• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengunaan Surfaktan Polivinil Alkohol Sebagai Bahan Aditif Dalam Pembuatan Aspal Emulsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengunaan Surfaktan Polivinil Alkohol Sebagai Bahan Aditif Dalam Pembuatan Aspal Emulsi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal

Aspal didefinisikan sebagai material perekat (cementitious), berwarna hitam

atau coklat tua dengan unsur utama bitumen.Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

juga merupakan hasil residu dari pengilangan minyak bumi.Aspal merupakan

material yang umum digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu

seringkali bitumen disebut pula sebagai aspal.Pada suhu ruang, aspal adalah

material yang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi,

aspal akan mencair jika dipanaskan sampai dengan temperatur tertentu, dan

kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agregat, aspal

merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan (Sukirman, 2003).

Aspal dikenal sebagai bahan atau material yang bersifat viskos atau padat,

berwarna hitam atau coklat, yang mempunyai daya lekat (adhesif), mengandung

bagian-bagian utama yaitu hidokarbon yang dihasilkan dari minyak bumi atau

kejadian alami (aspal alam) dan terlarut dalam karbondisulfida. Aspal sendiri

dihasilkan dari minyak mentah yang dipilih melalui proses destilasi minyak bumi.

Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga temperatur 350oC

dibawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi ringan, seperti gasoline

(bensin), kerosene (minyak tanah), dan gas oil. (Wignall, 2003).

Aspal adalah material yang termoplastik, berati akan menjadi keras atau

lebih kental jika temperatur berkurang dan akan lunak atau lebih cair jika

temperatur bertambah. Sifat ini dinamakan kepekaan terhadap perubahan

temperatur. Kepekaan terhadap temperatur dari setiap jenis aspal berbeda-beda,

yang dipengaruhi oleh komposisi kimiawi aspalnya, walaupun mungkin

mempunyai nilai penetrasi atau viskositas yang sama pada temperatur tertentu.

Pemeriksaan sifat kepekaan aspal terhadap perubahan temperatur perlu dilakukan

sehingga diperoleh informasi rentang temperatur yang baik untuk pelaksanaan

(2)

Aspal yang mengandung lilin (wax) lebih peka terhadap temperatur

dibandingkan dengan aspal yang tidak mengandung lilin. Hal ini terlihat pada aspal

yang mempunyai viskositas yang sama pada temperatur tinggi, tetapi sangat

berbeda viskositas pada temperatur rendah. Kepekaan terhadap temperatur akan

menjadi dasar perbedaan umur aspal untuk menjadi retak/mengeras. Parameter

pengukur kepekaan aspal terhadap temperatur adalah indeks penetrasi (penetration

index = PI) (Sukirman, 2003).Struktur Aspal ditunjukkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Aspal

2.1.1 Sumber Aspal

Aspal yang dihasilkan dari industri kilang minyak mentah (crude oil)

dikenal sebagai refinery bitumen, residual bitumen, straight bitumen atau steam

refined bitumen. Isitilah aspal kilang minyak atau refinery bitumen merupakannama

(3)

Jenis-jenis aspal dan proses pemisahannya dari bahan dasar (minyak bumi)

ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Produksi Aspal dari Hasil Penyulingan minyak Bumi

Aspal yang dihasilkan dari minyak mentah yang diperoleh melalui proses

destilasi minyak bumi. Proses penyulingan ini dilakukan dengan pemanasan hingga

suhu 350 oC di bawah tekanan atmosfir untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak

(4)

2.1.2 Kandungan Aspal

Kandungan aspal terdiri dari senyawa asphaltenes dan maltene.Asphaltenes

merupakan campuran kompleks dari hidrokarbon, yang terdiri dari cincin aromatik

kental dan senyawa heteroaromatik yang mengandung belerang, serta amina,

amida, senyawa oksigen (keton, fenol atau asam karboksilat), nikel dan vanadium

Di dalam maltene terdapat tiga komponen penyusun yaitu saturates,

aromatis, dan resin, dengan struktur ditunjukkan pada Gambar 2.3 dan 2.4. Dimana

masing-masing komponen memiliki struktur dan komposisi kimia yang berbeda,

dan sangat menentukan dalam sifat rheologi bitumen. Aspal merupakan senyawa

yang kompleks, bahan utamanya disusun oleh hidrokarbon dan atom-atom N, S,

dan O dalam jumlah yang kecil, juga beberapa logam seperti Vanadium, Ni, fe, Ca

dalam bentuk garam organik dan oksidanya. Dimana unsur-unsur yang terkandung

dalam bitumen adalah Karbon (82-88%), Hidrogen (8-11%), Sulfur (0-6%),

Oksigen (0-1,5%), dan Nitrogen (0-1%).

Gambar 2.3.Struktur Asphaltenes

(5)

Dengan demikian maka aspal atau bitumen adalah suatu campuran cairan kental

senyawa organik, berwarna hitam, lengket, larut dalam karbon disulfida, dan

struktur utamanya oleh ”polisiklik aromatis hidrokarbon” yang sangat kompak

(Nuryanto, A. 2008).

2.1.3 Jenis – Jenis Aspal

Secara umum, jenis aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan asal dan proses

pembentukannya adalah sebagai berikut :

a) Aspal Alamiah

Aspal alamiah ini berasal dari berbagai sumber, seperti pulau Trinidad dan

Bermuda. Aspal dari Trinidad mengandung kira-kira 40% organik dan zat-zat

anorganik yang tidak dapat larut, sedangkan yang berasal dari Bermuda

mengandung kira-kira 6% zat-zat yang tidak dapat larut. Dengan pengembangan

aspal minyak bumi, aspal alamiah relatif menjadi tidak penting (Oglesby, 1996)

b) Aspal Batuan

Aspal batuan adalah endapan alamiah batu kapur atau batu pasir yang

diperpadat dengan bahan-bahan berbitumen. Aspal ini terjadi di berbagai bagian di

Amerika Serikat. Aspal ini umumnya membuat permukaan jalan yang sangat tahan

lama dan stabil, tetapi kebutuhan transportasi yang tinggi membuat aspal terbatas

pada daerah-daerah tertentu saja (Oglesby, 1996)

c) Aspal Minyak Bumi

Aspal minyak bumi perrtama kali digunakan di Amerika Serikat untuk

perlakuan jalan pada tahun 1894. Bahan-bahan pengeras jalan aspal sekarang

berasal dari minyak mentah domestik bermula dari ladang-ladang di Kentucky,

Ohio, Michigan, Illinois, Mid-Continent, Gulf-Coastal, Rocky Mountain,

California, dan Alaska. Sumber-sumber asing termasuk Meksiko, Venezuela,

Colombia, dan Timur Tengah. Sebesar 32 juta ton telah digunakan pada tahun 1980

(Oglesby, 1996).

Aspal pabrik, merupakan aspal yang terbentuk oleh proses yang terjadi

(6)

pabrik ini, mempunyai kualitas standard. Aspal pabrik terbagi kedalam tiga jenis,

yaitu :

1)Aspal emulsi, yaitu campuran aspal (55%-65%), air (35%-45%) dan bahan

emulsi 1% sampai 2%. Di pasaran ada dua macam aspal emulsi, yaitu jenis

aspal emulsi anionik (15%) dan jenis aspal emulsi kationik (di pasaran lebih

banyak, yaitu sebesar 85%).

2) Aspal cair, disebut juga aspal cut-back, yang dibagi-bagi menurut proses

fraksinya. Misalnya Slow Curing (SC), Medium Curing (MC) dan Rapid Curing

(RC).

3) Aspal beton, disebut juga Asphalt Concrete (AC) yang dibagi-bagi menurut

angka penetrasinya. Misal : AC 40/60, AC 80/100, dan seterusnya. Umumnya

aspal beton yang digunakan dalam proyek-proyek konstruksi jalan terbagi atas

beberapa jenis yaitu jenis aspal beton campuran panas atau dikenal dengan Hot

Mix Asphalt Concrete (HMAC) merupakan aspal yang paling umum digunakan

dalam jalan raya, sedangkan jenis lainya seperti aspal beton campuran hangat,

aspal beton campuran dingin, dan aspal mastis (Asiyanto, 2008).

Tabel 2.1 Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Grade 60/70

Sifat Ukuran Spesifikasi Standart Pengujian

Densitas pada T 25 oC K/m3 1010 -

1060 ASTM-D71/3289

Penetrasi pada T 25 oC 0,1 mm 60/70 ASTM-D5

Titik leleh oC 49/56 ASTM-D36

Daktilitas pada T 25 oC Cm Min. 100 ASTM-D113

Kerugian pemanasan %wt Max. 0,2 ASTM-D6

Penurunan padapenetrasi setelah

pemanasan % Max. 20 ASTM-D6&D5

Titik nyala oC Min. 250 ASTM-D92

Kelarutan dalam CS2 %wt Min. 99,5 ASTM-D4

(7)

2.2 Aspal Emulsi

Aspal emulsi merupakan hasil dispersi bahan aspaldalam air secara merata

dengan menggunakan emulsifier yang berfungsi mengikat molekul aspal dengan

molekul air. Dalam suatu campuran emulsi, kandungan aspal umumnya berkisar ±

55-75% dan kandungan bahan pengemulsi (emulsifier) ± 3 %.

Gambar 2.5 Contoh aplikasi aspal emulsi (sumber: Ertech.com, 2000).

2.2.1 Jenis-Jenis Aspal Emulsi

Aspal emulsi dapat dikelompokan menurut jenis muatan listriknya dan

menurut kecepatan pengerasannya. Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya,

aspal emulsi dapat dibedakan menjadi (Martens, 1985).

1. Aspal emulsi kationik

Aspal cair yang dihasilkan dari aspal keras dengan cara mendefersikan kedalam air

dengan bantuan bahan pengemulsi. Aspal emulsi kationik mengikat cepat adalah

aspal emulsi yang bermuatan positif yang aspalnya memisah cepat dengan air

setelah kontak dengan batuan. Aspal emulsi kationik mengikat sedang adalah aspal

emulsi yang bermuatan positif yang aspalnya memisah dengan air sedang setelah

kontak dengan batuan. Aspal emulsi kationik mengikat lambat adalah aspal emulsi

yang bermuatan positif yang aspalnya memisah dengan air lambat setelah kontak

(8)

Aspal emulsi yang termasuk jenis aspal emulsi kationik tersebut yang cocok

digunakan untuk membuat campuran dingin adalah CSS-1,CSS-1h, CMS-2, dan

CMS-2h. Tingkatan aspal emulsi pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Tingkatan aspal emulsi berdasarkan ASTM dan AASHTO

Aspal Emulsi Anionik Aspal Emulsi Kationik

RS-1 RS-2 MS-1 MS-2 MS-2h H FMS-1 H FMS-2 H FMS-2h H FMS-2s SS-1 SS-2 CRS-1 CRS-2 -CMS- 2 CMS-2h - - - - CSS-1 CSS-1 h Sumber: (Departemen Pekerjaan Umum, 1991)

2. Aspal emulsi Anionik

Aspal emulsi yang mengandung elmugator anionik sehingga partikel – partikel

aspal bermuatan elektro negativ. Aspal emulsi anionik mempunya tiga jenis, aspal

emulsi mengikat cepat, mengikat sedang dan mengikat lambat ( SNI

03-6832-2002).

3. Aspal emulsi monionik

Aspal emulsi monionik merupakan aspal emulsi yang tidak bermuatan lsitrik karena

tidak mengalami ionisasi.

Berdasarkan kecepatan pengerasannya, aspal emulsi dibedakan menjadi 3 yaitu :

(Hendarsin, 2000):

a. Aspal emulsi RS (Rapid Setting), direncanakan mempunyai tingkat reaksi yang

cepat dengan agregat penyertanya dan berubahnya emulsi ke aspal. Jenis RS akan

menghasilkan lapisan film yang relatif tebal.

b. Aspal emulsi MS (Medium Setting), direncanakan memiliki tingkat pencampuran

(9)

berhubungan dengan agregat, maka campuran yang menggunakan jenis ini akan

tetap dapat dihamparkan dalam beberapa menit.

c.Aspal emulsi SS (Slow Setting), jenis ini direncanakan untuk hasil pencampuran

yang memiliki stabilitas tinggi. Jenis ini digunakan dengan agregat bergradasi padat

dan mengandung kadar agregat halus yang tinggi.

2.2.2 Emulsi

Emulsi adalah campuran dua cairan immiscible, dimana salah satu cairan

terdispersi sebagai droplet pada cairan yang lain oleh adanya zat ke tiga sebagai

penyetabil. Pada dasarnya emulsi terdiri dari tiga fase yaitu internal, eksternal dan

interface. Fase internal atau fase dispersi berada dalam bentuk droplet halus

sementara fase eksternal atau fase kontinyu membentuk matriks dimana droplet

tersuspensi. Agar sistem menjadi stabil dalam jangka waktu yang lama perlu

ditambahkan zat ketiga yang aktif pada interface yang disebut emulsifier. Definisi -

definisi lain tentang emulsi telah dijelaskan oleh Clayton atau Becher (Shinoda,

1986).

Secara umum, jenis emulsi dapat digolongkan dalam dua kelompok ”air”

dan ”minyak”. Semua air atau fase fase yang larut dalam air diklasifikasikan

sebagai air sedangkan yang lain diklasifikasikan sebagai minyak. Jika air terdispersi

dalam minyak maka disebut jenis emulsi air-dalam-minyak (W/O), dengan

demikian air sebagai fase terdispersi dan minyak sebagai fase kontinyu. Sebaliknya

jika minyak terdispersi ke air maka emulsi tersebut merupakan jenis emulsi

minyak-dalam-air (O/W). Dibandingkan dengan emulsi minyak-dalam-air, jenis

emulsi air-dalamminyak kurang sensitif terhadap pH, tetapi sensitif terhadap panas,

peka pada perlakuan elektrik, mempunyai konduktifitas (Holmberg, 2003).

2.3 Emulsifier / Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus

hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri

(10)

diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian

polar yang suka akan air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan

minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif,

negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi

pada antar muka udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan

tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke

udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak.

Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang,

sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil (Jatmika,

1998).

Permintaan surfaktan di dunia internasional cukup besar. Pada tahun 2004,

permintaan surfaktan sebesar 11,82 juta ton per-tahun dan pertumbuhan permintaan

surfaktan rata-rata 3 persen per-tahun (Widodo, 2004). Penggunaan surfaktan

sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi, makanan, tekstil,

plastik dan lain. Beberapa produk pangan seperti margarin, es krim, dan

lain-lain menggunakan surfaktan sebagai satu bahannya. Syarat agar surfaktan dapat

digunakan untuk produk pangan yaitu bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilai

Hydrophyle Lypophyle Balance (HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak

menimbulkan iritasi. Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu

sebagai bahan pembasah (wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan

bahan pelarut (solubilizing agent). Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk

meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan tegangan antarmuka,

antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi

minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam minyak (Genaro, 1990).

2.3.1 Jenis – Jenis Surfaktan.

a. Surfaktan anionik

• Jenis surfaktan yang paling besar (jumlahnya)

(11)

Sensitif terhadap air sadah atau hard water. Derajat sensitifitasnya : carboxylate > phosphate > sulfate (sulfonate)

• Rantai pendek polyoxyethylene antara gugus anionik dan hidrokarbon meningkatkan toleransi terhadap garam

• Rantai pendek polyoxypropylene antara gugus anionik dan hidrokarbon meningkatkan kelarutan dalam solven organik.

• Jenis sulfate mudah terhidrolisa oleh asam-asam dalam proses

autocatalytic. Jenis yang lain stabil, asalkan tidak digunakan pada kondisi

ekstrim.

Contoh surfaktan anionik :

- Carboxylat soap RCOO –

- Sulphonate RSO3

- Sulfate RO SO3

- Phosphate ROPO(OH)2O flotation collector (mineral ores); dispersant

(inorganic pigment); anticaking agent (fertilizers); conditioner (hair) dll.

Contoh surfaktan kationik

• Diamine Hydrochloride

• Polyamine Hydrochloride

• Dodecyl dimethylamine Hydrochloride

• Imidazoline Hydrochloride

• Alkyl imidazoline ethylenediamine Imidazoline

b. Surfaktan kationik

• Jenis surfaktan yang banyak jumlahnya setelah anionik dan nonionik.

• Pada umumnya tidak kompatibel dengan jenis anionik.

• Mempunyai sifat indeks yang lebih tinggi dibanding surfaktan jenis lain

• Mempunyai sifat adsorpsi permukaan yang baik; penggunaan utama berhubungan dengan in situ surface modification : anticorrosion agent

(12)

c. Surfaktan non-ionik

• Merupakan surfaktant kedua terbesar

• Kompatibel dengan semua jenis surfaktan

Sensitif terhadap hard water

• Berbeda dengan surfaktan ionik, sifat fisik-kimia surfaktan nonionik tidak terpengaruh oleh penambahan elektrolit

• Sifat fisik-kimia senyawa ethoxylated sangat tergantung pada temperatur Contoh surfaktan nonionik

- Alkohol ethoxylates

- Mono alkanolamide ethoxylates

- Fatty amine ethoxylates

- Fatty acid ethoxylates

- Ethylene oxyde / propylene oxide copolymers

- Alkyl phenol ethoxylates

d. Surfaktan ampoterik (Zwiter ion)

Surfaktan zwiter ion mengandung dua muatan yang berbeda dan dapat membentuk

surfaktan amfoter. Perubahan muatan terhadap pH pada surfaktan amfoterik

mempengaruhi pembentukan busa, pembasahan, sifat deterjen dan lainnya.

Contoh dari zwiter ion adalah :

- Lauryldimethyl betaine

- Cocoamidopropyl betaine

- Oleyl bis (hydroxyethyl) betaine

- Carboxy glycinate

- Alkylampodiacetate

2.4 Polivinil Alkohol (PVA)

Polivinil alkohol memiliki film yang sangat baik, membent

da

(13)

oksigen yang tinggi dan sifat aromanya penghalang. Namun sifat ini tergantung

pada

menyerap air, yang bertindak sebagai peliat, sehingga mengurangi kekuatan tarik,

tetapi meningkatkan elongasi dan kekuatan sobek. PVA memiliki titik leleh 230 °C

dan 180 – 190 °C (356 - 374 oF) untuk nilai hidrolisis penuh dan hidrolisis

sebagian, masing-masing terurai dengan cepat di atas 200 °C

(http://en.wikipedia.org/wiki/Polyvinyl_alcohol)

Gambar 2.6. Struktur Polivinil Alkohol

Polivinil alkohol adalah plastik yang larut dalam air yang paling banyak digunakan

secara komersial saat ini. Polivinil alkohol memiliki beberapa singkatan yang

umum dipakai yaitu, PVOH, PVA, dan PVAL. Polivinil alkohol (PVOH)

merupakan zat yang tidak berasa, tidak berbau, dapat terurai oleh alam dan

biokompatibel. Selain dapat terlarut dalam air, Polivinil alkohol juga dapat larut

dalam etanol. Namun, zat ini tidak dapat larut dalam pelarut organik.

PVOH dikembangkan pertama kali oleh Hermann dan Haehnel pada tahun

1924. Proses pembuatan PVOH dilakukan dengan menghidrolisis polivinil asetat

(PVAc). Tingkat konsumsi PVOH di dunia telah mencapai beberapa ratus ribu ton

per tahun dan diprediksi akan meningkat sekitar 2,5% per tahun antara tahun 2006

dan 2011. Terdapat sejumlah produsen PVOH di seluruh dunia yang mayoritas

berbasis di negara-negara Asia. Cina memiliki pangsa pasar terbesar dengan porsi

45% pada tahun 2006 dan nilai ini diperkirakan akan terus berkembang. Selain

Cina, Jepang dan Amerika merupakan dua negara yang berperan baik sebagai

konsumen maupun sebagai produsen (Ogur, 2005).

Salah satu pemanfaatan PVOH sebagai bahan sekali pakai adalah aplikasi

(14)

PVOH juga dapat diaplikasikan pada bola golf, sehingga pegolf tidak perlu mencari

bolanya setelah dipukul karena bola tersebut akan terurai di alam. Di dalam industri

pangan, PVOH digunakan sebagai bahan pelapis karena sifatnya kedap terhadap

uap air. PVOH mampu menjaga komponen aktif dan bahan lainnya yang

terkandung di dalam bahan dari kontak dengan oksigen.

Secara komersial, PVOH adalah plastik yang paling penting dalam

pembuatan film yang dapat larut dalam air. Hal ini ditandai dengan kemampuannya

dalam pembentukan film, pengemulsi, dan sifat adesifnya. PVOH memiliki

kekuatan tarik yang tinggi, fleksibilitas yang baik, dan sifat penghalang oksigen

yang baik. Berikut ini adalah tabel 2.6 yang menjelaskan karakter fisik PVOH.

Tabel 2.4 Karakter fisik Polivinil Alkohol

Karakter Nilai

Densitas 1.19-1.31 g/cm3

Titik Leleh 180-240 oC

Titik Didih 228 o

Suhu Penguraian 180 oC

Sumber: (Ogur, 2005)

2.5 Viskositas

Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliran fluida yang merupakan

gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan

yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang rendah, dan

sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang

tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya –

gaya mekanika dari suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida

adalahkonstan sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk

fluidaNewtonian, dimana perbandingan antarategangan geser (s) dengan kecepatan

geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran

viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis

(15)

oleh lapisan fluida setebal h, sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang

bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan, yang berarti tidak

memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidah ada gaya tekan

yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas

yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka

fluida dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang saling

bergeseran.Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A

yang seragam, dengan kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan

kecepatan lapisan fluida paling bawah sama dengan nol. Maka kecepatan geser (g)

pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap, dengan tidak

adanya tekanan fluida.

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan

viskometer. Ada beberapa tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :

1. Viskosimeter kapiler / Ostwald

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan

bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi

melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan

waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya

air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar,1990).

2. Viskosimeter Hoppler

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi

keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip

kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung

gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan

fungsi dari harga resiprok sampel (Moechtar,1990).

(16)

Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob

dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan

viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi

di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi.

Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar

memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990).

4. Viskosimeter Cone dan Plate

Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan,

kemudian dinaikkan hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh

motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya digeser di dalam ruang

semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar (Moechtar,1990).

Tabel 2.5 Perbedaan antara viskositas cairan dengan viskositas gas.

Jenis Perbedaan Viskositas Cairan Viskositas Gas

Gaya gesek Lebih besar untuk

mengalir

Lebih kecil dibanding viskositas

cairan

Koefisien

viskositas

Lebih besar Lebih kecil

Temperatur Temperatur

naik,viskositas turun

Temperatur naik,viskositas naik

Tekanan Tekanan naik,viskositas

naik

Tidak tergantung tekanan

5. Viskosimeter Brookfield

Viskometer Brookfield Termosel, yang diuraikan dalam prosedur ini,

digunakan untukmengukur viskositas aspal minyak pada berbagai temperatur.Torsi

pada spindel yang berputar pada temperatur tertentu digunakan untuk mengukur

ketahanan relatif terhadap perputaran dalam tabung benda uji. Nilai viskositas aspal

dalam milipascal sekon (MPa.s) diperoleh dengan mengalikan hasil pembacaan

(17)

Brookfield Termosel menggunakan Brookfield Sinkroelektrik Termosel Standar,

yang terdiri atas model- model LV, RV, HA atau HB yang penggunaannya

tergantung pada rentang viskositas (SNI-03-6441-2000).

2.6 Karakterisasi dengan FT-IR

Intrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi infra merah pada

berbagai panjang gelombang disebut spektrofometer infra merah. Alat

spektrofotometer infra merah pada dasarnya terdiri dari komponen-komponen

pokok yang sama dengan alat spektrofotometer ultra lembayung dan sinar tampak,

yaitu terdiri dari sumber sinar, monokromator berikut alat-alat optik seperti cermin

dan lensa, sel tempat cuplikan, detektor amplifier dan alat dengan skala pembacaan

atau alat perekam spektra (recorder) akan tetapi disebabkan kebanyakan bahan

dalam menstransmisikan radiasi infra merah berlainan dengan sifatnya dalam

menstransmisikan radiasi ultra lembayung, sinar tampak, sifat dan kemampuan

komponen alat tersebut diatas berbeda untuk kedua jenis alat spektrofotometer itu.

Keuntungan pemakaian sistem berkas rangkap pada alat spektrofotometer adalah :

1. Memperkecil pengaruh penyerapan sinar infra meraholehCO2 dan uap airdari

udara

2. Mengurangi pengaruh hamburan (scattering) sinar infra merah oleh

partikel-partikel debu yang ukurannya mendekati nilai rata-rata panjang gelombang infra

merah.

3. Kalau blanko yang digunakan adalah pelarut dari cuplikan dengan sistem berkas

rangkap itu pita-pita serapan pelarut tidak akan timbul pada spektra yang

direkam.

4. Sistem berkas rangkap mengurangi pengaruh ketidak stabilan pancaran

sumbersinardan detektor.

5. Perekaman otomatis dapat dilakukan (scanning) (Noerdin, 1985).

Sistem analisis spektroskopi infra merah (IR) telah memberikan keunggulan

(18)

infra merah (IR) akan menentukan gugus fungsi dari molekul yang memberikan

regangan pada daerah serapan infra merah. Tahap awal identifikasi bahan polimer,

maka harus diketahui pita serapan yang karakteristik untuk masing-masing polimer

dengan membandingkan spektra yang telah dikenal. Pita serapan yang khas

ditunjukan oleh monomer penyusun material dan struktur molekulnya. Umumnya

pita serapan polimer pada spektra infra merah (IR) adalah adanya ikatan C-H

regangan pada daerah 2880 cm-1 yang sampai 2900 cm-1 dan regangan dari gugus

Gambar

Gambar 2.2. Produksi Aspal dari Hasil Penyulingan minyak Bumi
Gambar 2.3.Struktur Asphaltenes
Tabel 2.1  Data Jenis Pengujian dan Persyaratan Aspal Grade 60/70
Gambar 2.5 Contoh  aplikasi aspal emulsi (sumber: Ertech.com, 2000).
+3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa pada Siswa Kelas VIII MTs.. Al-Akbar Senepo Slahung

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Penilai dan Tim Penaksir Harga

[r]

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Teknis

[r]

[r]