• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna Sinensis L.)VARIETAS KANTON MELALUI PEMBERIAN PUPUK PETROBIO GR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna Sinensis L.)VARIETAS KANTON MELALUI PEMBERIAN PUPUK PETROBIO GR"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN HASIL

TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna Sinensis L.)VARIETAS KANTON MELALUI PEMBERIAN PUPUK PETROBIO GR

Oleh:

Israwaty Hakim (1), Nurmi(2), Fitriah S. Jamin(3) *)

Program Studi S1 Agroteknologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk Petrobio GR dan perlakuan yang paling baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Toto Utara Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, yang dimulai pada bulan Juni 2013 sampai dengan Juli 2013. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan lima perlakuan. Dosis pupuk Petrobio GR yang digunakan terdiri atas 5 taraf yaitu : 0, 20, 40, 60, dan 80 kg/ha yang diulang sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) dan dilakukan UjiBNT (Beda Nyata Terkecil) pada tarafα = 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk Petrobio GR berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga, persentase bunga yang menjadi buah, jumlah polong pertanaman, panjang polong, berat polong pertanaman, berat polong perpetak, dan berat polong perhektar. Perlakuan pupuk Petrobio GR terbaik yang berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang secara umum terdapat pada perlakuandengan dosis 60 kg/ha. Kata Kunci: Kacang Panjang, Pertumbuhan dan Hasil, Pupuk Petrobio GR.

PENDAHULUAN

Tanaman kacang panjang(Vigna Sinensis L.)merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan,karenamempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi.Kacang panjang dapat dikonsumsi dalam bentuk segarmaupun diolah menjadi sayur. Dalam upaya peningkatan gizi masyarakat, kacang panjang penting sebagai sumber vitamin dan mineral. Menurut Haryanto(2003), biji kacang panjang mengandung karbohidrat (70,00%), protein (17,30%), lemak (1,50%) dan air (12,20%), sehingga komoditi ini juga merupakan sumber protein nabati. Selain penting sebagai sayuran dan sumber protein nabati, tanaman ini juga dapat menyuburkan tanah. Pada akar kacang panjang terdapat bintil-bintil akar yang berisi bakteri Rhizobium sp. yang dapat menambat nitrogen bebas dari udara dan merubahnya menjadi bentuk yang dibutuhkan tanaman.

Berdasarkan data statistik pertanian secara nasional, produksi rata-rata tanaman kacang panjang di Indonesia pada tahun 2010 adalah 489,449 ton, dan mengalami penurunan sebanyak 31,142% pada tahun 2011 yaitu dengan rata-rata produksi sebanyak 458,307 ton (Deptan, 2012). Produksi tanamankacang panjang di Provinsi Gorontalo pada tahun yang sama yaitu tahun 2010-2011

(2)

dengan luas panen 182 ha mengalami penurunan sebanyak 26,01% yaitu pada tahun 2010 produksinya mencapai 7,91 ton, sedangkan pada tahun 2011 produksinya 5,85 ton (BPS, 2011).Berdasarkan data tersebut, produksi kacang panjang di Gorontalo masih sangat rendah bila dibandingkan dengan produksi nasional.Oleh karena itu usaha untuk meningkatkan produktivitas kacang panjang perlu terus dilakukan.

Produksi kacang panjang dapat ditingkatkan melalui upaya budidaya tanaman yang tepat, termasuk aspek pemeliharaannya yaitu pemupukan. Dewasa ini pupuk yang banyak beredar dipasaran adalah pupuk anorganik atau pupuk kimia. Pemakaian pupuk kimia dalam jangka waktu yang lama dapat merusak ekosistem tanah. Penggunaan pupuk kimia juga dapat menambah keasaman tanah yang menyebabkan banyak mikroorganisme tanah yang mati. Berkurangnya mikroorganisme dalam tanah menyebabkan berkurangnya pasokan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman, sehingga tanaman tidak subur dan produksinya berkurang.

Hasil analisis tanah di lahan penelitian menunjukkan bahwa kandungan unsur hara dalam tanah rendah, sehingga perlu penambahan unsur hara melalui pemberian pupuk Petrobio dengan berbagai dosis pemupukan.Penggunaan dosis berdasarkan petunjuk pada kemasan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitan tentangpertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang (Vigna sinensisL.)melalui pemberian pupuk petrobio GR. Pemanfaatan pupuk petrobio GR dalam upaya budidaya kacang panjang diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi tanaman kacang panjang dalam usaha meningkatkan pendapatan petani.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk petrobio GR terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang kacang panjang dan untuk mengetahui perlakuan manakah yang akan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang.

METODE PENELITIAN Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Toto Utara, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian dilaksanakanpada bulan Juni sampai dengan Juli 2013.

Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari: ember, cangkul, sekop, tajak, meteran, tali rapia, wadah plastik, timbangan analitik, dan kamera.Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri dari: benih kacang panjang varietas Kanton, pupuk hayati Petrobio GR, pupuk kandang ayam (pupuk dasar).

(3)

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut:

1. P0 = Tanpa pupuk (kontrol) 2. P1 = 20 kg/ha

3. P2 = 40 kg/ha 4. P3 = 60 kg/ha 5. P4 = 80 kg/ha Prosedur Penelitian

Penelitiandimulai dengan melakukan peninjauan langsung kelokasi penelitian, guna melihatsesuai atau tidak untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian. Selanjutnya mempersiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan untuk penelitian. Tanah yang digunakan sebagai media tanam dianalisis untuk mengetahui kadar hara yang tersedia atau yang kurang didalam tanah.

Pengolahan tanah dilakukan setelah rumput-rumput yang ada diareal pertanian telah dibersihkan. Tanah dibajak hingga menjadi gembur. Setelah pengolahan tanah, dilakukan pembuatan plot penelitian dengan ukuran 2 m x 3 m.

Penanaman kacang panjang dilakukan dengan menggunakan tugal sedalam ± 5 cm. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 60 cm.Benih yang dimasukkan dalam lubang tanam sebanyak 2 biji benih.

Ajir dibuat dari bambu yang panjangnya 2 m. Ajir dipasang saat tinggi tanaman mencapai 25 cm.Pemangkasan diperlukan bila tanaman terlalu subur daunnya. Daun dikurangi agar pertumbuhan generatifiya baik.

Pupuk dasar (pupuk kandang ayam) di campur secara merata pada masing-masing petak penelitian 5 hari sebelum penanaman.Pemberian pupuk petrobio pertama diaplikasikan 1 minggu setelah tanam, dan pemberian selanjutnya diaplikasikan 3 minggu setelah tanam.

Pemeliharaan yang dilakukan untuk kesuburan dan kesehatan meliputi, penyiraman yang dilakukan pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual untuk membersihkan gulma yang berada di areal penelitian. Setelah itu lakukan pembumbunan agar tanaman tegak dengan kokoh dan tumbuh dengan baik.

Panen pertama tanaman kacang panjang dilakukan pada umur 46 hari setelah tanam, sedangkan panen kedua dilakukan 3 hari setelah panen pertama.Ciri-ciri polong yang siap dipanen yaitu ukuran polong telah maksimal, polongya belum berserat serta mudah dipatahkan, permukaan kulitnya agak kasar, dan biji-bijinya dalam polong tidak menonjol.

Parameter Pengamatan

Komponen variabel pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengamatan dilakukan dengan cara mengukurtinggi tanaman dari permukaan tanah sampai tinggi maksimum pada percabangan terakhir pada setiap sampel.

(4)

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah daun yang telah berkembang (membuka) sempurna (tidak termasuk kuncup daun) pada setiap sampel.

Pengamatan dilakukan waktu tanaman mulai berbunga dan dihitung jumlah bungayang terbentuk tiap minggu. Setelah itu kita dapat menghitung persentase bunga yang menjadi buah.

Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah polong pada setiap sampel. Pengamatan dilakukan saat panen.

Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang polong pertanaman sampel dengan menggunakan meteran yang dimulai dari pangkal sampai ujung polong. Pengukuran dilakukan setelah panen.

Pengamatan dilakukan dengan menimbang berat polong pertanaman pada sampel.

Berat polong perpetak dihitung berdasarkan berat polong pertanaman. Berat polong perhektar dihitung berdasarkan berat polong perpetak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman

Hasil analisis ragam pertumbuhan tinggi tanaman kacang panjang pada umur 1 MST dan 2 MST dapat dilihat pada lampiran 1a dan 1b. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian pupuk Petrobio berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 1 MST dan 2 MST.Selanjutnya dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (UjiBNT) untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yang diberikan.Rataan hasil pengamatan pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 1 MST dan 2 MST serta hasil UjiBNT disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Hasil UjiBNT Perlakuan

(kg/ha)

Rataan Tinggi Tanaman (cm)

1 MST 2 MST

(Minggu Setelah Tanam) (Minggu Setelah Tanam) 0 10,83 b 17,30 b 20 11,73 ab 18,00 b 40 12,00 ab 17,47 b 60 14,13 a 21,00 a 80 11,33 ab 18,77 b KK 12,86 5,94 BNT 5 % 2,91 2,07

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa pada umur 1 MST pertumbuhan tinggi tanaman yang tertinggi adalah perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 14,13 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk dengan rataan 10,83 cm, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (11,73 cm), 40 kg/ha (12,00 cm), dan 80 kg/ha (11,33 cm). Pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada umur 2 MST adalah perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/ha yang memiliki rataan 21,00 cm dan berbeda nyata dengan

(5)

perlakuan tanpa pupuk (17,30 cm), 20 kg/ha (18,00 cm), 40 kg/ha (17,47 cm), dan 80 kg/ha (18,77 cm). Hal ini menunjukan bahwa pemberian pupuk hayati pada dosis yang berbeda menunjukan respon tinggi tanaman yang berbeda pula.

Rataan pertumbuhan tinggi tanaman melalui pemberian pupuk petrobio selama pengamatan menunjukkan bahwa pada umur 1 MST dan 2 MST pada perlakuan 60 kg/ha mempunyai rataan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis lainnya. Hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan 60 kg/ha merupakan dosis pupuk yang paling sesuai untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Uno (2001) dalam Puspitasari (2010), bila suatu tanaman ditempatkan pada kondisi yang mendukung dengan unsur hara dan unsur mineral yang sesuai, maka tanaman tersebut akan mengalami pertumbuhan keatas dan menjadi lebih tinggi.Selain itu dalam pupuk Petrobio yang digunakan terkandung hormon tumbuh (fitohormon) yang berfungsi antara lain dapat membantu perkecambahan, merangsang pembelahan sel, pemanjangan tumbuhan(Simarmata, 2004).

Pemberian pupuk Petrobio dengan dosis 20 kg/ha, 40 kg/ha dan 80 kg/ha memberikan hasil yang kurang bagus dibandingkan dengan pemberian pupuk Petrobio pada dosis 60 kg/ha.Hal ini dimungkinkan karena pada dosis pupuk Petrobio 20 kg/ha dan 40 kg/ha, jumlah mikroba yang ada kurang mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Sedangkan pada dosis 80 kg/ha, dimungkinkan karena tingginya persaingan antara mikroba dalam memperoleh makanan yang menyebabkan kebutuhan nutrisi mikroba kurang terpenuhi sehingga mikroba bekerja kurang optimal yang menyebabkan pengaruhnya terhadap tinggi tanaman juga kurang optimal (Simanungkalit dkk., 2006). Nutrisi merupakan faktor penting yang harus terpenuhi oleh mikroba, karena nutrisi ini dapat digunakan untuk pertumbuhan dan metabolisme mikroba dalam mempertahankan kehidupannya (Schlegel, 1994).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramanta (2009), Pengaruh Efektivitas Pupuk Hayati Petrobiopada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L.) Var. BISI-16, yang menyimpulkan bahwa pemupukan anorganik dan pupuk hayatiberpengaruh nyata pada komponen pertumbuhan yang meliputi: tinggi tanaman, luasdaun, bobot kering total tanaman, laju pertumbuhan tanaman, dan indeks luas daun.Pengunaan pupuk hayati dapat mengefektifkan penggunaan pupuk anorganik pada budidaya tanaman jagung.Perlakuan dosis 100% pupuk anorganik dengan penambahan pupuk hayati 60 kg/ha pada tanaman jagung memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Menurut hasil analisis tanah pada lampiran 10, unsur N pada lahan penelitian yang tersedia dalam tanah rendah.Sedangkan unsur N tersebut sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Tetapi dalam pupuk petrobio terdapat mikroba Pantoea sp. dan Azospirillum sp. yang mampu memfiksasi unsur N secara non simbiotik, serta bakteri Rhizobium sp. yang terdapat pada bintil akar tanaman kacang panjang yang juga dapat memfiksasi N bebas diudara secara simbiotik. Dengan demikian unsur N menjadi tersedia bagi tanaman.

Menurut Suwahyono (2011), mikroba yang ada di dalam pupuk hayati yang diaplikasikan pada tanaman mampu mengikat unsur N dari udara, melarutkan unsur P yang terikat di dalam tanah, memecah senyawa organik

(6)

kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana, dan memacu pertumbuhan tanaman. Begitu juga dengan pernyataan (Hindersah dan Tualar, 2004) bahwa peningkatan tinggi pada tanaman yang mendapatkan inokulasi melalui daun dan akar merupakan pengaruh nyata dari semakin meningkatnya ketersediaan nitrogen yang dilakukan mikroba.

Tanaman yang lebih tinggi dapat memberikan hasil pertanaman yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang lebih pendek. Hal ini dikarenakan tanaman yang lebih tinggi dapat mempersiapkan organ vegetatifnya lebih baik sehingga organ fotosintat yang dihasilkan akan lebih banyak (Masfufah, dkk., 2008).

Jumlah Daun (Helai)

Hasil analisis ragam pertumbuhan jumlah daun tanaman kacang panjang pada umur 1 MST dan 2 MST dapat dilihat pada lampiran 2a dan 2b. Perlakuan pupuk Petrobio tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman pada umur 1 MST tetapi berpengaruh nyata pada umur 2 MST.Selanjutnya dilakukan UjiBNT untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yang diberikan.Rataan pertumbuhan jumlah daun tanaman serta hasil UjiBNT disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman dan Hasil UjiBNT Perlakuan

(kg/ha)

Rataan Jumlah Daun (helai) 1 MST 2 MST 0 2 8,67 b 20 2 8,27 b 40 2 8,67 b 60 2 10,6 a 80 2 8,47 b KK 0 8,54 BNT 5 % tn 1,44

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa pada umur 1 MST perlakuan pupuk Petrobiotidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun.Hal ini karena pada umur 1 MST tanaman masih muda, belum memiliki perakaran yang sempurna, sehingga akar belum bisa menyerap unsur hara dengan optimal. Hal tersebut sesuai pendapat Berger (1962) dalam Yulistrarini (1991) bahwa tanaman muda menyerap unsur hara dalam jumlah yang sedikit, sejalan dengan pertumbuhan tanaman, kecepatan penyerapan unsur hara pertanaman akan meningkat.

Perlakuan pupuk Petrobio pada umur 2 MST berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah daun, yaitu hasil terbanyak terdapat pada perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 10,60helai dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (8,67 helai), 20 kg/ha (8,27 helai), 40 kg/ha (8,67 helai), dan 80 kg/ha (8,47 helai).Hal ini menunjukan bahwa mikroba yang terkandung dalam pupuk Petrobio tersebut mampu menyediakan unsur hara yang

(7)

dibutuhkan oleh tanah dan dapat diserap oleh tanaman kacang panjang, yang dalam hal ini daun tanaman dapat tumbuh baik pada umur tanaman 2 MST.

Pertumbuhan jumlah daun terbanyak pada umur 2 MST adalah perlakuan dengan dosis pupuk 60 kg/ha yang mempunyai rataan jumlah daun tertinggi dibanding dengan yang lainnya, hal ini mungkin disebabkan dosis pupuk 60 kg/ha merupakan dosis yang sesuai dalam mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan untuk proses pembentukan daun, sehingga dosis tersebut lebih optimal pembentukan jumlah daunnya dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

Daun merupakan organ utama yang berfungsi dalam fotosintesis karena pada daun terdapat pigmen yang berperan dalam menyerap cahaya matahari. Perlakuan frekuensi pemberian pupuk yang berbeda menyebabkan hasil produksi jumlah daun yang berbeda pula dan frekuensi yang tepat akan mempercepat laju pembentukan daun (Supardi, 2011).

Jumlah Bunga dan Presentase Bunga yang menjadi Buah a. Jumlah Bunga

Hasil analisis ragampertumbuhan jumlahbunga tanaman kacang panjang pada umur 5 MST dan 6 MST dapat dilihat pada lampiran 3a dan 3b. Perlakuan pupuk Petrobio berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah bunga pada umur 5 MST, tetapi saat umur 6 MST menunjukan hasil yang tidak berpengaruh nyata.Selanjutnya dilakukan UjiBNT untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yang diberikan pada tanaman.Rataan jumlah bunga dan hasil UjiBNT disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Jumlah Bunga dan Hasil UjiBNT Perlakuan

(kg/ha)

Rataan Jumlah Bunga (kelopak) 5 MST 6 MST 0 6,13 b 6,80 20 7,13 b 7,73 40 7,27 b 8,27 60 10,00 a 9,33 80 8,27 ab 7,40 KK 15,08 19,83 BNT 5 % 2,20 tn

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa pada umur 5 MST jumlah bunga tanaman kacang panjang terbanyak terdapat pada perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 10,00kelopak,dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (6,13 kelopak), 20 kg/ha (7,13 kelopak), dan 40 kg/ha

(7,27 kelopak), serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 80 kg/ha (8,27 kelopak).Hal ini dimungkinkan karena pada perlakuan 60 kg/ha mikroba

Penicillium sp. yang terkandung dalam pupuk Petrobio bekerja dengan baik dalam membantu pelarutan unsur P yang tersedia dalam tanah, sehingga dapat mendorong terbentuknya bunga dan buah yang lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya.P merupakan komponen penyusun membran sel tanaman, penyusun enzim-enzim, penyusun co-enzim, neukleotida (bahan penyusun asam

(8)

nukleat), P juga ambil bagian dalam sintesis protein, sintesis karbohidrat, memacu pembentukan bunga dan biji serta menentukan kemampuan berkecambah biji yang dijadikan benih (Wijaya, 2008).

Perlakuan pupuk Petrobio pada umur 6 MST tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jumlah bunga tanaman menurut hasil analisis ragam.Diduga hal ini disebabkan oleh hasil asimilasi yang terbentuk dari proses fotosintesis telah banyak digunakan dalam pembentukan bunga dan buah pada saat umur tanaman 5 MST.

b. Persentase Bunga yang menjadi Buah

Hasil analisis ragampersentasebunga yang menjadi buah tanaman kacang panjang pada umur 5 MST dan 6 MST dapat dilihat pada lampiran 4a dan 4b.Pemberian pupuk Petrobio menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap persentasebunga yang menjadi buah pada umur 5 MST, tetapi saat umur 6 MST menunjukan hasil yang berpengaruh nyata. Selanjutnya dilakukan UjiBNT untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yangdiberikan padatanaman.Rataan persentasebunga yang menjadi buahdan hasil UjiBNT disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Persentase Bunga yang menjadi Buah dan Hasil UjiBNT Perlakuan

(kg/ha)

Rataan Persentase Bunga yang menjadi Buah (%) 5 MST 6 MST 0 78,63 76,49 b 20 63,38 77,92 b 40 69,77 79,81 ab 60 71,14 88,62 a 80 63,85 84,84 ab KK 12,03 6,12 BNT 5 % tn 9,4

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa pemberian pupuk Petrobiopada umur 5 MST tidak berpengaruh nyata terhadap persentase bunga yang menjadi buah menurut hasil analisis ragam.Diduga karena adanya pengaruh serangan hama saat tanaman sudah mulai membentuk tangkai bunga, ditemukan adanya kutu daun yang merusak dengan cara menghisap daun muda, kuncup dan pangkal calon buah muda. Serangan hama ini menyebabkan calon bunga, bunga dan buah muda rontok. Sehingga berpengaruh terhadap persentase jumlah bunga yang akan menjadi buah.

Perlakuan pupuk Petrobio memberikan pengaruh nyata terhadap persentase bunga yang menjadi buahpada umur 6 MST dengan hasil terbanyak terdapat pada perlakuan dengan dosis 60 kg/ha yang memiliki rataan 88,62%, dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (76,49%) dan 20 kg/ha (77,92%), serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 40 kg/ha (79,81%) dan 80 kg/ha (84,84%). Dimungkinkan pada umur 6 MST serangan hama mulai berkurang, sehingga pembentukan bunga menjadi buah berjalan dengan baik.

(9)

Jumlah Polong Pertanaman

Hasil analisis ragamjumlah polong pertanaman pada tanaman kacang panjang pada umur 6 MST (panen 1) dan 7 MST (panen 2) dapat dilihat pada lampiran 5a dan 5b.Perlakuan pupuk Petrobio memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah polong pertanaman pada umur 6 MST dan 7 MST. Selanjutnya dilakukan UjiBNT untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yangdiberikan padatanaman.Rataan jumlah polong pertanaman dan hasil UjiBNT disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Polongdan Hasil UjiBNT Perlakuan

(kg/ha)

Rataan Jumlah Polong Pertanaman (buah) 6 MST 7 MST 0 4,73 b 5,20 b 20 4,47 b 6,07 ab 40 5,20 ab 6,60 ab 60 7,07 a 8,27 a 80 5,20 ab 6,27 ab KK 22,67 22,83 BNT 5 % 2,28 2,79

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa pada umur 6 MST jumlah polong pertanaman terbanyak terdapat pada perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 7,07buah, dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (4,73 buah) dan 20 kg/ha (4,47 buah), serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 40 kg/ha (5,20 buah) dan 80 kg/ha (5,20 buah).

Jumlah polong pertanaman pada umur 7 MST terbanyak adalah perlakuan

dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/ha yang memiliki rataan 8,26 buah dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk dengan rataan 5,20 buah, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (6,07 buah), 40 kg/ha (6,60 buah), dan 80 kg/ha (6,27 buah). Hal tersebut dimungkinkan karena adanya faktor tinggi tanaman dan lingkungan yang juga turut berperan dalam optimalisasi pembentukan buah tanaman kacang panjang. Menurut Zulfitri (2005), tanaman yang lebih tinggi dapat memberikan hasil pertanaman yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman yang lebih pendek. Hal ini dikarenakan tanaman yang lebih tinggi dapat mempersiapkan organ vegetatifnya lebih baik sehingga organ fotosintat yang dihasilkan lebih banyak.Produksi tanaman biasanya dipengaruhi oleh pertumbuhan vegetatifnya. Jika pertumbuhan vegetatifnya baik dalam hal ini jumlah daun, maka ada kemungkinan produksinya akan baik pula. Panjang Polong

Hasil analisis ragampanjang polong tanaman kacang panjang pada umur 6 MST (panen 1) dan 7 MST (panen 2) dapat dilihat pada lampiran 6a dan 6b.Pemberian pupuk Petrobio memberikan pengaruh nyata terhadap panjang polong pada umur 6 MST dan 7 MST.Selanjutnya dilakukan UjiBNT untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yang diberikan pada tanaman.Rataan panjang polong dan hasil UjiBNT disajikan pada Tabel 8.

(10)

Tabel 8. Rata-rata Panjang Polongdan Hasil UjiBNT Perlakuan

(kg/ha)

Rataan Panjang Polong (cm) 6 MST 7 MST 0 65,15 ab 60,49 ab 20 67,42 ab 59,68 b 40 70,78 a 59,87 b 60 67,47 ab 65,59 a 80 62,76 b 59,00 b KK 5,73 4,96 BNT 7,20 5,69

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa pada umur 6 MST panjang polong tanaman terpanjang terdapat pada perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 40 kg/hayang memiliki rataan 70,78 cm, dan berbeda nyata denganperlakuan 80 kg/ha dengan rataan 62,76 cm, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (65,15 cm), 20 kg/ha (67,42 cm), dan 60 kg/ha (67,47 cm).Sedangkan pada umur 7 MST panjang polong tanaman kacang panjang terpanjang adalah perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 65,59 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (59,68 cm), 40 kg/ha (59,87 cm), dan 80 kg/ha (59,00 cm), serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (60,49 cm).

Berat Polong Pertanaman

Hasil analisis ragamberat polong pertanaman kacang panjang pada umur 6 MST (panen 1) dan 7 MST (panen 2) dapat dilihat pada lampiran 7a dan 7b.Pemberian pupuk Petrobio berpengaruh nyata terhadap berat polong pertanaman pada umur 6 MST dan 7 MST.Selanjutnya dilakukan UjiBNTuntuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yang diberikan pada tanaman.Rataan berat polong pertanaman dan hasil UjiBNTdisajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rata-rata Berat Polong Pertanamandan Hasil UjiBNT

Perlakuan (kg/ha)

Rataan Berat Polong Pertanaman (kg) 6 MST 7 MST 0 0,62 b 0,52 b 20 0,69 ab 0,62 ab 40 0,81 ab 0,67 ab 60 0,82 a 0,92 a 80 0,68 ab 0,58 ab KK 14,15 31,66 BNT 5 % 0,19 0,39

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

(11)

Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa pada umur 6 MST berat polong pertanaman terberat terdapat pada perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60kg/hayang memiliki rataan 0,82 kg, dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk dengan rataan 0,62 kg, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (0,69 kg), 40 kg/ha (0,81 kg), dan 80 kg/ha (0,68 kg). Sedangkan pada umur 7 MST berat polong pertanaman yang terberat adalah perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 0,92 kg dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk dengan rataan 0,51 kg, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (0,52 kg), 40 kg/ha (0,62 kg), dan 80 kg/ha (0,58 kg). Berat Polong Perpetak

Hasil analisis ragamberat polongperpetak tanaman kacang panjang pada umur 6 MST (panen 1) dan 7 MST (panen 2) dapat dilihat pada lampiran 8a dan 8b.Pemberian pupuk Petrobio berpengaruh nyata terhadap berat polong perpetak pada umur 6 MST dan 7 MST.Selanjutnya dilakukan UjiBNT untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yang diberikan pada tanaman.Rataan berat polong perpetakdan hasil UjiBNTdisajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Berat Polong Perpetakdan Hasil UjiBNT

Perlakuan (kg/ha)

Rataan Berat Polong Perpetak (kg) 6 MST 7 MST 0 3,12 b 2,62 b 20 3,43 ab 3,08 ab 40 4,03 ab 3,33 ab 60 4,12 a 4,64 a 80 3,38 ab 2,94 ab KK 14,15 30,72 BNT 5 % 0,96 1,92

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa pada umur 6 MST berat polong perpetak yang terberat terdapat pada perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 4,12 kg, dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk dengan rataan 3,12 kg, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (3,43 kg), 40 kg/ha (4,03 kg), dan 80 kg/ha (3,38 kg).Pada umur 7 MST berat polong perpetak yang terberat adalah perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/hayang memiliki rataan 4,64 kg dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk dengan rataan 2,62 kg, serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (3,08 kg), 40 kg/ha (3,33 kg), dan 80 kg/ha (2,94 kg).

Berat Polong Perhektar

Hasil analisis ragam berat polong perhektar tanaman kacang panjang pada umur 6 MST (panen 1) dan 7 MST (panen 2) dapat dilihat pada lampiran 9a dan 9b.Perlakuan pupuk Petrobio berpengaruh nyata terhadap berat polongperhektar pada umur 6 MST dan 7 MST. Selanjutnya dilakukan UjiBNT untuk melihat perbedaan dari setiap perlakuan dosis pupuk Petrobio yangdiberikan

(12)

padatanaman. Rataan berat polong perhektar dan hasil UjiBNT disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Berat Polong Perhektardan Hasil UjiBNT Perlakuan

(kg/ha)

Rataan Berat Polong Perhektar (ton) 6 MST 7 MST 0 5,19 b 4,30 b 20 5,72 ab 5,14 ab 40 6,72 ab 5,56 ab 60 6,86 a 7,67 a 80 5,64 ab 4,77 ab KK 14,17 31,56 BNT 5 % 1,61 3,26

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan UjiBNTpada taraf α = 5 %

Tabel 11 diatas menunjukkan bahwa pada umur 6 MST berat polong perhektar tanaman terberat terdapat pada perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60kg/hayang memiliki rataan 6,86 ton, dan berbeda nyata dengan perlakuam tanpa pupuk (5,19 ton), serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (5,72 ton), 40 kg/ha (6,72), dan 80 kg/ha (5,64 ton).Pada umur 7 MST berat polong perhektar tanaman terberat adalah perlakuan dengan dosis pupuk Petrobio 60 kg/ha yang memiliki rataan 7,67 ton dan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk (4,30 ton), serta tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20 kg/ha (5,14 ton), 40 kg/ha (5,56 ton), dan 80 kg/ha (4,77 ton).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan yaitu :

1. Perlakuan pupuk Petrobio berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman,jumlah daun, jumlah bunga, persentase bunga yang menjadi buah, jumlah polong pertanaman, panjang polong,berat polong pertanaman, berat polong perpetak, dan berat polong perhektar.

2. Perlakuan pupuk Petrobio terbaik yang berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan hasil tanaman kacang panjang yaitu terdapat pada perlakuan 60 kg/ha.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Disarankan kepada petani untuk menggunakan pupuk Petrobio dalam usahatani kacang panjang dengan dosis 60 kg/ha. Karena tanaman kacang panjang dapat tumbuh dengan baik pada dosis tersebut, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi tanaman kacang panjang.Dosis pupuk disesuaikan dengan kondisi agroklimatologi pada lahan pertanian, serta perlu dilakukan pengujian kembali untuk penggunaan pupuk pada periode waktu tertentu.

(13)

2. Untuk mendapatkan hasil tanaman kacang panjang terbaik disarankan untuk menggunakan pupuk petrobio dengan dosis 60 kg/ha.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Gorontalo, 2011. Publikasi Statistik Hortikultura Provinsi Gorontalo. Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. [16 Maret 2013].

Balai Penelitian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prop.Jatim. 2004. Laporan Tahunan 2003. BPTPH Prop. Jatim, Surabaya.

http://jatim.litbang.deptan.go.id/2011, [20 April 2013]

Departemen Pertanian, 2012. Produksi Sayuran di Indonesia, 2008-2012.

http://deptan.go.id/2012, [20 April 2013]

Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, 2003.Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hindersah, R., dan S. Tualar, 2004.Potensi Rhizobakteri Azotobacter dalam Meningkatkan Kesehatan Tanah.Jurnal Natur Indonesia, 1 (2) : 127-133. Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III), Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Jakarta.

Isroi, 2008.Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia.http://isroi.wordpress.com/2008/02/26, [2 Maret 2013]

Masfufah, A., A. Supriyanto, T. Surtiningsih, 2008. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) Pada Berbagai Dosis Pupuk dan Media Tanam Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum) Pada Polybag.Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Airlangga. Surabaya.

Perwita Sari, 2010. Efektivitas Beberapa Formula Pupuk Hayati Rhizobium Toleran Masam pada Tanaman Kedelai ditanah Masam Ultisol.SKRIPSI : Dipublikasikan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang 2010.

Pitojo, S., 2006. Benih Kacang Panjang. Kanisius, Yogyakarta.

http://muhammad-alqamari.blogspot.com/2012/01, [19 Mei 2013]

Puspitasari, D., 2010, Bakteri Pelarut Fosfat sebagai Biofertilizer pada Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.

Ramanta A. E., 2009. Pengaruh Efektivitas Pupuk Hayati Petrobio Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Hibrida (Zea mays L) Var. BISI-16.Jurnal Ringkasan.

Rasyid P. 2012.Manfaat Kacang Panjang Bagi Tubuh.

(14)

Sarana Agri, 2012. Pupuk Hayati Petrobio. PT. Petrokimia Kayaku.Gresik.http://saranaagri.wordpress.com/2012/12/12/, [2 Maret 2013]

Saraswati dan Ratih, 2011. Teknologi Pupuk Mikroba.

http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/tanahsawah/tanahsa wah6.pdf. Bandung. [23 Mei 2013]

Schlegel, H. G., 1994, Mikrobiologi Umum, Edisi Ke-6, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Simanungkalit, R. D. M., Didi, A. S., Rasti, S., Diah, S,. Wiwik, H., 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Simarmata R. dan T. Simarmata, 2004.Artikel Ulas Balik Potensi Rizobakteri Azotobacter dalam meningkatkan Kesehatan Tanah.Jurnal Natur Indonesia, 5(2) : 127-133.

Suherni, N., 2007. Petunjuk Praktis Menanam Kacang Panjang dan Buncis. Nuansa, Bandung. http://muhammad-alqamari.blogspot.com/2012/01, [19 Maret 2013]

Sunarjono, H. H., 2003. Seri Agribisnis: Bertanam 30 Jenis Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Supardi, A. 2011.Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea) sebagai Pengembangan Materi Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. Surakarta. Skripsi.Dipublikasikan. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Suwahyono,U., 2011, Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik secara Efektif dan Efisien. Penebar Swadaya, Jakarta.

Vessey, J. K., 2003. PGPR as biofertilizer, Plant and soil, 255 : 571-586.

Wijaya, K. A., 2008. Nutrisi Tanaman sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami Tanaman.Prestasi Pustaka, Jakarta.

Yulistrarini,1991. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemupukan Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung(Zea Mays L) Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.

Zulfitri, 2005.Analisis Varietas dan Polybag terhadap Pertumbuhan serta Hasil Cabai (Capsicum annum L.) Sistem Hidroponik, BULETIN Penelitian (08), Universitas Mercu Buana, Jakarta.

(15)

Gambar

Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman dan Hasil Uji BNT
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman dan Hasil Uji BNT
Tabel 5. Rata-rata Jumlah Bunga dan Hasil Uji BNT Perlakuan
Tabel 6. Rata-rata Persentase Bunga yang menjadi Buah dan Hasil Uji BNT
+4

Referensi

Dokumen terkait

Nilai reduksi yang paling besar terjadi pada pilar segiempat ujung bulat, dengan proteksi susunan tirai tipe zig-zag 2 yaitu sebesar 31,5561 %, Sedangkan nilai reduksi yang

Dari database tersebut bisa dijadikan sumber data dalam pembuatan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) maupun output yang dapat dijadikan informasi

yang dipengaruhi oleh kemudahan dari teknologi memberikan dampak yang positif pada adopsi suatu teknologi, dimana adopsi teknologi merupakan wujud nyata seseorang

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... Pembatasan dan Keterbatasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Kegunaan Penelitian ... Spesifikasi Produk

mendapatkan derajat kesehatan yang optimal.Persyaratan kesehatan perumahan dan permukiman adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka melindungi penghuni dan

Berdasarkan ketiga aspek kelayakan LKP di atas dapat disimpulkan bahwa LKP berorientasi problem solving untuk melatihkan keterampilan proses sains pada materi

Kriterianya ditentukan berdasarkan uji Signifikansi (Sig.), dengan ketentuan nilai Sig < 0,05 maka model regresi adalah signifikansi dan berlaku

- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.. - Tempat pewadahan limbah padat medis