TINJAUAN PUSTAKA
Papan Partikel
Sorghum (Shorgum bicolour) merupakan salah satu sumber daya alam
yang penting untuk keperluan pangan, pakan, energy, dan industri. Kelebihan dari tanaman sorghum adalah mempunyai adaptasi yang tinggi dan dapat tumbuh pada lahan kering, lahan yang subur, dan tidak terdapat banyak air. Selain itu, tanaman
sorghum juga tidak memerlukan pengolahan tanah secara intensif karena sorghum
toleran terhadap genangan air, salinitas, dan kekeringan (Irawan dan Sutrisno, 2011; Supriyanto 2010).
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panil
kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat menggunakan perekat sintesis atau bahan pengikat lain dan dikempa
panas (Maloney 1993). Sifat bahan baku kayu sangat berpengaruh terhadap sifat papan partikelnya. Sifat kayu tersebut antara lain jenis dan kerapatan kayu, penggunaan kulit kayu, bentuk dan ukuran bahan baku, tipe, ukuran, geometri
partikel kayu, kadar air kayu, dan kandungan ekstraktifnya (Haygreen dan Bowyer, 1996)
Menurut Haygreen dan Bowyer (1996), tipe-tipe utama partikel yang digunakan
untuk papan partikel adalah:
2. Flake; partikel kecil dengan dimensi yang telah ditentukan sebelumnya yang dihasilkan pada peralatan yang telah dikhususkan. Seragam dalam ketebalan,
dengan orientasi serat sejajar permukaan.
3. Wafer; bentuknya mirip dengan flake tetapi lebih besar. Biasanya tebal lebih dari 0,02 inchi (0,5 mm) dan panjangnya lebih dari 1 inchi (2,54 cm), beberapa
bagian ujungnya meruncing.
4. Chip; sekeping kayu yang dipotong dari suatu blok dengan pisau yang besar
seperti dengan mesin pembuat tatal kayu pulp.
5. Sawdust; serbuk yang dihasilkan dari pemotongan oleh gergaji 6. Strand; pasahan panjang tetapi pipih dengan permukaan yang sejajar.
7. Sliver; hampir persegi pada potongan melintangnya, dengan panjang minimal 4 kali ketebalannya
8. Wood wool (excelsior); sliver yang panjang, berombak dan ramping.
Maloney (1993) menyatakan papan partikel mempunyai kelebihan dibandingkan kayu asalnya, antara lain (1). papan partikel bebas mata kayu, pecah
dan retak, (2) ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, (3) tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan, (4) mempunyai sifat isotropis, dan (5) sifat dan kualitasnya dapat diatur.
Menurut Japanese Industrial Standard (2003) papan partikel diklasifikasikan berdasarkan variabel–variabel tertentu seperti kondisi permukaan,
Sifat papan partikel menurut Haygreen dan Bowyer (1996) meliputi : a. Kerapatan adalah suatu ukuran kekompakan suatu partikel dalam lembaran.
Nilainya sangat tergantung pada kerapatan kayu asal yang digunakan dan besarnya tekanan kempa yang diberikan selama proses pembuatan lembaran. Makin tinggi kerapatan papan pertikel yang akan dibuat akan semakin besar
tekanan yang digunakan pada saat pengempaan (Haygreen dan Bowyer 1996). b. Kadar air papan partikel
Kadar air papan partikel tergantung pada kondisi udara disekelilingnya, karena papan partikel ini terdiri atas bahan-bahan yang mengandung lignoselulosa sehingga bersifat higroskopis. Kadar air papan partikel akan semakin rendah
dengan semakin banyaknya perekat yang digunakan, karena kontak antara partikel akan semakin rapat sehingga air akan sulit untuk masuk diantara
partikel kayu (Widarmana, 1997). Sutigno (1994) menyatakan bahwa kadar air papan partikel ditetapkan dengan cara yang sama pada semua standar, yaitu metode oven (metode pengurangan berat). Walaupun persyaratan kadar air
tidak selalu sama pada setiap standar, perbedaannya tidak besar (kurang dari 5%).
c. Penyerapan air
Papan partikel sangat mudah menyerap air pada arah tebal terutama dalam
keadaan basah dan suhu udara lembab (Widarmana 1997). Johnson dan Halligan (1987) dalam Djalal (1991) menyebutkan bahwa disamping desorpsi bahan baku dan ketahanan perekat terhadap air, faktor yang mempengaruhi
menghubungkan ruang satu dengan ruang kosong yang lain, (3). Luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi oleh perekat dan (4). Dalamnya
penetrasi perekat terhadap partikel. d. Pengembangan tebal
Salah satu kelemahan papan partikel adalah besarnya tingkat pengembangan
dimensi tebal. Kelemahan ini dapat diperkecil dengan penambahan wax ke dalam adonan sebesar 0,25%-1% berdasarkan berat kering partikel.
Penambahan wax sebesar 1 % atau lebih akan mempengaruhi sifat kekuatan produk yang dihasilkan (Maloney 1993). Halligan (1970) dalam Rosid (1995), menyebutkan faktor terpenting yang mempengaruhi pengembangan tebal papan
partikel adalah kerapatan kayu pembentuknya. Papan partikel yang dibuat dari kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar
pada saat pembebanan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi pembebasan tekanan yang lebih besar yang mengakibatkan pengembangan tebal menjadi lebih tinggi.
Stabilitas Dimensi
Pemanfaatan kayu dalam kehidupan manusia dewasa ini semakin maju
seiring dengan kemajuan teknologi di bidang pengolahan kayu. Pemanfaatan kayu
sekarang ini bukan hanya dalam bentuk kayu utuh saja tetapi juga dalam berbagai
bentuk turunan kayu yang kadang-kadang tidak dapat digantikan dengan bentuk lain. Untuk memaksimalkan pemanfaatan kayu utuh, perlu diketahui beberapa kelemahan kayu agar dapat diminimalisir. Salah satu kelemahan kayu yang sangat
Kayu merupakan bahan higroskopis yang sangat mudah menyerap dan mengeluarkan air. Kondisi ini dapat diatasi dengan menambahkan bahan yang
dapat mengurangi sifat higroskopis kayu, antara lain parafin cair yang diharapkan menjadi “bulking agent” atau penghalang fisik yang akan menghalagi kontak antara air dengan kayu (Syahidah dan Cahyono, 2007).
Fungsi parafin pada produksi papan partikel adalah menimbulkan kesan licin pada permukaan, mengurangi penyerapan air, dan mempermudah
pemotongan papan serta pengolahan dengan mesin. Penambahan parafin sebesar 1% atau kurang (berdasarkan berat kering partikel) mempunyai pengaruh yang kecil atau tidak mempengaruhi sifat kekuatan papan partikel, akan tetapi
penambahan lebih besar dari 1% kadangkala menurunkan sifat kekuatan papan. Hal tersebut dapat dicegah dengan penambahan perekat, menaikkan kerapatan
atau mengubah ukuran partikel (Putriani, 2005).
Ketahanan Terhadap serangan Rayap
Salah satu jenis serangga yang termasuk dalam ordo isoptera adalah rayap.
Rayap terdapat pada daerah-daerah yang dominan daerahnya tropika. Seperti di Indonesia, rayap tergolong dalam kelompok serangga perusak kayu utama dimana kerusakan akibat serangan rayap tidak kecil. Binatang kecil yang tergolong dalam
binatang sosial ini mampu menghancurkan bangunan berukuran besar dan
menyebabkan kerugian yang besar (Nandika et al. 2003). Kerugian rayap bisa mencapai 224-236 milyar per tahun di Indonesia (Prasetyo dan Yusuf, 2011).
Di Indonesia terdapat dua famili rayap tanah, yaitu Rhinotermitidae dan
diserang melalui terowongan yang dibuat dari tanah. Salah satu jenis yang termasuk ke dalam famili Rhinotermitidae adalah Coptotermes yang banyak
merusak kayu, seperti pagar, tiang listrik dan kayu perumahan. Famili Termitidae dikenal jenis Odontotermes, Microtermes dan Macrotermes. Pusat sarang rayap ini pada umumnya terdapat di dalam tanah. Beberapa jenis rayap tanah dapat
membangun bukit-bukit kecil di alas sarangnya. Rayap ini selalu mempunyai hubungan dengan tanah untuk mencukupi kebutuhan air (Nurul, 2005).
Kerapatan papan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas makan rayap. Papan dengan kerapatan yang tinggi cenderung lebih keras sehingga secara tidak langsung menjadi penghambat aktifitas makan rayap secara
fisik. Perlakuan pengempaan pada suhu tinggi dalam pembuatan papan komposit akan meningkatkan kerapatan papan sehingga menjadi lebih keras dibandingkan
dengan kayu solid dari jenis kayu yang sama. Kadar air papan dapat mempengaruhi aktivitas makan rayap, yaitu rayap tanah cenderung menyukai kondisi dengan kelembaban tinggi sementara rayap kayu kering cenderung
menyukai kondisi yang lebih kering. (Yusram et al., 2007).
Bahan Penolak Air
Parafin merupakan semacam bulking agent dalam kayu yang dapat
mengurangi daya serap air sehingga stabilisasi dimensi kayu juga akan terjaga. Diduga parafin ini akan menghalangi penyerapan air dengan menggantikan ion–
OH pada molekul H2O sehingga molekul tersebut jenuh dan berakibat tidak akan terjadi penyerapan air. Rendahnya penyerapan cairan oleh kayu antara lain
Oleh karena itu, proses pemasukan parafin ke dalam kayu dilakukan dengan proses pemvakuman dan rendaman dingin (Coto dan Rahayu, 2005).
Silicon banyak digunakan secara luas di industri-industri kimia. Silicon adalah senyawa kimia yang tersusun atas Silicon (Si), oksigen (O2) dan atom atom. Silicon juga merupakan bagian dari produk-produk kosmetik. Silicon cair
berisifat suhu rendah sehingga silicon cair diterapkan secara luas sebagai aplikasi medis ataupun kosmetik, cairan pengolah logam, dan cairan untuk sistem listrik.
Namun sesungguhnya silicon dianggap sebagai zat berbahaya (Santa Cruz Bioteknologi, 2010).
Waterproof merupakan lapisan tahan air yang terbuat dari semen dan
dirancang untuk penggunaan pada permukaan yang berpori. Waterproof juga berfungsi untuk lapisan tahan air pada beton, langit-langit dan dinding. Awalnya
pengaplikasian water repellent berbahan dasar acrylic digunakan untuk pelapis anti bocor atap maupun genting pada bangunan. Tetapi acrylic (waterproof) disini yang berupa serat sintetis diaplikasikan bukan sebagai pelapis anti bocor atap
maupun genting, melainkan sebagai pelapis papan (Watco House, 2014).
Ketaren (1986) dalam Sutiah (2008) menyebutkan minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Minyak,
khususnya minyak nabati, mengandung asam-asam lemak esensial seperti asam