• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS KETERKAITAN PENGELOLAAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH. 6.1 Lembaga Terkait Pengelolaan Air Baku Untuk Air Bersih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI ANALISIS KETERKAITAN PENGELOLAAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH. 6.1 Lembaga Terkait Pengelolaan Air Baku Untuk Air Bersih"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

ANALISIS KETERKAITAN PENGELOLAAN AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH

6.1 Lembaga Terkait Pengelolaan Air Baku Untuk Air Bersih

Dalam pengelolaan sumber daya air banyak lembaga yang terkait dari instansi pemerintah atau kementrian dan setingkat badan sampai kepada pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Lembaga tersebut berkaitan langsung maupun tidak langsung ikut beperan dalam pengelolaan sumberdaya air dan termasuk pengelolaan air bersih, dan lembaga tersebut memiliki wewenang dan fungsi masing-masing sebagaimana berikut ini:

1. Kementrian Pekerjaan Umum.

Kemerntrian Pekerjaan Umum bertanggungjawab atas pembangunan jalan dan jembatan, tata ruang, pengairan, air bersih dan sanitasi, dahulu termasuk pembangunan perumahan yang saat ini telah ada Kementrian Perumahan Rakyat. Kementrian Pekerjan Umum telah membentuk Dadan Pendukung sistem Penyediaan Air Minum yang mempunyai memberikan rekomendasi kebijakan kepada Menteri Pekerjaan Umum dalam pengembangan penyediaan prasarana air bersih. Dalam pembangunan proyek Banjir Kanal Timur (BKT) Pemerintah Pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum, menyediakan dana sebesar 2,5 trilyun rupiah untuk pembangunan fisiknya. Pemerintah Pusat memberikan bantuan program penurunan tingkat kehilangan air baku dari 50% sampai dengan 20% serta bantuan teknis penyusunan studi kelayakan kerjsa sama pengelolaan antar daerah (lintas wilayah) atas dasar pertimbangan keterseidaan air baku dan/ atau efektifitas dan efisiensi pengelolaan perusahaan. Untuk daerah yang belum dilayani SPAM bantuan fisik pengembangan SPAM melalui kerjasama regional pengembangan SPAM. Bantuan teknis tersebut berupa pengembangan prasarana air minum non pipa terlindungi dan bantuan program meningkatkan prasarana air bersih menjadi terlindungi. Sedangkan untuk daerah yang sudah

(2)

terlayani pemerintah pusat memberikan bantuan penyuusunan rencana induk air bersih terpadu dengan sanitasi dan penyusunan studi kelayakan.

Untuk program kerjasama pemanfaatan wilayah sungai strategi nasional diperlukan koordinasi. Wadah koordinsai tersebut disebut dengan Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Strategis Nasional. Pembentukan tim tersebut menjadi wewenang pemerintah pusat. 2. Kementrian Kesehatan.

kementrian kesehatan bertangung jawab atas penerbitan persyaratan kualitas air bersih dan air minum. Kemenkes memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan, inspeksi dan pemantau kualitas air bersih dan air minum yang diproduksi oleh perusahaan pengelola air minum.

3. Kementerian Negara Lingkungan hidup. KLH menetapkan kebijakan mengenai pengendalian pencemaran air, merencanakan pelaksanaan – program-program lingkungan, dukungan masyarakat di bidang lingkungan. 4. BAPEDAL , Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dibentuk pada tahun

1990, bertanggungjawab langsung kepada presiden namun kegiatan operaasonalnya dikoordinir oleh menteri Lingkungan Hidup.

5. Kementrian Dalam Negeri, dalam bidang air bersih, melalui Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah (PUOD) bertanggungjawab atas pengawasan dan monitoring kinerja pemerintah daerah dan pegawainya. Fungsi penting PUOD yaitu manajemen dan memberikan dukungan kepada perusahaan air minum daerah.

6. Kementrian kehutanan. Kementrian Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung memiliki tugas melakukan konservasi sumber daya air termasuk konservasi sumber daya air terutama di kawasan hutan lindung.

7. BAPPENAS, Badan Perenaan Pembangunan Nasional), BAPPENAS, bertanggungjawab atas penyiapan program-program pembangunan nasional jangka panjang dan jangka menengah dan khususnya mengenai target pembangunan dan anggran sektoral.

(3)

8. Kemenkeu. Kementrian keuangan merupakan pemilik aset negara termasuk yang berada di bawah PADAM, Kemenkeu berwenang memberikan izin atas pengalihan aset maupun penghapusan. PDAM diwajibkan membayar kembali kepada Menteri Keuangan atas bantuan pendanaan atau pinjaman luar negeri atau penyertaan pemerintah. Kemenkeu melaui Direktoran Jenderal Lembaga Keuangan mengelola perjanjian penerusan pinjaman, dimana pemerintah daerah dan BUMD-nya (seperti PDAM) dapat meminjam dana yang disediakan melalui bantuan pendanaan eksternal ditingkat psuat.

9. Kementrian ESDM, dalam kaitannya dengan air bersih, Kementrian ESDM memberikan izin atas pengambilan air pada sumur dalam atau eksplorasi melaui Direktorat Lingkungan Geologi dan bertangung jawab atas eksplorasi dan pengumpulan data mengenai sumber-sumber air tanah dan thermal. 10. PAM JAYA, Perusahaan Air Minum Jakarta (PAM JAYA) disyahkan

berdasarkan PERDA DKI Jakarta No. 3/1977 dan dikukuhkan oleh SK Mendagri No PEM/10/53/13350 diundangkan dalam Lembaran DKI Jakarta No. 74 tahun 1977. PAM JAYA melaksanakan pelayanan air minum yang berkesinambungan kualitas, kuantittas dan kontinuitas, guna mendukung pogram Pemerintah PropinsiDKI Jakarta mewujudkan kota Jakarta sebagai pelayanan. Pada tanggal 6 Juni tahun 1997 penandatanganan Perjanjian Kerjasama PAM JAYA dengan 2 mitra swasta selama 25 tahun yaitu PT. Garuda Dipta Semesta yang saat ini menjadi PT. PALYJA (PAM Suez Lyonnaise des Euax-Dumez (PALYJA) DARI France dan PT. Thames PAM Jaya (TPJ) dari United Kindom. PAM Jaya memiliki hak melakukan pemeriksaan, pengkajian, penilaian dan evaluasi atas kinerja kedua mitra swasta.

11. PEMDA DKI, Pemerintah Daerah DKI Jakarta, memiliki tugas dan wewenang untuk memberikan pelayanan kepada masyarakatnya termasuk pemenuhan kebutuhan akan air bersih baik melalui pengalokasian anggaran pembangunan prasarana air bersih, pengembangan air bersih, maupun memberikan dana subsidi kepada warga. Pemda DKI menetapkan tarif air bersih atas usulan Badan Regulator PAM DKI. Pemda DKI juga

(4)

mengusulkan kepada pemerintah tentang biaya jasa pelayanan air yang diambil dari PJT 2.

Pemda DKI telah menyediakan dana 2,5 trilyun rupaih untuk pembebasan tanah proyek Banjir Kanal Timur yang pembangunannya dimulai sejak 2005. Anggaran DKI Jakarta pada tahun 2012 sebesar 33 trilyun rupiah naik 10% dari tahun anggaran 2011 sebesar 31,7 trilyun rupiah. Dana sebesar itu dipergunakan untuk pendidikan sebesar 26% dan untuk pembangunan terkait sumber daya air sebesar 15% yaitu untuk pembangunan DTRS sebesar 4,4 trilyun rupiah.

11. Badan Regulator DKI, membantu Gubernur melaporkan tentang pembangunan air bersih melalui wakil gubernur, megusulkan arau merekomendasikan tarif air bersih serta menerima dan menyetujui program pembangunan 5 tahunan yang disusun oleh pihak kedua dan menerima bagian pendapatan, pendapatan yang tidak dibagi serta obligasi bulana serta obligasi bulanan (jika bulanan).

12. Mitra Swasta. PAM Jaya bermitra dengan PT.PALYJA dan PT. AETRA. Kerjasama tersebut berlaku sejak 1988 selama kurun waktu 25 tahun atau berakir pada tahun 2013. Mitra swasta (Palyja dan Aetra) berkewajiban mengelola, mengoperasikan dan mendistribusikan air bersih serta memelihara dan membangun sistem penyediaan air bersih dan melakukan penagihan rekenin air. Untuk wilayah barat ditangani oleh PT. Palyja dan wilayah timur oleh PT. Aetra dimana wilayah pembagiannya adalah batas sungai Ciliwung.

13. PJT II, Perum Jasa Tirta II (PJT 2) bertugas dan berkewajiban mengelolah dan mengatur penyaluran air baku dari bendungan Jatiluhur untuk kepentingan pertanian, industri, dan PAM, serta untuk kegiatan penggerak listrik dan sebagian untuk pengelontoran. Air baku untuk air bersih yang disalurkan PJT II melalui Tarum Kanal Barat sebesar 14,74 m3/detik dengan rincian ke wilayah Timur sebesar 9,34 m3 dan wilayah Barat sebesar 5,4 m3/detik.

14. FORKAMI, Forum Komunikasi Pengelolaan Kualitas Air Minum Indonesia merupakan LSM yang bergerak di bidang kualitas air bersih produksi PAM.

(5)

FORKAMI bekerjasama dengan Badan Regulator melaksanakan Survei Kepuasan Pelanggan (SKP) temasuk kemampuan daya beli masyarakat. 15. YLKI, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia adalah LSM yang bergerak di

bidang perlindungan konsumen dimana perlindungan konsumen diatur oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.

16. KPAM, Komite Pelanggan Air Minum didirikan sejak tahun 2001 dan dibentuk di tiap kota yang mewakili kepentingan konsumen.

17. BPPSPAM. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dibentuk melalu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 294/PRT/M/2005. Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) dibentuk dengan maksud untuk membantu pemerintah dalam mencapai tujuan pengaturan pengembangan SPAM yang meliputi: terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum berkualitas dengan harga terjangkau; tercapaianya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan dan tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum. Jadi BPPSPAM berperan dalam mendorong peningkatan pelayanan penylenggaraan SPAM, memberikan masukan dalam penyusunan kebijakan dan strategi serta mengembangkan sistem pembiayaan dan pola investasi pengembangan SPAM.

18. Komisi Irigasi. Komisi irigasi dibentuk melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 31/PRT/M/2007. Kedudukan Komisi Irigasi adalah di daerah propinsi dan dibentuk bendasarkan Keputusan Gubernur, Komisis irigasi berada di baeah gubernur dan bertangung jawab langsung kepada Gubernur. Komisi irigasi kabupaten dibentuk oleh bupati berada dan bertanggung jawab langsung kepada bupati. Selain komisi irigasi propinsi dan kabupaten jika dipandang perlu maka ada komisir irigasi lintas propinsi. Komisi irigasi antar provinsi membantu para gubernur di daerah yang bersangkutan dengan tugas: mengusulkan rencana rumusan kebijakan, rencana tahunan penyediaan, pembagian, pemberian air irigasi, mengusulkan prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi, merumuskan rencana tata tanam, rencana pemeliharaan dan rehabilitasi jaringan irigasi.

(6)

19. Dewan Sumber Daya Air. Sebagai wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air yang pembentukannya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur untuk pembentukan dewan sumber daya air kabupaten/ kota ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Dewan Sumber Daya Air sebagai wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air. Pelaksanaan koordinasi pengelolaan sumber daya air pada sungai lintas propinsi dan wilayah sungai strategis nasional dapat dibentuk TKPSDA WS Lintas Propinsi dan TKPSDA WS Strategi Nasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Fungsi Dewan Sumber Daya Air memberikan pertimbangan kepada presiden dalam menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah atas dasar masukan dari pemda yang bersangkutan. Memberikan usulan kepada pemerintah tentang kebijakan pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi dan hidrogeologi.

20. Pemda Non DKI. Pemda Bogor Provinsi Jawa Barat dan Pemda Tangerang Propinsi Jawa Barat. Sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah dan PP NoMOR 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, pemda berhak mengatur dan mengurus urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya sesuai norma dan standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Dalam hal penyelenggaraan air, daerah berhak memanfaatkan sumber air bersih tetapi dengan mempertimbangkan kepentingan daerah lain. Pemda Tangerang mensuplai air bersih dari PAM Tangerang ke PAM JAYA begitu pula Pemda Bogor mensuplai air baku dari mata air Ciburial ke PAM JAYA. Pasokan air baku dari PJT 2 yang bersumber dari Sungai Citarum dimana hulunya berada di Bandung Jawa Barat dan tengahnya berada di daerah Purwakarta Jawa Barat. Pemda Jabar wajib memelihara sumber air baku pada DAS tersebut dan juga berhak menerima kompensasi untuk perbaikan lingkungan yang dipergunakan untuk perbaikan dan konservasi sumber daya air.

6.2Analisis Interpretative Structural Modelling

Interpretive structural modelling (ISM) adalah salah satu metodologi yang baik untuk mengidentifikasi hubungan antara hal-hal spesifik yang berkaitan

(7)

dengan problem atau sebuah isu yang kompleks. Pendapat dari kelompok pakar digunakan untuk mengembangkan model ISM dengan menggunakan matrik hubungan. Menurut Marimin (2004), ISM adalah salah satu metodologi berbasis komputer yang membantu kelompok mengindentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks

Teknik ISM merupakan suatu proses pengkajian kelompok dimana model-model struktur dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafik atau kalimat. Teknis ISM terutama ditujukan untuk pengkajian suatu tim atau bisa juga dipakai oleh seorang peneliti (Eriyatno, 2003).

Prinsip dasarnya adalah identifikasi dan struktur di dalam suatu sistem akan memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan pengambilan keputusan yang lebih tinggi. Dalam teknik ISM program yang ditelaah perjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-elemen dan setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sebuah sub-elemen.

Teknik permodelan interpretasi struktural digunakan untuk merumuskan alternatif kebijakan dimasa yang akan datang. Menurut Marimin (2004), ISM adalah proses pengkajian kelompok (group learning process) model-model struktural dihasilkan guna memotret perihal yang kompleks dari suatu sistem, melalui pola yang dirancang secara seksama dengan menggunakan grafis serta kalimat. Teknis ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi statistik deskriptif.

i:

1. Pelaku yang terlibat dalam kebijakan pengelolaan air bersih; 2. Tujuan utama kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah. 3. Kebutuhan utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. 4. Kendala utama dalam pencapaian pengelolaan air bersih.

(8)

6.2.1 Elemen Pelaku Pengelolaan Air Baku untuk Air Bersih  

Komponen sub-elemen pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan air bersih integral-holistik terdiri dari: (1) Pemerintah Pusat, (2) Pemda DKI Jakarta, (3) Pemda Non DKI Jakarta(Jabar dan Banten); (4) PAM JAYA (5) PJT II, (6) LSM , (7) DPR/DPRD, (8) Perusahaan Swasta, (9) Masyarakat. Hubungan kontekstual antar sub-elemen komponen pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan air bersih dapat dilihat pada Tabel 32. Tabel 32 . Dependent dan driver power elemen pelaku pengelolaan air lintas

wilayah.

Pelaku Dep Drv

(1) Pemerintah Pusat 1 8

(2) Pemda DKI 5 7

(3) Pemda Non DKI 7 3

(4) PAM Jaya 5 7 (5) PJT II 8 1 (6) LSM 5 7 (7) DPR/DPRD 5 7 (8) Perusahaan Swasta 7 3 (9) Masyarakat 1 1

Penilaian pakar terhadap hubungan kontekstual antar sub-elemen komponen pelaku yang terlibat dalam pelaksanaan pengembangan air bersih. Hal ini memberikan makna bahwa dalam kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah berkelanjutan yang bersifat integral dan holistik, pelaku yang paling menentukan adalah Kementrian Pekerjaan Umum. Hasil temuan mengindikasikan bahwa untuk mendorong pengelolaan air lintas wilayah integral-holistik harus diberikan perhatian yang lebih fokus kepada kedua sub-elemen ini sedemikian rupa

(9)

sehingga pengelolaan air lintas wilayah yang integral-holistik menjadi fokus program kementrian ini.

Selanjutnya matrik RM ini diperiksa transitivity rule-nya dan dikoreksi hingga membentuk matriks yang tertutup. Hasil perbaikan ini ditampilkan dalam tabel sebagai matriks RM revisi. Matriks ini juga menunjukkan ranking setiap sub-elemen pelaku berdasarkan daya pendorong (driver power) yang dimilikinya. Hasil reachability matrix (RM) revisi elemen pelaku dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Hasil reachability matrix (RM) revisi elemen pelaku pengelolaan air bersih lintas wilayah.

No. A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 Drv Rank A1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 1 A2 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 2 A3 0 0 1 0 1 0 0 1 0 3 3 A4 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 2 A5 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 4 A6 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 2 A7 0 1 1 1 1 1 1 1 0 7 2 A8 0 0 1 0 1 0 0 1 0 3 3 A9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 Dep 1 5 7 5 8 5 5 7 1 Rank 4 3 2 3 1 3 3 2 4

(10)

Sub-elemen (A1) Pemerintah Pusat merupakan faktor independen dan menempati urutan teratas, diikuti oleh (A2) Pemda DKI (A4) PAM JAYA (A6) Lembaga Swadaya Masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa pemerintah pusat memiliki peranan penting dalam kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pasal 14 huruf e pemerintah berwenang dan bertanggungjawab melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. Sungai Citarum merupakan wilayah sungai strategis nasional yang pengelolaannya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah. Pengelompokan ini menghasilkan 9 kelompok sub-elemen yang menempati 4 kuadran yang tersedia. Kelompok pertama (A1) Pemerintah Pusat menempati kuadran IV atau kuadran independent. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah pusat memiliki kekuatan pendorong yang besar terhadap keberhasilan pengembangan air bersih integral-holistik. Berdasarkan independensi dan daya pendorongnya Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum sebagai sektor paling terkait.

Kuadran III atau kuadran linkage ditempati oleh 4 sub-elemen, terdiri dari: (4) PAM JAYA (7) DPR/DPRD (2) Pemerintah Kota DKI Jaya; (6) LSM. Ke-empat sub-elemen ini merupakan kelompok penghubung yang bisa mendorong keberhasilan pengolaan air bersih lintas wilayah integral-holistik. Namun kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah sangat bergantung kepada kebijakan pemerintah pusat baik undang-undang yang digagasnya maupun peraturan pemerintah, Keppres dan Kepmen. Kebijakan pemerintah pusat akan ditindak lanjuti dengan kebijakan oleh pemerintah daerah dan oleh kebijkan internal para operator termasuk PJT II dan PAM Jaya (Gambar 32).

(11)

Gam teta Set kep bah hol pad dise ting pul per day sub tida

DA

Y

A

PENDORONG

mbar 32. Dr b Kelompo api sekaligus tiap sub-elem pada kelomp hwa bagi sia istik harus da kelompok

ebabkan kar ggi dan seka

a. Kuadran rusahaan swa ya pendoron b-elemen, ma ak memilik (9 0 1

DA

Y

A

PENDORONG

river power ersih lintas w ok linkage s memiliki t men dalam k pok independ

apa saja yan menelaah s k ini tidak rena ke-emp aligus memi II atau kuad asta pengelo ng yang rela aupun terhad i kemampu (1) Pemerinta Pusat ) Masyarakat 2 VS depende wilayah memiliki k tingkat kete kelompok in dent (Pemeri ng berkaitan ecara berha stabil. Ke pat sub-elem iliki tingkat dran depende olah air bersi atif kecil dan

dap kelomp uan dan ka ah 3 4

KETER

en elemen pe karakteristik rgantungan ni saling ter intah Pusat) dengan pen ati-hati karen tidak stabila men tersebu ketergantun ent ditempat ih, dan (5) P n tingkat ke ok lain, men apabilitas da (2) (4 (6) (7) D 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 5

RGANTUN

elaku pengelo daya pend (dependensi rgantung, se

. Hal ini jug ngembangan

na hubungan an hubunga ut memiliki ngan satu sam

ti oleh: (3) P PJT II. Kelo etergantunga nunjukkan b alam mendo Pemda DKI 4) PAM Jaya ) LSM DPR/DPRD 6

NGAN

olaan air dorong yang i) yang ting erta tergantu ga mengindi n air bersih i n antar sub an antar elem daya doron ma lain yan Pemda non D ompok ini m an tinggi ba bahwa kelom orong kebe (3) Pemda DKI (5 (8) Perusah Swasta 7 8 g tinggi, ggi pula. ung juga ikasikan integral--elemen men ini ng yang ng tinggi DKI, (8) memiliki aik antar mpok ini erhasilan Non 5) PJT 2 haan a 9

(12)

kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah integral-holistik, atau sesungguhnya mereka memiliki kemampuan dan kapabilitas, tetapi belum diberi peran secara signifikan dalam pengelolaan air bersih lintas wilayah.

Selain semua pelaku di atas, masih ada sub-elemen (A9) masyarakat yang menempati kuadran I atau kuadran autonomous. Kelompok pelaku pada kuadran ini umumnya tidak terlalu terkait dengan kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah. Meskipun PJT II sebagai operator dalam hal alokasi dan suplai air baku untuk wilayah Sungai Citarum, namun kebijakan tersebut ada pada Kementrian Pekerjaan Umum cq Ditjen SDA yaitu pemerintah pusat. Kedudukan PJT 2 sangat dipengaruh oleh Pemerintah Pusat yaitu sebagai pelaksana dari kebijakan pemerintah tentang alokasi air. Pada UU Nomor 7 tahun 2004 pasal 46 ayat (1) pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya, mengatur dan menetapkan alokasi air pada sumber air untuk penguasaan sumber daya air oleh badan usaha atau perseorangan. Pada psal 46 ayat (2) alokasi air untuk pengusahaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada rencana alokasi air yang ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumber daya air wilayah sungai bersangkutan.

Posisi PJT II yang menempati kuadran II (dependent) menunjukkan bahwa posisi PJT 2 sama sangat tergantung dari pemerintah pusat. PJT II hanya diposisikan sebagai operator yang menerima kebijakan dari pusat maupun dari aktor yang menempati kwadran III (linkage). Tugas dan tanggung jawab PJT II tidak berbeda dengan PJT I yang membedakan hanya wilayah sungai yang dikelolahnya. Sebagaimana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I memiliki tugas dan wewenang dalam hal melaksanakan pelayanan, pemberian jaminan pelayanan, pelaksanaan operasi atas prasarana SDA, pemeliharaan preventif, pengusahaan SDA wilayah sungai dan membantu pemerintah menjaga dan mengamankan sumber air dan prasarana SDA untuk mempertahankan kelestarian.

PJT II perlu diajak terlibat dalam penentuan kebijakan pengelolaan air lintas wilayah terutama dalam hal alokasi sumber air baku. Pemda Non DKI menempati kwadran II (dependent) artinya tidak begitu terkait dalam pengelolaan air bersih

(13)

lintas wilayah. Padahal pemda non DKI juga memiliki kepentingan akan pemanfaatan sumber air baku. Pemda non DKI seperti Pemda Bekasi, Karawang, Purwakarta merupakan pemanfaat dari sumber air baku dari PJT II yang bersumber dari Sungai Citarum. Menurut UU Nomor 7 Tahun 2007 bahwa yang memiliki kewenangan pengelolaan air untuk sungai strategis nasional adalah pemerintah, namun demikian pemda terkait sebaiknya dilibatkan agar tidak terjadi sengketa, sebagaimana telah diatur pada PP Nomor 42 Tahun 2008 Pengelolaan Sumber Daya Air dan PP 38 Nomor 2007 serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11A/M/2006.

Sungai Citarum mengalir dari hulunya di Kabupaten Bandung melalui Kabupaten Purwakarta, Karawang dan Bekasi. Semestinya Pemda Non DKI seperti Pemda Jabar dan serta Tangerang (Banten) turut serta dalam perumusan kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah berkelanjutan khususnya untuk pemenuhan air bersih DKI Jakarta, hal ini peting agar tidak terjadi sengketa air. Pada pasal 14 huruf (i) pemerintah menfasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam pengelolaan sumber daya air. Hubungan kontekstual dan level hierarki elemen pelaku pengelolaan air bersih lintas wilayah disajikan pada Gambar 33 dibawah ini .

(14)

  Level Autonomous              Level Dependent        Level  Linkage      Level Independent     1   2 4 6 7   3 8   5 9

Gambar 33. Level hierarki elemen pelaku pengelolaan air bersih lintas wilayah.

Struktur hirarki tersebut menunjukkan bahwa sub-elemen Pemerintah Pusat memiliki daya pendorong paling kuat dalam kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa sub-elemen tersebut merupakan sub-elemen yang memiliki kekuatan penggerak dan pengaruh terbesar terhadap sub-elemen lain yang berada di level yang lebih rendah. Hal yang menarik adalah meskipun memiliki kepentingan dalam hal peemanfaatan air baku dari Sungai Citarum, Pemda Non DKI tidak terkait dalam kebijakan pengelolaan air minum.

Ketidakterkaitan antar masyarakat dengan aktor lainnya seperti Pemerintah Pusat dan PAM Jaya, DPR/DPRD dalam penentuan kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah, menunjukkan bahwa pengelolaan air bersih masih belum

Keterangan 

1. Pemerintah Pusat 

2. Pemda DKI 

3. Pemda Non DKI 

4. PAM Jaya 

5. PJT II 

6. LSM 

7. DPR/DPRD 

(15)

berbasis masyarakat. Masyarakat belum menjadi aktor hanya sebagai obyek. Padahal masyarakatlah yang menjadi konsumen air bersih, masyarakatlah yang menerima dampak baik maupun buruknya hasil dari kebijakan tersebut. PAM Jaya, Pemda DKI dan LSM serta DPR/DPRD yang berada pada level 2 merupakan kelompok penghubung yang bisa mendorong keberhasilan pengelolaan air bersih lintas wilayah yang bekerlanjutan yang berbasis otonomi daerah.

6.2.2 Elemen Tujuan Pengelolaan Air Lintas Wilayah Berkelanjutan .

Berdasarkan survei pakar, maka diperoleh kebutuhan utama untuk kebijakan pengelolaan air besih meliputi teknologi pengelolaan air bersih yang efisien, pengunaan bahan baku secara optimal, pemanfaatan tekonologi tepat guna, pelaksanaan konservasi sumber daya air, peningkatan kualitas air bersih, suplai air bersih yang cukup dan berkesinambungan, pembangunan infrastruktur yang memadai. Jadi elemen kebutuhan kebijakan pengelolaan air bersih lintas wilayah berkelanjutan meliputi tujuh sub elemen dan sub-elemen yang paling memiliki daya pendorong yang paling kuat adalah tujuan tentang suplai / distribusi air bersih yang yang berkelanjutan Tabel 34.

Tabel. 34 Dependen dan driver power elemen tujuan pengelolaan air bersih lintas wilayah

Tujuan Dep Drv

(1) Teknologi pengelolaan air 7 3

(2) Bahan baku air 4 5

(3) Aplikasi TTG 7 3

(4) Konservasi SDA 4 5

(5) Kualitas air 2 6

(6) Suplai air bersih 1 7

(7) Infrastruktur 7 3

Tabel 34 di atas menunjukkan bahwa agar terwujudnya tujuan suplai air bersih ke masyarakat yang berkelanjutan menempati posisi pertama hal ini seusai

(16)

den pen sec keh ber kete ind sup keti kon Gam 6.2 men ngan UU No ndayagunaan ara berkela hidupan mas rkelanjutan, ergantungan dependency y

plai air bersi iga dengan nservasi sum

mbar 34. De

.3 Elemen Elemen njadi sub ele

0

DA

Y

A

PENDORONG

omor 7 Tah n sumber da anjutan den syarakat sec memiliki da n yang rend yang rendah ih. Pemanfa kekuatan d mber daya air

ependen VS p n Kebutuha n kebutuhan emen antara (6) Suplai bersih 1 hun 2004 te aya air dituju

ngan mengu cara adil. aya pendoro dah. Posisi k h pulah dan aatan bahan daya dorong r (Gambar 34 power eleme n Pengelola pengelolaa lain: (1) dis (5) Kualita i air h 2 3

KETER

entang Sumb ukan untuk m utamakan p Posisi elem ong yang pa kedua adala kekuatan pe baku air se g dan keter 4). en tujuan

aan Air Lint an air lintas stribusi air te (2 as air 0 1 2 3 4 5 6 7 3 4

RGANTUN

ber Daya Ai memanfaatk pemenuhan men (6) supl aling kuat ah kualitas a endorong te cara optima rgantungan tas Wilayah s wilayah b epat sasaran, 2) Bahan baku air (4) Konservas SDA 5

NGAN

ir pasal 26 kan sumber d kebutuhan lai air bers

dan juga m air bersih m rkuat kedua al menempat yang sama h erkelanjutan , (2) kualitas (1) Tekn pengelol (3) Aplik i (7) Infrastr 6 ayat (2) daya air pokok ih yang memiliki memiliki a setelah ti urutan dengan n dibagi s air dari nologi laan air kasi TTG ruktur 7

(17)

masyarakat, (3) pendapatan perusahaan air bersih, (4) melibatkan masyarakat, (5) bantaran sungai bebas dari permukiman, (6) pengelolaan lingkungan mudah, (7) harga air murah, (8) terhindar dari gangguan kesehatan, (9) adanya koordinasi antar pemda.

Kebutuhan masyarakat pemakai air agar terhindar dari gangguan kesehatan tersebut sesuai dengan ketentuan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang SDA pasal 8 ayat (1) air baku wajib memnuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai peraturan perundang-undangan. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran mengelompokkan klasifikasi air menjadi empat kelas, kelas satu, air baku untuk air minum dan seterusnya. Tujuan dari Permenkes tersebut agar masyarakat dapat mengkonsumsi air bersih sesuai dengan klasifikasi peruntukkannya dengan tujuan utama agar terhindar dari penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak berkualitas (Gambar 35).

Gambar 35 Matrik driver power VS dependen elemen kebutuhan pengelolaan air baku lintas wilayah

Independent

(18)

6.2.4 Elemen Kendala Utama Terkait Kebijakan Pengelolaan Air Baku Lintas Wilayah

Komponen sub-elemen kendala utama yang menghambat pengelolaan air lintas wilayah berkelanjutan yang bersifat integral-holistik dan berbasis otonomi daerah terdiri dari: (1) bahan/ air baku sedikit, (2) sarana terbatas, (3) dukungan pemerintah kurang, (4) kemampuan masyarakat dalam menjaga kualitas air baku, (5) permintaan air tinggi (meningkat), (6) teknologi pengelolaan rendah, (7) persepsi masyarakat rendah; (8) resapan air rendah, (9) jumlah limbah tinggi. Hubungan kontekstual antar kendala tersebut disusun dalam matriks interaksi tunggal terstruktur atau structural self interaction matrix (SSIM). Adapun dependen dan driver power kendala dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Dependen dan driver power kendala pengelolaan air lintas wilayah

Tabel 35 menunjukkan bahwa yang memiliki driver prower yaitu sub elemen (8) rendah resapan air, selain menjadi driver prower juga memiliki nilai bebas tidak tergantung. Sub elemen lain yang memiliki driver power yang kuat yaitu sub elemen sangat tinggi, sub elemen (11) harga air, (9) jumlah limbah tinggi dan (5) permintaan air tinggi. Untuk mengatasi tingginya permintaan air perlu gerakan hemat air melalui program 3R. Program hemat air tertuang dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air dan dinyatakan

Kendala Dep Drv

(1) Bahan baku sedikit 11 8

(2) Sarana terbatas 11 8

(3) Dukungan pemerintah kurang 11 8

(4) Kemampuan menjaga kualitas air 11 8

(5) Permintaan air tinggi 3 9

(6) Teknologi rendah 12 1

(7) Persepsi masyarakat rendah 11 8

(8) Resapan air rendah 1 11

(9) Jumlah limbah tinggi 2 9

(10) Peraturan kurang optimal 11 8

(11) Harga air sangat tinggi 1 10

(19)

secara tegas tentang program 3R (reduce, reuse, recyle) pada pasal 3 ayat (6) yang membahas tentang daur ulang air.

Tabel 36. Hasil reachability matrix (RM) elemen kendala utama pengelolaan air baku lintas wilayah

No. k1 k2 k3 k4 k5 k6 k7 k8 k9 A10 k11 k12 k1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k2 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k3 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k4 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k5 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 k6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 k7 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 k9 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 k10 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 k11 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 k12 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1

Hasil perbaikan RM ditampilkan dalam Tabel 36 di atas sebagai matriks RM revisi. Matriks ini juga menunjukkan ranking setiap sub-elemen kendala utamanya berdasarkan daya pendorong (driver power) yang dimilikinya. Sub-elemen yang menempati urutan teratas adalah (8) kurangnya/ rendahnya daerah resapan, diikuti oleh (11) tingginya harga air bersih. Urutan ketiga ditempati oleh sub-elemen (5) tingginya permintaan air bersih, (9) tingginya jumlah limbah di

(20)

sumber air baku. Sedangkan urutan ke-empat yaitu (1) bahan baku air bersih sangat sedikit, (2) sarana dan prasarana pengelolaan air bersih sangat terbatas, (3) kurangnya dukungan pemerintah dalam pengelolaan air bersih, dan (7) rendahnya kesadaran masyarakat dalam program hemat air, (10) kurang optimalnya kebijakan dan peraturan, (12) biaya pengelolaan air sangat tinggi.

Urutan kelima ditempati oleh sub-elemen (6) rendahnya teknologi pengelolaan air bersih. Tingkatan hirarki (level) struktur kendala utama terkait pengembangan air bersih integral-holistik serta berbasis otonomi daerah dapat dilihat pada Gambar 36.

Gambar 36 Matrik driver power VS dependent elemen kendala

Gambaran klasifikasi setiap sub-elemen kendala utama berdasarkan daya pendorong dan tingkat ketergantungan. Pengelompokan ini menghasilkan 3

Sumber air baku  sedikit Sarana prasarana  terbatas Kurangnya  dukungan  pemerintah Kurangnya  menjaga kualitas  air Permintaan air  sangat tinggi Teknologi proses  masih rendah Rendahnya  persepsi  penghematan air  di masyarakat Rendahnya  resapan air Tingginya limbah  di sumber air  baku Kurang  optimalnya  kebijakan Harga air sangat 

tinggi Biaya  pengelolaan  sangat tinggi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Driv

er

 

Po

w

e

r

Dependent

Matriks

 

Driver

 

Power

 

vs

 

Dependent

 

Kendala

Linkage

Autonomous

Dependent

(21)

kelompok sub-elemen yang menempati 4 kuadran yang tersedia. Kelompok di kuadran IV independent terdiri dari sub-elemen: (8) kurangnya/rendahnya resapan air; (9) tingginya jumlah limbah di sumber air baku ; (5) tingginya peningkatan permintaan air bersih dan (11) tinggi harga air bersih melebihi kemampuan masyarakat terutama masyarakat miskin perkotaan.

Kelompok kedua menempati kuadran III atau kuadran linkage, terdiri dari level 7, yaitu sub-elemen: (3) kurangnya dukungan pemerintah dalam program penyediaan air bersih; (4) rendahnya kemampuan masyarakat dalam menjaga air bersih; (1) bahan baku sedikit; (2) terbatasmya sarana dan prasarana pengelolaan air bersih; (10) kebijakan dan peraturan kurang optimal; (12) tingginya biaya pengelolaan air bersih. Setiap sub-elemen pada kelompok ini menjadi penghubung (linkage) keberhasilan pengembangan air bersih integral-holistik. Kelompok linkage ini memiliki karakteristik daya pendorong yang tinggi, tetapi sekaligus memiliki tingkat kebergantungan (dependensi) yang tinggi juga. Setiap sub-elemen dalam kelompok ini saling bergantung, serta bergantung juga kepada kelompok independent.

Kelompok terakhir menempati kuadran II atau kuadran dependent yang juga merupakan level terendah (rangking terakhir), terdiri dari sub-elemen: (6) teknologi pengelolaan air bersih masih rendah Sub-elemen ini menjadi kendala terakhir yang harus dipecahkan dengan cara menyelesaikan kendala yang lebih esensial pada level di atasnya. Semua kendala yang ada harus dipecahkan secara menyeluruh, karena setiap elemen saling berkait dan saling bergantung. Semua sub-elemen tidak ada yang masuk ke dalam kuadran I (autonomous) yang menunjukkan bahwa semua kendala utama yang ada memiliki keterkaitan satu sama lain, baik dari sisi kebergantungan maupun dari sisi daya pendorongnya.

Gambaran sub elemen kendala menunjukkan sub elemen kendala (6) rendahnya teknologi pengelolaan air bersih merupakan kendala yang tergantung kepada kendala penghubung yaitu kendala yang menempati urutan kedua yaitu sub-elemen: (3) kurangnya dukungan pemerintah dalam program penyediaan air bersih; (4) rendahnya kemampuan masyarakat dalam menjaga air bersih, (1) bahan baku sedikit, (2) terbatasmya sarana dan prasarana pengelolaan air bersih,

(22)

(10) kebijakan dan peraturan kurang optimal, (12) tingginya biaya. Sedangkan kendala sub elemen yang paling independent dan utama adalah sub elemen (11) harga air bersih sangat tinggi melebihi kemampuan masyarakat, serta (8) kurangnya/rendahnya daerah resapan.

Analisis ISM menghasilakan beberapa sub-elemen yang memiliki daya dorong (driver power) yang kuat dan ketergantungan yang rendah atau independent. Beberapa sub-elemen independen hasil analisis ISM terhadap elemen pelaku (aktor), elemen tujuan, elemen kebutuhan dan elemen kendala dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Elemen dan sub-elemen independen pengelolaan air baku lintas wilayah Elemen Sub-elemen independent (driver power)

Aktor - Pemerintah pusat Tujuan - Suplai air bersih

- Kualitas air

Kebutuhan - Terhindar dari gangguan kesehatan Kendala - Rendahnya resapan air

- Harga air sangat tinggi

- Permintaan air meningkat /tinggi - Jumlah limbah tinggi

Hasil analisis ISM terkait tersebut di atas (Tabel 36) dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan sistem dinamik dan penyusunan setting agenda serta penyusunan role sharing (bagi peran) masing-masing pelaku dalam pengelolaan air lintas wilayah.

Gambar

Tabel 32 . Dependent dan driver power elemen pelaku  pengelolaan air lintas  wilayah.
Tabel 33.   Hasil reachability matrix (RM) revisi elemen pelaku pengelolaan air  bersih lintas wilayah
Gambar 33.  Level hierarki elemen pelaku pengelolaan air bersih lintas                          wilayah
Tabel 34 di atas menunjukkan bahwa agar terwujudnya tujuan suplai air  bersih ke masyarakat yang berkelanjutan menempati posisi pertama hal ini seusai
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil keduanya menunjukkan kesimpulan yang sama yaitu pada beberapa periode tahun pengamatan mempunyai nilai rerata varian dan nilai networth yang negatif, hal ini menunjukkan

Pembinaan ini dilakukan secara terus-menerus, terutama mengenai objek dan tarif pajak, sehingga antara pajak pusat dan pajak daerah saling melengkapi.Metode analisis yang

Obat ini diberikan secara oral, tidak diabsorbsi melalui slauran cerna sehingga diekskresi melalui tinja. Dalam cairan usus, metilselulosa akan mengembang membentuk

Penelitian tentang “Konsep Tawassut{ Menurut Nahdlatul Ulama (NU) dan Implikasinya Terhadap Keputusan-Keputusan Organisasi dalam Bidang Sosial, Politik dan Keagamaan”

Begitu juga Maridi, selesai kuliah hidup dengan orang tuanya di Tretes, dapat pekerjaan ditolong oleh Pak Suhud, yang membangun dan mengelola hotel, Maridi

Praktik Pengalaman Lapangan meliputi semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sabagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

sawit yang belum menghasilkan menunjukkan bahwa pada aplikasi kompos Tankos takaran 6 t/ha memberikan hasil jagung pipilan kering paling tinggi yaitu sebesar 6,78

The product of this study is a handbook of English Morphology subject designed specifically for Engling Language Education (ELE) department students.. For