• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis” (Studi kasus organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Set , Kecamatan Medan Tembung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis” (Studi kasus organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Set , Kecamatan Medan Tembung)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota yang

didiami oleh berbagai kelompok baik suku, agama, dan ras. Sehingga kota ini

dikenal sebagai kota yang tatanan masyarakatnya heterogen ataupun masyarakat

majemuk. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat majemuk menurut

Furnivall (Nasikun: 2000) adalah sebagi berikut:

“Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan politik” (Nasikun, 2000).

Elemen tersebut berupa kelompok-kelompok yang berbeda dengan

menghargai pluralisme sebagai keragaman budaya untuk tetap dilestarikan yang

ditandai oleh adanya suku bangsa yang masing-masing mempunyai cara hidup

atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsa, sehingga

mencerminkan adanya perbedaan etnis lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup

dalam satu wadah masyarakat Indonesia. Kemajemukan dalam masyarakat ini

dapat dipahami sebagai bentuk perbedaan daya adaptasi antar

kelompok-kelompok yang berbeda baik secara suku, agama, ras dan bahasa. Kemajemukan

ini terjadi karena perkembangan migrasi penduduk yang cukup pesat masuk ke

kota Medan.

Sebagai ibukota Provinsi Kota Medan menjadi pusat pertumbuhan

ekonomi utama yang berfungsi sebagai tempat perdagangan, pusat administrasi

(2)

pariwisata dan memiliki pembangunan yang cukup pesat. Pesatnya pertumbuhan

industri mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah

penduduk. Hal ini disebabkan adanya urbanisasi yaitu berpindahnya penduduk

dari desa ke kota dengan tujuan mencari pekerjaan ataupun untuk mencari

penghidupan yang lebih baik dari daerah asalnya.

Persentase perbandingan penduduk Kota Medan berdasarkan etnis pada

tahun 2000 (Sirait, 2012) terdiri atas:

Etnis Persentase

Jawa 33,03%

Batak 20,93%

Tionghoa 10,65%

Mandailing 9,36%

Minangkabau 8,6%

Melayu 6,59%

Karo 4,10%

Aceh 2,78%

Lain-lain 3,95%

Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota Medan tahun 2012)

Komposisi masyarakat yang heterogen ini akan terbagi-bagi atas beberapa

lokasi sehingga membentuk sebuah zona ataupun wilayah pemukiman penduduk

cenderung berkelompok menurut etnisnya masing-masing. Karena sebagian besar

para perantau yang datang menggunakan jalur keluarga ataupun kenalan

sekampung sehingga lokasi tersebut merupakan daerah awal tumbuh dan

berkembangnya etnis tersebut. Etnis Minangkabau misalnya banyak bermukim di

(3)

Karo banyak bermukim di daerah Padang Bulan, Etnis Batak banyak memilih

bermukim di daerah Pasar Merah, Etnis Melayu di Istana Maimun, Tamil di

Kampung Keling dan Etnis Mandailing banyak bermukim di Kecamatan Medan

Maimun, Medan Denai, Medan Barat dan Medan Tembung. Dari berbagai etnis

yang terdapat di Kota Medan peneliti menjadikan Etnis Mandailing sebagai

subjek penelitian. Karena keberadaan Etnis ini ada pada urutan ke empat dari

semua etnis yang ada di Kota Medan, hal ini menunjukkan bahwa etnis ini

bukanlah etnis yang mayoritas. Akan tetapi etnis ini sudah dikenal identitasnya

dan etnis ini juga telah menonjol terutama di bagian Pemerintahan Kota Medan.

Dengan demikian terlihat etnis ini telah mampu menguasai beberapa zona sebagai

wilayah permukiman yang tersebar di Kota Medan.

Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan dari yang terdapat

di Kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri dari 7 kelurahan yaitu

Kelurahan Indara Kasih, Kelurahan Sidorejo Hilir, Sidorejo, Bantan Timur,

Bandar Selamat, Bantan, dan Tembung. Dari beberapa kelurahan di Kecamatan

Medan Tembung, peneliti memilih Kelurahan Bandar Selamat menjadi fokus

dalam penelitian ini karena kelurahan ini mayoritas penduduknya adalah

masyarakat Mandailing (89,39%) dari semua jumlah penduduk yang tinggal di

kelurahan tersebut dan tindakan mereka masih didasarkan pada aturan adat

maupun kebiasaan dari kampung halaman mereka. Etnis Mandailing adalah orang

yang berasal dari wilayah Mandailing secara turun temurun di manapun ia

(4)

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kelurahan Bandar Selamat

karena karakteristik masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di daerah ini

masih memegang aturan, nilai-nilai dan kebiasaan, pola perilaku Mandailing yang

sama dengan asal daerah mereka. Hal ini disebabkan masyarakat Mandailing

adalah masyarakat yang mendominasi daerah tersebut. Selain itu, wilayah ini

merupakan daerah alternatif dan strategis untuk tempat tinggal karena kelurahan

Bandar Selamat sebagai pusat transportasi yang berasal dari daerah Mandailing

ataupun sekitarnya, kondisi ini ditandai dengan dibukanya sarana transportasi

yang praktis karena berlokasi dekat dengan jalan tol. Sehingga masyarakat

ataupun individu yang datang ke Kota Medan dengan tujuan untuk menetap,

mereka lebih memilih lokasi yang dekat dengan pusat transportasi ke kampung

halaman mereka.

Masyarakat Mandailing mempunyai sifat diantaranya suka merantau,

religius, kritis, mudah menyesuaikan diri, dan mempunyai rasa malu yang besar.

Adanya sifat orang Mandailing yang suka merantau, menyebabkan mereka

tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai profesi. Daerah perantauan orang

Mandailing yang pertama adalah Sumatera Barat, kemudian Tanah Deli yaitu

Kota Medan. Jadi Etnis Mandailing adalah salah satu etnis pendatang yang

tersebar di Kota Medan. Awalnya perantau Mandailing bekerja sebagai pegawai

perkebunan dan pemerintahan kesultanan Deli, mereka tampil sebagai guru, guru

agama dan pedagang (Nasution, 2005). Pekerjaan ini mempengaruhi pilihan

tempat pemukiman sehingga terdapat beberapa wilayah pemukiman Etnis

Mandailing yaitu Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Barat, Medan

(5)

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan yang termasuk

tatanan masyarakatnya heterogen khususnya di Kelurahan Bandar Selamat,

karena selain Etnis Mandailing 19.353 orang (89,39%) terdapat juga etnis yang

lain tinggal di wilayah ini seperti Etnis Jawa 794 orang (3,66%), Melayu 521

orang (2,36%), Nias 254 orang ( 1,17%), Banjar 90 orang (0,41%), Aceh 77

orang (0,35%), Sunda 65 orang (0,30%), dan China 36 orang (0,16%) (sumber:

Data Kependudukan Kelurahan Bandar Selamat : 2014). Kompleksitas penduduk

yang tinggal di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya interaksi-interaksi

sosial antar individu-individu dengan latar belakang yang berbeda. Sehingga

memungkinkan terjadinya perubahan ataupun adanya pergeseran pada identitas

etnis individu yang merantau. Baik dari segi adat istiadat ataupun tindakan dan

kebiasaan dari kampung halaman. Suatu etnis pendatang biasanya berinteraksi

dengan etnis lain asal di suatu tempat, secara alami akan menempatkan pendatang

dalam posisi yang relatif lemah dilihat dari sisi status yang dimiliki etnis yaitu

sebagai pendatang dan kemungkinan identitas etnis akan mengalami perubahan

karena telah tinggal pada lingkungan sosial yang mempunyai asal daerah yang

berbeda. Meski sesungguhnya etnis tersebut memiliki status yang relatif seimbang

dengan etnis lain pada saat mereka bersama-sama berstatus sebagai pendatang

dalam lingkungan sosial baru. Sama halnya dengan masyarakat Mandailing yang

tinggal di Kelurahan Bandar Selamat mereka sebagai pendatang akan terlihat

lemah dibandingkan dengan penduduk asli yang tinggal di wilayah tersebut. Akan

tetapi mereka berusaha untuk mempertahankan identitas etnis mereka dengan

(6)

Keberadaan suatu masyarakat di suatu daerah biasanya diakui dan semakin

dikenal karena adanya organisasi sosial masyarakat, terutama masyarakat yang

sifatnya merantau. Karena setiap orang yang pergi ke suatu daerah tertentu

ataupun merantau secara sadar atau tidak sadar ia akan mencari teman sedaerah

atau seetniknya. Kenyataan demikian karena hubungan dengan teman sedaerah

atau seetnik akan memunculkan rasa aman pada dirinya (Subagijo, 2000).

Berdasarkan hal tersebut akan memungkinkan munculnya sebuah asosiasi atau

organisasi berdasarkan kelompok etnis. Misalnya dibentuknya sebuah organisasi

di daerah perantauan seperti organisasi Aceh Sepakat dari Etnis Aceh dan Ikatan

Keluarga Minang Saiyo dari etnis Minang. Begitu pula dengan masyarakat

mandailing yang ada di Kota Medan khususnya Kelurahan Bandar Selamat

Kecamatan Medan Tembung, keberadaan Masyarakat Mandailing ini tidak

terlepas karena adanya organisasi sosial yang dibentuk oleh masyarakat tersebut.

Hasil Penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang

Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnis di Daerah Perantauan menunjukkan

bahwa munculnya Ikatan Keluarga Minang Saiyo sebagai asosiasi perantau

Minangkabau yang berbasis kedaerahan untuk mempertahankan identitas etnis di

wilayah perantauan. Seperti membuka rumah makan ataupun menjadi pedagang

merupakan salah satu identitas Minangkabau yang sangat terkenal (Subagijo,

2000). Selain organisasi dari Minangkabau terdapat juga organisasi Aceh Sepakat

di Kota Medan, terbentuknya organisasi ini sebagai organisasi yang bersifat etnis

dikhususkan bagi masyarakat Aceh yang merantau ke Kota Medan. Organisasi ini

bertujuan untuk mengekspresikan identitas kesukuannya di tengah-tengah

(7)

kelompok untuk mempertahankan identitas etnis baik kebudayaan dan adat

istiadat dari kampung halamannya (Armanda, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik ingin meneliti dan

menganalisis tentang strategi penguatan kelompok sebagai ekspresi identitas etnis

melalui asosiasi etnis dalam mempertahankan identitas etnis khususnya

masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat

Kecamatan Medan Tembung. Dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian

pada masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar

Selamat dan organisasi HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) dalam

aspek sosial budaya dan politik. Pengurus Daerah HIKMA (Himpunan Keluarga

Besar Mandailing) tingkat Provinsi Sumatera Utara sekretariat Jalan Letda

Soejono No. 55 Medan. HIKMA menjadi sebuah wadah dalam pelestarian nilai

(8)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ekspresi identitas etnis Mandailing melalui asosiasi etnis

HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) di Kelurahan Bandar

Selamat?

2. Bagaimana strategi sosial budaya Etnis Mandailing dalam

mempertahankan identitas etnis?

3. Bagaimana strategi politik Etnis Mandailing dalam mempertahankan

identitas etnis?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan

untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan

sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun

praktis. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan ekspresi identitas etnis

Mandailing melalui asosiasi etnis HIKMA (Himpunan Keluarga Besar

Mandailing) di Kelurahan Bandar Selamat. Dalam hal ini peneliti akan

menggali informasi tentang terbentuknya asosiasi Etnis Mandailing di

(9)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis atau menginterpretasi strategi sosial

budaya dan politik Etnis Mandailing sebagai strategi penguatan kelompok

dalam mempertahankan identitas etnis. Dalam hal ini peneliti akan

mendapatkan informasi terkait dengan cara ataupun usaha yang dilakukan

masyarakat Mandailing dalam mempertahankan identitas etnisnya

khususnya strategi sosial budaya dan politik.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan berupa :

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi

khususnya pada mata kuliah hubungan antar kelompok. Selain itu,

memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan untuk

dijadikan sebagai perbandingan peneliti selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi

khususnya pada mata kuliah Institusi Sosial. Sebagai contoh HIKMA

sebagai institusi berbasis etnis. Sehingga penelitian ini sesuai dengan

mata kuliah tersebut.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi tambahan guna

menambah rujukan bagi mahasiswa, khususnya mengenai strategi

(10)

tinggal di wilayah perantauan, mereka masih mengekspresikan

identitas etnis di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Para perantau Masyarakat Mandailing dapat mengetahui tentang

strategi penguatan kelompok yang digunakan dalam mempertahankan

identitas etnis, meskipun mereka pergi ke suatu daerah atau kota

perantauan namun mereka tetap bisa mempertahankan dan

mengekspresikan identitas etnis mereka dengan menerapkan strategi

penguatan kelompok sosial budaya dan politik dalam menghadapi

lingkungan sosialnya.

2. Bagi pemerintah Kota Medan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai

bahan masukan dan saran terhadap Pemko Medan dalam menciptakan

harmonisasi sosial karena Kota Medan dikenal sebagai kota yang

majemuk. Dengan adanya penelitian ini memberikan pengetahuan

serta informasi yang berkaitan dengan masyarakat Mandailing.

1.5 Defenisi Konsep

1. Ekspresi Identitas

Ekspresi identitas yaitu pengungkapan atau gambaran yang mengarahkan

seseorang tersebut masuk dalam kelompok etnis tertentu. Dalam hal ini

(11)

(Himpunan Keluarga Besar Mandailing) diekspresikan dengan adanya

strategi sosial budaya dan politik.

2. Strategi penguatan kelompok

Strategi yaitu bagaimana usaha-usaha ataupun cara-cara yang dipakai

perantau untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi, dalam

hal ini adanya usaha penguatan kelompok untuk tetap mempertahankan

identitas etnisnya khususnya strategi sosial budaya dan politik.

3. Strategi Sosial Budaya

Strategi sosial budaya merupakan sebuah cara ataupun usaha dalam

mempertahankan identitas etnis melalui aspek sosial dan budaya

masyarakat Mandailing perantauan.

4. Strategi Politik

Strategi Politik merupakan cara atau usaha yang dilakukan kelompok etnis

untuk mempertahankan identitas etnis melalui aspek politik. Dalam hal ini

bergabung dengan partai politik atau masuk sebagai anggota politik.

Dengan strategi ini maka Etnis Mandailing akan lebih dikenal dan diakui

masyarakat lainnya.

5. Identitas etnis

Menurut Alba, identitas etnis dinilai sebagai orientasi subjektif seseorang

yang mengarahnya pada etnis asalnya. Identitas etnis adalah identitas

sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain.

(12)

memiliki pada satu kelompok dan mengetahui sesuatu tentang pengalaman

yang dibagi pada anggota kelompok.

6. Etnis Perantau Mandailing

Etnis Perantau Mandailing adalah perantau yang berasal dari daerah

Mandailing dan bisa berasal dari daerah lain serta menarik garis keturunan

ayah (patrilineal) yang terdiri dari marga-marga Nasution, Lubis,

Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulay, Matondang, Parinduri, Hasibuan,

Siregar (Nasution, 2005).

7. Asosiasi Sosial

Asosiasi merupakan sebuah ikatan ataupun organisasi yang terbentuk atas

persekutuan antara dua orang atau lebih yang menunjukkan adanya

interaksi ataupun hubungan orang perorangan secara formal dan informal.

8. Institusi Sosial

Institusi Sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang

berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks

kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini institusi

sebagai sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi

kebutuhan. Institusi dapat diartikan juga sebagai suatu jaringan

proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang

berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta

pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan

(13)

9. HIKMA

HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) yaitu sebuah

asosiasi atau perkumpulan-perkumpulan yang bersifat kesukuan yang

bukan hanya beranggotakan Etnik Mandailing, melainkan etnik di luar

Mandailing juga bisa masuk menjadi anggota HIKMA. Sehingga tidak

menutup kemungkinan etnis lain untuk masuk sebagai anggota HIKMA.

Sesuai dengan yel-yel HIKMA yaitu markoum dalam artian bersaudara

yang berdasarkan dalihan na tolu. Walaupun dia tidak memiliki darah

Mandailing tapi pasti setiap mereka memiliki hubungan saudara dengan

Etnis Mandailing. Hal ini lah yang menyebabkan kepanjangan HIKMA

bukan Himpunan Keluarga Mandailing, tapi Himpunan Keluarga Besar

Mandailing.

10.Marga

Marga adalah sebuah identitas yang melekat dalam diri individu ditarik

berdasarkan keturunan ayah (Patrilineal) ataupun ibu (Matrilineal). Etnis

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi yang berjudul “Makna Simbolik dalam Komunitas Street Punk Gonzo”, berawal dari stigma negatif masyarakat terhadap komunitas Punk yang berada di Jalan Mandala