• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis” (Studi kasus organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Selamat , Kecamatan Medan Tembung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis” (Studi kasus organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Selamat , Kecamatan Medan Tembung)"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis

(Studi kasus Organisasi “HIKMA”

di Kelurahan Bandar Selamat,

Kecamatan Medan Tembung)

Disusun Oleh:

Ernita Yanthi Siregar

110901024

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dikenal sebagai salah satu kota yang tatanan masyarakatnya majemuk karena kota ini didiami oleh berbagai kelompok baik suku, agama, dan ras. Kemajemukan tersebut dipahami sebagai bentuk perbedaan daya adaptasi antar kelompok-kelompok yang berbeda. Kompleksitas penduduk yang tinggal di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya interaksi-interaksi sosial antar individu-individu dengan latar belakang berbeda yang memungkinkan terjadinya perubahan ataupun adanya pergeseran pada identitas etnis individu yang merantau. Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana ekspresi identitas etnis melalui asosiasi etnis dan strategi sosial budaya serta politik yang dilakukan Masyarakat Mandailing dalam mempertahankan idnetitas etnis di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis ekspresi identitas etnis melalui asosiasi etnis serta strategi sosial budaya dan strategi politik yang digunakan Masyarakat Mandailing dalam mempertahankan identitas etnisnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi, wawancara mendalam dan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui jurnal ilmiah, skripsi dan artikel lainnya yang sesuai dengan penelitian.

Hasil penelitian dilapangan bahwa dalam mempertahankan identitas etnisnya maka dibutuhkan sebuah wadah yang menjadi tempat untuk melestarikan nilai sosial budaya sebagai wujud dari penguatan identitas etnis seperti mengekspresikan identitas etnis melalui asosiasi etnis yaitu HIKMA. HIKMA merupakan organisasi masyarakat yang berbasis etnis dengan tujuan menghimpun masyarakat Mandailing, meningkatkan kegotongroyongan dalam rangka menjaga dan melestarikan nilai sosial budaya Mandailing dan meningkatkan harkat dan martabat masyarakatnya yaitu Keluarga Besar Mandailing. Selain itu, strategi sosial budaya dalam mempertahankan identitas etnis melalui sosialisasi tetap menggunakan bahasa Mandailiing baik dalam lingkungan HIKMA dan di tempat tinggal, penggunaan adat istiadat dalam siklus kehidupan seseorang seperti acara kelahiran anak, prosesi pernikahan (Siriaon) dan acara duka cita (Siluluton), serta penggunaan marga di perantauan. Selain hal tersebut nilai-nilai sosial budaya yang masih dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti poda na lima. Strategi politik dalam mempertahankan identitas etnis yaitu terdapat 9 nilai utama masyarakat Mandailing yaitu Kekerabatan, Religi, Hagabeon, Hamajuon, Hasangapon, Hamoraon, Uhum, Pengayoman dan Kelola Konflik.

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Ekspresi Identitas Etnis Melalui

Asosiasi Etnis” (Studi kasus organisasi “HIKMA” di Kelurahan Bandar Selamat ,

Kecamatan Medan Tembung), disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana identitas etnis di ekspresikan melalui asosiasi etnis yaitu HIKMA (Himpunan

Keluarga Besar Mandailing).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan

terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Amir Damsa Siregar dan Ibunda Siti

Bonur Hutasuhut yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Semangat, pengorbanan, tetesan keringat, ketulusan, keikhlasan serta cinta yang mengalir setiap detik kepada

anak-anaknya menjadi motivasi yang tak pernah putus. Akhirnya inilah persembahan yang dapat ananda berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan

(4)

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan

ucapan terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Rasa hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan

dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak

mencurahkan waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Terimakasih buat Bapak Muba Simanihuruk selaku Sekretari Departemen dan juga penguji skripsi penulis, yang telah banyak memberikan saran, serta pemikiran dan masukan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Ibu Rosmiani, MA selaku dosen wali/pembimbing akademik penulis yang telah banyak memberikan nasehat, motivasi serta arahan dari awal penulis masuk perkuliahan hingga menyelesaikan perkuliahan di Departemen

Sosiologi FISIP USU.

5. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, Kak Nurbaiti dan Bapak Abel yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

6. Paling teristimewa penulis ucapkan salam sayang terhangat dan terima kasih bahkan tak terucap rasa bangga penulis kepada kedua orang tua

(5)

dengan mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya

kepada saya, selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan mendidik saya serta

dukungan moril maupun materil kepada saya.

7. Secara khusus dan istimewa buat kedua kakak saya kak Yusni dan kak Melly, dan kedua adek laki-laki saya Harry Ananda dan Harry Fahlevi

yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya dan

masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Saudara-saudara dan sahabat-sahabat baik penulis yang bisa mengerti dan

menerima penulis baik dalam keadaan suka maupun duka yang sangat

penulis sayangi, terutama buat sahabat “7icon”, Noviani Dewita Siregar,

Nidia Damanik, Ismi Andari, Herliza Widya, Siti Aisyah dan Dwi Kuncorowati yang selalu bersama-sama selama perkuliahan dan sampai saat ini dan akan dating semoga menjadi sahabat abadi sepanjang masa.

Terima kasih juga kepada adek sepupu saya Lestari serta buat

saudari-saudari saya dirumah kost “Apartement 4”, Terimakasih atas doa,

dukungan, dan perhatiannya. Terima kasih atas segala support, semangat, bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan. Penulis bangga mempunyai sahabat seperti kalian.

9. Saudara-saudari di UKMI As-Siyasah khusunya teman-teman di kepengurusan tahun 2013 (adhe, ama, nasriati, novi, aisyah, saipul, jefri, murdani,asrul, halim, puspa dan semua kader UKMI As-Siyasah lainnya

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) dan juga Pengurus UKMI Ad-Dakwah USU periode 2014 yang sangat penulis sayangi dan

(6)

dan yang lainnya. Terimakasih atas kebersamaan dan segala dukungan

sejak penulis bergabung di organisasi dan menjadi teman seperjuangan dalam menyiarkan ilmu serta banyak mendapat pengalaman di luar bangku

perkuliahan.

10.Kawan-kawan Sosiologi angkatan 2011 yang solid. Terima kasih atas kebersamaan dan segala dukungannya selama menuntut ilmu di

Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan menjadi teman seperjuangan dalam menuntut ilmu.

11.Sahabat sejak SMA Riyanti Saputri yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dan ucapan terimakasih juga buat teman

alumni TKJ II (Rahmat, Heri, Riyan, Riski, Yuli dan teman yang lainnya) yang selalu memberikan semangat dan kebersamaannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Mereka yang selalu menanyakan kapan

sidang, membuat penulis semakin termotivasi untuk cepat-cepat menyelesaikan skripsi ini. Semoga di tahun ini kita dapat wisuda tahun ini. 12.Para Informan yang telah banyak membantu memberikan informasi yang

sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. Terutama kepada Bapak Lutvi Faizalsyah Lubis sebagai Sekretaris umum PD (Pengurus Daerah)

HIKMA dan Bapak M. Taufik Lubis dan juga buat warga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat, Kecamatan Medan Tembung yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penelitian ini.

Terimakasih banyak atas waktu dan kesediaan para informan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai

(7)

saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah

yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima

kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Sarana Kesehatan yang ada di Kelurahan Bandar Selamat ...44

Tabel 2 : Sarana Pendidikan yang ada di Kelurahan Bandar Selamat ...45

Tabel 3 : Sarana Ibadah yang ada di Kelurahan Bandar Selamat ...46

Tabel 4 : Sarana Transportasi ...47

Tabel 5 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Lingkungan Tempat Tinggal ...50

Tabel 6 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis ...52

Tabel 7 : Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan ...53

Tabel 8 : Penduduk Berdasarkan Agama ...54

Tabel 9 : Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...56

Tabel 10: Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ...57

(9)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Isi... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Defenisi Konsep ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksionisme Seimbolik Dalam Perspektif Mead ... 14

2.2 Kelompok Sosial, Asosiasi, dan Institusi dalam Masyarakat ... 18

2.3 Identitas Etnis ... 22

2.4 Strategi Penguatan Identitas Etnis ... 26

BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian ... 32

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 33

3.3.1 Unit Analisis ... 33

3.3..2 Informan ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

(10)

3.5 Interpretasi Data ... 36

3.6 Jadwal Kegiatan ... 38

BAB IV Temuan Data dan Interpretasi Data Penelitian 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 39

4.1.1 Sejarah Kelurahan ... 39

4.1.2 Keadaan Geografis Kelurahan ... 42

4.1.3 Saranan dan Prasaranan Kelurahan ... 43

4.1.4 Gambaran Penduduk Kelurahan Bandar Selamat ... 49

4.1.4.1 Penduduk Bersasarkan Jenis Kelamin dan Lingkungan Tempat Tinggal ... 49

4.1.4.2 Penduduk Berdasarkan Etnis ... 51

4.1.4.3 Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan ... 53

4.1.4.4 Penduduk Berdasarkan Agama ... 54

4.1.4.5 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 55

4.1.5 Ekonomi Masyarakat ... 57

4.1.6 Kondisi Sosial Budaya ... 59

4.2 Profil Informan ... 61

4.3 Sejarah HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) ... 80

4.4 Ekspresi Identitas Etnis Melalui Asosiasi Etnis HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) ... 84

4.4.1 Sosialisasi dan Penggunaan Bahasa Mandailing ... 84

4.4.1.1 Penggunaan Bahasa Mandailing di Himpunan Keluarga Besar Mandailing ... 86

4.4.1.2 Penggunaan Bahasa Mandailing di Tempat Tingggal..88

4.4.1.3 Sosialisasi Bahasa Melalui Kursus Informal ... 90

(11)

4.4.3 Penggunaan Marga ... 96

4.5 Asosiasi HIKMA Sebagai Wadah Ekspresi Identitas Etnis Mandailing ... 98

4.6 Strategi Sosial Budaya Etnis Mandailing dalam Mempertahankan Identitas Etnis ... 104

4.7 Strategi Politik Etnis Mandailing dalam Mempertahankan Identitas Etnis ... 106

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 115

Dokumentasi Lapangan ... 116

(12)

ABSTRAKSI

Kota Medan Provinsi Sumatera Utara dikenal sebagai salah satu kota yang tatanan masyarakatnya majemuk karena kota ini didiami oleh berbagai kelompok baik suku, agama, dan ras. Kemajemukan tersebut dipahami sebagai bentuk perbedaan daya adaptasi antar kelompok-kelompok yang berbeda. Kompleksitas penduduk yang tinggal di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya interaksi-interaksi sosial antar individu-individu dengan latar belakang berbeda yang memungkinkan terjadinya perubahan ataupun adanya pergeseran pada identitas etnis individu yang merantau. Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana ekspresi identitas etnis melalui asosiasi etnis dan strategi sosial budaya serta politik yang dilakukan Masyarakat Mandailing dalam mempertahankan idnetitas etnis di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis ekspresi identitas etnis melalui asosiasi etnis serta strategi sosial budaya dan strategi politik yang digunakan Masyarakat Mandailing dalam mempertahankan identitas etnisnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi, wawancara mendalam dan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui jurnal ilmiah, skripsi dan artikel lainnya yang sesuai dengan penelitian.

Hasil penelitian dilapangan bahwa dalam mempertahankan identitas etnisnya maka dibutuhkan sebuah wadah yang menjadi tempat untuk melestarikan nilai sosial budaya sebagai wujud dari penguatan identitas etnis seperti mengekspresikan identitas etnis melalui asosiasi etnis yaitu HIKMA. HIKMA merupakan organisasi masyarakat yang berbasis etnis dengan tujuan menghimpun masyarakat Mandailing, meningkatkan kegotongroyongan dalam rangka menjaga dan melestarikan nilai sosial budaya Mandailing dan meningkatkan harkat dan martabat masyarakatnya yaitu Keluarga Besar Mandailing. Selain itu, strategi sosial budaya dalam mempertahankan identitas etnis melalui sosialisasi tetap menggunakan bahasa Mandailiing baik dalam lingkungan HIKMA dan di tempat tinggal, penggunaan adat istiadat dalam siklus kehidupan seseorang seperti acara kelahiran anak, prosesi pernikahan (Siriaon) dan acara duka cita (Siluluton), serta penggunaan marga di perantauan. Selain hal tersebut nilai-nilai sosial budaya yang masih dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti poda na lima. Strategi politik dalam mempertahankan identitas etnis yaitu terdapat 9 nilai utama masyarakat Mandailing yaitu Kekerabatan, Religi, Hagabeon, Hamajuon, Hasangapon, Hamoraon, Uhum, Pengayoman dan Kelola Konflik.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu kota yang

didiami oleh berbagai kelompok baik suku, agama, dan ras. Sehingga kota ini dikenal sebagai kota yang tatanan masyarakatnya heterogen ataupun masyarakat

majemuk. Adapun yang dimaksud dengan masyarakat majemuk menurut Furnivall (Nasikun: 2000) adalah sebagi berikut:

“Masyarakat majemuk merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam suatu kesatuan politik” (Nasikun, 2000).

Elemen tersebut berupa kelompok-kelompok yang berbeda dengan menghargai pluralisme sebagai keragaman budaya untuk tetap dilestarikan yang

ditandai oleh adanya suku bangsa yang masing-masing mempunyai cara hidup atau kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku bangsa, sehingga

mencerminkan adanya perbedaan etnis lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat Indonesia. Kemajemukan dalam masyarakat ini dapat dipahami sebagai bentuk perbedaan daya adaptasi antar

kelompok-kelompok yang berbeda baik secara suku, agama, ras dan bahasa. Kemajemukan ini terjadi karena perkembangan migrasi penduduk yang cukup pesat masuk ke

kota Medan.

Sebagai ibukota Provinsi Kota Medan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi utama yang berfungsi sebagai tempat perdagangan, pusat administrasi

(14)

pariwisata dan memiliki pembangunan yang cukup pesat. Pesatnya pertumbuhan

industri mengakibatkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini disebabkan adanya urbanisasi yaitu berpindahnya penduduk

dari desa ke kota dengan tujuan mencari pekerjaan ataupun untuk mencari penghidupan yang lebih baik dari daerah asalnya.

Persentase perbandingan penduduk Kota Medan berdasarkan etnis pada

tahun 2000 (Sirait, 2012) terdiri atas:

Etnis Persentase

Jawa 33,03%

Batak 20,93%

Tionghoa 10,65%

Mandailing 9,36%

Minangkabau 8,6%

Melayu 6,59%

Karo 4,10%

Aceh 2,78%

Lain-lain 3,95%

Sumber: (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota Medan tahun 2012)

Komposisi masyarakat yang heterogen ini akan terbagi-bagi atas beberapa lokasi sehingga membentuk sebuah zona ataupun wilayah pemukiman penduduk

cenderung berkelompok menurut etnisnya masing-masing. Karena sebagian besar para perantau yang datang menggunakan jalur keluarga ataupun kenalan

(15)

Karo banyak bermukim di daerah Padang Bulan, Etnis Batak banyak memilih

bermukim di daerah Pasar Merah, Etnis Melayu di Istana Maimun, Tamil di Kampung Keling dan Etnis Mandailing banyak bermukim di Kecamatan Medan

Maimun, Medan Denai, Medan Barat dan Medan Tembung. Dari berbagai etnis yang terdapat di Kota Medan peneliti menjadikan Etnis Mandailing sebagai subjek penelitian. Karena keberadaan Etnis ini ada pada urutan ke empat dari

semua etnis yang ada di Kota Medan, hal ini menunjukkan bahwa etnis ini bukanlah etnis yang mayoritas. Akan tetapi etnis ini sudah dikenal identitasnya

dan etnis ini juga telah menonjol terutama di bagian Pemerintahan Kota Medan. Dengan demikian terlihat etnis ini telah mampu menguasai beberapa zona sebagai

wilayah permukiman yang tersebar di Kota Medan.

Kota Medan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan.

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan dari yang terdapat

di Kota Medan, Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri dari 7 kelurahan yaitu Kelurahan Indara Kasih, Kelurahan Sidorejo Hilir, Sidorejo, Bantan Timur,

Bandar Selamat, Bantan, dan Tembung. Dari beberapa kelurahan di Kecamatan Medan Tembung, peneliti memilih Kelurahan Bandar Selamat menjadi fokus dalam penelitian ini karena kelurahan ini mayoritas penduduknya adalah

masyarakat Mandailing (89,39%) dari semua jumlah penduduk yang tinggal di kelurahan tersebut dan tindakan mereka masih didasarkan pada aturan adat

(16)

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kelurahan Bandar Selamat

karena karakteristik masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di daerah ini masih memegang aturan, nilai-nilai dan kebiasaan, pola perilaku Mandailing yang

sama dengan asal daerah mereka. Hal ini disebabkan masyarakat Mandailing adalah masyarakat yang mendominasi daerah tersebut. Selain itu, wilayah ini merupakan daerah alternatif dan strategis untuk tempat tinggal karena kelurahan

Bandar Selamat sebagai pusat transportasi yang berasal dari daerah Mandailing ataupun sekitarnya, kondisi ini ditandai dengan dibukanya sarana transportasi

yang praktis karena berlokasi dekat dengan jalan tol. Sehingga masyarakat ataupun individu yang datang ke Kota Medan dengan tujuan untuk menetap,

mereka lebih memilih lokasi yang dekat dengan pusat transportasi ke kampung halaman mereka.

Masyarakat Mandailing mempunyai sifat diantaranya suka merantau,

religius, kritis, mudah menyesuaikan diri, dan mempunyai rasa malu yang besar. Adanya sifat orang Mandailing yang suka merantau, menyebabkan mereka tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai profesi. Daerah perantauan orang

Mandailing yang pertama adalah Sumatera Barat, kemudian Tanah Deli yaitu Kota Medan. Jadi Etnis Mandailing adalah salah satu etnis pendatang yang

tersebar di Kota Medan. Awalnya perantau Mandailing bekerja sebagai pegawai perkebunan dan pemerintahan kesultanan Deli, mereka tampil sebagai guru, guru agama dan pedagang (Nasution, 2005). Pekerjaan ini mempengaruhi pilihan

tempat pemukiman sehingga terdapat beberapa wilayah pemukiman Etnis Mandailing yaitu Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Barat, Medan

(17)

Kecamatan Medan Tembung adalah salah satu kecamatan yang termasuk

tatanan masyarakatnya heterogen khususnya di Kelurahan Bandar Selamat, karena selain Etnis Mandailing 19.353 orang (89,39%) terdapat juga etnis yang

lain tinggal di wilayah ini seperti Etnis Jawa 794 orang (3,66%), Melayu 521 orang (2,36%), Nias 254 orang ( 1,17%), Banjar 90 orang (0,41%), Aceh 77 orang (0,35%), Sunda 65 orang (0,30%), dan China 36 orang (0,16%) (sumber:

Data Kependudukan Kelurahan Bandar Selamat : 2014). Kompleksitas penduduk yang tinggal di suatu wilayah akan mengakibatkan terjadinya interaksi-interaksi

sosial antar individu-individu dengan latar belakang yang berbeda. Sehingga memungkinkan terjadinya perubahan ataupun adanya pergeseran pada identitas

etnis individu yang merantau. Baik dari segi adat istiadat ataupun tindakan dan kebiasaan dari kampung halaman. Suatu etnis pendatang biasanya berinteraksi dengan etnis lain asal di suatu tempat, secara alami akan menempatkan pendatang

dalam posisi yang relatif lemah dilihat dari sisi status yang dimiliki etnis yaitu sebagai pendatang dan kemungkinan identitas etnis akan mengalami perubahan karena telah tinggal pada lingkungan sosial yang mempunyai asal daerah yang

berbeda. Meski sesungguhnya etnis tersebut memiliki status yang relatif seimbang dengan etnis lain pada saat mereka bersama-sama berstatus sebagai pendatang

dalam lingkungan sosial baru. Sama halnya dengan masyarakat Mandailing yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat mereka sebagai pendatang akan terlihat lemah dibandingkan dengan penduduk asli yang tinggal di wilayah tersebut. Akan

(18)

Keberadaan suatu masyarakat di suatu daerah biasanya diakui dan semakin

dikenal karena adanya organisasi sosial masyarakat, terutama masyarakat yang sifatnya merantau. Karena setiap orang yang pergi ke suatu daerah tertentu

ataupun merantau secara sadar atau tidak sadar ia akan mencari teman sedaerah atau seetniknya. Kenyataan demikian karena hubungan dengan teman sedaerah atau seetnik akan memunculkan rasa aman pada dirinya (Subagijo, 2000).

Berdasarkan hal tersebut akan memungkinkan munculnya sebuah asosiasi atau organisasi berdasarkan kelompok etnis. Misalnya dibentuknya sebuah organisasi

di daerah perantauan seperti organisasi Aceh Sepakat dari Etnis Aceh dan Ikatan Keluarga Minang Saiyo dari etnis Minang. Begitu pula dengan masyarakat

mandailing yang ada di Kota Medan khususnya Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung, keberadaan Masyarakat Mandailing ini tidak terlepas karena adanya organisasi sosial yang dibentuk oleh masyarakat tersebut.

Hasil Penelitian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang Keberadaan Paguyuban-Paguyuban Etnis di Daerah Perantauan menunjukkan bahwa munculnya Ikatan Keluarga Minang Saiyo sebagai asosiasi perantau

Minangkabau yang berbasis kedaerahan untuk mempertahankan identitas etnis di wilayah perantauan. Seperti membuka rumah makan ataupun menjadi pedagang

merupakan salah satu identitas Minangkabau yang sangat terkenal (Subagijo, 2000). Selain organisasi dari Minangkabau terdapat juga organisasi Aceh Sepakat di Kota Medan, terbentuknya organisasi ini sebagai organisasi yang bersifat etnis

dikhususkan bagi masyarakat Aceh yang merantau ke Kota Medan. Organisasi ini bertujuan untuk mengekspresikan identitas kesukuannya di tengah-tengah

(19)

kelompok untuk mempertahankan identitas etnis baik kebudayaan dan adat

istiadat dari kampung halamannya (Armanda, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik ingin meneliti dan

menganalisis tentang strategi penguatan kelompok sebagai ekspresi identitas etnis melalui asosiasi etnis dalam mempertahankan identitas etnis khususnya masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat

Kecamatan Medan Tembung. Dalam hal ini peneliti memfokuskan penelitian pada masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar

Selamat dan organisasi HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) dalam aspek sosial budaya dan politik. Pengurus Daerah HIKMA (Himpunan Keluarga

(20)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana ekspresi identitas etnis Mandailing melalui asosiasi etnis

HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) di Kelurahan Bandar Selamat?

2. Bagaimana strategi sosial budaya Etnis Mandailing dalam mempertahankan identitas etnis?

3. Bagaimana strategi politik Etnis Mandailing dalam mempertahankan identitas etnis?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan

sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan ekspresi identitas etnis Mandailing melalui asosiasi etnis HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) di Kelurahan Bandar Selamat. Dalam hal ini peneliti akan

(21)

2. Untuk mengetahui dan menganalisis atau menginterpretasi strategi sosial

budaya dan politik Etnis Mandailing sebagai strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis. Dalam hal ini peneliti akan

mendapatkan informasi terkait dengan cara ataupun usaha yang dilakukan masyarakat Mandailing dalam mempertahankan identitas etnisnya khususnya strategi sosial budaya dan politik.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan berupa : a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khususnya pada mata kuliah hubungan antar kelompok. Selain itu,

memberikan kontribusi kepada pihak-pihak yang membutuhkan untuk dijadikan sebagai perbandingan peneliti selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah

pengetahuan dan wawasan kajian ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khususnya pada mata kuliah Institusi Sosial. Sebagai contoh HIKMA

sebagai institusi berbasis etnis. Sehingga penelitian ini sesuai dengan mata kuliah tersebut.

3. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi tambahan guna

(22)

tinggal di wilayah perantauan, mereka masih mengekspresikan

identitas etnis di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Para perantau Masyarakat Mandailing dapat mengetahui tentang strategi penguatan kelompok yang digunakan dalam mempertahankan

identitas etnis, meskipun mereka pergi ke suatu daerah atau kota perantauan namun mereka tetap bisa mempertahankan dan

mengekspresikan identitas etnis mereka dengan menerapkan strategi penguatan kelompok sosial budaya dan politik dalam menghadapi lingkungan sosialnya.

2. Bagi pemerintah Kota Medan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan saran terhadap Pemko Medan dalam menciptakan harmonisasi sosial karena Kota Medan dikenal sebagai kota yang

majemuk. Dengan adanya penelitian ini memberikan pengetahuan serta informasi yang berkaitan dengan masyarakat Mandailing.

1.5 Defenisi Konsep 1. Ekspresi Identitas

Ekspresi identitas yaitu pengungkapan atau gambaran yang mengarahkan seseorang tersebut masuk dalam kelompok etnis tertentu. Dalam hal ini

(23)

(Himpunan Keluarga Besar Mandailing) diekspresikan dengan adanya

strategi sosial budaya dan politik.

2. Strategi penguatan kelompok

Strategi yaitu bagaimana usaha-usaha ataupun cara-cara yang dipakai

perantau untuk mengatasi rintangan-rintangan yang mereka hadapi, dalam hal ini adanya usaha penguatan kelompok untuk tetap mempertahankan

identitas etnisnya khususnya strategi sosial budaya dan politik. 3. Strategi Sosial Budaya

Strategi sosial budaya merupakan sebuah cara ataupun usaha dalam mempertahankan identitas etnis melalui aspek sosial dan budaya masyarakat Mandailing perantauan.

4. Strategi Politik

Strategi Politik merupakan cara atau usaha yang dilakukan kelompok etnis untuk mempertahankan identitas etnis melalui aspek politik. Dalam hal ini

bergabung dengan partai politik atau masuk sebagai anggota politik. Dengan strategi ini maka Etnis Mandailing akan lebih dikenal dan diakui

masyarakat lainnya. 5. Identitas etnis

Menurut Alba, identitas etnis dinilai sebagai orientasi subjektif seseorang

yang mengarahnya pada etnis asalnya. Identitas etnis adalah identitas sosial yang dapat mempengaruhi komunikasi kita dengan orang lain.

(24)

memiliki pada satu kelompok dan mengetahui sesuatu tentang pengalaman

yang dibagi pada anggota kelompok.

6. Etnis Perantau Mandailing

Etnis Perantau Mandailing adalah perantau yang berasal dari daerah

Mandailing dan bisa berasal dari daerah lain serta menarik garis keturunan ayah (patrilineal) yang terdiri dari marga-marga Nasution, Lubis,

Pulungan, Rangkuti, Batubara, Daulay, Matondang, Parinduri, Hasibuan, Siregar (Nasution, 2005).

7. Asosiasi Sosial

Asosiasi merupakan sebuah ikatan ataupun organisasi yang terbentuk atas persekutuan antara dua orang atau lebih yang menunjukkan adanya

interaksi ataupun hubungan orang perorangan secara formal dan informal. 8. Institusi Sosial

Institusi Sosial merupakan suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang

berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal ini institusi

sebagai sistem tata kelakuan atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. Institusi dapat diartikan juga sebagai suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang

berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan

(25)

9. HIKMA

HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) yaitu sebuah asosiasi atau perkumpulan-perkumpulan yang bersifat kesukuan yang

bukan hanya beranggotakan Etnik Mandailing, melainkan etnik di luar Mandailing juga bisa masuk menjadi anggota HIKMA. Sehingga tidak menutup kemungkinan etnis lain untuk masuk sebagai anggota HIKMA.

Sesuai dengan yel-yel HIKMA yaitu markoum dalam artian bersaudara yang berdasarkan dalihan na tolu. Walaupun dia tidak memiliki darah Mandailing tapi pasti setiap mereka memiliki hubungan saudara dengan Etnis Mandailing. Hal ini lah yang menyebabkan kepanjangan HIKMA

bukan Himpunan Keluarga Mandailing, tapi Himpunan Keluarga Besar Mandailing.

10.Marga

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksionisme Simbolik Dalam Perspektif Mead

Para ilmuwan yang punya andil utama sebagai perintis interaksionisme

simbolik, diantaranya James Mark Baldwin, William James, Charles H. Cooley, John Dewey, William I.Thomas, dan George Herbert Mead. Tetapi George

Herbert Mead-lah yang paling populer sebagai perintis dasar teori ini. Mead mengembangkan teori interaksionisme simbolik pada tahun 1920-an dan ketika ia menjadi Professor filsafat di Universitas Chicago. Namun gagasannya

berkembang pesat setelah mahasiswanya menerbitkan catatan dan kuliah-kuliahnya, melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interakasionisme simbolik. Penyebaran teori Mead juga melalui interpretasi dan tulisan esai yang

dilakukan para mahasiswanya terutama Herbert Blumer. Blumer-lah yang menciptakan istilah interaksionisme simbolik pada tahun 1937 (Goodman, 2003).

Pikiran atau kesadaran muncul dalam proses tindakan. Namun demikian, individu-individu tidak bertindak sebagai organisme yang terasing. Sebaliknya,

(27)

pandangan Mead, kelompok idealis dan behaviorisme mengabaikan dimensi sosial

ini. Tidak seperti kelompok behavioris, Mead berpendapat bahwa adaptasi individu terhadap dunia luar dihubungkan melalui proses komunikasi, yang

berlawanan dengan hanya sekedar respon yang bersifat refleksif dari organisme itu terhadap rangsangan dari lingkungan. Dengan alasan ini, Mead berpendapat bahwa posisinya adalah sebagai behaviorisme sosial (Johnson, 1986).

Dalam hal ini setiap identitas individu senantiasa mengalami perubahan karena mereka saling berinteraksi dan saling menyesuaikan diri dengan individu

lainnya, sehingga identitas yang telah ada dalam diri seseorang tidak menutup kemungkinan mengalami perubahan. Sesuai dengan pendapat Mead adaptasi

individu terhadap dunia luar sesuai interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pada hakikatnya individu mengartikan lingkungan dan dirinya sendiri berkaitan dengan masyarakatnya. Setiap individu yang tinggal di suatu lingkungan masing-masing

mempunyai simbol ataupun latar belakang yang berbeda, sehingga menyebabkan adanya perbedaan identitas yang ada dalam diri individunya. Kemudian akhirnya membutuhkan adaptasi individu dengan lingkungan luar ataupun di luar dirinya

sendiri.

Setiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol-simbol baik dalam

kehidupan sosial maupun kehidupan diri sendiri. Diri tidak terkungkung dengan diri sendiri melainkan bersifat sosial. Orang lain adalah refleksi untuk melihat diri sendiri. Dari penjelasan ini berarti bahwa teori interaksi simbolik merupakan

perspektif yang memperlakukan individu sebagai diri sendiri sekaligus diri sosial. Menurut Mead, individu merupakan makhluk yang sensitif, aktif,

(28)

sebagaimana lingkungan itu mengkondisikan kesensitifan dan tindakannya. Mead

menekankan bahwa individu itu bukanlah merupakan budak masyarakat. “dia membentuk masyarakat sebagaimana masyarakat membentuk individu”

(Juhanda, 1995).

Dari perspektif interaksionisme simbolik individu bersifat aktif, reflektif, kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang sulit diramalkan. Paham ini

menolak gagasan bahwa individu adalah organisme yang pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan atau struktur yang ada di luar dirinya. Setiap

individu terus berubah maka masyarakat pun berubah melalui interaksi. Esensi teori ini adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni

komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksi simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis.

Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari

sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspetasi orang lain yang menjadi

mitra interaksi mereka. Interaksionisme simbolik menitikberatkan pada peristiwa mikro dalam kejadian keseharian, yaitu mengadakan terhadap peristiwa interaksi

pemahaman yang melibatkan objek dan kejadian yang sedang berlangsung keseharian maupun berlangsung di dalam proses interaksi (Agus Salim : 268).

Dalam teori Interaksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran

umum tentang komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer memisahkan tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan metodologis dari

(29)

1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman,

Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol-simbol.

2. Berbagai arti dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang. Arti

muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok-kelompok sosial.

3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di

antara orang-orang.

4. Tingkah laku seseorang tidaklah mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian

pada masa lampau saja, tetapi juga dilakukan secara sengaja.

5. Pikiran terdiri dari percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang

telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.

6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama proses interaksi.

7. Kita tidak dapat memahami pengalaman seorang individu dengan mengamati tingkah lakunya belaka. Pengalaman dan pengertian seseorang akan berbagai hal harus diketahui pula secara pasti.

Interaksi simbolik didasarkan pada premis-premis berikut ini yaitu: 1. Individu merespon suatu situasi simbolik

Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

2. Makna adalah produk interaksi sosial

Karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan

(30)

3. Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu

sejalan dengan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.

Dalam hal ini suatu lingkungan sosial yaitu tempat tinggal menunjukkan

adanya simbol-simbol tersendiri yang menyebabkan masyarakat yang tinggal diluar lingkungan bisa menginterpretasi melalui simbol-simbol yang ada. Misalnya Kelurahan Bandar Selamat dapat di interpretasi bahwa lingkungan

tersebut adalah lingkungan mandailing dengan berbagai simbol identitas masyarakatnya. Identitas yang telah tertanam bagi setiap individu yang tinggal di

daerah ini tercermin adanya identitas etnis yang menggambarkan mereka adalah berasal dari etnis Mandailing. Simbol-simbol ataupun identitas dapat berubah dari

waktu ke waktu karena hal tersebut merupakan produk proses sosial yang tanamkan melalui sosialisasi. Sehingga perlu adanya strategi untuk mempertahankan identitas etnis yang telah tertanam bagi masyarakat yang tinggal

di daerah perantauan. Salah satu usaha yang dilakukan yaitu membentuk sebuah asosiasi yang berbasis etnis untuk mengekspresikan identitas etnis lewat berbagai media dan simbol-simbol kehidupan budaya. Pengungkapan identitas ini sering

dilakukan secara aktif dan sadar seperti memakai pakaian adat, bahasa daerah, marga.

2.2 Kelompok Sosial, Asosiasi dan Institusi dalam Masyarakat

Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama dalam

kurun waktu tertentu. Di dalam kehidupan masyarakat membutuhkan orang lain sehingga menimbulkan suatu hal yang disebut interaksi sosial. Kelompok sosial

(31)

Berdasarkan teori dalam masyarakat Gemeinschaft menurut Ferdinand Tonnies adalah sebagai berikut:

“Gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana antar anggotanya mempunyai hubungan batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal. Dasar hubungannya, yaitu rasa cinta dan persatuan batin yang nyata dan organis” (Narwoko, 2010).

Pada penelitian ini terkait Gemeinschaft yaitu Gemeinschaft of place yaitu

paguyuban berdasarkan tempat tinggal dan Gemeinschaft by blood yaitu paguyuban berdasarkan ikatan darah atau keturunan contohnya keluarga,

kelompok kekerabatan, masyarakat perantauan. Masing-masing kelompok sosial terbentuk ketika masing-masing individu di dalamnya memiliki persamaan karena

berada di satu tempat tinggal yang sama ataupun satu keturunan (Syamsudi, 2012).

Setiap kelompok sosial telah mengembangkan pola-pola interaksi yang

baik, sehingga dapat menjamin ketertiban interaksi sesama warga. Permasalahan muncul ketika individu-individu tersebut bertemu dengan individu dari kelompok lain yang mempunyai identitas berbeda dengan dirinya.

Kelompok sosial terbentuk karena adanya ciri yang ditentukan oleh kelompok itu sendiri, yang kemudian membentuk pola tersendiri dalam hubungan

interaksi sesamanya. Dalam hal ini sebuah kelompok sosial yang dibentuk berdasarkan etnis sehingga membentuk sebuah kelompok etnis (Barth, 1969). Kelompok etnis ini dikenal sebagai suatu populasi yang :

1. Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan

2. Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa

(32)

3. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri

4. Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.

Ditinjau dari segi sosial, kelompok etnis dapat dipandang sebagai suatu tatanan sosial. Dari defenisi kelompok etnis di atas yaitu menentukan ciri khasnya sendiri yang dapat dilihat oleh kelompok lain.

“Ciri asal yang bersifat kategoris (Categorical ascription) adalah ciri khas yang mendasar dan secara umum menentukan seseorang termasuk kelompok etnik mana, dan ini dapat diperkirakan dari latar belakang asal-usulnya. Kelompok-kelompok etnis sebagai tatanan sosial terbentuk bila seseorang menggunakan menggunakan identitas etnis dalam mengkategorikan dirinya dan orang lain untuk tujuan interaksi” (Barth, 1969).

Dalam pengkategorian seseorang menggunakan identitas etnis perlu dipertimbangkan perbedaan ciri ataupun tanda dan nilai- nilai dasar yang dimilikinya. Tanda atau gejala yang tampak yaitu bentuk budaya yang bersifat

membedakan yang biasanya digunakan untuk menentukan identitas seseorang misalnya pakaian, bahasa, dan gaya hidup secara umum. Nilai-nilai dasar misalnya standar moral yang digunakan untuk menilai perilaku seseorang. Dengan

masuknya seseorang ke dalam suatu kelompok etnik, ia akan menjadi seseorang dengan identitas dasar tertentu dan ini berarti ia akan dinilai dan menilai dirinya

sendiri berdasarkan standar yang relevan dengan identitas dasar tersebut.

Pada dasarnya, kelompok etnik mengacu pada kelompok dengan kesamaan keturunan, sejarah dan identitas budaya seperti kesamaan tradisi, nilai, bahasa,

pola perilaku masyarakatnya (Wirutomo, 2012). Kelompok etnik bukan semata-mata ditentukan oleh wilayah yang didudukinya, berbagai cara digunakan untuk

(33)

terus menerus. Kelompok etnik sebagai suatu populasi yang mempunyai

nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaannya dalam suatu bentuk budaya.

Kelompok sosial dalam masyarakat adalah kelompok terkecil yang ada dalam kehidupan masyarakat, sehingga diatas kelompok sosial ataupun tingkat selanjutnya yaitu Asosiasi. Asosiasi merupakan sebuah ikatan ataupun organisasi

yang terbentuk atas persekutuan antara dua orang atau lebih yang menunjukkan adanya interaksi ataupun hubungan orang perorangan secara formal dan informal.

Dalam hal ini asosiasi yaang terbentuk seperti organisasi sosial yang dibentuk berdasarkan kesamaan tujuan yaitu mempererat silaturahmi dan

mempertahankan identitas etnis baik tradisi dan adat istiadat yang sudah ada agar tetap lestari. Sehingga untuk mempertahankan identitas etnisnya mereka membentuk suatu organisasi sosial yang berupa ikatan berdasarkan etnis yang

dimiliki, seperti ikatan yang dibentuk oleh masyarakat Mandailing di daerah perantauan yaitu berdasarkan nama marga dan nama kampung halaman ataupun daerah asal. Contoh parsadaan magadolok, persatuan keluarga batubara, Ikatan

Kelurga Batahan Sekitar (IKKBS), Ikatan Marga Nasution (IKANAS). Dalam hal ini pembentukan asosiasi atau organisasi yang berbasis etnis sebagai salah satu

strategi untuk mempertahankan identitas etnis yang dijadikan sebagai wadah untuk mengekspresikan identitas etnis.

Asosiasi-asosiasi yang telah terbentuk dalam masyarakat baik berdasarkan

marga, asal daerah, dan nama kampung halaman terhimpun dalam sebuah institusi. Institusi sebuah lembaga sosial yang terbesar dalam kehidupan

(34)

dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara

hubungan-hubugan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan kelompoknya.

Dalam penelitian ini institusi yang akan difokuskan yaitu HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) yang dibentuk masyarakat Mandailing khususnya masyarakat yang tinggal di perantauan. HIKMA sebagai lembaga

sosial masyarakat yang tebesar diantara perkumpulan-perkumpulan masyarakat Mandailing. Sehingga memiliki misi untuk menhimpun semua

perkumpulan-perkumpulan Mandailing yang telah terbentuk dalam masyrakat baik berdasarkan marga, asal daerah dan nama kampung halaman menyatu menjadi satu yaitu

Himpunan Keluarga Besar Mandailing. Sehingga masyarakat Mandailing tidak terpecah-pecah, namun bersatu dalam sebuah wadah institusi berbasi etnis yaitu HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing).

Sesuai dengan salah satu tugas HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) yaitu menghimpun keluarga besar Mandailing untuk bersatu dalam rangka melestarikan adat budaya serta mengangkat harkat martabat keluarganya

yaitu keluarga besar Mandailing.

2.3 Identitas Etnis

Identitas atau konsep diri didefenisikan sebagai keseluruhan pemikiran dan perasaan tentang dirinya sendiri sebagai objek. Identitas menyangkut seluruh

aspek sosial dan budaya, jadi identitas sepenuhnya merupakan konstruksi sosial yang dibentuk berdasarkan proses sosialisasi. Singkatnya identitas adalah tentang

(35)

bukanlah suatu hal yang paten yang kita miliki, melainkan suatu proses yang

merupakan hasil dari proses sosial. Dan identitas sebagai produk sosial. Diri (self) akan mempengaruhi masyarakat melalui perilaku secara individual yang dengan

demikian membentuk berbagai kelompok, organisasi, jaringan dan institusi. Menggunakan ide-ide dari interaksionis simbolik dari Geroge Herbert Mead, Jenkins (dalam Anggraheni, 2009) berargumen bahwa identitas terbentuk melalui

proses sosialisasi. Melalui proses ini orang belajar untuk membedakan persamaan dan perbedaan signifikan secara sosial antara mereka dengan orang lain. Identitas

seseorang selalu dibentuk dalam hubungan dengan orang lain (Anggraheni, 2009).

Dengan menggunakan pendekatan interaksionisme simbolik, suatu fenomena dalam lingkungan sosial akan lebih mudah dipahami melalui defenisi individu atau interpretsi diri sendiri, orang lain dan bahkan situasi melalui

identifikasi makna-makna yang diberikan aktor pada lingkungannya, untuk memahami mengapa melakukan sesuatu dengan cara mereka sendiri.

Istilah etnis berasal dari bahasa yunani kuno, ethos yang berarti sejumlah orang berbeda yang tinggal dan bertindak bersama-sama. Identitas etnis merupakan bentuk spesifik dari identitas budaya. Identitas etnis bisa dilihat

sebagai sebuah kumpulan ide tentang satu kepemilikan keanggotaan kelompok etnis (Lubis, 2012). Hal ini menyangkut beberapa dimensi yaitu:

1. Identifikasi diri sendiri

(36)

Memiliki sebuah identitas etnis berarti mengalami sebuah perasaan

memiliki pada suatu kelompok dan mengetahui sesuatu tentang pengalaman yang dibagi pada anggota kelompok. Setiap suku masing-masing memiliki identitas

yang berbeda dan kategori kesukuan (etnisitas) sebagai klasifikasi orang-orang dalam konteks identitas umum yang paling dasar (basic most general identity), yang ditentukan oleh asal dan latar belakang orang itu. Simbol ataupun atribut

penting yang pada dasarnya mengidentifikasi etnisitas adalah faktor-faktor primordial seperti bahasa daerah, adat istiadat, nilai-nilai simbolik, agama dan

teritorial. Setiap etnis memiliki identitas umum yang paling dasar yang membentuk kesamaan antara orang-orang dalam satu etnis tersebut.

Identitas umum tersebut juga membentuk perbedaan dengan orang-orang di luar etnisnya dan identitas tersebut terlihat sehingga menciptakan sesuatu yang khas dan unik. Identitas merupakan hal yang dinamis dan beragam, artinya

identitas bukanlah suatu hal yang statis, namun pada suatu saat bisa berubah. Sama halnya dengan identitas etnis yang bisa saja mengalami perubahan. Sehingga perlu adanya penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas

etnis, khususnya masyarakat Mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung.

Setiap etnis memberi identitas kepada sekelompok orang tertentu sehingga mudah memahami perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam masing-masing etnis tersebut paling tidak mampu untuk mengidentifikasi identitas dari masing-masing

(37)

yaitu adanya penggunaan bahasa yang mempunyai aksara tersendiri dari

masing-masing etnis.

2. Pakaian dan penampilan

Pakaian dan penampilan ini meliputi pakaian dan dandanan luar juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda-beda.

3. Makanan

Dalam hal ini termasuk kebiasaan makan, cara memilih, menyiapkan,

menyajikan dan memakan makanan sering berbeda antara etnis yang satu dengan etnis yang lainnya.

4. Waktu dan kesadaran akan waktu

Kesadaran akan waktu berbeda antara etnis yang satu dengan yang lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan

waktu.

5. Penghargaan dan pengakuan

Ini merupakan salah satu cara untuk mengamati suatu etnis dengan

memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan keberanian.

6. Hubungan-hubungan manusia dan organisasi

Hubungan-hubungan ini mengatur hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan,

(38)

Berdasarkan suatu sistem nilai yang dianutnya, suatu kelompok etnis

menentukan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan. Aturan ini berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau

kepatuhan, atau kebolehan bagi anak-anak.

8. Rasa diri dan ruang kenyamanan yang dimiliki seseorang

Identitas yang dimiliki seseorang atas dirinya bisa diekspresikan secara

berbeda oleh kelompok etnis masing-masing. Beberapa kelompok etnis sangat terstruktur dan formal, sementara kelompok etnis lainnya lebih

informal, dan beberapa kelompok etnis sangat tertutup tetapi ada juga budaya yang lebih terbuka dan berubah

9. Proses mental dan belajar

Beberapa etnis menekankan aspek perkembangan otak ketimbang aspek lainnya sehingga orang dapat mengamati perbedaan-perbedaan yang

mencolok dalam cara orang-orang berfikir dan belajar.

2.4 Strategi Penguatan Identitas Etnis

Setiap etnis yang merantau ke Kota Medan mempunyai kecenderungan untuk mempertahanakan identitasnya seperti dalam penggunaan bahasa daerah

apabila berjumpa dengan kelompok etnisnya (Lubis 2012 : 16). Jadi Setiap kelompok etnis membutuhkan usaha untuk mempertahankan identitas etnisnya lewat berbagai media dan simbol-simbol budaya. Identitas etnik tetap dilestarikan

(39)

adat istiadatnya di perantauan. Salah satu organisasi etnis yang ada di Kota Medan

adalah organisasi Aceh Sepakat dari etnis Aceh.

Dalam penguatan identitas etnis terdapat beberapa strategi yang bisa

digunakan untuk dapat mempertahankan identitas etnis di perantauan yaitu :

1. Strategi sosial budaya

Strategi sosial budaya merupakan sebuah cara ataupun usaha dalam mempertahankan identitas etnis melaui aspek sosial dan budaya

masyarakat Mandailing perantauan. Koentjaraningrat menjelaskan bahwa gerak migrasi yang telah mempertemukan berbagai kelompok manusia

dengan kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga terjadi pengenalan mereka dengan unsur-unsur kebudayaan asing. Sehingga perlu adanya strategi sosial budaya dalam mempertahankan identitas etnis di

perantauan. Budaya asal yang tebawa ke Kota Medan menyebabkan dibentuknya kelompok-kelompok sosial atau asosiasi baik itu berdasarkan marga, asal daerah untuk melestarikan budaya asalnya. Hal ini dapat

dilihat pada acara-acara adat seperti siluluton ( upacara duka cita) dan siriaon (upacara suka cita), prosesi pernikahan adat. Selain budaya terlihat juga dalam hal sosial yaitu upaya memberi pekerjaan bagi migran asal yang masih menganggur di perantauan (Dlt, 2007).

Usman Pelly dalam bukunya yang berjudul Urbanisasi dan Adaptasi: Peranan Misi Budaya Minagkabau dan Mandailing (1994) berpendapat bahwa masyarakat yang tinggal di perantauan sangat

(40)

etnik dan mengadaptasikan masing-masing budaya tersebut kepada

tuntutan-tuntutan lingkungan perkotaan (Armanda, 2007). Penelitian Pelly (1980) dalam Jessica (2012) menunjukkan bahwa “misi budaya”

mempengaruhi pekerjaan dan letak permukiman perantau Etnis Mandailing. Misi budaya yang dimaksud adalah adanya seperangkat tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh para perantau. Sebagai contoh

etnis Mandailing memiliki misi “membangun kerajaan”, yakni menguasai daerah yang didatanginya sehingga lebih memilih pekerjaan di bidang

pemerintahan dan kepegawaian. Maka dengan strategi ini bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk dapat mempertahankan identitas etnis

misalnya dalam hal pekerjaan, pendidikan, tetap menggunakan marga di perantauan, penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan di perantauan dan pelestarian adat budaya Mandailing.

Selain hal tersebut strategi sosial budaya menyangkut nilai-nilai sosial budaya. Karena setiap kelompok masyarakat mempunyai ketentuan-ketentuan yang harus diikuti dan dipatuhi oleh warganya untuk mencapai

kesejahteraan. ketentutan-ketentuan tersebut didasari oleh falsafah hidup yang merupakan nilai luhur dari masyarakat itu sendiri. Nilai-nilai sosial

budaya sudah menjadi jiwa dari masyarakat tersebut.

Demikian juga halnya dengan Masyarakat Mandailing mempunyai nilai-nilai yang sudah melekat dalam dirinya. Nilai-nilai sosial sebagai

(41)

yang tidak pernah hapus yaitu tidak dapat dilihat mata tapi telah tertanam

dalam hati artinya tidak tertulis tetapi sudah tertanam dalam jiwa dan kita tetap bisa membacanya. Dalam buku ini termasuk di dalamnya adat

istiadat, budaya Etnis Mandailing, nilai sosial seperti poda na lima, Huruf Tulak-tulak atau aksara Mandailing, dan Dalihan na tolu.

2. Strategi politik

Di masa modern ini hampir dapat dipastikan bahwa tak seorang pun dapat melepaskan diri dari pengaruh politik. Sehingga pertama kali

mereka yang kurang berkemampuan mengikatkan diri di dalam kelompok ataupun organisasi (Sanit, 1985). Dalam hal ini ada organisasi masyarakat

yang bergerak di bidang sosial-ekonomi dan ada pula yang mengkhususkan diri dalam kegiatan politik, dan ada pula kedua kegiatan tersebut dilakukan oleh sebuah organisasi. Dalam mengeekspresikan

identitas etnis memerlukan sebuah wadah sebagai tempat yang bisa mengatur dan menghimpun masyarakat untuk bisa bersatu.

Dalam penelitian ini peneliti akan melihat organisasi etnis yang ada

di Kelurahan Bandar Selamat yaitu Himpunan Keluarga Besar Mandailing (HIKMA). HIKMA (Himpunan Keluarga Besar Mandailing) merupakan

lembaga yang menghimpun keluarga besar Mandailing, sehingga HIKMA bukan organisasi parsadaan (persatuan) baik marga, asal daerah dan lainnya. Tetapi HIKMA adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang

berbasis etnis.

Pada penelitian ini Strategi Politik merupakan cara atau usaha yang

(42)

aspek politik. Dalam hal ini bergabung dengan partai politik atau masuk

sebagai anggota politik. Di Kota Medan Etnis Mandailing umumnya mendominasi instansi-instansi pemerintahan. Dengan adanya dominasi ini

menyebabkan adanya pengakuan dalam seluruh lingkungan pluralis. Sehingga strategi ini menjadi salah satu cara untuk dapat mempertahankan identitasnya. Identitas etnis memainkan peranan penting dalam

perpolitikan. Institusi, aktor, dan budaya lokal juga memainkan peran di dalam politik (Klinken, 2007). Sebagai contoh strategi politik ini bisa

digunakan yaitu membawa identitas sebagai pendekatan saat kampanye di tengah-tengah pluralitas seperti Kota Medan. Mereka lebih menekankan

pada pendekatan kekerabatan, kemargaan dan sejarah keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian Ahmad Hidayah Dlt 2007 yang

berjudul “Faktor Ekonomi dan Keinginan Berprestasi Masyarakat Padang

Lawas Berimigrasi ke Kota Medan” menunjukkan bahwa Meskipun masyarakat Tapanuli Selatan berada di Kota Medan mereka tetap mempertahankan identitas etnis dan budaya asal masih tetap dilestarikan

pada masyarakatnya di perantauan. Meskipun mereka telah lama menetap, akan tetapi hubungan kekerabatan mereka masih dijaga dengan baik.

mereka senantiasa mendahulukan kelompok kekerabatan mereka, inilah yang menyebabkan mengapa mereka (para migran) selalu berjuang untuk menduduki posisi penting di pemerintahan, BUMN, maupun perusahaan

Swasta lainnya. Karena dengan upaya-upaya itu mereka yang telah menetap (migran permanent) dapat membantu dengan memberikan

(43)

mendapatkan pekerjaan. Ini meruapakan salah satu strategi politik yang

digunakan Etnis Mandailing sehingga walaupun status mereka hanya pendatang tapi mereka bisa menonjol di instansi-instansi pemerintahan

Kota Medan.

Dalam masyarakat Toba terdapat konsep politik yang dijadikan sebagai pedoman ataupun cita-cita hidup dalam masyarakat yaitu

hamoraon (kekayaan), hasangapon (kehormatan), hagabeon (anak atau keturunan). Konsep ini digunakan sebagai inspirasi untuk keberhasilan

masing-masing masyarakatnya.

Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis konsep-konsep yang

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan penelitian yang menghasilkan berupa data, tulisan, dan tingkah laku

yang didapat dan apa yang diamati serta untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian.

Bogdan mendefenisikan studi kasus adalah sebuah kajian yang rinci atas

suatu latar atau peristiwa tertentu. Jadi penelitian ini mempelajari secara intensif latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu

kelompok, lembaga atau masyarakat (Idrus, 2009). Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena analisis data yang dilakukan tidak untuk menerima atau menolak hipotesis melainkan berupa deskripsi atas gejala-gejala yang

diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antarvariabel (Wirartha). Pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan

(45)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan

Tembung Kota Medan. Wilayah Kecamatan Medan Tembung terdapat beberapa Kelurahan diantaranya Kelurahan Tembung, Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Indra Kasih, Kelurahan Siderejo, Kelurahan Siderejo Hilir, Kelurahan

Bantan, Kelurahan Bantan Timur. Alasan peneliti memilih lokasi ini dikerenakan dari tujuh kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Tembung tidak semua

kelurahan mayoritas penduduknya etnis Mandailing, hanya ada beberapa kelurahan saja yang menjadi lokasi tempat tinggalnya mayoritas masyarakat

Mandailing salah satunya adalah Kelurahan Bandar Selamat. Sesuai dengan judul penelitian maka lokasi ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian karena rata-rata masyarakat Mandailing yang tinggal di Kelurahan ini adalah

masyarakat pendatang yang merantau dari luar Kota Medan. Sehingga penelitian ini melihat bagaimana strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis khususnya masyarakat Mandailing di perantauan sehingga mereka

bisa mengekspresikan identitas etnis mereka di tengah-tengah masyarakat majemuk.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Salah satu ciri dan karakteristik dari penelitan sosial adalah

(46)

yang lazim digunakan pada penelitian sosial yaitu individu, kelompok dan sosial.

Adapun yang menjadi unit analisis dan objek kajian dalam penelitian ini adalah masyarakat mandailing yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan

Medan Tembung.

3.3.2 Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian yang merupakan sumber informasi yang aktual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik

purposive Sampling untuk menentukan subjek penelitian. Teknik purposive Sampling digunakan jika dalam pemilihan informan peneliti menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sehingga peneliti menentukan beberapa kriteria informan (Idrus, 2009). Adapun yang menjadi informan sebagai sumber informasi untuk memperoleh data dari penelitian ini adalah:

1. Perantau yang berasal dari wilayah Mandailing 2. Perantau yang telah merantau lebih dari 5 tahun

3. Mengetahui identitas etnis Mandailing misalnya masih menggunakan marga,

pandai bahasa Mandailing

4. Menguasai adat budaya mandailing

5. Masih memiliki hubungan dengan kampung halaman atau daerah asal 6. Aktif atau ikut terlibat di organisasi /asosiasi masyarakat Mandailing

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi dalam penelitian di lapangan,

(47)

dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat menjelaskan dan

menjawab permasalahan-permasalahan yang bersangkutan. Dalam proses pengumpuan data peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data agar

mendapat kesesuaian dengan kebutuhan si peneliti dalam mengolah data dan informasi yang telah diperoleh dilapangan. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder, yang

dapat digolongkan sebagai berikut:

3.4.2 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek

penelitian melalui observasi dan wawancara. Oleh karena itu untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara penelitian lapangan yaitu :

1.Observasi

Observasi merupakan kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya, selain itu panca indera yang dapat

digunakan juga adalah telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatan melalui

hasil kerja panca indera serta dibantu dengan panca indera lainnya. Adapun yang menjadi bahan observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung kepada masyarakat mandailing yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat mengenai

strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis. Dalam hal ini peneliti akan menggali informasi terkait ekspresi identitas etnis melalui

(48)

2.Wawancara Mendalam

Wawancara yaitu proses tanya jawab secara langsung ditujukan kepada informan dilokasi penelitian dengan menggunakan alat bantu rekam/ tape

recorder. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. Wawancara

mendalam dilakukan berkali-kali dengan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, dalam artian pewawancara terlibat dalam kehidupan

sosial di lokasi penelitian (Bungin, 2006). Wawancara terhadap informan ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang ekspresi

identitas etnis melalui asosiasi etnis sebagai salah satu strategi penguatan kelompok dalam mempertahankan identitas etnis khususnya pada masyarakat mandailing perantauan yang tinggal di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan

Medan Tembung.

3.4.3 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data ini sebagai salah satu aspek pendukung keabsahan

penelitian. Data ini berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahn penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan

dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku referensi, skripsi, dokumen majalah, jurnal dan bahan dari situs-situs internet dan

(49)

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data atau penafsiran data merupakan suatu kegiatan

menggabungkan antara hasil analisis dengan permasalahan penelitian untuk menemukan makna yang ada dalam permasalahan. Bogdan dan Biklen (Moleong, 2006 : 248) dikutip dalam skripsi Novi Khairani tahun 2010 menjelaskan

interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia yang didapat melalui observasi, wawancara, dan juga dokumentasi. Setelah itu

kemudian data akan dipelajari dan ditelaah kembali menggunakan teori yang digunakan dan di interpretasikan secara kualitatif untuk menganalisis permasalahan tersebut.

Interpretasi data dimulai dengan seluruh data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini baik melaui observasi, wawancara, dokumentasi dan cataan

dilapangan akan diinterprestasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian pustaka, kemudian data tersebut akan diatur, diurutkan, dikelompokkan ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan megelompokkan data-data

yang diperoleh dari hasil wawancara dan sebagainya, selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara saksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik dan

(50)

3.6 Jadwal Kegiatan

No. Kegiatan

Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pra Proposal √

2. ACC Judul √

3. Penyusunan

Proposal Penelitian

√ √ √

4. Seminar Proposal Penelitian

5. Penelitian Lapangan

6. Pengumpulan dan Analisis Data

√ √ √

7. Bimbingan Skripsi √ √ √

8. Penulisan Laporan Akhir

√ √ √

Gambar

Gambar : 1
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi frekuensi Berdasarkan Lingkungan Sosial Dan Budaya Responden Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Bandar Selamat Lingkungan

Rumusan masalah yang diambil pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan strategi Identitas Korporat pada materi penggolongan makhluk hidup mata pelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah yang terkait dengan bagaimana peran mahasiswa perempuan asing melalui budaya lokal dalam membangun dinamika sosial

Teori Sosial Masalah-masalah Pokok Dalam Sosiologi.. Yogyakarta:

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan melalui media permainan ular tangga dan cerita

Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu bagaimana identitas kota Surabaya direpresentasikan melalui simbol-simbol visual yang ditampilkan melalui

Berdasarkan rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu bagaimana identitas kota Surabaya direpresentasikan melalui simbol-simbol visual yang ditampilkan melalui

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana strategi komunikasi pemasaran CV.Mitra Aroma dalam meningkatkan penjualan melalui media sosial instagram.. Apa saja yang menjadi