• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG DIJADIKAN KORBAN OLEH BANDAR NARKOTIKA | OKTARIANTO | Legal Opinion 9304 30409 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG DIJADIKAN KORBAN OLEH BANDAR NARKOTIKA | OKTARIANTO | Legal Opinion 9304 30409 1 PB"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG DIJADIKAN

KORBAN OLEH BANDAR NARKOTIKA

RIZKY ADITYA OKTARIANTO

D 101 13 329

PEMBIMBING I : Dr. BENNY D YUSMAN, S.H,. M.H

PEMBIMBING II : AWALIAH, S.H,. M.H

ABSTRAK

Penyalahgunan narkotika tak lagi memandang usia mulai dari anak-anak remaja, orang dewasa hingga orang tua sekalipun, tidak jarang para bandar narkotika memanfaatkan anak di bawah umur untuk dijadikan korban obat-obatan terlarang tersebut. Kurangnya pengetahuan terhadap narkotika, dan ketidakmampuan untuk menolak serta melawan membuat anak di bawah umur menjadi sasaran bandar narkotika oleh karena itu Perlindungan terhadap anak sangat penting, mengingat anak merupakan generasi penerus bangsa. Untuk itu diperlukan undang-undang yang melindungi anak dari berbagai tindak pidana, yaitu undang-undang No. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-undang No. 23 Tahun 2002 Tentang perlindungan anak. metodo penelitian yang digunakan ialah metode penelitian hukum Normatif bentuk penulisan hukum yang berdasarkan penulisan hukum doktriner atau penelitian kepustakaankarena hanya diajukan kepada Undang-undang tertulis sehingga penulisan ini sangat erat berhubungan dengan kepustakaan karena akan membutuhkan data-data yang bersifat skunder. Di akui dalam masa pertumbuhan secara fisik dan mental, anak membutuhkan perawatan dan perlindungan yang khusus serta perlindungan hukum baik sebelum maupun sesudah lahir.

(2)

2 I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Anak adalah salah satu amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martbat sebagai manusia seutuhnya. Oleh karena itu anak juga memiliki hak asasi manusia yang diakui oleh bangsa-bangsa di dunia dan merupakan

landasan bagi kemerdekaan,

keadilan, dan perdamaian di seluruh

dunia. Diakui dalam masa

pertumbuhan secara fisik dan mental, anak membutuhkan perawatan dan perlindungan yang khusus, serta perlindungan hukum baik sebelum maupun sesudah lahir. Disamping itu, patut diakui bahwa keluarga

merupakan lingkungan bagi

pertumbuhan dan kesejahteraan

anak, serta untuk perkembangan kepribadian anak secara utuh dan

serasi membutuhkan lingkungan

keluarga yang bahagia, penuh kasih

sayang dan pengertian. Pada

hakikatnya anak tidak dapat menjaga dan melindungi dirinya sendiri dari berbagai tindakan kekerasan atau

diskriminasi yang menimbulkan

dampak kerugian mental, fisik, sosial, dan kehidupan anak.

Anak adalah bagian dari generasi muda yang merupakan

potensi dan penerus cita-cita

perjuangan bangsa di masa yang akan datang. Anak membutuhkan pembinaan dan perlindungan khusus dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara seimbang. Sungguh ironis bahwa seorang anak yang seharusnya bermain dan belajar harus menghadapi masalah hukum dan menjalani proses peradilan yang hampir sama prosesnya dengan orang dewasa. Tentu saja hal ini menimbulkan pro kontra. Di satu sisi banyak pihak yang menganggap menjatuhan pidana bagi anak adalah tidak bijak, namun ada sebagian

yang beranggapan pemidanaan

terhadap anak penting dilakukan agar sikap buruk anak tidak terjadi sampai dewasa, artinya agar memberi efek jera bagi si anak.

(3)

3

mengedarkan narkotika harus

dilakukan dengan memprioritaskan kepentingan terbaik untuk si anak. Oleh karena itu keputusan yang diambil dalam kasus tersebut harus adil dan proposional tidak semata-mata dilakukan atas pertimbangan hukum tapi juga mempertimbangkan faktor lain seperti kondisi lingkungan sekitar, status sosial anak, dan

keadaan keluarga.1

B.Rumusan Masalah

1) Bagaimana perlindungan

hukum terhadap anak yang di jadikan korban narkotika?

2) Bagaimana penerapan sanksi

terhadap bandar narkotika

yang menjadikan anak

sebagai korban narkotika? II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak

Pengertian anak dalam

kaitannya dengan perilaku

delinkuensi anak, biasanya dilakukan dengan mendasarkan pada tingkatan

usia, dalam arti tingkat usia

berapakah seorang dapat

1

Nasharina, Perlindungan Hukum Bagi Anak di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Hlm. 3

dikategorikan sebagai anak,Anak

memiliki karakteristik khusus

(spesifik) dibandingkan dengan

orang dewasa dan merupakan salah satu kelompok rentan yang haknya masih terabaikan, oleh karena itu

hak-hak anak menjadi penting

diprioritaskan,Mengenai definisi

anak, ada banyak pengertian dan definisi.Secara awam, anak dapat dartikan sebagai seseorang yang dilahirkan akibat hubungan antara pria dan wanita ini jika terikat dalam suatu ikatan perkawinan, Dalam hukum positif di Indonesia anak diartikan sebagai orang yang belum

dewasa (minderjarig/person under

age), orang yang dibawah

umur/keadaan dibawah umur

(minderjarig heid/inferiority) atau biasa disebut juga sebagai anak yang berada dibawah pengawasan wali (minderjarige under voordij).

(4)

4 anak, Pengertian anak ini menjadi

penting terutama berkaitan dengan upaya perumusan batasan upaya

pertanggungjawaban pidana

(criminal responsibility) terhadap seorang anak yang melakukantindak

kriminal, dalam tingkat usia

berapakah seorang anak yang

berprilaku kriminal dapat

dipertanggungjawabkan secara

pidana.

Di Indonesia mengenai

batasan usia tersebut dapat dilakukan

penelusuran terhadap beberapa

peraturan perundang-undangan,

sebagai berikut: Dalam Pasal 1 Convention On The Rights of The Child, anak diartikan sebagai setiap orang dibawah usia 18 tahun, kecuali berdasarkan hukum yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah

diperoleh sebelumnya. Yang

dimaksud dengan anak adalah

mereka yang belum dewasa dan yang menjadi dewasa karena peraturan tertentu mental, fisik masih belum dewasa, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

manusia menjabarkan pengertian

tentang anak ialah manusia yang

pengertian atau definisi anak dalam

berbagai peraturan

perundang-undangan yang ada di Indonesia saat

ini belum ada batasan yang

konsisten. Artinya antara satu dengan lainnya belum terdapat keseragaman, melihat hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penetapan batasan umur atau usia anak digantungkan pada kepentingan pada saat produk hukum tersebut dibuat.

Dalam Pengaturan hukum di Indonesia, korban selalu menjadi pihak yang paling dirugikan, selain korban telah menderita kerugian akibat kejahatan yang menimpa dirinya, baik secara materiil, fisik, maupun psikologis, korban juga harus menanggung derita berganda

karena tanpa disadari sering

diperlakukan hanya sebagai sarana demi terwujudnya sebuah kepastian

2

(5)

5 hukum, misalnya harus kembali

mengemukakan, mengingat bahkan

mengulangi (merekontruksi)

kejahatan yang pernah

menimpanya pada saat sedang menjalani proses pemeriksaan, baik

ditingkat penyidikan maupun

setelah kasusnya diperiksa di

pengadilan. Keberpihakan hukum terhadap korban yang terkesan timpang jika dibandingkan dengan tersangka (terdakwa), terlihat dari

adanya beberapa peraturan

perundang-undangan yang lebih banyak memberikan hak istimewa

kepada tersangka (terdakwa)

dibandingkan kepada

korban.Kemudian Sellin dan

Wolfgang sebagaimana dikutip

Suryono Ekotama dkk,

mengelompokkan korban sebagai berikut.

1) primary victimization, yaitu

korban berupa individu atau perorangan

2) secondary victimization, yaitu

korban kelompok, misalnya

badan hukum

3) Tertiary victimization, yaitu

korban masyarakat luas

4) No victimization, yaitu korban

yang tidak dapat diketahui

misalnya konsumen yang tertipu

dalam menggunakan suatu

produksi masyarakat.3

Menghilangkan rasa sakit dan lain-lain. Namun dikemudian

diketahui pula bahwa zat-zat

narkotika memiliki daya pecanduan yang bisa menimbulka si pemakai bergantung hidupnya kepada obat-obat narkotika itu. Hal tersebut dapat dihindarkan apa bila pemakainya di luar pengawasan dan pengadilan

penggunaan narkotika dan

pencegahaan, pemberantasan dalam rangka penaggulangannya diperlukan

kehadiran hukum yaitu hukum

narkotika yang sarat dengan tuntutan perkembangan zaman.

Istilah narkotika yang

dipergunakan di sini bukanlah

“narcotics” pada farmacologie

(farmasi), melainkan sama artinya

3

(6)

6

dengan “drug”, yaitu sejenis zat

apabila dipergunakan akn membawa efek dan engaruh-pengaruh tertentu bagi tubuh si pemakai, yaitu :

a. Mempengaruhi kesadaran

b. Memberikan dorongan yang dapat

berpengaruh terhadap prilaku

manusia

Adapun pengaruh-pengaruh tersebut adalah :

1) Penenang 2) Perangsang

3) Menimbulkan halusinasi

(pemakainya tidak mampu

membedakan antara khyalan dan kenyataan, kehilangan kesadaran akan waktu dan tempat).

Pengertian lain dari narkotika mungkin bisa dipaparkan sebagai

bahan-bahan yang tidak dapat

dipergunakan dengan sembarangan sebab bisa memberi pengaruh pada kesadaran, badan dan tingkah laku manusia.

Sehubanga dengan pengertian narkotika ada beberapa pendapat

yang memberikan

pengertina/pembatasan seperti yang

terbaca dibawah ini.Menurut

Sudarto, dalam bukunya Kapita Selekta Hukum Pidana mengatakan

bahwa, “perkataan narkotika berasal

dari perkataan Yunani “Narke”,

yang berarti terbius sehingga tidak

merasakan apa-apa.4

Mengembangkan hak-hak anak

dalam proses peradilan guna

mewujudkan perlindungan hukum bagi anak, diperlakukan mengerti permasalahannya menurut proporsi yang sebenarnya secara meluas, dimensional dan terpadu. Sebab pengembangan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana adalah suatu hasil interaksi dari adanya interrelasi antara berbagai fenomena yang

saling terkait dan saling

mempengaruhi.Dimulai dengan

memperhatikan aspek-aspek mental,

fisik, sosial, ekonomi secara

dimensional, guna didapat pengertian

yang tepat mengenai suatu

permasalahan dengan menggunakan metode pendekatan melalui disiplin ilmu yang bersifat interdisipliner. Hal ini terwujud dalam menyusun

data sosial oleh probation officer

(petugas Balai Bispa) sehingga

4Soedjono Dirdjosisworo, Hukum

(7)

7 kepribadian anak, keluarga, kondisi

sosial dan ekonomi serta motivasi

dan tindak pidana diketahui,

dipahami, kemudian dirancanglah suatu pola penanggulangan dengan mempertimbangkan setiap anak dan

situasinya secara individual,

misalnya dengan tes fisik dan psikologi terhadap anak agar dapat menginterprestasikan

kepribadiannya.

B.Hak dan Kewajiban Anak Hak dan Kewajiban anak menurut UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 3, setiap anak dalam proses peradilan pidana berhak :

1) Diperlakukan secara

manusiawi dengan

memperhatikan kebutuhan

sesuai dengan umurnya,

2) Dipisahkan dari orang

dewasa,

3) Memperoleh bantuan hukum

dan bantuan lain secara efektif,

4) Melakukan kegiatan

rekreasional,

5) Bebas dari penyiksaan,

penghukuman atau perlakuan

lain yang kejam, tidak

manusiawi, serta

merendahkan derajat atau martabatnya,

6) Tidak dijatuhi pidana mati

atau pidana seumur hidup,

7) Tidak ditangkap, ditahan,

atau dipenjara, kecuali

sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang paling singkat,

8) Memperoleh keadilan di

muka pengadilan Anak yang objektif, tidak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum,

9) Tidak dipublikasikan

identitasnya,

10)Memperoleh pendampingan

dari orang tua/wali dan orang yang dipercaya oleh Anak

11)Memperoleh advokasi, 5

12)Memperoleh kehidupan

pribadi,

13)Memperoleh aksesibilitas,

terutama bagi anak cacat,

5

(8)

8

14)Memperoleh pendidikan,

memperoleh pelayanan

kesehatan, dan

15)Memperoleh hak lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

A.Perlindungan hukum terhadap anak yang dijadikan korban narkotika.

Menurut Undang-Undang

No. 35 Tahun 2014 tentang

Perlindungan Anak, yang dimaksud dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya

agar dapat hidup, tumbuh,

berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan, serta

mendapat perlindungan dari

kekerasan dan diskriminasi.Negara dan seluruh lapisan masyarakat

sebagai wujud penyelenggaraan

perlindungan terhadap anak. Karena dalam hal ini anak merupakan

korban dalam suatu jaringan

narkotika. Sehingga dalam hal ini diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, penegak hukum

(polisi, jaksa, hakim, advokat) dan

masyarakat.Para penegak hukum

harus memiliki rasa tanggung jawab dalam hal ini karena ketebalan rasa

tanggung jawab atau sense of

responsibility yang mesti dimiliki setiap pejabat penegak hukum harus

mempunyai dimensi

pertanggungjawaban terhadap diri

sendiri, masyarakat, serta

pertanggungjawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya

pelaksanaan diversi dan restorative

justice memberikan dukungan

terhadap proses perlindungan

terhadap anak yang berkonflik

dengan hukum. Sesuai dengan

prinsip utama dari diversi dan restorative justice, mempunyai dasar

kesamaan yaitu menghindarkan

pelaku tindak pidana dari sistem

peradilan pidana formal dan

memberikan kesempatan anak pelaku

untuk menjalankan sanksi alternative

(9)

9

diversi, yaitu pengalihan

penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana Ini untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan sehingga dapat menghindari stigmatisasi terhadap

anak yang berhadapan dengan

hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar. Proses diversi ini

dilakukan melalui musyawarah

dengan melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang

tua/walinya, pembimbing

kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan keadilan restorative UU SPPA lebih mengedepankan unsur diversi atau pengalihan hukuman pemidanaan

pada tingkat pemeriksaan,

penuntutan hingga peradilan bagi si tersangka. Artinya bila tersangka kasus narkoba merupakan anak di Obat-obat terlarang atau narkotika yang dilakukan oleh anak merupakan

tanggung jawab Negara dan seluruh lapisan masyarakat sebagai wujud

penyelenggaraan perlindungan

terhadap anak. Karena dalam hal ini anak merupakan korban dalam suatu jaringan narkotika. Sehingga dalam hal ini diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah, penegak

hukum (polisi, jaksa, hakim,

advokat) dan masyarakat.

B.Penerapan sanksi terhadap bandar narkotika yang menjadikan anak sebagai korban narkotika

Sanksi bagi bandar

narkotika berbeda-beda tergantung dari tindakan apa yang dilakukannya. Mengenai tindakan apa yang dapat dikenai pidana mati, berikut adalah beberapa tindak pidana yang dapat dihukum mati berdasarkan UU Narkotika:

(10)

10

dalam bentuk bukan tanaman

beratnya 5 (lima) gram,

pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) ditambah 1/3 (sepertiga).

1) Dalam hal penggunaan narkotika

terhadap orang lain atau

pemberian Narkotika Golongan I

untuk digunakan orang lain

(secara tanpa hak atau melawan hukum) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana

denda maksimum Rp.

10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) ditambah 1/3 (sepertiga).

2) Tanpa hak atau melawan hukum

perbuatan memproduksi,

mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II yang beratnya melebihi 5 (lima)

gram,pelaku dipidana dengan

pidana mati, pidana penjara

seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah) ditambah 1/3 (sepertiga).

3) Tanpa hak atau melawan hukum

menawarkan untuk dijual,

menjual, membeli, menerima,

menjadi perantara dalam jual beli,

menukar, atau menyerahkan

Narkotika Golongan II beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana

denda maksimum Rp.

8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah) ditambah 1/3 (sepertiga).

4) Tanpa hak atau melawan hukum

menggunakan Narkotika terhadap

orang lain atau pemberian

Narkotika Golongan II untuk

digunakan orang lain yang

mengakibatkan orang lain mati

atau cacat permanen, pelaku

(11)

11 pidana penjara seumur hidup, atau

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana

denda maksimum Rp.

8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah) ditambah 1/3 (sepertiga).

5) Menyuruh, memberi atau

menjanjikan sesuatu, memberikan

kesempatan, menganjurkan,

memberikan kemudahan,

memaksa dengan ancaman,

memaksa dengan kekerasan,

melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan

tindak pidana sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 111, Pasal Pasal 129 UU Narkotika dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda

paling sedikit Rp.

2.000.000.000,00 (dua miliar

rupiah) dan paling banyak Rp. 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

Pada dasarnya, kriteria

untuk dapat dikenakan sanksi pidana adalah tindakan yang dilakukan harus memenuhi semua unsur yang diatur dalam pasal-pasal pidana dalam UU Narkotika. Ada dua unsur penting harus terpenuhinya unsur ‘kekuasaan atas suatu benda’, dan ‘adanya kemauan untuk memiliki benda itu’. Bila si tersangka atau

terdakwa tidak mengetahui

bagaimana ia sampai kedapatan membawa narkotika dan apalagi tidak menghendaki untuk memiliki

benda itu. Dan pada akhirnya

bergantung kepada penilaian hakim apakah akan menjatuhkan pidana

mati atau tidak.Narkoba telah

menjadi permasalahan yang sangat serius diberbagai negara diseluruh

dunia tak terkecuali di

Indonesia,mungkin kita sudah sering mengetahui dari berbagai media informasi telah sering dilakukan

penangkapan terhadap pengedar

(12)

12

sendiri.sebenarnya ancaman

hukuman penjara bagi pengedar

narkoba sangat berat di

Indonesia,tetapi mengapa para

pengedar tersebut tidak merasa takut?dan bahkan warga negara asing sudah banyak yang ditangkap polisi karena berani membawa narkoba ke

indonesia.ancaman hukuman

pengedar narkoba di indonesia paling singkat 4 tahun dan maksimal

hukuman mati.selain pemerintah

yang konsisten selalu siap

melaksanakan pemberantasan

narkoba,alangkah baiknya kita juga mengetahui hukuman yang berlaku bagi pengedar narkoba tersebut yang

tercantum dalam undang-undang

nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika.

III. PENUTUP A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan

diatas tentang perlindungan hukum terhadap anak yang dijadikan korban narkotika, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlindungan hukum terhadap

anak sangat penting, mengingat

anak merupakan generasi

penerus bangsa. Untuk itu

diperlukan Perundang-undangan yang melindungi anak dari berbagai tindak pidana, yaitu Undang-Undang No.35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Indonesia adalah Negara pihak dalam Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the Child). Sebagai negara pihak, Indonesia mempunyai kewajiban untuk memberikan pelindungan khusus terhadap anak yang

berhadapan dengan

hukum.perlindungan dan

kepentingan yang terbaik bagi

anak tetap diutamakan

sebagaimana spirit yang

diberikan dalam UU SPPA. Berkaitan dengan kasus Khusus tindak pidana yang dilakukan

anak, ada yang dinamakan

diversi, yaitu pengalihan

(13)

13 Ini untuk menghindari dan

menjauhkan anak dari proses

peradilan sehingga dapat

menghindari stigmatisasi

terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar. Proses diversi ini dilakukan

melalui musyawarah dengan

melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang tua/walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial profesional berdasarkan pendekatan keadilan restorative UU SPPA lebih mengedepankan unsur diversi atau pengalihan

hukuman pemidanaan pada

tingkat pemeriksaan, penuntutan

hingga peradilan bagi si

tersangka. Artinya bila tersangka kasus narkoba merupakan anak

di bawah umur, maka

dimungkinkan ia akan mendapat sanksi yang berbeda, karena berlaku UU SPPA terhadapnya.

2. Setiap bagi bandar narkotika

berbeda-beda tergantung dari tindakan apa yang dilakukannya.

Mengenai tindakan apa yang dapat dikenai pidana mati,

berikut adalah beberapa tindak pidana yang dapat dihukum mati

berdasarkan UU Narkotika,

Tanpa hak atau melawan hukum

menawarkan untuk dijual,

menjual, membeli, menjadi

perantara dalam jual beli,

menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I

dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon

atau dalam bentuk bukan

tanaman beratnya 5 (lima) gram,

(14)

14

(sepuluh miliar rupiah)

ditambah 1/3 (sepertiga).

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan sesuai hasil penelitian yang penulis peroleh sebagai berikut :

1. Perlunya peran orangtua untuk

mengawasi anaknya agar tidak terjerumus kedalam pengaruh obat-obatan terlarang atau yang

di sebut dengan narkotika,

dengan adanya SPPA sudah

sangat menguntungkan bagi

anak yang menjadi korban

narkotika.

2. Pentingya peran kepolisian atau

badan narkotika nasional untuk

mempublikasikan hukuman

bagibandar narkotika dan

pengguna narkoba di sosial media(TV) dan koran. Agar masyrakat yang ingin melakukan kejahatan tersebut merasa takut, dan harus adanya pengawasan dan pencegahan yang dilakukan oleh Badan narkotika nasional dan pihak kepolisian sebagai

ujung tombak untuk

(15)

15 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Didik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Urgensi Perlindingan Korban Kejahatan, Antara Norma dan Realita, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007

Nasharina, Perlindungan Hukum Bagi Anak di Indonesia, Rajawali Pers,

Jakarta, 2011

Paulus Hadisucipto, Delinkuensi anak pemahaman dan

penanggulangannya, Seleras, Malang, 2010

Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia, Alumni, Bandung

1986

Wagiato Soetedjo dan Melani, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama,

Bandung, 2013

B. Peraturan Perundan-Undangan

Kitab Undang-undang hukum pidana

Undang-undang republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

Undang-undang republik indonesia nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika

Undang-undang republik indonesia nomor 11 tahun 2012 Tentang sistem peradilan pidana anak

C. Sumber Lainya

https://www.scribd.com/doc/98090711/Batasan-Umur-Anak-Menurut-Idai

(16)

16 BIODATA PENULIS

NAMA : RIZKY ADITYA OKTARIANTO

TEMPAT TANGGAL LAHIR : TOLI-TOLI, 28 OKTOBER 1995

ALAMAT : JL. CUT MUTIA

EMAIL : rizkyadityaokta@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini juga terjadi pada serangga lain, seperti yang ditemukan pada imago betina serangga penggerek buah pada cabai ( Helicoverpa armigera ), yang masih melakukan perilaku

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan penulisan pada SMAN11 YOGYAKARTA bagian pengolahan data nilai siswa,maka dapat di simpulkan bahwa kelebihan dalam

Pendekatan yang perlu dilakukan adalah melakukan rotasi karyawan secara berkala ke berbagai bidang kerja yang tersedia dalam organisasi untuk belajar lebih dalam,

Beberapa patomekanisme yang mungkin dalam perkembangan infertilitas terkait dengan infeksi dianggap berefek secara langsung pada fungsi sperma (motilitas dan morfologi),

Tabel 3 FMEA Jenis Cacat Botol Pecah Modus Kegagalan Potensial Efek Kegagalan Potensial Penyebab Potensial Nilai RPN Rekomendasi Penanggulangan S O D Setting

 Setelah melakukan percobaan, peserta didik dapat membuat laporan hasil penyelidikan prinsip kerja termometer dengan benar..  Setelah melakukan percobaan, peserta

Jika pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari