• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LAPORAN LABA RUGI DAN ARUS KAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH LAPORAN LABA RUGI DAN ARUS KAS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH BAHASA INDONESIA

PENGARUH LAPORAN LABA RUGI DAN ARUS KAS

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN

PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

NOVIA ASRIYANTI TAHIR

20150420170

KELAS D

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada zaman sekarang ini, para pelaku bisnis terus berhati-hati dalam setiap transaksi yang dilakukannya. Kehati-hatian ini dikarenakan, adanya suatu ketidakpastian yang ditimbulkan oleh dunia bisnis. Ketidakpastian inipun menyebabkan para investor meminimalkan investasi yang akan diberikan atau dikeluarkannya kepada perusahaan. Oleh karena itu, sebuah perusahaan memerlukan laporan keuangan untuk mengetahui besaran keuangan yang dihasilkan atau dikeluarkan nantinya. Perusahaan yang berhasil tentu akan menghasilkan laba. Laba ini selanjutkan akan digunakan kembali untuk kelangsungan keuangan perusahaan seperti direinvestasikan dalam aktiva operasi, melunasi utang atau dibagikan kepada pemegang saham. Dari laporan keuangan ini para investor melihat hasil balik yang akan diterimanya nanti.

Bagi seorang calon investor yang rasional, perhatiannya akan diarahkan pada tingkat pengembalian (return) investasi dan investasi yang dipilih adalah yang menjanjikan return tertinggi dengan risiko tertentu. Jadi, seorang investor dalam menginvestasikan dananya di pasar modal bertujuan untuk bisa memperoleh dividen . Dividen pada prinsipnya adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para investor.

Tingkat pengembalian investasi dapat diprediksi dari laporan keuangan perusahaan. Harrison,Jr (2012) menyatakan bahwa laporan keuangan (financial statement) merupakan dokumen bisnis yang digunakan perusahaan untuk melaporkan hasil aktivitas bisnisnya kepada para pemakainya, yang dapat meliputi manajer, investor, kreditor, dan agen regulator. Pada umumnya, laporan keuangan berisi laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas. Siswantini menyatakan bahwa Informasi dari laporan keuangan tersebut akan memberikan gambaran mengenai kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, serta ramalan laba dan dividen sehingga para investor dapat membuat keputusan bisnis yang nantinya menguntungkan mereka dan perusahaan. Pengembalian investasi misalnya yang akan diterima pemegang saham atau yang biasa disebut dividen tentunya memiliki ketidakpastian, baik itu dari perusahaan atau para investor. Dimana perusahaan harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada pemegang sahamnya dan para investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannyadengan mengharapkan pembagian dividen yang besar sesuai dengan yang diinvestasikannya. Kebijakan dividen inipun menjadi masalah di antara kedua pihak yakni perusahaan dan investor.

(3)

nantinya dengan mengurangi dividen yang diberikan kepada investor, akan tetapi investor menginginkan dividen besar. Brigham dan Houston,( 1992) menyatakan bahwa laba ditahan (retained earnigs) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham

Indiyah dalam (Suadi, 1998) menyimpulkan bahwa pembayaran dividen memiliki hubungan dengan arus kas yang diterbitkan setelah terjadi arus kas uang dalam satu tahun tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa laporan arus kas menjadi hal yang bermanfaat tetapi juga sarat dengan pertimbangan. Perusahaan memperoleh laba namun jika uang kas tidak mencukupi maka ada kemungkinan perusahaan memilih menahan laba tersebut untuk diinvestasikan kembali bukan diberikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Hermi, 2004 dalam Manurung dan Siregar (2009) menyatakan bahwa pembayaran dividen dengan pertumbuhan perusahaan saling berlomba untuk mengetahui hasil laba perusahaan, karena dari laporan tersebut diketahui berapa yang akan dibayarakan sebagai dividen.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen ? 2. Bagaimana pengaruh arus kas terhadap kebijakan dividen ?

3. Bagaimana pengaruh antara laba bersih dan kas terhadap kebijakan dividen?

1.3 Tujuan Penulisan

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Dividen

Darmaji dan Fakhruddin (2001) menyatakan bahwa dividen adalah bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham . Dividen biasanya diberikan perusahaan kepada pemegang saham saat perusahaan menghasilkan laba besar yang dirasa cukup untuk dibagikan dividen dan tentunya menurut keputusan para dewan direksi untuk mengumumkan dividen. Dividen merupakan keuntungan yang didapatkan oleh pemegang saham untuk kesejahteraan mereka.

Menurut Baridwan (1996: 237-238) jenis-jenis dividen dapat dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu:

1. Dividen berbentuk uang tunai yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk uang tunai yang besarnya dihitung berdasarkan tariff per lembar saham dikalikan dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.

2. Dividen likuidasi yaitu dividen yang dibagikan merupakan pengembalian modal. Dividen likuidasi ini biasanya dilakukan oleh perusahaan yang akan menghentikan aktivitasnya.

3. Dividen berbentuk aktiva yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas.

4. Dividen saham (stock Dividend) yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk lembar saham yang berarti menambah jumlah lembar saham tanpa ada mengeluarkan saham baru, sehingga lembarsahamnya bertambah tetapi harga perolehannya tetap.

2.2 Kebijakan Dividen

(5)

Kebijakan dividen penting bagi perusahaan dengan 2 alasan yaitu sebagai berikut;

a. Pembayaran dividen mungkin akan mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari harga saham perusahaan tersebut.

b. Laba ditahan biasanya merupakan sumber dana internal yang terbesar dan terpenting bagi pertumbuhan peerusahaan.

Kebijakan dividen merupakan salah satu sumber konflik antara manajemen dan principal karena dividen dapat merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan kepada investor. Dividen yang dibayarkan secara tunai maupun konversi dengan saham mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan datang.

2.3 Teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa pendapat atau teori tentang pengambilan keputusan atau kebijakan deviden, antara lain sebagai berikut :

2.3.1 Pendapat tentang ketidakrelevanan deviden (irrelevant theory)

Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller, bahwa pembagian laba dalam bentuk deviden tidak relevan dengan peningkatan kemakmuran atau kekayaan pemegang saham. Dimana nilai perusahaan tidak ditentukan oleh dividend payut ratio karena deviden pay out ratio hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan, tetapi nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan investasi. Dengan kata lain, nilai perusahaan tergantung hanya pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi antara dividen dan laba yang ditahan.

Pendapat MM ini dikemukakan berdasarkan asumsi-asumsi di bawah ini:

1. Pasar modal yang sempurna

2. Semua peserta pasar bersifat price-taker.

3. Timbulnya ketidakpastian dalam arus pendapatan masa datang dan para investor mempunyai informasi yang sama.

4. Tidak ada pajak penghasilan

2.3.2 Pendapat tentang relevansi deviden (relevant theory)

(6)

2.3.3 Teori Bird in The Hand

Teori ini dianut oleh Myron Bordon dan John Lintner. Dalam teori ini dijelaskan bahwa kebanyakan pemilik saham lebih memilih pembayaran dividen diterima saat ini dibanding menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” di masa mendatang. Meskipun tarif pajak untuk “capital gain” lebih rendah daripada dividen, tetap saja para pemilik saham memilih menerima dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset.

2.3.4 Tax preference theory

Suatu teori yang dikemukakan oleh Litzenberger dan Ramaswamy bahwa para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan :

a) Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba di dalam perusahaan.

b) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, karena adanya nilai efek waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.

c) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris dapat terhindar dari pajak keuntungan modal.

2.3.5 Signaling Theory

(7)

diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dimasa yang akan datang.

2.3.6 The Clientele Effect

Teori ini diungkapkan oleh Black and Scholes yang menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda-beda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.

Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu presentase laba yang dibayarkan atau DPR (Dividend Payout Ratio) yang tinggi.

Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu misalnya orang yang lanjut usia pajak lebih ringan, maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membayar dividen kecil, sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relative rendah justru menyukai dividen yang tinggi.

2.3.7 Agency Teory

Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan hubungan antara pemberi kerja (principal) dan penerima amanah (agen/manajemen) untuk melaksanakan pekerjaan. Kedua belah pihak diikat oleh kontrak yang menyatakan hak dan kewajibanya masing-masing. Prinsipal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan perusahaan, sedangkan manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola apa yang diamanahkan prinsipal kepadanya. Atas kepemilikannya kepada perusahaan, prinsipal akan memperoleh hasil berupa pembagian laba dalam bentuk dividen,

(8)

2.3.9 Residual Theory Of Dividens

Menurut teori dividen residual, dividen ditentukan dengan cara: a) mempertimbangkan kesempatan investasi perusahaan,

b) mempertimbangkan target struktur modal perusahaan untuk menentukan besarnya modal sendiri yang dibutuhkan untuk investasi,

c) memanfaatkan laba ditahan untuk memenuhi kebutuhan akan modal sendiri tersebut semaksimal mungkin dan,

d) membayar dividen hanya jika ada sisa laba.

Kebijakan dividen residual dengan demikian membayarkan dividen hanya jika ada sisa kas setelah perusahaan mendanai semua usulan investasi yang mempunyai NPV (Net Present Value) positif.

2.4 Bentuk-bentuk Kebijakan Dividen

Banyak faktor lain yang ikut berperan dalam penetapan besarnya pembayaran dividen, namun yang menjadi persoalan selanjutnya adalah mengenai bentuk-bentuk kebijakan dividen yang bisa ditempuh oleh suatu perusahaan. Menurut Awat (1998: 171) terdapat empat macam bentuk-bentuk kebijakan dividen, yaitu:

2.4.1 Kebijakan dividen yang stabil (stable dividend-per-share policy), Yakni jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya dari tahun ke tahun. Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan dividen yang stabil adalah untuk memelihara kesan para investor terhadap perusahaan tersebut, sebab apabila suatu perusahaan menerapkan kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut yakin bahwa pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun. Meskipun perusahaan mengalami kerugian, jumlah dividen yang dibayar misalnya Rp. 1.500 per saham, maka jumlah ini tetap dibayar kepada pemegang saham. Investor akan aman dengan jumlah yang tetap diterimanya sesuai dengan motivasi mereka.

2.4.2 Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout ratio policy). Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan adalah tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya keuntungan bagi pemegang saham.

2.4.3 Kebijakan kompromi (compromise policy),

(9)

ditambah dengan persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba bersiih yang tinggi.

2.4.4 Kebijakan dividen residual (residual-dividend policy).

Apabila suatu perusahaan menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil maka manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayar ketika laba bersih itu bersih.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen 2.5.1 Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil kemampuan untuk membayar deviden. Penghasilan perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya (semua proyek investasi yang menguntungkan) baru sisanya untuk pembayaran deviden.

2.5.2 Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan deviden. Karena deviden merupakan arus kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar deviden dalam jumlah yang besar.

2.5.3 Kemampuan untuk meminjam

Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

2.5.4 Pembatasan dalam perjanjian hutang

Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.

(10)

Apabila suatu perusahaan membayar deviden yang sangat besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi berkurang dari seluruh jumlah saham yang beredar.

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kebijakan dividen adalah:

i) Undang-Undang (UU)

Undang-Undang menentukan bahwa dividen harus dibayar dari laba, baik laba tahun berjalan maupun laba tahun lalu yang ada dalam pos “laba ditahan” dalam neraca.

ii) Posisi likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam aktiva yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari yahun-tahun lalu sudah diinvestasikan pada pabrik, peralatan, persediaan, dan aktiva lainnya; laba tersebut tidak di simpan dalam bentuk kas.

iii) Kebutuhan untuk melunasi hutang

Apabila perusahaan mengambil hutang untuk membiayai ekspansi atau untuk mengganti jenis pembiayaan yang lain, perusahaan tersebut menghadapi dua pilihan. Perusahaan dapat membayar hutang itu pada soal jatuh tempo dan menggantikannya dengan jenis surat berharga yang lain.

iv) Tingkat laba

Tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut.

(11)

Laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikuarangi pajak penghasilan yang disajikan dalam bentuk laporan laba rugi. Menurut Kasmir (2011) laba bersih (net profit) merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu termasuk pajak. Hendriksen & Breda (1992 : 338) dalam Rasyid (2001 : 56) berpendapat Laba bersih merupakan net income to shareholders (laba bersih bagi pemegang saham) yang akan dibagikan dalam bentuk dividen. Sedangkan Chariri dan Ghozali (2001: 213) mengungkapkan laba adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya.

2.7 Arus Kas

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002;2.2) adalah : ”Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas setara kas ”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa arus kas merupakan jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang terjadi dalam jumlah kas perusahaan selama suatu periode tertentu.

Laporan arus kas melaporkan penerimaan dan pengeluaran kas entitas selama periode tertentu dari mana kas datang dan bagaimana dibelajakannya. Arus kas mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan. Schroeder dkk, 1995 dalam Rasyid, 2001) mengungkapkan bahwa Arus kas operasi adalah pengaruh kas dari transaksi yang dimana termasuk dalam penentuan net income selain aktivitas investasi dan keuangan. Dalam Brigham dan Houston (2001 : 46) Arus Kas Operasi adalah perbedaan antara laba penjualan dan beban operasi

2.8 Penelitian Terdahulu

(12)

dikatakan, bahwa laporan arus kas bermanfaat bagi pemegang saham. Sedangkan Manurung dan Siregar (2009) meneliti tentang Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Kebijakan Dividen (pada perusahaan manufaktur yang 11 terdaftar di Bursa Efek Indonesia), didapatkan bahwa secara parsial laba bersih tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa informasi laba bersih tidak menjadi hal utama dan tolak ukur bagi manajemen dalam menentukan besarnya dividen. Secara parsial arus kas operasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen, sehingga dapat disimpulkan bahwa arus kas menjadi tolak ukur dalam menentukan besarnya dividen perusahaan. Sedangkan secara simultan, laba bersih dan arus kas operasi memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen.

2.9

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini ialah untuk menguji apakah laba bersih dan arus kas mempengaruhi kebijakan dividen;

H1 : Laba bersih mempengaruhi kebijakan dividen

(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

.1 Sampel

3.1.1 Populasi dan Sampel

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini memusatkan pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2002-2014. Pemilihan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan penelitian ini tidak terlalu pada perusahaan public. sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang membagikan devidennya berturut-turut tahun 2009- 2010, yaitu sebanyak 21 (dua puluh satu) perusahaan yang memenuhi kriteria dengan rincian selalu terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan data laporan rugi laba dan laporan arus kas serta mempublikasikan data dividen payout.

3.1.2 Data Penelitian

Data yang dipakai adalah data sekunder berupa laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data diperoleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)

3.1.3 Teknik Pengambilan sampel

Penelitian ini dipilih dengan, menggunakan teknik purposive sampling

dengan metode judgment sampling merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu.

3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.2.1 Laba bersih (X1)

(14)

3.2.2 Arus Kas Operasi (X2)

Dalam penelitian ini arus kas bersifat independen. Arus kas operasi adalah arus kas yang berasal dari operasi normal, yaitu selisih antara hasil penjualan dan beban tunai dan arus kas dari transaksi yang masuk dalam penentuan laba bersih (net income) perusahaan pada periode t.

3.2.3 Kebijakan Dividen (Y)

Dalam penelitian ini kebijakan dividen merupakan variabel dependen. Kebijakan dividen terikat atau dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan perusahaan.

3.3 Model Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yakni pengaruhi laba bersih dan arus kas terhadap kebijakan dividen pada perusahaan public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dapat digambarkan model penelitian berdasarkan hipotesis yang diteliti

(X1)

(Y)

(X2)

Model persamaan yang digunakan untuk penelitian ini ialah Ŷ = b + b1X1 + b2X2 ( Indriantoro dan Soepomo, 1999 : 230).

Dimana :

Ŷ = Kebijakan deviden

b = Konstanta regresi (sampel)

b1 , b2 = Koefisien regresi parameter (sampel) X1 = Laba Bersih

X2 = Arus Kas Operasi

Laba Bersih

Kebijakan Dividen

Referensi

Dokumen terkait

sebagai acuan kiai untuk menerima berupa kehendak untuk mengubah dirinya agar lebih baik lagi. Berbagai macam santri yang mondok ada yang bekas preman, akan tetapi pengasuh

Para Ulama secara keseluruhan telah bersepakat bahwa arah kiblat bagi penduduk Makkah atau orang-orang yang dapat langsung melihat Ka’bah, maka dalam hal ini

6 Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan proses- proses tersebut, dipilih proses yang ketiga, yaitu oksidasi propionaldehid karena memerlukan kondisi operasi

Perbedaan (selisih) land rent ( sewa lahan dan pendapatan) antara lahan HKR dan berbagai pola konversi penggunaan lahan menunjukkan besarnya nilai kesempatan atau

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa corporate strategy, cash holding, leverage, dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan variabel

 Ang Kodigo Penal ng Espanya, na ipinapatupad sa Pilipinas, Ang Kodigo Penal ng Espanya, na ipinapatupad sa Pilipinas, ay nagpapataw ng mas mabigat na kaparusahan sa mga ay

Manusia selalu menilai orang dari pekerjaaannya, pada hal yang paling penting adalah berkat Tuhan di dalam pekerjaan tersebut.. Jadi, apa pun jenis pekerjaan kita mari kita

Sesuai dengan rumus yang digunakan, maka tabel kerja yang dibutuhkan adalah tabel kerja untuk menentukan komponen-komponen dalam rumus korelasi r product moment ,