• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA INTEGRASI ETNIS KETURUNAN ARAB DALAM MASYARAKAT BIMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA INTEGRASI ETNIS KETURUNAN ARAB DALAM MASYARAKAT BIMA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

POLA INTEGRASI ETNIS KETURUNAN ARAB DALAM MASYARAKAT BIMA Sita Komariah

(Program Studi Komunikasi STISIP Mbojo Bima) komariah.stisip@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian dengan judul Pola Integrasi Etnis Keturunan Arab dalam Masyarakat Bima, dengan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana Pola Integrasi Etnis Keturunan Arab dengan Masyarakat Bima. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif yang menggambarkan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta fenomena yang dijadikan obyek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Penentuan informan dipilih berdasarkan pada kriteria pertimbangan sebagai berikut: 1. Individu-individu tertentu dari etnis keturunan Arab dan non-Arab. 2. Tokoh masyarakat etnis keturunan Arab yang dianggap memiliki pengaruh dalam masyarakat bersangkutan. 3. Mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan pada keseluruhan rangkaian pembahasan dalam penelitian ini, telah menggambarkan pola integrasi keturunan Arab yang meliputi: aspek politik etnis Arab memperoleh kesempatan politik yang sama dengan masyarakat pribumi. Pada aspek ekonomi, etnis keturunan Arab mendominasi sektor jasa publik dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Pada aspek organisasi sosial etnis Arab tidak membentuknya secara formal, tetapi ibu-ibu rumah tangga kedua kelompok etnis membentuk kelompok arisan yang bertujuan memperat hubungan sosial kedua kelompok. Pada aspek agama etnis Arab membentuk kelompok kajian keagamaan dengan masyarakat pribumi dan etnis Arab mengajarkan anak-anak pribumi mengaji tanpa dipungut biaya. Pada aspek perkawinan, etnis Arab dapat menerima dan membuka kesempatan bagi terjadinya perkawinan lintas etnis.

Kata Kunci:Integrasi, Etnis, Masyarakat. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan etnis keturunan Arab sebagai kelompok minoritas mengharuskan mereka beradaptasi dan membiasakan diri dengan tradisi dan adat istiadat masyarakat pribumi (Bima) yang secara mendasar berbeda dengan mereka. Pembiasaan diri ini dimaksudkan sebagai cara berinteraksi agar menyatu dalam kesatuan masyarakat pribumi, sekaligus menormalisasikan adanya perbedaan-perbedaan budaya diantara mereka dan dapat hidup secara harmonis satu sama lain tanpa terganggu oleh identitas etnik yang merupakan pengelompokan sosial yang memberikan dasar status asal, sehingga hubungan antar etnik cenderung tertata sesuai dan berdasarkan status tersebut (Barth.1988:43).

Penelitian ini tidak bermaksud menjangkau segala aspek kehidupan dan aktifitas etnis keturunan Arab di Kabupaten Bima, tetapi hanya pada aspek politik, apakah etnis Arab sebagai kelompok minoritas sudah diberi peluang yang setara dengan masyarakat pribumi secara politis tanpa dihambat oleh statusnya sebagai pendatang. Pada aspek ekonomi lebih pada perimbangan pengusahaan aset-aset produktif. Sebagai kelompok sosial yang jumlahnya relatif kecil dalam mempercepat proses integrasi dengan masyarakat pribumi, kelompok etnis keturunan Arab memiliki tanggung jawab moral untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan kemasyarakatan yang dilaksanakan oleh masyarakat yang mereka datangi. Aspek ini untuk melihat bentuk-bentuk partisipasi serta seberapa jauh keterlibatannya dalam kegiatan kemasyarakatan. Apakah secara formal

(2)

membentuk organisasi sosial yang memudahkan mereka berpartisipasi dan bagaimana pengaruhnya secara media integrasi dengan masyarakat pribumi. Pada aspek agama terkait dengan mayoritas etnis keturunan Arab di Kabupaten Bima yang beragama Islam terutama, bagaimana pengaruh kesamaan agama yang dianut oleh kedua kelompok etnis dalam rangkaian upaya penciptaan hubungan harmonis dengan masyarakat pribumi serta bagaimana pola yang digunakan. Aspek pekawinan merupakan salah satu aspek penting yang mendukung integrasi etnis keturunan Arab dengan masyarakat pribumi, tetapi lebih khusus pada pengaruh keunikan pelestarian budaya sayyid dan non-sayyid dan bagaimana dampaknya terhadap pemanfaatan jaringan perkawinan sebagai alat integrasi akibat keharusan melakukan perkawinan dalam lingkungan intem kelompoknya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dipaparkan sebelumnya, yang menjadi rumusan masalahnya adalah “Bagaimana pola integrasi etnis keturunan Arab dengan masyarakat Bima”, mencakup aspek politik, ekonomi, organisasi social, agama, dan perkawinan yang dijadikan sebagai sarana integrasi.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan tentang pola integrasi etnis keturunan Arab dengan masyarakat pribumi di Kabupaten Bima yang mencakup aspek politik, ekonomi, agama, organisasi sosial, dan perkawinan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan

Pola Integrasi Etnis Keturunan Arab Dengan Masyarakat Pribumi Di Kabupaten Bima yang mencakup aspek politik, ekonomi, agama, organisasi sosial, dan perkawinan.

TINJAUAN KONSEP A. Akulturasi

Merupakan suatu proses sosial yang menjelaskan tentang perubahan unsur kebudayaan yang di sebabkan oleh adanya pengaruh kebudayaan asing yang sedemikian berbeda sifatnya, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tadi lambat-laut diterima dan diintegrasikan ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa kehilangan kepribadian dari kebudayaan sendiri (Koentjaraningrat, 1996;91).

Penekanan dari konsep ini adalah toleransi dari kelompok atau sub kebudayaan yang ada dalam masyarakat terutama ketika melakukan interaksi sosial satu sama lain. Pergaulan yang intesif tolok ukur yang menentukan bagi keberhasilan proses sosial ini, tetapi suasana harmonis dan berkembangnya sikap saling hormat menghormati di antara individu dalam kelompok masing-masing merupakan syarat utama bagi terjadinya akulturasi, sehingga dengan demikian akulturasi seharusnya di anggap sebagai proses dua arah (two-way process) atau saling mempengaruhi dua kelompok yang saling mengadakan hubungan. Menyangkut pihak yang diintegrasikan dan indifidu kelompok lain yang mengintegrasikan diri dalam masyarakat pribumi (Poerwanto, 2000:107).

B. Konsep Integrasi Kebudayaan

Gunakarya (1984) menjelaskan bahwa integrasi kebudayaan adalah proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehingga mencapai keserasian fungsinya dalam masyarakat. Untruk dapat mengidentifikasi apakah

(3)

kebudayaan dalam suatu kelompok masyarakat sudah terintegrasi atau belum, maka terlebih dahulu harus diketahui apakah unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda satu sama lain itu mencapai suatu proses penyesuaian atau keluar dari konteks, sehingga tercipta suatu keseraisan fungsinya dalam masyarakat. Jika unsur-unsur kebudayaan dari suatu masyarakat yang satu sama lain berbeda dalam hal lain ini individu pendukung kebudayan tersebut mampu melakukan upaya penyesuaian diri dengan likungkungannya dan akhirnya tercipta nuansa harmonis antara individu dalam kelompok maka sudah tercapai keserasian fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat.

Studi perbandingan mengenai diversitas (perbedaan) etnis serta kesatuan nasional di Indonesia telah memberikan wawasan bahwa identitas suku bangsa, merupakan suatu unsur yang dinamik dan situasional karena kajian ini telah menunjukan bahwa sejarah nasional yang yang panjagn dengan kasus-kasus kesatuan nasional, kaitanya dengan integrasi dan toleransi suku bangsa membuat negara-negara multi etnis memacu untuk meningkatkan integrasi nasional (Koentjaraningrat, 1993 : 49-50).

Apabila dibandingkan dengan keturunan tionghoa di Indonesia yang sudah banyak diteliti, maka perbedaanya dengan etnis arab terletak antara lain misalnya, dalam peranan ekonomi dibeberapa tempat yang terdapat mereka, cenderung dominan dibandingkan masyarakat pribumi. Hubungannya dengan tanah air etnis keturunan arab tidak intensif disebabkan letaknya yang jauh serta kurangnya perhatian atau kontak dari penguasa di Negara asalnya. Berbeda dengan orang cina yang lebih mudah memperoleh ide baru dari negeri cina karena mereka memiliki kesadaran politik yang tinggi (G. Skinner dalam Rahman Patji, 1984:173). Orientasi kepada kebudayaan leluhurnya

masih tampak sangat menonjol seperti dalam berbagai macam upacara.

Hasil penelitian (Abdul Rachman Patji, 1984:173) tentang etnis keturunan Arab mengemukakan bahwa fragmentasi kepemimpinan etnis keturunan Arab di Indonesia sangat mudah terjadi. Hal ini menurutnya disebabkan oleh persoalan yang bersumber dari lingkungan internal mereka sendiri . salah satu contohnya mengenai kedudukan sayyid atau disebut pula dengan kaum “alawiyyin”. Berbeda dengan orang cina yang tergabung kuat dalam organisasi, misalnya sosial, politik kepemimpinan organisasinya sangat efektif dan ada kecenderungan sedikit ekselusif.

Burhanuddin (1988) mengemukakan dalam penelitiannya tentang etnis Cina yang berlokasi di Polewali Sulawesi Selatan. Terfokus pada aspek ekomoni terutama yang terkait dengan etos kerja yang dimiliki kelompok etnis Cina bahwa dalam melakukan aktifitas sehari-hari ternyata mereka lebih banyak berorientasi kepada adat istiadat dan tradisi nenek moyangnya. Kenyataan empirik mereka telah berada di lokasi tersebut dalam kurun waktu yang lama bukanlah jaminan bagi mereka melupakan hubungan kulturnya dengan identitas kebudayaan aslinya. Fenomena ini banyak mempengaruhi pola perilaku mereka dalam menjalakan aktifitas ekonominya seperti dalam berdagang, mereka lebih ulet dan menonjol dibandingkan masyarakat pribumi.

Studi tentang kelompok etnis minoritas yang sama, juga di lakukan Ahmad Rahman (1988) menyimpulkan bahwa secara politis etnis keturanan Arab tidak banyak melakukan kontak dengan Negara asal mereka, menyebabkan adat dan istiadatnya lambat laun mundar, meskipun tidak hilang sama sekali karena sebagian besar dari mereka tetap melestarikan beberapa unsur-unsur penting kebudayaannya misalnya, jenis perkawinan

(4)

yang mengharuskan sesama kelompok etnis Arab saja. Disisi lain masih menurut peneliti bahwa sejak awal kedatangannya di Makassar beberapa figur penting etnis keturunan Arab sangat berperan dalam penyiaran agama Islam. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berbentuk kualitatif deskriptif yang berusaha untuk menghasilkan data bersifat deskriptif, seperti menggambarkan secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat, serta fenomena yang dijadikan obyek penelitian kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun hasilnya dianalisis dan dijelaskan dengan kalimat-kalimat deskriptif untuk memberikan kejelasan obyek dan subyek penelitian yang dilakukan (Moleong, 2001)

B. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi partisipasi

Penelitian tidak secara langsung terlibat dalam aktivitas yang di lakukan oleh masyarakat, tetapi hanya mengamati dan menanyakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan misalnya, dalam cara keagamaan, ekonomi dan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan baik yang berlangsung dalam unit rumah tangga maupun dalam lingkungan publik.

2. Wawancara mendalam (depth interview)

Dilakukan secara informal dengan mempersiapkan beberapa pertanyaan terlebih dahulu, misalnya tentang kapan orang Arab berada di Bima pertama kali, tokoh-tokohnya siapa saja, motivasi-motivasi yang melatar belakangi mendatangi wilayah tersebut.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan alat pengumpulan data

dengan cara

mengadakan pencatatan langsung melalui dokumen-dokumen, arsip, laporan catatan harian, dan sebagainya.

C. Teknik Analisis Data

Menganalisa data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan metode analisa deskriptif kualitatif. Hal ini sesuai dengan format penelitian yang dipakai dalam penelitian dan untuk pengertian yang mendalam dan komperehensif mengenai masalah yang diteliti tentang Pola Integrasi Etnis Keturunan Arab Dalam Masyarakat Bima. D. Teknik Uji Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian mengungkapkan dan memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Dalam penelitian kualitatif keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring dengan proses penelitian itu berlangsung. E. Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana seorang peneliti dapat menyajikan data dengan baik agar dapat dengan mudah dibaca orang lain dan mudah untuk dipahami oleh pembaca. Data yang disajikan diperoleh dari pengamatan (apa yang terjadi) dan/atau hasil wawancara (apa yang dikatakan) serta bisa berupa deskripsi informasi lainnya (misalnya dari dokumen, foto, rekaman video) dan hasil pengukuran.

(5)

PEMBAHASAN

A. Proses Awal Kedatangan Etnis Arab dan Islam

Berbicara tentang keberadaan kelompok etnis keturunan Arab di Kabupaten Bima tidak dapat dipisahkan dengan sejarah persebaran agama Islam diberbagai tempat di Indonesia. Awal mula kedatangan mereka tidak lepas dari misi perdagangan yang dalam proses selanjutnya media ini sekaligus menjadi alat propaganda pengenalan kepada masyarakat akan ajaran agama berupa prinsip-prinsip dasar Islam. Terdapat kesulitan sebagian ahli dalam mengidentifikasi proses awal keberadaan mereka karena terbentuk pada sulitnya menarik sebuah tesis kesimpulan di wilayah mana sebenarnya mereka pertama kali datang ke Indonesia, keterbatasan informasi tentang etnis keturunan Arab juga dipengaruhi oleh kurangnya fakta atau sumber-sumber peninggalan dari agama Islam itu sendiri (Suryanegara, 1995:73).

Faktor pendukung lain adalah menyangkut luasnya wilayah Indonesia, meskipun realitas tersebut tidak dapat dipungkiri tidak berartisama sekali kedatangan awal etnis keturunan Arab di Kabupaten Bima tidak diketahui. Seorang informan Muhsin menjelaskan bahwa:

Orang Arab datang ke Kabupaten Bima pertama kali tahun 1680 M, pada awalnya nenek moyang kami hanya berdagang hasil bumi dengan cara mengelilingi berbagai tempat di Indonesia, mulai Surabaya dan sampai kesini terutama tempat-tempat yang memiliki hasil bumi yang cukup banyak, sebagian dari dou mantoi (orang-orang dahulu) kakek dan nenek kami sambil berdagang juga menyebarkan agama Islam bahkan menjadi perempuan Bima sebagai isteri dan menetap di Bima sampai sekarang

termasuk kami ini. (Muchsin, Maret 2017).

Sejak awal kedatangan Syeikh Umar beliau tidak membawa serta kaum perempuan dari kelompoknya sesama Arab, tetapi sebaliknya menjadikan perempuan pribumi Bima sebagai isterinya, sehingga secara psikologis dan kultural sudah terjali ikatan emosional antara etnis Arab dengan masyarakat pribumi melalui ikatan formal dalam bentuk perkawinan lintas etnis. Mereka juga memiliki hubungan dekat dengan etnis Arab yang berada di Surabaya sebagai tempat transit awal neneng moyang mereka sebelum menuju ke Kabupaten Bima. Kaitan historis ini teridentifikasi dari informasi yang diperoleh bahwa sebagian besar keluarganya juga tinggal di Surabaya. Pada waktu tertentu etnis keturunan Arab di Bima berkunjung ke Surabaya sebagai salah satu bentuk dari upaya menjaga ikatan emosional kekeluargaan (Rafiqah, Maret 2017).

Rauffaer (dalam Depdikbud, 2001:32) berpendapat bahwa di Bima pengaruh Arab dan Melayu sangat kental dan kuat, hal ini terbukti dari beberapa inskripsi sejarah dan dokumen kerajaan ditulis dengan huruf Arab dan Melayu, sehingga menurut Islam di Bima dibawa orang Arab dan Melayu yang datang kesana tepatnya pada masa pemerintahan Raja Manaru Sarehi sekitar tahun 1680 M. Sedangkan pendapat lain menghubungkan kedatangan Islam dan etnis Arab di Bima dan sekitarnya dengan masa kejayaan Malaka, sebagai pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara antara tahun 1400-1511.

Anak cucu Syeikh Umar Sef di Bima semata-mata tidak terkonsentrasi pada Kelurahan Melayu, tetapi juga tersebar dibeberapa tempat dan beberapa alasan misalnya perkawinan dan perdagangan seperti, di Kabupaten Dompu dan Sila yang jaraknya

(6)

agak jauh dari Bima. Etnis Arab yang tinggal di luar Kelurahan Melayu ini tetap menjalin profesi sebagai pedagang dan menjaga intensitas hubungan dengan mayoritas keluarga besar mereka yang berada di Bima. Faktor utama bagi nenek moyang mereka tinggal di Kelurahan Melayu karena letaknya yang sangat dekat dengan pelabuhan yang pada saat itu banyak kapal-kapal asing merapat untuk melabuh salah satunya kapal-kapal milik etnis Arab. Sehingga bagi mereka wilayah ini sangat potensial bagi kelangsungan kegiatan ekonomi yang dilakukannya.

B. Proses Integrasi

Rero adalah tradisi mengunjungi rumah satu sama lain dengan tujuan bertamu dan mempererat hubungan dan menumbuhkan solidaritas sosial di antara kedua etnis. kebiasaan ini lebih umum dilakukan oleh perempuan etnis Arab dengan membawa anggota keluarga lain seperti anak-anak bahkan suami mereka, tetapi sangat jarang dilakukan setelah kembali dan aktifitas berdagang di pasar. Manfaat lain dari hubungan sosial budaya ini dapat mendekatkan secara emosional kedua kelompok etnis dari adanya perbedaan-perbedaan adat istiadat yang terkadang mengganggu frekuensi dan kualitas hubungan kedua kelompok etnis.

Besarnya volume aktifitas di bidang perdagangan yang dilakukan etnis keturunan Arab menjadikan hubungan informal lebih banyak berlangsung di tempat mereka menjalankan kegiatan ekonomi. Interaksi antara etnis Arab dengan masyarakat pribumi yang berlangsung di pasar sifatnya tidak sekedar formalitas antara penjual dan pembeli dalam arti, konsumen setelah memperoleh barang kebutuhan yang diperlukan langsung pulang atau hubungan sebatas pembeli dengan penjual yang secara kebetulan bertemu di pasar. Melainkan sebenarnya mereka sudah

saling mengenal terlebih dahulu, sehingga terjalim semacam hubungan kekeluargaan diantara kedua etnis.

Etnis Arab tertentu yang sudah menjalin hubungan baik secara emosional dengan masyarakat pribumi juga memberikan kemudahan untuk mengambil jenis produk ekonomi tertentu yang dibutuhkan masyarakat di toko milik mereka dengan cara dibayar sesuai kesepakatan kedua belah pihak misalnya, setelah gajian hubungan seperti mereka namakan dengan istilah nconggo wau pola kerjasamanya berdasarkan sepenuhnya pada kepercayaan di antara mereka dan hubungan baik yang sudah terjalin. Secara ekonomi interaksi seperti ini sangat menguntungkan sebagai mekanisme memperluas jaringan perdagangan, tetapi juga memiliki manfaat interaksi yang cukup baik bagi etnis Arab.

C. Strategi Integrasi

Salah satu tradisi yang cukup unik dan berkembang luas dalam keluarga-keluarga etnis Arab adalah yang disebut dalam terminologi lokal rece ngge’e yang artinya mengajak tinggal anak-anak pribumi yang berasal dari desa-desa di luar Kabupaten Bima yang melanjutkan pendidikan mereka, untuk tinggal di rumah etnis keturunan Arab tanpa dipungut biaya. Fenomena ini tidak terbatas pada etnis Arab yang memiliki kemapaman ekonomi, tetapi juga berlaku bagi mereka yang berasal dari keluarga sederhana. Hal ini juga bukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja karena mereka yakin dengan cara seperti ini dapat mendekatkan secara sosial budaya dengan masyarakat pribumi.

Syarat-syarat yang dibutuhkan dalam membina hubungan ini sangat variatif misalnya, dalam satu keluarga etnis Arab ada yang mengajak dua atau tiga orang pribumi, mereka hanya diberi kewajiban ringan menjaga rumah dan membantu pekerjaan

(7)

tertentu dalam rumah tangga tersebut, seperti memasak dan menyapu. Keberadaan anak-anak ini sama sekali tidak dianggap beban atau memberatkan tuan rumah karena mereka membawa kebutuhannya dari tempat asal mereka. Sehingga sangat membantu keluarga-keluarga etnis Arab yang memang banyak menghabiskan waktu di tokonya dan tidak sepenuhnya berada di rumah karena waktunya lebih tersita dalam aktifitas tersebut.

Terjalinya hubungan social ini memiliki nilai dan manfaat integrasi yang penting bagi etnis Keturunan Arab karena hubungan cenderung mengalami perkembangan yang lebih luas berupa keterlibatan individu lain dari kelompok etnis misalnya, anak-anak yang tinggal pada keluarga-keluarga etnis Arab menjembatani terjadinya pola hubungan baru yang tidak terbatas hanya antara mereka dan tuan rumah, melainkan juga dengan anggota keluarga mereka yang lain. Setelah menyelesaikan pendidikan mereka kembali ke tempat asalnya, hubungan social budaya yang terbentuk selama masa pendidikan dengan keluarga etnis Arab tidak putus seiring selesai pendidikan, tetapi mengalami kontinyuitas karena mereka akan merekomendasikan kepada adik atau sepupunya yang lainnya untuk tinggal di tempat mereka sebelumnya yaitu dou pata (kenalan).

Cara lain yang juga digunakan etnis keturunan Arab dalam membina hubungan yang lebih baik dengan masyarakat pribumi adalah berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dengan berbaur satu sama lain misalnya, acara kematian mereka terlibat langsung dengan membantu memudahkan proses pelaksanaannya dengan menjalankan peran masing-masing, seperti menggali kubur. Salah satu bentuk adaptasi dan pembiasaan diri yang memiliki potensi integrasi penting yang dilakukan etnis Arab adalah individu dari kelompok mereka yang meninggal dikuburkan

di tempat yang sama dengan mayoritas masyarakat pribumi yang dikenal dengan rade Belanda yaitu kuburan Belanda, tempat kuburan ini dinamakan demikian karena sebagian besar kuburan orang Belanda kemudian menjadi tempat kuburan umum kedua kelompok etnis Arab dan pribumi. D. Pola-pola Integrasi Etnis Arab

Integrasi Politik

Partisipasi etnis keturunan Arab dalam bidang politik di Kabupaten Bima khususnya tidak begitu dominan, bagaimana umumnya terjadi pada kelompok minoritas Arab lainnya. Hal ini lebih dipengaruhi oleh tradisi dan budaya nenek moyang mereka yang telah menjadikan aktifitas perdagangan sebagai aktifitas sosial produktif utama. Berdasarkan dari informasi yang diperoleh dari lapangan, Muhsin mengatakan bahwa “berdagang bagi mereka adalah tradisi yang melekat kuat bahkan mengakar dalam benak seluruh etnis keturunan Arab (Muhsin, Maret 2017).

Di Kabupaten Bima secara konkrit dapat dilihat figur-figur dan tokoh masyarakat dari etnis keturunan Arab terlibat kegiatan politik tanpa dibatasi oleh aturan-aturan yang dapat mempersulit atau membatasi peluang mereka memperoleh posisi politik setara dengan penduduk pribumi. Salah seorang keturunan Arab Harris aktif di partai Bulan Bintang menyatakan bahwa :

Politik sebenarnya merupakan salah satu dari sekian banyak instrumen yang dapat mempercepat upaya integrasi terhadap masyarakat pribumi, untuk itu kesadaran dari masyarakat etnis keturunan

(8)

Arab itu sendiri sangat diperlukan bagi kelangsungan eksistensinya karena dengan berpolitik maka sosialisasi nilai-nilai budaya dan lainnya, akan efektif bila dilakukan dengan dukungan kekuatan formal disamping itu juga parameter dari keberhasilan suatu proses integrasi dan adaptasi bagi kelompok etnis minoritas seperti Arab disini akan sangat bergantung pada penerimaan dan pengakuan identitas mereka secara utuh oleh mayoritas penduduk pribumi dalam kehidupan. (Harris, Maret 2017).

Keterlibatan tokoh-tokoh etnis Arab ini di Kabupaten Bima dalam aktifitas politik tidak lepas dari usaha mereka untuk memperoleh kedudukan dan status sosial budaya yang setara dengan penduduk pribumi, sekaligus sebagai cara mereka melakukan upaya harmonisasi budaya terhadap masyarakat pribumi yang selama ini cenderung melihat dan berasumsi bahwa etnis keturunan Arab, sebagai kelompok social bersifat isolatif (tertutup).

Kelompok etnis keturunan Arab di Kelurahan Melayu memiliki keragaman sudut pandang dalam melihat persoalan politik sebagai wadah integrasi terlihat pada pilihan politik dari mereka yang tidak memfokuskan pada satu organisasi politik tetapi terlibat diberbagai organisasi politik yang berbeda. Perbedaan pilihan ini tidak semata karena alasan politik tetapi juga karena

alasan keagamaan dan budaya seperti diungkapkan Ubud, 56 tahun bahwa:

Kondisi sosial masyarakat akhir-akhir ini yang sangat sensitif pada persoalan-persoalan yang berkaitan dengan agama, ras, dan budaya harus menjadi pertimbangan bersama khususnya kelompok etnis Arab, untuk bisa menjaga hubungan yang harmonis dengan masyarakat pribumi dengan tidak menapilkan perilaku-perilaku budaya yang dapat menimbulkan persepsi yang salah dari kelompok etnis lain, maka sosialisasi yang paling ampuh adalah melalui jalur politik guna menghindari berbagai stereotipe pandangan yang negatif dari kelompok etnis lain, (Ubud, Maret 2017). Tampilnya individu-individu dari kelompok etnis Arab dalam bidang politik menjadi cerminan bahwa mereka dapat terlibat sangat jauh sebagaimana umumnya. Kelompok pribumi politis berkedudukan sama dalam perolehan kesempatan politik fakta tersebut menjelaskan bahwa integrasi etnis keturunan Arab dari sudut politik tidak menjadi persoalan

yang dapat menghambat

penerimaannya sebagai bagian dari kelompok masyarakat pribumi, maka tidak mengherankan di Kabupaten Bima dibanyak Departemen Pemerintahan terdapat orang-orang yang berasal dari etnis keturunan Arab yang mempunyai jabatan politis cukup penting.

(9)

Pola Integrasi Perkawinan

Perkawinan campuran antara etnis keturunan Arab dan pribumi sangat bermanfaat bagi proses integrasi kebudayaan sekaligus menjadi sarana yang dapat merekatkan mereka dalam kelompok masyarakat pribumi.

Sebagian besar etnis keturunan Arab mengkhendaki putera dan puteri kami menikah hanya dengan sesamanya seperti dengan sepupu terdekatmya. Tetapi sekarang ini di Kabupaten Bima, kami juga harus memikirkan bagaimana memperluas silaturahmi dengan orang lain. Salah satu cara untuk itu adalah menikahkan anggota keluarganya dengan dou mbojo dimaksudkan agar bisa menyatu dalam ikatan yang lebih resmi. (Umar, Maret 2017).

Kelonggaran akses pada keturunannya yang bergelar sayyid menikah dengan masyarakat pribumi yang bergelar non sayyid Syarifah serta tidak memberikan sanksi juga didukung oleh Farouk:

Makna sayyid sebenarnya bagi kami etnis Arab tidak selalu diterjemahkan sebagai kemuliaan atau ketinggian status sosial karena berdasarkan garis keturunan pada Rasulullah, tapi sayyid dapat diartikan sebagai bentuk komitmen yang kuat terhadap agama (fanatik). Jika mengacu pada aturan-aturan baku dari prinsip agama maka perkawinan tidak harus terbatas pada kelompok etnis tertentu,

tetapi bisa dilakukan dengan siapa saja dan dari kelompok mana saja, karena bagi etnis Arab seperti kami yang hidup di masa kini lebih mengedepankan pada kesejahteraan dan kelanjutan hidup anak-anak di masa mendatang dan prioritas utama adalah seiman. (Farouk, Maret 2017).

Salah satu diantaranya adalah tingkat pendidikan, syarat ini bagi etnis keturunan Arab di Bima sangat penting terutama untuk menjamin kelangsungan proses pembinaan keluarga dan anak-anak mereka kelak di masa mendatang. Pendidikan ini juga diutamakan pemahaman nilai-nilai keagamaan karena kebudayaan yang menwarnai kehidupan mayoritas etnis keturunan Arab terlihat meonjolkan aplikasi dari aturan agama Islam itu sendiri. Faktor yang juga menjadi pertimbangan mendasar mereka adalah pekerjaan, meskipun itu tidak berlaku secara khusus sebagai persyaratan bagi individu tertentu yang ingin menjadikan perempuan etnis keturunan Arab sebagai isterinya.

Pola Integrasi Ekonomi Etnis Arab Etnis Arab tidak hanya memfokuskan barang dagangan mereka pada satu jenis produk ekonomi saja, pernik yang bernuasa islami juga menjadi perhatian mereka seperti buku-buku islam, sajadah, barang tenunan. Bidang usaha lainnya adalah dengan menjual segala jenis peralatan dan onderdil mobil. Sedangkan masyarakat pribumi hampir tidak menguasai sektor ini karena

(10)

disamping butuh ketekunan, syarat utama yang harus dimiliki adalah modal besar sebagaimana dikatakan pemilik toko otomotif, Yaman mengatakan:

Bisnis otomotif merupakan salah satu bidang usaha yang cukup menjanjikan tetapi juga merupakan jenis kegiatan ekonomi yang sarat dengan risiko. Terutama bila tidak didukung oleh modal yang cukup baik yang sudah berupa aset sendiri maupun berupa pinjaman dari lembaga pemerintah seperti bank. Bisnis otomotif ini sulit berkembang sangat pesat apabila memiliki modal yang terbatas mengingat harga alat-alat mobil misalnya mengikuti kenaikan kurs mata uang sehingga mngakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. (Yaman, Maret 2017).

Pola Integrasi Melalui Agama

Etnis keturunan Arab menjadi guru mengaji bagi anak-anak pribumi, bahkan cara ini menjadi sember daya potensial bagi etnis keturunan Arab karena melalui kegiatan ini mereka tidak saja memperoleh peluang bergaul dengan masyarakat pribumi dengan lebih dekat, lebih dari itu merupakan wujud nyata partisipasinya dalam menciptakan harmonisasi hubungan social agar integrasi yang mereka harapkan bermuara pada kesrasian fungsi dari kebudayaan masing-masing.

Salah satu tempat ibadah etnis Arab aktif melakukan kajian-kajian keislaman adalah masjid Uswatun

Hasanah. Orientasi praktis yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah tumbuhnya rasa solidaritas sosial yang didasarkan pada kajian agama, sebagaimana dikatakan oleh pengurus masjid dari etnis Arab Thaha bahwa:

Tujuan utama kami membentuk kelompok kajian Islam yang dipusatkan di masjid Uswatun Hasanah adalah sebagai wadah untuk menggalang kekuatan umat baik dari masyarakat Bima maupun dari kelompok etnis keturunan Arab. Disamping meningkatkan Ukhwah Islamiyah juga untuk membinan dan memantapkan pengetahuan keagamaan masyarakat, guna tercapainya kedua target tersebut biasanya tiap lima bulan sekali kami pengurus mendatangkan imam besar dari Madinah bernama Imam Ali. Segenap lapisan masyarakat diundang untuk pastisipasi. Kegiatan ini tidak ditujukan khusus bagi etnis Arab saja tetapi, semua baik yang tergabung dalam oraganisasi NU maupun Muhammadiyah karena kelompok kajian yang terbentuk beranggotakan etnis Arab dan pribumi, sehingga materi yang disajikan bersifat umum meskipun kedua kelompok masyarakat berbeda dalam merespon substansi materi. Tetapi mereka tidak apriori terhadap yang lain karena memiliki hujjah yang menjadi pijakan normative untuk membenarkan apa yang

(11)

diyakini masing-masing. (Thaha, Maret 2017).

Organisasi Sosial Etnis Arab

Salah satu bentuk keterlibatan konkrit dari etnis keturunan Arab adalah pada saat perkawinan yang diadakan masyarakat pribumi. Kaum laki-laki dan perempuan diundang untuk melakukan berbagai tugas demi kesuksesan acara tersebut, sesuai dengan kemampuan masing-masing hal senada juga dikemukakan Amir 46 tahun:

Kami sebagai orang Arab telah berada di Bima sejak nenek moyang kami dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dipisahkan dengan orang asli Bima karena sebagian besar tinggal dan bertetangga. Setiap acara perkawinan yang diadakan mereka kami selalu menyempatkan diri untuk membantu mengumpulkan kursi, memasang tenda dan lainnya. Sebaliknya ketika kami orang Arab mengadakan hajatan yang sama merekapun melibatkan diri. Jadi hubungan etnis keturunan Arab dengan masyarakat setempat tetap terjalin secara harmonis karena masing-masing dari kami tidak menutup diri terhadap kenyataan sosial yang memang sudah seharusnya menjadi tanggungjawab bersama. Contoh lain dari bentuk partisipasi kami sebagai etnis Arab kalau masyarakat pribumi ingin mengadakan hajatan secara material kami membantu sesuai dengan tingkat

kemampuan ekonomi. (Amir, Maret 2017).

E. Faktor-faktor Penghambat Integrasi Pengelompokkan Sosial Sayyid

Pola pikir yang bersifat konservatif dari sebagian kelompok etnis keturunan Arab tentu saja bersumber dari kebiasaan-kebiasaan yang berpola pada kebudayaan tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang mereka yang menekankan dilestarikannya kebiasaan tersebut terutama yang berkaitan dengan masalah perkawinan, Ja’fat mengemukakan:

Perkawinan yang dilakukan oleh perempuan Arab (Syarifah) dengan masyarakat biasa diyakini oleh sebagian etnis Arab sebagai suatu bentuk perkawinan yang tidak akan mendapatkan berkah dari Tuhan. Dikarenakan perbedaan status sosial diantara keduanya sehingga disini kalaupun ada yang melakukannya umumnya mereka selarian dulu dan tidak mendapatkan restu dari keluarga. Perlakuan seperti itu menjadi pertimbangan utama para syarifah untuk melakukan perkawinan hanya dengan keluarga yang berasal dari etnis yang sama. Mengingat sebuah perkawinan ditentukan oleh semua anggota keluarga dan perkawinan yang dilaksanakan dengan menyalahi aturan budaya yang berlaku yang bersangkutan harus menerima akibat dari tindakannya yaitu penolakan oleh anggota keluarga. (Ja’far, Maret 2017 ).

(12)

Salah satu penyebab bertahannya pengelompokkan sayyid pada sebagian keluarga etnis keturuna Arab terkait dengan kualitas dan tingkat pendidikan mereka. Na’im mengemukakan sebagai berikut:

Seperti yang kalian tahu bahwa orang Arab di Bima tidak ada yang memiliki tingkat pendidikan seperti orang Bima, kami ini tamat SMA sama saja sudah cukup yang penting bisa berdagang. Demikian juga dengan orang Arab yang masih memakai gelar sayyid karena apa yang diajarkan oleh nenek moyang mereka itulah yang diajarkan kemabli ke leuarganya karena mereka mengira bahwa keadaan sekarang dan dulu tetap sama makanya tetap dilestarikan gelar sayyid dengan melarang perkawinan anggota keluarga mereka dengan masyarakat pribumi (Na’me, Maret 2017). Kebanggaan akan kemuliaan garis keturunan di kalangan kelompok etnis Arab khususnya yang bergelar sayyid merupakan representasi dari kuatnya rasa budaya yang terbentuk melalui proses internalisasi dalam keluarga, menjadikan sebagian dari mereka melihat ukuran ketinggian dan kerendahan status sosial kelompok etnis diluar kelompoknya.

F. Faktor Pendukung Integrasi Etnis Arab

Bahasa Bima

Mayoritas etnis keturunan Arab menggunakan bahasa lokal Bima

nggahi mbojo sebagai alat komunikasi utama dengan masyarakat pribumi meskipun hampir sebagian besar dari mereka khususnya orang-orang tua mengetahui bahasa Arab tetapi penggunaannya sangat terbatas. Penguasaan bahasa Bima yang baik oleh mayoritas etnis keturunan Arab dipastikan oleh keberadaan mereka yang sudah cukup lama di sana, sehingga kemampuan ini sangat berguna dalam menciptakan suatu hubungan sosial yang akrab dengan masyarakat pribumi, karena adanya perbedaan budaya dan perilaku dari individu pendukung kebudayaan masing-masing dapat dikomunikasi langsung dengan bahasa lokal yang lebih mudah untuk dipahami.

Wilayah (teritorial)

Peran wilayah sebagai suatu potensi integrasi dalam pembahasan tentang integrasi kebudayaan etnis keturunan Arab dimaksudkan sebagai cara mereka untuk menyiasati perbedaan sosio-kulturalnya dengan masyarakat pribumi. Konsep lokal masyarakat pribumi dou sama rasa yang bermakna orang sesama kampung, mampu menumbuhkan kesadaran sosial dalam kelompok etnis maupun masyarakat pribumi dalam menjaga kelestarian hubungan harmonis keduanya.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Pada aspek politik etnis Arab memperoleh kesempatan politik yang sama dengan masyarakat pribumi dan dibuktikan dengan adanya individu dari mereka yang mewakili kelompoknya tanpa dibatasi oleh aturan-aturan tertentu. Pada aspek ekonomi,

(13)

etnis keturunan Arab mendominasi sektor jasa publik dibandingkan dengan masyarakat pribumi. Dalam rangka integrasi dan memperkecil jarak sosial mereka mempekerjakan individu dari masyarakat pribumi. Organisasi sosial etnis Arab tidak membentuknya secara formal, tetapi ibu-ibu rumah tangga kedua kelompok etnis membentuk wadah non formal berupa kelompok arisan yang bertujuan memperat hubungan sosial kedua kelompok etnis. Demikian juga partisipasinya dalam kegiatan kemasyarakatan etnis Arab sangat aktif bekerjasama dengan masyarakat pribumi seperti pada acara kematian dan perkawinan, sehingga aktifitas ini memberikan manfaat dan nilai integrasi. Pola integrasi pada aspek agama etnis Arab membentuk kelompok kajian keagamaan dengan masyarakat pribumi yang bertujuan menyatukan perbedaan pandangan dan budaya yang dianggap dapat menghambat intenistas pergaulan sosial budaya antar kedua kelompok etnis, disamping itu etnis Arab mengajarkan anak-anak pribumi mengaji tanpa dipungut biaya, sehingga kesamaan agama yang dianut kedua kelompok menumbuhkan kesadaran kolektif untuk membina hubungan yang harmonis berlandaskan pada kesamaan akidah.

Perkawinan sebagai media integrasi sudah disadari etnis Arab sebagai sarana penting yang dapat mempercepat penerimaan mereka sebagai bagian dari masyarakat pribumi, salah satu indikatornya mereka sudah dapat menerima dan membuka kesempatan bagi terjadinya perkawinan lintas etnis. Adapun kendala utama dalam integrasi mereka adalah menyangkut pengelompokkan sayyid

dan non sayyid yang masih dilestarikan oleh sebagian etnis Arab yang menganggap dirinya keturunan langsung Nabi Muhammad yang secara sosial derajatnya lebih tinggi dibandingkan masyarakat pribumi, sehingga hanya pantas menikahkan anak-anak mereka dengan yang sederajat dan dalam kelompok yang sama.

Adanya kenyataan ini tidak dapat dipungkiri sebagai bagian dari kehidupan sosialnya, tetapi faktor penghambat ini diperkecil pula oleh faktor pendukung lain seperti territorial (wilayah) dan bahasa, sehingga interaksi keduanya tetap berlangsung dalam suatu hubungan yang harmonis.

B. Saran

Hal penting yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi dari akhir pembahasan penelitian ini adalah :

1. Perlu dibentunya suatu organisasi formal antar kedua kelompok etnis yaitu Arab dan pribumi yang bertujuan sebagai wadah untuk mengakomodasi kepentingan kedua kelompok, sehingga secara tidak langsung dengan adanya lembaga seperti ini menghilangkan prasangka-prasangka yang menyudutkan eksistensi dari keduanya. 2. Hendaknya etnis Arab meningkatkan intensitas hubungan sosial dengan masyarakat pribumi dan memanfaatkan media-media penting integrasi agar keduanya dapat menjadi kesatuan yang satu sama lain saling membutuhkan tanpa terganggu oleh perbedaan budaya dan identitas kenegaraan.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Barth, Fedrik. 1998 Kelompok Etnis dan Batasannya. IU-Press. Jakarta.

Burhanuddin. 1988 Ance Dan Baba (Studi Kasus Kelompok Etnis Cina Di Kabupaten Polmas Sul-Sel). PT. Pustaka grafika kita . Jakarta.

Dekdikbud. 2002 Sejarah Kebangkitan Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta. Gunakaya, A. Widiada. 1984 Sosiologi dan Antropologi. Ganesa Exact. Koentjaraningrat. 1996 Pengantar Antropologi. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Koentjaraningrat. 1993 Masalah Kesukuan dan Integrasi Nasional. UI-Press, Jakarta

Lexy J. Moleong, 2001, Metode Penelitian Kualitatif, cetakan keempatbelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya (anggota IKAPI).

Patji, Abdul Rahman. 1984 Asimilasi Golongan Etnis Arab (Studi khusus kelurahan Ampel Surabaya). PT. Pustaka Grafik Kita. Jakarta.

Poewanto, Hari. 2000 Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspektif antropologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Rahman Ahamad 1988 Profil Keturunan Arab (studi Tentang Sosial Keagamaan Keturunan Arab). Balai Lektur Keagaaman. Makassar.

Suryanegara, Ahmad. 1995 Menemukan sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Mizan. Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh kesenangan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan pada Salon Agung di Kabupaten Gianyar Tahun 2013,

Dengan demikian, kiranya ekonomi pasar yang menjadi sasaran kiritik Polanyi adalah yang kini kita kenal sebagai neoliberalisme, di mana ekonomi mendominasi kehidupan sosial, di

Berdasarkan pertimbangan di atas maka dalam penelitian ini akan dibahas tentang nilai-nilai kearifan lokal pada tradisi Labuhan Gunung Kombang yang dapat tumbuh beriringan

a. Seorang perempuan 20 tahun dibawa ke UGD RS karena mengalami penurunan kesadaran setelah megalami kecelakaan lalu lintas 3 jam yang lalu. Dari pemeriksaan

Adapun tujuannya meliputi; (1). Upaya meningkatkan kesejahterahan taraf perekonomian masyarakat setempat yang berprofesi sebagai perajin gula semut. Karena selama ini

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya, Diana Fitriana menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK, KUALITAS PRODUK, KEWAJARAN HARGA DAN KEPUASAN

Maksud dan tujuan dilakukan penelitian pada tugas akhir ini adalah merealisasikan dan menguji rangkaian pembalik muatan untuk proteksi petir dengan cara merancang

Pada pengguna aplikasi web terlihat sistem menampilkan data kost, sehingga Mahasiswa dapat melihat data kost dan dapat mencari jenis dan tipe kost yang