• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Islam Tujuan Syariah dan Sistem Ek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makna Islam Tujuan Syariah dan Sistem Ek"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Makna Islam, Tujuan Syariah dan Sistem Ekonomi

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah

Dosen : DR. Siti Nurhasanah

Disusun oleh :

Iwan Wahyuddin S 21170850000018

Muhammad Adit Prasetya 21170850000020

Edwin

KELAS B

MAGISTER PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam diturunkan ke bumi dilengkapi dengan jalan kehidupan yang baik (syari’ah) yang

diperuntukkan untuk manusia, yaitu berupa nilai-nilai yang diungkapkan secara fungsioanal

dan dalam makna yang kongkret yang ditujukan untuk mengarahkan kehidupan manusia,

baik secara individual maupun secara kolektif kemasyarakatan (sosial).

Syari’ah, oleh para ahli adalah sebuah jalan yang ditetapkan Allah dimana manusia

harus mengarahkan hidupnya untuk merealisir kehendak Allah sebagai syari’ (pembuat

syari’ah) yeng menyangkut seluruh tingkah laku, baik secara fisik, mental maupun spiritual.

Terutama dalam hal transaksi hukum dan social serta semua tingkah laku pribadi, dalam arti

keseluruhan cara hidup yang komprehensif.1 Untuk mencapai maqasid asy-syari’ah, diperlukam perangkat untuk menganalisi setiap perbuatan hukum yang dilakukan mukallaf

dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Sehingga, apa yang dikehendaki syari’ah dalam

mengatur hubungan vertikal (hablun minAllah) maupun hubungan horizontal (hablun

minannas) bisa tercapai dalam rangka mencapai kemaslahatan umum.

Hukum adalah komponen yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat, dan pada

dasarnya hukum itu adalah masyarakat itu sendiri. Setiap tingkah laku masyarakat selalu di

monitor oleh hukum, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Negara

Indonesia adalah Negara hukum yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam, secara

sengaja maupun tidak sengaja hal tersebut mempengaruhi terbentuknya suatu aturan hukum

yang berlandaskan atas agama Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiamana Dasar – dasar Agama Islam?

2. Bagaimana Hukum Agama Islam?

1

(3)

3. Bagaimana Sasaran Agama Islam dalam Kehidupan?

(4)

BAB I

maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan

tidak pula bersedih hati”.

Akan tetapi makna Islam itu sendiri konon secara terminology tidak bisa dikatakan

sekedar tunduk patuh saja. Dia sudah menjadi istilah khusus dalam hasanah kosa kata dasar

Islam (basic vocabulary Islam) secara terminology makna Islam digambarkan oleh nabi

Muahmmad SAW dalam sabda beliau :

”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan

hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat;

menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke

Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,”

Islam adalah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan

taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya. Barangsiapa yang berserah diri

kepada Allah saja, maka dia adalah seorang muslim. Dan barangsiapa yang berserah diri

kepada Allah dan yang lainnya, maka dia adalah seorang musyrik. Dan barangsiapa yang

tidak berserah diri kepada Allah maka dia seorang kafir yang sombong.3

Ketundukan, kepatuhan, dan kepasrahan manusia, termasuk alam semesta kepada

ketentuan Allah SWT merupakan sebuah konekuensi dari kenyataan bahwa Allah SWT

adalah pencipta, pemilik, pemelihara, dan penguasa tunggal alam semesta, termasuk

manusia sebagaimana dijelaskan melalui Al Quran pada (QS 13 :16, QS 6 : 12, QS 114 :

1-3) kehidupan alam semesta, semua diatur secara terperinci oleh Allah sesuai dengan

2

Misbahuddin Jamal, KONSEP AL-ISLAM DALAM AL-QUR’AN, Jurnal Al- Ulum Volume. 11, Nomor 2, Desember 2011. Hal. 283-310

3

(5)

ketentuannya. Tidak ada satu pun yang terlewatkan dari kendali Allah SWT, mulai dari yang

sangat rumit seperti mekanisme system tata surya dan galaxy, perputaran planet bumi dan

kehidupan semua makhluk didalamnya.

B. RUANG LUNGKUP AJARAN ISLAM

Islam sebagai agama dan objek kajian akademik memiliki cakupan dan ruang

lingkup yang luas. Secara garis besar, Islam memiliki sejumlah ruang lingkup yang saling

terkait, yaitu lingkup keyakinan (aqidah), lingkup norma (syariat), muamalat, dan

perilaku (akhlak/ behavior)4.

Dalam buku Bank Islam adiwarman karim membagi cakupan atau ruanglingkup ajaran

Islam menjadi tiga aspek utama, yakni aspek aqidah, aspek syariah syariah, dan aspek

akhlak5.

Gambar 1. Kandungan Ajaran Islam

1. Akidah

Aqidah (Iman) Iman yang disebut dalam hadits Nabi SAW. Di atas kemudian oleh

para ulama dinamakan aqidah. Secara bahasa, kata aqidah mengandung beberapa arti,

diantaranya adalah: ikatan, janji.6Sedangkan secara terminologi, aqidah adalah kepercayaan yang dianut oleh orang-orang yang beragama atau tali yang mengokohkan

hubungan manusia dengan Tuhan.

Perbedaan antara Islam yang dibawa nabi Muhammad SAW dengan risalah rasul

sebelum beliau adalah bahwa risalah yang dibawa oleh para rasul terdahulu bersifat local

4

Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Penerbit: Erlangga, 2011), h. 3-5

5

Adiwarman Karim, Bank IslamAnalisis Fiqh dan Keuangan, Depok ; Rajagrafindo, 2017, hlm. 2

6

http://eprints.walisongo.ac.id/6968/3/BAB%20II.pdf.

Islam

(6)

dan hanya untuk kaumnya saja, sedangkan Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw

berlaku untuk semua manusia. Islam bukannlah agama yang diturunkan oleh arab saja.

Akidah dan syariat Islam sudah diatur Allah untuk bisa di terpkan seluruh manusia,

bukan hanya untuk satu bangsa atau budaya tertentu saja. Contoh: ketika Allah

mengharamkan babi dan riba, maka yang di haramkan adalah seluruh babi dan berbagai

bentuk riba yang di haramkan untuk semua manusia dan bukan hanya untuk orang arab

saja, walaupun ayat itu diturunkan di arab.

Substansi dari akidah adalah keimanan, sebagaimana terangkum dalam rukun iman,

atau pokok-pokok keimanan Islam, yaitu iman kepada Allah, iman kepada para malikat,

iman kepada kitab-kita, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada hari akhir dan iman

kepada qada dan qadar.

a. Iman kepada Allah SWT, adalah sebuah keimanan atau keyakinan tentang adanya

Allah SWT dan kekuasaanya, yang di sertai dengan kesiapan dan kerelaan untuk taat

dan patuh kepada semua ketentuan Allah SWT. Sebagaimana sabda nabi : “iman itu

adalah mengenal (mengetahui) dengan hati, mengatakan dengan lisan, serta

mengerjakan dengan anggota tubuh”. (HR Ibnu Majah)

b. Iman kepada para malaikat, adalah sebuah keimanan terhadap keberadaan para

malaikat berikut tugasnya yang diberikan Allah SWT. Para malaikat sangat tunduk

dan patuh, serta senantiasa berzikir kepada Allah SWT. Keimanan kepada para

malaikat secara benar, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap

manusia, karna tidak ada suatu ucapan manusia yang tidak dihadiri dan dicatat oleh

para malaikat yang bertugas untuk itu. (QS 50 : 18)

c. Iman kepada kitab-kitab, autentik yang diturunkan oleh Allah SWT kepada

rasul-rasulnya, yaitu kitab zabur, taurat, injil dan Al Quran (sebelum kitab tersebut diubah

oleh manusia). (QS 2 : 75). Untuk ummat manusia sekarang, maka keimanan tersebut

wajib diikuti dengan membaca, mempelajari, serta mengamalkan isi kitab Al Quran,

karna kitab Al quran adalah kitab yang diturunkan oleh nabi Muhammad, utsan

terakhir pembawa risalah Allah SWT bagi umat manusia.

d. Iman kepada para Nabi dan Rasul, pembawa risalah Allah SWt bagi umat manusia,

yang wajib diimani oleh 25 Nabi (seperti yang disebut oleh Al Quran) dan ditutup

(7)

tersebut patut diikuti dengan berupaya semaksimal mungkin mengamalkan Sunnah

rasul nabi Muhammad SAW.

e. Iman kepada hari akhir menjadi penting, karna dengan keimanan yang benar

terhadap hari akhir ini, manusia diharapkan dapat lebih mampu mengendalikan diri

dalam kesehariannya, sehingga senantiasa berupaya memperbanyak amal

saleh/kebaikan, dan menghindari perbuatan maksiat dan dosa.

f. Iman kepada qadha dan qadar akan menjadi manusia senantiasa berfikir positif dan

ikhlas terhadap ketetapan Allah SWT, karna ia meyakinin segala sesuatu terjadi

hanya dengan izin Allah SWT.

Bagaimana manusia menyikapi ajakan Allah SWT untuk mengimani rukun iman

diatas, dapat dikelompokkan menjadi 5 golongan, yaitu mukmin, kafir, munafik,

musyrik, dan murtad.

a. Mukmin, yaitu golongan manusia yang menerima dan meyakini rukun iman yang 6

itu dengan tulus dan jujur sepenuh hatinya, yang kemudian diucapkan melalui lisan

serta dibuktikan melalui prilaku dan perbuatan. (QS 2 : 1-5)

b. Kafir, yaitu golongan manusia yang menolak rukun iman secara terbuka dan

terang-terangan. (QS 3 : 6-7).

c. Munafik, yaitu golongan berpura-pura menerima akidah Islam, namun dari hati dan

sanubari yang paling dalam mereka menolak dan tidak mempercayai ajaran Islam.

(QS 2 : 8-10).

d. Musyrik, yaitu golongan yang menyekutukan Allah SWT dengan

sembahan-sembahan atau tandingan-tandingan lain. Mereka menuhankan Allah, tetapi masih

menyembah tuhan yang lain. (QS 2 :165, QS 10 : 18)

e. Murtad adalah golongan manusia yang semula beriman kepada Allah SWT,

kemudian berbalik menjadi kafir. (QS 4 : 137)

2. Syariah

Kosa kata syariah dalam Bahasa arab memiliki arti jalan yang di tempuh atau garis

yang seharusnya di lalui. Dari sisi terminology, Syariah bermakna pokok-pokok aturan

hukum yang di gariskan Allah SWT untuk dipatuhi dan dilalui oleh seorang muslim

(8)

seperti bekerja, memasak, makan, belajar, sholat, dan lain sebagainya adalah merupakan

ibadah sepanjang diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT.7

Ketentuan Allah bersifat komperhensif dan universal. Komperhensif, berarti

mencakup kehidupan manusia dengan Allah SWT. Didalamnya mengiliputi ibadah

mahdhah dan ibadah muamalah. Ibadah mahdhah mengatur hubungan manusia dengan

Allah SWT seperti Sholat, puasa, haji dan lainnya. Sedangkan ibadah muamalah

mengatur mengenai hubungan sesama manusia serta manusia dengan sesame makhluk

atau ciptaan Allah SWT lainnya termasuk alam semesta. Hukum asal ibadah mahdhah

adalah bahwa segala sesuatu dilarang untuk dikerjakan kecual dibolehkan dalam Al

Quran atau di contohkan Nabi Muhammad SAW melalui As Sunnah. Sebaliknya, hukum

asal ibadah muamalah adalah segala sesuatu dibolehkan untuk di kerjakan, kecuali ada

larangan dalam Al Quran atau As Sunnah.

Syariah dan fiqh

Telah kita ketahui di bagian atas bahwa syariat Islam adalah hukum-hukum dan

peraturan yang dibebankan oleh Allah SWT kepada hamba-hambanya. Syariat ini berisi

perintah-perintah dan larangan. Perintah dan larangan ini dalam Bahasa teknis ilmu fiqih

disebut hukum taklifi. Ketika perintah dan larangan ini di sampaikan kepada manusia

maka timbul usaha untuk memahami dan menafsirkan perintah dan larangan tersebut.

Pemahaman dan penafsiran ini di lakukan secara sistematis oleh para ulama dengan

menggunakan metode tertentu. Hasil dari usaha sistematis untuk memahami dan

menafsirkan perintah dan larangan Allah. Ini dinamakan fiqih. Jadi, singkatannya fiqih

adalah tafsiran ulama atas syariah.8

Selanjutnya, karna syariah itu terbagi menjadi 2, yakni ibadah dan muamalah, maka

sebagai konekuensi logis dari hal ini adalah bahwa fiqih pun terbagi menjadi dua, yakni

fiqih ibadah dan fiqih muamalah. Jadi, fiqih ibadah adalah tafsiran ulama atas perintah

dan larangan dalam bidang ibadah, sedangkan fiqih muamalah adalah tafsiran ulama atas

perintah dan larangan dalam bidang muamalah.9

7

Sri Nurhayati dan Wasila, Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta : Salemba Empat, 2017, hlm. 16

8

Adiwarman Karim, Bank IslamAnalisis Fiqh dan Keuangan, Depok ; Rajagrafindo, 2017, hlm. 10

9

(9)

Gambar 2. Hubungan Syariah dan Fiqh

3. Akhlak

Akhlak (etika) sering juga disebut sebagai ihsan (berasal dari kata arab ahsan, yang

berarti baik). definisi ihsan dinyatakan sendiri oleh nabi dalam hadis berikut “ihsan

adalah engkau beribadah kepada tuhanmu seolah-oleh engkau melihatnya sendiri,

kalaupun engkau tidak melihatnya, maka Ia melihatmu”(HR Muslim). Dengan demikian,

melalui ihsan seseorang akan selalu merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah. Dengan

kesadaran seperti ini maka orang mukmin akan selalu terdorong untuk berperilaku baik,

dan menjauhi perilaku buruk. Karna itu wajarlah jika akhlak menjadi tujuan puncak dari

diutusnya nabi-nabi, dan menjadi tolak ukur kualitas keberagaman dan keberagamaan

seseorang. Ini dinyatakan sendiri oleh nabi di dalam salah satu hadisnya “bahwasannya

aku diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan keluhuran akhlak”(HR Ahmad).

Dengan demikian, ihsan menurut Rasulullah SAW adalah beribadah kepada Allah.

Ibadah ini tidak formalitas, tetapi terpadu dengan perasaan bahwa dirinya sedang

berhadapan langsung dengan Allah. Sementara itu, ihsan menurut bahasa berarti

Syariah

Syariah Syariah

Syariah

Mengatur hubungan antara manusia dengan penciptanya

Mengatur hubungan antara manusia dengan

(10)

kebaikan yang memiliki dua sasaran. Pertama, ia memberikan berbagai kenikmatan

atau manfaat kepada orang lain. Kedua, ia memperbaiki tingkah laku berdasarkan apa

yang diketahuinya yang manfaatnya kembali kepada diri sendiri. Al-Qur‟an menekankan

agar manusia tidak hanya berbuat ihsan kepada Allah, tetapi juga berbuat ihsan kepada

seluruh makhluk Allah, yakni manusia dan alam, termasuk hewan dan tumbuhan. Ihsan

kepada Allah merupakan modal yang sangat berharga untuk berbuat ihsan kepada

sesama. Al-Quran memberi penghargaan yang tinggi terhadap perbuatan ihsan yang

dilakukan manusia terhadap sesama dan lingkungan hidupnya seperti tersirat pada

ayat-ayat al-Qur‟an berikut ini: (1) tidak ada balasan bagi perbuatan ihsan kecuali

ihsan yang lebih sempurna. (QS. ar-Rahman [55]:60); (2) perbuatan ihsan itu kembali

kepada dirinya sendiri (QS. al-Isra [17]:7); (3) perbuatan ihsan itu tidak akan pernah

sia-sia (QS. Hud [11]: 115); (4) kasih sayang Allah diberikan dengan mudah dan cepat

kepada orang-orang yang terbiasa berbuat ihsan (QS. al-A‟raf [7]: 56.)10

C. HUKUM ISLAM

Di dalam Islam hukum dipandang sebagai bagian dari ajaran Islam dan norma-norma

hukum bersumber dari agama. Makanya konsep hukum Islam berbeda dengan konsep

hukum pada umumnya. Khususnya hukum modern. Umat Islam meyakini bahwa hukum

Islam berdasarkan wahyu Illahi yang disebut syariah, yang berarti jalan yang digariskan

Allah SWT untuk manusia.11

Pengertian hukum Islam menurut Zainuddin Ali, hukum Islam adalah hukum yang

diinterprestasikan dan dilaksanakan oleh para sahabat Nabi yang merupakan hasil ijtihad

dari para mujtahid dan hukum-hukum yang dihasilan oleh ahli hukum Islam melalui metode

qiyas dan metode ijtihad lainnya12.

Empat mazhab fiqih yang bersumber dari para ahli fiqih seperti al imam abu hanifah,

imam malik, imam syafi’I, imam ahmad bin hambal, mengklasifikasikan hukum Islam

menjadi 5, yaitu :

10

Asep Usman Ismail, Intregasi Syari‟ah dengan Tasawuf, Jurnal Ahkam: vol.12 NO.1 (Januari, 2012), h. 13

11

Barzah Latupono, Laode Angga dkk, Buku Ajar Hukum Islam, Yogyakarta : Deepublish, 2017, hlm. 2

12

(11)

1. Wajib adalah suatu perbuatan yang apabila di kerjakan akan mendapatkan pahala dan

apabila ditinggalkan akan mendapatkan dosa.

Pada umumnya, setiap kalimat perintah dalam Al Quran hukumnya adalah wajib.

Wajib, ditinjau dari beban kewajiban kepada setiap orang atau sekelompok orang

mukalaf. Yang dimaksud mukalaf adalah orang yang telah terkena kewajiban

mengikuti syariah dapat di bagi dua, sebagai berikut:

a wajib a’in yaitu kewajiban yang di bebankan kepada setiap orang mukalaf.

Artinya bila hanya sebagian orang mukalaf saja yang mengerjakan sedangkan

orang lain tidak mengerjakannya, maka kewajiban tersebut tidak membebaskan

beban orang yang tidak mengerjakannya. Contoh kewajiba mengerjakan shalat,

dan menunaikan zakat.

b Wajib kifayah yaitu kewajiban yang dibebankan pada sekelompok orang mukalaf

artinya, apabila untuk mengerjakan suatu kewajiban, dibutuhkan jumlah orang

tertentu untuk melaksanakannya dan jumlah orang mengerjakan tersebut dianggap

cukup maka orang mukalaf lain yang tidak mengerjakannya tidak berdosa. Akan

tetapi bila tidak, maka seluruh orang mukalaf memikul dosa karna tidak

terlaksanakannya kewajiban tersebut. Contoh memandikan, mengkafani,

menshalatkan serta menguburkan jenazah dan beramar ma’ruf nahi mungkar.

2. Mandub/Sunnah ialah perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan

apabila ditinggalkan orang yang meniggalkannya tidak mendapatkan dosa.

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai

untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah

seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis

enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

menulis…” (QS 2 :282)

“Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah

yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)…” (QS 2 :283)

3. Haram ialah perbuatan yang apabila ditinggalkan, akan mendapatkan pahala dan

(12)

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan

yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS 17 : 32)

4. Makruh ialah perbuatan yang apabila ditinggalkan, akan mendapatkan pahala dan

apabila dikerjakan, tidak mendapat dosa.

“sungguh Allah memakruhkan kasak-kusuk memperbanyak soal-soal yang tidak di

perlukan yang tidak diperlukan dan menyia-nyiakan harta”(HR Bukhari dan Muslim)

5. Mubah ialah suatu perbuatan yang bila dikerjakan, tidak mendapat pahala dan apabila

ditinggalkan tidak mendapat dosa

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan

binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa

dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak

(pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS 2 : 173)

D. SASARAN HUKUM ISLAM

Hukum Islam memiliki tiga sasaran yaitu : penyucian jiwa, penegakkan keadilan

dalam masyarakat, dan dalam perwujudan kemaslahatan manusia.13

a. Penyucian jiwa

Penyucian jiwa dimaksud agarmanusia mampu berperan sebagai sumber kebaikan

bukan sumber keburukan bagi masyarakat dan lingkungan. Hal ini dapar tercapai

apabila manusia beribadah dengan benar yaitu dengan hanya mengabdi kepada tuhan

yang benar-benar merupakan pencipta, pemilik, pemelihara, dan penguasa alam

semesta, bukan kepada yang mengaku tuhan serta dengan cara yang benar pula.

b. Menegakkan Keadilan dalam Masyarakat

Keadilan di sini adalah meliputi segala bidang kehidupan manusia termasuk

keadilan dari sisi hukum, sisi ekonomi, dan sisi persaksian. Semua manusia akan dinilai

dan diperlakukan Allah secara sama, tanpa melihat kepada latar belakang starata sosial,

agama, kekayaan, keturunan, warna kulit, dan sebagainya, sebagaimana dijelaskan

13

(13)

dalam QS 5 : 8 “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang

yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan

janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk

berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran

dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran.” (QS 16 : 90).

Keadilan adalah harapan dan fitrah semua manusia, sehingga Allah melarang

manusia berlaku tidak adil. Dalam peperangan, Islam mengajarkan manusia untuk tidak

boleh berbuat keji, serta harus tetap menjunjung tinggi hak asasi manusia dan akhlak

yang mulia. Sejarah membuktikan misalnya, ketika tentara Islam pimpinan Salahuddin

Al-Ayubi berhasil menaklukan Palestina (Jerusalem) tahun 1187 H, mereka

dielu-elukan oleh masyarakat setempat karena dapat menjaga dan memelihara keamanan bagi

semua rakyat dan tanpa membedakan agama yang dianutnya. Demikian seterusnya

berlanjut selama berabad-abad setelah itu, selama Palestina berada dalam kekuasaan

Daulah Islam.

c. Mewujudkan Kemaslahatan Manusia

Mewujudkan kemaslahatan manusia di dalam Islam dikenal sebagai Maqasid

Syariah ( tujuan syariah ), dari segi bahasa maqasid syariah berarti maksud dan tujuan

adanya hukum Islam yaitu untuk kebaikan dan kesejahteraan (maslahah) umat manusia

di dunia dan di akherat. Untuk mencapai tujuan ini ada lima unsur pokok yang harus

dipelihara yaitu agama, jiwa, akal, keterununa, dan harta.

Menurut Al-Syaitibi, “sesungguhnya syariah bertujuan untuk mewujudkan

kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat”. Dari pengertian tersebut, dapat dikatakan

bahwa tujuan syariah menurut Al-Syatibi adalah kemaslahatan umat manusia. Lebih

(14)

tujuan sama dengan membebankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan.14 menurut al-Syatibi kemaslahatan dapat tercapai apabila mampu memenuhi lima unsur pokok yaitu,

adalah din (agama), nafs (jiwa), nasl (keturunan), mal (harta), dan aql (akal).

a. Agama

Agama merupakan persatuan akidah, ibadah, hukum, dan undang-undang yang

telah disyariatkan oleh Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan

Tuhannya (hubungan vertikal), dan hubungan antara sesama manusia (hubungan

horizontal). agama Islam juga merupakan nikmat Allah yang tertinggi dan sempurna

seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surat al-Maidah : 3 ”pada hari Ini Telah

Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,

dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.

Beragama merupakan kekhususan bagi manusia, merupakan kebutuhan utama

yang harus dipenuhi karena agama lah yang dapat menyentuh nurani manusia. seperti

perintah Allah agar kita tetap berusaha menegakkan agama, seperti firman-Nya dalam

surat Asy-syura : 13.

Agama Islam juga harus dipelihara dari ancaman orang-orang yang tidak

bertanggung jawab yang hendak meruska akidahnya, ibadah-ibadah akhlaknya,atau

yang akan mencampur adukkan kebenaran ajaran Islam dengan berbagai paham dan

aliran yang batil. walau begitu, agama Islam memberi perlindungan dan kebebasan bagi

penganut agama lain untuk meyakini dan melaksanakan ibadah menurut agama yang

diyakininya, orang-orang Islam tidak memaksa seseorang untuk memeluk agama Islam.

hal ini seperti yang telah ditegaskan Allah dalam firman-Nya dalam surat al-Baqarah :

256.

b. Memelihara Jiwa

Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan diancam dengan hukuman

Qisas (pembalasan yang seimbang), diyat (denda) dan kafarat (tebusan) sehingga

dengan demikian diharapkan agar seseorang sebelum melakukan pembunuhan, berfikir

14

(15)

secara dalam terlebih dahulu, karena jika yang dibunuh mati, maka seseorang yang

membunuh tersebut juga akan mati, atau jika yang dibunuh tersebut cidera, maka si

pelakunya akan cidera yang seimbang dengan perbuatannya.

Banyak ayat yang menyebutkan tentang larangan membunuh, begitu pula hadist

dari nabi Muhammad, diantara ayat-ayat tersebut adalah :

a. Surat Al-Baqarah ayat 178-179

b. Surat al-an’am ayat 151

c. Surat Al-Isra’ ayat 31

d. Surat Al-Isra’ ayat 33

e. Surat An-Nisa ayat 92-93

f. Surat Al-Maidah ayat 32.

Berikut ini adalah salah satu contoh ayat yang melarang pembunuhan terjadi di

dunia, yaitu surat Al-Isra’ ayat 33

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),

melainkan dengan suatu (alasan) yang benar[853]. Dan barangsiapa dibunuh secara

zalim, Maka Sesungguhnya kami Telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli warisnya,

tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia

adalah orang yang mendapat pertolongan”.

c. Memelihara Akal

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara seluruh makhluk ciptaan

Allah yang lainnya. Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk, dan

melengkapi bentuk itu dengan akal.

Untuk menjaga akal tersebut, Islam telah melarang minum Khomr (jenis

menuman keras) dan setiap yang memabukkan dan menghukum orang yang

meminumnya atau menggunakan jenis apa saja yang dapat merusak akal.

Begitu banyak ayat yang menyebutkan tentang kemuliaan orang yang berakal dan

menggunakan akalnya tersebut dengan baik. Kita disuruh untuk memetik pelajaran

kepada seluruh hal yang ada di bumi ini, termasuk kepada binatang ternak, kurma,

(16)

“66. Dan Sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi

kamu. kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa)

susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang

meminumnya.

67. Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan

rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda

(kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.

68. Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit,

di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",

69. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan

Tuhanmu yang Telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman

(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang

menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar

terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”.

d. Memelihara Keturunan

Untuk memelihara keturunan, Islam telah mengatur pernikahan dan

mengharamkan zina, menetapkan siapa-siapa yang tidak boleh dikawini, sebagaimana

cara-cara perkawinan itu dilakukan dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga

perkawinan itu dianggap sah dan percampuran antara dua manusia yang berlainan jenis

itu tidak dianggap zina dan anak-anak yang lahir dari hubungan itu dinggap sah dan

menjadi keturunan sah dari ayahnya. Islam tak hanya melarang zina, tapi juga melarang

perbuatan-perbutan dan apa saja yang dapat membawa pada zina.

e. Memelihara harta benda

Meskipun pada hakikatnya semua harta benda itu kepunyaan Allah, namun Islam

juga mengakui hak pribadi seseorang. Oleh karena manusia sangat tama’ kepada harta

benda, dan mengusahakannya melalui jalan apapun, maka Islam mengatur supaya

(17)

peraturan-peraturan mengenai mu’amalat seperti jual beli, sewa menyewa, gadai

menggadai dll.15

Ibadat bertujuan melindungi agama. Misalnya keimanan dan ucapan kalimat

syahadat, salat, zakat, puasa dan haji. Adat bertujuan melindungi jiwa dan akal. Mencari

makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal adalah contoh adat. Muamalah juga

melindungi jiwa dan akal, tetapi dengan melalui adat. Jinayat sebagai benteng

terpeliharanya kelima maslahah di atas, seperti qisas dan diyat untuk melindung jiwa,

hudud untuk melindungi keturunan dan akal.16

Kemaslahatan yang akan diwujudkan itu dibagi kepada tiga tingkatan kebutuhan,

yaitu daruriyat (kebutuhan primer, mesti), hajiyat (kebutuhan sekunder, dibutuhkan),

tahsiniyat (kebutuhan tersier).17

Kebutuhan daruriyat ialah tingkatan kebutuhan yang harus ada sehingga disebut

kebutuhan primer. Bila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi, akan terancam

keselamatan umat manusia baik di dunia maupun di akherat. Untuk memelihara kelima

unsur pokok (memelihara agama, jiwa, keturunan, harta dan akal) inilah syariat Islam

diturunkan. Semua perintah dan larangan syariat bermuara kepada pemeliharaan lima

unsur pokok ini.

Kebutuhan hajiyat, ialah kebutuhan-kebutuhan sekunder, dimana bila tidak

diiwujudkan tidak sampai mengancam keselamatan, namun manusia akan mengalami

kesulitan. Syariat Islam menghilangkan segala kesulitan ini. Adanya hukum rukhsah

(keringanan) merupakan bukti kepedulian syariat Islam terhadap kebutuhan hajiyat.

Dalam lapangan ibadat, disyariatkan berbagai rukhsah (keringanan) jika muncul

kesulitan dalam melaksanakan perintah-perintah takhlif. Misalnya Islam membolehkan

tidak berpuasa Ramadhan bagi yang bepergian (musafir) atau sakit namun harus diganti

puasa di hari-hari lain di luar bulan Ramadan. Demikian juga dibolehkan menjamak dan

mengqasar salat baginya. Dalam lapangan muamalah disyariatkan banyak macam

kontrak (akad) serta berbagai macam jual beli, sewa menyewa, perseroan (syirkah) dan

15

http://makalah-ugi.blogspot.co.id/2014/05/maqasid-al-syariah.html. Diakses pada tanggal 23 februari 2017.

16

La Jamaa, Dimensi Ilahi dan Dimensi Insani dalam Maqashid al-Syari’ah, Asy-Syir’ah Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 45 No. II, Juli-Desember 2011.

17

(18)

mudarabah (berniaga dengan modal orang lain dengan perjanjian bagi laba) serta

berbagai hukum rukhsah dalam muamalah. Dalam lapangan ‘uqubat (sanksi pidana),

Islam mensyariatkan diat bagi pembunuh tidak sengaja, dan menangguhkan hukuman

potong tangan bagi pencuri yang terdesak menyelamatkan jiwanya dari kelaparan.

Sebab suatu kesempitan menimbulkan keringanan dalam syariat Islam.18

Kebutuhan tahsiniyat, ialah mengambil apa yang sesuai dengan kebiasaan (adat)

yang paling baik dan menghindari cara-cara yang tidak disukai oleh orang-orang yang

bijaksana. Kebutuhan tahsiniyat, merupakan tingkat kebutuhan yang apabila tidak

terpenuhi tidak mengancam eksistensi salah satu dari unsur pokok di atas dan tidak pula

menimbulkan kesulitan. Tingkat kebutuhan ini sebagai kebutuhan pelengkap, seperti

hal-hal yang merupakan kepatutan menurut adat istiadat, menghindarkan hal-hal yang

tidak enak dipandang mata, dan berhias dengan keindahan yang sesuai dengan tuntunan

norma dan akhlak. Dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ibadat, muamalah dan

’uqubat, Allah telah mensyariatkan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan tahsiniyat.

Dalam lapangan ibadat, misalnya Islam mensyariatkan bersuci baik dari najis maupun

hadas, baik pada badan maupun pada tempat dan lingkungan. Islam menganjurkan

berhias ketika hendak ke masjid, menganjurkan banyak ibadah sunah. Dalam lapangan

muamalat, Islam melarang boros, kikir, menaikan harga, monopoli, dan lain-lain. Dalam

bidang ‘uqubat Islam mengharamkan membunuh anak-anak dan perempuan atau

menyiksa mayat dalam peperangan.19

E. SISTEM EKONOMI ISLAM

18 Ibid 19

(19)

1. Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi, secara umum didefinisikan sebagai hal yang mempelajari perilaku

manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi barang dan

jasa yang dibutuhkan manusia.20

Sedangkan ekonomi islam terdapat beberapa definisi dari berbagai ilmuan,

diantaranya ialah :

Menurut Muhammad Abdul Manan Islamic economics is a social science which

studies the economics problems of a people imbued with the values of Islam.21 Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari

masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.

M. Umer Chapra Islamic economics was defined as that branch of knowledge

which helps realize human well-being through an allocation and distribution of scarce

resources that is in confinnity with Islamic teaching without unduly curbing Individual

freedom or creating continued macroeconomic and ecological imbalances. Jadi,

Menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya

realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas

yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan

kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan

tanpa ketidakseimbangan lingkungan.22

Dawan Rahardjo23 mendefinisikan ekonomi islam kedalam tiga kemungkinan pemaknaan. Pertama, yang dimaksud ekonomi islam adalah ilmu ekonomi yang

berdasarkan nilai-nilai ajaran islam. Kedua, yang dimaksud ekonomi islam adalah

system yang menyangkut pengaturan kegiatan ekonomi dalam suatu masyarakat atau

Negara berdasarkan suatu cara atau metode tertentu. Ketiga, ekonomi islam dalam

pengertian perekonomian umat islam.

20

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 14.

21

Muhammad Abdul Mannan, Islamic Economics, Theory and Practice, India: Idarah Adabiyah,, 1980, hlm. 3.

22

Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta: kencana, 2006, hlm. 16

23

(20)

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi islam adalah sebuah teori

atau system yang berisi perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan berdasarkan pada

prinsip-prinsip islam.

2. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam

Para pemikir ekonomi Islam berbeda pendapat dalam memberikan kategorisasi

terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam. Sebagaimana dikutip Muslim H. Kara,

Khurshid Ahmad mengkategorisasi prinsip-prinsip ekonomi Islam pada: Prinsip tauhid,

rub-biyyah, khilafah, dan tazkiyah.24Prinsip ekonomi Islam juga dikemukakan Masudul

Alam Choudhury, dalam bukunya, Constributions to Islamic Economic Theory

sebagaimana dikutip Muslim H. Kara Ekonomi Islam menurutnya didasarkan pada tiga

prinsip, yaitu: (1) the principle of tawheed and brotherhood (prinsip tauhid dan

persaudaraan), (2) the principle of work and productivity (prinsip kerja dan

produktifitas), dan (3) the principle of distributional equity (prinsip pemerataan dalam

distribusi).25 Sedangkan menurut Sadr26, ekonomi Islam terdiri dari tiga komponen dasar, sesuai dengan konten yang teoretis yang dibedakan dari teori ekonomi lain, yaitu:

Prinsip kepemilikan multi-faceted, Prinsip kebebasan ekonomi dalam batas yang

ditetapkan, dan Prinsip keadilan sosial.

Menurut Adiwarman Karim, Bangunan ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai

universal, yakni : Tauhid (keimanan), Adl (keadilan), Nubuwwah (kenabian), Khilafah

(pemerintahan), dan Ma‟ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar inspirasi untuk

menyusun proporsi-proporsi dan teori-teori ekonomi Islam.27

24

Muslimin H. Kara, Bank Syariah Di Indonesia Analisis Terhadap Pemerintah Indonesia Terhadap Perbankan Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm 37-38

25

Ibid, hlm. 38

26

Koenta Adji Koerniawan, PRINSIP-PRINSIP DASAR EKONOMI ISLAM DAN PENGARUH TERHADAP PENETAPAN STANDAR AKUNTANSI, MODERNISASI, Volume 8, Nomor 1, Februari 2012, hlm. 80

27

(21)

Gambar 3. Rancang Bangun Ekonomi Islam.

Sumber : Karim, 2001

Dari kelima nilai-nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivative yang

menjadi cita-cita dan cikal bakal sistem ekonomi Islami. Ketiga prinsip tersebut adalah

multiple ownership (kepemilikan multi jenis), freedom to act (kebebasan berusaha), dan

social justice (keadilan sosial). Di atas semua konsep dan prinsip dibangunlah konsep

akhlak yang memayungi semua prinsip. Akhlak menempati posisi paling atas karena

tujuan utama dakwah Islam adalah menyempurnakan akhlak manusia.28

Sedangkan menurut Metwally yang telah di kutib Zinul Arifin, Prinsi-prinsip

Ekonomi dapat diuraikan sebagai berikut:29

a. Dalam ekonomi, manusia di titipkan amanah oleh Allah berupa berbagai Sumber

Daya. Sehingga manusia harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, demi

kesejahteraan bersama. Yang paling terpenting adalah pemanfaatannya dapat di

pertanggung jawabkan di akhirat kelak.

b. Bahwa orang islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas

tertentu.yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat. Islam menolak untuk

pendapatan yang di peroleh secara tidak sah.

28

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2969/Buku%20Ekonomi%20Islam.p f?sequence=1&isAllowed=y

29

(22)

c. Islam mendorong manusia berusaha untuk bekerja agar dapat mendapatkan materi

atau harta dengan berbagai cara, asal mengikuti aturan atau hukum yang telah di

sepakati. seperti halnya dalam firman Allah, surah (QS 4:29)

d. Kepemilikan kekayaan tidak boleh hanya di miliki oleh orang-orang kaya saja,

dan harus berperan sebagai kapital produktif yang nantinya akan meningkatkan

besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat bersama.

e. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya dialokasikan untuk

kepentingan orang banyak. Prinsip ini sesuai dengan sunnah Rasulullah

menyatakan bahwa “Masyarakat mempunyai hak yang sama atas air, padang

rumput, dan api.” Sunnah Rasullulah tersebut mengkhendaki semua kekayaan

alam yang ada di bumi untuk kepentingan bersama dan bukan untuk kepentingan

pribadi.

f. Seorang muslim harus taat dan tunduk kepada Allah dan hari pembalasan

pertanggung jawaban di akhirat nanti (QS 2:281). Hal itu sudah jelas dan sesuai

dengan surah dalal Al-qur’an. Oleh karenanya islam mencela adanya mengambil

keuntungan yang berlebihan

g. Zakat harus di bayarkan orang islam atas kekayaan yang telah memenuhi batas

(nisab). Zakat merupakan alat distribusi sebagai kekayaan orang kaya atau

sebagai sanksi atas penguasaan harta tersebut, tujuannya adalah untuk

orang-orang miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Menurut beberapa pendapat ulama,

zakat dikenakan 2,5% untuk semua kekayaan ang tidak produktif (idle assets),

dan termasuk di dalamnya terdapat uang kas, deposito, emas, perak dan permata,

dan 10% dari pendapatan bersih investasi.

h. Islam melarang setiap pembayaran bunga atas bebagai macam bentuk pinjaman.

Entah pinjaman ituberasal dari teman, perorangan, perusahaan, ataupun instansi

lainnya yang berkaitan dengan peminjaman tersbut.

3. Syariat, Fiqh dan Ekonomi Islam

Secara garis besar kita telah membahas cakupan-cakupan pokok ajaran islam.

Dari penjabaran di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa islam adalah suatu pandangan

(23)

membahas aspek spiritual saja, akan tetapi juga membahas seluruh aspek kehidupan,

termasuk aspek ekonomi.

Sikap rasional islami mendorong setiap pelaku ekonomi untuk mencari

kelengkapan informasi agar dapat meraih falah. Infromasi pada dasarnya berasal dari

dua sumber, yaitu fakta empiris, (ayat kauniyah) serta pemberitahuan langsung dari

pencipta alam semesta ini (ayat qauliyah). Sumber informasi dari fakta empiris harus

dicari sendiri oleh manusia melalui pengamatan, pengalaman masa lalu dan masa kini,

serta perkiraan manusia terhadap masa depan. Syariah islam berfungsi sebagai salah

satu sumber informasi, sebab ia merupakan sumber informasi yang secara langsung

diberikan oleh Tuhan, yaitu melalui Alqur’an dan Sunnah. Kedua sumber informasi ini

diakui kebenarannya oleh islam, sebab pada dasarnya keduannya berasal dari Tuhan.

Namun, jika terdapat pertentangan antara keduanya, Alquran dan Hadis yang

diutamakan. Dalam hal ini, manusia sadar bahwa kemampuan dalam memahami

fenomena sosial tidaklah sempurna sehingga informasi yang bersumber langsung dari

Tuhan-lah yang lebih semburna.30

Fungsi syariah islam yang kedua adalah memberikan control kepada perilaku

manusia agar manusia terselamatkan dari tindakan yang merugikan, yaitu menjauhkan

dari falah ( Kebahagian dunia dan akhirat). Dalam hal ini, syariah lebih dikenal sebagai

fiqih atau hokum Islam yang berisikan kaidah yang menjadi ukuran, tolak ukur,

patokan, pedoman yang dipengaruhi untuk menilai tingkah laku atau perbuatan

manusia. Fiqh Islam dipergunakan sebagai satu-satunya pedoman yang digunakan untuk

menilai tindakan benar atau salah.

Secara garis besar, beberapa kaidah pokok yang harus dipegang dalam fiqh islam

yang berkaitan dengan ekonomi adalah sebagai berikut:31

a. Pada dasarnya setiap bentuk muamalah adalah dibolehkan kecuali jika terdapat

larangan dalam Al-qur’an dan Sunnah.

b. Hanya Allah-lah yang berhak mengharamkan atau menghalalkan suatu hal.

Manusia hanya memiliki hak untuk ber-ijtihad, yaitu menafsirkan atas apa yang

dijelaskan oleh Al-qur’an dan Sunnah.

30

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 33

31

(24)

c. Sesuatu yang bersifat najis dan merusak harkat manusia dan lingkungan adalah

haram.

d. Sesuatu yang menyebabkan kepada yang haram adalah haram.

e. Tujuan atau niat baik tidak dapat membuat yang haram menjadi halal

f. Halal dan haram adalah berlaku bagi siapapun yang muslim, berakal dan merdeka

g. Keharusan dalam menentukan skala prioritas dalam pengambilan keputusan, yaitu :

1) Menghindari kerusakan lebih diutamakan daripada mencari kebaikan.

2) Kepentingan sosial dan luas diutamakan daripada kepentingan individu yang

sempit.

3) Manfaat kecil dapat dikorbankan untuk mendapatkan manfaat yang lebih

besar.

4) Bahaya kecil dapat dikorbankan untuk menghindari bahaya yang lebih besar.

Kaidah-kaidah fiqh diatas akan menjadi pedoman umum bagi teori, konsep, dan

(25)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Al-Islam secara etimologi berarti tunduk Kata ini merupakandari kata yang berarti

terbebas dari wabah/cela baik secara lahir maupun secara batinKata “Islam” berasal dari:

salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri

atau tunduk dan patuh. Secara garis besar, Islam memiliki sejumlah ruang lingkup yang saling

terkait, yaitu lingkup keyakinan (aqidah), lingkup norma (syariat), muamalat, dan

perilaku (akhlak/ behavior) .

Aqidah (Iman) Iman yang disebut dalam hadits Nabi SAW. Di atas kemudian oleh

para ulama dinamakan aqidah. Secara bahasa, kata aqidah mengandung beberapa arti,

diantaranya adalah: ikatan, janji. Substansi dari akidah adalah keimanan, sebagaimana

terangkum dalam rukun iman, atau pokok-pokok keimanan Islam, yaitu iman kepada Allah,

iman kepada para malikat, iman kepada kitab-kita, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada hari

akhir dan iman kepada qada dan qadar.

Syariah dalam Bahasa arab memiliki arti jalan yang di tempuh atau garis yang seharusnya

di lalui. Dari sisi terminology, Syariah bermakna pokok-pokok aturan hukum yang di gariskan

Allah SWt untuk dipatuhi dan dilalui oleh seorang muslim dalam menjalani segala aktifitas

hidupnya (ibadah) didunia. Akhlak (etika) sering juga disebut sebagai ihsan (berasal dari kata

arab ahsan, yang berarti baik). definisi ihsan dinyatakan sendiri oleh nabi dalam hadis berikut

“ihsan adalah engkau beribadah kepada tuhanmu seolah-oleh engkau melihatnya sendiri,

kalaupun engkau tidak melihatnya, maka Ia melihatmu”(HR Muslim). Dengan demikian, melalui

ihsan seseorang akan selalu merasa bahwa dirinya diawasi oleh Allah. Dengan kesadaran seperti

ini maka orang mukmin akan selalu terdorong untuk berperilaku baik, dan menjauhi perilaku

buruk.

Empat mazhab fiqih yang bersumber dari para ahli fiqih seperti al imam abu hanifah,

imam malik, imam syafi’I, imam ahmad bin hambal, mengklasifikasikan hukum Islam menjadi

5, yaitu Wajib, Mandub/Sunah, Haram, Makhruh, Mubah. Dimana sasaran dari hukum Islam itu

sendiri adalah penyucian jiwa, penegakkan keadilan dalam masyarakat, dan dalam perwujudan

(26)

Secara garis besar kita telah membahas cakupan-cakupan pokok ajaran islam. Dari

penjabaran di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa islam adalah suatu pandangan atau cara

hidup yang mengatur semua sisi dalam kehidupan. Artinya islam tidak hanya membahas aspek

spiritual saja, akan tetapi juga membahas seluruh aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi.

Dari ajaran islam ini lah memunculkan nilai-nilai dasar atau prinsip ekonomi islam yang

nantinya dari kesemuanya membentuk sebuah bangunan system yang saling berhubungan.

Menurut Adiwarman Karim, Bangunan ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai

universal, yakni : Tauhid (keimanan), Adl (keadilan), Nubuwwah (kenabian), Khilafah

Gambar

Gambar 1. Kandungan Ajaran Islam
Gambar 2. Hubungan Syariah dan Fiqh
Gambar 3. Rancang Bangun Ekonomi Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh ini dikarenakan pada waktu kontak 3 jam selulosa daun mahkota nanas sebagai adsorben sudah mendekati titik jenuh sehingga logam yang sudah

Universitas Mercu Buana khususnya Fakultas Desain ct Seni ifteatif, Program Studi Desain Produl< bertujuan mendidik dan melatih mahasiswa agar menjadi rnahasiswa

Menurut Zaki Baridwan, (2000:123) piutang yaitu:Piutang usaha merupakan tagihan- tagihan perusahaan atas uang, barang-barang, atau jasa-jasa terhadap pihak-pihak lain dan

Semua pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar yang karena jabatannya dan atau anggota keluarganya (keluarga inti), dilarang untuk menerima atau meminta baik

Setiap manusia tidak dapat memilih bahwa ia akan lahir dalam keadaan sempurna maupun tidak. Terlahir sempurna maupun tidak merupakan ketentuan Allah. Setiap orang tua harus

Untuk pertanian masa panen sekitar empat bulan antara bulan agustus sampai november, sedangkan masa tanam antara bulan januari sampai maret, jadi masyarakat muara

Berdasarkan hasil dari penelitian diketahui bahwa Upaya penyampaian edukasi yang dilakukan pengelola Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah dengan menggunakan Komunikasi

Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan sederhana, terkait tempat wisata Menyusun teks deskriptif lisan dan tulis, pendek dan sederhana, terkait