POLA KONSUMSI PROTEIN DAN PANJANG BADAN ANAK
UMUR 6 - 24 BULAN DI BAGAN DELI KECAMATAN
MEDAN BELAWAN
TAHUN 2008
SKRIPSI
OLEH :
INDAH RAMADHANI NIM. 041000057
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
POLA KONSUMSI PROTEIN DAN PANJANG BADAN ANAK
UMUR 6 - 24 BULAN DI BAGAN DELI KECAMATAN
MEDAN BELAWAN
TAHUN 2008
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
OLEH
INDAH RAMADHANI NIM 041000057
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul :
POLA KONSUMSI PROTEIN DAN PANJANG BADAN ANAK UMUR 6 - 24 BULAN DI BAGAN DELI KECAMATAN
MEDAN BELAWAN TAHUN 2008
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
INDAH RAMADHANI NIM. 041000057
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 02 Desember 2008 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua penguji
Dr. Ir .Albiner Siagian, MSi NIP.132049786
Penguji II Penguji III
Dra. Jumirah, Apt, MKes Ernawati Nasution, SKM, MKes
NIP.131803342 NIP.132126844
Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK
Anak yang sehat akan tumbuh normal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Akan tetapi, pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat gizinya. Pertumbuhan panjang badan bisa terhambat bila seorang anak mengalami defisiensi protein dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi protein dan panjang badan anak yang umur 6 - 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Secara khusus, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis, jumlah, dan frekuensi makanan sumber protein yang dikonsumsi, mengetahui panjang badan anak yang umur 6-24 bulan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 83 anak yang berumur 6 - 24 bulan yang tinggal di daerah nelayan. Data diperoleh dengan menggunakan food recall dan food frequency.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui jenis protein yang dikonsumsi anak 6-24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yaitu berasal dari ikan, dan frekuensi makan sumber protein sudah cukup baik. Jumlah asupan protein yang dikonsumsi anak sebanyak 42,1% baik, 7,2% sedang, 50,6% kurang. Panjang badan anak yang normal 43,3%, dan 56,6% anak yang pendek.
Berdasarkan hasil uji chi square diketahui ada hubungan antara asupan protein dan panjang badan. Hal ini berarti konsumsi protein memberikan kontribusi dan salah satu unsur penting terhadap pertumbuhan panjang badan.
Maka untuk itu perlu ditingkatkan pengetahuan ibu-ibu yang mempunyai anak balita mengenai pentingnya asupan konsumsi protein.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Indah Ramadhani
Tempat / Tanggal Lahir : Medan Labuhan, 21 Mei 1986
Agama : Islam
Satus Perkawinan : Belum kawin
Alamat : Kompleks Panggon Indah,
Jln. Tertib No. 110A Medan Marelan.
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Kurnia II Marelan : Tahun 1991 – 1992 2. SD Negeri 060970 Bagan Deli : Tahun 1992 – 1998
3. SMP Negeri 32 Medan : Tahun 1998 – 2001
4. SMU Hang Tuah Belawan : Tahun 2001 - 2004
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “ Pola Konsumsi dan Panjang Badan Anak Umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008” ini. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak
Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi dan Bapak dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk,bimbingan dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu saya dengan rasa hormat menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Drs. Jumirah, Apt, MSi, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Asfriyati, SKM. M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademik.
4. Seluruh Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Khairul Bakti, selaku Kepala Kelurahan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
6. Ibu Selfi, AMK, selaku pegawai Puskesmas di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
8. Buat sahabat khususnya: Desi Lestari Srg, SKM, Ica Fauziah Hrp, dan Fitri
(UISU) yang telah banyak membantu penulis.
9. Buat bang Rahmad Hidayat Lbs, SP, terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.
Khususnya skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Ayahanda tercinta : Gatot Suseno
Ibunda tercinta : Nurijah
Keluarga tersayang :Bang Hendra Saputra, ST, Dony Putra
Yuda, SE, Andri Nukman, Ssi, Apt, Maya
Kartika Sari, AMK, Yudi Handoko, Reni,
Dina,dan buat keponakanku terkasih Daffa dan
adik Riko.
Medan, Desember 2008 Penulis
DAFTAR ISI
2.2.2. Bahan Makanan Sumber Protein ... 11
2.2.3. Kaitan Protein, Penyerapan Kalsium dan Pertumbuhan ... 14
2.3. Panjang Badan Anak Umur 6 – 24 Bulan ... 17
2.4. Kerangka Konsep ... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan penelitian ... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.2.2. Pendidikan Responden ... 29
4.2.3. Pekerjaan Responden ... 30
4.3. Gambaran Umum Anak ... 30
4.4. Pola Konsumsi Protein pada Anak Umur 6 – 24 Bulan ... 31
4.4.1. Jenis dan frekuensi Makanan Sumber Protein pada Anak Umur 6 Bulan ... 31
4.4.2. Jenis dan Frekuensi Makanan sumber Protein pada Anak Umur 7 – 12 Bulan ... 31
4.4.3. Jenis dan Frekuensi Makanan sumber Protein pada Anak Umur 13 – 24 Bulan ... 32
4.4.4. Jumlah Konsumsi Makanan Sumber Protein pada Anak Umur 6 – 24 Bulan ... 34
4.5. Panjang Badan Anak Umur 6 – 24 Bulan ... 35
4.6. Panjang Badan Menurut Asupan Protein pada Anak Umur 6–24 Bulan ... 35
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pola Konsumsi Protein Berdasarkan Jenis dan Frekuensi pada Anak Umur 6 – 24 Bulan ... 38
5.2. Jumlah Konsumsi Makanan Sumber Protein pada Anak Umur 6–24 Bulan ... 39
5.3. Panjang Badan Anak 6 – 24 Bulan ... 40
5.4. Panjang Badan Menurut Asupan Protein Anak 6 – 24 Bulan ... 40
5.5. Hubungan Asupan Protein dan Panjang Badan ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 42
6.2. Saran ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan ... 13
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan (per orang per hari) ... 14
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Lingkungan dan Jenis Kelamin di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 27
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 28
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 28
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 29
Tabel 4.5. Distribusi Pendidikan Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 29
Tabel 4.6. Distribusi Pekerjaan Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 30
Tabel 4.7. Distribusi Kelompok Umur Berdasarkan Janis Kelamin Anak Umur 6 – 24 Bulan di bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 30
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi dan Jenis Sumber Protein pada Anak Umur 6 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 31
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi dan Jenis Sumber Protein Hewani pada Anak Umur 7 – 12 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 31
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi dan Jenis Susu pada Anak Umur 7 – 24 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 32
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi dan Jenis Sumber Protein Hewani pada Anak Umur 13 – 24 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 32
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi dan Jenis Susu pada Anak Umur 13 – 24 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 34
Tabel 4.14. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan Kelompok Umur pada Anak Umur 6 – 24 Bulan di Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan ... 34
Tabel 4.15. Distribusi Panjang Badan Berdasarkan Kelompok Umur pada Anak Umur 6 – 24 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan... 35
Tabel 4.16. Distribusi Panjang Badan Menurut Asupan Protein Anak Umur 6 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 35
Tabel 4.17. Distribusi Panjang Badan Menurut Asupan Protein Anak Umur 7–12 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan... 36
Tabel 4.18. Distribusi Panjang Badan Menurut Asupan Protein Anak Umur 13 – 24 Bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan ... 36
ABSTRAK
Anak yang sehat akan tumbuh normal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Akan tetapi, pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh asupan zat gizinya. Pertumbuhan panjang badan bisa terhambat bila seorang anak mengalami defisiensi protein dalam jangka waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi protein dan panjang badan anak yang umur 6 - 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan. Secara khusus, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis, jumlah, dan frekuensi makanan sumber protein yang dikonsumsi, mengetahui panjang badan anak yang umur 6-24 bulan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 83 anak yang berumur 6 - 24 bulan yang tinggal di daerah nelayan. Data diperoleh dengan menggunakan food recall dan food frequency.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui jenis protein yang dikonsumsi anak 6-24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yaitu berasal dari ikan, dan frekuensi makan sumber protein sudah cukup baik. Jumlah asupan protein yang dikonsumsi anak sebanyak 42,1% baik, 7,2% sedang, 50,6% kurang. Panjang badan anak yang normal 43,3%, dan 56,6% anak yang pendek.
Berdasarkan hasil uji chi square diketahui ada hubungan antara asupan protein dan panjang badan. Hal ini berarti konsumsi protein memberikan kontribusi dan salah satu unsur penting terhadap pertumbuhan panjang badan.
Maka untuk itu perlu ditingkatkan pengetahuan ibu-ibu yang mempunyai anak balita mengenai pentingnya asupan konsumsi protein.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Makanan adalah salah satu unsur penting yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Oleh karena itu setiap makanan yang kita makan akan berubah menjadi
zat-zat gizi yang sangat penting dan dibutuhkan oleh tubuh maka, untuk itu
kecukupan gizi memegang peranan utama dalam proses tubuh kembang tubuh.
Anak Indonesia merupakan generasi penerus bangsa dan sebagai modal
pembangunan. Sudah sewajarnyalah perlu mendapat pembinaan dan peningkatan
taraf kesehatannya agar terjamin kelangsungan hidup dan perkembangan baik secara
fisik maupun mental. Dengan demikian proses yang dikenal dengan tumbuh kembang
dapat berlangsung secara optimal (Dep Kes RI, 1994)
Hari depan Indonesia banyak tergantung pada mutu dan kesehatan bayi dan
anak yang kini sedang tumbuh. Mutu kehidupan bayi dan anak–anak tersebut banyak
kaitannya dengan jumlah dan mutu makanan yang dikonsumsi oleh mereka (Winarno,
1990)
Anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang
dimilikinya, tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake ( masukan) zat
gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Pertumbuhan fisik sering dijadikan
indikator untuk mengukur status gizi. Kecukupan gizi merupakan salah satu faktor
terpenting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, prestasi belajar dan
yang dimakan setiap harinya, yaitu menu makanan seimbang yang terdiri atas
makanan pokok (nasi, roti, umbi–umbian, dan jagung), lauk (sumber hewani dan
nabati), sayur mayur, buah dan ditambah susu (Sjahmien, 2003).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang mengandung
sembilan asam amino esensial dalam jumlah cukup (leusin, isoleusin, valin, triptofan,
fenilalanin, metionin, treonin, lisin dan histidin), seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, kerang. Begitu pula dengan makanan sumber protein nabati seperti tempe, tahu,
dan kacng-kacangan. Ada sepuluh macam asam amino yang tidak dapat dibentuk
oleh tubuh yang sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan(Almatsier, 2003).
Pertumbuhan tinggi badan ini bisa terhambat bila seorang anak mengalami
defisiensi protein (meskipun konsumsi energinya cukup), sedangkan bobot badan
lebih banyak dipengaruhi oleh cukup tidaknya konsumsi energi. Pada anak yang
mengalami kurang energi protein akan terhambat pertumbuhannya, rentan terhadap
penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar
anak. Oleh karena itu maka, keadaan gizi balita perlu mendapat perhatian yang besar
(Almatsier, 2003).
Masa balita merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan struktur dan fungsi tubuh, emosi, intelektual, serta tingkah laku.
Perkembangan moral dan dasar–dasar kepribadian juga terbentuk pada masa ini
(Uripi, 2004).
Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan, makanan,
kesehatan, lingkungan yang baik dan sebagainya. Pemberian makanan yang baik
penting sebab kekurangan energi atau zat–zat gizi esensial dapat mengganggu
pertumbuhan yang optimal dan dapat pula menimbulkan penyakit gangguan gizi yang
dapat disembuhkan maupun tidak (Pudjiadi, 1992).
Survei di Jepang pada tahun 1982 menunjukkan bahwa remaja pria pada usia
14 tahun yang lahir sesudah Perang Dunia II mempunyai tinggi badan 7,6 cm lebih
tinggi dibanding mereka yang dilahirkan sebelum Perang Dunia II. Perubahan pola
pertumbuhan ini disebabkan oleh meningkatnya konsumsi protein hewani.
Rendahnya kualitas asupan gizi ini juga yang kemudian disinyalir sebagai
sebab mengapa kualitas fisik orang Indonesia lebih rendah dari bangsa yang lain. Hal
ini ditunjukkan dari laporan Unicef pada tahun 2000 lalu, yang menyebutkan bahwa
anak-anak Indonesia yang berusia dua tahun ternyata memiliki berat badan lebih
rendah dua kilogram dan tinggi tubuh lebih rendah lima sentimeter, bila dibandingkan
anak-anak negara lain (Anonim, 2000).
Tahun 2002 lalu diketahui terdapat 1,4 juta balita Indonesia dianggap tidak
memiliki asupan gizi yang baik. Hal ini membuat 1,4 juta balita kehilangan
kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Maka bisa diprediksi kelak
mereka tidak akan menunjukkan performa fisik dan intelektual yang maksimal
( Anonim, 2002)
Menurut Wibowo yang dikutip oleh Aminah (2005) secara langsung masalah
gizi timbul karena tidak tersedianya zat–zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan anak balita yang sedang dalam pertumbuhan cepat
Dalam penyelenggaraan makanan balita ibu berperan sangat besar terhadap
pola makan balita yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keadaan gizi balita,
terutama pada usia mulai mengonsumsi makanan yaitu pada umur 6 bulan yang mana
sangat berpengaruh untuk pertumbuhannya nanti.
Bagan Deli merupakan daerah yang terletak di dekat laut dan mayoritas
penduduknya nelayan. Dilihat dari lokasinya untuk mendapatkan makanan sumber
protein khususnya ikan sangatlah mudah, namun dari 480 anak baduta terdapat 94
anak 6 – 24 bulan (19.5%) yang panjang badannya kurang.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melihat pola konsumsi protein dan panjang
badan anak 6 – 24 bulan, di mana pola konsumsi yang baik biasanya diiringi dengan
pertumbuhan yang baik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang
menjadi rumusan masalah adalah bagaimana ”pola konsumsi protein dan panjang
badan anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun
2008”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pola konsumsi protein dan panjang badan anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui jenis makanan khususnya makanan sumber protein yang
dikonsumsi anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan tahun 2008.
2. Untuk mengetahui jumlah dan frekuensi makanan sumber protein yang
dikonsumsi anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan tahun 2008.
3. Untuk mengetahui panjang badan anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli
Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya
ibu yang mempunyai balita akan pentingnya konsumsi protein bagi anak.
2. Sebagai informasi dan masukan dalam menyusun menu untuk meningkatkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pola Konsumsi
Menurut Hoang yang dikutip oleh Aminah (2005) pola konsumsi adalah
berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan
makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk
suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau
sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap
pengaruh fisiologi, psikologis, kebudayaan dan sosial.
Pada saat bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan Air Susu Ibu (ASI) saja sudah
cukup. Walaupun Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik, namun dengan
bertambahnya umur, maka anak memerlukan makanan yang jenisnya berbeda-beda,
mereka membutuhkan makanan lumat, lembik, sampai akhirnya makanan orang
dewasa (Aminah, 2005).
2.1.1. Jenis Makanan Anak Umur 6 – 24 Bulan 1. Air Susu Ibu (ASI)
ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan
oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, di mana komposisinya sesuai
untuk pertumbuhan bayi yang biasanya berubah sesuai dengan kebutuhan setiap saat.
Pemberian ASI secara Eksklusif berarti hanya diberikan ASI selama 6 bulan tanpa
2. Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi/anak
di samping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). ASI dapat
mencukupi kebutuhan gizi sebagian besar bayi sampai berumur 6 bulan. Oleh karena
itu penting diberikan makanan pendamping (Muchtadi, 1994).
Pola makan hendaknya sesuai dengan umurnya. Penggunaan bahan makanan
juga harus seimbang dan terdiri atas zat-zat yang diperlukan anak, seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Selain itu, ASI harus tetap diberikan selain
makanan tambahan (Abbas, 1998)
2.1.2. Jumlah Makanan Anak Umur 6-24 Bulan
Makanan yang ideal harus mengandung cukup bahan bakar (energi) dan semua zat gizi esensial (komponen bahan makanan yang tidak dapat disintesis oleh tubuh
sendiri akan tetapi diperlukan bagi kesehatan dan pertumbuhan) harus dalam jumlah
yang cukup pula. Dengan cukup diartikan sesuai dengan keperluan sehari–harinya
(Solihin, 1990).
1. ASI hendaknya diberikan kapan saja setiap anak meminta, setidaknya sampai
anak berusia 2 tahun. Setiap kali menyusui hendaknya dilaksanakan sampai
anak benar – benar puas.
2. Makanan lumat mulai diberikan pada waktu anak berusia sekitar 6 bulan
sampai usia 9 bulan (mulai 1 piring dan seterusnya), secara bertahap makanan
3. Makanan lembik diberikan menggantikan makanan lumat secara bertahap.
Sehingga pada usia 9 bulan, 3-4 kali 1 piring sedang (± berisi : 1genggam
lebih beras). Pada usia 1 tahun, anak mulai dilatih makan bersama
keluarganya.
4. Makanan orang dewasa dalam bentuk makan bersama segenap anggota
keluarga harus dilaksanakan pada usia satu tahun setengah ( sejak usia 1 tahun
sudah mulai dilatih). Anak usia 2 tahun harus makan setengah dari jumlah
yang dimakan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena pada usia tersebut
sedang tumbuh dengan pesat dan untuk itu dibutuhkan makanan yang banyak.
Bila dalam waktu makan bersama jumlah tersebut belum tercapai, harus
diberikan 2 - 3 kali makanan tersendiri (di luar waktu makan keluarga) untuk
mencapai jumlah tersebut (Aminah, 2005).
Pada saat inilah pemberian makan pada anak balita harus seimbang, sebab
masa pertumbuhan diusia ini sangat pesat sehingga harus diperhatikan kecukupan
gizinya terutama kecukupan protein untuk pertumbuhan panjang badannya. Bayi dan
balita yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan harus
mengonsumsi protein yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa (Winarno,
1992).
2.2. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting, karena hubungannya dengan
proses–proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein
Molekul protein tersusun dari sejumlah asam amino sebagai bahan dasar, di
mana dalam molekul protein asam–asam amino itu saling dihubungkan oleh suatu
ikatan yang disebut ikatan peptida (-CONH-). Suatu molekul protein dapat terdiri atas
12 sampai 18 macam asam amino dan dapat pula mencapai jumlah ratusan dari tiap
macam asam aminonya. Karena sifat molekul protein ditentukan oleh banyak dan
jenis asam amino serta urutannya, maka terdapatlah beribu- ribu macam protein.
Sifat- sifat suatu protein di tentukan oleh: (1) macam asam amino yang terdapat
dalam molekul protein, (2) jumlah tiap macam asam amino itu, (3) susunan asam
amino dalam tiap molekul protein (Sediaoetama, 1991).
Menurut Lizati (2002) yang mengutip dari pendapat Soedarmo dan
Sediaoetama tubuh manusia tidak sanggup memenuhi protein untuk membentuk
jaringan tubuhnya sendiri sehingga diperlukan protein yang berasal dari makanan
sehari-hari. Untuk membentuk protein jaringan diperlukan asam–asam amino yang
cukup jumlah dan macamnya dalam darah sesuai dengan jaringan yang dibentuk.
Asam–asam amino yang akan membentuk protein jaringan didapatkan dari bahan
hasil metabolisme makanan yang diserap oleh tubuh, yang terdiri atas: lysine,
isoleucine, threonine, methionine, valine, phenylalanine dan tryptophane.
2.2.1. Fungsi Protein Bagi Tubuh
Tersedianya protein dalam tubuh, mencukupi atau tidaknya bagi
keperluan-keperluan yang harus dipenuhinya, sangat tergantung pada susunan (komposisi)
Menurut Aminah (2005) yang mengutip dari Marsetyo dan Kartasapoetra
fungsi protein di dalam tubuh yaitu:
1. Protein sebagai Zat Pembangun
Maksud zat pembangun di sini adalah bahwa protein itu merupakan bahan
pembentuk berbagai jaringan tubuh baru, di mana proses pembentukan jaringan baru
selalu terjadi di dalam tubuh, antara lain:
a. Pada masa pertumbuhan. Proses ini terjadi mulai lahir sampai menjadi dewasa
muda. Dalam masa ini proses pembentukan jaringan terjadi secara
besar-besaran.
b. Dalam masa hamil. Di dalam tubuh wanita yang sedang hamil terjadi
pembentukan jaringan–jaringan baru janin yang sedang dikandungnya dan
jaringan uri. Pembentukan jaringan baru pada waktu hamil terjadi lebih cepat
mulai pertengahan kehamilan.
c. Penggantian jaringan–jaringan yang rusak dan dirombak. Pada waktu orang
sakit keras atau pada berbagai penyakit menahun terlihat orang menjadi kurus
disebabkan banyak jaringannya yang rusak.
d. Waktu latihan–latihan dan olah raga terjadi pula pembentukan jaringan baru,
terutama jaringan otot
2. Protein sebagai Zat Pengatur
Protein termasuk pula kedalam golongan zat pengatur, karena protein ikut pula
mengatur berbagai proses tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai
3. Protein sebagai Pemberi Tenaga
Para peneliti telah menemukan bahwa komposisi protein mengandung unsur
karbon, dengan demikian maka jelas protein dapat berfungsi sebagai sumber energi
pula. Dalam keadaan tersedianya karbohidrat tidak mencukupi, maka untuk
menyediakan energi sejumlah karbon yang terkandung dalam protein akan
dimanfaatkan seperlunya sehingga berlangsung pembakaran dan sejumlah protein
lainnya digunakan memenuhi fungsi yang sebenarnya yaitu untuk pembentukan
jaringan.
2.2.2. Bahan Makanan Sumber Protein
Berdasarkan sumbernya, bahan makanan yang banyak mengandung protein
dapat kita golongkan kedalam dua golongan, yaitu:
1. Bahan makanan sumber protein hewani, yaitu: daging, ayam, ikan, kerang,
udang,telur dan susu sapi.
2. Bahan makanan sumber protein nabati, yaitu: kacang kedele, kacang ijo,
kacang tanah,tahu, tempe, dan susu kedele.
3. Selain protein hewani dan nabati, dalam nasi, sayur dan ASI juga terdapat
protein.
Umumnya mutu sumber hewani lebih sempurna dibandingkan dengan
sumber nabati karena komposisi asam amino esensial protein hewani lebih lengkap
(Soedarmo dan Djaeni Sediaoetama, 1997). Begitu pula protein hewani diperlukan
a. Kadar kalsium dan fosfor pangan protein hewani lebih tinggi, terutama kalau
mengandung tulang.
b. Kadar vitamin B kompleks yang tinggi.
c. Kadar vitamin B12 yang hanya terdapat pada hasil–hasil hewan dan pada
bahan–bahan makanan hewani, dan
d. Kandungan asam–asam amino metionin dan lisin lebih tinggi.
Klasifikasi protein dapat pula dilakukan berdasarkan fungsi fisiologiknya,
berhubungan dengan daya dukungnya bagi pertumbuhan badan dan bagi
pemeliharaan jaringan.
1. Protein sempurna, bila protein ini sanggup mendukung pertumbuhan badan
dan pemeliharaan jaringan. Jenis protein inilah yang diperlukan oleh
anak-anak (balita) yang sedang tumbuh pesat.
2. Protein setengah sempurna, bila sanggup mendukung pemeliharaan
jaringan, tetapi tidak mendukung pertumbuhan badan.
3. Protein tidak sempurna, bila sama sekali tidak sanggup menyokong
pertumbuhan badan, maupun pemeliharaan jaringan (Sediaoetama, 1991)
Protein untuk bayi sebaiknya yang bermutu tinggi di mana semua asam amino
yang perlu sekali tersedia dalam jumlah yang cukup, yaitu sembilan asam amino
untuk bayi (Winarno, 1987).
Intake gizi yang baik berperanan penting di dalam mencapai pertumbuhan
badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula
pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang. karena itu usia
tahun sebenarnya yang penting adalah aneka ragam makanan yang dikonsumsi secara
cukup, maka anak–anak dapat tumbuh secara baik (Anonim, 2007).
Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing–masing zat gizi
yang harus dipenuhi dari makanan untuk mencakup hampir semua orang sehat.
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat badan,
genetika, serta keadaan hamil dan menyusui (Karyadi, 1996)
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makanan sumber
energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, Kekurangan
Energi Protein (KEP) dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit
terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya konsentrasi belajar
(Almatsier, 2003).
Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi tahun 1998, angka
kecukupan protein untuk anak baduta yaitu:
Tabel 2.1. Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan (per orang per hari) Kelompok Umur Tinggi Badan
(cm)
Protein (gr)
0-6 bl 60 12
7-12 bl 71 15
1-3 th 90 23
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1998
Namun, sekarang kecukupan protein untuk anak baduta berdasarkan angka
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Protein yang dianjurkan (per orang per hari) Kelompok Umur Tinggi Badan
(cm)
Protein (gr)
0-6 bl 60 10
7-12 bl 71 16
1-3 th 90 25
Sumber : Angka Kecukupan Gizi 2004 bagi orang Indonesia
2.2.3. Kaitan Protein, Penyerapan Kalsium dan Pertumbuhan.
Agar tercapai tumbuh kembang optimal pada anak, sangat diperlukan
berbagai faktor dan gizi yang merupakan salah satu pendukung penting pertumbuhan
anak. Kekurangan gizi seperti energi, protein, zat besi menyebabkan berbagai
keterbatasan, antara lain pertumbuhan panjang badan yang mendatar, berat, dan tinggi
badan menyimpang dari pertumbuhan normal dan lain-lain (Anonim, 2007).
Pertumbuhan pada awal kehidupan membutuhkan protein dengan proporsi
yang tepat. Pada periode pertumbuhan ini, kebutuhan akan protein lebih
diperhitungkan pada tiap unit masukan energi dari pada unit pertumbuhan berat
badan. Pada rasio spesifik dari protein dan energi dalam diet, besarnya konsumsi
energi protein yang sesuai akan menjamin pertumbuhan balita. Protein yang
dikonsumsi berasal dari berbagai bahan makanan seperti protein hewani dan protein
nabati ( Rangkuti, 2001)
Menurut penelitian Sediaoetama yang dikutip dari Rangkuti (2001)
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara konsumsi protein dengan status gizi
balita di mana jika konsumsi protein meningkat maka status gizi akan lebih baik serta
Menurut Hughes (2003) protein dan kalsium merupakan komponen penting
untuk jaringan tulang. Dengan bobot, jaringan tulang mengandung 70% mineral, 8%
air, dan 22% protein. Pertumbuhan panjang badan berkaitan dengan protein sebab
asupan sumber protein berguna untuk pertumbuhan panjang badan balita. Hal ini
dikuatkan dengan pertumbuhan tulang berasal dari faktor asupan kalsium dan juga
zat besi. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan normal dan perkembangan
kerangka tubuh. Tulang mengalami pergantian dan suplai mineral yang cukup dari
substrat asam amino yang sangat dibutuhkan untuk mendukung fase pembentukan
pergantian tulang. Kalsium makanan dan protein menaikkan peran aktif dalam
metabolisme tulang.
Pertumbuhan fisik yang baik, tidak lepas dari kadar asupan kalsium yang
diterima tubuh. Minimnya penyerapan kalsium dalam tubuh masyarakat Indonesia,
disinyalir menyebabkan kondisi fisik bangsa yang jauh berbeda dengan bangsa lain.
Hanya dengan memenuhi kadar kebutuhan kalsium tubuh perhari semenjak kecil,
membuat kemungkinan perbaikan (Anonim, 2007).
Protein memiliki efek positif terhadap keseimbangan kalsium dan massa
tulang. Massa tulang bisa tergantung pada pemasukan kalsium sebagai tambahan
untuk menyediakan lapisan–lapisan untuk susunan tulang. Protein makanan
merangsang produksi faktor pertumbuhan insulin –I (IGF-1), faktor yang menaikkan
pembentukan tulang. Protein juga menambah kehilangan kalsium air seni ( Hughes,
2003).
baik dari protein makanan. Kalsium makanan dan protein memainkan peran aktif
dalam metabolisme tulang.
Dari hasil penelitian Looker (2003) dalam studi jangka pendek menunujukkan
bahwa protein menaikkan reabsorpsi tulang dan protein juga menaikkan penyerapan
kalsium. Asam amino protein bisa mengaktifkan reseptor sensor kalsium di usus dan
menambah produksi asam gastric yang bisa meningkatkan penyerapan kalsium dan
kalsium mempunyai peranan aktif terhadap kesehatan tulang.
Berdasarkan penelitian Hannan,dkk (2003) menemukan bahwa mengonsumsi
lebih banyak protein (baik hewani maupun nabati) memiliki efek perubahan yang
baik pada tulang leher dan tulang belakang serta protein makanan mengoptimalkan
kesehatan tulang.
Berdasarkan penelitian Kerstetter,dkk (2003) dari hasil uji hubungan antara
pemasukan protein dan kalsium terhadap tulang pada 342 orang dewasa, ada interaksi
yang signifikan di mana ada hubungan yang mempengaruhi antara protein dan
ketebalan tulang pada seluruh tubuh, di mana protein makanan disesuaikan pada
tingkat rendah, sedang, dan tinggi. Dalam 4 hari terlihat bahwa makanan berprotein
tinggi meningkatkan penyerapan kalsium dan makanan berprotein rendah
mengakibatkan pengurangan penyerapan kalsium. Bila terjadi dalam waktu lama
akan terjadi pengurangan kerapatan tulang, kerapuhan tulang dan juga laju
penyerapan tulang serta pembentukan tulang.
Adapun sumber kalsium dan zat besi berasal dari protein. Sumber kalsium
(Ca) yaitu susu, ikan, sarden, aneka ragam makanan laut lainnya, tahu,kacang merah,
terbaik adalah dari daging merah, khususnya hati dan organ daging lainnya, telur,
ikan, kerang, dan ayam (Zaviera, 2007).
Selain itu, pangan hewani tidak hanya berperan dalam meningkatkan
kecerdasan atau perkembangan anak, tetapi juga membuat tubuh anak lebih tinggi.
Pangan hewani mengandung protein yang lebih berkualitas karena mudah digunakan
tubuh dan memiliki komposisi asam amino yang lengkap. Pangan hewani
mengandung berbagai zat gizi mineral yang tinggi dan mudah digunakan oleh tubuh,
misalnya kalsium dan zat besi (Anonim, 2002).
2.3. Panjang Badan Anak Umur 6 – 24 Bulan
Menurut Winarno yang dikutip dari Lizati (2002) gizi merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.
Keadaan gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian
antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut.
Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan pangan untuk dikonsumsi setiap
hari guna memenuhi kebutuhan gizinya. Zat gizi diperlukan oleh tubuh adalah
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral. Berbeda dengan kebutuhan hidup yang
lain, kebutuhan pangan hanya diperlukan secukupnya. Baik dalam jangka waktu yang
lama, akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh dan menyebabkan status gizi di
bawah normal disebut gizi kurang atau gizi buruk. Hal ini sering terjadi pada anak
balita, di mana dapat terlihat bahwa pertambahan panjang badan pada anak balita
Menurut Lizati (2002) yang mengutip dari pendapat Suhardjo status gizi anak
pada dasarnya ditentukan oleh 2 hal yaitu, makanan yang dimakan seorang anak
banyak tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut dan ada tidaknya
pemberian makanan lain di luar keluarga dan kepercayaan ibu tentang makanan dan
kesehatan, keadaan lingkungan serta sosial anak.
Menurut Winarno yang dikutip oleh Syafleni (2004), zat gizi dan energi di
butuhkan tidak saja untuk mempertahankan fungsi dan aktivitas tubuh, tetapi
dibutuhkan juga untuk penyusunan jaringan tubuh. Besar kecilnya konsumsi pangan
selama masa pertumbuhan awal, yaitu sewaktu sel–sel berbagai alat tubuh sedang
giat–giatnya melakukan pembelahan, dapat mempengaruhi bahkan mengubah laju
pembelahan sel tersebut. Akibatnya sel–sel dapat tumbuh lebih sedikit atau lebih
banyak dari pada yang diharapkan terjadi secara normal. Balita–balita yang tidak
mendapat gizi cukup baik, akan mengalami gangguan pertumbuhan sehingga
menyebabkan terganggunya pembelahan sel otak.
Dengan semakin bertambahnya usia maka pertambahan panjang badan pun
akan semakin tinggi namun, hal ini tidak lepas dari asupan zat gizi (protein, kalsium)
yang cukup sesuai dengan usia anak.
Pada penelitian ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan indikator
panjang badan menurut umur (PB/U). Tinggi badan merupakan ukuran antropometri
yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi
badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Menurut Ilmu Kesehatan Anak
1. Faktor genetis.
Tidak semua orang mempunyai panjang/tinggi badan yang sama. Kemampuan
untuk menjadi panjang atau pendek diturunkan menurut ketentuan tertentu, sehingga
anak yang tinggi biasanya berasal dari orang tua yang tinggi pula.
2. Beberapa hormon yang mempengaruhi hormon pertumbuhan.
a. Hormon pertumbuhan hipofise mempengaruhi pertumbuhan jumlah
sel tulang.
b. Hormon tiroid yang mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan
tulang.
c. Hormon kelamin pria di testis dan kelenjar suprarenalis. Wanita juga
mempunyai kelenjar suprarenalis, merangsang pertumbuhan selama
jangka waktu yang tidak lama. Di samping itu hormon tersebut juga
merangsang kematangan tulang sehingga pada suatu waktu
pertumbuhan berhenti. Hormon ini bekerja terutama pada
pertumbuhan cepat selama masa akil baligh.
3. Penyakit akut dan kronis
Penyakit akut yang berat dapat menghambat pertumbuhan anak, tapi bila
hambatan yang terjadi tidak besar, maka kelambatan pertumbuhan tersebut masih
dapat dikejar. Penyakit kronis juga akan menghambat pertumbuhan dan kelambatan
pertumbuhan yang diakibatkannya lebih sukar dikejar.
Selain faktor tersebut di atas terdapat pula faktor yang tidak langsung
Kelebihan indeks PB/U:
1. Baik untuk melihat status gizi masa lalu.
2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
Kelemahan indeks PB/U:
1. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga di
perlukan dua orang untuk melakukannya.
2. Ketepatan umur sulit didapat.
2.4.Kerangka Konsep
Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Konsumsi protein
pada anak umur 6 - 24 bulan
-Jenis sumber protein -Jumlah dan Frekuensi
konsumsi sumber protein
Pola konsumsi protein anak umur 6 - 24 bulan yang meliputi jenis sumber
protein, jumlah dan frekuensi konsumsi protein mempengaruhi panjang badan anak 6
- 24 bulan yang diukur dengan antropometri panjang badan menurut umur. Panjang badan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu melihat pola konsumsi protein dan panjang badan anak umur 6 - 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan,
desain penelitiannya cross sectional.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
Sumatera Utara pada bulan Juni sampai dengan September 2008. Alasan pemilihan
lokasi karena lokasi ini terletak di dekat laut dan mayoritas penduduknya nelayan,
dari 480 anak 6 – 24 bulan terdapat 94 anak (19.5%) yang panjang badannya pendek,
sehingga ingin mengetahui bagaimana konsumsi protein anak 6 – 24 bulan di Bagan
Deli Kecamatan Medan Belawan.
3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini anak 6 - 24 bulan yang bertempat tinggal di
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, yang berjumlah 480 orang.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi secara Systematic sampling.
n =
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
n =
sampel adalah setiap elemen yang mempunyai nomor kelipatan 5 dan seterusnya,
serta respondennya adalah ibu–ibu yang memiliki anak 6 – 24 bulan yang bertempat
tinggal di Bagan Deli tersebut.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai konsumsi protein dengan menggunakan formulir ”food recall” 2x24 jam, sumber protein dilihat dengan
menggunakan formulir food frekuensi dengan wawancara pada ibu-ibu yang
mempunyai anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan serta
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari data demografi di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan dan data yang berasal dari Puskesmas tentang panjang
badan anak 6 – 24 bulan.
3.5. Instrumen Penelitian 1. Formulir Food Recall
2. Formulir Food Frequency
3. Food Model
4. Alat ukur panjang badan untuk balita
3.6. Defenisi Operasional
1. Konsumsi protein adalah jumlah dan jenis sumber protein yang dikonsumsi
anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
2. Jumlah protein adalah banyaknya nilai protein (gr) yang dikonsumsi anak
umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan.
3. Jenis makanan sumber protein adalah berbagai sumber protein yang paling
sering dikonsumsi anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan
Belawan.
4. Frekuensi makan sumber protein adalah berapa kali setiap jenis sumber
protein yang dikonsumsi oleh anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli
5. Panjang badan adalah pengukuran panjang badan anak umur 6 – 24 bulan di
Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang diukur berdasarkan panjang
badan menurut umur berdasarkan standar WHO- NCHS.
3.7 Aspek Pengukuran 1. Konsumsi protein
Konsumsi protein diukur dengan menggunakan formulir ”food recall” 2x24
jam yang dikonsumsi oleh anak umur 6 – 24 bulan dan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) kemudian dibandingkan dengan Angka
Kecukupan Konsumsi Protein rata–rata perhari yaitu dengan kategori (Supariasa,
2001):
1. Untuk umur 6 bulan
Baik : Jika, ≥ 100% AKG ( ≥ 10gr)
Sedang : Jika, 80- 99% AKG ( 8 - 9,9gr)
Kurang : Jika, < 80% AKG (< 8gr)
2. Untuk umur 7-12 bulan
Baik : Jika, ≥ 100% AKG ( ≥ 16gr)
Sedang : Jika, 80- 99% AKG ( 12,8 – 15,8gr)
Kurang : Jika, < 80% AKG (< 12,8gr)
3. Untuk umur 13-24 bulan
Baik : Jika, ≥ 100% AKG ( ≥ 25gr)
Sedang : Jika, 80- 99% AKG ( 20 – 24,75gr)
Namun dalam menentukan kategori kecukupan konsumsi protein ada
modifikasinya dimana untuk kategori defisit digabungkan dengan kategori kurang
sebab dianggap sama-sama di bawah angka kecukupan konsumsi protein rata-rata
perhari.
2. Panjang badan
Panjang badan diperoleh dari pengukuran antropometri berdasarkan panjang
badan menurut umur dan diinterpretasikan berdasarkan baku rujukan WHO –NCHS
yang dikelompokkan dengan kategori:
Panjang badan normal : > -2 SD
Panjang badan pendek : ≤ -2 SD
3.8. Analisa Data
Data dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi
dan panjang badan anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Geografi dan Topografi
Kelurahan Bagan Deli adalah salah satu daerah di Kecamatan Medan Belawan
dengan luas daerah 230 Ha.
Adapun batas–batas Kelurahan Bagan Deli adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan Belawan I
- Sebelah Selatan dengan Sei Deli / Muara Deli
- Sebelah Barat dengan Belawan II / Bahari
- Sebelah Timur dengan Muara Deli / Selat Malaka.
Kelurahan Bagan Deli terdiri atas 15 lingkungan yaitu lingkungan I sampai
lingkungan XV. Bagan Deli merupakan daerah yang terletak dekat dengan laut dan
masyarakat di daerah tersebut bekerja sebagai nelayan. Kebanyakan ikan yang sering
mereka dapatkan yaitu ikan kembung, selayang, gulama, belanak, mujahir, tongkol,
dan sembilang.
4.1.2. Demografi
Jumlah penduduk di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
menurut data Kelurahan tahun 2007 adalah 16.248 jiwa, terdiri dari 9.168 laki –laki
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Lingkungan dan Jenis Kelamin di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2007 Lingkungan Laki-Laki Perempuan n %
Lingkungan I 635 462 1097 6,75
Lingkungan II
427 236 663 4,08
Lingkungan III 831 715 1546 9,52
Lingkungan IV 763 487 1250 7,69
Lingkungan V 910 861 1771 10,89
Lingkungan VI 512 409 921 5,66
Lingkungan VII 1086 878 1964 12,08
Lingkungan VIII 201 196 397 2,44
Lingkungan IX 212 124 336 2,06
Lingkungan X 105 93 198 1,21
Lingkungan XI 96 71 167 1,02
Lingkungan XII 517 326 843 5,18
Lingkungan XIII 951 734 1685 10,37
Lingkungan XIV 1137 1008 2145 13,20
Lingkungan XV 785 480 1265 7,78
Jumlah 9186 7080 16248 100,00
Sumber : Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2007
Tabel di atas terlihat bahwa distribusi penduduk terbanayak di lingkungan
Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2007 Umur (Tahun) Laki-Laki Perempuan n %
Sumber : Kantor Kelurahan Bagan Deli, 2007
Terlihat bahwa kelompok umur 19 – 25 tahun merupakan persentase
tertinggi yaitu 22,29%.
Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2007
Pendidikan n %
Sumber : Kantor kelurahan Bagan Deli, 2007
Tabel 4.3 dapat terlihat bahwa pendidikan yang paling banyak terdapat pada
4.2. Gambaran Umum Responden 4.2.1. Umur
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Umur di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008
Umur (Thn) n %
20 - 24 14 16,86
25 - 29 48 57,83
30 - 34 16 19,27
35 – 39 2 2,40
40 - 44 3 3,61
Jumlah 83 100,00
Penyebaran umur responden terendah adalah 20 tahun dan umur tertinggi
adalah 43 tahun. Dari tabel di atas terlihat bahwa responden dengan kelompok umur
25 -29 tahun merupakan persentase tertinggi yaitu 57,83%.
4.2.2. Pendidikan
Tabel 4.5. Distribusi Pendidikan Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008
Pendidkan n %
Tamat SD 24 28,92
Tamat SLTP 46 55,42
Tamat SLTA 13 15,66
Jumlah 83 100,00
Tabel 4.5 terlihat bahwa pendidikan responden yang terbanyak adalah Tamat
4.2.3. Pekerjaan
Tabel 4.6. Tabel Distribusi Pekerjaan Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008
Pekerjaan n %
Ibu Rumah Tangga 76 91,56
Buruh Harian 7 8,43
Jumlah 83 100,00
Terlihat bahwa pekerjaan responden yang terbesar sebagai ibu rumah tangga
yaitu sebesar 91,56 %.
4.3. Gambaran Umum Anak
Tabel 4.7. Distribusi Kelompok Umur Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Umur 6 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008
Kelompok Umur (Bulan)
Jenis Kelamin n %
Laki - Laki Perempuan
n % n %
6 2 100,0 0 0 2 100,00
7 – 12 17 65,3 9 34,6 26 100,00
13 – 24 31 56,3 24 43,6 55 100,00
Tabel di atas terlihat bahwa distribusi kelompok umur anak terbanyak antara
13 – 24 bulan, jenis kelamin laki–laki 50 anak (60,22%) dan perempuan 33 anak
4.4. Pola Konsumsi Protein pada Anak Umur 6 – 24 Bulan
4.4.1. Jenis dan Frekuensi Makanan Sumber Protein pada Anak Umur 6 bulan Tabel 4.8. Tabel Distribusi Frekuensi dan Jenis Sumber Protein pada Anak
Umur 6 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008
Bahan
Tabel di atas menunjukkan bahwa frekuensi makan dan jenis makanan yang
dikonsumsi anak umur 6 bulan yaitu sebanyak 2 anak mengonsumsi ASI (100%), 1
anak mengonsumsisun dan 1 anak mengonsumsi nasi tim.
4.4.2. Jenis dan Frekuensi Makanan Sumber Protein pada Anak Umur 6 – 12 bulan
Tabel 4.9. Tabel Distribusi Frekuensi dan Jenis Sumber Protein Hewani pada Anak Umur 7 – 12 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Pada tabel 4.9. terlihat sumber tein hewani yang paling sering dikonsumsi
sebanyak 9 anak (34,6%) dan ikan selayang sebanyak 8 anak (30,7%) dengan
masing-masing frekuensi 1–3x/minggu.
Untuk makanan sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi yaitu
tempe dengan frekuensi 1x/bulan sebanyak 2 anak (7,6%).
Tabel 4.10.Tabel Distribusi Frekuensi dan Jenis Susu pada Anak Umur 7 – 12 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Susu Frekuensi makan
≥1x/hr 1x/hr
4-Tabel di atas menunjukkan anak umur 7 – 12 bulan mengonsumsi ASI
sebanyak 23 anak (88,4%) dengan frekuensi ≥1x/hari, 4 anak (15,3%) mengonsumsi
susu formula dengan frekuensi 1x/hari.
4.4.3. Jenis dan Frekuensi Makanan Sumber Protein pada Anak Umur 13 – 24 bulan
Tabel 4.11.Tabel Distribusi Frekuensi dan Jenis Sumber Protein Hewani pada Anak Umur 13 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Tabel 4.11. terlihat sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi
anak umur 13 – 24 bulan yaitu ikan selayang sebanyak 43 anak (78,1%), telur ayam
sebanyak 37 anak (67,2%), ikan gulama sebanyak 16 anak (29,1%), dan ikan
sembilang sebanyak 10 anak (18,1%) dengan masing-masing frekuensi 1-3x/minggu.
Sedangkan untuk frekuensi 1x/bulan yang paling sering dikonsumsi adalah udang
sebanyak 28 anak (50,9%), daging ayam sebanyak 26 anak (47,2%) serta ikan
mujahir sebanyak 16 anak (29,1%).
Tabel 4.12.Tabel Distribusi Frekuensi dan Jenis Sumber Protein Nabati pada Anak Umur 13 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Sumber Protein Nabati
Frekuensi makan ≥1x/
hr
1x/hr
4-6x/mg
1-3x/mg 1x/bl Tdk Prnh Jumlah
n % n % n % n % n % n % n %
Tempe 0 0 0 0 0 0 19 34,5 10 18,1 26 47,2 55 100,00 Tahu 0 0 0 0 0 0 15 27,2 7 12,7 33 60,0 55 100,00
hr : hari, mg : minggu, bl : bulan
Tabel di atas menunjukkan jenis sumber protein nabati yang paling sering
dikonsumsi anak umur 13 – 24 bulan yaitu tempe sebanyak 19 anak (34,5%), dan
Tabel 4.13.Tabel Distribusi Frekuensi dan Jenis Susu pada Anak Umur 13 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Susu Frekuensi makan
≥1x/hr 1x/hr
4-Pada tabel 4.13. terlihat untuk jenis susu pada anak umur 13 - 24 bulan yang
paling sering dikonsumsi adalah ASI sebanyak 32 anak (58,1%) dan susu formula
sebanyak 11 anak (20,0%) dengan frekuensi ≥1x/hari. Sebanyak 8 anak (14,5%)
mengonsumsi susu formula dengan frekuensi 1x/hari.
4.4.4. Jumlah konsumsi Makanan Sumber Protein pada anak Umur 6 – 24 Bulan
Tabel 4.14. Tabel Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Berdasarkan Kelompok umur Pada Anak Umur 6 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Tingkat
Terlihat bahwa pada kelompok umur 6 bulan terdapat 1 anak (2,85%) yang
asupan konsumsi proteinnya baik, 1 anak (2,38%) yang asupan konsumsi proteinnya
kurang. Pada kelompok umur 7 – 12 bulan sebayak 14 anak (33,3%) yang asupan
(64,2%) yang asupan konsumsi proteinnya kurang, dan dari semua kelompok umur
pada kelompok umur ini yang terbanyak.
4.5. Panjang Badan Anak Umur 6 – 24 Bulan
Tabel 4.15. Tabel Distribusi Panjang Badan Berdasarkan Kelompok Umur pada Anak Umur 6 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Panjang badan Kelompok Umur (Bulan)
6 7-12 13-24 n %
n % n % n %
Normal 0 0 11 30,5 25 69,4 36 100,00
Pendek 2 4,2 15 31,9 30 63,8 47 100,00
Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat 47 anak (56,6%) yang pendek, dan
dari kelompok umur yang terbanyak yaitu pada umur 13 – 24 bulan.
4.6. Panjang Badan Menurut Asupan Protein Anak Umur 6 – 24 Bulan
Tabel 4.16. Tabel Distribusi Panjang Badan Menurut Asupan Protein anak umur 6 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Asupan Protein
Panjang Badan Jumlah
Normal Pendek
Tabel 4.16. menunjukkan bahwa panjang badan menurut asupan protein pada
anak umur 6 bulan terdapat 1 anak yang asupan proteinnya baik tapi pendek dan 1
Tabel 4.17. Tabel Distribusi Panjang Badan Menurut Asupan Protein anak umur 7 – 12 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Asupan Protein
Panjang Badan Jumlah
Normal Pendek
Terlihat pada tabel 4.17. terdapat 9 anak (34,6%) yang asupan proteinnya baik
dan panjang badannya normal, 2 anak (7,6%) yang asupannya sedang dan panjang
badannya normal, 14 anak (53,8%) yang asupan proteinnya kuang dan pendek.
Tabel 4.18. Tabel Distribusi Panjang Badan Menurut Asupan Protein anak umur 13 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Asupan Protein
Panjang Badan Jumlah
Normal Pendek
Pada tabel di atas menunjukkan sebanyak 23 anak (41,8%) yang asupan
proteinnya baik dan panjang badannya normal, 27 anak (49,1%) yang asupan
Tabel 4.19. Tabel Distribusi Panjang Badan Menurut Asupan Protein anak umur 6 – 24 bulan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, Tahun 2008.
Asupan Protein
Panjang Badan Jumlah P
0,000
Normal Pendek
n % n % n %
Baik 32 91,4 3 8,5 35 100,00
Sedang 4 66,6 2 33,3 6 100,00
Kurang 0 0 42 100 42 100,00
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa panjang badan normal yaitu 35 anak
(42,1%) yang asupan konsumsi proteinnya baik dimana 32 anak yang panjang
badannya normal dan 3 anak yang panjang badannya pendek. Terdapat 6 anak (7,2%)
yang asupan proteinnya sedang dimana 4 anak yang panjang badannya normal dan 2
anak yang panjang badannya pendek serta 42 anak (50,6%) yang asupan proteinnya
kurang dengan panjang badana yang pendek.
Berdasarkan uji chi square yang dilakukan berdasarkan kategori asupan protein dengan panjang badan dengan probabilitasnya 0,000 di mana P<0,05 maka,
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pola Konsumsi Protein Berdasarkan Jenis dan Frekuensi pada Anak Umur 6 – 24 Bulan
Untuk sumber protein jenis yang paling sering dikonsumsi oleh anak umur 6
– 24 bulan, yaitu untuk umur 6 bulan adalah ASI. Pada usia ini ibu-ibu sudah
memberikan makan pada anaknya berupa sun ataupun nasi tim padahal sebaiknya
pada usia ini anak tidak perlu diberi makanan tambahan apapun sebab ASI saja sudah
cukup untuk kebutuhan gizinya. untuk umur 6 – 12 bulan jenis sumber protein
hewani yang paling sering dikonsumsi yaitu ikan kembung sebanyak 53,8%, ikan
selayang sebesar 30,7% dan juga ikan sembilang 11,3% dengan masing- masing
frekuensi 1-3x/minggu. Untuk sumber protein nabati yang sering dikonsumsi adalah
tempe namun frekuensi konsumsinya hanya 1x/bulan sebanyak 7,6%. Sebanyak
88,4% mengonsumsi ASI lebih dari 1 hari sekali. Pada usia ini ibu-ibu sudah
memberikan makanan pada anaknya seperti makanan orang dewasa hanya saja
jumlahnya yang tidak terlalu banyak. Sebaiknya pada usia ini naka mulai diberi
makan namun harus berupa makanan lembik dan sari buah. Kebanyakan ibu-ibu tidak
memberikan buah pada anaknya hanya 1,2% yang memberikan buah pada anakanya.
Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi anak umur 13 – 24
bulan dengan frekuensi 1-3x/minggu adalah ikan selayang sebanyak 78,1% dan juga
telur ayam sebanyak 67,2%, selain itu ikan gulama dikonsumsi sebanyak 29,1% dan
adalah tempe sebanyak 34,5 % dengan frekuensi 1-3x/minggu. Sedangkan untuk susu
sebanyak 58,1% ASI. Keseringan mereka mengonsumsi ikan disebabkan karena
kemudahan untuk mendapatkan lauk hewani khususnya ikan, daerah mereka yang
bertempat tinggal dekat dengan laut dan jauh dari pasar inilah yang menyebabkan
mereka sulit dan jarang mengonsumsi daging sapi dan ayam selain rata–rata mata
pencaharian mereka sebagai nelayan dan hasil pendapatan mereka yang tidak terlalu
besar.
Untuk protein yang berasal dari nabati kebanyakan anak mengonsumsi
tempe dan tahu hanya sebulan sekali, ini dikarenakan daerah mereka yang jauh dari
pasar sehingga untuk mendapatkannya tidak terlalu mudah dan mereka hanya bisa
mendapatkan dari warung–warung yang terdekat saja.
Untuk mengonsumsi susu pada anak umur 6 – 24 bulan, sebanyak 67,5%
masih ASI dan yang mengonsumsi susu formula sebanyak 30,1%. Kebanyakan dari
ibu–ibu yang mempunyai anak umur 6 – 24 bulan masih memberikan ASI kepada
anaknya dengan alasan karena tidak mampu membeli susu formula untuk anak
mereka dari pada keuntungan akan ASI.
5.2.Jumlah Konsumsi Makanan Sumber Protein pada anak Umur 6-24 bulan Jumlah makanan pada anak 6 – 24 bulan yang diperoleh dari hasil food recall
hanya 42,1% yang berkategori baik, 7,2% yang berkategori sedang, sedangkan
sebanyak 50,6% berkategori kurang.Walaupun daerah tempat tinggal mereka dekat
dengan laut dan sebagian besar (90,3%) bekerja sebagai nelayan sehingga mudah
melainkan langsung dijual di gudang penjualan ikan yang terletak dekat pemukiman
mereka. Akibatnya, kecukupan protein anak tidak terpenuhi karena pemberian kepada
anak yang sedikit. Kurangnya pengetahuan ibu–ibu yang mempunyai anak umur 6 –
24 bulan juga mengakibatkan konsumsi protein anak tidak cukup karena ada beberapa
ibu yang beranggapan kalau anak yang belum berumur 5 tahun tidak boleh
mengonsumsi banyak ikan karena menurut mereka hal itu mengakibatkan kecacingan
pada anak.
5.3. Panjang Badan anak 6 – 24 bulan
Dari data hasil penelitian terdapat 56,6% anak umur 6 – 24 bulan yang
pendek, di mana pada umur 6 bulan terdapat 2,4% anak, 7 – 12 bulan terdapat 18,1%
anak, dan pada umur 13 – 24 bulan terdapat 36,1% anak . Terdapat 43,3% anak yang
panjang badannya normal.
5.4. Panjang Badan Menurut Asupan Protein Anak 6 – 24 Bulan
Dari hasil penelitian terdapat 56,6% yang panjang badannya pendek. Hal ini
disebabkan karena asupan jumlah protein yang kurang pada anak sehingga
pertumbuhan panjang badannya terhambat
Dari hasil penelitian terdapat 7,2% asupan protein yang berkategori sedang
namun, ada 2,4% yang asupan proteinnya sedang tetapi panjang badannya pendek,
dan ada 42,1% yang asupan proteinnya baik namun ada 3,6% yang asupannya baik
tetapi panjang badannya pendek. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi tinggi badan yaitu: faktor genetis di mana kedua orang pendek
sehingga anaknya pun pendek walaupun asupan konsumsi proteinnya baik, beberapa
hipofise, hormon tiroid, yang tidak bekerja pada masa pertumbuhan sehingga
mempengaruhi panjang badan walau asupan konsumsi protein cukup, penyakit akut
atau kronis yang dapat menghambat pertumbuhan anak
5.5. Hubungan Asupan Protein dan Panjang Badan
Berdasarkan uji chi square yang dilakukan dengan probabilitasnya 0,000 di mana P<0,05 terlihat bahwa ada hubungan yang signifikan antara asupan protein
dengan panjang badan, di mana bila asupan protein yang dikonsumsi baik maka
panjang badanpun akan bertambah. Hal ini berarti konsumsi protein memberikan
kontribusi dan salah satu unsur penting terhadap pertumbuhan panjang badan.
Menurut penelitian Sediaoetama (1991) yang dikutip dari Rangkuti (2001)
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara konsumsi protein dengan status gizi
balita di mana jika konsumsi protein meningkat maka status gizi akan lebih baik serta
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian di atas, maka beberapa
kesimpulan yang dapat diambil, antara lain:
1. Sebanyak 71,1% anak mengonsumsi ikan kembung, 61,4%
mengonsumsi ikan selayang, 15,7% ikan sembilang dan 21,7%
mengonsumsi ikan gulama.
2. Jumlah asupan makanan sumber protein yang dikonsumsi pada
anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
masih rendah, terlihat lebih dari setengah jumlah anak umur 6 – 24
bulan atau 50,6% yang asupan proteinnya kurang.
3. Frekuensi makanan sumber protein yang dikonsumsi pada anak
umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan
paling sering mengonsumsi lauk hewani dengan frekuensi 1
-3x/minggu, lauk nabati dengan frekuensi 1 – -3x/minggu, ASI
dikonsumsi dengan frekuensi lebih dari satu kali per hari.
4. Panjang badan anak umur 6 – 24 bulan di Bagan Deli Kecamatan
Medan Belawan sebanyak 43,3% anak yang normal, dan 56,6%
anak yang pendek.
5. Ada hubungan yang bermakna antara asupan konsumsi protein
6.2. Saran
1. Perlu adanya peningkatan pengetahuan dan informasi kepada
ibu-ibu yang mempunyai anak balita akan pentingnya konsumsi
makanan sumber protein terutama dimasa pertumbuhan anak agar
pertumbuhan anak normal.
2. Sebaiknya ibu–ibu yang mempunyai anak balita meningkatkan
konsumsi protein dengan memanfaatkan sumber protein yang
terdapat di sekitar tempat tinggal.
3. Sebaiknya ibu-ibu dalam menyajikan makanan sumber protein
untuk anak lebih bervariasi.
4. Sebaiknya orang tua tidak menjual semua hasil tangkapan ikan dan
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia.
Aminah, S. 2005. Gambaran Konsumsi Makanan dan Status Gizi Baduta
(0-24 bulan) di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualah Leidong Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Skripsi, FKMUSU.
Anonim. 2007. Kebutuhan Kalsium untuk Tubuh,
Anonim. 2002. Kalsium Penting Untuk Pertumbuhan Tulang dan Anak.
Anonim. 2000. Panduan Tumbuh Kembang Balita.
Sedia Oetama,A. J. 1991. Ilmu Gizi II. Jakarta
Hughes,B. D. 2003. Interaction of Dietary Calcium and Protein in Bone
Health in Humans. Am. J. Clin. Nutr. 133:852S-854S.
Karyadi, 1996. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan, PT Gramedia, Jakarta.
Kerstetter, J. E. 2003. Low Protein Intake: The Impact on Calcium and Bone Homeostatis in Human. Am. J. Clin. Nutr. 133: 855S-861S.
Lizati, R. 2002. Tinjauan Konsumsi Protein Ikan pada Keluarga Nelayan
di Desa Ujung Blang Mesjid Kecamatan Jeumpa Kabupaten Bireun Tahun 2002. Skripsi FKMUSU
Looker, A. C. 2003. Interction of Science, Consumer Practices and Policy: Calcium and Bone Health as Case Study. Am. J. Clin. Nutr. 133: 1987S-1991S.
Marsetyo. 1991. Ilmu Gizi, Rineka Cipta, Jakarta.
Muchtadi, D. 1994. Metabolisme Zat Gizi 1. Sinar Harapan, Jakarta.
Notoadmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta,
Rangkuti, Y. 2001. Sumber Protein Hewani pada Konsumsi Makanan Anak Balita di Tinjau dari Karakteristik Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2001. Skripsi FKMUSU.
Sjahmien, M. 2003 Ilmu Gizi 2, Bhatakarya, Jakarta.
Soedarmo, P, Sediaoetama, A. D. 1977. Ilmu Gizi. Penerbit Dian Rakyat,
Jakarta.
Solihin, P. 1990. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Fakultas Kedokteran UI,
Jakarta.
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. IPB, Bogor.
I Dewa Nyoman, S, Bachyar, B, Ibnu, F. 2002. Penilaian Status Gizi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Syafleni. 2004. Pola Makan dan Status Gizi balita di Perkampungan
Nelayan Kelurahan Belawabn Kecamatan Medan Belawan Tahun
2004. Skripsi FKMUSU.
Uripi, V. 2004. Menu Sehat Untu Balita. Penerbit Puspa Swara, Jakarta
Winarno, FG. 1990. Gizi dan Makanan Bagi Bayi dan Anak Sapihan.
Putra Sinar Harapan, Jakarta.
Zaviera, F. 2007. Osteoporosis Deteksi Dini, Penanganan, dan Terapi
FORMULIR FOOD FREKUENSI
Berilah tanda pada kolom yang kosong sesuai dengan jawaban saudara
no Jenis Makanan Frekuensi Makan
>1x/hari 1x/hari 4-6x/minggu 1-3x/minggu 1x/bulan Tidak Pernah
1
2
3
Sumber Hewani:
- Ikan kembung
- Ikan mujahir
- Ikan tongkol
- Ikan selayang
- Ikan belanak
- Ikan sembilang
- Ikan gulama
- Udang
- Daging ayam
- Telur ayam
Sumber Nabati:
- Tahu
- Tempe
Susu
- ASI
FORMULIR FOOD RECALL 2x24 JAM
No. Responden :
Nama :
Nama anak :
Umur :
Jenis kelamin :
Hari : I / II
Nama Hidangan Bahan Makanan Berat Protein
MASTER DATA