• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor y Mpengruhi Status Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor y Mpengruhi Status Kesehatan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.

1. LLatatar Bar Beelalakkanangg

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting da

dalam lam memewuwujudjudkakan n susumbmber er dadaya ya mamanunusia sia yyanang g beberkrkuaualilitatas. s. MeMelallaluiui  pembangunan

 pembangunan di di bidang bidang kesehatan kesehatan diharapkan diharapkan akan akan semakin semakin meningkatkanmeningkatkan tingk

tingkat at kesehkesehatan atan masymasyarakat arakat dan pelayanan kesehatan dapat dan pelayanan kesehatan dapat dirasadirasakan kan oleholeh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Pada semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Pada tahun 1995 dan 2001 pada penelitian Susenas faktor-faktor yang dipengaruhi tahun 1995 dan 2001 pada penelitian Susenas faktor-faktor yang dipengaruhi ol

oleh eh kekesesehahatatan n adadalalah ah kakararaktktererististik ik dedemomogrgrafiafi, , sosocicialal, , ekekononomomi i dadann  pendidikan.

 pendidikan. Upaya Upaya peningkatan peningkatan derajat derajat kesehatan kesehatan penduduk penduduk dapat dapat secarasecara la

langngsunsung g akakan an memeniningngkatkatkakan n kukualalititas as pependndududukuk. . DaDampmpak ak kekemimiskskininanan mem

memuncunculkulkan an berberbagbagai ai penpenyayakit kit padpada a kelkelomompok pok risirisiko ko tintinggi ggi yayaitu itu baybayi,i,  balita,

 balita, dan dan lanjut lanjut usia. usia. Kemiskinan Kemiskinan yang yang terjadi terjadi menyebabkan menyebabkan cakupan cakupan gizigizi rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan buruk, dan biaya untuk  rendah, pemeliharaan kesehatan kurang, lingkungan buruk, dan biaya untuk   berobat

 berobat tidak tidak ada. ada. Akibat Akibat terkena terkena penyakit penyakit menyebabkan menyebabkan produktivitasproduktivitas rendah, penghasilan rendah, dan pengeluaran bertambah.

rendah, penghasilan rendah, dan pengeluaran bertambah. Ber

Berhasihasilnylnya a pempembanbangungunan an keskesehaehatan tan ditditandandai ai dendengan gan linlingkugkungangann ya

yang ng konkondudusif, sif, perperilakilaku u masmasyaryarakat akat yayang ng proproaktaktif if untuntuk uk memmemelihelihara ara dandan men

meningingkatkatkan kan kesekesehathatan an sertserta a menmencegcegah ah terterjadjadinyinya a penpenyayakitkit, , pelpelayayanananan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah In

Indodonenesisia. a. AkAkan an tetetatapi pi papada da kekenynyataataanyanya, a, pepembmbanangugunanan n kekesehsehatatan an didi Ind

Indononesia esia masmasih ih jaujauh h dardari i yayang ng dihdiharaparapkankan. . PerPermasmasalahalahan-pan-permermasalasalahaahann kese

kesehathatan an masmasih ih banbanyayak k terterjadijadi. . BebBeberaperapa a diadiantantaranranya ya adaadalahlah: : penpenyakyakit- it- penyakit

 penyakit seperti seperti DBD, DBD, flu flu burung, burung, dan dan sebagainya sebagainya yang yang semakin semakin menyebar menyebar  lua

luas, s, kaskasus-us-kasukasus s gizgizi i burburuk uk yayang ng semsemakiakin n marmarak ak khukhususnsusnya ya di di wilwilayaayahh Ind

Indononesia esia TimTimur, ur, pripriorioritas tas kesekesehathatan an renrendahdah, , sertserta a tintingkagkat t penpencemcemaranaran lingkungan yang semakin tinggi.

lingkungan yang semakin tinggi.

Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa kelompok umur  Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa kelompok umur 

(2)

 balita

 balita dan dan lansia lansia mengalami mengalami keluhan keluhan sakit sakit akut akut yang yang paling paling tinggi. tinggi. padapada umumnya perempuan mengalami keluhan sakit akut dan akit kronis yang umumnya perempuan mengalami keluhan sakit akut dan akit kronis yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. keluhan sakit kronis dan sakit akut lebih lebih tinggi dibandingkan laki-laki. keluhan sakit kronis dan sakit akut lebih  banyak dialami

 banyak dialami oleh orang oleh orang yang bersyang berstatus tatus kawin dibandingkan kawin dibandingkan dengan orangdengan orang yang berstatus tidak kawin. pendidikan tidak langsung mempengaruhi status yang berstatus tidak kawin. pendidikan tidak langsung mempengaruhi status kese

kesehathatan, an, tettetapi api melmelalui alui jenjenis is pekpekerjaerjaan an dan dan penpendapdapatan atan yayang ng dipdiperoerolehleh seh

sehububunungagan n dedengngan an pepekekerjarjaan an ororanang g yyang ang bebekekerja rja memempmpununyayai i stastatutuss kesehatan yang lebih buruk dibandingkan orang yang tidak bekerja. orang kesehatan yang lebih buruk dibandingkan orang yang tidak bekerja. orang yang kesulitan akses mengalami keluhan sakit akut dan sakit kronis yang yang kesulitan akses mengalami keluhan sakit akut dan sakit kronis yang leb

lebih ih tintinggi ggi dibdibandandingingkan kan dendengan gan oraorang ng yayang ng mumudah dah akseakses s ke ke fasifasilitlitasas kesehatan orang yang memiliki jaminan pembiayaan kesehatan mempunyai kesehatan orang yang memiliki jaminan pembiayaan kesehatan mempunyai kecenderungan untuk menderita keluhan sakit akut dan kronis yang lebih kecenderungan untuk menderita keluhan sakit akut dan kronis yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki jaminan pembiayaan tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki jaminan pembiayaan kesehatan. kebiasaan merokok menyebabkan mereka memiliki keluhan sakit kesehatan. kebiasaan merokok menyebabkan mereka memiliki keluhan sakit akut dan sakit kronis yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak  akut dan sakit kronis yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak  merokok. orang yang tinggal di kota memiliki persentase yang tinggi untuk  merokok. orang yang tinggal di kota memiliki persentase yang tinggi untuk  menderita keluhan sakit akut tetapi memiliki persentase keluhan sakitkronis menderita keluhan sakit akut tetapi memiliki persentase keluhan sakitkronis lebih rendah daripada orang yang tinggal di desa.

lebih rendah daripada orang yang tinggal di desa. Sebag

Sebagian ian masymasyarakat arakat berpeberpendapandapat t bahwa kebijakan bahwa kebijakan pemeripemerintah ntah lahlah yang salah, sehingga masalah-masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada yang salah, sehingga masalah-masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada ujungnya. Akan tetapi, kita tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja ujungnya. Akan tetapi, kita tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini. Karena bagaimanapun juga, sebenarnya individu yang menjadi dalam hal ini. Karena bagaimanapun juga, sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentuk

faktor penentu dalam menentukan an status kesehatastatus kesehatan. n. DengDengan an kata lain, selainkata lain, selain  pemerintah

 pemerintah masih masih banyak banyak lagi lagi faktor-faktor faktor-faktor atau atau determinan determinan yangyang mempengaruhi status kesehatan masyarakat.

mempengaruhi status kesehatan masyarakat. In

Indodonenesisia a haharurus s mememimilikliki i sysystestem m dedeteteksksi i didini ni pepenynyakakitit. . SiSiststemem kesehatan Indonesia harus menyesuaikan, terutama hal-hal berkenaan dengan kesehatan Indonesia harus menyesuaikan, terutama hal-hal berkenaan dengan system pembiayaan, termasuk didalamnya ansuransi kesehatan. Seperti kita system pembiayaan, termasuk didalamnya ansuransi kesehatan. Seperti kita ketahu

ketahui, i, masymasyarakat arakat IndoIndonesia belum nesia belum dilindilindungdungi i oleh system oleh system pembpembiayaaniayaan yang memadai kecuali, kalau mereka adalah pegawai negeri, anggota TNI, yang memadai kecuali, kalau mereka adalah pegawai negeri, anggota TNI, Ke

(3)

 pengangguran, setengah miskin tidak ada system pembiayaan bagi mereka. Dengan harga obat-obatan yang semakin tidak terjangkau, maka kelompok  yang berjumlah sekitar 75% dari penduduk Indonesia atau sekitar 200 juta akan berada dalam kelompok kritis dalam aspek keterjangkauan pelayanan kesehatan.

2. Perumusan Masalah

Dengan menimbang latar belakang penelitian yang telah kami kemukakan, maka kami mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

a. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat ?

 b. Apa kaitan teori Blum dengan status kesehatan masyarakat ?

c. Upaya-upaya apa untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat seseorang ?

3. Tujuan

Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini :

a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

 b. Mengetahui upaya-upaya apa yang dapat digunakan untuk  meningkatkan status kesehatan masyarakat.

c. Mengetahui hubungan konsep Blum dengan status kesehatan masyarakat.

(4)

BAB II PEMBAHASAN

I.Pengertian Kesehatan

Sehat adalah kondisi normal dimana seseorang bisa melakukan aktivitas hidupnya dengan lancar dan tanpa gangguan. Selama beberapa dekade, definisi sehat masih diperbincangkan dan belum ada kata sepakat dari  para ahli kesehatan maupun tokoh masyarakat dunia. Akhirnya World Health Organization (WHO) membuat definisi universal yang menyatakan bahwa “sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya tebebas dari penyakit atau kelemahan” (WHO, 1947).

Menurut WHO, kesehatan mencakup 3 aspek, yakni: kesehatan  jasmani, kesehatan rohani, dan kesehatan sosial. Konsep sehat ini tidak jauh dengan konsep sehat yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari  badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial serta di dalamnya kesehatan jiwa yang merupakan bagian integral kesehatan.

Sehat memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Banyak sekali hal yang mempengaruhi kesehatan kita, yang mungkin kita tidak sadari bahwa hal-hal yang berada di sekitar kita adalah faktor-faktor utama yang mempengaruhi kesehatan. Banyak sekali teori-teori yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, namun teori yang paling banyak digunakan adalah teori Blum.

II.Teori Blum

Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk  diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik 

(5)

melainkan juga spiritual dan sosial dalam bermasyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut merupakan faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.

Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat, yaitu lingkungan, perilaku,  pelayanan kesehatan dan keturunan.

LINGKUNGAN

KETURUNAN STATUS PERILAKU KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN

Lebarnya dari anak panah menunjukan besarnya peranan dan kepentingan dari berbagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pada gambar menunjukkan bahwa lingkungan mempunyai  pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik misalnya: sampah, air  udara, tanah iklim, perumahan dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial

(6)

merupakan hasil interaksi antara manusia dengan manusia lainnya, seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya

Diantara faktor tersebut faktor perilaku manusia merupakan faktor  determinan yang paling besar dan paling sukar ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor perilaku yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakat.

Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling keterkaitan berikut penjelasannya :

1. Perilaku masyarakat

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organism yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup: berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia

Secara umum, factor genetic dan lingkungan merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Factor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut .

Beberapa kegiatan yang mungkin kita lakukan seperti: berolahraga, tidur, merokok, minum, dll. Apabila kita mengembangkan kebiasaan yang  bagus dari sejak awal, hal tersebut berpengaruh positif terhadap kesehatan

tubuh. Sekali-kali atau dalam batas-batas tertentu untuk waktu yang lebih lama, kita bebas melakukan kebiasaan-kebiasaan harian. Namun,  bagaimanapun juga sikap yang tidak berlebihan merupakan suatu

keharusan agar benar-benar sehat. Tubuh kita memerlukan tidur, olahraga, dan rutinitas yang sehat dalam jumlah tertentu untuk mempertahankan

(7)

kesejahteraannya.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Terciptanya masyarakat Indonesia seperti ini di tandai oleh penduduknya yang hidup dengan  perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk 

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar  dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan  penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini

dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni:

1) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga, dan sebagainya.

2) Perilaku pencegahan penyakit (health  prevention behaviour), adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya: tidur memakai kelambu untuk  mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasi, dan sebagainya. Termasuk juga  perilaku untuk tidak menularkan penyakit

kepada orang lain,

3) Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk 

(8)

melakukan atau mencari pengobatan, misalnya berusaha mengobl\]]=]\ati sendiri penyakitnya, atau mencari  pengobatan ke fasilitas – fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktik, dan sebagainya), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dan sebagainya).

4) Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha – usaha  pemulihan kesehatan setelah sembuh dari

suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran dokter dalam rangka  pemulihan kesehatannya.

b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat – obatannya yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan  penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour)

Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya (zat gizi), pengolahan makanan, dan sebagainya, sehubungan kebutuhan

(9)

tubuh kita.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour)

Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health  behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup:

1. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk di dalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

2. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi – segi higiene pemeliharaan teknik, dan  penggunaannya.

3. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Termasuk di dalamnya sistem pembuangan sampah dan air  limbah, serta dampak pembuatan limbah yang tidak baik.

4. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayan, lantai, dan sebagainya.

5. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang – sarang nyamuk (vektor) dan sebagainya.

Menurut Ensiklopedi Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti  bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk 

menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Dengan demikian, maka tentu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Robert Kwick (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan  bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda – tanda untuk  menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah

(10)

sebagian dari perilaku manusia. Dalam proses pembentukan dan atau  perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan saraf pusat dengan unit-unit dasarnya yang disebut neuron. Neuron memindahkan energi-energi dalam impuls-impuls saraf. Impuls-impuls-impuls saraf indra pendengaran, penglihatan,  pembauan, pencicipan dan perabaan disalurkan dari tempat terjadinya rangsangan melalui impuls-impuls saraf ke susunan saraf pusat. Perubahan – perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi.

Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui  panca indra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun

mengamati terhadap objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakikatnya merupakan faktor  turunan (bawaan). Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek  tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktik-praktik dalam lingkungan kehidupan. Belajar  adalah suatu perubahan perilaku yang didasari oleh perilaku terdahulu (sebelumnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.

(11)

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor – faktor intern dan ekstern. Faktor  intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik  maupun non-fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses – proses psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan respons menurut cara tertentu terhadap suatu objek.

2. Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif pada terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencakup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah,  pembuangan air kotor (limbah), rumah hewan ternak (kandang). Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimumkan lingkungan hidup manusia yang merupakan media yang baik agar terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya.

Berbicara mengenai lingkungan sering kali kita meninjau dari kondisi fisik. Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan masyarakat kita. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak  dapat dikelola dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi  penyebab. Upaya menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab semua  pihak untuk itulah perlu kesadaran semua pihak.

(12)

Disamping lingkungan fisik juga ada lingkungan sosial yang  berperan. Sebagai mahluk sosial kita membutuhkan bantuan orang lain, sehingga interaksi individu satu dengan yang lainnya harus terjalin dengan  baik. Kondisi lingkungan sosial yang buruk dapat menimbulkan masalah

kejiwaan.

Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada disekitar manusia, yang berada disekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat. Lingkungan hidup ini dapat dibagi dalam empat golongan yaitu:

a. Lingkungan biologik.  b. Lingkungan fisik.

c. Lingkungan ekonomi. d. Lingkungan mental social.

Keempat macam lingkungan hidup ini masing-masing ada yang  berguna dan ada yang merugikan serta yang satu mempengaruhi yang lainnya

secara timbale balik.

1. Lingkungan biologik. Terdiri atas organisme-organisme hidup yang  berada di sekitar manusia.

Yang merugikan.

a. Bibit-bibit penyakit seperti : bakteri, virus,  jamur, rickettsia, protozoa, cacing.

 b. Binatang penyebar penyakit seperti: lalat, nyamuk, kutu-kutu

c. Organisme-organisme sebagai hama tanaman atau pembunuh ternak.

Yang berguna

a. Tumbuh-tumbuhan dan hewan sebagai sumber bahan makanan .

 b. Organisme yang berguna untuk industri misalnya untuk   pembuatan anti biotika atau sebagai bahan obat.

(13)

2. Lingkungan fisik 

Terdiri atas benda-benda yang tak hidup yang berada disekitar  manusia. Termasuk ke dalam golongan ini: udara, sinar matahari, tanah, air, perumahan, sampah.

Yang merugikan:

a. Udara yang berdebu, mengandung gas-gas yang merugikan yang  berasal dari kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik.

 b. Iklim yang buruk  c. Tanah yang tandus

d. Air rumah tangga yang buruk 

e. Perumahan yang tidak memenuhi syarat kesehatan f. Pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur  Yang berguna:

a. Udara yang bersih

 b. Tanah yang subur dengan iklim yang baik  c. Makanan, pakaian dan perumahan yang sehat

3. Lingkungan ekonomi

Lingkungan ekonomi merupakan lingkungan hidup yang abstrak. Yang merugikan: kemiskinan merupakan kemampuan hidup yang sangat membahayakan kesehatan manusia. Karena miskin, orang tidak  dapat memenuhi kebutuhan akan makanan yang sehat, yang akan melemahkan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit. Bahkan karena kekurangan makanan itu sendiri dapat menyebabkan orang menjadi sakit seperti: busung lapar pada orang dewasa, khwashiorkor pada anak-anak dan penyakit-penyakit karena kekurangan vitamin misalnya xerophtalmi, scorbut, dan beri-beri.

Yang menguntungkan: kemakmuran yang merata pada setiap warga masyarakat

4. Lingkungan mental social Juga merupakan lingkungan hidup yang abstrak.

(14)

Yang merugikan: Sifat-sifat social, anti social, kebiadaban, sifat mementingkan diri sendiri.

Yang menguntungkan: Sifat gotong royong, patuh dan menghormati hokum-hukum yang berlaku dalam masyarakat, berperikemanusiaan  berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.

3. Pelayanan kesehatan

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan  pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan  pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.

Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar peranannya, sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan primer. Peranan Sarjana Keperawatan sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program- program kesehatan. Utamanya program-program pencegahan penyakit

yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidak banyak yang jatuh sakit. Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang  berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. Penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat  paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan

kesehatannya.

 Namun demikian karena keterbatasan sumber daya pemerintah, maka potensi masyarakat perlu digali atau diikutsertakan dalam upaya

(15)

 pelayanan kesehatan masyarakat tersebut. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam menggali dan membina potensi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat ini. Menggalang potensi masyarakat disini mencakup 3 dimensi, yakni :

a. Potensi Masyarakat Dalam Arti Komunitas

Potensi masyarakat dalam arti komunitas (misalnya masyarakat RT, RW, kelurahan, dsb), misalnya dengan adanya dana sehat, iuran untuk   pengadaan PMT (Pembinaan Makanan Tambahan) untuk anak balita,

kader kesehatan, dsb adalah bentuk – bentuk partisipasi dan penggalian  potensi masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat.

 b. Menggalang Potensi Masyarakat Melalui Organisasi

Menggalang potensi masyarakat melalui organisasi – organisasi masyarakat atau sering disebut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Penyelenggaraan pelayanan – pelayanan kesmas oleh LSM pada hakikatnya juga merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam sistem  pelayanan kesmas.

c. Menggalang Potensi Masyarakat Melalui Perusahaan

Menggalang potensi masyarakat melalui perusahaan swasta yang ikut membantu meringankan beban penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat (Puskesmas, Balkesmas, dsb), juga merupakan bentuk   partisipasi masyarakat dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat.

Pelayanan kesehatan masyarakat, baik yang diselenggarakan oleh  pemerintah maupun swasta perlu memperhatikan beberapa ketentuan,

antara lain:

1) Penanggung Jawab

Suatu sistem pelayanan kesehatan masyarakat harus ada penanggung  jawab baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun demikian, pemerintah

(16)

(dalam hal ini Departemen Kesehatan) merupakan tanggung jawab yang  paling tinggi. Artinya pengawasan, standar pelayanan, dan sebagainya bagi  pelayanan kesehatan masyarakat baik pemerintah (Puskesmas), maupun

swasta (Balkesmas) adalah di bawah koordinasi Departemen Kesehatan. 2) Standar Pelayanan

Sistem pelayanan kesehatan masyarakat, baik pemerintah maupun swasta harus berdasarkan pada suatu standar tertentu. Di Indonesia standar ini telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan, dengan adanya “Baku Pedoman Puskesmas”.

3) Hubungan Kerja

Sistem pelayanan kesehatan masyarakat harus mempunyai pembagian kerja yang jelas antara bagian satu dengan yang lain. Artinya fasilitas kesehatan tersebut harus mempunyai struktur organisasi yang jelas yang menggambarkan hubungan kerja baik horizontal maupun vertikal.

4) Pengorganisasian Potensi Masyarakat

Ciri kas dari sistem pelayanan kesehatan masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat atau pengorganisasian masyarakat. Upaya ini penting (terutama di Indonesia), karena adanya keterbatasan sumber – sumber daya dari penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat, perlu keikutsertaan masyarakat ini.

Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan  pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan  pengobatan dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan. Puskesmas sebagai garda terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat sangat besar perananya. Sebab di puskesmaslah akan ditangani masyarakat yang membutuhkan edukasi dan perawatan

(17)

 primer. Peranan tim kesehatan sebagai manager yang memiliki kompetensi di bidang manajemen kesehatan dibutuhkan dalam menyusun program –   program kesehatan. Utamanya program – program pencegahan penyakit

yang bersifat preventif sehingga masyarakat tidak banyak yang jatuh sakit. Banyak kejadian kematian yang seharusnya dapat dicegah seperti diare, demam berdarah, malaria, dan penyakit degeneratif yang  berkembang saat ini seperti jantung karoner, stroke, diabetes militus dan lainnya. Penyakit itu dapat dengan mudah dicegah asalkan masyarakat  paham dan melakukan nasehat dalam menjaga kondisi lingkungan dan kesehatannya. Kesehatan atau sehat – sakit adalah suatu yang kontinum dimulai dari sehat walafiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang berada dalam bentang tersebut. Demikian pula sakit, ini juga mempunyai beberapa tingkat atau gradasi.

Secara umum dapat dibagi dalam tiga tingkat, yakni: sakit ringan (mild), sakit sedang (moderate) dan sakit parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut bentuk pelayanan kesehatan yang  berbeda pula. Untuk penyakit ringan tidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya, untuk penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang sederhana saja, melainkan memerlukan  pelayanan yang sangat spesifik. Oleh sebab itu, perlu dibedakan adanya 3  bentuk pelayanan, yakni:

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care). Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh karena jumlah kelompok ini di dalam suatu  populasi sangat besar (lebih kurang 85%), pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basic health services), atau juga merupakan pelayanan kesehatan primer atau utama (primary health care). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Balkesmas.

(18)

services).

Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh  pelayanan kesehatan primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit

tipe C dan D, dan memerlukan tersedianya tenaga – tenaga spesialis.

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services) Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah kompleks, dan memerlukan tenaga – tenaga spesialis. Contoh di Indonesia: Rumah Sakit tipe A dan B. Dalam suatu sistem  pelayanan kesehatan, ketiga strata atau jenis pelayanan tersebut tidak   berdiri sendiri – sendiri, namun berada dalam suatu sistem, dan saling  berhubungan.

4. Genetik 

 Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun bangsanya.

Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab  pada masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi aset kita di masa mendatang. Namun masih banyak saja anak Indonesia yang status gizinya kurang bahkan buruk. Padahal potensi alam Indonesia cukup mendukung, oleh sebab itulah program penanggulangan kekurangan gizi dan  peningkatan status gizi masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya  program Posyandu yang biasanya dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan  berjalannya program ini maka akan terdeteksi secara dini status gizi

masyarakat dan cepat dapat tertangani.

III.Determinan yang mempengaruhi status kesehatan

Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum (1974) mengatakan bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu,

(19)

kelompok atau masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut  besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: a). lingkungan, b). perilaku, c).  pelayanan kesehatan, dan d).keturunan atau herediter. Keempat determinan tersebut adalah determinan untuk kesehatan kelompok atau komunitas yang kemungkinan sama di kalangan masyarakat. Akan tetapi untuk kesehatan individu, disamping empat faktor tersebut, faktor internal individu juga  berperan, misalnya :umur, gender, pendidikan, dan sebagainya,, disamping faktor herediter. Bila kita analisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua faktor diluar kehidupan manusia, baik secara individual, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak  langsung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, disamping determinan-determinan derajat kesehatan yang telah dirumuskan oleh Blum tersebut masih terdapat faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau masyarakat.

1. Faktor makanan

Makanan merupakan faktor penting dalam kesehatan kita. Bayi lahir dari seorang ibu yang telah siap dengan persediaan susu yang merupakan makanan lengkap untuk seorang bayi. Mereka yang memelihara tubuhnya dengan makanan yang cocok, menikmati tubuh yang  benar-benar sehat. Kecocokan makanan ini menurut waktu, jumlah, dan

harga yang tepat. Hanya saat kita makan secara berlebihan makanan yang tidak cocok dengan tubuh kita, maka tubuh akan bereaksi sebaliknya. Sakit adalah salah satu reaksi tubuh, dan bila kemudian dicegah atau dirawat dengan benar, tubuh kembali sehat. Penyakit merupakan peringatan untuk  mengubah kebiasaan kita. Perlu diingat selalu bahwa tubuh kita hanya memerlukan makanan yang tepat dalam jumlah yang sesuai.

2. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan membentuk cara berpikir dan kemampuan seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjaga kesehatannya. Pendidikan juga secara tidak langsung akan mempengaruhi

(20)

 perilaku seseorang dalam menjaga kesehatannya. Biasanya, orang yang  berpendidikan (dalam hal ini orang yang menempuh pendidikan formal) mempunyai resiko lebih kecil terkena penyakit atau masalah kesehatan lainnya dibandingkan dengan masyarakat yang awam dengan kesehatan. 3. Faktor sosioekonomi

Faktor-faktor sosial dan ekonomi seperti lingkungan sosial, tingkat  pendapatan, pekerjaan, dan ketahanan pangan dalam keluarga merupakan faktor yang berpengaruh besar pada penentuan derajat kesehatan seseorang. Dalam masalah gizi buruk misalnya, masyarakat dengan tingkat ekonomi dan berpendapatan rendah biasanya lebih rentan menderita gizi  buruk. Hal tersebut bisa terjadi karena orang dengan tingkat ekonomi rendah sulit untuk mendapatkan makanan dengan nilai gizi yang bisa dibilang layak.

4. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara  pelaksanaan kesehatan pribadi. Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beribu-ribu suku dengan adat istiadat yang  berbeda-beda pula. Sebagian dari adat istiadat tersebut ada yang masih  bisa dibilang “primitif” dan tidak mempedulikan aspek kesehatan. Misalnya saja, pada suku Baduy yang tidak memperbolehkan masyarakat menggunakan alas kaki.

5. Usia

Setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda terhadap perubahan kesehatan yang terjadi.

1. Faktor emosional

Setiap pemikiran positif akan sangat berpengaruh, pikiran yang sehat dan bahagia semakin meningkatkan kesehatan tubuh kita. Tidak  sulit memahami pengaruh dari pikiran terhadap kesehatan kita. Yang

(21)

diperlukan hanyalah usaha mengembangkan sikap yang benar agar  tercapai kesejahteraan.

2. Faktor agama dan keyakinan

Agama dan kepercayaan yang dianut oleh seorang individu secara tidak langsung mempengaruhi perilaku kita dalam berperilaku sehat. Misalnya, pada agama Islam. Islam mengajarkan bahwa “anna ghafatul minal iman” atau “kebersihan adalah sebagian dari iman”. Sebagai umat muslim, tentu kita akan melaksanakan perintah Allah SWT. untuk berperilaku bersih dan sehat.

IV.Usaha-usaha kesehatan dan factor-faktor yang mempengaruhi kesehatan

Usaha-usaha kesehatan ditujukan untuk mengendalikan keiga factor yang mempengaruhi kesehatan tersebut sehingga manusia dapat tetap hidup sehat, yaitu dengan:

a. terhadap factor penyebab penyakit

1. Memberantas sumber penularan penyakit, baik dengan mengobati  penderita ataupun carrier (pembawa basil) maupun dengan meniadakan

reservoir penyakitnya.

2. Mencegah terjadinya kecelakaan baik di tempat-tempat umum maupun di tempat kerja.

3. Meningkatkan taraf hidup rakyat, sehingga mereka dapat memperbaiki dan mememlihara kesehatannya.

4. Mencegah terjadinya penyakit keturunan yang disebabkan factor endogen.  b. Terhadap factor manusia

Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan.

c. Terhadap factor lingkungan

Mengubah atau mempengaruhi lingkungan hidup sehingga factor-faktor  yang tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak 

(22)

membahayakan kesehatan manusia.

V.Permasalahan pembangunan kesehatan

1. Disparitas status kesehatan

Meskipun secara nasional kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar perkotaan pedesaan masih cukup tinggi. Angka kematian bayi dan balita pada golongan termiskin hampir empat kali lebih tinggi dari pada golongan terkaya. Selain itu, angka kematian bayi dan ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, di kawasan timur Indonesia, serta  penduduk dengan tingkat pendidikan rendah. Menurut estimasi SUPAS 1995, angka kematian bayi perprovinsi sangat bervariasi. Angka kematian bayi terendah sebesar 26.29 per 1000 kelahiran hidup di DKI Jakarta, 28.44 di DI Yogyakarta, dan tertinggi 107,2 di Nusa Tenggara Barat (depkes, 2004).

Persentase anak balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di daerah  pedesaan lebih tinggi disbanding daerah perkotaan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan cakupan imunisasi golongan miskin lebih rendah dibandingkan dengan golongan kaya.

2. Beban Ganda Penyakit

Di Indonesia, telah terjadi transisi epidemiologi sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu bersamaan yang ditandai dengan adanya penyakit infeksi menular yang diderita oleh masyarakat. Namun, pada waktu bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sepert ipenyakit jantung dan pembuluh darah serta diabetes mellitus dan kanker. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging disease seperti demam  berdarah dengue, HIV/AIDS, chikunguya, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Terjadinya beban ganda yang disertai dengan meningkatnya jumlah penduduk serta perubahan struktur umur penduduk  yang ditandai dengan meningkatnya penduduk usia produktif dan usia lanjut

(23)

akan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat di masa mendatang.

3. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah

Kinerja pelayanan merupakan salah satu factor penting dalam upaya  peningkatan kualitas kesehatan penduduk. Masih rendahnya kinerja  pelayanan kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti proporsi  pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, proporsi bayi yang mendapatkan imunisasi campak, dan proporsi penemuan kasus (Case Detection Rate), TBC.

Pada tahun 2002, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan baru mencapai 70,59%. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menurut  provinsi berkisar antara 43,01% (provinsi Maluku utara) dan 94,23% di ( provinsiBanten). Pada tahun 2002, cakupan imunisas icampak mencapai 90,6% dengan kisaran antara 32,1% di Maluku utara dan 106,2% di DKI Jakarta (Depkes, 2004). Sementara itu, proporsi penemuan kasus penderita TBC pada tahun 2004 baru mencapai 52%.

4. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat

Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat merupakan salah satu factor   penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. Perilaku

masyarakat yang tidak sehat dapat diliahat dari kebiasaan merokok, rendahnya pemberian ASI ekslusif, tingginya prevalensi gizi kurang dan lebih pada anak balita, serta kecenderungan meningkatnya jumlah penderita HIV/AIDS, penyalah gunaan narkotika, psikotropika, NAPZA dan kematian akibat kecelakaan. Proporsi penduduk dewasa yang merokok sebesar 31,8%. Proporsi penduduk perokok yang mulai merokok pada usia di bawah 20 tahun meningkat dari 60% (1995) menjadi 68% (2001).

5. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan

(24)

kesehatan masyarakat adalah kondisi lingkungan yang tercermin antara lain dari akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2002 persentasi rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air yang layak untuk di konsumsi baru mencapai 50% dan akses rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63,5%. Kesehatan lingkungan yang merupakan kegiatan lintas sector belum dikelola dalam suatu system kesehatan kewilayahan (RPJMN,2005).

6. Rendahnya kualitas, pememrataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan. Pada tahun 2002 rata-rata setiap 100.000 penduduk baru dapat dilayani oleh 3,5 puskesmas. Selain jumlahnya yang kurang, kualitas, pemerataan, dan keterjangkauan pelayanan kesehatan di puskesmas masih menjadi kendala.Pada tahun 2003 terdapat 1.215 (RS) yang terdiri dari 953 (RSU) dan 262 Rumah Sakit Khusus (Depkes, 2004).

7. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi tidak merata

Indonesia mengalami kekurangan pada hamper semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Pada tahun 2001, diperkirakan per 100.000  penduduk dapat dilayani oleh 7,9 dokter umum, 2,0 dokter gigi, 2,86 dokter 

spesialis dan 25,91 bidan. Untuk tenaga kesehatan masyarakat, per 100.000  penduduk baru dilayanioleh 1,27sarjana kesehatan masyarakat, 3,42

apoteker, 3,22 ahligizi, dan 1,39 tenaga sanitasi (depkes, 2004).

8. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin

Tingkat bawah, angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 di bandingkan dengan 17 per 1000 kelahiran hidup pada kelompok  terkaya. Penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian utama pada  bayi dan anak balita seperti ISPA, diare, tetanus neonatorum, dan penyakit kelahiran lebih sering terjadi pada penduduk miskin. Penyakit lain yang  banyak di derita penduduk miskin adalah penyakit tuberculosis paru, malaria, dan HIV/AIDS. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama di sebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya. Data SDKI, 2002-2003

(25)

menunjukan bahwa sebagian besar (48,7%) masalah untuk mendapatkan  pelayanan kesehatan adalah karena kendalabiaya, jarak, dan transportasi. Utilisasi rumah sakit masih di dominasi oleh golongan mampu, sedangkan masyarakat miskin cendrung memanfaatkan pelayanan hanya di Puskesmas. Dalam RPJMN (2005) di ketahui bahwa tenaga kesehatan yang menyebar   pada penduduk miskin hanya 39,1% di banding 82,3% pada penduduk kaya.

Dari data tersebut ternyata penduduk miskin belum terjangkau oleh system  jaminan/asuransi kesehatan.

Program pembangunan kesehatan yang telah di laksanakan beberapa decade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup signifikan walaupun masih di jumpai berbagai masalah dan hambatan yang tetap memengaruh ipelaksananaan pembangunan kesehatan. Oleh Karena itu tetap di perlukan adanya reformas idibidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal di bandingkan dengan Negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.

Sistem Kesehatan Indonesia harus memiliki system deteksi dini  penyakit. Sistem kesehatan Indonesia harus menyesuaikan, terutama hal-hal  berkenaan dengan system pembiayaan, termasuk didalamnya ansuransi kesehatan. Seperti kita ketahui, masyarakat Indonesia belum dilindungi oleh system pembiayaan yang memadai kecuali, kalau mereka adalah pegawai negeri, anggota TNI, Kepolisian pegawai atau karyawan swasta . Bagi  petani, setengah pengangguran, setengah miskin tidak ada system  pembiayaan bagi mereka. Dengan harga obat-obatan yang semakin tidak 

terjangkau, maka kelompok yang berjumlah sekitar 75% dari penduduk  Indonesia atau sekitar 200 juta akan berada dalam kelompok kritis dalam aspek keterjangkauan pelayanan kesehatan.

(26)

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan

Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosial dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4 aspek utama determinan kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.

(27)

2. Saran

Melihat kondisi kesehatan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan, maka perlu peran aktif semua pihak dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat. Penyedia layanan kesehatan, masyarakat, pemerintah dan perusahaan perlu menjabarkan peta jalan pengembangan kesehatan masyarakat secara terpadu dan berkelanjutan. Mengingat wilayah Indonesia sangat luas, dibutuhkan kerjasama dalam merumuskan dan mengembangkan  program kesehatan masyarakat sesuai karakteristik daerah setempat sehingga

tahap perubahan menuju masyarakat sehat dalam pengelolaan kesehatan masyarakat menjadi bagian kesadaran dan pengetahuan masyarakat dan pada akhirnya memiliki  self belonging  bahwa kesehatan merupakan milik dan tanggung jawab bersama. Selain itu, pola penyegaran, pembinaan,  pemberdayaan dan penguatan jaringan organisasi Puskesmas, Poskesdes, Posyandu, UKS/UKGS dan PMR sangatlah penting didalam mengembangkan sistem kesehatan masyarakat dengan tujuan menuju masyarakat sehat dan sejalan dengan melibatkan masyarakat semaksimal mungkin. Dengan  partisipasi semaksimal mungkin dari organisasi aktif yang berada di masyarakat seperti Kader Posyandu, PKK, Taruna Karya, Pramuka, Sarjana Penggerak Pedesaan dan organisasi lainnya serta didukung oleh MUSPIDA setempat.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat . Edisi 2. Jakarta: EGC

http://catatansafira.wordpress.com/2010/10/19/determinan-yang-mempengaruhi-status-kesehatan-2.html dikutip tanggal 15 September 2012

Potter & Perry. 2009. Fundamental Of Nursing.

Achmad, Umar Fahmi. 2008. Horison Baru Kesehatan Masyarakat di Indonesia . Rineka Cipta : Jakarta

Adisasmito, Wiku. 2007. System Kesehatan. PT.Raja Syarifindo Persada : Jakarta

Anggota IKAPI. 1983. Ilmu Kesehatan Masyarakat . PT. Citra Aditya Bakti: Jakarta

 Notoadmojo, Sukidjo.1997. ilmu Kesehatan Masyarakat . PT. rineka Cipta : Jakarta

(29)

2005-2009, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

18 Emisi 2005 B Peningkatan Emisi 2030 C Penurunan emisi dalam BAU D Emisi sesuai Skenario BAU 2030 E A Peluang Pen- gurangan dari kurva biaya F Potensi emisi yang berkurang 1

Pada gangguan 2 fasa-netral d2 sangat terlihat awal dan akhir dari gangguan yang diberikan, pada d1 belum terlihat akhir dari gangguanya, dan pada d3,d4 akhir dari

Telah dilakukan penelitian tentang infusa Spatholobus littoralis Hassk terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Hasil penelitian menunjukan terbentuknya zona

yang tepat & terintegrasi dari chemical pathways ini dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan) • Jalur yang penting, misal: Glycolysis ditemukan.. dalam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sampai sejauh mana aksesibilitas petani pada lembaga-lembaga pendukung agribisnis bawang merah di lahan pasir pantai

Tingkat Agresivitas Santri Pondok Pesantren Anwarul Huda Malang Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwasannya tingkat agresivitas pada santri pondok pesantren

korupsi, kolusi dan nepotisme serta Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP), bahwa setiap instansi pemerintah sebagai