukan fakta yang 100
persen objektif. Nilai laba dapat ditentukan oleh subjektivitas penyusunnya (Sulistiawan , 2011).
Menurut Sulistyanto (2008), ada beberapa cara yang dipakai perusahaan untuk mempermainkan
besar kecilnya laba,yaitu mencatat pendapatan terlalu cepat, mencatat pendapatan palsu,
mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum atau sesudahnya, tidak
mengungkapkan semua kewajiban, mengakui pendapatan periode berjalan menjadi pendapatan
periode sebelumnya, serta mengakui pendapatan masa depan menjadi pendapatan periode
berjalan.
Scott (1997) merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen
laba, antara lain:
1. Pola taking a bath, pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan
menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun sebelumnya atau tahun
berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah
organisasi (organizational stress) atau sedang dalam proses pergantian pimpinan
manajemen perusahaan.
2. Pola income minimization, pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun
berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini relatif sering dilakukan dengan