• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Serbuk Libob (Lithium Bis(Oxalato) Borate ) Sebagai Elektrolit Baterai Lithium Dengan Variasi Temperature Pemanasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan Serbuk Libob (Lithium Bis(Oxalato) Borate ) Sebagai Elektrolit Baterai Lithium Dengan Variasi Temperature Pemanasan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Baterai Lithium

Baterai lithium secara teori adalah baterai yang digerakkan oleh ion

lithium. Dalam kondisi discharge dan recharge baterai lithium bekerja menurut

fenomena interkalasi, dimana ion lithium melakukan migrasi dari katoda lewat

elektrolit ke anoda atau sebaliknya tanpa terjadi perubahan struktur kristal dari

bahan katoda dan anoda. Proses perpindahan ion lithium dari katoda ke anoda

dapat dilihat di Gambar 2.1.

Gambar 2.1.Perpindahan ion lithium dari katoda ke anoda [46].

Interkalasi merupakan proses pelepasan ion lithium dari tempatnya di struktur

kristal suatu bahan elektroda dan pemasukan ion lithium pada tempat di struktur

kirstal bahan elektroda yang lain. Proses terjadinya interkalasi dapat digambarkan

(2)

Gambar 2.2.Proses interkalasi dalam beberapa fase.

Sehingga keunggulan bahan anoda dan katoda terletak pada stabilitas Kristal

dalam proses interkalasi. Sehingga bahan elektroda harus mempunyai tempat bagi

perpindahan ion lithium yang sering disebut host.Oleh karena itu bahan elektroda

harus mempunyai struktur host.Pada umumnya bahan mempunyai tiga kategori/

model dalam melakukan interkalasi yang bergantung pada bentuk host

strukturnya, yaitu interkalasi dalam satu dimensi, dua dimensi dan tiga dimensi,

seperti tergambar di Gambar 2.3.

Gambar 2.3.Tiga model host dari bahan katoda dan anoda

Sel baterai lithium yang dibuat dalam rangkaian penelitian ini telah memilih

menggunakan lithium mangan oxide sebagai katoda dan grafit sebagai anoda,

sedang lithium titanium alumunium posfat (LTAP) sebagai elektrolitnya. Lithium

mangan oxide mempunyai host interkalasi dalam tiga dimensi. Grafit mempunyai

host interkalasi satu dimensi.

(3)

2.2. Bahan Elektroda

2.2.1. Lithium Mangan Oksida

Kebanyakan baterai lithium yang sudah diproduksi di pasaran masih

banyak menggunakan LiCoO2 dan LiNiO2 sebagai katodanya.Namun bahan

Cobalt dan Nikel cukup mahal. Dalam pencarian baterai lithium yang murah,

bahan katoda yang murah dari segi bahan dasar dan proses pembuatan menjadi

salah satu penyelesaiannya. LixMn2O4 yang juga dikenal sebagai bahan katoda

akan menjadi alternatif jawaban. LixMn2O4 mempunyai keunggulan lain dengan

struktur spinel yang cukup stabil dalam proses interkalasi. Sebagaimana diketahui

bahwa LixMn2O4 mempunyai struktur spinel yang tergambar di Gambar 2.4.

Gambar 2.4skematis struktur spinel Lix Mn2O4

Bahan berstruktur spinel mempunyai komposisi pada umumnya sebagai berikut:

Me(II)Me(III)2O4

Dalam struktur spinel normal susunan atom oksigen membentuk kubus

dengan susunan rapat. Seperdelapan dari tempat tetrahedaral terbentuk dalam

lapisan susunan rapat dari ion O2- diisi oleh ion metal bervalensi 2 dan

setengahdari octahedral diisi oleh metal ion bervalensi 3. Sedang di dalam bahan

LixMn2O4 tempat ion metal bervalensi 2 diduduki oleh ion lithium bervalensi 1

dantempat ion metal bervalensi 3 diduduki oleh ion mangan dengan dua

macamvalensi, yaitu 3+ dan 4+. Rumus komposisi spinel Lix Mn2O4 adalah :

Lix[Mn3+]x[Mn4+]2-xO4

Susunan atom oksigen dan octahedral mangaan membentuk sebuah

spinelframework dalam spinel Lix Mn2O4, seperti terlihat di gambar 1b. Hal

inimembuat gerak ion lithium dalam proses interkalasi menjadi bebas dalam

tigademensi. Dan framework ini cukup stabil ketika ion lithium

(4)

2.2.2. Grafit

Anoda yang dipilih dalam percobaan ini adalah grafit.Dengan Kristal

strukturnya yang hexagonal.Grafit mempunyai kemampuan yang cukup tinggi

dalam perannya sebagai anoda dan lebih baik dibandingkan dengan logam

lithium.Selain itu grafit merupakan bahan alam yang cukup murah.

2.3 Elekktrolit

Elektrolit merupakan perangkat elektrokimia yang sangat penting dalam

sautu baterai.Elektrolit merupakan material yang bersifat penghantar ionik.Fungsi

elektrolit ialah sebagai media untuk mentransfer ion antara elektroda.Ada

beragam jenis elektrolit seperti cair, padat, polimer dan komposit

elektrolit.Elektrolit yang banyak digunakan pada baterai lithium adalah elektrolit

cair yang terdiri dari garam lithium yang dilarutkan dalam pelarut berair.Hal yang

paling penting dalam suatu elektrolit adalah interaksi antara elektrolit dan

elektroda pada baterai. Hubungan dua bahan ini akan mempengaruhi kinerja

baterai secara signifikan.(Fadhel,A. 2009)

Berdasarkan daya hantar listriknya elektrolit dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Elektrolit kuat

Elektrolit kuat adalah elektrolit yang dapat menghantarkan larutan dengan

daya hantar listrik yang baik. Senyawa NaCl, HCl, dan H2SO4dapat terurai

sempurna dalam pelarut air dapat membentuk banyak ion.

2. Elektrolit Lemah

Elektrolit Lemah adalah elektrolit yang dapat menghasilkan larutan dengan

daya hantar listrik yang buruk.Senyawa CH3COOH dan NH3akan terurai

sebagian kecil dalam pelarut air membentuk sedikit ion secara

kuantitatif.(Fadhel,A. 2009)

Tujuan pemberian elektrolit pada baterai adalah mampu mencerminkan

tujuan dari baterai itu sendiri.Elektrolit menjalankan perannya sebagai kunci

penentu karakteristik suatu baterai.Untuk mencapai level energy tinggi maka

dibutuhkan elektrolit untuk membutuhkan elektrolit untuk memberikan

(5)

meningkatkan total area permukaan elektroda ini secara langsung mengurangi

kembali meningkatkan material inert untuk menutupi sel fisik yang besar.

Selanjutnya energi spesifik sel dan densitas energy turun secara cepat.(Heitner,K.

2000)

Lithium ion baterai umumnya beroperasi pada tegangan tinggi (~4.2 V),

yang membutuhkan pelarut organik yang stabil terhadap oksida. Ada syarat-syarat

yang harus dipenuhi suatu elektrolit yaitu :

1. Konduktansi ion yang tinggi dan insulator elektronik untuk meminimalisir

resistansi sel serta mencapai tingkat kapabilitas yang baik dan menjaga proses

pemakaian minimum.

2. Memiliki stabilitas panas dan kimia yang tinggi.

3. Memiliki rentang batas tegangan dekomposisi dengan oksidatif dan reduksi

dari elektrolitnya.

4. Reaktivitas rendah terhadap komponen lain dalam baterai seperti elektroda,

pengumpul arus dan separator.

5. Bukan bahan beracun dan aman.

6. Titik leleh (Tm) rendah, sehingga mempunyai konduktivitas pada saat

temperature rendah.

7. Titik didih (Tb) tinggi, untuk mencegah terjadi kenaikan tekanan sehingga

tidak terjadi ledakan.

8. Biayanya rendah

Elektrolit pelarut yang ideal harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

1. Konstanta dielektrik tinggi

2. Viskositas rendah

3. Pelarut harus tetap inert untuk semua komponen sel.

4. Titik leleh rendah (Tm)

5. Titik didih tinggi (Tb)

6. Aman, tidak beracun dan ekonomis

(6)

Sifat yang paling penting pada pelarut elektrolit untuk konduktansi ionic

adalah viskositas dan dielektrik yang konstan.Pelarut organik telah banyak diteliti

dan mayoritas dapat diklasifikasikan sebagai karbonat alkil, ester dan

eter.(Fadhel,A. 2009)

2.4. Bahan Elektrolit

2.4.1. Bahan Elektrolit Cair Dan Padat

Elektrolit memegang peranan yang penting dalam mendesain sel

baterai.Elektrolit merupakan suatu material yang bersifat penghantar ionik, baik

dalam bentuk cair ataupun padat.Kebanyakan baterai menggunakan elektrolit cair

namun ada juga yang menggunakan elektrolit padat.Elektrolit padat menunjukkan

kestabilan pada suhu tinggi, self-discharge rendah dan memiliki resistansi listrik

yang baik. Tabel II.1. menunjukkan perbandingan elektrolit cair dan elektrolit

padat.

Elektrolit padat memiliki beberapa kelemahan diantaranya aliran arus

rendah (dalam skala mikroampere), kemampuannya menurun pada temperature

rendah dan sangat rentan terhadap hubungan singkat yang dapat menyebabkan

hilangnya energi.

Tabel II.1. Perbandingan elektrolit cair dan elektrolit padat. Sifat Elektrolit Cair Elektrolit Padat

Material Konduktor garam:

LiClO4, LiCF3SO3.

Larutan: PC, EC,

Pengurang Viskositas :

DME, DMC, DEC

LiTaO3, SrTiO3, Li2O,

Li1,3Al0,3Ti1,7(PO4)3,

LiTi2(PO4)3, Li4SiO4,

Li3PO4, LiCl, LiBr, LiI

Mekanisme Konduksi ion Ion Li+dalam larutan

organic

Cacat transport pada kisi

zat padat,

Konduktifitas ionik 10-2 .... 10-3 S/cm 10-9 .... 10-9 S/cm

Kebocoran elektronik Tergantung pada

impuritas

dan disosiasi kimia

(7)

Pembuatan Mahal, larutan beracun,

rentan meledak,

Baik, tidak mengandung

racun, Sputtering untuk film

tipis, Keramik sintering, atau

pasta untuk aplikasi lain.

Sumber : Physics and Chemistry of Lithium-Ion-type-Accumulators.

Namun dalam memahami proses interkalasi fungsi elektrolit cair perlu

dimengerti. Proses interkalasi berjalan dengan lancar, jika bahan elektroda

bersentuhan langsung dengan bahan elektrolit.

Bahan elektrolit cair dapat menembus celah – celah atau pori – pori dari

bahan elektroda, baik anoda maupun katoda. Karena elektrolit berupa larutan,

maka elektrolit sangat mudah mencapai permukaan serbuk elektroda.Pada

penerapan elektrolit padat persyaratan tersebut harus tetap dipenuhi, dimana

pertemuan permukaan serbuk elektroda dan elektrolit harus terjadi.Oleh karena itu

komponen elektroda dibuat dengan komposisi beberapa persen merupakan

pencampuran dari bahan elektrolit padat atau garam lithium.Sehingga reaksi

redoks dapat berlangsung tepat di permukaan serbuk elektroda.

2.4.2. Separator Berpori

Penerapan elektrolit padat pada baterai lithium dipengaruhi oleh kehadiran

pori di lembaran elektrolit tersebut. Bahan elektrolit seharusnya tidak mempunyai

pori pada aplikasi di dalam sel baterai atau aplikasi lainnya. Oleh karena itu

elektrolit tanpa pori harus dapat dibuat untuk memenuhi syarat tersebut.

Elektrolit yang dibuat merupakan bahan keramik berupa komposit dari

bahan gelas soda lime silica dan LTAP. Bahan keramik selalu mempunyai pori

pada hasil akhir dari proses pembuatannya. Kehadiran pori pada lembaran

elektrolit dapat dipastikan muncul dan tidak dapat dihindari. Kondisi ini dapat

diambil contoh penerapan elektrolit cair pada baterai lithium dengan separator

porous atau polimer pemisah antara bahan katoda dan anoda, sebagaimana desain

(8)

Gambar 2.5.konstruksi baterai telepon selulair dengan elektrolit cair. Separator berpori dapat dilewati oleh elektrolit cair dengan mudah melalui

pori – porinya. Sehingga separator ini yang sebelumnya hanya berfungsi sebagai

pembatas antara anoda dan katoda, dapat juga berfungsi sebagai elektrolit dengan

pori – porinya terisi oleh elektrolit cair. Ion Li dapat dengan mudah mencapai

anoda ataupun katoda, sebagaimana diilustrasikan di Gambar 2.5.(P.Bambang,

2008)

2.5 LiBOB

LiBOB adalah garam baru yang ditemukan oleh lischka et al 57 di Jerman

Dan Angell et al 58 di Amerika Serikat.Berat LiBOB 194 g/mol. LiBOB

merupakan campuran garam berbasis.Stabilitas termal garam ini dalam kisaran

suhu 40-3500C elektrolit yang diteliti sebagai calon potensial untuk

daya/penyimpanan tinggi baterai litium ion terutama bermanfaat untuk aplikasi

(9)

LiBOB Gambar 2.6 struktur LiBOB

Struktur LiBOB berisi empat oksigen karbonil dan empat oksigen

eter.Hanya ada muatan negatif tunggal yang didistribusikan diantara atom-atom

sehingga ikatan koordinasinya rendah.Akibatnya, disosiasi LiBOB tinggi dan

diharapkan dapat memberikan konduktivitas ionik yang baik.(Z.H. Chen, 2006)

Selama sepuluh tahun terakhir sejumlah jurnal dan makalah muncul di

literatur menunjukan kinerja yang baik dari grafit anoda dan katoda logam transisi

dalam larutan yang mengandung LiBOB dibandingkan dengan LiPF6.Hal ini

menunjukan stabilitas termal larutan elektrolit untuk baterai ion berdasarkan

LiBOB jauh lebih tinggi dari pada yang didasarkan pada garam Li lainnya

(misalnya LiPF6, LiBFF4).(S.S.Zhang, 2002)

Garam LiBOB memiliki banyak keunggulan seperti stabilitas termal yang

tinggi (sampai 3200C).Hampir semua studi dilakukan dengan LiBOB selama

enam tahun terakhir menggunakan pelarut terutama karbonat.Selain keunggulan

LiBOB juga memiliki kelemahan yaitu bila digunakan dengan karbonat

linier.Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja, meningkatkan keselamatan dan

menurunkan biaya litium ion. Katoda setengah sel yang menggunakan elektrolit

LiBOB berbasis memberikan kinerja yang baik, dan dalam kasus LiMn2O4

setengah sel. Diharapkan LiMn2O4 katoda akan menurunkan biaya baterai

lithium-ion berdasarkan biaya material. Kinerja LiFePO4 dan LiCO2 sel setengah

menggunakan gel elektrolit sebanding dengan setengah sel dengan menggunakan

(10)

menggunakan gel elektrolit, yang harus menurunkan biaya baterai

lithium-ion.(Science Direct)

2.6 X-Ray Difraction (XRD)

Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tahun

1895, di Universitas Wurtzburg Jerman. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu

maka disebut sinar X. Untuk penemuan ini Rontgen mendapat hadiah nobel pada

tahun 1901, yang merupakan hadiah nobel pertama dibidang fisika. Sejak

ditemukannya, sinar-X telah umum digunakan untuk tujuan pemeriksaan tidak

merusak pada material maupun manusia. Disamping itu, sinar-X dapat juga

digunakan untuk menghasilkan pola difraksi tertentu yang dapat digunakan dalam

analisis kualitatif dan kuantitatif material, pengujian dengan menggunakan

sinar-X disebut dengan pengujian sinar-XRD (X-Ray Diffraction)

XRD digunakan untuk analisis komposisi fasa atau senyawa pada material

dan juga karakterisasi kristal. Prinsip kerja XRD adalah mendifraksi cahaya oleh

kisi-kisi atau kristal ini dapat terjadi apabila difraksi tersebut berasal dari radius

yang memiliki panjang gelombang yang setara dengan jarak antar atom yaitu

sekitar 1 Angstrom. Radiasi yang digunakan berupa radiasi sinar-X elektron dan

neutron.

Sinar-X merupakan foton dengan energi tinggi yang memiliki panjang

gelombang berkisar antara 0,5 sampai 2,5 Angstrom. Ketika berkas sinar-X

berinteraksi dengan suatu material, maka sebagian berkas akan diabsorbsi,

ditransmisikan dan sebagian lagi dihamburkan terdifraksi. Hamburan yang

terdifraksi inilah yang terdeteksi oleh XRD.

Pada awalnya teori mengenai sinar-X dari sistem kristal telah

dikembangkan dengan persamaan Laue. Kemudian Bragg mengembangkannya

lebih lanjut dengan menggunakan model kristal semi transparan yang terdiridari

beberapa lapisan atau bidang. Pada penelitiannya, sebagian sinar-X yang

diarahkan dalam suatu bidang akan direfleksikan dengan suatu sudut refleksi sama

dengan sudut sinar datang terhadap sudut sinar datang tersebut. Sebagian lagi

akan diteruskan kesisi dan kemudian direfleksikan oleh bidang bagian lebih dan

(11)

XRD merupakan teknik analisis non-destruktif untuk mengidentifikasikan

dan menentukan secara kuantitatif tentang bentuk-bentuk berbagai Kristal, yang

disebut dengan fase.Identifikasi diperoleh dengan membandingkan pola difraksi

dengan sinar-X. XRD dapat digunakan untuk menentukan fase apa yang ada

dalam bahan dan konsentrasi bahan-bahan penyusunnya. XRD juga dapat

mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan Kristal.XRD juga dapat

mengidentifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat(M.Hilmy,

2008).

Prinsip Kerja XRD

Dasar dari prinsip pendifraksian sinar yaitu difraksi sinar-X terjadi pada hamburan

elastic foton-foton sinar-X oleh atom dalam sebuah kisi periodik. Hamburan

monokromatis sinar-X dalam fasa tersebut memberikan interferensi yang

konstruktif. Dasar dari penggunaan difraksi sinar-X untuk mempelajari kisi

Kristal adalah berdasarkan persamaan Bragg :

n.λ = 2.d.sin θ ; n = 1,2,3,4…... (2.1) prinsip-prinsip dari difraksi adalah hasil dari pantulan elastik yang terjadi ketika

sebuah sinar berbenturan dengan sasaran serta pantulan sinar yang bersifat elastic.

Fenomena dapat dijelaskan dengan Hukum Bragg.Sinar-X dalam

pembangkitannya dideskripsikan oleh gambar dibawah ini dan didalam sinar-X

terdapat dua jenis radiai yaitu sinar-X kontinyu dan karakteristik. Untuk alat XRD

terdapat filter guna menyaring sinar-X kontinyu dan hanya meneruskan sinar-X

karakteristik.

Prinsip dari alat XRD (X-Ray powder diffraction) adalah sinar-X yang

dihasilkan dari suatu logam tertentu memiliki panjang gelombang tertentu,

sehingga dengan memvariasi besar sudut pantulan sehingga terjadi pantulan

elastik yang dapat dideteksi.Maka menurut Hukum Bragg jarak antar bidang

atomdapat dihitung dengan data difraksi yang dihasilkan pada besar sudut –sudut

(12)

Gambar 2.7 Mekanisme Xray Diffraction

Seberkas sinar-X dengan panjang gelombang λ (cahaya monokromatik )

jatuh pada struktur geometris atom atau molekul dari sebuah Kristal pada sudut datang θ. Jika beda lintasan antara sinar yang dipantulkan dari bidang yang berturut-turut sebanding dengan n panjang gelombang, maka sinar tersebut

mengalami difraksi. Peristiwa difraksi mungkin terjadi karena jarak antaratom

dalam Kristal dan molekul berkisar antara 0,15 hingga 0,4 nm, yang bersesuaian

dengan spektrum gelombang elektromagnet pada kisaran panjang gelombang

sinar-X dengan energy foton antara 3 hingga 8 keV. Sesuai dengan hukum Bragg, dengan memvariasikan sudut θ diperoleh lebar antar celah yang berada dalam bahan polikristalin.Kemudian, posisi sudut dan intensitas puncak hasildifraksi

digrafikkan dan diperoleh pola yang merupakan karakteristik sampel. Setiap

Kristal memiliki pola XRD yang berbeda satu sama lain yang bergantung pada

struktur internal bahan. Pola XRD ini merupakan karakteristik dari

masing-masing bahan sehingga disebut sebagai ‘fingerprint’ dari suatu material atau

bahan Kristal. (M.Hilmy, 2008)

2.7 Charging Discharging

Kemampuan kapasitas energi yang tersimpan dalam baterai lithium

tergantung pada berapa banyak ion lithium yang dapat disimpan dalam struktur

(13)

charging dan discharging, karena jumlah arus elektron yang etrsimpan dan

tersalurkan sebanding dengan jumlah ion lithium yang bergerak.

Pada proses charging, material katoda akan terionisasi, menghasilkan ion

lithium bermuatan positif dan bermigrasi ke dalam elektrolit menuju komponen

anoda, sementara elektron yang diberikan akan dilepaskan bergerak melalui

rangkaian luar menuju anoda. Ion lithium ini akan masuk kedalam anoda melalui

mekanisme interkalasi seperti terlihat yang terlihat pada Gambar 2.8

saatdischargingakan terjadi aliran ion dan elektron dengan arah kebalikan dari

proses charging.

Gambar 2.8 Struktur dan prinsip kerja.

Suatu material elektrokimia dapat berfungsi baik sebagai elektroda anoda

maupun katoda bergantung pada pemilihan material (material selection) yang

akan menentukan karakteristik perbedaan nilai tegangan kerja (working voltage)

dari kedua material yang dipilih. Potensial tegangan yang terbentuk antara

elektroda anoda dan katoda bergantung dari reaksi kimia reduksi-oksidasi dari

bahan elektroda yang dipilih.

2.8. FTIR (Fourier Transform Infrared)

Spektroskopi FTIR (FourierTransform Infrared) merupakanspektroskopi

inframerah yang dilengkapidengan transformasi Fourier untuk deteksidan analisis

hasil spektrumnya.Intispektroskopi FTIR adalah interferometerMichelson yaitu

alat untuk menganalisisfrekuensi dalam sinyal gabungan.Spektrum inframerah

tersebutdihasilkan dari pentrasmisian cahaya yangmelewati sampel, pengukuran

(14)

sampel sebagai fungsi panjang gelombang.Spektrum inframerah yang diperoleh

kemudian diplot sebagai intensitas fungsi energi, panjang.gelombang (µm) atau

bilangan gelombang (cm-1).

Pengujian FTIR memiliki 3 fungsi yaitu (i) untuk mengidentifikasi

material yang belum diketahui (ii) untuk menentukan kualitas atau konsistensi

sampel, dan (iii) untuk menentukan intensitas suatu komponen suatu komponen

dalam suatu campuran. FTIR merupakan pengujian kuantitatif untuk sebuah

sampel.Ukuran puncak (peak) data FTIR menggambarkan jumlah atau intensitas

senyawa yang terdapat didalam sampel.FTIR menghasilkan data berupa grafik

intensitas dan frekuensi .intensitas menunjukan tingkatan jumlah senyawa

sedangkan frekuensi menunjukkan jenis senyawa yang terdapat dalam sebuah

sampel.(Y.Yuanyuan, 2010)

Atom-atom dalam suatu molekul tidak diam melainkan bervibrasi. Bila

radiasi infra merah yang kisaran energinya sesuai dengan frekuensi vibrasi

rentangan (stretching) dan vibrasi bengkokan (bending) dari ikatan kovalen dalam

kebanyakan molekul dilewatkan dalam suatu cuplikan, maka molekul-molekul

akan menyerap energi tersebut dan terjadi transisi diantara tingkat energi vibrasi

dasar dan tingkat vibrasi tereksitasi.Hanya ikatan yang mempunyai momen dipol

dapat menyerap radiasi infra merah.Umumnya daerah radasi infra merah (IR)

terbagi dalam daerah IR dekat (14290-4000 cm-1), IR jauh (700-299 cm-1) dan IR

tengah (4000-666 cm-1).Daerah yang paling banyak digunakan untuk keperluan

Gambar

Gambar 2.1.Perpindahan ion lithium dari katoda ke anoda [46].
Gambar 2.2.Proses interkalasi dalam beberapa fase.
Gambar 2.4skematis struktur spinel Lix Mn2O4
Tabel II.1. Perbandingan elektrolit cair dan elektrolit padat.
+5

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian pembuatan anoda baterai ion lithium dengan menggunakan material aktif Mesocarbon Microbead (MCMB) dengan memvariasikan persentase berat pelarut

PEMBUATAN BATERAI LITHIUM MEGGUNAKAN BAHAN AKTIF NATURAL GRAPHITE (NG) SEBAGAI ANODA DENGAN VARIASI PERSENTASE BERAT PELARUT N,N.. DIMETHYL ACETAMIDE

Dibutuhkan jenis baterai yang dapat digunakan sebagai sumber energi dan2. ramah lingkungan , untuk itu baterai yang memungkinkan yaitu jenis

Kemampuan kapasitas energi yang tersimpan dalam baterai lithiuam tergantung pada beberapa banyak ion lithium yang dapat disimpan dalam struktur bahan elektrodanya

Pengaruh Silika Terhadap Membran Blend Kitosan- Polivinil Alkohol-Litium Sebagai Membran Elektrolit Baterai Ion Lithium Effect of Silica To The Blend Membrane of Chitosan-Polyvinyl