• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik di Pulau Nias Dengan Metode Ekonometri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prakiraan Kebutuhan Energi Listrik di Pulau Nias Dengan Metode Ekonometri"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geografis Pulau Nias

Gambar 2.1 Letak Pulau Nias di provinsi Sumatera Utara

Nias adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau dengan luas wilayah 5625 km2 ini, berpenduduk 700.000 jiwa, mempunyai jarak ± 85 mil laut dari sibolga (daerah provinsi sumatera utara) serta dikelilingi oleh samudera Hindia. Menurut letak Geografis, pulau Nias terletak pada garis 0012’ – 1032’ Lintang Utara (LU), dan 970 – 980 Bujur Timur (BT) dekat garis Khatulistiwa dengan batas – batas wilayah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Banyak Provinsi Nangroe Aceh

(2)

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Mursala kabupaten Tapanuli

Tengah Propinsi Sumatera Utara.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Keadaan iklim Pulau Nias dipengaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara dalam satu tahun rata- rata 25,90C perbulan dengan rata – rata minimum 21,20C dan rata – rata maksimum 30,30C. Kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun adalah sebesar 5,6 knot per jam dan bisa mencapai rata – rata kecepatan maksimum sebesar 19,8 knot/jam dengan arah angin terbanyak berasal dari arah utara. Kondisi seperti ini disamping curah hujan yang tinggi mengakibatkan sering terjadinya badai besar.

(3)

Seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2, Pulau Nias saat ini telah dimekarkan menjadi 4 kabupaten dan satu kota, yaitu kaupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunug Sitoli.

Daerah Kabupaten Nias, merupakan daerah Kepulauan yang memiliki pulau – pulau kecil sebanyak 27 buah. Banyaknya pulau – pulau kecil yang dihuni oleh penduduk adalah sebanyak 11 buah, dan yang tidak dihuni ada sebanyak 16 buah.

Kondisi pulau Nias mempunyai area dengan kondisi tanah datar dan berbukit sedangkan luas ± 15 ha yang dibutuhkan untuk lokasi rencana pembangunan PLTU Batubara tersebut yang berdekatan dengan jaringan 20 kV eksisting dan pembangkit eksisting.

Kabupaten Nias merupakan salah satu daerah yang mengalami krisis energi listrik. Apabila salah satu unit pembangkit mengalami gangguan atau dilakukan pemeliharaan, maka akan terjadi pemadaman bergilir di sistem kelistrikan Nias tersebut. Selain itu selama beberapa waktu terakhir PLN tidak dapat memenuhi permintaan sambungan baru dari masyarakat.

2.2. Kondisi Ketenagalistrikan Pulau Nias

2.2.1 Sejarah Singkat PT.PLN (Persero) Cabang Nias

(4)

Sentralnya dibangun di tanah pertapakan kantor PLN Cabang Medan yang sekarang di jalan listrik no 12 Medan, dibangun oleh NV NIGEM / OGEM perusahaan swasta Belanda. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung pura dan pangkaalan brandan (1924), tebing tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung (1929), Tanjung Balai pada tahun 1931 (milik Gemeente-Kotapraja), Labuhan bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Pada masa penjajahan Jepang, Jepang hanya mengambil alih pengelolaan perusahaan listrik milik swasta Belanda tanpa ada penambahan mesin dan perluasan jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi perusahaan listrik dibagi menjadi perusahaan listrik Sumatera Utara, Perusahaan listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktrur organisasi pemerintahan tentara Jepang waktu itu.

(5)

1955 di Medan berdiri perusahaan listrik negara distribusi cabang Sumatera Utara (Sumatra Timur dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai R. Sukarno (merangkap kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifulla. Setelah BPU PLN berdiri dengan SK menteri PUT no. 16/1/20 tanggal 20 mei 1961, maka organisasi kelistrikan diubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau menjadi PLN Eksploitasi I.

Pada tahun 1965, BTU PLN dibubarkan dengan peraturan menteri No. PU No 9/PRT/64 dan dengan peraturan mentri no. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian daerah kerja menjadi 15 kesatuaan daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap menjadi daerah Eksploitasi I.

Dari Eksploitasi I menjadi Eksploitasi II sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi Sumatera Utara tersebut, maka dengan keputusan Presiden Direksi PLN no. KPTS 009/ Dir PLN/ 66 tanggal 14 april 1966, PLN Eksploitasi I dibagi menjadi 4 dan satu sektor Medan, Binjai, Sibolga dan Siantar. PLN sibolga ini membawahi PLN Nias.

Pada tahun 1985 beroperasi 2 buah PLTD di gunung Sitoli untuk memenuhi kebutuhan listrik di pulau Nias dengan kapasitas terpasang masing-masing 560 kW dan daya mampu masing-masing 350 kW.

(6)

• Lokasi pulai Nias yang Isolated, terpisah dari Pulau Sumatera

• Rentang Kendali PLN cabang Sibolga yang sangat jauh ke Pulau Nias

(± 120 km).

• Tuntutan pelayanan yang semakin tinggi

• Tingginya pertumbuhan konsumsi listrik pasca bencana tsunami dan

gempa.

• Memudahkan koordinaasi dengan otoritas daerah setempat.

(7)

2015

Pengadaan PLTD kapasitas 1,2 MW Pulau Terluar yang ditempatkan di

Nias Selatan kota Teluk Dalam, terdiri dari : a) PLTD Lasondre 2 × 0,1 MW

b) PLTD Tanah Masa 2×0,2 MW c) PLTD Tanah Bala 3×0,2 MW 2016

 PLN membangun PLTG MPP (Mobile Power Plant) 25 MW di Gunung

sitoli yang akan beroperasi Pada Juli 2016. • 2017

 Pengadaan PLTMG MPP 25 MW di Nias akan COD (Commercial

Operation Date). 2018

 Rencana Pembangunan Transmisi 70 kV Nias – Gunung Sitoli untuk

perbaikan penyaluran tenaga listrik di system Nias akan COD.

2.2.2 Profil PLN Cabang Nias

(8)

ranting menjadi cabang, dengan wilayah kerjanya meliputi rantng Gunug Sitoli, Ranting Teluk Dalam, PLTD Gunung Sitoli, dan PLTD teluk dalam.

Dalam 2 tahun terakhir, Mei 2009 hingga Desember 2010, PLN Nias sudah menambah kapasitas pembangkitan dengan sistem sewa di 3 lokasi, yaitu teluk dalam 3MW, gunung Sitoli 5MW, Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) Mowao 4 MW. Penambahan kapasitas ini telah meningkatkan kemampuan pebangkit sndiri yang sebelumnya sudah ada yaitu di Teluk Dalam 2MW, di Gunung Sitoli 6 – 7 MW dan di Pulau Tello 400 KW.

(9)

2.2.3 Struktur Organisasi PLN Cabang Nias

Struktur Organisasi adalah suatu bentuk kerjasama dari sejumlah orang dalam suatu wadah tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas maka, dapat dikethui posisi tugas dan wewenang setiap tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pegawai sehingga tidak terjadi tumpang tindih antar fungsi dari masing –masing bagian. Struktur organisasi yang dianut oleh PLN Nias adalah struktur organisasi garis. Adapun tugas masing – masing adalah sebagai berikut : • Manajer cabang

Manajer Cabang bertanggung jawab mengelola dan melaksanakan kegiatan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan, pegoperasian, dan pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik seluruh Nias, secara efisien dan efektif. Manajer caang membawahi 6 pimpinan yaitu :

o Bagian teknik

o Bagian pembangkitn

o Bagian pengukuran dan proteksi

o Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan

o Bagian ADM dan keuangan

o Bagian yang membawahi PLTD (Pembangkit Tenaga Diesel) • Bagian Teknik

Bagian ini bertugas untuk mengkordinasi perencnaan, pengoperasian dan pemeliharaan sarana pendistribusian tenaga listrik yang efektif dan efisien dengan mutu yang baik.

(10)

Bagian ini menjaga, memeriksa jaringan agar distribusi listrik tetap terjaga, mengukur rangkaian jaringan, sambungan untuk pelanggan, selain menjaga jaringan tegangan tinggi, tegangan menengah dan menjaga untuk pembatasan.

• Bagian Niaga dan Pelayanan Pelanggan

• Bagian ini bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan

penyusunan perkiraan kebutuhan tenaga listrik, penjualan tenaga listrik, penyuluhan dan survei data pelanggan tenaga listrik di wilayah kerjanya • Bagian ADM dan Keuangan

Bagian keuangan bertanggung jawab untuk mengkoordinirkan pengelolaan anggaran, keuangan, perpajakan, dan asuransi sesuai dengan prinsip – prinsip manajemen dan membuat laporan keuangan dan akutansi yang akurat dan tepat waktu.

2.3 Data

Data adalah sesuatu yang diketahui dari berbagai hal atau kejadian secara nyata atau merupakan hasil pengamatan. Data terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Berdasarkan Sifat

• Data Kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka dan lebih

bersifat pernyataan.

• Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka.

2. Berdasarkan Sumber

Data Internal adalah data yang menggambarkan keadaan suatu

(11)

Data Eksternal adalah data yang menggambarkan keadaan di luar

suatu organisasi yang dapat mempengaruhi hasil kerja organisasi tersebut.

3. Berdasarkan Cara Memperoleh

• Data Primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan

atau suatu organisasi secara langsung dari hasil pengamatan objek yang diteliti.

• Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui suatu pihak atau

organisasi baik dari publikasi maupun permintahan kepada perusahaan yang berwenang atas pengumpulan data tersebut.

4. Berdasarkan Waktu Pengumpulan

Data Cross Section adalah data yang dikumpulkan pada suatu waktu

tertentu saja (at a point of time).

Data Berkala (time series) adalah data yang dikumpulkan pada

rentang waktu tertentu untuk menggambarkan pertumbuhan suatu objek.

2.4 Klasifikasi Pola Data Berkala (Time Series)

Pada klasifikasi pola data time series terbagi menjadi empat jenis yang memiliki karakteristik berbeda, yaitu:

1. Random (Stationer)

(12)

2. Tren (Trend)

Pola perkembangan data ini membentuk karakteristik yang mendekati garis linier. Naik turunnya gradient menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan nilai data berdasarkan waktu.

3. Musiman (Seasonality)

Pola yang terbentuk karena terdapat pola kebiasaan dari data dalam suatu periode kecil sehingga menghasilkan grafik yang serupa pada jangka waktu tertentu secara berulang-ulang.

4. Siklis (Cycle)

Pola yang memiliki karakteeristik mirip seperti pola musiman, namun memiliki periode perulangan yang lebih panjang. Berikut Gambar 2.1 merupakan klasifikasi pola data berkala.

(13)

2.5 Prakiraan Beban Listrik

Prakiraan atau peramalan adalah suatu dugaan atau perkiraan atas terjadinya peristiwa di waktu yang akan datang. Ramalan beban listrik merupakan alat yang penting dan digunakan untuk memastikan bahwa energi yang disediakan oleh penyedia (PLN) memenuhi beban ditambah dengan rugi energi pada sistem. Ramalan dapat memiliki sifat kualitatif atau kuantitatif seperti pada penjelasan mengenai data sebelumnya. Ramalan kuantitatif terbagi menjadi dua yaitu ramalan tunggal (point forecast) dan ramalan selang (interval forecast).

Menurut S.A.Soliman (2010:15), peramalan beban listrik berdasarkan jangka waktu terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Long-range forecasting (peramalan jangka panjang) digunakan untuk memprediksi beban hingga 50 tahun ke depan sehingga perencanaan pengembangan dapat difasilitasi.

2. Medium-range forecasting (peramalan jangka menengah) digunakan untuk memprediksi beban mingguan, bulanan, dan beban puncak tahuanan hingga 10 tahun ke depan sehingga perencanaan operasional yang efisien dapat dilakukan.

3. Short-range forecasting (peramalan jangka pendek) digunakan untuk memprediksi beban hingga seminggu ke depan yang dilakukan setiap harinya.

(14)

2.6 Metode Prakiraan Beban Listrik

Keluaran dari peramalan beban umumnya berupa perkiraan penjualan energi tahunan. Penyedia energi listrik biasanya memperkirakan penjualan energi tahunan pertama dan penggunaan penjualan energi dalam menentukan perkiraan permintaan beban puncak tahunan. Terdapat tiga metode yang digunakan dalam peramalan beban energi listrik, yaitu metode ekonometrik (econometric regression analysis), metode saturasi terapan (appliance saturation method), dan metode penggunaan energi akhir (end-use energy method).

2.6.1 Metode Ekonometrik (Econometric Regression Analysis)

Analisis regresi ekonometrik adalah metode yang menggunakan histori energi tahunan dan data ekonomi untuk menentukan elastisitas pelanggan. Elastisitas adalah ukuran bagaimana pelanggan akan mengubah pola pembelian dalam menanggapi perubahan harga, kenyamanan, keandalan, serta faktor lainnya. Berdasarkan elastisitas pelanggan, dan dengan asumsi bahwa elastisitas ini tidak berubah dari waktu ke waktu maka perkiraan energi dapat dibuat. Metode ini secara luas diterapkan pada peramalan konsumsi energi listrik (kilowatt-jam) (Pindyck, 1976:169).

2.6.2 Metode Saturasi Terapan (Appliance Saturation Method)

(15)

peralatan yang diharapkan di masa depan, dan perkiraan penggunaan energi tahunan per alat akan berubah maka perkiraan beban energi dibuat. Metode ini umumnya digunakan untuk meramalkan penjualan energi sektor perumahan (Pindyck, 1976:169).

2.6.3 Metode Penggunaan Energi Akhir (End-Use Energy Method)

Metode penggunaan energi akhir mirip dengan metode saturasi alat, tetapi penggunaan alat menjadi dasar ramalan pada metode saturasi alat, sedangkan metode penggunaan energi akhir menggunakan histori penggunaan terakhir sebagai dasar peramalan. Sebenarnya pendekatan ini lebih akurat namun sangat sensitif terhadap data acuan konsumen dan minim data historis beban. Misalnya, metode ini dapat digunakan untuk meramalkan sektor komersial (Pindyck, 1976:169).

2.7 Prakiraan Beban Listrik dengan Metode Ekonometrik

Ekonometrika adalah hasil dari suatu tinjauan tertentu tentang peran ilmu ekonomi, mencakup aplikasi statistik matematik atas data ekonomi guna memberikan dukungan empiris terhadap model yang disusun berdasarkan matematika ekonomi serta memperoleh hasil berupa angka-angka. Metode ekonometrik menggunakan analisis regresi untuk mendapatkan model yang digunakan dalam peramalan beban listrik.

(16)

dihasilkan lebih sederhana. Tujuan peramalan beban listrik dengan ekonometrik adalah untuk meramalkan penjualan listrik berdasarkan perkiraan makroekonomi. Variabel makroekonomi antara lain produk domestik regional bruto (PDRB), jumlah konsumsi energi listrik, jumlah penduduk (demografi) dan tarif tenaga listrik.

2.7.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Energi Listrik

Dalam penelitian ini akan digunakan tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kebutuhan energi listrik yang akan datang. Faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi yaitu produk domestik regional bruto (PDRB), jumlah pelanggan listrik, dan tarif tenaga listrik (TTL).

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. Adapun PDRB sesuai kelompok tarif terbagi menjadi empat, yaitu PDRB kelompok rumah tangga (total without oil, gas & product), PDRB kelompok komersial (construction, trade, restaurant, hotel, transportation, communication, finance, rent of build, and business service), PDRB

(17)

b. Jumlah Pelanggan Listrik

Pada data statistik PLN, menyebutkan bahwa pelanggan terbagi menjadi : - Kelompok rumah tangga, adalah penjumlahan golongan tarif S-1, R-1,

R-2, dan R-3.

- Kelompok bisnis atau komersial, adalah penjumlahan golongan tarif B-1, B-2, B-3, T ( Traksi / PT KAI ), C ( Pemegang izin usaha ketenagalistrikan ), M ( Multiguna, Pelayanan dengan kualitas khusus). - Kelompok industri, adalah penjumlahan golongan tarif I-1, I-2, I-3, dan

I-4

- Kelompok sosial, adalah penjumlahan golongan tarif S-2 dan S-3. - Kelompok gedung kantor pemerintah, adalah penjumlahan golongan

tarif P-1 dan P-2.

- Kelompok penerangan jalan umum, adalah golongan tarif P-3.

(18)

Pada perhitungan digunakan empat golongan pelanggan, yaitu rumah tangga, komersial, industri, dan publik (kelompok gedung kantor pemerintah dan penerangan jalan umum).

c. Tarif Tenaga Listrik

Penentuan tarif tenaga listrik (TTL) telah diatur dan ditentukan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perusahaan Listrik Negara. Dalam peraturan tersebut, menyatakan bahwa tarif tenaga listrik yang disediakan oleh PT PLN dinyatakan dalam Tarif Dasar Listrik berdasarkan Golongan Tarif Dasar Listrik.

2.7.2 Model Regresi Linier

Regresi linier menurut Gurajati (2006) adalah kajian terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang diterangkan (the explained variable atau variabel tergantung) dengan satu atau dua variabel yang menerangkan (the explanatory atau variabel bebas). Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linier berganda. “Harus selalu dicamkan bahwa regresi tidak selalu menyiratkan hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat harus dilandasi, atau

disimpulkan, dari teori yang mendasari fenomena yang diuji secara

empiris”. (Gujarati, 2006:116).

(19)

bebas, sehingga untuk mendapatkan model ekonometrik digunakan analisis linier berganda dengan menggunakan model log-linier.

Ada 4 buah indikator yang bisa digunakan untuk indikator keberhasilan dari model regresi, yakni :

1. Ketetapan penaksiran parameter �0 2. Ketetapan penaksiran parameter �1 3. Ketetapan penaksiran Y

4. Kedudukan hubungan (korelasi) antara variabel x variabel Y

2.7.3 Regresi Linier Berganda

Dalam banyak kasus, satu variabel bebas tidak sepenuhnya dapat

menjelaskan besar konsumsi energi listrik, sehingga diperlukan regresi

berganda dimana beberapa faktor dapat mempengaruhi variabel tergantung.

Regresi berganda merupakan perkembangan dari regresi tunggal. Regresi

berganda ditulis dalam notasi matriks, namun mirip dengan regresi tunggal.

Pada jenis regresi ini, terdapat Yi sebagai variabel tak bebas pada data tahun

ke-i yang diramalkan dalam kasus ini adalah konsumsi energi listrik. Xi1, Xi2,

dan Xi3 sebagai variabel bebas pada data tahun ke-i. �0, �1, �2, dan �3 sebagai

koefisien regresi.

Pada Persamaan (2.1) berikut menunjukkan rumus untuk regresi

berganda, dimana Yi adalah konsumsi energi listrik (GWh), Xi1 adalah PDRB,

Xi2 adalah jumlah pelanggan listrik, dan Xi3 adalah tarif tenaga listrik, yang

dapat dituliskan sebagai berikut: (Gujarati, 2006:181)

(20)

Dimana, � adalah kesalahan antara nilai aktual dan nilai prediksi dari varabel tak bebas. Untuk mengetahui besar nilai koefisien regresi dapat digunakan metode kuadrat terkecil pada Persamaan (2.2) dengan meminimumkan bentuk kuadrat, sebagai berikut :

�= �� εi2

�=1 =∑

�=1 (��−�0−�1��1−�2��2−�3��3)2��=1 (2.2)

Nilai minimum diperoleh dengan mencari turunan J terhadap �0, �1, �2, dan �3 yang menghasilkan Persamaan (2.3) dengan mengubah �0, �1, �2, dan �3 dengan penaksirnya b0, b1, b2, dan b3.

��/��0 = −2Σ(��−�0 −��1��1 −�2��2 −�3��3) = 0

��/��1 = −2Σ(��−�0 − ��1��1 −�2��2 −�3��3) ��1 = 0 (2.3)

��/��2 = −2Σ(��−�0 − ��1��1 −�2��2 −�3��3) ��2 = 0

��/��3 = −2Σ(��−�0− ��1��1 −�2��2 −�3��3) ��3 = 0

Sehingga dapat disederhanakan menjadi Persamaan (2.4), berikut (Gujarati, 2006:185):

��0 + �1��1 + �2��2 + �3��3 = ��

�0��1 + �1��12 + �2��1��2 + �3��1��3 = ����1 (2.4)

�0��2 + �1��1��2 + �2��22 + �3��2��3 = ����2 �0��3 + �1��1��3 + �2��2��3 + �3��32 = ����3

Untuk mempermudah perhitungan dapat menggunakan matriks yang dapat dituliskan menjadi Persamaan (2.5) berikut :

(21)

dengan,

Sehingga untuk memperoleh nilai koefisien regresi digunakan Persamaan (2.6) sebagai berikut :

� = (�′�)−1�′� (2.6)

2.7.4 Model Log Linier

Dalam metode ekonometrika terdapat penentuan elastisitas pelanggan dengan menggunakan model log-linier (Gujarati, 2010:207). Model log-linier yang didasari oleh regresi eksponensial yang ditunjukkan pada Persamaan (2.7) berikut,

��= �0 �11��� (2.7)

dan dapat dinyatakan dalam bentuk Persamaan (2.8) berikut,

����= ���0 + �1���� (2.8) dengan ln adalah logaritma natural (yaitu log dengan basis e, dimana e=2,718), dan dapat ditulis dalam bentuk Persamaan (2.9).

(22)

dengan, ���� = logaritma natural variabel terikat pada data tahun ke-i

���� = logaritma natural variabel bebas pada data tahun ke-i

� = ���0

�0,�1 = koefisien regresi

Model ini linier dalam parameter α dan β1, linier dalam logaritma dari

variabel X dan Y. Oleh karena itu, karena sifat linier ini maka disebut model log-linier

.

2.8 Peramalan Kebutuhan Energi Listrik Per Sektor Pelanggan

Dengan meninjau secara umum pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan energi, maka pemakai (konsumen) listrik dikelompokkan menjadi empat konsumen yaitu:

1. Konsumen Rumah Tangga, 2. Konsumen Komersil, 3. Konsumen Publik, 4. Konsumen lndustri.

Algoritma perhitungan dari pendekatan yang digunakan untuk menyusun prakiraan kebutuhan energi pada masing-masing konsumen.

2.8.1 Sektor Rumah Tangga

(23)

Dalam hal ini diasumsi adanya elastisitas yang mempengaruhi nilai keterkaitan dimana kebutuhan listrik rumah tangga membutuhkan informasi kuantitatif tentang masa lain. Data masa lalu (historis) yang dibutuhkan ialah data listrik konsumsi rumah tangga, jumlah penduduk , pendapatan perkapita regional (PP) atau produk domestik regional bruto (PDRB) dan penyediaan daya (S) oleh perusahaan penyediaan daya (PLN). Oleh karena itu, maka untuk kebutuhan energi listrik rumah tangga ada elastisitas antara kebutuhan energi listrik rumah tangga dengan pendapatan perkapita dan kemampuan penyediaan daya. Hal ini bisa dinyatakan menurut persamaan 2.10.

��= a��(��)���()��� (2.10) Dengan :

rp

=

Elastisitas rumah tangga terhadap pendapatan perkapita atau PDRB

rs

=

Elastisitas rumah tangga terhadap kemampuan daya

aRT

=

Konstanta

Jika laju pertumbuhan pendapatan perkapita (ipp) dan laju pertumbuhan kemampuan penyediaan daya (is) diketahui maka laju pertumbuhan kebutuhan energi listrik konsumen rumah tangga bisa dinyatakan dengan persamaan 2.11.

irt= εrp . ipp+ εrs . is (2.11) Selanjutnya dapat dihitung kebutuhan energi listrik rumah tangga setiap tahun dengan persamaan eksponesial yaitu ;

RTn = RT0 (l +irt)n (2.12)

(24)

RTn = Kebutuhan energi listrik konsumen rumah tangga tahun ke-n (kWh)

RT0 = Konsumsi energi listrik rumah tangga ditahun awal pengamatan (kWh)

irt

= Laju pertumbuhan kebutuhan listrik konsumen Rumah Tangga

n = Tahun yang dilewati

2.8.2 Sektor Komersil

Untuk melakukan peramalan kebutuhan energi listrik sektor komersil bisa ditempuh beberapa cara, salah satunya adalah dengan menganggap bahwa ada hubungan elastisitas antara kebutuhan energi sektor komersil (KO) dengan kebutuhan energi sektor rumah tangga (RT). Elastisitas KO terhadap RT (εkr) dalam hal ini dapat dinyatakan

Selanjutnya laju kebutuhan energi listrik sektor komersil bisa dinyatakan dengan :

Iko= εkr . irt (2.14)

(25)

Prakiraan kebutuhan energi listrik konsumen komersil dengan mengasumsi bahwa ada hubungan elastisitas antara kebutuhan listrik konsumen komersil dengan kebutuhan listrik konsumen rumah tangga, sehingga untuk menyatakan hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

��= ���(��)��� (2.16)

Dengan : ako = Konstanta

RT = Konsumsi energi listrik Rumah Tangga

εkr = Elastisitas Komersil terhadap Rumah Tangga

Elastisitas dapat dihitung dengan regresi linear sederhana dan selanjutnya laju kebutuhan energi listrik konsumen komersil dinyatakan dengan :

iko= εkr . irt (2.17)

dimana irt adalah laju pertumbuhan kebutuhan listrik sektor rumah tangga yang telah didapat, sehingga kebutuhan listrik konsumen komersil setiap tahun bisa dihitung menurut persamaan berikut :

Kon = Ko0 (1+iko)n (2.18)

Dimana;

Kon = Kebutuhan energi listrik Komersil pada tahun ke-n (kWh) Ko0 = Konsumsi energi listrik komersil di tahun awal pengamatan (kWh)

(26)

2.8.3 Sektor Publik

Konsumen pada sektor ini adalah semua konsumen yang tidak termasuk kelompok rumah tangga, komersil dan industri. Yang dimaksud dengan konsumen sektor ini adalah kantor-kantor pemerintah, rumah sakit, rumah-rumah ibadah, sekolah, badan-badan sosial, sekolah-sekolah, kantor-kantor pemerintah dan penerangan jalan.

Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk meramalkan kebutuhan sektor ini. Dengan menganggap ada hubungan dan perbandingan yang tetap antara kebutuhan sektor publik (power pack) dengan sektor rumah tangga maka elastisitas antara kedua sektor ini bisa dinyatakan dengan :

Selanjutnya jika kita laju kebutuhan energi sektor rumah tangga di ketahui maka laju pertumbuhan sektor publik dapat dinyatakan sebagai :

ipp = εpr . irt (2.20)

Dan kebutuhan energi listrik sektor publik bisa dinyatakan dengan :

Pbn = Pb0 (1+ ipb)n (2.21)

Dengan Pb0 menyatakan kebutuhan energi elektrik sektor publik di tahun awal pengamatan.

Dengan mengasumsi ada hubungan antara kebutuhan konsumen publik dengan kebutuhan konsumen rumah tangga, maka elastisitas antara

kedua konsumen (εpr) bisa dinyatakan :

(27)

dimana εpr atau koefisien elastisitas konsumen publik terhadap konsumen rumah tangga bisa dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear sederhana. Jika pertumbuhan kebutuhan listrik rumah tangga (irt) diketahui maka laju pertumbuhan energi listrik konsumen publik dapat dinyatakan seperti persamaan berikut :

ipb = εpr . irt (2.23)

Dan kebutuhan energi listrik konsumen publik setiap tahun bisa dihitung dengan :

Pbn = Pb0 (1 + ipb)n

(2.24)

dimana :

Pbn = Kebutuhan energi listrik konsumen Publik pada tahun ke-n (kWh) Pb0 = Konsumsi energi listrik Publik ditahun awal pengamatan (kWh) ipb = Laju pertumbuhan kebutuhan energi listrik konsumen Publik n = Tahun yang dilewati

2.8.4 Sektor Industri

Untuk menentukan kebutuhan energi listrik konsumen industri dalam hal ini didasarkan atas asumsi bahwa ada hubungan antara kebutuhan energi listrik industri dengan produk domestik regional bruto industri (PI) tersebut. Hubungan ini bisa dinyatakan dengan :

��= a��(��)��� (2.25)

Dengan εip elastisitas konsumen industri terhadap PDRB industri. Jika

(28)

iin= εip . ipi (2.26) Dan kebutuhan energi listrik konsumen industri untuk setiap tahun dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Inn = Ino (1 + iin)n (2.27)

Dimana :

Inn = Kebutuhan energi listrik konsumen Industri pada tahun ke-n (kWh) Ino = Konsumsi energi listrik industri di awal tahun pengamatan (kWh) iin = Laju pertumbuhan kebutuhan energi listrik konsumen Industri n = Tahun yang dilewati

Gambar

Gambar 2.1 Letak Pulau Nias di provinsi Sumatera Utara
Gambar 2.2 Pulau Nias berdasarkan Wilayah Kabupaten dan Kota
Gambar 2.3 Sistem Ketenagalistrikan Pulau Nias
Gambar 2.4 Pola Data Berkala (Time Series)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada halaman 4 dan 5 ini masuk ke dalam materi selanjutnya, materi selanjutnya yang disampaikan adalah materi idgham bighunnah , pada halaman 4 berisikan layout judul materi “

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian dan juga hasil penelitian tentang perbedaan tingkat kemampuan motorik siswa SDN Bedanten Bungah (di desa) dengan siswa SDN

Melihat latar belakang keluarga al-Attas yang telah penulis ketengahkan, Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah sosok yang dapat dikategorikan yang tergolong berdarah

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan hidyah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada penulis, sehingga bisa menyelasaikan skripsi

Solusi desain yang ditawarkan oleh bangunan ini adalah taman inklusif yang dapat digunakan oleh semua orang yang didasari oleh peraturan-peraturan tentang Rumah Sakit Gigi dan

Hal tersebut dapat dilihat bahwa pada penambahan NaCl 200 ppm seperti yang terlihat pada Gambar 5, 300 ppm seperti yang terlihat pada Gambar 6, dan 400 ppm

fuzzy , seperti: usia, temperatur, permintaan, dan sebagainya. Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel

Seorang guru meskipun memiliki tingkat kesanggupan yang luar biasa dalam hal menyampaikan materi yang bersangkutan terutama pada materi pelajaran ekonomi, jika tidak