• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor - Faktor yang mempengaruhi Peningkatan Daya Saing Usaha Pelaku Usaha Mikro Rotan di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor - Faktor yang mempengaruhi Peningkatan Daya Saing Usaha Pelaku Usaha Mikro Rotan di Kota Medan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPenelitian

Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis

yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri harus memberikan perhatian penuh

pada kualitas. Usaha untuk memantapkan kondisi diperumit lagi dengan berlakunya era

perdagangan bebas AFTA (2003) dan akan berlakunya APEC (2020). Hal ini berakibat

semakin banyaknya pesaing baru, di samping pesaing lama yang turut terlibat di bisnis untuk

memperebutkan pangsa yang juga meluas.

Suatu perusahaan kecil maupun besar, dalam rangka pencapaian tujuan usahanya

sangat mengandalkan sumber daya manusia sebagai sumber daya penggerak pencapaian

tujuan. Peningkatan daya saing organisasi dapat dicapai bila sumber daya manusia

dikembangkan kualitasnya. Dengan pengembangan kualitas tersebut, sangatlah penting bagi

sebuah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai aset yang dapat

mendukung keberhasilan usaha, yaitu menghasilkan produk berkualitas yang bebas dari

kerusakan dan berharga kompetitif. Hal ini akan meningkatkan penjualan dari produk-produk

tersebut yang berarti pula meningkatkan pangsa pasar sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan daya saing.

Salah satu pelaku usaha di Indonesia yang memiliki eksistensi penting namun

terkadang terlupakan dalam percaturan kebijakan adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM). Padahal jika mengenal lebih jauh dan dalam, peran UMKM bukanlah sekedar

pendukung dalam kontribusi ekonomi nasional.Data BPS menunjukkan bahwa UMKM

dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut

(2)

terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Pada tahun 2012 tercatat jumlah UMKM adalah 56,53

unit dari jumlah total unit usaha nasional, (2) potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga

kerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan

kerja bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar (UB). Sektor UMKM

menyerap 107,66 juta tenaga kerja atau 91,20% dari total angkatan kerja yang bekerja, dan

(3) kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 57,46% dari

total PDB (BPS, 2012).

Usaha Miro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai salah satu komponen dalam

industri nasional, mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional,

penyerapan tenaga kerja, pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, dan

penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah telah memiliki pilar-pilar kebijakan

strategis yang diimplementasikan melalui berbagai kebijakan/program dan kegiatan tahunan

untuk mendukung pengembangan dan penguatan UMKM di Indonesia. Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM) umumnya memiliki keunggulan dalam bidang yang memanfaatkan

sumberdaya alam dan padat karya, misalnya pertanian tanaman pangan, perkebunan,

peternakan, perikanan, perdagangan dan restoran.

Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong

pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sektor

ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi peluang bagi UMKM untuk

berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang lebih cenderung menggunakan modal

besar (capital intensive). Eksistensi UMKM memang tidak dapat diragukan lagi karena

terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama pasca krisis

ekonomi. Disisi lain, UMKM juga menghadapi banyak sekali permasalahan, yaitu

terbatasnya modal kerja, Sumber Daya Manusia yang rendah, dan minimnya penguasaan

(3)

Kendala lain yang dihadapi UMKM adalah keterkaitan dengan prospek usaha yang

kurang jelas serta perencanaan, visi dan misi yang belum mantap. Hal ini terjadi karena

umumnya UMKM bersifat income gathering yaitu menaikkan pendapatan, dengan ciri-ciri

sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga, menggunakan teknologi yang masih relatif

sederhana, kurang memiliki akses permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal

usaha dengan kebutuhan pribadi. Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan

tingginya persaingan membuat UMKM harus mampu mengadapai tantangan global, seperti

meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi,

serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM

itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian membanjiri

sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang

mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto,2011).

Pengembangan UMKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah

maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi

lainnya. Kebijakan pemerintah kedepan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan

berkembangnya UMKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan

UMKM di samping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara

pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusianya.

UMKM merupakan potensi bisnis yang sangat digalakkan oleh pemerintah; karena

semakin banyak masyarakat berwirausaha maka semakin baik dan kokohnya perekonomian

suatu daerah karena sumber daya lokal, pekerja lokal, dan pembiayaan lokal dapat terserap

dan bermanfaat secara optimal. Meskipun UMKM memiliki sejumlah kelebihan yang

(4)

ekonomi. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan usaha mikro yang ada di

Indonesia ini, baik faktor internal (dari usaha mikro sendiri) maupun dari faktor eksternal

disekitar lingkungan usaha mikro tersebut. Keberhasilan tergantung dari kemampuan dalam

mengelola kedua faktor ini melalui analisis faktor lingkungan serta pembentukan dan

pelaksanaan strategi usaha.

Berdasarkan data yang diperoleh,menunjukkan bahwa terjadi pertambahan jumlah

UMKM dari 2.877.765 pelaku usaha pada tahun 2012 menjadi 3.065.731 usaha pada tahun

2013 atau tumbuh sebesar 6,53%.Sementara itu keberadaan UMKM di Indonesia berhasil

menyerap 4.676.143 tenaga kerja pada tahun 2012 dan meningkat sebesar 5,88% pada tahun

2013 menjadi 4.950.955tenagakerja.

Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, adapun faktor – faktor yang

mempengaruhi daya saing pelaku usaha mikro rotan yang ada di kota Medan, antara lain, 1)

sumber daya manusia, 2) modal, 3) pemasaran produk, dan 4) Dukungan dari pemerintah

daerah.

Keempat faktor tersebut merupakan bagian dari persaingan usaha yang cenderung

dihadapi dalam kegiatan usaha mikro rotan yaitu laba usaha dan kemajuan di bidang usaha

mikro rotan. Namun demikian, tidak semua usaha mikro rotan di kota Medan dapat

mengikuti perubahan yang terjadi terhadap daya saing usaha. Ada sebagian yang mampu

mengikuti perubahan tersebut dan mencari solusi yang tepat sasaran sehingga UMKM dapat

bertahan dan bersaing secara sehat, akan tetapi ada sebagian lagi UMKM tidak mampu

mengikut perubahan dan tidak mencari solusi untuk mengatasi daya saing tersebut sehingga

cukup banyak usaha mikro yang bangkrut ataupun beralih pada bidang usaha lainnya. Oleh

(5)

diperhatikan dan diantisipasi secara optimal agar kegiatan usaha di UMKM tetap stabil dan

berjalan lancar baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Koperasi Industri dan Kerajinan (Kopinkra) Rotan Medan Koperasi berdiri pada tahun 1970

dan beralamat di Jl. Titipapan Gg. Pertama No. 15 K Medan. Koperasi ini pada awalnya

memiliki 50 anggota, tetapi seiring berjalannya waktu, anggota koperasi yang masih aktif

berjumlah 30 anggota.

Sebagian besar pelaku usaha rotan sudah menganggap dirinya adalah seorang

wirausaha dengan alasan telah membuka usaha sendiri kemudian memasarkan barang sendiri

serta pengrajin rotan juga. Sebagian kecil mengaku belum dapat disebut sebagai seorang

wirausaha karena belum mandiri dan tidak mempunyai sistem keuangan yang pada dasarnya

mengakui belum mampu membuat laporan keuangan sehingga keuangan penjualan tercampur

dengan keuangan pribadi. Para pelaku usaha rotan ini mengakui dari segi Sumber Daya

Manusia (SDM) mereka sudah sangat berkualitas dan kreatif dengan kemampuan

masing-masing. Mereka mampu menciptakan produk rotan yang dapat bersaing dengan pesaingnya.

Hanya saja mereka belum ahli untuk menggunakan internet untuk melihat contoh desain

produk rotan yang terbaru, dikarenakan keterbatasan biaya dan kemampuan sehingga hal ini

juga berdampak pada keterbatasan dalam pemasaran.

Modal pelaku usaha rotan sangat terbatas. Hal inilah yang menyebabkan rotan dibuat

hanya berdasarkan pesanan. Mereka mengakui tidak berani untuk meminjam uang dari bank

manapun dikarenakan takut untuk resiko kedepannya tidak bisa untuk melunasi hutang

mereka karena mengingat perputaran siklus keuangan mereka yang macet dan untuk

mendapatkan bahan baku yang berkualitas dengan harga bersaing sangat tidak mudah.

Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, para pelaku usaha rotan sangat berjaya.

(6)

diminta untuk membuat sebanyak- banyaknya hasil rotan untuk kemudian dibeli oleh

presiden Soeharto untuk di pasarkan di luar negeri. Tetapi, sayangnya kejayaan mereka

berganti pada zaman presiden Megawati Soekarno Putri dengan larangan tidak adanya untuk

angkutan barang sehingga membuat usaha rotan ini mengalami kemunduran yang sangat

pesat. Di susul dengan kejadian bom bali 1 yang membuat para pembeli luar

negeri/wisatawan lari dari indonesia dan memutuskan hubungan karena ketidakpercayaan

sehingga banyak dari pengrajin rotan yang mengalami gulung tikar dan beralih profesi.

Menurut pelaku usaha rotan, masalah terbesar yang dihadapi pelaku usaha rotan saat

ini ialah pemasaran. Di satu sisi mereka mengakui mampu menghasilkan produk yang

berkualitas, namun dengan keadaaan sekarang ini sangat susah menyesuaikan permintaan

konsumen yang hanya ingin murah tapi berkualitas sehingga untuk menetapkan harga yang

bersaing dengan pesaing lain pun sangat susah. Mereka ingin adanya kerja sama dari

pemerintah seperti diikutsertakan dalam pameran - pameran dan acara - acara kebudayaan

ataupun lainnya, pemasangan reklame/iklan, serta jaringan kerja sama dengan luar negeri.

Karena pada umumnya para pengrajin rotan tidak memiliki stock, sehingga untuk mengikuti

pameran harus mengambil barang dari koperasi dengan pembayaran tunai.

Dukungan dari pemerintah daerah juga sangat diharapkan pengrajin rotan tersebut.

Selain dari bantuan biaya modal, fasilitas pelayanan umum, serta bantuan tempat

usaha,pengrajin rotan juga menginginkan bantuan pemerintah dalam pemenuhan bahan

bakunya yaitu rotan. Kendalanya adalah rotan hanya di panen tahunan. Hal ini

mengakibatkan bahan baku rotan mahal sehingga membuat harga hasil rotan juga mahal

harganya. Ini membuat pelaku usaha rotan dalam negeri kalah bersaing dengan cina yang

dapat menjual dengan harga rendah. Selain itu juga pengrajin rotan sangat keberatan dengan

tinggi nya pajak yang dibebankan kepada mereka, meskipun pemerintah telah mempermudah

(7)

keuntungan dari mereka karena jika telah mengurus surat izin usaha maka otomatis harus

membayar pajak. Maka dari itu yang mereka inginkan bukan hanya mempermudah surat izin

usaha saja tetapi juga menginginkan dibebaskan pajak.

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang penelitian di atas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul: “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN DAYA SAING USAHA PELAKU USAHA MIKRO ROTAN DI KOTA MEDAN”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi

permasalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakahsumber daya manusiaberpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

peningkatan daya saing usaha pelaku usaha mikro rotan di kota Medan?

2. Apakah modal berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap peningkatan daya

saing usahapelaku usaha mikro rotan di kota Medan?

3. Apakah pemasaran produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

peningkatan daya saing usaha pelaku usaha mikro rotan di kota Medan?

4. Apakah dukungan pemerintah daerah berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

daya saing usaha pelaku usaha mikro rotan di kota medan?

(8)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dilakukan, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh sumber daya manusia terhadap

peningkatan daya saing usaha pelaku usaha mikro rotan di kota Medan.

2. Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh modal terhadap peningkatan daya

saing usaha pelaku usaha mikro rotan di Medan.

3. Untuk mengetahui pengaruh yangdiberikan oleh pemasaran produk terhadap peningkatan

daya saing usahapelaku usaha mikro rotan di kota Medan.

4. Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan oleh dukungan pemerintah daerah terhadap

peningkatan daya saing usaha pelaku usaha mikro rotan di kota Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Diharapkan penellitian ini memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi usaha mikro rotan, sebagai masukan agar dapat meningkatkan daya saing usaha

mikro rotan sehingga siap dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin ketat dan

kompetitif.

2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian lain yang melakukan

penulisan sejenis.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam meningkatkan daya saing

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik lndonesia Nomor 59 Tahun 2012 tentang Badan Akeditasi Nasional, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.. (BAN-PT)

Di samping itu, penulis membahas mengenai Printer Sharing tersebut, bertujuan agar kita dapat mengetahui bagaimana proses cara kerja pada suatu data ke

Perangkat Daerah dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penetapan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan Daerah Di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Menteri Dalam

Oleh karena pesan-pesan teks yang dikirim pengguna terkadang merupakan pesan yang rahasia dan pribadi, sehingga kerahasiaan pesan menjadi sangat penting untuk dijaga dari

Di mana perancangan situs ini sangat membantu para pelajar dalam proses belajar dan menjadi lebih menyenangkan dari pada di sekolah pada umumnya. Selain itu, secara psikologis

Kondisi geograis tersebut di atas tentu berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi), transportasi dan komunikasi. Wilayah Indonesia yang

Perkembangan Teknologi internet berperan penting dalam dunia informasi, berbagai kegiatan bisnis yang bersifat online (e-commerce), serta berbagai aktivitas lain yang

Berdasarkan temuan data lapangan pada dasarnya saat peneliti bertanya kepada Mika dan Mirna, mereka menjawab bahwa mereka menanggapi label yang diberikan kepada