• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bimbingan Konseling layanan bimbingan be

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bimbingan Konseling layanan bimbingan be"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Bimbingan Konseling

LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR

(Prof. Dr. Hj. Eti Nurhayati M.Si)

M. Wildan Hikmatul Fajar 1414153134

A. Pengertian Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan

Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

2. Pengertian Belajar

Berdasarkan para ahli, belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Secara visual perubahan prilaku atau pribadi tersebut pada prinsipnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasaan suatu keterampilan yang telah ada, seperti kasus Y pada gambar diatas (Hilgard,1948:4). Mungkin pula bersifat penambahan atau perkayaan dari informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada, seperti kasus Y pada gambar di atas.

Adapun beberapa pengertian belajar diantaranya sebagai berikut:

1. Belajar merupakan perubahan fungsional, pendapat ini dikemukakan oleh penganut paham teori daya () yang lebih luas lagi termasuk kedalam paham natifisme. Paham ini berpendirian bahwa jiwa manusia itu terdiri atas sejumlah fungsi-fungsi yang memiliki daya atau kemampuan tertentu (misalnya daya mengingat, berfikir, dan sebagainya).

2. Belajar merupakan penambahan materi pengetahuan material dan perkayaan pola-pola sambutan (responsif) prilaku baru (behaviour).

3. Belajar merupakan perubahan prilaku dan pribadi secara keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh para penganut ilmu jiwa gestalt, yang lebih jauh lagi bersumber pada paham organismic psycologi. Dalam konteks teori ini, belajar bukan hanya bersifat mekanis dalam kaitan stimulus response (S-R bond), melainkan prilaku organisme sebagai totalitas yang bertujuan (purporsive).

B. Karakteristik prilaku belajar

Secara implisit dari keterangan diatas, kita dapat mengidentifikasi bebrapa cirri perubahan yang merupakan prilaku belajar, diantaranya:

1. Perubahan intensional (pengalaman seperti praktik atau latihan dengan sengaja dan didasari dilakukannya bukan secara kebetulan);

2. Perubahan itu positif, (sesuai seperti yang diharapkan atau normatif);

3. Perubahan itu efektif, (membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu). C. Diagnostik belajar

menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal Prilaku/pribadi

sesudah belajar (post-learning)

X1 = ( X+1) = 1 Prilaku/pribadi

sebelum belajar (pre-learning)

X = 0 Y = 1

Pengalaman, praktik, latihan

(2)

yang dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai , yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak.

Teknik dan instrument yang digunakan dalam diagnosis menurut Burton dalam Abin (2003:310) adalah sebagai berikut:

1) General diagnosi, menggunakan tes baku untuk menemukan siswa yang mengalami kelemahan tertentu.

2) Analysistic diagnostic, menggunakan tes diagnostic untuk mengetahui letak kelemahannya.

3) Psychological diagnosis, teknik-teknik yag digunakan antara lain:  Observasi

 Analisis karya tulis

 Analisis proses dan respon lisan  Analisis berbagai catatan objektif  Wawancara

 Pendekatan laboratories dan klinis  Studi kasus

Langkah-langkah diagnosis yang dilakukan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengetahui dan memahami apa saja karakteristik dan factor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran.

D. Proses Belajar

Ada dua proses belajar, yaitu proses belajar dalam konteks S-O-R dan proses belajar dalam konteks What - Why – How yang akan dijalaskan sebagai berikut: 1. Proses belajar dalam konteks S-O-R

a. Tahap pertama (S=r-Ow), yaitu penerimaan input informasi atau pada tahap ini input informasi (S : penjelasan, data, masalah, pemerintah, tugas, dan sebagainya dalam bentuk tulisan/lisan, isyarat atau simbol). Sehingga sampai dan diterima oleh siswa kemudian (r : panca indra) dibaca dan diseleksi/diperhatikan oleh siswa (Ow : dapat dipahami, menarik, berfaedah) lalu disimpan dalam memori siswa.

b. Tahap kedua (Ow) yaitu pengolahan informasi, pada tahap ini siswa (Ow) mengubah informasi yang telah ada dalam memorinya kedalam bahasa yang biasa dipergunakan dalam berpikir, kemudian menafsirkan informasi menurut kaidah-kaidah logikanya barulah tugas atau masalah dipecahkan atau dikerjakan sehingga menghasilkan kesimpulan dan keputusan-keputusan tertentu.

c. Tahap ketiga (Ow-e-R) yaitu ekspresi hasil pengolahan informasi, pada tahap ini siswa memilih, menggunakan dan menggunakan instrument (e : mulut, tangan, kaki, dan sebagainya) untuk mengekspresikan hasil pengolahan dan tafsirannya sehingga menghdupkan seperangkat pola-pola sambutan. Perilaku (R) sebagai jawaban atau respon terhadap informasi (S). Pola-pola sambutan ini berupa lisan atau tulisan.

2. Proses belajar dalam konteks : What-Why-How?

Pola perilaku belajar dalam konteks ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari gambar diatas tampak bahwa proses belajar dapat berlangsung dalam tiga tahap, yaitu:

a. Siswa merasakan adanya kebutuhan;

b. Siswa menyadari bahwa cara-cara ia belajar yang sering digunakan yang telah dimiliki ternyata tidak memadai;

c. Siswa mencoba dan melakukan cara-cara atau pola-pola belajar yang telah diketahui dan dipilihnya itu dalam praktik.

Jika dikaitkan dengan proses belajar-mengajar sebagai suatu keseluruhan proses dapat dikatakan bahwa: siswa yang mau belajar jika diawali dengan menciptakan situasi yang dapat menimbulkan keinginan atau rasa kebutuhan keterampilan baru.

E. Gaya belajar dalam pembelajaran

Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Sebagian siswa lebih suka guru yang mengajar dengan cara menuliskan segalanya di

Insentif

Perilaku

Kebutuhan

Tujuan

Belajar

(3)

papan tulis. Akan tetapi, sebagian siswa lain lebih suka guru yang mengajar dengan cara menyampaikannya secara lisan dan siswa mendengarkan untuk bisa memahaminya.

Apapun cara yang dipilih, perbedaan cara belajar itu menunjukan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Adapun gaya belajar yang sering di gunakan dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Gaya belajar visual (visual learners)

Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu bukti yang ada untuk kemudian dapat mempercayainya. Ada bebrapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya ini. Diantaranya, kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya; memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik; memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung; terlalu reaktif terhadap suara; sulit mengikuti anjuran secara lisan; seringkali salah mengartikan kata atau ucapan.

Untuk mengetasi masalah diatas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan sehingga belajar dapat tetap digunakan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Salah satunya adalah menggunakan beberapa bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran. Seperti film, slide, gambar ilustrasi, dll.

2. Gaya belajar audiotori learners

Adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk dapat memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakteristik orang yang memiliki gaya belajar seperti ini adalah orng yang menyerap informasi melalui pendengaran dan sulit untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung selain itu ia sulit untuk menulis ataupun membaca.

Pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajarnya adalah menggunakan tape perekam sebagai alat bantu.

3. Gaya belajar tactual learners

Ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yaitu:

a. Menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar ia dapat terus mengingatnya

b. Hanya dengan memegang, siswa dapat menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.

c. Tidak tahan duduk berlama-lama untuk mendengarkan penjelasan guru. d. Merasa belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik

e. Memiliki kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability)

Pendekatan yang harus dilakukan guru adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai model atau peraga bermain sambil belajar atau menggunakan computer. Karena dengan menggunakan computer ia dapat terlibat aktif dalam melakukan touch, sekaligus meneyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan.

Selain gaya belajar di atas, ada beberapa gaya belajar yang efektif yaitu: a. Bermain dengan kata

b. Bermain dengan pertanyaan c. Bermain dengan gambar d. Bermain dengan music e. Bermain dengan bergerak f. Bermain dengan bersosialisasi g. Bermain dengan kesendirian

Tidak hanya gaya belajar yang efektif saja, namun ada beberapa gaya belajar kognitif, yaitu sebagai berikut:

Dimensi gaya kognitif spasial tinggi

(GKST)

Karakteristik gaya

kognitif spasial kognitif spasialDimensi gaya

rendah (GKSR)

Tinggi - Berpikir imajinatif Rendah

Tinggi - Kecepatan berfikir hal-hal yang abstrak

Rendah Tinggi - Memecahkan informasi disertai

dengan citra mental

Rendah

Tinggi - Menganalisis objek visual Rendah

Rendah - Kemampuan berbicara Tinggi

Tinggi - Bertindak mempertimbangkan resiko Rendah Tinggi - Kecepatan memecahkan masalah

disertai gambar,tabel atau grafik

(4)

Rendah - Ketergantungan pada orang lain Rendah Tinggi - Keikutsertaan rotasi mental dalam

memecahkan masalah

Tinggi

Tinggi - Kemampuan menciptakan sesuatu Rendah

Tinggi - Menciptakan suatu seni Rendah

Tinggi - Merekayasa bangunan Rendah

Gambar

gambar ilustrasi, dll.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the research questions, this study aims to improve students' speaking skill by using cooperative learning - (Think-Pair-Share) model at class X BAHASA SMAN 4

Didalam layanan bimbingan konseling tersebut meliputi empat bidang bimbingan konseling yakni bidang pribadi, sosial, belajar dan karier.. layanan bimbingan konseling yang

Dari sepuluh indikator variabel Penerapan Prinsip Prinsip Pelayanan Publik di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pekanbaru, hanya satu indikator

efisiensi pemasaran ikan lele dumbo di Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pemasaran ikan

[r]

Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan keefektifan belajar sisiwa siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar matematika pada pokok bahasan

[r]

Sedangkan dampak lingkungan terhadap proyek seperti adanya sampah yang masuk ke dalam waduk dari hulu sungai, adanya erosi dan sedimentasi yang diakibatkan aktiftas masyarakat