• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin Terhadap Gerakan Organisasi KAMMI Wilayah Sumatera Utara"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI SEJARAH DAN PEMIKIRAN POLITIK IKHWANUL MUSLIMIN

SERTA ORGANISASI KAMMI

A. Sejarah Latar Belakang Munculnya Ikhwanul Muslimin di Mesir

Ikhwanul Muslimin (persaudaraan Muslim), atau yang selanjutnya disingkat dengan

IM merupakan suatu organisasi berbasis keislaman yang lahir di Ismailia pada tahun 1928.

Pendiri organisasi ini adalah Hasan Al Banna beserta keenam murid sekaligus sahabatnya,

yaitu Hafidh Abdul Hamid (tukang kayu), Ahmad Khausari (tukang cukur), Zaki

Al-Maghribi (tukang gerobak), Fuad Ibrahim (penarik pajak), Abdurrahman Hasbullah (seorang

supir), dan Ismail Izz (tukang kebun).55 Ikhwanul Muslimin memiliki lambang organisasi

berupa dua pedang melintang yang menyangga Al-Qur‟an. Adapun arti dari kedua pedang

tersebut adalah melambangkan bahwa gerakan ini siap mengangkat senjata untuk berjihad

kapan saja dan dimana saja demi berdirinya Negara Islam.56

Latar belakang pendirian IM tidak terlepas dari kondisi sosial dan politik di Mesir saat

itu, juga tidak terlepas dari pemikiran Hasan Al Banna sebagai pendiri IM. Terdapat tiga

alasan yang melatarbelakangi lahirnya IM, pertama, berdasarkan kesejarahan Kerajaan Turki

Utsmani. Saat itu Islam tengah mengalami stagnasi kekhilafahan dan Kerajaan Turki Utsmani

tidak lagi mampu menjalankan roda pemerintahan yang stabil. Situasi ini memuncak dengan

runtuhnya khilafah Turki Utsmani dan diproklamasikannya Republik Turki Modern sekuler

oleh Musthafa Kemal Ataturk pada tanggal 2 Maret 1924.

Keruntuhan kekhalifahan Turki Utsmani menyebabkan disintegrasi pemahaman dan

pengalaman di dunia Islam57 serta menandai awal politik Islam modern. Dibawah pimpinan

(2)

Kemal Ataturk (1881-1938) orang- orang Turki melangkah dengan pasti menuju pendirian

sebuah negara-bangsa barat yang modern.58 Banyak kalangan masyarakat Muslim terpesona

dengan bentukan budaya barat. Terjadi upaya untuk menggeser hukum Allah dan

menggantikannya dengan hukum wad‟h (buatan manusia). Hal ini tentu tidak dapat diterima

oleh golongan Muslim tradisional, baik itu yang ada di Turki sendiri maupun Muslim

tradisional yang ada di berbagai negara lain, salah satunya adalah Mesir. Kasus keruntuhan

kekhilafahan Turki Utsmani tersebut ternyata membawa perasaan trauma tersendiri

dikalangan umat Islam tradisional yang melihat keadaan Mesir pada saat itu hampir sama

dengan kondisi Turki paska keruntuhan kekhilafahan Turki Utsmani. Hasan Al-Banna,

sekaligus salah satu tokoh Muslim tradisional Mesir sangat mengkhawatirkan keadaan Mesir

ketika itu, dimana saat itu budaya barat berkembang di Mesir dikarenakan jajahan bangsa

asing, yaitu Inggris. Menyikapi hal ini, Hasan Al Banna mengatakan: “pada dekade yang saya

lalui di Kairo kala itu, semakin merajalela arus kerusakan. Kebejatan berpendapat dan

berfikir dianggap sebagai kebenaran rasio. Kerusakan moral dan akhlak dianggap sebagai

kebebasan individu. Gelombang kemurtadan dan gaya hidup bebas melanda sangat deras

tanpa ada penghalangnya, didukung oleh berbagai kasus dan situasi yang mengarah kesana.”

Berdasarkan perkataan Hasan al Banna tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Hasan Al

Banna sendiri pada dasarnya menolak hukum bentukan manusia.59

Kedua, berdasarkan kondisi politik Mesir. Hasan Al Banna percaya bahwa pada saat

itu dunia Islam berada dalam kungkungan kolonialisme. Mesir sendiri ketika itu berada

dalam kungkungan kolonialisme Inggris. Hal ini berdampak pada kondisi sosial budaya

Mesir dan banyak mengikis budaya masyarakat Mesir yang islami. Dalam pandangan Hasan

Al Banna sendiri, para ulama Mesir tidak mampu membendung arus pasang peradaban barat

58

Ian adams, Loc.cit., Hal. 430.

59

(3)

yang melanda Islam. Hal itu menurutnya menyebabkan gerakan putus asa yang

mendirikan”Partai Politik Munafik”, karena mereka bukannya dimotivasi oleh semangat memerdekakan diri dari Inggris melainkan sebaliknya memberikan loyalitas pada Inggris.

Partai- partai yang dimaksudnya adalah Partai Al-Wafd yang menolak dakwah Al-Jama‟ah

Al-Islamiyah, Partai Al-Ahrar Al-Dusturiyah, serta Partai Al- Sa‟diyyah.60

Ketiga, hal yang juga mempengaruhi berdirinya IM adalah realitas situasi ekonomi

dan sosial di Mesir pada saat itu. Akibat penjajahan Inggris, kondisi rakyat Mesir mengalami

kesemrawutan. Muncul kesenjangan antara golongan kaya dan miskin. Hasan Al Banna

melihat adanya dominasi asing, yaitu para manajer dari Eropa hidup mewah, sementara

penduduk pribumi hidup dalam keprihatinan digubuk-gubuk yang menyedihkan. Sementara

itu, dibidang sosial muncul degradasi sosial dan moral. Pemuda dan rakyat Mesir pada

umumnya sudah meninggalkan ajaran agama Islamnya dan silau terhadap capaian peradaban

barat yang dibawa oleh Inggris.61

Kondisi diatas menyebabkan hilangnya wibawa politik umat Islam. Hasan Al-Banna

memikirkan perlunya gerakan penyadaran umat. Untuk itulah kemudian Hasan Al Banna

mendirikan sebuah gerakan yang dibangun dengan orang-orang yang sepaham dengannya.

Adapun nama organisasi gerakan tersebut adalah Ikhwanul Muslimin atau disingkat dengan

IM. Tentang pendirian ini Hasan Al-Banna mengatakan: “Di Ismailia saya meletakkan

dasar-dasar takwin yang pertama bagi fikrah ini. Pada mulanya ia muncul hanya sebagai lembaga kecil.

Kamipun bekerja dan memikul panji-panjinya. Kami berjanji kepada Allah untuk menjadikan kami

sebagai tentara-Nya, demi mencapai tujuan ini. Seluruh kegiatan kami lakukan atas nama Al-Ikhwan

Al-Muslimun.”62

60

Ian Adams, Op.cit., Hal. 433.

61

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal. 189.

62

(4)

B. Pemikiran Politik Ikhwanul Muslimin (IM)

Dalam menetapkan fikrah (pemikiran) IM, Hasan Al Banna menjelaskan sebagai

berikut:63

1. Hukum-hukum Islam dan seluruh ajarannya dapat mengatur urusan hidup manusia

didunia dan diakhirat.

2. Dasar pengajaran Ikhwanul Muslimin dan seluruh pemahamannya adalah Al-Qur‟an

dan Sunnah Nabi SAW.

3. Sebagai agama yang kaffah (menyeluruh), Islam memiliki kemampuan mengatur

seluruh persoalan hidup dan semua bangsa dan umat pada segala zaman.

Ikhwanul Muslimin memandang bahwa Islam adalah dien yang universal dan

menyeluruh, bukan hanya sekedar agama yang mengurusi ibadah ritual

(salat, puasa, haji, zakat) saja. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya

sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang islami,

negara yang dipimpin oleh negara-negara Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan

negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah

sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam. Namun meskipun

demikian, Ikhwanul Muslimin lebih mendukung ide perubahan dan reformasi melalui jalan

damai dan dialog yang konstruktif yang bersandarkan pada al-hujjah (alasan), al-mantiq

(logika), al-bayyinah (jelas), dan ad-dalil (dalil). Kekerasan atau radikalisme bukan jalan

perjuangan Ikhwanul Muslimin, kecuali jika negara tempat Ikhwanul Muslimin berada,

terancam penjajahan dari bangsa lain. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasan

Al-Banna yaitu: “adapun pemahaman Ikhwanul Muslimin terhadap nasionalisme, maka

cukuplah anda mengetahuinya dengan membaca kalimat berikut. Mereka yakin dengan

63

(5)

seyakin-yakinnya bahwa mengabaikan sejengkal tanah milik seorang Muslim yang terjajah

itu adalah tindak kriminal yang tidak akan terampuni, sampai kita mau berbuat dan bisa

mengembalikan kemerdekaannya, atau menghancurkan para perampasnya. Tidak ada

keselamatan dari siksa Allah kecuali dengan cara ini”.64

B.1. Bentuk Negara Menurut Ikhwanul Muslimin

Tujuan final yang digarisbawahi oleh Ikhwanul Muslimin adalah pembentukan

khilafah (Negara) yang terdiri dari kesatuan Negara-negara Muslim yang merdeka dan

berdaulat. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna: “Khilafah

merupakan menara bagi kebudayaan hukum Allah swt. Oleh karena itulah, sahabat

mendahulukan pembicaraan tentang khalifah daripada mengurus jenazah Rasulallah saw.

Hadist-hadist yang menyebutkan tentang wajibnya memilih imamah dan membahas

hukum-hukum imamah telah membuktikan bahwa tidak diragukan lagi umat Islam wajib

memperhatikan soal khilafah. Memikirkan masalah ini sejak ia disingkirkan dari

kedudukannya bahkan dihilangkan sama sekali.”65

Sementara itu, langkah-langkah konkret yang harus dilakukan dalam pembentukan

Negara, antara lain:66

1. Perbaikan individu

2. Perbaikan rumah tangga

3. Perbaikan masyarakat

4. Pembebasan tanah air dari penjajahan bangsa asing

64

Hasan Al-Banna, Op.cit., Hal. 165.

65

Ibid., Hal. 311.

66

(6)

5. Perbaikan pemerintah

6. Pengembalian peran internasional bagi umat Islam (dengan cara memerdekakan,

menyatukan dan mengumumkan khalifah)

7. Menjadi sokoguru bagi dunia.

Langkah-langkah konkrit IM seperti yang dituliskan diatas selanjutnya dibebankan

kepada jamaah menjadi sebuah kewajiban. Sementara itu, strategi yang konkret dalam

pembentukan Negara adalah sebagai berikut:67

a. Dakwah umum, yakni bertujuan untuk mendidik umat, membangkitkan rakyat,

mengubah tradisi umum, menyucikan jiwa, membersihkan rohani,

mengumandangkan prinsip-prinsip kebenaran, jihad, berkarya, dan memiliki sifat

keutamaan ditengah masyarakat. Adapun upaya yang dilakukan pada tahap ini adalah

dengan mengadakan kelas belajar, ceramah, menyebarkan makalah, mengirim

delegasi, rapat akbar, dan kunjungan-kunjungan. Selanjutnya dilakukan pembentukan

usrah dan kelompok yang tidak mengikat antara lainnya. Digunakan pula kegiatan

amal sosial. Pada tahap ini jamaah tidak boleh manggabungkan diri kepada partai

apapun dan lembaga manapun, namun juga tidak menentangnya dan juga tidak

berhubungan dengan tokoh dan anggotanya. Hal ini dilakukan sampai kebenaran

dapat terlihat oleh banyak orang.

b. Dakwah khusus, yakni dilakukan dengan cara menyampaikan pesan kepada para

pejabat, tokoh, penguasa, dan wakil rakyat serta parlemen. Adapun cara

pendekatannya, antara lain:

 Penyebaran dakwah untuk tabligh (diantaranya amal-amal kebajikan dan

bakti sosial)

 Pendidikan jiwa sebagai proses pengalaman takwin (penjelasan)

67

(7)

 Perlengkapan manhaj (jalan lurus) yang benar dalam urusan kehidupan

sebagai penetapan arah

 Menemui umat, lembaga-lembaga legislatif, eksekutif, serta dunia

internasional dalam rangka tanfidz (aksi).

c. Mendirikan Negara, yakni melakukan usaha penerapan hukum Islam disuatu Negara.

d. Mengembalikan khilafah, yakni tujuan akhir dari seluruh tahapan. Jika telah berdiri

negara dengan khilafah, maka selanjutnya yang harus dilakukan adalah koordinasi

antar Negara sehingga tercapai kata sepakat untuk memilih imam yang menjadi

mediator.68

Khilafah yang dimaksudkan harus mampu mengkoordinasikan seluruh Negara Islam

yang ada dibawah komandonya. Polanya adalah bahwa Negara-negara Islam yang sepakat

tersebut bermusyawarah untuk memilih mediator yang disepakati sebagai pemimpin seluruh

kepentingan umat. Oleh karenanya, bentuk Negara ideal yang dimaksudkan oleh IM adalah

Negara koordinatif yang berbentuk khilafah, namun kekuasaan Negara bagian masih

diperhatikan. Pola kerja khilafah yang dimaksud IM adalah sebagaimana yang terjadi pada

masyarakat masa Nabi Muhammad saw. Hal tersebut dikarenakan Hasan Al-Banna, yang

menelurkan gagasan tentang Negara ini tidak ingin terjebak kepada romantisme keruntuhan

khilafah Turki Utsmani.69 Tegaknya kekhalifahan disebuah Negara tentu saja berpengaruh

terhadap sistem pemerintah dinegara tersebut. Menurut IM Negara yang telah menegakkan

khilafah dinegaranya haruslah menjalin kerjasama dengan Negara-negara lain, seperti

kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik. Selanjutnya dibuat fakta dan perjanjian-perjanjian

serta diselenggarakan muktamar-muktamar antar Negara-negara tersebut. Sehingga pada

68

Ibid., Hal. 201-204.

69

(8)

akhirnya akan dipilih seorang Imam yang menjadi mediator segala bentuk ikatan, menjadi

tempat bertanya segala bentuk peliputan dan muara segala hati.70

Negara Islam harus memperhatikan penyediaan pekerjaan dan sarana penghidupan bagi

siapapun yang sanggup bekerja. Negara Islam juga harus meningkatkan produktivitas pekerja

industri dan petani. Hak pekerja antara lain jaminan mendapat pekerjaan dengan upah yang

memadai dan asuransi kesehatan. Negara juga harus mendorong bangkit dan berkembangnya

industry rumah tangga, sehingga dengan begitu wanita dan anak-anak dapat berpartisipasi

dalam perekonomian dan menambah pendapatan keluarga. Selain itu Negara juga harus

berupaya mengurangi perbedaan antara yang kaya dan yang miskin.71 Keseluruhan pemikiran

IM mengenai bentuk Negara yang ideal diatas bersumber dari Hasan Al-Banna yang banyak

menelurkan pemikirannya yang dilatarbelakangi oleh kondisi sosial dan politik di Mesir.

B.2. Pemerintahan

Pemikiran IM terhadap pemerintahan berkaitan erat dengan pemahaman mereka akan

esensi Islam dan aqidahnya. Sejak awal IM menolak ide pemisahan antara agama dengan

Negara, atau dengan politik. Para pemikir IM menyebutnya sebagai konsepsi yang

seakan-akan sudah menjadi aksioma, atau urusan besar agama yang harus benar-benar dipahami.

Konsepsi itu tersimpul dalam ungkapan bahwa Islam adalah aqidah dan sistem, agama dan

Negara. Sehingga penegakan pemerintahan Islam adalah salah satu prinsip aqidah atau

kewajiban Islam.72 Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dalam Risalah

Pergerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa: “Ihwal pemerintahan tertuang dalam

kitab-kitab fiqih kita sebagai persoalan aqidah dan ushul (dasar), bukan masalah furu‟

(cabang). Islam adalah kedaulatan dan pemerintahan, ia juga peraturan dan pengajaran,

(9)

sebagaimana ia adalah undang-undang dan peradilan. Salah satu diantaranya tidak

terpisahkan dari yang lain.”73

Menurut IM penegakan pemerintahan Islam adalah wajib, sebagaimana pendapat

mereka yang mengatakan bahwa Islam adalah agama dan Negara. Artinya, Islam datang

dengan membawa nash-nash (ayat- ayat) yang mengatur berbagai hubungan individu dengan

pemerintah dan sebaliknya, mengatur tindakan, interaksi, manajemen dan ekonomi,

memutuskan perkara internal dan internasional, perang dan damai, perjanjian dan

perdamaian, menentukan hukum semua urusan pribadi dan sosial, menegakkan jamaah atas

dasar persamaan, tolong menolong, dan saling menanggung. Semua nash itu merupakan

undang-undang dasar pemerintahan dan syariat yang menentukan hukum berbagai tindakan.

Semua itu merupakan urusan-urusan yang tidak mungkin dilakukan kecuali oleh pemerintah

dan Negara. Apabila Islam mendatangkan dan mewajibkan tegaknya Negara dengan dasar

itu.74 Beberapa contoh nash- nash atau ayat- ayat tersebut adalah sebagai berikut:

 Hukum ketatanegaraan, yaitu ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan

pemerintahan. Hukum- hukum seperti ini dimkasudkan untuk mengatur hubungan

penguasa dengan rakyat. Salah satu contoh ayatnya terdapat dalam Surah An-Nahl

Ayat 90:

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi

bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji,

kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran” (QS: An-Nahl: 90)75

(10)

 Hukum antarbangsa (internasional), yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan

antar Negara Islam dan Non Islam, serta tata cara pergaulan dengan Non Muslim yang

berada di Negara Islam. Salah satu nash tersebut yaitu terdapat dalam Surah

Al-Hujarat Ayat 13 sebagai berikut:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan

bersuku-suku agar kamu saling mengenal….” (QS: Al-Hujarat: 13)76

Ikhwanul Muslimin mendefenisikan pemerintahan Islam sebagai pemerintahan yang

para pejabatnya adalah orang-orang Islam, melaksanakan kewajiban-kewajiban Islam dan

tidak melakukan kemaksiatan, serta konstitusinya sebagaimana yang telah disinggung di atas

bersumber dari Al-Qur‟an dan Sunah. Atau dengan kata lain menerapkan syari‟at Islam.77 IM

membagi konstitusi ini menjadi dua bagian, yaitu konstitusi pokok (undang-undang dasar)

dan konstitusi organik (undang-undang organik).78

Konstitusi pokok (undang-undang dasar) adalah hak Allah semata. Ia merupakan

hal-hal yang dihal-halalkan dan diharamkan Allah dalam kitab Suci dan Sunah Nabi. IM berpendapat

bahwa hanya Allah sajalah pemegang otoritas memerintah dan melarang, tidak ada pihak lain

yang menyertai-Nya. Kekuasaan tertinggi yang menjadi rujukan umat manusia dalam

kehidupan didunia, Dalam perumusan aturan sosial, dan dalam membentuk pemerintahan,

mereka adalah milik Allah swt. semata. Sedangkan konstitusi organik adalah konstitusi yang

diserahkan kepada manusia untuk membuatnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-

Hudaibi, yakni salah seorang jamaah IM bahwa Allah swt. menyerahkan kepada manusia

banyak hal tentang urusan dunia, diperintahkan mengatur dunia ini sesuai dengan hasil

76

Ibid.,

77 Diakses melalui https://eprints.uns.ac.id/8648/4/91800308200902404.pdf pada 13 November 2015, pukul 21.15 WIB.

78Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan,

(11)

penalaran akal manusia dengan syarat tidak menghalalkan yang haram dan tidak

mengharamkan yang halal. Termasuk undang-undang ini, yang mengatur mekanisme

musyawarah, lalu lintas, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, pengairan,

pengajaran, pengaturan berbagai profesi, undang-undang ketatanegaraan, ruang publik dan

lain sebagainya. Kaum Muslimin berhak membuat perundang-undangan dan aturan-aturan

yang menjamin terwujudnya kepentingan bersama.79

B.2.1. Bentuk Pemerintahan

Pemahaman mengenai bentuk pemerintahan menurut IM dapat dilihat berdasarkan

kaidah-kaidah yang berupa karakteristik atau pilar pemerintahan Islam. Adapun

pilar-pilar tersebut adalah sebagai berikut:80

1. Tanggung jawab pemerintah dalam arti bahwa ia bertanggung jawab kepada Allah

dan rakyatnya. Pemerintahan tidak lain adalah praktek kontrak kerja antara rakyat

dengan pemerintah, untuk memelihara kepentingan bersama. Jika pekerjaan yang

dilakukan pemerintah baik, maka ia berhak mendapatkan upah, sebaliknya apabila

dalam melaksanakan tanggung jawab dan pekerjaannya buruk, maka harus

mendapatkan hukuman.

2. Kesatuan umat. Artinya, ia memiliki sistem yang satu, yaitu Islam yang harus

melaksanakan amar ma‟ruf nahi munkar (Melaksanakan kebaikan dan mencegah

kemungkaran) dan nasihat.

3. Menghormati aspirasi rakyat. Artinya diatara hak rakyat adalah mengawasi para

penguasa dengan pengawasan yang seketat-ketatnya dan juga memberi masukan

tentang berbagai hal yang dipandang baik untuk mereka. Pemerintah harus mengajak

79

Ibid., Hal. 291-292.

80

(12)

mereka bermusyawarah, menghormati aspirasi mereka, dan memperhatikan hasil

musyawarah mereka.

Berdasarkan karakteristik pemerintahan Islam diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

bentuk pemerintahan yang dimaksudkan IM adalah bentuk pemerintahan parlementer.

Konsekuensinya rakyat harus memilih kepala Negara dan menurunkannya kembali jika

didapati hal-hal yang mengharuskannya untuk diturunkan. Hal ini menunjukkan bahwa

pemerintah tidak mendapatkan kekuasaannya dari Allah, akan tetapi dari masyarakat. Adapun

prinsip- prinsip yang harus dipatuhi oleh pemerintah adalah sebagai berikut: pertama,

pemerintah tidak boleh melanggar batas-batas kekuasaannya, dan jika melakukan

pelanggaran tersebut maka kerjanya dianggap tidak sah. Kedua, pemerintah harus

bertanggungjawab atas segala pelanggaran dan kelalaiannya. Ketiga, rakyat memiliki otoritas

untuk menurunkan pejabat pemerintah. Komitmen rakyat untuk mematuhi pemerintah adalah

kompensasi dari komitmen pemerintah untuk mengurus persoalan rakyat.81

Adapun sumber kekuasaan menurut IM adalah satu, yaitu kehendak rakyat, kerelaan

dan pilihan mereka secara bebas dan sukarela. Artinya IM meyakini bahwa rakyat adalah

sumber kekuasaan.82 Karena rakyat merupakan sumber kekuasaan dan pemilik kedaulatan,

maka hal ini mengharuskan adanya pilar-pilar kedaulatan dalam diri individu-individunya.

Pilar-pilar tersebut terimplementasi dalam bentuk kebebasan dan kedaulatan. Adapun

kebebasan meliputi hak berpindah tempat, kebebasan mengemukakan pendapat, dan

kebebasan kepemilikan. Hak-hak tersebut tidak diatasi kecuali oleh sesuatu yang tolak

ukurnya adalah membahayakan orang lain. Untuk menjamin kekebasan ini maka harus ada

kedaulatan konstitusi dan supremasi hukum. Adapun kekuatan sebagai salah satu pilar

kedaulatan akan terwujud ketika Negara menjamin ilmu pengetahuan, kesehatan, dan

81

Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 294-295.

82

(13)

kesejahteraan atas individu. Rakyat menunaikan kedaulatannya terhadap kekuasaan dengan

penuh kebebasan dan sikap evaluatif. Hak kebebasan adalah hak rakyat untuk memilih

pemimpin dan anggota dewan legislatifnya. Sedangkan hak mengevaluasi terbagi menjadi

evaluasi langsung yang dilakukan oleh individu sendiri, dan evaluasi tidak langsung

dilakukan oleh wakil-wakil rakyat dalam dewan legislatifnya.83

B.3. Konsepsi Pembagian Kekuasaan menurut Ikhwanul Muslimin

B.3.1. Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan yang dmiliki oleh presiden, dimana dalam

menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh para menteri yang menduduki berbagai

departemen. Presiden dapat pula disebut dengan imam dan khalifah. Dalam hal

pengangkatan seorang khalifah, maka masyarakat diwajibkan untuk berpartisipasi, yaitu ikut

memilih calon pemimpin mereka. Adapun syarat yang ditetapkan bagi seorang khalifah

menurut IM yaitu berusia minimal 40 tahun, memiliki tingkat wawasan yang memadai, dan

memiliki citra yang baik, kemudian ditambah dengan syarat yang telah diwajibkan oleh para

ulama, yaitu: Muslim, laki-laki, mukallaf (berakal sehat dan telah baligh), dan adil.84

Pengangkatan seorang khalifah (kepala Negara) dilakukan melalui pemilihan ahlul

halli wal „aqdi (anggota dewan umat) yang dipilih oleh rakyat dan kesediaan yang bersangkutan untuk menerima jabatan itu. Jabatan kepresidenan merupakan kontrak antara

Dewan Umat dan presiden. karena itu transaksi tidak terjadi secara sah kecuali melalui

pemilihan bebas dari ahlu asy-syura wa at-tasyari (dalam hal ini anggota Dewan

Permusyawaratan dan Dewan Legislatif) dan kesediaan kepala Negara. Transaksi yang

diikuti dengan “bai‟ah secara sukarela”. Hal inilah menurut IM satu-satunya cara yang dapat

dilakukan untuk memilih seorang khalifah, sehingga pada kesimpulannya IM menolak sistem

83Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan, Op.cit., Hal. 297.

84

(14)

pemerintahan warisan, atau yang diperoleh melalui kudeta militer. Adapun masa jabatan

seorang khalifah, atau imam, atau presiden dapat ditetapkan masa jabatannya, atau dapat pula

dijadikan khalifah seumur hidup. Seorang khalifah, dalam menjalankan tugasnya

bertanggung jawab kepada Dewan Umat dan akan dimintai pertanggungjawabannya secara

pidana dan perdata dihadapan peradilan biasa jika melakukan kejahatan yang berkaitan

dengan tugasnya, yakni diadili oleh Dewan Umat. Kekuasaan seorang presiden atau khalifah

menurut IM adalah membuat konstitusi, mengeluarkan instruksi, mengangkat dan

menurunkan pejabat, sebagai panglima tertinggi militer, mengangkat dan menurunkan para

jenderal, mengumumkan perang (setelah melalui musyawarah), mengangkat dan menurunkan

diplomat, memberikan grasi dan amnesti. Namun kesemua kewenangan itu harus dalam batas

konstitusi.85

B.3.2. Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan legislatif merupakan kekuasaan yang dipegang oleh Dewan Umat dan

kepala Negara. Setiap anggota Dewan Umat dan kepala Negara memiliki hak mengusulkan

konstitusi, sepanjang tidak bertentangan dengan Islam. Wewenang Dewan Umat dalam hal

legislasi terbatas pada dua hal:86

1. Konstitusi eksekutif, yakni undang-undang yang menjamin pelaksanaan teks-teks

syariat.

2. Konstitusi organisasional, yakni peraturan-peraturan dalam rangka memenuhi

kebutuhan jamaah atas dasar tujuan-tujuan umum syariat.

Apabila suatu konstitusi tertentu ditetapkan, kepala Negaralah yang mengeluarkannya.

Hal itu dikarenakan kepala Negara yang melaksanakan kekuasaan eksekutif. Rancangan

85

Ibid., Hal. 305 306.

86

(15)

konstitusi yang direkomendasikan telah memuat konsep hukum-hukum Islam dan

ajaran-ajarannya. Karena itu, peraturan organik harus tunduk kepadanya. Demikian pula halnya

dengan berbagai undang-undang dan peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga eksekutif, ia

harus tunduk kepada konstitusi pokok atau undang-undang. Adapun gambaran umum

mengenai sifat dari lembaga legislatif (Dewan Umat) adalah sebagai berikut:87

 Dewan terbentuk dari 200 anggota terpilih untuk masa lima tahun.

 Anggota Dewan mewakili umat secara keseluruhan

 Dewan umat sebagai wakil umat memegang langsung kekuasaan rakyat. Dialah yang

memegang wewenang legislatif dalam batas ajaran Islam, lalu memberikan mandat

kepada kepala Negara.

 Dewan umat merupakan dewan tetap yang menyelenggarakan kegiatan sidang dengan

sendirinya, yakni dengan undangan dari ketua atau wakil ketua. Forum itu berjalan

selama sepuluh bulan. Pertemuan-pertemuan dilakukan secara terbuka.

B.3.3. Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan yudikatif merupakan kekauasaan independen diluar kekuasaan eksekutif.

Sumber kekuasaan yudikatif adalah rakyat. Meskipun para hakim diangkat oleh kepala

Negara, namun dalam hal ini, para hakim tersebut berstatus mewakili rakyat. Oleh karena itu

para hakim tersebut tidak akan diberhentikan dari jabatannya, terkecuali karena kematian atau

turunnya kepala Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh pengadilan dan mereka memutuskan

hukum sebagaimana pandangan mereka atas nama Allah swt. semata. Dalam menjalankan

tugasnya para hakim boleh menolak penerapan hukum manapun yang bertentangan dengan

syariat baik secara tekstual maupun kontekstual. Setiap warga Negara berhak mengangkat

dakwaan yang isinya meminta dibatalkan peraturan yang bertentangan atau berseberangan

87

(16)

dengan hukum-hukum Islam atau konstitusi kehadapan pengadilan khusus, yang diatur oleh

konstitusi.88

C. Gerakan- Gerakan Ikhwanul Muslimin

C.1. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1932 – 1939

Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir pada tahun 1928 adalah gerakan Islam

terpenting abad ke-20 dan menjadi prototipe bagi gerakan Islam lain di berbagai negeri

muslim. IM beranggapan bahwa umat Islam mengalami kemunduran dan terbelakang

dibandingkan dengan negeri-negeri Barat yang menjajah banyak negeri di dunia Islam, yang

menjadi sumber ideologi modern di dunia Islam. Selain itu, IM juga sepakat diperlukannya

keharusan untuk kembali kepada sumber asli agama Islam.89 Oleh karena itulah kemudian IM

melakukan berbagai gerakan-gerakan yang tujuan utamanya adalah mendirikan khilafah.

Diawal kemunculan IM pada tahun 1928, organisasi ini langsung berkembang. IM

banyak melakukan berbagai kegiatan baik itu kegiatan keagamaan maupun kegiatan

pendidikan. Pada tahun 1932 kegiatan pertama yang dilakukan IM adalah membuka forum

ceramah dan kajian yang dikenal dengan Hadist Tsulatsa, menerbitakan surat kabar

mingguan, yakni Al-Ikhwan Al- Muslimun. Selain menerbitkan surat kabar, IM juga

menerbitkan majalah An-Nadzir. Sebagai penghargaan terhadap perempuan-perempuan

Muslim, IM juga membentuk Unit Akhwat Muslimah. Berbagai aktivitas IM ini terjadi

selama beberapa tahun.90 Hal yang paling krusial dilakukan IM adalah mengirim surat kepada

Ahmad Habsyah Basya, yakni Menteri Keadilan Mesir ketika itu. Adapun maksud

pengiriman surat tersebut adalah untuk melakukan pendekatan perjuangan Undang-Undang.

(17)

Adapun tuntutan yang diajukan IM yang dalam hal ini diwakili oleh Hasan Al-Banna adalah

sebagai berikut:

Tuntutan pertama; kamu hendaklah menerima bersama dengan satu pendirian (wajib kembali

kepada perundangan Islam dan menyatukan mahkamah di Mesir diatas asas perundangan

Islam dari sekarang).

Tuntutan Kedua; kamu hendaklah memerintahkan pembentukan sebuah komite bagi

perbaikan Undang-Undang yang ada sekarang. Komite ini diketuai oleh al ustadz Kamil

Sidqi Beik, menurut bentuk yang baru dan dapat melahirkan tujuan ini. Ini dapat

dilaksanakan dengan menyerahkannya dibawah pimpinan Syekh Azhar atau Mufti

Al-Akbar. Komite hendaklah diisi oleh ulama-ulama kita yang terkemuka didalam syariah Islam,

tokoh-tokoh undang-undang syar‟i dan dari Al-Azhar yang mulia dan para cerdik pandai

didalam Undang-Undang negeri dengan segala cabang, tidak ketinggalan juga Al- Ustadz

Kamil Sidqi Beik bersama diantara mereka.91

C.2. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1939 - 1970

Selain beberapa aktivitas diatas, aktivitas IM selanjutnya adalah mendirikan

kantor-kantor cabang IM dan mulai mengaktifkan sistem Usrah sebagai bentuk pembinaan ideologi.

Kegiatan ini terus berlangsung sampai sekitar tahun 1940 sebelum Hasan Al-Banna

dipindahkan ke Qana atas instruksi dari Inggris. Setelah kembali ke Kairo, Hasan Al-Banna

ditangkap bersama dengan rekan-rekannya. Namun tidak lama kemudian dilepaskan. Hanya

saja pemerintah membredel majalah dan melarang pencetakan brosur-brosur serta

pertemuan-pertemuan IM.92

Gerakan IM yang terhambat karena dilarang oleh pemerintah ternyata tidak

menyurutkan niat Hasan Al-Banna dan rekan-rekannya, hal ini terlihat hingga pada tahun

1942 Hasan Al-Banna terjun ke dunia politik, namun kemudian mundur karena tidak

91

Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Op.cit., Hal 197-198.

92Utsman Abdul Mu‟iz Ruslan,

(18)

diizinkan oleh An Nuhas. Namun pada 12 Februari 1949 Hasan Al-Banna wafat karena

dibunuh.93 Hal ini menyebabkan IM kemudian mendirikan sebuah unit rahasia yang diberi

nama “Biro Rahasia”. Selanjutnya IM melakukan kerjasama dengan elemen perwira dan elit militer Mesir untuk menggulingkan raja Farouk yang dianggap hanya menjadi boneka bagi

Inggris untuk melindungi kekuasaan Kolonial. Saat itu IM dipimpin oleh Hasan Al Hudaibi.

Usaha IM dan elemen militer Mesir tidak sia-sia ketika pada tahun 1952 perwira bebas

mengambil alih kekuasaan di Mesir, yakni digantikan oleh Muhammad Neguib yang

menjabat sebagai presiden Mesir. Namun selanjutnya rezim militer menganggap IM adalah

ancaman bagi kekuasaan mereka, Sehingga yang terjadi kemudian adalah penangkapan

terhadap aktivis IM, pembakaran kantor IM, serta pembunuhan terhadap tokoh-tokoh IM.

Penyerangan tersebut dilakukan karena IM dianggap telah melakukan percobaan

pembunuhan terhadap Naser, yakni perdana menteri Mesir saat itu.94 hal ini menyebabkan IM

tidak dapat melakukan aktivitas. Namun meskipun demikian IM diam-diam melakukan

aktivitas bawah tanah sampai sekitar tahun 1957. Hingga pada tahun 1965 IM kembali

melakukan aktivitas yang dikenal dengan nama organisasi 1965.

C.3. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1970 – 1981

Diawal tahun 1970 IM kembali beraktivitas, yakni dengan memfokuskan masjid dan

universitas dalam menyebarkan ideologi IM. Pada tahap ini aktivitas IM semakin

berkembang pesat dengan mendirikan sekolah-sekolah, klinik kesehatan, dan menggalang

bakti sosial. Banyak aktivis IM yang dilepaskan dari penjara oleh Anwar Sadat. Selain itu

juga mulai dijalankan syari‟atIslam di Mesir. Dari sini pula IM kemudian mendirikan

93 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Loc.cit., Hal 192.

94Lihat Adhe Nuansa Wibisono. 2011. “

Perjuangan Politik Al-Ikhwan Al-Muslimun dalam Melawan Rezim Otoritarianisme di Mesir Pada Era Gamal Abdul Nasser sampai Husni Mubarak (1954-2011)”. Skripsi Fakultas Ilmu Hubungan

Internasional Universitas Gadjah Mada.Hal. 12-29.

(19)

Gama‟at Islamiyah, yakni unit mahasiswa yang selanjutnya berkembang menjadi salah satu actor politik independen karena pengaruhnya yang cukup kuat bagi masyarakat. Namun,

hampir sama dengan peristiwa penyerangan IM yang dilakukan oleh militer Mesir, Anwar

Sadat juga menganggap Gama‟at Islamiyah merupakan ancaman bagi kekuasaannya, karena Gama‟at banyak mengeluarkan kritik terhadap rezim yang berkuasa pada saat itu. hal ini

menyebabkan terjadinya penangkapan kembali terhadap aktivis IM.95

C.4. Gerakan Ikhwanul Muslimin Tahun 1980 – 2011

Diawal 1980 IM mendirikan Islamic Trends, yaitu terdiri dari orang-orang

professional yang selanjutnya dijadikan kandidat dalam pemilihan asosiasi professional.

Karena keberhasilan anggota Trends Islamic dalam menarik perhatian masyarakat, akhirnya

pada 1984 Islamic Trends memenangkan 7 dari 25 kursi dan pada tahun 1990 memenangkan

20 kursi.

Aktivitas politik IM dimulai pada pemilu 1984, yakni dimana IM membangun aliansi

dengan Partai Wafd. Hal ini dikarenakan status IM yang illegal. Usaha IM dibawah

pemimpin ketiganya yaitu Umar Tilmisany berhasil mendudukkan 8 kandidat IM dikursi

parlemen. Sedangkan pada pemilihan umum 1987 IM kembali berkoalisi dengan Partai

Buruh dan juga partai Al-Ahrar. Aliansi mereka dinamakan dengan Aliansi Islam (Al-

Tahaluf Al-Islami). Pada pemilihan umum tahun 1987 ini IM berhasil mendapatkan 36 kursi

diparlemen. Namun sebagaimana peristiwa-peristiwa yang melanda IM sebelumnya, pada

tahun 1995 dan 1996 ribuan aktivis dan anggota IM dipenjara, ada pula yang dipaksa bekerja

bertahun-tahun. Selain itu pemerintahan yang berkuasa pada masa itu dibawah Husni

Mubarok mengarahkan media massa untuk melakukan pemberitaan buruk terhadap IM, serta

mencitrakan IM sebagai kelompok teroris. Alasan pengasingan IM sangat klasik, yakni Husni

Mubarok merasa IM merupakan ancaman bagi tampuk kekuasaannya.

95

(20)

Peristiwa yang sama terjadi pada pemilihan umum tahun 2000. Sebanyak 550 aktivis

IM ditangkap, termasuk diantaranya 20 orang elit IM. Hal ini membuat IM hanya mendapat

17 kursi dari total 454 kursi legislatif. Selanjutnya pada tahun 2005 IM terlibat dalam

demonstasi pro- demokrasi dengan Egyptian Movement for Change. Hal ini menyebabkan

banyak aktivis IM ditangkap. Namun cukup mengejutkan ditahun yang sama prestasi politik

IM sangat tidak terduga, yakni IM berhasil mendapatkan 88 kursi dari 150 kandidatnya.

Selanjutnya pada tahun 2011, melalui Muhammad Mursi, IM mendirikan partai politik yang

bernama Partai Kebebasan dan Keadilan. Puncaknya pada pemilihan umum Mesir tahun 2012

Muhammad Mursi berhasil memenangkan pemilihan umum menjadi presiden pertama Mesir

yang terpilih secara demokratis. Namun pada tahun 2013 presiden Mursi di kudeta dari

kepemimpinannya serta banyak aktivis dan anggota IM yang dipenjara.96

D. Tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin

D.1. Hasan Al-Banna

Hasan Banna dilahirkan di Desa Mahmudiyah yang berada di wilayah

Al-Bahirah, dikawasan pedalaman Mesir, pada September 1906 M. Masa kecil Al-Banna dilalui

dengan belajar tahfidz Al-Qur‟an yang dipelajari langsung melalui ayahnya. Sementara itu

pendidikan dasar formal dilalui Al-Banna di Madrasah Diniyah Al-Rashad. Pada usia 12

tahun ia pernah menyaksikan praktik zikir tarekat Al-asafiyah dan menangkap kesan tentang

kelapangan hati dan kesalehan orangtua serta kerendahan hati orang muda. Selanjutnya

pendidikan Al-Banna dilanjutkan ke Madrasah Al- I‟dadiyah. Kemudian setelah selesai Al

-Banna melanjutkan pendidikannya ke Dar Al-Mu‟allimin di Damanhur pada tahun 1920.

Disekolah inilah Al-Banna menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an yang telah dimulai sejak

bersama ayahnya. Pada waktu itu ia belum genap berusia 14 tahun.97

96

Ibid., Hal. 54-70.

97

(21)

Pada tahun 1923, Banna melanjutkan pendidikannya ke sekolah tinggi Dar

Al-Ulum, Kairo. Namun salah satu hal yang menarik diperhatikan adalah bahwa selama di

Kairo, Al-Banna banyak terlibat dengan perkembangan pemikiran atau situasi politik yang

sedang melanda Mesir, yakni menurut Al-Banna sangat memprihatinkan. Selanjutnya, karena

melihat kondisi Mesir pada waktu itu, Al-Banna memikirkan perlunya sebuah gerakan

penyadaran umat. Hal inilah kemudian yang membuat Al-Banna mendirikan Ikhwanul

Muslimin (IM) pada tahun 1928. Gerakan Ikhwanul Muslimin selanjutnya berkembang dan

mendaparkan pro dan kontra dilkalangan pemerintah. Hingga pada tahun 1948 IM

dibubarkan oleh pemerintah Mesir. Pembubaran itu berawal dari kesenjangan koordinasi

gerakan ini dengan pemerintah Mesir ketika itu. Kulminasinya adalah terbunuhnya Al-Banna

pada 12 Februari 1949 M.98

D.2. Sayyid Qutb

Sayyid Qutb adalah ideologi gerakan Ikhwanul Muslimin. Jika Hasan Al-Banna

sebagai pendiri IM lebih menitikberatkan perhatiannya pada gerakan gerakan dakwah, maka

Qutb lebih memberi nuansa politik pada organisasi tersebut. Sayyid Qutb dilahirkan di Desa

Qaha, Provinsi Asy-yut pada 1906.99 Pendidikan awalnya ditangani oleh ayahnya Haji Qutb

bin Ibrahim sebelum pada usia enam tahun ia memulai pendidikan dasar didesanya. Karena

ketajaman otaknya, ia berhasil menamatkan pendidikan dasar hanya empat tahun, yakni dua

tahun lebih cepat dari biasanya.

Pada usia 13 tahun Sayyid Qutb berangkat ke Kairo untuk meneruskan pendidikan di

Madrasah Tsanawiyah dan setelah selesai baru melanjutkan ke Dar Al-Ulum. Seperti halnya

tokoh-tokoh Mesir lainnya, semula Qutb sangat mengagumi Barat namun akhirnya berbalik

membenci barat karena menyaksikan keringnya peradaban Barat dari nilai-nilai spiritual. Hal

inilah yang membuat Qutb berubah dan menoleh pada Islam serta menjadikannya sebagai

98

Ibid.,

99

(22)

ideologi. Pada tahun 1951, setelah pulang dari Amerika, ia masuk organisasi IM. Disini Qutb

mulai mengembangkan gagasan- gagasan politinya. Ia mulai menunjukkan sikap frontalnya

terhadap pemerintahan Gamal Abd. Al- Nasher yang dipandang berbau sosialis. Gagasan

militannya mempengaruhi anak-anak muda IM. mereka menuntut pemerintah untuk mundur.

Bahkan mereka mencoba untuk membunuh presiden Nasher, namun gagal. Akibatnya,

banyak anggota IM yang ditangkap dan diadili. Ada yang dihukum gantung, ada pula yang

dihukum kerja paksa, dan ada pula yang dipenjarakan sampai 15 tahun lamanya. Qutb

termasuk orang yang dipenjarakan oleh Nasher. Setelah keluar dari penjara pada 1966, Qutb

tetap aktif dalam gerakan IM dan terus menuangkan gagasannya dalam buku dan media

massa. Hal ini menyebabkan Qutb dipenjara kembali. Akhirnya ia kenakan hukuman mati

pada 22 Agustus 1966 di Kairo.100

D.2.1. Gagasan-gagasan Politik Sayyid Qutb

Sebagai tokoh yang memandang Islam sebagai agama yang sempurna, Sayyid Qutb

menyatakan bahwa segala permasalahan kehidupan umat manusia telah diatur dalam Islam,

tidak terkecuali masalah politik ketatanegaraan. Sebagai konsepsi politik, Islam mempunyai

karakteristik yang tidak dimiliki oleh ideologi-ideologi ciptaan manusia. Untuk itu Qutb

memaparkan tujuh karakteristik konsepsi Islam tersebut:101

 Rabbaniyah (ketuhanan). Menurut Qutb, rabbaniyah merupakan konsep pertama dan

utama yang menjadi sumber bagi karakteristik-karakteristik lainnya. Islam bersumber

pada Al-qur‟an yang berasal dari Allah. Sebagai ajaran dari Tuhan, manusia hanyalah

menerima, memahami, beradaptasi dengannya, dan menerapkan tuntutannya dalam

dalam kehidupan mereka.

 Konstan. Dalam Islam terdapat nilai-nilai universal yang bersifat konstan dan tidak

boleh diubah-ubah. Ia berkembang dengan berkembangnya fenomena-fenomena

100

Ibid., Hal. 206.

101

(23)

kehidupannya. Nilai-nilai yang mengendalikan gerak kemanusiaan dan perkembangan

kehidupan manusia, sehingga mereka tidak tersesat.

 Menyeluruh. Karena Islam berasal dari Allah, maka ia bersifat universal. Islam

terlepas dari segala kekurangan, kelemahan, kelalaian dan kontradiksi.

 Keseimbangan. Dalam ciri ini, ada doktrin Islam yang bisa dipahami dan ada pula

yang tidak bisa dipahami.

 Keaktifan. Manusia harus menciptakan kerja-kerja kreatif dan mengadakan gerakan

positif dalam kehidupan riil mereka.

 Realistis. Ajaran Islam selalu sesuai dengan kondisi riil manusia dan Islam tidak

membebankan sesuatu diluar kemampuan manusia.

 Tauhid. Doktrin ini sebenarnya merupakan ajaran universal yang dibawa oleh setiap

rasul Tuhan.

Selain beberapa hal diatas, Qutb juga menjelaskan bahwa kedaulatan bukanlah berada

ditangan rakyat, melainkan berada ditangan Tuhan dan bersifat Ilahiah. Menurut Qutb

manusia hanya menjalankan apa yang telah ditetapkan Tuhan. Selain itu Qutb juga

berpendapat bahwa politik pemerintahan dalam Islam dibangun atas asas keadilan penguasa,

ketaatan rakyat, dan musyawarah.

E. Sejarah Kemunculan Organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI)

Pada dasarnya kemunculan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

atau yang selanjutnya disingkat dengan KAMMI tidak terlepas dari kondisi sosial dan politik

bangsa Indonesia pada masa itu. Banyak elemen mahasiswa dan masyarakat menghendaki

diadakannya berbagai perubahan terhadap keadaan politik bangsa. Adapun tuntutan tersebut

sebagai respon terhadap krisis yang terjadi, keresahan masyarakat karena meningkatnya

(24)

terjadi serta rasa cemas karena pada saat itu untuk ketujuhkalinya Soeharto terpilih kembali

menjadi presiden Indonesia, meski pemilihan itu sendiri berada dalam iklim politik yang

menuju fase transisi untuk mengakhiri kekuasaan Soeharto. Para mahasiswa Muslim yang

tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) juga tidak ketinggalan dalam menyikapi

fenomena tersebut. Menurut aktivis LDK, saat itu krisis yang terjadi bukan hanya

menyangkut krisis ekonomi dan moneter, tetapi meluas kepada level krisis lain, seperti krisis

moral dan akhlak, krisis politik, krisis sosial dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.102

Sebagai salah satu elemen bangsa, mahasiswa Muslim yang tergabung dalam LDK

merasa berkepentingan terhadap isu-isu yang berkembang. Hal tersebut dikarenakan selama

ini mahasiswa Muslim dikesankan hanya sebagai komponen mahasiswa yang hanya bisa

berada dibalik tembok-tembok Masjid dengan doa dan zikir, tetapi realitas kehidupan sosial,

ekonomi, budaya, dan politik tidak menjadi perhatian para aktivis dakwah kampus. Untuk

merespon fenomena yang terjadi, para aktivis LDK bersepakat untuk membuat gerakan dan

reformasi total. Hal inilah yang memicu pertemuan aktivis LDK di Malang pada Maret

1998.103 Para aktivis LDK sepakat untuk mendirikan sebuah fron yang hanya bersifat sebagai

wadah koordinatif atau berbentuk federasi bagi seluruh mahasiswa Muslim. Akhirnya

disepakatilah pembentukan wadah koordinatif tersebut diberi nama Kesatuan Aksi

Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Selanjutnya KAMMI dan berbagai elemen

mahasiswa maupun elemen masyarakat bersatu melakukan reformasi total dan menginginkan

Soeharto turun dari jabatannya. Usaha tersebut tidak sia-sia ketika pada 21 Mei 1998

102 Lihat Syarifudin jurdi, Loc.cit., Hal. 445-446. Lihat juga Anok Sutarno. Loc.cit., Hal. 5-7. Lihat juga Arief Pandu

Wijonarko. 2009. “Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia: Kajian Sejarah Perjalanan KAMMI Sebagai Gerakan

Mahasiswa Masa Reformasi”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Hal.1-4.

Diakses melalui http//repository.uin.ac.id/dspace/bitsream/123456789/18485/1/SYARIFHIDAYATULLAH-FUF.pdf, pada 15 November 2015, pukul 23.30 WIB.

103

(25)

Soeharto mengundurkan diri. Keadaan ini memicu berkembangnya gerakan-gerakan

mahasiswa. KAMMI sendiri berkembang dari federasi menjadi ormas dan langsung

melaksanakan muktamar yang pertama di Bekasi pada Oktober 1998.104 Konteks sosial

politik bagi tonggak kelahiran KAMMI sebagai ormas membawa wacana baru bagi gerakan

mahasiswa Muslim, yakni yang diekspresikan melalui demonstrasi dan mimbar bebas. Bagi

KAMMI, aksi turun ke jalan dianggap merupakan cara yang efektif untuk melakukan protes

atas segala penyimpangan yang terjadi.105

Untuk memperkuat barisan pergerakannya, KAMMI melakukan berbagai kegiatan

dan usaha yang dapat mendukung kebijakan organisasi. Mengenai bentuk kegiatan KAMMI

dijelaskan dalam Anggaran Dasarnya; pertama membina ketakwaan, keimanan, dan akhlak

mahasiswa Muslim Indonesia dengan cara-cara yang sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadist,

namun juga dengan memperhatikan perkembangan zaman dan sesuai dengan konteks

keindonesiaan. Kedua, menggali, mengembangkan, dan memantapkan segenap potensi

kemahasiswaan, baik potensi akal, keilmuan dan budaya yang sifatnya kreatif dan aplikatif

yang akan sangat berguna bagi laju perkembangan nasional. Ketiga, mengembangkan

kerjasama, komunikasi dan persaudaraan antar sesama mahasiswa muslim dari berbagai

macam elemen. Keempat, mengembangkan dan meningkatkan kepekaan, kepedulian, peran

serta, dan solidaritas mahasiswa muslim Indonesia terhadap permasalahan-permasalahan

kebangsaan dan kerakyatan dalam lingkup ekonomi, pendidikan, politik, hukum, sosial, dan

budaya. Kelima, berperan aktif dalam kegiatan pengembangan kemahasiswaan dan kualitas

sumber daya manusia dengan misi membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah

kemungkaran bagi seluruh umat manusia (amar ma‟ruf nahi munkar).106

104

Lihat Syarifudin jurdi, Op.cit., Hal. 449-454.

105

Ibid

106

(26)

Berkaitan dengan internal organisasi, KAMMI melakukan serangkaian kegiatan yang

dapat menciptakan kader yang unggul sesuai dengan harapan umat dan bangsa, karena itu

organisasi ini melakukan pembinaan dan pengkaderan sebagaimana yang lazim dilakukan

oleh organisasi kader lainnya. Pembinaan KAMMI memiliki beberapa tingkatan, yang

pertama dimulai dari daurah marhalah I yang memberikan penekanan kepada pembinaan

kader, penanaman nilai-nilai Islam, penanaman misi gerakan. Daurah marhalah II mulai

diberikan penekanan pada berbagai masalah sosial yang berkembang dalam masyarakat

sebagai implikasi langsung dari pemahaman terhadap misi gerakan. Daurah marhalah III

memberikan pedoman kepada setiap kader untuk dapat melakukan transformasi nilai yang

diorientasikan kepada kepemimpinan umat dan bangsa.107 Daurah Marhalah I dilaksanakan

pada tingkat KAMMI Komisariat, Daurah Marhalah II dilaksanakan pada tingkat KAMMI

Daerah, serta Daurah Marhalah III dilaksanakan pada tingkatan KAMMI Wilayah.108

Sejak berdirinya, sampai dengan tahun 2015 diperkirakan anggota KAMMI berjumlah

sebesar 40,000 orang dan tersebar di sekitar 400 kampus. Jumlah anggota dan alumni

KAMMI sejak berdirinya hingga saat ini diperkirakan berjumlah sebesar 100,000 orang.

Sampai saat ini penyebaran organisasi KAMMI terdiri dari 30 KAMMI Wilayah, 89 KAMMI

Daerah, 3 Cabang KAMMI Luar Negeri dan 400 KAMMI Komisariat di seluruh Indonesia.

Sebaran KAMMI Wilayah tersebut diantaranya adalah : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat,

Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,

Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan-Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi

107

Syrifuddin Jurdi, Op.cit., Hal. 456.

108

(27)

Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Sedangkan 3 Cabang KAMMI Luar

Negeri adalah Jepang, Jerman dan Mesir.109

F. Visi dan Misi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

Visi:

Wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kader pemimpin dalam

upaya mewujudkan bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

Misi:

1. Membina keislaman, keimanan, dan ketakwaan mahasiswa muslim Indonesia.

2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial,

politik, dan kemandirian ekonomi mahasiswa.

3. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa

Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan bangsa dan negara.

4. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat

yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera.

5. Mengembangkan kerjasama antar elemen bangsa dan negara dengan semangat.

6. Membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma‟ruf

nahi munkar).110

G. Filosofi Gerakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

KAMMI merupakan sebuah organisasi kemahasiswaan yang berbasiskan keislaman.

Oleh sebab itu, berbagai pemikiran maupun gerakan yang dilakukan KAMMI harus

berdasarkan kepada Al-Qur‟an dan Sunnah. Adapun filosofi gerakan KAMMI adalah sebagai

berikut:111

109

Buku Indeks Jati diri Kader KAMMI, Hal. 3.

110

Anggaran Dasar KAMMI pada Muktamar IX. Op.cit., Hal. 27.

111

(28)

G.1. Kredo Gerakan KAMMI

1. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka. Tidak ada satu orang

pun yang bisa memaksa kami bertindak. Kami hanya bertindak atas dasar

pemahaman, bukan taklid, serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau

kedudukan.

2. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami takuti. Tidak ada

satu makhluk pun yang bisa menggentarkan hati kami, atau membuat kami tertunduk

apalagi takluk kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada-Nya

3. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami bertempur, sampai tidak ada

lagi fitnah di muka bumi ini. Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari

medan pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad. Kami akan

memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan prinsip-prinsip Islam.

4. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami bukanlah orang-orang yang

takut mengambil risiko. Syahid adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami. Kami

adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan aromanya di dalam kehidupan

keseharian kami kepada suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa dihiasi

dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran,

diskusi-diskusi yang bermanfaat dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret bagi

perbaikan masyarakat.Kami adalah putra-putri kandung dakwah, akan beredar

bersama dakwah ini ke mana pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling

tekun, menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya yang paling kokoh.

5. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam.

Kami bukanlah orang yang suka berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa

bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang terencana, dan kami

(29)

bahwa kehidupan ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus kami

menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami persembahkan untuk Islam.

6. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang kritis terhadap kebatilan,

politisi yang piawai mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam

memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang di siang hari dan rahib di malam

hari, pemimpin yang bermoral, teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan

masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan teladan, sahabat yang

tulus dan penuh kasih sayang, relawan yang mampu memecahkan masalah sosial,

warga yang ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah mereka,

manajer yang efektif dan efisien, panglima yang gagah berani dan pintar bersiasat,

prajurit yang setia, diplomat yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas

pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang berkobar tinggi.

G.2. Prinsip Gerakan KAMMI

1. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI

2. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI

3. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI

4. Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI

5. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI

6. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI

G.3. Paradigma Gerakan KAMMI

1. KAMMI adalah Gerakan Dakwah Tauhid

a. Gerakan Da‟wah Tauhid adalah gerakan pembebasan manusia dari berbagai bentuk penghambaan terhadap materi, nalar, sesama manusia dan lainnya, serta

(30)

b. Gerakan Da‟wah Tauhid merupakan gerakan yang menyerukan deklarasi tata peradaban kemanusiaan yang berdasar pada nilai-nilai universal wahyu ketuhanan

(Ilahiyyah) yang mewujudkan Islam sebagai rahmat semesta (rahmatan lil „alamin).

c. Gerakan Da‟wah Tauhid adalah gerakan perjuangan berkelanjutan untuk

menegakkan nilai kebaikan universal dan meruntuhkan tirani kemungkaran

(amarma‟ruf nahi munkar)

2. KAMMI adalah Gerakan Intelektual Profetik

a. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang meletakkan keimanan sebagai ruh

atas penjelajahan nalar akal.

b. Gerakan Intelektual Profetik merupakan gerakan yang mengembalikan secara tulus

dialektika wacana pada prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal.

c. Gerakan Intelektual Profetik adalah gerakan yang mempertemukan nalar akal da

n nalar wahyu pada usaha perjuangan perlawanan, pembebasan, pencerahan, dan

pemberdayaan manusia secara organik.

3. KAMMI adalah Gerakan Sosial Independen

a. Gerakan Sosial Independen adalah gerakan kritis yang menyerang sistem perada

ban materialistik dan menyerukan peradaban manusia berbasis tauhid.

b. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan kultural yang berdasarkan kesad

aran dan kesukarelaan yang berakar pada nurani kerakyatan.

c. Gerakan Sosial Independen merupakan gerakan pembebasan yang tidak memiliki

ketergantungan pada hegemoni kekuasaan politik-ekonomi yang membatasi.

4. KAMMI adalah Gerakan Politik Ekstraparlementer

a. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan perjuangan melawan tirani da

(31)

b. Gerakan Politik Ekstraparlementer adalah gerakan sosial

kultural dan struktural yang berorientasi pada penguatan rakyat secara sistematis

dengan melakukan pemberdayaan institusi-institusi sosial/rakyat dalam mengontrol

proses demokrasi formal.

H. KAMMI Wilayah Sumatera Utara serta Filosofi Gerakannya

H.1. Sejarah KAMMI Wilayah Sumatera Utara

Kelahiran organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai

ormas dengan membawa wacana baru bagi gerakan mahasiswa Islam yang di ekspresikan

melalui demostrasi dan mimbar bebas, pada perkembangannya mendapatkan banyak apresiasi

dikalangan masyarakat umumnya, serta kalangan mahasiswa Muslim khususnya. Hal ini

terbukti dengan semakin berkembangnya organisasi tersebut keseluruh Indonesia dalam

waktu yang relatif singkat, yakni sejak KAMMI ditetapkan sebagai sebuah organisasi. Dalam

waktu yang bersamaan, setelah KAMMI resmi didirikan di Malang, pada tahun yang sama

KAMMI telah berafiliasi diberbagai daerah-daerah seperti di Jawa, Aceh, Sumatera Utara,

Lampung, Yogyakarta, serta daerah-daerah lainnya. Salah satu pusat penyebaran KAMMI

paska kelahirannya di Malang adalah Sumatera Utara.adapun penggagas utama berdirinya

KAMMI di Sumatera Utara adalah Ikri Mahamidi.112

Awal kemunculan organisasi KAMMI di Sumatera Utara pada tahun 1928 berpusat di

Kota Medan. Hal tersebut dikarenakan, selain karena Kota Medan merupakan Ibukota

provinsi Sumatera Utara, di Kota Medan juga terdapat berbagai Universitas yang dapat

112

(32)

dijadikan objek dakwah oleh kader-kader KAMMI, khususnya dikalangan Mahasiswa.

Kemunculan KAMMI di Sumatera Utara pada awalnya dikenal dengan KAMMI Daerah

Medan. Artinya, pada awal kemunculannya, konsentrasi dakwah KAMMI hanya setingkat

Kota Medan. Namun pada perkembangan selanjutnya, KAMMI Daerah Medan berkembang

ke berbagai daerah-daerah lain yang ada di Sumatera Utara. Hal ini kemudian menyebabkan

perubahan pada status KAMMI yang semula setingkat KAMMI Daerah Medan menjadi

setingkat provinsi, yakni KAMMI Wilayah Sumatera Utara.

Beberapa daerah penyebaran KAMMI di Sumatera Utara diantaranya di Kota Medan

(12 Komisariat: Komisariat Merah Putih USU, Komisariat Teknik USU, Komisariat

Nusantara USU, Komisariat Garuda UNIMED, Komisariat Khatulistiwa UNIMED,

Komisariat UMN AW, Komisariat Merah Saga UINSU, Komisariat Tarbiyah UINSU,

Komisariat ITM, Komisariat UISU, Komisariat UMA, Komisariat UMSU, serta Komisariat

PTKI), Siantar (1 Komisariat), Simalungun (1 Komisariat), Dairi (1 Komisariat), Padang

Sidempuan (1 Komisariat), Padang Lawas (1 Komisariat), Labuhan Batu (2 Komisariat),

Mandailing Natal (1 Komisariat), dan Langkat (1 Komisariat).113

Struktur bidang Organisasi KAMMI Wilyah Sumatera Utara terdiri dari beberapa

bidang. Masing-masing bidang memiliki program kerja yang berbeda, namun tetap berkaitan

satu dengan yang lainnya. Adapun bidang-bidang tersebut antara lain:114

1. Sekretaris Umum

113

www.medan.kammi.org (website KAMMI Daerah Medan)

114

(33)

Bidang Sekretaris Umum terdiri dari satu orang sekretaris Umum serta satu orang

wakil Sekretaris Umum. Adapun bidang ini berfungsi untuk mengadakan pelatihan

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesekretariatan, administrasi surat menyurat,

dan lain sebagainya.

2. Bendahara Umum

Bidang Bendahara Umum terdiri dari satu orang yang menjabat sebagai Bendahara

Umum. Adapun fungsi dari bidang ini adalah mengelola keungan serta menciptakan

ide-ide ekonomi kreatif.

3. Kaderisasi

Bidang Kaderisasi terdiri dari satu orang ketua bidang, serta satu orang sekretaris

bidang dan beberapa orang staff bidang. Adapun fungsi dari bidang ini yaitu

berkenaan dengan masalah pembinaan. Kegiatan-kegiatan dari bidang Kaderisasi

seperti membentuk sekolah negarawan bagi kader KAMMI yang sudah mengikuti

Daurah Marhalah I (DMI) dan Daurah Marhalah II (DM II), yakni bertujuan

mencetak atau mempersiapkan pemimpin-pemimpin Indonesia. selain itu juga

terdapat kegiatan lain seperti Tasqif (Tarbiyah Tsaqafiyah), yaitu yang berarti kajian

keislaman untuk menambah pemahaman yang benar tentang Islam.

4. Kebijakan Publik

Bidang Kebijakan Pulik terdiri dari satu orang ketua bidang, serta satu orang

sekretaris bidang dan beberapa orang staff bidang. Adapun fungsi bidang ini adalah

melaksanakan program-program kerja bidang yang berkaitan dengan isu-isu yang

sedang berkembang di masyarakat dan pemerintahan. Adapun peaksanaan program

tersebut dapat dilakukan dengan cara demostrasi maupun seminar-seminar dan

diskusi. Didalam Bidang Kebijakan Publik terdapat Departemen Aksi Massa, yakni

(34)

5. Hubungan Masyarakat (Humas)

Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) terdiri dari satu orang ketua bidang, serta satu

orang sekretaris bidang dan beberapa orang staff bidang. Adapun fungsi dari bidang

ini adalah mengadakan berbagai kegiatan maupun pelatihan yang berkaitan dengan

menulis, jurnalistik, dan lain sebagainya.

6. Sosial Mayarakat (Sosmas)

Bidang Sosial Masyarakat (Sosmas) terdiri satu orang ketua bidang, serta satu orang

sekretaris bidang, dan beberapa orang staff bidang. Adapun fungsi dari bidang ini

adalah sebagai sarana penyambung silaturahmi antar organisasi maupun masyarakat,

seperti melaksanakan bakti sosial, pendidikan berupa mengajar, dan lain sebagainya.

7. Pengembangan Wilayah

Bidang Pengembangan Wilayah terdiri dari satu orang ketua bidang, serta satu orang

sekretaris bidang, dan beberapa orang staff bidang. Adapun fungsi dari bidang ini

adalah memekarkan atau mengembangkan cabang-cabang KAMMI di Sumatera

Utara.

8. Perempuan

Bidang Perempuan terdiri dari satu orang ketua bidang, serta satu orang sekretaris

bidang, dan beberapa orang staff bidang. Adapun fungsi dari bidang ini yaitu

melakukan berbagai pembinaan dan pelatihan bagi perempuan dengan tujuan

dipersiapkan sebagai tokoh-tokoh pemimpin bangsa kedepannya.

H.2. Pemikiran Politik KAMMI Wilayah Sumatera Utara

Dalam menetapkan fikrah (pemikiran), pada dasarnya KAMMI Wilayah Sumatera

Utara tidak memiliki secara teoritis mengenai konsep kenegaraan, pemerintahan, dan

lain-lain. Hal itu dikarenakan, konsentrasi organisasi KAMMI bukanlah kepada konsep atau

(35)

yang terkandung dalam konstitusi di suatu Negara tersebut, dalam hal ini di Indonesia. Dalam

pandangan organisasi KAMMI, bentuk Negara islam (khilafah) bukanlah menjadi suatu

keharusan. Jika melihat kepada sejarah Negara islam, bentuk Negara berbeda-beda satu sama

lain, mulai dari khilafah, kerajaan, demokrasi, dan lain sebagainya. Hal itulah yang

menyebabkan KAMMI saat ini masih mempertimbangkan bentuk Negara yang ideal.

Sekalipun bentuk Negara Indonesia demokrasi, tetapi dalam pelaksanaannya baik dan sesuai

dengan masyarakat (mengemukakan keadilan, tanggap terhadap pendidikan, kesehatan, dan

lain-lain), maka KAMMI mendukung saja. KAMMI Wilayah Sumatera Utara cenderung

bertindak sebagai penyeimbang pemerintah, serta tidak berarti anti terhadap pemerintah.

Selama kebijakan yang dibuat sesuai dengan konstitusi dan berdasarkan kebutuhan rakyat,

maka KAMMI siap mendukung pemerintah, sebaliknya apabila suatu kebijakan tidak sesuai

dengan konstitusi demokrasi di Indonesia, maka KAMMI juga siap mengkritik.115

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah

mengenai tujuan organisasi KAMMI. Adapun yang menjadi tujuan dari pendirian organisasi

KAMMI dapat dilihat melalui visi KAMMI, yaitu “KAMMI adalah wadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader- kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa

dan Negara islami”. Fokus KAMMI adalah membina keislaman para mahasiswa sehingga terwujud bangsa dan Negara yang islami. Adapun Negara dan bangsa yang islami yang

dimaksudkan disini bukanlah mendirikan khilafah (Negara Islam), tetapi lebih kepada sebuah

Negara yang madani, yaitu berarti menjunjung tinggi nilai, norma, hukum yang ditopang oleh

penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang berperadaban. Selain itu, kehidupan islami yang

dimaksudkan organisasi KAMMI bukan hanya sekedar memperbaiki kehidupan umat islam

saja, tetapi seluruh masyarakat. Singkatnya tujuan KAMMI hadir adalah untuk memperbaiki

115

(36)

bangsa dan Negara indonesia dari hal terkecil sekalipun, namun dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam islam, atau dengan kata lain, KAMMI ingin menjadikan organisasinya

rahmad bagi seluruh alam.116

Menyikapi persoalan pendirian Negara khilafah, beberapa responden yang berstatus

sebagai kader KAMMI juga menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendirian Negara

khilafah di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, seperti kemajemukan agama

di Indonesia, sehingga sistem khilafah belum tentu sesuai dengan masyarakat Indonesia.

Selain itu juga, terdapat pandangan yang menyatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung

dalam pancasila sudah mengandung nilai-nilai spiritual dan relegius, selanjutnya juga ada

yang menyatakan bahwa di zamannya, Rasulallah juga membuat peraturan atau undang-

undang yang dikenal dengan Piagam Madinah. Sehingga hal ini menyebabkan beberapa

responden tidak setuju dengan pendirian Negara khilafah, namun bukan berarti mereka

sekuler. Mereka yakin bahwa Islam adalah agama yang universal, yang mengatur seluruh

aspek kehidupan. Singkatnya, bukan pendirian Negara khilafah yang menjadi tujuan mereka,

namun kehidupan yang madani yang telah dijelaskan diatas yang menjadi tujuan mereka.

H.3. Aktivitas/ Gerakan KAMMI Wilayah Sumatera Utara

KAMMI merupakan suatu organisasi pergerakan. Oleh karena itu, KAMMI banyak

melakukan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan isu dan fenomena terkini dalam

masyarakat. Aksi menurut KAMMI bukan semata berbicara mengenai kegiatan turun ke jalan

dalam rangka menyuarakan aspirasi saja, namun lebih daripada itu, aksi menurut KAMMI

adalah aktivitas maupun gerakan yang dilakukan KAMMI dalam menjalankan keseharian

116

Gambar

Tabel 3.1. Frekuensi Responden Berdasarkan KAMMI Komisariat
Tabel 3.2 Frekuensi responden berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.4. Frekuensi Responden Berdasarkan Stambuk

Referensi

Dokumen terkait

Perangkat  pemodelan  adalah  suatu  model  yang  digunakan  untuk  menguraikan  sistem  menjadi  bagian‐bagian  yang  dapat  diatur  dan  mengkomunikasikan 

Ibn Qayyim menjelaskan gharar masuk dalam kategori judi ( al-qimar ) dimana akad ini akan sama wujudnya dengan judi karena salah satu pelaku akad akan mendapatkan

vi burnout mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap engagement pada perawat di ruang rawat inap RSUD Kota Bekasi.. Kata Kunci: Psychological Capital , Komitmen

Pada kesempatan ini, penulis ingin memanfaatkan cara kriptografi yang berarti penulisan rahasia dalam bahasa Yunani yaitu Crypto dan Graphia, untuk mengamankan data-data

Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, mallpun masyarakat setempat untuk melakukan

perangkat Mengubah pengaturan perangkat Menggunakan perangkat lunak HP Memuatkan dokumen sumber Memilih media cetak Memuatkan media Mencetak pada media spesial dan ukuran

(7) Sanksi diskualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d dikenakan kepada calon kepala desa oleh bupati/wali kota berdasarkan rekomendasi dari panitia pemilihan

The atmosphere of teaching and learning in engineering classes, students are discussing, working on the task in front of the classroom, teachers and students are discussing.