• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah cairan elektrolit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "makalah cairan elektrolit"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ILMU DASAR KEPERAWATAN I TUGAS ILMU DASAR KEPERAWATAN I

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH : OLEH : KELOMPOK 8 KELOMPOK 8  NAMA :  NAMA : 1.

1.  Ni Komang Tri Oktikaningsih  Ni Komang Tri Oktikaningsih 15.321.224115.321.2241 2.

2. Yolanda Yolanda Ellwin Ellwin wijaya wijaya 15.321.224215.321.2242 3.

3.  Ni luh Ayu Yustikarini  Ni luh Ayu Yustikarini 15.321.224315.321.2243 4.

4.  Ni luh Kadek Pratiwi  Ni luh Kadek Pratiwi 15.321.224415.321.2244 5.

5.  Ni luh Putu Ositadevi  Ni luh Putu Ositadevi 15.321.224515.321.2245 6.

6. Putu Putu Dika Dika Payana Payana 15.321.226415.321.2264

SEKOLAH TINGGII ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI SEKOLAH TINGGII ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AKADEMIK 2015 TAHUN AKADEMIK 2015

(2)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam yang telah melimpahkan karuniaNya, sehingga mendapat petunjuk dan kesabaran dalam menyelesaikan tugas makalah ini..

menyelesaikan tugas makalah ini..

Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang Keseimbangan Cairan dan Elektrolit yang Makalah ini berisi sedikit pengetahuan tentang Keseimbangan Cairan dan Elektrolit yang nantinya diharap dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Ilmu Kesehatan. Selama nantinya diharap dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Ilmu Kesehatan. Selama  pembuatan makalah ini, telah banyak arahan dan

 pembuatan makalah ini, telah banyak arahan dan petunjuk yang didapat dari dosen pengajar matapetunjuk yang didapat dari dosen pengajar mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Namun dalam penulisan makalah ini, mungkin jauh dari apa kuliah Ilmu Dasar Keperawatan. Namun dalam penulisan makalah ini, mungkin jauh dari apa yang dinamakan sempurna karena masih dalam tahap belajar. Oleh sebab itu, dengan senang hati yang dinamakan sempurna karena masih dalam tahap belajar. Oleh sebab itu, dengan senang hati atas saran dan kritiknya untuk disusun selanjutnya.

atas saran dan kritiknya untuk disusun selanjutnya.

Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita Demikianlah makalah sederhana ini disusun, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. semua. Denpasar,19 November 2015 Denpasar,19 November 2015 Penyusun Penyusun

(3)

DAFTAR ISI Kata pengantar...i Daftar Isi...ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...iv 1.2 Rumusan Masalah...v 1.3 Tujuan...v BABII PEMBAHASAN 2.1 Pengertian cairan tubuh...1

2.2 Pergerakan cairan tubuh………2

2.3 Faktor yang mempengaruhi cairan dan elektrolit ...3

2.4 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit...6

2.5Pengertian sistem koloid...9

(4)

2.7 Sifat sistem koloid………...10 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...15 3.2 Saran...16 Daftar Pustaka

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia memiliki daya adaptasi yang besar terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Pada perbedaan iklim yang cukup besar seperti dari suhu lingkungan yang dingin kemudian  beralih ke panas dapat tidak terlalu memengaruhinya karena ada beberapa mekanisme homeostasis tubuh yang mengatur suhu tubuh, keseimbangan cairan dan komposisi elektrolit serta bermacam zat lainnya yang terdapat dalam cairan tubuh tersebut dapatlah dibayangkan  baahwa manusia mempunyai sistem regulasi yang tangguh untuk menghadapi setiap tantangan  perubahan keadaan lingkungan ini.

Cairan tubuh terkumpul dalam beberapa ruang atau kompartemen. Masing-masing kompartemen dipisahkan oleh membran khusus dan mengandung zat-zat dengan konsentrasi maupun zat yang ada di dalamnya. Susunan atau komposisi elektrolit, zat, atau molekul lainnya. Rasa haus meruapakan faktor pendorong pemasukan air dari luar. Pusat pengontrolan rasa haus terdapat pada hipotalamus. Di bawah ini dapat dilihat diagram mekanisme kendali rasa haus. Tapi kenyataannya mekanisme kendali keseimbangan cairan melalui rasa haus saja tidak cukup. Pemasukan air sering tak sebanding dengan pengeluarannya, misalnya terjadi pada bayi dan orang tua. Keseimbangan cairan diatur pula oleh kerja hormon yaitu : anti-diuretic hormone (ADH) dan aldosteron.

(6)

Hormon antidiuresis (ADH) dilepaskan oleh kelenjar hipofisis posterior terutama bila terjadi pengurangan bolume darah atau peningkatan osmolalitas darah. Kerja ADH adalah menurunkan pengeluaran urin dengan cara meningkatkan permeabilitas dinding sel duktus koligentes terhadap air sehingga air banyak diserap kembali.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian cairan tubuh ?

2. Bagaimanakah pergerakan cairan tubuh ?

3. Apa sajakah factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit ? 4. Apa sajakah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ?

5. Apakah pengertian dari sistem koloid ? 6. Apa saja macam –  macam koloid ? 7. Bagaimana sifat koloid ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian cairan tubuh. 2. Untuk mengetahui pergerakan cairan tubuh.

3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit. 4. Untuk mengetahui gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

5. Untuk mengetahui pengertian dari sistem koloid. 6. Untuk mengetahui macam –  macam koloid. 7. Untuk mengetahui sifat koloid.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan  berbagai cairan tubuh.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.

Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.

(8)

Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

2.2 Pergerakan Cairan Tubuh.

Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :

1. Difusi merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan sampai menenambus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsenrasi larutan, dan temperatur.

2. Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.

3. Transpor aktif, proses transpor aktif memerlukan energi metabolisme. Proses tranpor aktif  penting untuk mempertahankan keseimbangan natrium dan kalsium antara cairan intraseluler dan

ekstraseluler. Dalam kondisi normal, konsentrasi natrium lebih tinggi pada cairan intraseluler dan kadar kalium lebih tinggi pada cairan ekstraseluler.

(9)

Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :

1 Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

2. Fase II : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.

3. Fase III : Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut  berpindah.

2.3 Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain:

a.Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh  pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih

mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

(10)

 b.Iklim :

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.

c.Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d.Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila  berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

(11)

e.Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, seperti:

1. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

2. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

3. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan  pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya

secara mandiri.

f. Tindakan Medis :

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g.Pengobatan :

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh padakondisi cairan dan elektrolit tubuh.

(12)

h.Pembedahan : Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama  pembedahan.

2.4 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tubuh adalah :

1. Volume 2. Osmolalitas 3. Komposisi

Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama, sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF). Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini. Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.

(13)

a. Ketidakseimbangan Volume

1. kurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF)

Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relative mengakibatkan hipernatremia.

- airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL). - Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.

-Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %

(14)

2. Kelebihan Volume ECF :

Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama.Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang  berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata.

3.Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional

Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan- cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami juga perubahan komposisional di  bawah ini :

• Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5mEq/L.

• Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L.

• Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

(15)

2.5 Pengertian sistem koloid

Pengertian Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang  berbeda dari sifat larutan atau suspensi. Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas, dapat dibuat dalam keadaan koloid. Sistem koloid sangat  berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat,  berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid. Karena

sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.

2.6 Macam-macam koloid

Koloid memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat terdispersinya. Beberapa jenis koloid:

 Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).

 Sol Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun, sol detergen, cat dan tinta).

 Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).

(16)

 Buih Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan  bijih logam, alat pemadam kebakaran, beberapa jenis kosmetik, dan lainnya). Ada pula  buih padat yang merupakan gas yang terdispersi dalam padat (Contoh: Styrofoam, batu

apung, spons, marshmallow).

 Gel sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).

2.7 Sifat-sifat Koloid

 Efek Tyndall

Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek Tyndall.

Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel- partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

(17)

 Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.

Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas (dinamakan gerak Brown), sedangkan pada zat padat hanya berosilasi di tempat   (tidak termasuk gerak Brown). Untuk koloid dengan medium  pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan  perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown.

Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian  pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).

Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown

(18)

 Adsorpsi

Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan  partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel. Contoh:

(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.

 Muatan koloid

Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

 Koagulasi koloid

Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.

 Koloid pelindung

Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari  proses koagulasi.

(19)

 Dialisis

Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermeabel yang berfungsi sebagai  penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati

koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

 Elektroforesis

Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.

2.8 Contoh Koloid Dalam Kehidupan sehari-hari

Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala  besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi kolid untuk produksi cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran,  pertanian:

a. Penggumpalan darah

Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel

(20)

b. Membantu pasien gagal ginjal

Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat terlarut merupakan dasar bagi  pengembangan dialisator. Penerapan dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk  penderita gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh pasien.

c. Sebagai bahan makanan dan obat

Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam bentuk kapsul.

(21)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.

Mekanisme kerja cairan dan elektrolit dalam tubuh melalui tiga proses yaitu difusi, osmosis, dan transportasi. Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40 % dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20 % dari BB. Pengeluaran cairan terjadi melalui organ tubuh yaitu ginjal, kulit, paru-paru, dan gastrointestinal

Keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit normal adalah akibat dari keseimbangan dinamis antara makanan dan minuman yang masuk dengan keseimbangan yang melibatkan sejumlah besar sistem organ. Cairan tubuh dan elektrolit yang dikonsumsi lebih banyak maka cairan yang dikeluarkan juga lebih banyak.

(22)

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada sembilan faktor yaitu usia, aktivitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan  pembedahan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu kelebihan dan kekurangan cairan dan elektrolit.

3.2 Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah  pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para  pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison Wsley Nursing, California, 1995

Dolores F. Saxton, Comprehensive Review Of Nursing For NCLEK-RN, Sixteenth Edition, Mosby, St. louis, Missouri, 1999.

Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya, kondisi ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurangnya asupan cairan, tingginya asupan pelarut (mis., protein dan klorida atau natrium) yang

Hasil pengujian heat exchanger didapatkan besar perbedaan laju perpindahan panas antara aliran fluida panas dan dingin tidak lebih dari 10%, nilai perpindahan panas

Cairan dingin kemudian dapat digunakan untuk mengekstrak panas dari ruang penyimpanan atau pendinginan daerah, panas ini menguap dingin, rcairan

Suhu lingkungan di tempat kerja yang terlalu panas ataupun terlalu dingin berbahaya terhadap kesehatan individu pekerja.. Heat stress (tekanan panas) juga

sama, bila sekitarnya lebih dingin dari pada suhu tubuh, maka panas tubuh akan. dipindahkan ke lingkungan

Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Untuk mengetahui dengan pasti dingin atau panasnya suatu benda, kita memerlukian suatu

PER 13/MEN/X/2011 tentang Iklim kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga

Neuron sensitif suhu di kulit  aktif saat dingin (lebih aktif) dan panas  perubahan suhu lingkungan dapat cepat terdeteksi sebelum. merubah suhu tubuh 