• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Fungsi Perencanaan Yayasan dalam Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Fungsi Perencanaan Yayasan dalam Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Diterima: April 2019. Disetujui: Mei 2019. Dipublikasikan: Juni 2019 171

Volume 4, Nomor 2, 2019, 171-188 DOI: 10.15575/tadbir Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/tadbir ISSN: 2623-2014 (Print)ISSN: 2654-3648 (Online)

Implementasi Fungsi Perencanaan Yayasan dalam

Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat

Siti Ropiah1*, A. Bachrun Rifa’i 11,Rohmanur Aziz 22

12Jurusan Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati,

Bandung

3Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan

Gunung Djati, Bandung

*Email : sitirofiah499@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaiaman proses perncanaan Yayasan Bening Nurani dalam mencapai tujuan. Serta bagaimana implementasi fungsi perencanaan yang diterapkan di Yayasan Bening Nurani. Peneliti ini menggunakan metode desktiptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik dalam pegumpulan data yang di gunakan ialah teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Berdasarkan hasil dan penelitian yang dilakukan di Yayasan Bening Nurani dari Impelementasi fungsi perencanaan yayasan dalam meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat dapat disimpulkan, pertama, proses perencanaan Yayasan Bening Nurani ialah menggunakan sistem botton up planning, dengan tahapan-tahapan yang dimulai dari bermusyawarah dengan para pengasuh yayasan, pengajuan rencana program kepada pihak yayasan, membentuk kepanitian kerja, melaksanakan program kerja yang sudah di tentukan dan melakukan evaluasi kegiatan. Kedua, Implementasi fungsi perencanaan yang terapkan ialah program harian dan program unggulan. Dimana program harian itu adalah kegiatan keseharian anak asuh, mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Sedangkan program unggulan adalah kegiatan Peringatan Hari Besar Islam, Peringatan Hari Besar Nasional,serta pelatihan dai/da'iah se-Jawa Barat dan ANJAL (Anak Jalanan).

Kata Kunci : Fungsi Perencanaan; Yayasan; Pemberdayaan Masyarakat.

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out how the planning process of Bening Nurani Foundation in achieving its objectives. And how the implementation of the planning function implemented at the Bening Nurani Foundation. This researcher uses a descriptive method with a qualitative approach. The techniques in the collection of data used are observation, interviews and documentation studies. Based on the results and research carried out at the Bening Nurani Foundation from the implementation of the foundation planning function in improving the

(2)

172 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

quality of community empowerment, it can be concluded, first, the planning process of the Bening Conscience Foundation is to use a system of botton up planning, with stages starting from deliberation with the foundation caregivers, submitting a program plan to the foundation, forming a work committee, implementing a work program that has been determined and evaluating activities. Second, the implementation of the planning function implemented is a daily program and a superior program. Where the daily program is the daily activities of foster children, ranging from waking up to going back to sleep. While the flagship program is the activities of the Commemoration of Islamic Holidays, Commemoration of National Holidays, and training of preachers / da'iah throughout West Java and ANJAL (Street Children).

Keywords: Planning Function; Foundation; Community development.

PENDAHULUAN

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa berdiri sendiri, butuh adanya orang lain dalam berinteraksi serta melangsungkan kehidupan. Pada perjalanan kehidupan tak semua manusia memiliki keberuntungan dalam menjalani hidup, ada yang kebutuhan materi tidak dapat dipenuhi dan ada pula yang tidak sepenuhnya memiliki kasih sayang dari orang-orang terdekatnya terutama dari orang tua sehingga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari merasa sendiri. Kepedulian sosial yang dimiliki oleh manusia membuat manusia lain memberikan bantuan dan kasih sayang bagi yang membutuhkan.

Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang mana tujuan tersebut bersifat sosial, keagamaan serta kemanusiaan. Yayasan juga tidak memiliki anggota dan yayasan didirikan dengan aturan hukum positif yang diatur oleh Undang-undang nomor 16 Tahun 2001, yang diumumkan dalam lembaran negara Tahun 2001 nomor 112, yang kemudian diubah dengan Undang-undang nomor 28 Tahun 2004 yang diumumkan kembali dalam lembaran mengara tahun 2004 nomor 115. Pada pasal 1 ayat 1 Undang-undang

Nomor 16 Tagun 2001 mendefinisikan yayasan sebagai berikut : “Yayasan adalah

badan hukum yang terdiri atas harta kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusian

yang tidak mempunyai anggota” (Prasetya, 2013 : 1)

Lembaga sosial sudah sangat banyak ditemukan hampir di seluruh penjuru negeri, khususnya di Indonesia lembaga sosial sudah banyak bertebaran. Namun perlu adanya eksistensi dari lembaga tersebut untuk dapat mencuri perhatian dan juga kepercayaan dari muzakki dalam mempercayakan amanah yang telah di berikan.

Fungsi dan tujuan yayasan pada awalnya hampir sama yaitu menyangkut bidang sosial, akan tetapi terdapat perbedaan dalam melaksanakan kegiatan dan kepentingan yang berbeda, ada yang bergerak di bidang sosial, budaya, ilmu pengetahuan, agama, kemanusian, dan pendidikan sesuai dengan tujuan

(3)

masing-Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 173

masing yayasan tersebut.

Lahirnya yayasan karena adanya keinginan masyarakat untuk mempunyai lembaga atau wadah yang bertujuan dan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Maka dengan adanya yayasan, tujuan itu dapat diwujudkan serta tercapainya suatu lembaga yang diakui dalam masyarakat. Seperti halnya di Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang berdiri sebuah yayasan yang pada awalnya berdiri dengan modal yang dikumpulkan sendiri, dan setelah mendapatkan bantuan dari pihak Baitul Mal Ummat Islam (BAMUIS), Yayasan Bening Nurani bisa berkembang lebih jauh lagi dengan perluasan bangunan asrama untuk para anak asuh. Lahirnya yayasan karena adanya keinginan masyarakat untuk mempunyai lembaga atau wadah yang bertujuan dan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Maka dengan adanya yayasan, tujuan itu dapat diwujudkan serta tercapainya suatu lembaga yang diakui dalam masyarakat.

Seperti halnya di Yayasan Bening Nurani Kabupaten Sumedang berdiri sebuah yayasan yang pada awalnya berdiri dengan modal yang di kumpulkan sendiri, dan setelah mendapatkan bantuan dari pihak Baitul Mal Ummat Islam BNI (BAMUIS) Yayasan Bening Nurani bisa berkembang lebih jauh lagi dengan perluasan bangunan asrama untuk para anak asuh, Yayasan Bening Nurani sangat memperhatikan serangkaian manajemen yang diterapkan untuk menunjang kinerja positif terhadap pelayanan anak asuh serta untuk pencapaian hasil yang optimal, semua itu akan terlihat dalam proses pengelolaan yang dijalankan, baik itu pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan paling penting adalah perencanaan.

Perencanaan yayasan yang baik sangat diperlukan agar segala sesuatunya terarah dan terkonsep sehingga bisa dipertanggungjawabkan, dalam pendistribusian ataupun penyaluran dana di yayasan tidak hanya berfokus kepada anak yatim saja namun sesuai dengan asnaf yang telah ditentukan yakni di antaranya anak yatim, fakir miskin, muallaf, gharim, fi shabilillah dan ibnu sabil. Dengan adanya perencanaan, maka sebuah lembaga dakwah, dalam hal ini Yayasan Bening Nurani akan menentukan titik tolak ukur dan tujuan kedepannya untuk memudahkan pengawasan terhadap anak asuh ataupun aspek lainnya. Dengan demikian, manajemen memiliki daya dukung yang sangat penting terhadap keberhasilan kegiatan suatu lembaga.

Penelitian ini dilakukan langsung di Yayasan Bening Nurani (YABNI) yang beralamat di Jl. Mamaraksa Praja Bojong Margajaya Tanjungsari Sumedang. Dari latar belakang masalah tersebut bahwasannya dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu: Pertama, bagaimana implementasi fungsi perencanaan yang diterapkan di Yayasan Bening Nurani. Kedua, bagaimana proses perencanaan Yayasan Bening Nurani dalam mencapai tujuan.

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif, kualitatif yaitu untuk memotret serta menganalisis situasi proses sosial

(4)

174 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

“Implementasi Fungsi Perencanaan Yayasan dalam Meningkatkan Kualitas

Pemberdayaan Masyarakat.”

Mengenai permasalahan di atas maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini agar dapat memecahkan suatu permasalahan yang berada di yayasan ini. Dan tema yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

“Implementasi Fungsi Perencanaan Yayasan Dalam Meningkatkan Kualitas Pemberdayaan Masyarakat”. Dan dari rasa ketertarikan peneliti terhadap yayasan ini dituangkan dalam sebuah penelitian yang mudah-mudahan dapat menemukan aspek-aspek penting dalam perencanaan yayasan.

Berdasarkan hasil skripsi sebelumnya yang telah disusun oleh Yunan

Al-Manaf (2007) yang berjudul “Implementasi Fungsi Manajemen dalam

Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Santri (penelitian di Pondok

Pesantren Miftahul Falah Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung)”. hasil dari

skripsi ini menjelaskan bahwa implementasi fungsi manajemen telah ada di pondok pesantren Miftahul Falah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manausia santri, hal ini terlihat dari mulai perencanaan yang diuraikan dalam program-program kerja yang menjadi acuan dasar dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pesantren, kemudian dalam program-programnya pondok pesantren miftahul falah mulai dari departementalisasi, pembagian kerja dan koordinasi pelaksanaan program-program kerja juuga terlihat dari aktifitas pesantren.

Selanjutnya tulisan Farhah Goziyah Bintani (2018) yang berjudul

“Penerapan Fungsi Perencanaan Dalam Upaya Pembenahan Sistem Administrasi Penyelenggaraan Ibadah Haji”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan

peneliti dan dapat di simpulkan bahwa dalam pembenahan administrasi, penyelenggaraan ibadah haji kementrian agama kabupaten purwakarta memiliki beberapa tahapan antara lain yaitu pengorganisasian dalam sebuah sturktur dan pekerjaan, perencanaan dalam program kerja, dan kepemimpinan yang dilakukan seorang kepala seksi dalam mengatur dalam mengatur para bidang dan staf. Adapun pengendalian yang dilakukan kepala seksi untuk mengevaluasi perencanaan sebelum melakukan dan setelah dilakukan, agar perencanaan tetap berjalan secara optimal dan sesuai dengan tujuan yang akan di capai.

Dalam tulisan Ela Siti Nurfajriah (2015) yang berjudul “Peranan Dewan

Masjid Indonesia (DMI) dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid (Studi

Deskriptif di DMI Provinsi Jawa Barat)”. Berdasarkan hasil penelitian bahwa

pemberdayaan masyarakat tidak hanya melalui lembaga sosial saja akan tetapi bisa juga dilakukan melalui masjid, seperti yang dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia Provinsi Jawa Barat yaitu melakukan pemberdayaan masyarakat yang berbasis masjid dalam beberapa aspek yaitu program ekonomi, pendidikan, kesehatan dll. Peranan DMI dalam aspek pemberdayaan masyarakat yang berbasis masjid ini sangat penting. Bisa dilihat dalam keberhasilan setiap program-program yang direncanakan DMI Jabar dalam pemberdayaan

(5)

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 175

masyarakat sudah bisa memberikan manfaat terhadap masyarkat Jawa Barat.

LANDASAN TEORITIS

Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori fungsi perencanaan, yayasan dan pemberdayaan masyarakat. Fungsi adalah suatu kegiatan pokok yang dilakukan dalam organisasi suatu lembaga. Menurut J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zain dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan, fungsi ialah kedudukan atau jabatan. Sedangkan Perencanaan merupakan fungsi yang pertama dalam sebuah manajemen. Perencanaan akan berfungsi di semua tipe kegiatan. Perencanaan adalah sebuah proses dasar dimana manajemen akan memutuskan sebuah tujuan dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan dalam sebuah organisasi bersifat esensial, karena dalam kenyataannya pun perencanaan memang berperan lebih dibanding dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya.

Perencanaan secara ringkas berarti “Suatu rangkaian proses kegiatan

menyiapkan dan menentukan seperangkat keputusan mengenai apa yang

diharapkan terjadi dan apa yang akan dilakukan”. Ada beberapa alasan mengapa

perencanaan penting dilakukan. Hal demikian terkait dengan fungsi perencanaan

itu sendiri, yang pertama, berfungsi sebagai arahan bagi suatu kegiatan. Dengan

adanya perencanaan ada pedoman bagi pelaksanaan kegiatan, yang ditujukan

pada tercapainya suatu tujuan kegiatan. Kedua, alat untuk memperkirakan

(forecasting) terhadap berbagai hal yang akan terjadi pada tahap pelaksanaan kegiatan. Tidak hanya berupa perkiraan potensi dan prospek, tetapi juga berbagai resiko dan hambatan yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan

supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedini mungkin. Ketiga, sebagai pemberi

kesempatan untuk memilih berbagai alternative tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk memilih kombinaasi cara terbaik (the best

combination). Keempat, alat penyusun skala prioritas. Memilih urutan dari segi

pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya. Kelima, alat

pengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan dan evaluasi (Kusnawan, 2010: 903-904).

Rencana adalah suatu arah tindakan yang sudah ditentukan terlebih dalu, dari perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan keorganisasian dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan guna mencapai tujuan. Perencanaan merupakan staring point dari aktivitas manajerial, karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan suatu perencanaan karena perencanaan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal. Alasannya, bahwa tanpa ada rencana maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha mencapai tujuan (Munawar, 2016: 6).

(6)

176 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

dan pengendalian, sebagai alat bagi pengembangan quality assurance, menghindari

pemborosan sumber daya, dan sebagai upaya untuk memenuhi accountability

kelembagaan. Sehingga yang terpenting di dalam menyusuun suatu rencana, adalah berhubungan dengan masa depan, seperangkat kegiatan, proses yang sistematis, dan hasil serta tujuan tertentu.

Pada perencanaan tentunya perlu benar-benar dalam memilih keputusan. Keputusan pada lingkungan organisasi menjadi bagian dari seluruh proses yang secara aktual berawal dengan penentuan tujuan organisasi dan pada akhirnya menimbulkan suatu jenis penyelesaian implementasi, atau kegiatan dan pengendalian. Taraf pengembalian keputusan mencangkup pemilihan diantara beberapa alternatif, hal tersebut sungguh memungkinkan bahwa keputusan-keputusan sudah bisa diambil pada setiap tingkat proses pengambilan (Hick, 1995: 155).

Perencanaan adalah suatu proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan serta mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi yang lain pun seperti pengorganisasiaa, pengarahan serta pengontrolan tidak akan bisa berjalan.

Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa yang akan datang. Agar resiko yang ditanggung relatif kecil, baiknya semua kegiatan, tindakan dan kebijakan direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini ialah masalah

“memilih” artinya memilih tujuan dan cara terbaik untuk mencapai tujuan

tersebut dari beberapa alternatif yang ada. Tanpa alternatif perencanaan pun tidak ada. Perencanaan merupakan kumpulan dari beberapa keputusan. Dalam menentukan suatu kegiatan, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dengan teliti. Kegiatan itu menjadi tanggung jawab para manajer yang bertindak sebagai perencana. Sebenarnya kegiatan perencanaan ini tidak hanya dilakukan oleh manajer atas, manajer menengah dan bawah pun bahkan dewan komisaris bisa mengerjakannya.

Menurut Malayu S.P. Hasibuan membedakan fungsi perencanan menjadi lima bagian yaitu: Pertama, Peramalan (porecasting) yaitu peramalan adalah kegiatan untuk menduga suatu keadaan di masa yang akan datang. Dengan melakukan peramalan ini, suatu perusahaan bisa mengira-ngira keuntungan dan kerugian serta bisa bertindak untuk mempertahankan dan bisa berjalan dengan baik. Kedua, Pembentukan Tujuan (establishing objectives) yaitu pembentukan tujuan adalah kegiatan untuk menentukan tujuan yang ingin dicapai. Tahapan adalah proses penentuan tujuan yang ingin dicapai, menguraikan variabel-variabel untuk mewujudkan tujuan. Tujuan bisa dicapai melalui beberapa tahapan yang bsia

dipilih sebagai yang terbaik. Ketiga, Pemprograman (programming) yaitu

pemprograman adalah kegiatan untuk menyusun suatu rencana kerja demi mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Rencana kerja bisa ditentukan pada dua

(7)

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 177

periode waktu yaitu waktu jangka panjang dan waktu jangka pendek. Keempat,

penjadwalan (scheduling) yaitu penjadwalan adalah kegiatan untuk menentukan jadwal pekerjaan dan pelaksanaan, kapan pekerjaan itu di rencanakan dan kapan pekerjaan itu dimulai. Dalam melakukan penjadwalan kerja, yang perlu di

perhatikan adalah keterampilan pekerjaan serta spesialisasi pekerjaan. Kelima,

penganggaran (budgeting) yaitu Penganggaran adalah kegiatan untuk menata besarnya sumberdaya yang dibutuhkan demi menyelesaikan perkejaan tertentu. Penganggaran sumber daya ini dilakukan sebelum dilakukannya pekerjaan-pekerjaan di mulai. Kurangnya sumberdaya dapat mengganggu keberlangsungan suatu organisasi atau perusahaan (Karyoto, 2016: 53-55)

Jadi fungsi perencanaan dalam suatu organisasi atau perusahaan adalah sebagi tolak ukur atas apa yang menjadi acauan sebelum pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi atau perusahaan, yang mana hal itu menjadi faktor utama dalam sebuah manajemen suatu organisasi supaya tercipta kesesuaian dalam penyusunan dari perencanaan sebuah organisasi.

Secara umum, ada beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan di dalam perencanaan yang baik, yaitu : perencanaan yang efektif dimulai dengan tujuan secara lengkap dan jelas, adanya rumusan kebijakan, yaitu memperhatikan dan menyesuaikan dengan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dengan faktor-faktor lingkungan apabila tujuan itu tercapai, analisis dan penetapan cara dan sarana untuk mencapai tujuan dalam kerangka kebijaksanaan yang telah dirumusan masalah, penunjukan orang-orang yang akan menerima tanggung jawab pelaksanaan (pemimpin) termasuk juga orang yang akan mengadakan pengawasan, serta penentuan system pengendalian yang memungkinkan pengukuran dan pembandingan apa yang harus dicapai, dengan apa yang telah tercapai, berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

Jadi fungsi perencanaan dalam suatu organisasi atau perusahaan adalah sebagi tolak ukur atas apa yang menjadi acuan sebelum pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi atau perusahaan, yang mana hal itu menjadi faktor utama dalam sebuah manajemen suatu organisasi supaya tercipta kesesuaian dalam penyusunan dari perencanaan sebuah organisasi.

Pada awalnya yayasan digunakan sebagai terjemahan dari istilah stiching,

dalam bahasa Belanda berasal dari kata Stichen yang berarti mendirikan atau

membangun. Sedangkan dalam bahasa Inggris yaitu foundation. Yayasan adalah

suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan yang mana tujuan tersebut bersifat sosial, keagamaan serta kemanusiaan. Yayasan juga tidak memiliki anggota dan yayasan didirikan dengan aturan hukum positif yang diatur oleh Undang-undang nomor 16 Tahun 2001, yang diumumkan dalam lembaran negara Tahun 2001 nomor 112, yang kemudian diubah dengan Undang-undang nomor 28 Tahun 2004 yang diumumkan kembali dalam lembaran mengara tahun 2004 nomor 115 (Prasetya, 2013: 1). Pada pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor

(8)

178 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

16 Tagun 2001 mendefinisikan yayasan sebagai berikut: “Yayasan adalah badan

hukum yang terdiri atas harta kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapau tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusian yang tidak

mempunyai anggota”.

Yayasan bisa pula dipahami sebagai Badan Hukum yang memiliki

unsur-unsur sebagai berikut: Pertama, Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal

dari suatu pemisahan yaitu pemisahan kekayaan berupa uang dan barang. Kedua,

Memiliki tujuan sendiri yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusian. Ketiga,

Memiliki perlengkapan meliputi pengurus, pembina dan pengawas.

Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaannya sebagai kekayaan awal. Hal tersebut menujukan bahwa pendiri yayasan bukanlah pemiliknya karena pada sejak awal telah memisahkan sebagaian hartanya menjadi milik badan hukum yayasan. Selain itu yayasan juga bisa didirikan atas surat wasiat, dalam hal ini jika ahli waris atau penerima wasiat tidak bisa melaksanakan maksud pemberi wasiat untuk mendirikan yayasan, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan, pengadilan bisa memerintahkan penerima waris atau ahli waris untuk melaksanakan wasiat tersebut.

Dalam mendirikan suatu yayasan diperlukan syarat-syarat pendukung pendirian yang terdiri dari dua yaitu: Syarat material, terdiri dari harus adanya suatu pemisahan kekayaan, ialah kekayaan yang dipisahkan baik dalam bentuk uang dan barang. Kemudian adanya suatu tujuan yang berdifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan yang terakhir yaitu danya suatu organisasi yang terdiri dari pengurus, pembina dan pengawas. Kemudian syarat yang kedua yaitu syarat formal, terdiri dari; (a) adanya akta otentik, ialah akta yang dibuat dihadapan pejabat yang diberi wewenang dalam bentuk ketentuan yang ditetapkan untuk itu. Sebelum diatur UU tentang yayasan, pendirian yayasan didirikan dengan akte notaris sebagai syarat terbentuknya suatu yayasan. Pada akta pendirian memuat anggaran dasar sebagai berikut: Kekayaan yang dipisahkan, nama dan tempat kedudukan yayasan, tujuan yayasan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, cara pembubaran, cara menggunakan sisa kekayaan dari yayasan yang sudah dibubarkan.

Menurut Sulistiyani (2010: 12), pemberdayaan ialah membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, serta memberikan kebebasan kepada orang tersebut untuk bertanggung jawab terhadap keputusannya, ide-idenya juga tindakannya.” Masyarakat berasal dari communitat yang berakar pada comunete atau

common. Secara etimologis “community”. Community mempunyai dua arti, yaitu:

Pertama, Sama dengan gesellschaft, yaitu bentuk kelompok sosial berdasarkan rasional, yang di terjemahkan sebagai masyarakat patembayan pada bahasa indonsia. Selain itu kelompok sosial lain yang masih terikat pada naluri

kekeluargaan disebut dengan gemain-scaft atau masyarakat paguyuban. Kedua,

(9)

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 179

hasil dari perkembangan ketergantungan manusia yang pada saat ini sangat

dirasakan. Ketiga, menunjukan suatu tata kemasyarakatan tertentu dengan ciri

sendiri (identitas) dan suatu relatif, seperti masyarakat barat, masyarakat primitif yang merupakan kelompok suku yang belum banyak berhubungan dengan dunia sekitarnya.

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat ialah untuk membentuk individu serta masyarakat menjadi mandiri. Pada kemandirian disini meliputi kemandirian dalam berpikir, bertindak serta mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat membentuk suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan kemudian memutuskan dan melakukan sesuatu secara tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang dimaksud ialah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik serta afektif dan sumber daya lain yang bersifat material/fisik.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan

paradigma baru pembangunan yaitu yang bersifat “people-centered, participatory,

empowering, and sustainable” (Ruhiyat, 2015: 433).

Pemberdayaan masyarakat sebenarnya mengacu kepada kata empowerment, yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki sendiri oleh masyarakat. Jadi, pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat local yang mandiri sebagai suatu system yang mengorganisir diri mereka sendiri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan langsung di Yayasan Bening Nurani (YABNI) yang beralamat di Jln. Mamaraksa Praja Bojong Margajaya Tanjungsari Sumedang. Yayasan Bening Nurani didirikan oleh insan BNI sebagai wujud kepedulian keluarga besar BNI wilayah 04 Bandung, khususnya untuk anak asuh yang kurang mampu yang membutuhkan bantuanpembinaan soosial, pendidikan serta kasih sayang pada hari Selasa 18 Juni 2005 di depan notaris Dr. Wiratni Ahmadi, SH, dengan akta notaris nomor 24 tanggal 18 Januari 2005, dengan SK pengesahan Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat No.062/955/PRKS/ Bandung dan SK pengesahan MENKUM & HAM RI No.C-974.HT.01.02. TH.2005 (www.yabniorg.com).

PSAA Bening Nurani (YABNI) merupakan sebuah komplek percontohan (project monument) rumah atau asrama yang dialokasikan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak yatim, yatim piatu, anak-anak terlantar, dan miskin, supaya bisa secara langsung mendampingi, membina, membimbing juga mengarahkan mereka untuk mendapatkan kebutuhan dan hak-hak dasar anak yang dibangun dan didirikan oleh Yayasan Bening Nurani bekerjasama dengan Baitul Mal Umat

(10)

180 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

Islam Bank Negara Indonesia (BAMUIS BNI).

Pembangunan komplek rumah atau asrama ini dimulai dengan peletakan batu pertamanya oleh Drs.H.Achmad Baiquni, MBM (Direktur BNI) pada tanggal 22 Juli 2005 yang berlokasi di Kampung Bojong Desa Margajaya Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Selesainya pembangunan pada tanggal 12 September 2006. Kemudian peresmian yayasan dilaksanakan oleh H.Sigit Pramono (Direktur Utama BNI dan Ketua Dewan Pembina BNI).

Luas komplek PSAA Bening Nurani pada saat diresmikan adalah 6850 M2 yang terdiri dari 5 bangunan asrama dengan kapasitas 120 anak, satu bangunan aula serbaguna, satu bangunan dapur dan satu bangunan rumah ketua panti. Yayasan Bening Nurani sejak diresmikan sampai saat ini berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat dan luar pulau Jawa antara lain dari daerah Alor NTT dan Aceh Darussalam. Untuk daerah Jawa Barat berasal dari Kab. Sumedang, Subang, Majalengka, Cirebon, Bandung, Bandung Barat, Cimahi, Cianjur, Tasilmalaya, Garut, Sukabumi, Purwakarta dan luar Jawa Barat anak asuh berasal dari Cilacap dan Jakarta.

Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Bening Nurani merupakan lembaga yang dibentuk oleh Yayasan Bening Nurani guna mendukung keberadaan serta kelangsungan manfaat rumah asuh sebagai kebutuhan organisasi Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Nomor 062/4575/PPSKS/05/2005 dan STBP Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Sumedang nomor 463/92/Bid.PPS/2017.

Adapun visi dan misi dari Yayasan Bening Nurani yaitu, visi :“Berusaha

membentuk manusia beriman, bertaqwa, berakhlak, sehat, cerdas, mandiri,

bermuamalah yang baik serta peduli terhadap ummat dan lingkungan.” Misi :

pertama, Membantu meringankan beban orang tua yang kurang mampu terutama dalam membantu merasakan kehidupan layak, kelangsungan pendidikan formal

dan pendidikan agama islam bagi anak-anak mereka. Kedua, memberikan

pelayanan dan pembinaan kepada anak-anak asuh berdasarkan syariat islam dalam rangka membentuk pribadi religius, tangguh, sehat, berakhlak mulia, berpendidikan dan mandiri. Ketiga, menjadi mediator dan fasilitator antara kaum dermawan dan kaum dhuafa serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak baik lembaga maupun perorangan dalam rangka pengelolaan rumah asuh dan segala hal yang berkaitan.

Yayasan Bening Nurani ini memiliki kegiatan program yang menyangkut yayasan itu sendiri yaitu menampung anak-anak fakir miskin, yatim, yatim piatu dan anak terlantar, membina dan mendidik anak-anak asuh yang tinggal di Rumah Anak Asuh melalui pendidikan formal, non formal serta akhlak dan budi pekerti, serta berusaha semaksimal mungkin untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan hidup yang layak bagi anak asuh, seperti makanan, pakaian,

(11)

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 181

pemondokan (tempat tinggal), kesehatan, pendidikan dan transportasi. Adapun sasaran pemberdayaan melalui Panti Sosial Asuhan Anak adalah yang memenuhi

kriteria sebagai berikut: Pertama, anak- anak berusia antara 6 sampai dengan 18

tahun. Kedua, muslim atau Non Muslim yang beniat menjadi muallaf. Ketiga, laki-laki dan perempuan. Keempat, masih sekolah atau putus sekolah yang masih ingin

kembali ke bangku sekolah. Kelima, tinggal dengan orang tua atau kerabat atau

menumpang pada siapapun atau tinggal sendirian secara terlantar.

Implementasi Fungsi Perencanaan yang Diterapkan di Yayasan Bening Nurani

Fungsi perencanaan dalam manajemen adalah bagaimana pihak atasan menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun strategi untuk mencapai tujuan tersebut. Secara sederhananya fungsi perencanaan adalah apa yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Perencanaan ialah suatu arah tindakan yang mudah ditentukan terlebih dahulu, dari perencanaan ini akan mengungkapkan tujuan-tujuan, kelembagaan dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Adapaun fungsi perencanaan yang diterapkan di Yayasan Bening Nurani antara lain meliputi; peramalan, pembentukan tujuan, pengorganisasian, penetapan jadwal, dan penganggaran.

Fungsi perencanaan yang pertama yaitu peramalan, peramalan ini sama saja

seperti perencanaan berarti suatu tidakan pengambilan keputusan yang dilakukan pada saat ini untuk dimasa mendatang. Sebuah organisasi ataupun lembaga tentunya sudah mempunyai perkiraan-perkiraan di masa depan. Begitupun dengan Yayasan Bening Nurani. Adapun perkiraan-perkiraan tersebut antara lain meliputi penambahan sarana prasarana yang bertujuan untuk kelancaran akan program kerja, seperti penambahan bangunan asrama untuk para anak asuh dan asrama khusus untuk para pengurus, membuat lapangan sepak bola untuk sarana olahraga bagi anak anak asuh, juga ingin membeli sebidang tanah untuk dijadikan makam (kuburan) bagi para anak asuh yang menetap disana ataupun bagi para pengurus atau pengasuh yayasan bening nurani serta umberdaya manusia yang ada diharapkan mempunyai dedikasi dan loyalitas yang tinggi untuk mendukung semua kegiatan baik di bidang pendidikan maupun di bidang sosial. Dengan adanya perkiraan-perkiraan tersebut diharapkan yayasan Bening Nurani bisa menjalankan segala aktivitas dan tugasnya dengan baik sesuai pada perencanaannya.

Kedua, pembentukan tujuan. Pada setiap lembaga pastinya memiliki maksud dan tujuan yang ingin dicapainya, begitupun dengan Yayasan Bening Nurani ini yaitu mengusahakan terbentuknya masyarakat Islam yang sehat jasmani dan rohani dan dapat menjadi suri tauladan, meningkatkan pembinaan, pendidikan dan kecerdasan anak asuh yang menguasai ilmu pengetahuan teknologi, serta meningkatkan pemberdayaan anak asuh akan mandiri, produktif

(12)

182 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

dan kreatif.

Dengan tujuan-tujuan tersebut pihak yayasan mengimplementasikan rpendidikan umum yayasan memberikan kebebasan kepada anak asuh untuk memilih sekolah yang mereka inginkan sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing. Sedang pada bidang pendidikan agama yayasan membentuk sebuah organisasi bernama IREMA (Ikatan Remaja Masjid) yang bertujuan untuk memberikan pendidikan di bidang keagamaan. Dengan begitu anak asuh di Yayasan Bening Nurani sudah mendapatkan keduanya antara pendidika umum yaitu di sekolah untuk bisa menguasai ilmu pengetahuan teknologi dan pendidikan agama untuk melatih dan membentuk menjadi masyarakat Islami yang sehat jasmani dan rohani serta dapat menjadi suri tauladan.

Selanjutnya Yayasan Bening Nurani juga memfasilitasi anak asuh untuk menjadikan anak asuh yang mandiri dengan cara menyediakan beberapa alat keterampilan diantaranya mesin jahit, alat cukur rambut, alat pembuat kue, komputer, alat marawis, waserda dan lain-lain. Dengan begitu anak bisa belajar mandiri, produktif dan kreatif.

Ketiga, pemprograman. Pengaplikasian Program dilakukan setelah perencanaan dan tujuan pendirian ini dilakukan, pelaksaan program akan menyesuaikan dan melihat situasi dan kondisi yang ada. Setiap program tentunya akan berbeda pada tiap kategori program yang dijalankan,melihat dari program Yayasan Bening Nurani yang telah disusun terdapat dua kegiatan, yaitu program harian dan program unggulan. Pada program harian antara lain terdiri dari pembinaan anak asuh melalui pendidikan umum dan pendidikan agama. Serta melatih keterampilan dan wirausaha. Pada pendidikan agama Yayasan Bening Nurani menyelenggarakan beberapa program kegiatan yaitu menyelenggarakan jadwal pengajian harian (pengajian kelompok) setiap malam, subuh dan sore hari, menyelenggarakan pengajian mingguan (Gabungan), menyelenggarakan pengajian bulanan malam minggu ke-4 bertempat di aula BAMUIS BNI dengan mubaligh rutin.

Kemudian untuk program unggulan terdiri dari pertama program PHBI (Peringatan Hari Besar Islam). Berikut adalah hari besar islam yang berlaku di dalam kalender masehi di Indonesia yang di sering di peringati oleh Yayasan

Bening Nurani antara lain yaitu Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, Idul Fitri, Idul Adha, dan Tahun Baru Islam (1 Muharam). Kemudian kedua PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional). Adapun rangkaian peringatan yang sering dilaksanakan di Yayasan Bening Nurani antara lain ialah HUT RI, Sumpah

Pemuda, Hari Pahlawan, Kartini. Ketiga pelatihan da’i se-Jawa Barat. Program

pelatihan da’i ini di adakan dua tahun sekali yang bertempatkan di Yayasan

Bening Nurani. Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama dengan BAMUIS BNI dengan bertujuan untuk memberikan pencerahan serta meningkatkan wawasan

(13)

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 183

kabupaten/kota, 10 ang dari PAH/P2A, pimpinan wilayah seperti NU, Muhammadiyah, dan PERSIS, DKM UIN Sunan Gunung Djati Bandung, DKM UNPAD Jatinangor, DKM UNINUS Bandung dan FKUB. Keempat anjal (Anak Jalanan). Program pembinaan karakter anak jalanan ini bukan program utama dari Yayasan Bening Nurani akan tetapi yayasan ini hanya sebagai fasilitator untuk pembinaan karakter anak jalanan dari hasil razia dan juga anak yang ditemukan oleh masyarakat yang biasa hidup di jalanan. Ada sekitar 50 peserta anak jalanan dan 8 undangan dari TKSK Kecamatan untuk ikut menghadiri program pembinaan karakter anak jalanan ini. Sebagai wujud pemberdayaan Yayasan Bening Nurani memberikan bimbingan sosial, bimbingan kerohanian dan bimbingan motivasi kepada anak.

Adapun maksud dan tujuan yayasan mengadakan program PHBI dan PHBN ini untuk meningkatkan tali persaudaraan, keakraban, persatuan, dan kesatuan serta menjalin ukhuwah antar anak asuh juga masyarakat sekitar.

Sumber: Dokumen salah satu kegiatan program unggulan

Gambar 1. Pelatihan Da’i Se-Jawa Barat

Gambar 1 menggambarkan salah satu program unggulan yang di adakan oleh Yayasan Bening Nurani. Dalam kegiatan ini yayasan mempunyai tujuan

dalam hal pendidikan dengan mencetak kader da’i yang profesional sehingga bisa

menin2gkatkan kualitas pemberdayaan di masyarakat. Cakupan peserta dalam kegiatan ini mencakup wilayah se-Jawa Barat.

Keempat, penjadwalan. Sebelum kegiatan dilaksanakan, terlebih dahulu sudah tersusun serangkaian jadwal yang sudah ditetapkan oleh pihak yayasan dan diumumkan oleh pihak rumah asuh. Dengan penetapan jadwal diharapkan kegiatan yang nanti dilaksanakan bisa terlaksana dengan baik dan lebih terkoordinir. Sebenarnya penjadwalan ini adalah aktivitas perencanaan utuk menentukan kapan dan dimana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan

(14)

184 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

secara keseluruhan harus dilakukan pada sumber daya yang terbatas, serta pengalokasian sumber daya pada suatu waktu tertentu dengan memperhatikan kapasitas sumber daya yang ada.

Tujuan pihak yayasan mengadakan penjadwalan ini antara lain untuk meningkatkan kedisiplinan anak yaitu dengan mengurangi waktu menganggur maka di adakanlah jadwal-jadwal seperti piket asrama, piket masak, adanya senam pagi dll. Kemudian mengurangi beberapa kelambatan pada kegiatan lain yang mempunyai batas waktu sehingga anak asuh akan lebih faham akan jadwal-jadwal yang mereka miliki dengan menggunakan penjadwal-jadwalan ini.

Kelima, penganggaran. Yayasan Bening Nurani ialah salah satu lembaga yang bergerak di bidang sosial, khususnya dalam hal pembinaan anak yatim piatu,

du’afa dan terlantar. Hal ini yayasan Bening Nurani merupakan lembaga yang

tujuan utamanya bukan mencari laba atau keuntungan. Namun demikian, yayasan Bening Nurani juga melaksanakan penyusunan laporan anggaran dan laporan keuangan setiap periodenya.

Untuk kelancaran akan suatu aktivitas tidak terlepas dari faktor biaya atau pendanaan, hal ini menjadi faktor pendukung akan keberhasilan Yayasan Bening Nurani. Dalam hal ini yayasan di bantu oleh beberapa donatur seperti BAMUIS BNI, Pemerintah, Dinas Sosial, dan donatur-donatur lain yang langsung datang ke yayasan.

Dalam pencairan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar anak, Yayasan Bening Nurani selalu melampirkan proposal kepada pihak yang dituju. Pengeluaran kebutuhan sehari-hari yayasan dalam satu bulan mengeluarkan sekitar 50 juta untuk keperluan rutin seperti makan, honor pengelola, uang saku anak, biaya kesehatan anak, kebutuhan kantor (ATK dan Administrasi), biaya listrik, infaq pesantren, uang SPP, pembelanjaan alat mandi dan kebersihan, serta pengeluaran lainnya. Adapun pengeluaran tidak rutinnya seperti transport kuliah, pembayaran perpajakan SK Provinsi, ongkos PKL anak, pembayaran kunjungan industri dan hal lainnya.

Proses perencanaan Yayasan Bening Nurani dalam mencapai tujuan

Setiap kegiatan senantiasa ingin mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai suatu kegiatan tentu akan melakukan berbagai tahapan-tahpan. Tahapan-tahapan tersebut bisa dikatakan sebagai suatu proses, proses merupakan serangkaian tahapan kegiatan mulai dari menentukan sasaran sampai berakhirnya sasaran atau tercapainya tujuan. Sebagai suatu proses perencanaan adalah suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Pada perencanaan terkandung satu aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan.

Proses perencanaan ialah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaiamana dan oleh siapa.

(15)

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 185

Perencanaan yang baik dapat mempertimbangkan kondisi dan aspek penting dalam perencanaan adalah menetapkan keputusan. Sebagai suatu proses perencanaan adalah suatu cara sistematis untuk menjalankan suatu pekerjaan. Pada perencanaan terkandung satu aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. Setiap kegiatan senantiasa ingin mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai suatu kegiatan tentu akan melakukan berbagai tahapan-tahpan. Tahapan-tahapan tersebut bisa dikatakan sebagai suatu proses, proses merupakan serangkaian tahapan kegiatan mulai dari menentukan sasaran sampai berakhirnya sasaran atau tercapainya tujuan.

Menetapkan rencana dengan jelas maksud dan tujuan berarti menentukan kebijaksanaan yang akan dilakukan. Maksud dan tujuan itu ialah sarana yang ignin dicapai, serta dengan menetukan kebijaksanaan apa yang akan ditempuh untuk menyelesaikan tujuan tersebut. Menentukan alternatif artinya bahwa pemimpin ata manajer barus memperhatikan faktor-faktor yang dihadapi, ialah kejadian-kejadian yang akan datang. Begitupun mengenai faktor waktu yang diperhitungkan, yaitu untuk waktu yang bagaiamana (jangka panjang, menengah dan pendek).

Proses perencanaan yang dilalui oleh Yayasan Bening Nurani yaitu melalui pengembangan rencana yang dimulai dari menentukan maksud dan tujuan dengan jelas serta menentukan berbagai alternatif untuk memperhatian kejadian-kejadian yang akan datang yang tidak sesaui dengan rencana awal dan juga mengatur sumber-sumber yang diperlukan seperti tenaga kerja, biaya dan waktu juga menentukan metode serta prosedur terhadap pelaksanaan rencana yang kemudian menetapkan rencana yang sudah di rencanakan untuk pencapaian tujuan Yayasan Bening Nurani dalam hal ini yakni pembinaan anak asuh.

Adapun proses yang dilalui dalam penyusunan rencana di Yayasan Bening

Nurani yaitu sebagai berikut: Pertama, musyawarah dengan seluruh pengasuh

putra/putri, ketua DKM dan pengurus lainnya untuk menyamakan pikiran, serta merundingkan kata yang sesuai dengan AD/ART Yayasan Bening Nurani pada perencanaan program. Dengan adanya musyawarah ini adalah untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna megambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau pemecahan masalah yang menyangkut urusan yang di hadapi kemudian untuk mendapkan kesepakatan bersama atau mufakat atau suatu hal.

Kedua, pengajuan rencana program yayasan kepada ketua yayasan untuk meminta persetujuan atas rencana yang sudah di susun bersama para pengasuh Yayasan Bening Nurani. Setelah adanya musyawarah bersama yayasan tidak bisa melaksanakannya begitu saja perlu adanya persetujuan dari pihak ketua yayasan itu sendiri, maka setelah adanya persetujuan yayasan barulah bisa mengaplikasikan program yang sudah di susun terlebih dahulu.

(16)

186 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

Ketiga, membentuk kepanitian kerja untuk melaksanakan setiap rencana kegiatan yang sudah di sepakati oleh semua pihak. Panitia kegiatan ini berfungsi sebagai pelaksana kebijakan organisasi dalam punya melaksanakan suatu program kerja serta tanggung jawab kepada seluruh pengurus organisasi. Tujuan di adakannya kepanitian kerja ini adalah untuk merencakan, mengelola, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh tahapan-ahapan pelaksanaan suatu kegiatan serta mengatur tatalaksana dan tatakerja dalam persiapan dan pelaksanaan suatu kegiatan, juga untuk melaksanakan koordinasi dan komunikasi dengan unsur yang terlibat dalam kegiatan.

Keempat, melaksanakan program kerja yang sudah di tentukan. Setelah di adakannya pembentukan kepanitian, maka selanjutnya panitia melaksanakan program kerja yang sudah di tentukan oleh yayasan.

Kelima, melakukan evaluasi kegiatan. Evaluasi ini adalah suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil evaluasi itulah dapat diambil suatu kesimpulan apakah kegiatan yang sudah dilakukan itu dapat dicapai sasaran yang di harapkan secara efektif dan efisien atau tidak, kegiatan perlu diteruskan atau tidak. Adapun tujuan evaluasi ini untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan program yang telah ditetapkan seperti untuk mengetahui kemajuan program bimbingan atau mengetahui tingkat efisien dan efektifitas strategi pelaksanaan program yang telah di laksanakan dalam kurun waktu tertentu. Dengan adanya penyusunan perencanaan tersebut dapat membantu memperjelas arah kegiatan untuk menetapkan berbagai kegiatan anak asuh. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebuah penerapan dari tujuan yang sudah ditentukan.

Rancangan suatu perencanaan program yayasan Bening Nurani ini secara keseluruhan adalah dari pihak manajer, kemudian di diskusikan kembali dengan para pengurus yayasan seperti pengasuh putra/putri dan para pengurus lainnya. Barulah dibuat proposal kegiatan dan anggaran dana yang akan di serahkan kepada pihak yayasan (wawancara dengan pihak manajer pada tanggal 28 Juni 2019).

Jika setiap perencanaan sudah terencana dan siap untuk dilaksanakan, maka jangan ditangguhkan melainkan harus langsung dilakasanakan secepatnya, baik perencana maupun pihak pelaksana, karena jika ditangguhkan kemungkinan besar rencana kegiatan itu tidak dapat dilaksanakan disebabkan adanya perubahan situasi dan kondisi yang tidak diharapkan bersama.

Adapun susunan rencana kerja program Yayasan Bening Nurani dalam setiap bidangnya, yaitu : bidang pemakanan, biaya pemenuhan biaya pendidikan dan pengajian, biaya keterampilan dan prestasi, bidang olahraga dan kesehatan, bidang kebersihan, bidang pertanian, perkebunan dan usaha, bidang investasi, bidang sarana prasarana, bidang hubungan kemasyarakatan dan dinas, bidang pembinaan dan pengembangan prestasi, bidang sarana dan pemeliharaan.

(17)

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188 187 PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada Yayasan Bening Nurani, telah dikemukakan adanya penerapan fungsi perencanaan yayasan dalam meningkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat. Adapun perencanaan yang dibuat dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, implementasi fungsi perencanaan yang diterapkan di Yayasan Bening Nurani dalam meingkatkan kualitas pemberdayaan masyarakat sudah berjalan dengan baik. Hal ni dilihat dari program yang dilaksanakn oleh Yayasan Bening Nurani yang semakin berkembang. Yayasan Bening Nurani menerapkan berbagai program dalam rangka membina dan melatih keterampilan anak asuh. Keterampilan yang ada pada yayasan ini ialah denganmenyediakan beberapa alat cukur, alat pembuat kue, mesin jahit, computer dan alat-alat olahraga, kemudia di antara program yang diterapkan yaitu program harian dan program unggulan. Pada program harian yaitu pembinaan anak asuh melalui pendidikan umum dan pendidikan agama serta melatih keterampilan dan berwirausaha. Pada pendidikan umum anak asuh di bebaskan untuk memilih sekolah mana saja yang mereka minati sesuai dengan minat dan bakat mereka dan pendidikan agama mereka di bina dalam lingkupan pesantren. Sedangkan pada program unggulan yaitu seperti peringatan hari besar Islam dan peringatan hari besar nasional,

pelatihan da’i se-Jawa Barat, dan ANJAL (Anak Jalanan).

Kedua, proses perencanaan yang dilakukan Yayasan Bening Nurani di aplikasikan dengan membuat program-program untuk mencapai tujuan. Dalam proses penyusunan perencanaan dilakukan melalui bermusyawarah dengan seluruh pengasuh putra putri dan ketua DKM. Selanjutnya mengajukan kepada pihak yayasan untuk program yang akan dilaksanakan serta membentuk kepanitiaan kerja untuk melaksanakan setiap rencana kegiatan yang sudah disepakati oleh semua pihak. Kemudian melaksanakan program yang sudah ditentukan, barulah melakukan evaluasi atas kegiatan yang sudah dilaksanakan. setiap perencanaan sudah terencana dan siap untuk dilaksanakan, maka jangan ditangguhkan melainkan harus langsung dilakasanakan secepatnya, baik perencana maupun pihak pelaksana, karena jika ditangguhkan kemungkinan besar rencana kegiatan itu tidak dapat dilaksanakan disebabkan adanya perubahan situasi dan kondisi yang tidak diharapkan bersama.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Manaf, Y. (2007). Implementasi Fungsi Manajemen dalam Meningkatkan Kualitas

Daya Manusia Santri. Skripsi. Jurusan Manajemen Dakwah. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Goziyah, F. (2018). Penerapan Fungsi Perencanaan Dalam Upaya Pembenahan Sistem

(18)

188 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 4 No. 2 (2019) 171-188

Dakwah. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Hasibuan, S.P. (2011). Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, Jakarta: Bumi

Aksara.

Hick, G. H.. (1995). Organisasi Teori dan Tingkahlaku. Jakarta: Bima Aksara Ilahi, W.M. (2012). Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Karyoto, (2008). Dasar-dasar Manajemen, Jakarta : Bumi Aksara

Kusnawan, A. (2010). Perencanaan Pendidikan Tinggi Dakwah Islam dalam Ilmu

Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 4(15), 904-905

Munawar, H. (2016). Perencanaan Pondok Journal for Homiletic Pesantren dalam

Membentuk kader Ulama dalam Tadbir, 1 (2) 5.

Nurfajriah, E. S.(2015). Penerapan Dewan Masjid Indonesia (DMI) dalam

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Skripsi. Jurusan Manajemen Dakwah. UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Prasetya , R. (2013). Yayasan Dalam Teori dan Praktik, Jakata: Sinar Grafika. Ruhiyat, (2015). Reaktualisasi Perencanaan Partisipastif Bidang Sosial Keagamaan dalam

Anida : (Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah), 14 (02), 433

Gambar

Gambar 1. Pelatihan Da’i Se-Jawa Barat

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan dan produksi jamur tiram putih dan jamur kuping terbaik pada perlakuan B 4 (berat substrat 2,5 kg) dengan hasil bobot

PTAI sebagai terlampir menyatakan bahwa jika ada kelas yang diselenggarakan menggunakan atas namanya, maka kelas jauh tersebut dinyatakan tidak sah dan ijazah yang

Dalam rangka menambah wawasan keilmuan dan keterampilan mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Buku yang berjudul Carita Orang Basudara adalah buku pertama yang ditulis setelah 15 tahun konflik horizontal Maluku (1999-2014), yang mana para penulisnya adalah para aktor baik

Sebagai bagian dari Daerah Tingkat II Maluku Utara, Pulau Ternate didiami oleh 84 .251 jiwa penduduk dengan mata pencaharian bertani dan menangkap ikan. Lingkungan alam

Hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2013 lalu menunjukkan bahwa media sosial twitter merupakan media sosial

Berdasarkan hasil pengujian pengeringan pati sagu menggunakan pengering alat pengering CFFB bertenaga surya dan biomassa dan pengeringan secara konvensional menunjukkan bahwa

Tujuan : hubungan konflik peran ganda dan stress kerja terhadap kelelahan kerja perawat wanita di Rumah Sakit Islam Purwokerto.. Metode Penelitian : Penelitian ini