• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Gen Hoxa 10 Jaringan Endometrium Penderita Endometriosis Yang Infertil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekspresi Gen Hoxa 10 Jaringan Endometrium Penderita Endometriosis Yang Infertil"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Endometriosis

Endometriosis adalah implan jaringan (sel-sel kelenjar dan stroma)

abnormal mirip endometrium (endometrium like tissue) yang tumbuh di sisi

luar kavum uterus, dan memicu reaksi peradangan menahun.1

Di Amerika Serikat, endometriosis ditemukan 5-10% pada

perempuan usia produktif , sementara di Indonesia ditemukan 15-25%

perempuan infertil disebabkan oleh endometriosis, sedangkan prevalensi

endometriosis pada perempuan infertil idiopatik mencapai 70-80%.7

Faktor risiko endometriosis termasuk usia, peningkatan jumlah lemak

tubuh perifer, dan gangguan haid (polimenore, menoragi, dan

berkurangnya paritas). Kebiasaan merokok, olahraga, dan penggunaan

kontrasepsi oral dapat bersifat protektif. Belum ada bukti yang

menunjukkan bahwa mengendalikan faktor risiko dapat mencegah

munculnya endometriosis. Faktor genetik berperan 6-9 kali lebih banyak

dengan riwayat keluarga terdekat menderita endometriosis.8

Ada beberapa teori terkait patogenesis endometriosis diantaranya:

9-11

1. Teori Menstruasi Retrograd

Teori pertama oleh Sampson didasari atas 3 asumsi yaitu terdapat

darah haid berbalik melewati tuba falopii, sel-sel endometrium yang

(2)

sel-sel endometrium yang mengalami refluks tersebut dapat menempel

ke peritoneum dengan melakukan invasi, implantasi dan proliferasi.

Teori ini mendapat bantahan dengan alasan hal ini tidak mungkin

karena sistem imun tidak dikerahkan untuk menyerang sel

endometrium, yang merupakan self-antigen. Fakta lain adalah

endometriosis dapat terjadi setelah ligasi tuba yang kambuh setelah

pembedahan atau de novo.

2. Teori Metaplasia Soelomik

Teori ini menyatakan bahwa endometriosis berasal dari perubahan

metaplasia spontan dalam sel-sel mesotelial yang berasal dari epitel

soelom (terletak dalam peritoneum dan pleura). Teori ini dapat

menerangkan endometriosis yang ditemukan pada laki-laki, sebelum

pubertas dan gadis remaja, pada wanita yang tidak pernah

menstruasi, serta yang terdapat di tempat yang tidak biasanya. Akan

tetapi, penelitian belum bisa menunjukkan sel-sel peritoneum mampu

berdiferensiasi menjadi sel-sel yang mirip endometrium.

3. Teori transplantasi langsung akibat transplantasi langsung jaringan

endometrium pada saat tindakan yang kurang hati-hati seperti saat

seksio sesaria, operasi bedah lain, atau perbaikan episiotomi, dapat

mengakibatkan timbulnya jaringan endometriosis akibat bekas parut

(3)

4. Teori genetik dan imun

Endometriosis 6-7 kali lebih sering ditemukan pada hubungan keluarga ibu dan anak dibandingkan populasi umum, karena endometriosis mempunyai suatu dasar genetik, seperti abnormalitas

MMP, ganguan sel NK, dan sebagainya.

5. Faktor endokrin

Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada

estrogen (estrogen-dependent disorder) dan peningkatan reseptor

progesteron tipe A.

6. Teori Halban

Teori Halban mengatakan bahwa endometriosis yang terjadi pada

organ jauh akibat sel endometrium yang hidup menyebar melalui

pembuluh darah dan limfatik. Teori ini menjelaskan kejadian

endometriosis yang jarang terjadi di ekstra pelvis, seperti di otak dan

paru - paru, tapi tidak menjelaskan lesi pelvik yang biasa terjadi yang

mengacu akibat lokasi berdasarkan posisi gravitasi.

7. Teori penyakit sel endometrium dengan mekanisme seluler

Inflamasi, ekspresi gen, dan molekular berhubungan dengan

(4)

Diagnosis endometriosis dapat ditegakkan melalui:2

1. Anamnesis: dismenorrhea, dyspareunia, diskezia, gangguan miksi,

gangguan haid, dan infertilitas.

2. Pemeriksaan fisik: pemeriksaan ginekologik, khususnya pada

pemeriksaan vagino-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis

ringan benda-benda padat sebesar butir beras sampai butir jagung di

kavum Douglasi, dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus

dalam retrofleksi dan terfiksasi. Ovarium mula-mula dapat diraba

sebagai tumor kecil, akan tetapi dapat membesar sampai sebesar

(5)

3. Klasifikasi

Tabel 2.1. American Society for Reproductive Medicine Revised Classification off

Endometriosis.1Jika ujung fimbria tuba Fallopii tertutup sempurna, penilaian densitas

menjadi 16. Stadium: Stadium I (minimal): 1-5; Stadium II (ringan): 6-15; Stadium III

(moderat): 16-40; Stadium IV (berat): >40. Dalam hal ini, permukaan uterus disebut

(6)

Gambar 1. American Society for Reproductive Medicine Revised

Classification of Endometriosis

Penatalaksanaan dapat dibagi menjadi terapi medikamentosa dan terapi

pembedahan, yaitu:

1. Terapi medikamentosa diindikasikan kepada pasien yang ingin

(7)

Jenis Kandungan Fungsi Mekanism

Terapi konservatif merupakan modalitas untuk pasien yang hanya ingin

meredakan nyeri atau meredakan nyeri dengan kondisi fertil. Bagi pasien

(8)

terapi bedah merupakan pilihan. Pembedahan terbagi atas terapi bedah

definitif dan koservatif. 4,5,6,7

a. Terapi bedah definitif meliputi histerektomi total dengan salfingo-ooferektomi bilateral. Setelah pembedahan defenitif dilakukan,

pasien diberikan terapi sulih hormon (Hormone Replacement

Theraphy).

b. Terapi bedah konservatif bertujuan untuk mengembalikan posisi anatomi panggul dan mengangkat semua lesi endometriosis yang

terlihat.

2.2 Infertilitas pada endometriosis

Infertilitas pada endometriosis dapat disebabkan oleh mekanisme

blok sperma dan ovum oleh karena endometriomata serta abnormalitas

sistemik dan cairan peritoneal. Abnormalitassistemik dan cairan peritoneal

berupa adanya proses ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan yang

akan dibahas selanjutnya.15

Ketidakseimbangan oksidan-antioksidan pada endometriosis

menyebabkan infertilitas dimana ditemukan konsentrasi oksidan berupa

ROS yang tinggi sedangkan kadar antioksidan tetap. Menstruasi

retrograde seperti pada teori Sampson menyebabkan kehadiran sel

endometrium di kavum peritoneal yang akan memancing kedatangan

monosit. Monosit akan mengeluarkan sekresi sitokin yang merupakan

reaksi pro inflamasi di pelvis serta memproduksi makrofag. Makrofag akan

(9)

hemoglobin dan haem juga dikeluarkan oleh eritrosit. Haem berisikan

molekul reduksi yang dapat merangsang ROS yang berakibat

pembentukan peroksidase lipid sitotoksik dan kerusakan DNA.16

Akibat konsentrasi ROS yang tinggi maka kadar lipid peroksidase

akan meningkat terutama pada area yang kaya akan makrofag seperti di

jaringan endometrium . Di jaringan endometrium , akibat tingginya proses

oksidatif melalui lipid peroksidase, maka terjadilah pengrusakan sel

seperti kerusakan plasmamembran sel sperma dan membran akrosomal

sperma sehingga kemampuan motilitas spermatozoa dalam berikatan dan

penetrasi oosit akan menurun. Selain itu juga terjadi kerusakan sel

endometrium dan oosit karena lipid peroksidase akan mengambil elektron

dari lipid pada membran sel sehingga implantasi embrio akan terganggu

dan timbullah infertilitas.15

Gambar 2. Ketidakseimbangan oksidan – antioksidan pada endometriosis

2.3 HOXA10

Gen Homeobox adalah gen yang mengandung sekuens DNA

pendek yang sangat diproteksi (Higly conserved) sepanjang 180 bp. Gen

(10)

sangat diproteksi yang dikenal sebagai homeodomain.Protein yang

mengandung homeodomain ini berfungsi sebagai faktor transkripsi

(transcriptional factor) yang akan berikatan pada sekuens DNA yang

spesifik (Specific DNA sequences) pada daerah promoter gen target dan

berperan dalam regulasi perkembangan jaringan atau organ tubuh.

Gen-gen homeobox dapat dikelompokkan ke dalam 2 kelompok besar yaitu:17

1. Gen-gen homeobox yang berkelompok (Clustered Homeobox

Genes). Gen-gen pada kelompok ini tersusun secara berkelompok.

Ada 38 gen yang tersusun dalam kelompok yang terletak pada 4

kromosom yang berbeda yaitu Hox A, B, C dan D. Gen-gen

iniberperan penting dalam proses segmentasi dan penentuan aksis

antero-posterior pada embrio.

2. Gen-gen homeobox yang tidak berkelompok (Unclustered Homeobox

Genes) . Gen-gen pada kelompok ini tidak terletak pada 4 daerah

diatas. Gen-gen yang termasuk kelompok ini berperan dalam

regulasi pertumbuhan (growth control), organogenesis atau

penentuan fenotif sel. Misal gen Pit-1 yang mengkode protein

homeodomainyang merupakan reseptor untuk faktor GHRF (Growth

Hormone Releasing Factor); gen Insulin Promoter factor -1 (IPF-1)

yang mengkode protein yang diperlukan untuk perkembangan

pankres pada tikus.

Gen HOX, homeobox, homolog dengan gen HOM-C (Homeotic

complex) pada lalat buah Drosophila melanogaster kombinasi dengan

(11)

lebih 39 gen HOX dengan 4 kromosom, 183 bp dan 61 asam amino yang

terdistribusi dalam grup A, B, C, dan D. Keempat pengelompokan ini

sesuai dengan potensi redunditas genetiknya. Berikut adalah jenis HOXA

yang ada di sistem genitourinari dan genitalia.18

(12)

Gambar 4. Jenis HOXA pada alat reproduksi wanita

Karakteristik gen HOX ini adalah kolinearitasnya sepanjang aksis

anterior-posterior pada sekuensi yang sama pada kromosom tertentu.

Pada saat embriogenesis, pertama sekali yang diaktivasi adalah 3’ di

bagian kranial sampai 5’ di bagian kaudal. Penelitian Kelly et al. (2005)

dilakukan untuk menentukan elemen autoregulasi terhadap persistensi

ekspresi HOXA10. Regio regulatori 5’ HOXA10 diklon menjadi reporter

pGL3-Luciferase yang dinilai dengan assay elektroforetik. Hasil penelitian

menunjukkan sebanyak 370 bp ekspresi reproter yang menunjukkan

adanya hubungan yang signifikan dengan regio ini.19

Gen homeobox adalah gen utama yang bertanggung jawab dalam

(13)

mempengaruhi mekanisme mengkode faktor transkipsi activator dan

reseptor gen myriad untuk perkembangan struktur anatomis. Mekanisme

ada pada pengikatan region promoter gen target 5’-TAAT-3’. Hal ini akan

mengaktifkan inhibitor 1A cyclin dependent kinase, gen pada jalur Wnt,

ITGB3, IM Emx2, integrin beta-3, IGFBP-1, inhibitor CDK, famili Wnt,

FK506 binding protein 4, reseptor prostalglandin EP-3, dan EP-4.4

Sebelum ditranskipsikan ke DNA, HOX akan berikatan terlebih

dahulu dengan Pbx1 membentuk heterodimer. HOXA10 dibantu oleh

Pbx1 dengan elemen cis sama pada sel myeloid tidak terdiferensiasi dan

bila dibantu oleh Pbx2 akan membentuk heterodimer HOXA10/Pbx2

dalam aktivasi faktor transkipsi integrin β3 sel endometrium. Belakangan

ini heterodimer HOXA10/Pbx2 juga berhubungan dengan peningkatan

transkipsi sel mieloid . Pada sel mieloid, over ekspresi HOXA10 mengikat

DUSP4 pada dua elemen cis pada lengan 5’ yang melekat pada promoter.

Hal ini mencegah down regulasi eksprsi Mkp2 dan transkipsi DUSP4 saat

mielopoiesis. Apoptosis akan melemah dan akhirnya resisten sehingga

memicu leukemia mieloid.20,21

Baru-baru ini, ditemukan kaitan HOXA-10 dengan EMX2 yang

secara siklik diekspresikan pada endometrium manusia dewasa. HOXA10

dan EMX2 bersifat inversi di mana kenaikan HOXA10 mendownregulasi

EMX2. Efek dari mediator ini adalah anti proliferatif pada traktus

genitourinari, perkembangan duktus Mullerian, dan implantasi uterus.

Mencit yang ditransfeksi dengan cDNA Emx2 menunjukkan 40%

(14)

untuk implantasi embrio. Jalur HOXA-10 dan EMX-2 ditemukan

independen dengan Pbx yang dimediasi Meis-1.22,23

Gambar 5. Ekspresi dan pewarnaan HOXA 10 pada dinding endometrium

2.4. Imunohistokimia HOXA10

Imunohistokimia adalah sebuah metode pemeriksaan dengan

menggunakan prinsip antibodi dengan spesifikasi yang tinggi untuk

menunjukkan lokasi dan keberadaan sebuah protein di dalam jaringan.38

Prinsip imunohistokimiawi meliputi langkah:

1. Fixing and embedding jaringan

2. Cutting and mounting jaringan

3. Deparafinizing and rehydrating jaringan yang telah dilakukan diseksi

4. Antigen retrieval

5. Pewarnaan Immunohistokimia

(15)

7. Dehidrasi dan stabilisasi dengan medium mounting

8. Pengamatan pewarnaan dibawah mikroskop.

Hasil pemeriksaan imunohistokimia tersebut diinterpretasikan

berdasarkan gabungan antara kualitas intensitas ikatan antigen dengan

antibodi yang terbentuk di sitoplasma atau inti sel dengan persentase sel

yang terwarnai dalam lapang pandang.38

2.5. Perbedaan ekspresi HOXA10 pada jaringan endometrium pasien endometriosis infertil dibandingkan jaringan endometrium normal.

Sel endometrium normal diketahui berbeda dengan jaringan

endometrium ektopik. Ada beberapa teori yang mendasari endometriosis

diantaranya yang paling terkenal teori Mullerian dan teori Menstruasi

Retrograde. Bila digabungkan kedua teori menyatakan bahwa

endometriosis berasal dari metaplasia sel embrionik mesenkim yang

dipicu estradiol. Sel-sel ini secara random tersebar di pelvik saat

organogenesis dengan jalan yang menurun dari duktus Mullerian sampai

pelvik . Penelitian Hull et al. (1998) telah menunjukkan adanya ketidak

normalan implantasi jaringan endometrium pada pasien endometriosis

yang dipicu oleh HOXA10.24

Pertumbuhan jaringan endometrium ektopik tidak terlepas dari

growth factor. Sistem EGF berhubungan erat dengan regulasi

(16)

fungsional dari sistem EGF yang berhubungan dengan heterogenitas

genotipik endometrium bervariasi baik kuantitas maupun kualitasnya.

Sekresi EGF yang meningkat pada endometriosis ditunjukkan

berhubungan dengan tingginya mekanisme transkipsi gen HOX, suatu

faktor homeodomain yang krusial untuk morfogenesis embrionik gen-gen

pertumbuhan dan diferensiasi yang esensial. Pada penelitian ditunjukkan

ekspresi gen HOXA10 mengalami down regulasi pada endometrium

ektopik.25,26

Endometriosis secara jelas berkaitan dengan abnormalitas

estrogen dan progesteron. Baik estrogen maupun estradiol berperan

sebagai mitogen kuat dalam fokus endometrium. Salah satu gen yang

menjembatani hal ini adalah HOXA10 yang diekspresikan pada nukleus

sel glandular dan sel stroma. Secara fisiologis, pada fase sekretori, sel

epitel endometrium akan kehilangan reseptor progesteron. Hal ini akan

mengakibatkan konsentrasi progesteron serum meningkat. Kadar

progesteron yang meningkat akan mengaktifkan gen HOXA10. Gen

HOXA akan meningkat 25 kali lebih banyak apabila kadar progesteron

meningkat dari 10-9 sampai 10-6 m.6

Pada endometriosis juga akan terjadi peningkatan kadar estrogen

yang berasal dari tiga tempat. Pertama, estrogen berasal dari estradiol

yang disekresikan dari ovarium dan mencapai jaringan endometriosis.

Estrogen ini juga berasal dari tumpahan pada saat terjadi ruptur folikular

saat ovulasi dimana estradiol akan tertumpah dalam jumlah yang banyak

(17)

mengkonversi androstenedione yang bersirkulasi menjadi estrone yang

kemudian dikonversi menjadi estradiol dan mencapai endometriosis.

Ketiga, sumber estradiol lainnya adalah kolesterol yang diubah menjadi

estradiol secara molekular di endometriosis karena jaringan endometriosis

mengekspresikan gen steroidogenik termasuk aromatase. Aromatase

akan meningkatkan kerja sitrokrom P450. Sitokrom P450 akan mengkode

sitokrom P450c17a, enzim dengan 17 alfa hidroksilase dan 17,20 lyase,

untuk mengkatalisis biosintesis estrogen dimana androstenedione akan

diubah menjadi estrone dan testosterone menjadi estradiol.9

Akibat ketiga proses diatas, jaringan endometriosis memiliki kadar

estrogen yang tinggi dimana estrogen merupakan agen yang memanggil

makrofag, peptida neurotropik seperti nerve growth factor, enzim untuk

remodeling jaringan seperti matriks ekstraselular, substansia pro

angiogenik seperti vascular endothelial growth factor (VEGF), dan

interleukin 8. Selain itu, lesi endometriosis juga mensekresi sitokin

proinflamasi berupa interleukin 1 beta, interleukin 8, interleukin 6, dan

tumor necrosis factor alfa. Keseluruhan mediator pro inflamasi ini akan

mengakibatkan produksi ROS sehinga terjadi infertilitas seperti yang telah

dibahas diatas.6,27

Daftary et al. (2004) melakukan penelitian untuk menentukan

apakah estrogen dan progesteron mempengaruhi HOXA10 dengan

transfeksi uterus mencit dengan pcDNA3.1/HOXA10. Hasil penelitian

menunjukkan progesteron mensupresi infiltrasi eosinofil endometrium dan

(18)

reseptor testoteron yang meningkat dalam endometriosis dapat men down

regulasi ekspresi siklik HOXA10 melalui metilasi gen ini. Kim et al. (2007)

pada penelitiannya menunjukkan metilasi terjadi pada fragmen 1 pada

regio promoter 5’ gen HOXA. Bahkan, ditemukan metilasi mutasi silens

pada intron 1 fragmen 2 dan 3 walaupun tidak terlalui signifikan. Wu et al

(2006) melakukan penelitian pada 6 jaringan endometrium penderita

endometriosis untuk diperiksa DNA nya dengan PCR. Sekuensi dilakukan

dengan bisulfida 3 fragmen pada 2 regio HOXA10 untuk menemukan pola

metilasi. Pada 3 fragmen, ditemukan perbedaan metilasi yang signifikan

dibandingkan jaringan endometrium normal. Endometrium ektopik juga

mengekspresikan ekspresi rendah dari 17-beta-hidroksisteroid

dehidrogenase 2, ekspresi luas aromatase, dan perubahan kadar reseptor

progesteron subtipe beta yang meningkat 140 kali.4,22,28-30

Gambar 6.Pemeriksaan PCR HOXA 10 pada jaringan endometrium

penderita endometriosis

Browne et al. (2006) melakukan penelitian laboratorium dengan

menggunakan 20 jaringan endometrium eutopik wanita reproduktif dan 20

(19)

analisis kuantitatif ekspresi HOXA10 dengan imunohistokimia dengan

ukuran skor H. Baik jaringan eutopik dan ektopik endometrium

mengekspresikan HOXA10. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor H

ekspresi HOXA10 hanya 1,3 pada jaringan endometriosis ektopik dan

mencapai 7,6 pada jaringan eutopik. Epitel glandular pada kedua jaringan

menunjukkan ekspresi HOXA10 yang rendah.31

Szczepanska et al. (2011) melakukan penelitian pada 15 jaringan

endometriosis dan 10 jaringan normal dari pasien wanita infertil yang

menjalani laparoskopi atau histeroskopi. Pertama, jaringan endometrium

dianalisis dengan RNeasy Protect Mini kit untuk isolasi RNA, reverse

transkipsi kemudian diperiksa dengan real time PCR. Sebanyak 100 mg

jaringan dinilai kadar proteinnya dengan Western blot. Lokalisasi HOXA10

dna HOXA11 dianalisis dengan imunohistokimia. Hasil menunjukkan

penurunan level transkipsi HOXA10 dan HOXA11 yang signifikan

(p=0,003 dan p=0,012) pada jaringan endometriosis dibandingkan kontrol.

Namun, tidak ditemukan penurunan protein HOXA10 yang signifikan

(p=0,074) walaupun HOXA11 ditemukan secara signifikan menurun

(p=0,0015). Dari pemeriksaan imunohistokimia, ditemukan HOXA10 dan

(20)

Gambar 7. Pemeriksaan imunohistokimia HOXA 10 pada jaringan

endometrium normal.

Lebih jauh lagi mengenai HOXA10, penelitian menemukan gen ini

juga menjembatani hubungan endometriosis dan infertilitas. Hubungan

antara endometriosis dan infertilitas jelas ada walaupun mekanisme

molekular yang mendasari keduanya belum diketahui secara pasti. Hal ini

berkaitan dengan lemahnya ovulasi, inflamasi pelvik, dan penurunan

reseptivitas endometrium. Dari berbagai penelitian ditunjukkan hasil yang

kontroversial di mana HOXA10 down regulasi tetapi pada beberapa

penelitian menunjukkan ekspresi level protein yang normal.6

Kadar estrogen yang meningkat akan menyebabkan penurunan

progesteron dan terjadilah defek reseptivitas endometrium.2,3

Desidualisasi uterus adalah mekanisme implantasi jaringan endometrium

utama yang dikontrol oleh proliferasi dan diferensiasi sel stroma. Gen

(21)

teregulasi, ditemukan dalam ekspresi yang tinggi di sel stroma desidua.

Gen HOXA ditemukan dalam ekspresi yang up regulasi pada fase

midluteal. Gen HOXA10 juga memicu perkembangan dan diferensiasi

fokus endometriosis yang berkembang dari remnan duktus dan epitel

mesonefrik. Kemudian, down regulasi HOXA10 menyebabkan mis

implantasi jaringan endometriosis pada superfisial dan retroperitoneal

pelvik melalui inhibisi IGFBP1 jalur H+dbcAMP. Selain itu, down regulasi

HOXA10 juga meningkatkan reseptor mRNA GABA-A.31-35

Pada manusia normal, gen HOXA10 akan meningkat pada fase mid

sekresi untuk mepersiapkan implantasi. Penelitian Wei et al (2009) pada

manusia menunjukkan bahwa gen HOXA10 down regulasi pada fase mid

sekretori pada endometrium pasien dengan endometriosis. Walaupun

Burney et al (2007) tidak menunjukkan adanya down regulasi. Begitu pula

dengan penelitian - penelitian yang mencoba melakukan analisis pada

mencit dengan delesi HOXA10, menunjukkan ovulasi yang baik tetapi ada

defek desidualiasi yang buruk dengan penurunan responsivitas sel stroma

yang menurun drastis. Secara makroskopis ditemukan perdarahan dan

disorganisasi pada tempat implantasi dan lumen berdekatan.3

Diaz et al. (2000) dan Gashaw et al. (2006) yang menunjukkan hasil

yang kontroversial dalam ekspresi HOXA10 dalam endometriosis.

Penelitian Bagot et al. (2000) menunjukkan transfeksi endometrium mencit

dengan oligodeoksiribonukleotida anti sense HOXA10 ditemukan secara

signifikan menurunkan jumlah lokasi implantasi pada mencit. Matsuzaki et

(22)

mRNA HOXA10 pada pasien endometriosis. Hasil penelitian menunjukkan

nilai yang lebih rendah dibandingkan kontrol. Pada wanita dengan

endometriosis, terutama stadium III dan IV, terjadi metilasi HOXA10 di

jaringan endometriotik ektopik superfisial yang menurunkan ekspresinya.

Kim et al. (2006) kemudian melakukan penelitian pada babon yang

diinduksi endometriosis. Pada bulan ke-3, 6, 12, dan 16, jaringan

endometriosis ektopik diambil dari hewan pada fase mid luteal. Hasil

analisis HOXA10 menunjukkan ekspresi yang menurun pada bulan ke 3

dan 6 dan baru menurun secara signifikan pada bulan ke 12 dan 16.5,36-37

(23)

2.6 KERANGKA TEORI

Kadar estrogen di endometriosis meningkat

Kolesterol di

Kadar estrogen di endometrium meningkat

Kadar progesteron di endometrium menurun

Metilasi gen HOXA10 pada 5’ fragmen 1

(24)

2.7 KERANGKA KONSEP

Variabel Independen Variabel Dependen

Endometrium pada penderita

endometriosis Ekspresi Gen

Gambar

Tabel 2.1. American Society for Reproductive Medicine Revised Classification off
Gambar 1. American Society for Reproductive Medicine Revised
Gambar 2. Ketidakseimbangan oksidan – antioksidan pada endometriosis
Gambar 3. Jenis HOXA di seluruh tubuh
+6

Referensi

Dokumen terkait

Disamping ketentuan dan kriteria dalam Petunjuk Teknis (Juknis) ini, Kanwil Kementerian Agama Propinsi/Kankemenag Kab./Kota juga mempertimbangkan usulan yang

Website ini berisi informasi tentang SMA NUSAPUTRA, menu â menu yang ada dalam website ini adalah halaman utama, profil sekolah, visi misi, sejarah sekolah, identitas sekolah,

Setelah batas akhir waktu upload dokumen penawaran secara elektronik melalui Lpse Polda Bali, penyedia yang mengupload dokumen penawaran tidak ada sehingga

Hal ini didasari oleh kemajuan pesat tekonologi komputer dalam bidang ilmu pengetahuan pendidikan, bisnis, administrasi perkantoran, komunikasi dan kegiatan lain dalam

[r]

Dalam kemajuan teknologi komputer tampilan dalam suatu aplikasi sangat mempengaruhi semangat dalam bekerja, seperti tampilan pada aplikasi minimarket yang ada didaerah penulis

[r]

Sehingga penulis mencoba membuat aplikasi dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0, untuk membantu proses pengelolaan lahan parkir, sehingga dapat memberikan pemasukan