PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN 2003
TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KULON PROGO,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pendayagunaan kekayaan Daerah dan
pelayanan kebutuhan masyarakat maka kekayaan Daerah dapat dipergunakan/dimanfaatkan oleh masyarakat;
b. bahwa kondisi dan keberadaan kekayaan Daerah sangat
membutuhkan biaya perawatan/pemeliharaan serta didasarkan pada optimalisasi pelayanan serta efektifitas dan efisiensi yang berorientasi pada harga pasar, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo Nomor 18 Tahun 1998, dipandang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan sehingga perlu ditinjau untuk diperbaharui;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dimaksud huruf a
dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1951 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 15 Tahun 1950 Republik Indonesia untuk Penggabungan Daerah Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Adikarta dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta menjadi satu Kabupaten dengan nama Kulon Progo (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 101);
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);
3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685) yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
4. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan
Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten di Djawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119);
8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik
Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang
10.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;
11.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang
Tata Cara Pemeriksaan di bidang Retribusi Daerah;
12.Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain;
13.Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21
Tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah;
14.Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22
Tahun 2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah;
15.Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23
Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
16.Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo
Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo (Lembaran Daerah Tahun 1998 Nomor 1 Seri A);
17.Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2001 – 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 1 Seri E);
18.Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 2 Tahun 2002
tentang Program Pembangunan Daerah Tahun 2001 – 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 2 Seri E);
19.Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 3 Tahun 2002
tentang Rencana Stratejik Daerah Tahun 2001 – 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2002 Nomor 3 Seri E).
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
BAB I
KETENTUAN UMUM.
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Kulon Progo;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah
Otonom yang lain sebagai badan eksekutif Daerah;
3. Bupati adalah Bupati Kulon Progo;
4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang
Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yan meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan organisasi massa, organisasi sosial politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan hukum lainnya;
6. Kekayaan Daerah adalah barang Daerah yang dimiliki dan/atau
dikuasai Daerah yang bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya atau merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung, diukur atau ditimbang yang digunausahakan;
7. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan;
8. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta;
9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu;
10.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat
SKRD adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi;
11.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan Retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan.atau denda;
12.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya
disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang menetapkan besarnya Retribusi yang terutang;
13.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang disingkat
SKRDLB, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih bayar daripada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
14.Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya
disingkat SPdORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.
BAB II
NAMA, GOLONGAN, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Setiap Pemakaian Kekayaan Daerah oleh orang pribadi atau
badan dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan Daerah dengan nama Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
(2) Kekayaan Daerah yang tidak digunausahakan namun secara insidental digunakan untuk melayani kepentingan umum diatur oleh Bupati.
Pasal 3
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah termasuk golongan Retribusi Jasa Usaha.
Pasal 4
Obyek Retribusi adalah pemberian hak atas pemakaian kekayaan Daerah yang meliputi :
a. pemakaian ruang;
b. jasa pemakaian peralatan laboratorium; c. pemakaian alat-alat berat; dan
d. pemakaian peralatan pelatihan.
Pasal 5
Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak untuk memakai kekayaan Daerah.
BAB III
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 6
BAB IV
CARA MENGUKUR BESAR RETRIBUSI DAN TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 7
(1) Besar Retribusi diukur berdasarkan jenis pemakaian kekayaan Daerah yang dimohonkan oleh subyek Retribusi.
(2) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan :
a. jangka waktu pemakaian;
b. fasilitas; c. lokasi; dan
d. jenis kekayaan Daerah.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN BESARNYA TARIP
Pasal 8
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besar Retribusi didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI
BESAR RETRIBUSI
Pasal 9
A. Pemakaian Ruang 1. Ruang Terbuka
NO JENIS BANGUNAN RETRIBUSI KET.
1 2 3 4
1. Jalan seputar alun-alun untuk :
a. Road race Rp. 2.500.000,00 (dua
juta lima ratus ribu rupiah)/event
Tiap event paling lama 2 (dua hari)
b.Keramaian ( pasar malam, bazaar, pameran, kesenian dan sejenisnya)
Rp. 150,00 (seratus lima puluh rupiah) / m / hari 2. Alun-alun : a. Hiburan, kesenian, keramaian dan sejenisnya Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) /hari
b. Lomba yang memungut bayaran Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)/hari
3. Lapangan tenis
a. pukul 06.00 – 12.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) / bulan
Paling banyak 4 (empat) kali sebulan
b. pukul 12.00 – 18.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) / bulan
Paling banyak 4 (empat) kali sebulan
c. pukul 18.00 – 24.00 Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah) / bulan Paling banyak 4 (empat) kali sebulan d. Lomba yang memungut bayaran Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)/hari 4. Area seputar Gedung Kesenian untuk keramaian dan
sejenisnya (selain parkir) Rp. 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah)/hari
2. Ruang Tertutup/Gedung
NO. JENIS BANGUNAN RETRIBUSI KET.
1 2 3 4
1. Gedung Pertemuan
a.Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
1) pukul 06.00 – 18.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) b. Umum 1) pukul 06.00 - 18.00 Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) 2) pukul 18.00 - 24.00 Rp. 150.000,00 (seratus
lima puluh ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 200.000,00 (dua
ratus ribu rupiah) c. Generasi muda
1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
2) 24 jam Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
2. Gedung Kesenian
a. Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
1) pukul 06.00 - 18.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
2) pukul 18.00 - 24.00 Rp. 125.000,00 (seratus
dua puluh lima ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 150.000,00 (seratus
lima puluh ribu rupiah)
b. Umum
1) pukul 06.00 - 18.00 Rp. 150.000,00 (seratus
lima puluh ribu rupiah)
2) pukul 18.00 - 24.00 Rp. 200.000,00 (dua
ratus ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah)
1 2 3 4 c. Generasi muda
1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
2) 24 jam Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
d. Latihan
1) pukul 06.00 – 12.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah) /bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
2) pukul 12.00 – 18.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
3) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah) /bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
3. Aula Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Pengasih
a.Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
1) pukul 06.00 – 18.00 Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 150.000,00
(seratus lima puluh ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 175.000,00
(seratus tujuh puluh lima ribu rupiah)
b. Umum
1) pukul 06.00 – 18.00 Rp. 175.000,00
(seratus tujuh puluh lima ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 225.000,00 (dua
ratus dua puluh lima ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 275.000,00 (dua
ratus tujuh puluh lima ribu rupiah)
c. Generasi muda
1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00
Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)
1 2 3 4
2) 24 jam Rp. 80.000,00
(delapan puluh ribu rupiah)
d. Latihan
1) pukul 06.00 – 12.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
2) pukul 12.00 – 18.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
3) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
4. Gedung Kaca
a. Kegiatan sosial dan/atau keagamaan
1) pukul 06.00 - 18.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
3) 24 jam Rp.100.000,00 (seratus ribu rupiah) b. Umum 1) pukul 06.00 - 18.00 Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) 2) pukul 18.00 - 24.00 Rp. 150.000,00 (seratus
lima puluh ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 250.000,00 (dua
ratus lima puluh ribu rupiah)
c. Generasi muda
1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00
Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
2) 24 jam Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
5. Gedung Olahraga
a.Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
1) pukul 06.00 - 12.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
1 2 3 4
2) pukul 12.00 - 18.00 Rp. 75.000,00 tujuh
puluh lima ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
3) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)/ bln Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan b. Umum 1) pukul 06.00 -12.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)/bln Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan 2) pukul 12.00 - 18.00 Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) /bln Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan 3) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 125.000,00 (seratus
dua puluh lima ribu rupiah) /bln Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan c. Generasi muda 1) pukul 06.00 – 12.00 Rp. 30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
2) pukul 12.00 – 18.00 Rp. 40.000,00 (empat
puluh ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
3) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)/bln
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
d. Lomba yang memungut bayaran
Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah)/ hari 6. Panti Pelajar
a.Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
1) pukul 06.00 – 18.00 Rp. 25.000,00 (dua
puluh lima ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
b. Umum
1) pukul 06.00 – 18.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
1 2 3 4
3) 24 jam Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah) c. Generasi muda
1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00
Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
2) 24 jam Rp. 30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah)
d. Latihan
1) pukul 06.00 – 12.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
2) pukul 12.00 – 18.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
3) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
7. Gedung Pertemuan Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIPP)
a. Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
1) pukul 06.00 – 18.00 Rp. 35.000,00 (tiga
puluh lima ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 60.000,00 (enam
puluh ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 85.000,00 (delapan
puluh lima ribu rupiah)
b. Umum
1) pukul 06.00 – 18.00 Rp. 60.000,00 (enam
puluh ribu rupiah)
2) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 85.000,00 (delapan
puluh lima ribu rupiah)
3) 24 jam Rp. 110.000,00 (seratus
sepuluh ribu rupiah) c. Generasi Muda
1) pukul 06.00 – 18.00 atau pukul 18.00 – 24.00
Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah)
2) 24 jam Rp. 50.000,00 (lima
1 2 3 4
d. Latihan
1) pukul 06.00 – 12.00 Rp. 50.000,00 (lima
puluh ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
2) pukul 12.00 – 18.00 Rp. 75.000,00 (tujuh
puluh lima ribu rupiah)
Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan 3) pukul 18.00 – 24.00 Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) Paling banyak 8 (delapan) kali sebulan
8. Asrama (fasilitas inap pada Gedung Pertemuan BIPP) / kamar / 24 jam
a) Instansi Pemerintah, kegiatan sosial dan/atau keagamaan
Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah)
b) Umum Rp. 30.000,00 (tiga
puluh ribu rupiah)
c) Generasi Muda Rp. 10.000,00 (sepuluh
ribu rupiah)
B. JasaPemakaian Peralatan Laboratorium
NO. JENIS ALAT/PENGUJIAN BESAR RETRIBUSI KETERANGAN
1 2 3 4
1. LABORATORIUM TANAH (GEOTEKNIK) Dikenakan per test/
uji
a. Kadar Air Tanah Rp. 10.000,00
(sepuluh ribu rupiah)
b. Berat Jenis Tanah Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
c. Atterberg Limit Rp. 20.000,00
(dua puluh ribu rupiah)
d. Analisa Saringan Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
e. Pemadatan Standar Rp. 80.000,00
(delapan puluh ribu rupiah)
f. Pemadatan Modifield Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
g. CBR Laboratorium Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
h. Hidrometer Rp. 12.000,00
1 2 3 4
i. Sringkage Limit Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
j. Uncofined Comp Strenght Rp. 36.000,00
(tiga puluh enam ribu rupiah)
k. Konsulidasi Rp. 60.000,00
(enam puluh ribu rupiah)
l. Berat Isi Rp. 10.000,00
(sepuluh ribu rupiah)
m. Kuat Geser Langsung Rp. 36.000,00
(tiga puluh enam ribu rupiah)
n. Permeabilitas (Constan Head) Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
o. Permeabilitas (Filling Head) Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
p. Triaxial (Uu) Rp. 50.000,00
(lima puluh ribu rupiah)
q. Triaxial (Cu) Rp. 300.000,00
(tiga ratus ribu rupah)
2. ASPAL KERAS
a. Penetrasi Rp. 25.000,00
(dua puluh lima ribu rupiah)
b. Titik Lembek Rp. 17.500,00
(tujuh belas ribu lima ratus rupiah)
c. Daktilitas Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
d. Kelarutan dalam CHCL3 Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
e. Kehilangan Berat Rp. 24.000,00
(dua puluh empat ribu rupiah)
f. Penetrasi setelah Kehilangan Berat Rp. 25.000,00
(dua puluh lima ribu rupiah)
1 2 3 4
g. Titik Nyala Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
h. Berat Jenis Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
3. ASPAL CAIR
a. Viscositas Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
b. Penyulingan Rp. 36.000,00
(tiga puluh enam ribu rupiah)
c. Penetrasi Rp. 25.000,00
(dua puluh lima ribu rupiah)
d. Daktilitas Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
e. Kelarutan dalam CHCL3 Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
f. Berat Jenis Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
g. Titik Nyala Rp. 10.000,00
(sepuluh ribu rupiah)
h. Kelekatan Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
i. Kadar air Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
4. ASPAL EMULSI
a. Viskositas Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
b. Pengendapan/Kestabilan Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
1 2 3 4
c. Kelekatan aspal terhadap batuan kering Rp. 24.000,00
(dua puluh empat ribu rupiah)
d. Kelekatan aspal terhadap batuan basah Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
e. Campuran semen Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
f. Analisa Saringan Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
g. Penyulingan Rp. 36.000,00
(tiga puluh enam ribu rupiah)
h. Penetrasi Rp. 25.000,00
(dua puluh lima ribu rupiah)
i. Daktilitas Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
j. Kelarutan dalam CHCL3 Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
k. Klasifikasi Rp. 24.000,00
(dua puluh empat ribu rupiah)
l. Muatan Listrik Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
5. PENGAMBILAN CONTOH ASPAL KERAS
a. dari Tangki Rp. 60.000,00
(enam puluh ribu rupiah)
b. dari Drum Rp. 75.000,00
(tujuh puluh lima ribu rupiah)
c. dari Jalan Rp. 75.000,00
(tujuh puluh lima ribu rupiah)
1 2 3 4
d. Aspal Cair Rp. 60.000,00
(enam puluh ribu rupiah)
e. Aspal Buton Rp. 60.000,00
(enam puluh ribu rupiah) 6. SEMEN
a. Konsistensi Semen Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
b. Pengikatan Awal Semen Rp. 28.000,00
(dua puluh delapan ribu rupiah)
c. Kuat Tekan Mortar Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
d. Berat Jenis Semen Rp. 28.000,00
(dua puluh delapan ribu rupiah)
e. Kehalusan Semen Rp. 33.000,00
(tiga puluh tiga ribu rupiah)
f. Kadar Air Rp. 6.000,00
(enam ribu rupiah)
g. Ketetapan bentuk/buah Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
h. Bobot Rp. 6.000,00
(enam ribu rupiah)
7. BENDA UJI (KUBUS, SILINDER BETON)
a. Kuat Tekan Rp. 10.000,00
(sepuluh ribu rupiah)
b. Kuat Tarik Rp. 10.000,00
(sepuluh ribu rupiah)
c. Lentur Rp. 10.000,00
(sepuluh ribu rupiah)
d. Kuat Tekan dengan Hammer Test Rp. 5.000,00
(lima ribu rupiah)
8. TANAH (BAHAN JALAN)
a. Kadar Air Rp. 10.000,00
(sepuluh ribu rupiah)
1 2 3 4
b. Berat Jenis Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
c. Atterberg Limit Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
d. Analisa Saringan Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
e. Pemadatan Standar Rp. 80.000,00
(delapan puluh ribu rupiah)
f. Pemadatan Modifield Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
g. CBR Standar Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
h. CBR Modifield Rp. 120.000,00
(seratus dua puluh ribu rupiah) 9. AGREGAT
a. Analisa Saringan/Gradasi Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
b. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
c. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus Rp. 33.000,00
(tiga puluh tiga ribu rupiah)
d. Berat Isi Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
e. Kelekatan terhadap Aspal Rp. 20.000,00
(dua puluh ribu rupiah)
f. Keausan dengan Mesin Los Angeles/Abrasi Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
g. Organik Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
h. Mix Design Rp. 240.000,00
(dua ratus empat puluh ribu rupiah)
1 2 3 4
i. Modifikasi Mix (1 set) Rp. 80.000,00
(delapan puluh ribu rupiah)
j. Impact Test Rp. 18.000,00
(delapan belas ribu rupiah)
k. Soundness Agregat Kasar Rp. 100.000,00
(seratus ribu rupiah)
l. Soundness Agregat Halus Rp. 80.000,00
(delapan puluh ribu rupiah)
m. Sand Equivalent Rp. 15.000,00
(lima belas ribu rupiah)
n. Kepadatan Lapangan (Sandcone) Rp. 20.000,00
(dua puluh ribu rupiah)
10. CAMPURAN ASPAL
a. Kadar Air Campuran Rp. 32.000,00
(tiga puluh dua ribu rupiah)
b. Ekstraksi Campuran Rp. 30.000,00
(tiga puluh ribu rupiah)
c. Berat Isi Campuran Rp. 12.000,00
(dua belas ribu rupiah)
d. Berat Jenis Campuran Rp. 90.000,00
(sembilan puluh ribu rupiah)
e. Perencanaan Campuran Rp. 300.000,00
(tiga ratus ribu rupiah)
f. Coredrill Rp. 50.000,00
(lima puluh ribu rupiah)
C. Pemakaian Alat-alat Berat
NO. JENIS ALAT BESAR RETRIBUSI PER JAM
1 2 3
1. Dump Truck 3,5 ton Rp. 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) 2. Flat Bed Truck 5 ton Rp. 24.000,00 (dua puluh empa ribu rupiah) 3. Mesin gilas bergetar 600 kg Rp. 11.000,00 (sebelas ribu rupiah)
1 2 3 5. Mesin gilas bergetar 2,5 ton Rp. 35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah) 6. Motor Walls 2,5 ton Rp. 18.000,00 (delapan belas ribu rupiah) 7. Motor Walls 6 – 8 ton Rp. 26.000,00 (dua puluh enam ribu rupiah) 8. Motor Walls 8 – 10 ton Rp. 30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah)
9. Bulldoser Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah)
10. Hydraulic Excavator 20 ton Rp. 160.000,00 (seratus enam puluh ribu rupiah) 11. Loader Wheeled Rp. 75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah) 12. Trailler Truck Rp. 23.000,00 (dua puluh tiga ribu rupiah)
13. Stamper Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah)
14. Pan Mixer Rp. 7.000,00 (tujuh ribu rupiah)
15. Sprayer Rp. 8.000,00 (delapan ribu rupiah)
16. Compressor Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah)
17. Jack Hammer Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah)
18. Mesin Molen Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
19. Tandem Roller Rp. 31.000,00 (tiga puluh satu ribu rupiah) 20. Water Tank Truck Rp. 23.000,00 (dua puluh tiga ribu rupiah)
21. Water Pump Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah)
22. Mobil Pick Up Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah)
23. Mobil tinja :
- Sosial Rp. 25.000,00 sekali sedot
- Umum Rp. 45.000,00 sekali sedot
D. Pemakaian Peralatan Pelatihan
NO. NAMA/TIPE BESAR RETRIBUSI PER JAM (Rp.)
1 2 3
1 . ANEKA KEJURUAN
a. Mesin Jahit High Speed,Singer, 1 jarum Rp. 1.700,00 (seribu tujuh ratus rupiah) b. Mesin Jahit High Speed,Yamato, 3 jarum Rp. 2.600,00 (dua ribu enam ratus rupiah)
c. Mesin Bubut, DB5, Emco Rp. 500,00 (lima ratus rupiah)
d. Rattan Spliting Machine, SR 2A Rp. 100,00 (seratus rupiah)
e. Mesin Jahit Otomatis, Brother Rp. 500,00 (lima ratus rupiah)
f. Mesin Obras Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah)
2 . PERTANIAN
a. Hand Traktor 7,5 HP Rp. 600,00 (enam ratus rupiah)
b. Water Pump, Lambardin Rp. 400,00 (empat ratus rupiah)
c. Generator Linstrik, Disel, Kubota Rp. 200,00 (dua ratus rupiah)
d. Generator Listrik, Bensin Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah)
e. Oven Listrik Microwave Rp. 200,00 (dua ratus rupiah)
3 . AUTOMOTIVE
1 2 3
b. Hidrolic Pressure Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah)
c. Value Grinder Rp. 400,00 (empat ratus rupiah)
d. Guel Pump Tester Rp. 2.100,00 (dua ribu seratus rupiah)
e. Batery Chager Rp. 100,00 (seratus rupiah)
4 . BANGUNAN
a. Molen Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah)
b. Pemotong Tegel/keramik Rp. 100,00 (seratus rupiah)
c. Jig Saw, Bosch Rp. 100,00 (seratus rupiah)
d. Mesin Amplas Rp. 100,00 (seratus rupiah)
e. Mesin Bubut, Emco, DB5 Rp. 400,00 (empat ratus rupiah)
f. Hand Feed Planer (Mesin ketam perata) Young
Chang HP, 350 Rp. 500,00 (lima ratus rupiah)
g. Thicknissing Planer, Young Chang, SP.18 (Mesin
ketam penebal) Rp. 400,00 (empat ratus rupiah)
h. Tilting arbor Saw Bench, YL 1300 Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah)
i. Mesin Bor TNW Type 30A Rp. 200,00 (dua ratus rupiah)
j. Mesin Gergaji Potong Radial Arm, Omega Rp. 1.300,00 (seribu tiga ratus rupiah)
k. Mesin Rotter (Profil) Rp. 100,00 (seratus ribu rupiah)
5 . LISTRIK
a. Mesin Bor Listrik,KTF-13 Rp. 100,00 (seratus rupiah)
b. Mesin Gerinda CFG-200 A Rp. 100,00 (seratus rupiah)
c. Las Listrik Tembaga (Willding Brazing) Rp. 200,00 (dua ratus rupiah
6 . TATA NIAGA
a. Komputer Rp. 4.800,00 (empat ribu delapan ratus
rupiah)
b. Mesin Ketik Elektrik Rp. 200,00 (dua ratus rupiah)
c. OHP Rp. 200,00 (dua ratus rupiah)
7 . TEKNIK MEKANIK
a. Mesin Bubut, A / EMCO (100 cm) Rp. 1.600,00 (seribu enam ratus rupiah)
b. Mesin Bubut, B / EMCO ( 80 cm) Rp. 900,00 (sembilan ratus rupiah)
c. Mesin Bubut, C / EMCO ( 60 cm) Rp. 1.000,00 (seribu rupiah)
d. Mesin Frais, Mechine Clamp Rp. 1.000,00 (seribu rupiah)
e. Mesin Bor duduk, TNW Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah)
f. Mesin Gerinda, TNW Rp. 200,00 (dua ratus rupiah)
g. Mesin Pemotong Pipa, Hanshin Rp. 200,00 (dua ratus rupiah)
h. Mesin Gerinda Potong, Makita Rp. 900,00 (sembilan ratus rupiah)
i. Gerinda Tangan, Makita Rp. 100,00 (seratus rupiah)
1 2 3
k. Mesin Gergaji Logam, TNW Rp. 500,00 (lima ratus rupiah)
l. Mesin Pemotong Plat, TSM Rp. 100,00 (seratus rupiah)
m. Mesin Las Listril Disel, Ratna Rp. 500,00 (lima ratus rupiah)
n. Trafo Las Listrik Rp. 600,00 (enam ratus rupiah)
8. Penggunaan work shop Rp. 100,00 (seratus rupiah) / m / jam
(2) Terhadap kekayaan Daerah dimaksud ayat (1) huruf A angka 2
Nomor Urut 3, 6, 7, 8, B, C dan D yang berada dan/atau dikelola Instansi Pemerintah Daerah tertentu sesuai dengan kewenangannya, maka pemakaian oleh Instansi dimaksud tidak dikenakan Retribusi.
(3) Pemakaian Kekayaan Daerah untuk tujuan yang bersifat bantuan
dan/atau stimulan tidak dikenakan Retribusi. Pasal 10
(1) Terhadap tarip Retribusi dimaksud Pasal 9 ayat (1) Peraturan
Daerah ini dapat dinaikkan atau diturunkan, paling tinggi berdasarkan tingkat inflasi atau deflasi rupiah yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang.
(2) Kenaikan atau penurunan Retribusi ditetapkan oleh Bupati paling cepat sekali dalam 1 (satu) tahun.
Pasal 11
Syarat-syarat dan tata cara serta pengelolaan Pemakaian Kekayaan Daerah diatur oleh Bupati
BAB VII
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 12
Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB VIII
TATA CARA PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 13
(1) Setiap pemohon pemakaian kekayaan Daerah mengisi SPdORD
yang disediakan.
(2) Setelah SPdORD diisi secara lengkap dan benar serta memenuhi
syarat untuk diberi izin, kepada pemohon pemakaian kekayaan Daerah diberi Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWRD).
(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD
dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 14
(1) SPdORD digunakan sebagai dasar untuk menetapkan besarnya
Retribusi.
(2) Berdasarkan SPdORD dimaksud ayat (1) Pasal ini, ditetapkan
Reribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat kesalahan
menghitung besarnya Retribusi yang menyebabkan jumlah Retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB.
(4) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dimaksud ayat (1) Pasal ini dan SKRDKB dimaksud ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PEMBAYARAN
Pasal 15
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKB.
(3) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus pada saat Izin, perpanjangan Izin Pemakaian Kekayaan Daerah.
(4) Pembayaran Retribusi tersebut disetor ke Kas Daerah.
BAB X
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 16
(1) Pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar/ penyetoran atau surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/ peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusinya yang terutang.
(3) Surat Teguran/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dmaksud ayat (1) Pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat.
BAB XI
KEBERATAN
Pasal 17
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau
Kepala Instansi atau SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB dan SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan
Retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan Retribusi tersebut.
(4) Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan dimaksud ayat (2), (3) dan (4) Pasal ini tidak dianggap sebagai Surat Keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar
Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.
Pasal 18
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak
tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi Keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima
seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu tersebut ayat (1) Pasal ini telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu Keputusan, keberatan yang diajukan dianggap dikabulkan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 19
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat
mengajukan permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran Retribusi kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran Retribusi harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu tersebut ayat (2) Pasal ini telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya,
kelebihan pembayaran retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi dilakukan
dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi
dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 20
(1) Permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi
diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :
a. NPWRD;
b. Nama dan alamat Wajib Retribusi;
c. Masa Retribusi;
d. Besarnya kelebihan pembayaran; dan
e. Alasan yang singkat dan jelas.
(2) Permohonan pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi
disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Kepala Instansi atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
Pasal 21
(1) Pengembalian atas kelebihan pembayaran retribusi dilakukan
dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya sebagaimana dimaksud Pasal 18 ayat (4) Peraturan Daerah ini, pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIII
KEDALUWARSA PENAGIHAN
Pasal 22
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kedaluwarsa setelah
melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(2) Kedaluwarsa penagihan retribusi dimaksud ayat (1) Pasal ini
tertangguh apabila :
a. diterbikannya surat teguran dan atau surat paksa; atau
b. adanya pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi
langsung maupun tidak langsung.
BAB XIV
SANKSI
Pasal 23
(1) Terhadap pemakaian kekayaan Daerah yang sudah habis jangka
waktu pemakaian, tetapi masih dipakai atau belum dikembalikan/ diserahkan kepada Pemerintah Daerah dikenakan sanksi administrasi sebesar 2 % (dua per seratus) dari Retribusi terutang.
(2) Kepada pemakai kekayaan Daerah tetap dikenakan Retribusi atas
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga
merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi terutang.
(2) Tindak pidana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.
(3) Ketentuan pidana tersebut ayat (1) Pasal ini tidak menghapus
kewajiban untuk memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
BAB XVI PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah
Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini
adalah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan
atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai
orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen
lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi;
g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang Retribusi;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran
penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi menurut hukum yang bertanggung jawab.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini
memberitahukan dimulainya penyidikan dan meyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XVII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 26
Pemakaian Kekayaan Daerah selain yang diatur dengan Peraturan Daerah ini, diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri dan/atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. tidak bertentangan dengan :
1. peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. ketertiban umum;
3. norma keagamaan dan norma kesusilaan; dan
b. memperhatikan harga pasar/umum yang wajar.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
Pemakaian Kekayaan Daerah dimaksud Pasal 9 ayat (1) Peraturan Daerah ini yang telah diatur dengan Perjanjian sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku sampai dengan berakhirnya jangka waktu Perjanjian dimaksud.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Kulon Progo Nomor 18 Tahun 1998 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kulon Progo.
Ditetapkan di Wates . pada tanggal 20 Januari 2003 BUPATI KULON PROGO, Cap/ttd .
H. TOYO SANTOSO DIPO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2003 NOMOR 1 SERI C
Diundangkan di Wates
pada tanggal 7 Februari 2003 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
Cap/ttd
Drs. S U T I T O NIP. 010 069 372
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN 2003
TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
I. UMUM
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat (1) telah menetapkan Obyek-obyek Retribusi yang dapat dikenakan pemungutan yang kemudian harus diatur dengan Peraturan Daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1) Undang-undang ini.
Terhadap pelaksanaan Pasal 18 ayat (1) Undang-undang ini, kemudian ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dimana dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dari Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah merupakan jenis Retribusi Jasa Usaha.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas
Pasal 7
Yang dimaksud dengan : a. cukup jelas;
b. fasilitas adalah kelengkapan yang melekat pada gedung antara lain listrik, air, panggung permanen dan lain-lain yang sejenis;
c. lokasi adalah menunjuk pada letak kekayaan Daerah; dan d. cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 ayat (1) huruf A
- Pemakaian Ruang untuk Ruang Terbuka dan Ruang
Tertutup/Gedung, tarip Retribusi tidak termasuk penggunaan fasilitas pelengkap seperti : kursi, meja, sound system dan lain-lain yang sejenis;
- Pemakaian lahan disekitar Ruang Terbuka dan Ruang Tertutup/
Gedung untuk kegiatan parkir kendaraan pada saat penyewaan berlangsung diberlakukan sesuai ketentuan Peraturan Daerah yang mengatur mengenai Parkir (Tempat Parkir Khusus dan Parkir di Tepi Jalan Umum).
huruf B
Jasa Pemakaian Peralatan Laboratorium, tarip Retribusi tidak termasuk biaya operasional, materi/bahan uji dan lain-lain yang sejenis.
huruf C
Cara penghitungan/penentuan besar Retribusi Pemakaian Alat-Alat Berat adalah sebagai berikut :
NO. JENIS ALAT KAPASITAS UMUR
(Th)
CRF BESAR RETRIBUSI
PER JAM
1 2 3 4 5 6
1. Dump Truck 3,5 ton 100 HP 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
2. Flat bed Truck 5 ton 110 HP 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
3. Mesin Gilas bergetar 600 kg 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
4. Mesin Gilas bergetar 1 ton 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
5. Mesin Gilas bergetar 2,5 ton 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
1 2 3 4 5 6
7. Motor Walls 6 – 8 ton 10 0,18062 0,9 X 0,18062 X harga Alat X 1 X 1500
8. Motor Walls 8 - 10 ton 10 0,18062 0,9 X 0,18062 X harga Alat X 1 X 1500
9. Bulldoser 110 HP 8 0,20483 0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
10. Hydraulic Excavator 20 ton
138 HP 8 0,20483 0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
11. Loader Wheeled 115 HP 8 0,20483 0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
12. Trailler Truck 150 HP 8 0,20483 0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
13. Mesin Pemadat
Tanah/Stamper
100 kg 6 0.24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
14. Pan Mixer 100kg 10 0,18062 0,9 X 0,18062 X harga Alat X 1 X 1500
15. Mesin Penyembur
Aspal/Sprayer
300 lt 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
16. Compressor 150 M3 8 0,20483 0,9 X 0,20483 X harga Alat X 1 X 1500
17. Jack Hammer 5 HP 5 0,28085 0,9 X 0,28085 X harga Alat X 1 X 1500
18. Mesin Molen 10 HP 5 0,28085 0,9 X 0,28085 X harga Alat X 1 X 1500
19. Tandem Roller 6 – 8 ton 10 0,81862 0,9 X 0,81862 X harga Alat X 1 X 1500
20. Water Tank Truck 115 HP 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
21. Water Pump 8 HP 4 0,33271 0,9 X 0,33271 X harga Alat X 1 X 1500
22. Mobil Pick Up 61 HP 6 0,24668 0,9 X 0,24668 X harga Alat X 1 X 1500
23. Mobil Tinja
- Sosial - Umum
Rp. 25.000,00 per sekali sedot Rp. 45.000,00 per sekali sedot
Keterangan :
1. Harga Alat : Harga penyerahan alat, termasuk semua biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk penyerahan alat ke Pemerintah Daerah
2. Jam Pengoperasian : Jam pengoperasian efektif alat adalah 5 (lima) jam per hari
dan dalam waktu satu tahun alat beroperasi selama 300 (tiga ratus) hari atau 1500 (seribu lima ratus) jam per tahun 3. Umur ( th) : Umur kerja efektif alat
4. 0.9 ( 90 %) : Angka prosentase yang diambil dengan memperhitungkan 10 % (sepuluh per seratus) nilai skrap pada akhir umur bekerjanya alat
5. Capital Recovery Faktor (CRF)
: Faktor pengembalian modal yang dihitung atas dasar
besaran bunga yang dipotong sebesar 12,5 % (dua belas koma lima per seratus) dengan masa kerja alat antara 1 (satu) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun tergantung dari jenis alat.
Retribusi Pemakaian Alat-alat Berat tidak termasuk biaya operasional ( bahan bakar, pelumas, tenaga/operator), mobilisasi dan demobilisasi dan lain-lain yang sejenis.
huruf D
Pemakaian Peralatan Pelatihan, Retribusi tidak termasuk biaya operasional seperti : tenaga pelatih, bahan bakar dan lain-lain yang sejenis. ayat (2) Cukup jelas ayat (3) Cukup jelas Pasal 10 ayat (1)
Tarip Retribusi dihitung dari komponen-komponen biaya berdasarkan nilai mata uang Rupiah pada waktu Peraturan Daerah ditetapkan.
ayat (2) Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Cukup jelas Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas
Pasal 15 ayat (1)
Yang dimaksud dengan tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada Pihak Ketiga. Dengan sangat selektif, dalam proses pemungutan Retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerja sama dengan badan-badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis Retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan Retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya Retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran Retribusi dan penagihan Retribusi. ayat (2) Cukup jelas ayat (3) Cukup jelas ayat (4) Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Cukup jelas Pasal 19 Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas
Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup jelas Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas ooo000ooo