• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS VII KEC. TEJAKULA, TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD GUGUS VII KEC. TEJAKULA, TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENDEKATAN MASALAH TERBUKA (OPEN-ENDED)

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD

GUGUS VII KEC. TEJAKULA, TAHUN PELAJARAN 2013/2014

I Komang Pariasa

1

, Ni Wayan Arini

2

, I Gusti Ngurah Japa

3

1, 2, 3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: mankivo@yahoo.com, wayanarini@yahoo.co.id, ngrjapa_pgsd@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan masalah terbuka

(open-ended), untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa pada kelompok kontrol yang

mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, dan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa dengan menggunakan tes yang sama antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional . Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain post test only group desain. Populasi penelitian adalah siswa kelas V SD segugus VII Kec. Tejakula, Kab. Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Sampel ditentukan dengan teknik cluster sampling dan diperolah SD No.2 Madenan sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 26 orang siswa dan SD No. 1 Madenan sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 21 orang siswa. Data hasil belajar Matematika siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes uraian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial uji-t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar Matematika antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan

Open-Ended (masalah terbuka) berada pada kategori tinggi, yaitu 41,54 pada rentangan 35 ≤ X

≤ 45 dan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaraan konvensional berada pada kategori sedang, yaitu 31,85 pada rentangan 25 ≤ X ≤ 35. Hasil analisisnya menunjukkan t hitung = 28,82 dan t tabel = 2,02 untuk db = n1 + n2 = 26 + 21 = 47 dengan

taraf signifikasi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak

dan Ha diterima. Hal ini berarti pendekatan Open-Ended (masalah terbuka) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar Matematika.

Kata kunci: pendekatan Open-Ended, hasil belajar Abstract

This study aims to determine the differenced the proceeds of the mathematies student to group experiences wich follow the learning by open-ended, for known of proceeds learning mathematies to follow by convensional and to known the significant different of proceeds of mathematies use by same tast between student wich follow learning by the

open-ended by student and to follow learning by convensional. This research as quasi

experiences by the desain post test only group desain. The population of research is the elementary student of five classes the same bunch of sevens he “Tejakula district”, Buleleng recency the year of two thousand thirteen unil two thousand fourteens. The sample waved by the

cluster

sampling and getted by elementary school number two

(2)

“Madenan” as experiences group by amounts twenty six students and elementary school number one “ Madenan” as control group amounts twenty one students. From this analyzed used by analyzed statistics descriptive and inferential statistics test. The research getted has significant different learning mathematic between student with the students use open-ended has hight catagori has fourty one, fivety four in creditor 35 ≤ X ≤ 45 and student use convensional research in middle catagori thirty one, eighty five in

creditor 25 ≤ X ≤ 35 this analyzed showed = 28,82 and 2,02 for db = n1 + n2 = 26 + 21 =

47 by significant stage 5% by the cretiria test, because tarithematic > ttable so H0 refused and

Ha accived. That means the neared by open-ended has influence the mathematic proceeds learnings.

Key words: approach of open-ended, proceeds lernings PENDAHULUAN

Cornelus seperti yang dikutip oleh Abdurrahman (1999: 253) mengatakan bahwa ada banyak alasan perlunya siswa belajar Matematika, yaitu (1) Matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) Matematika merupakan sarana memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) Matematika merupakan sarana untuk mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) Matematika merupakan sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) Matematika merupakan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Berdasarkan pendapat di atas tentang pentingnya Matematika di sekolah, seharusnya Matematika merupakan salah satu pelajaran yang digemari siswa terkait dengan kegunaannya. Namun kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, yaitu siswa belum mampu memahami peranan penting Matematika seperti di atas, sehingga Matematika dianggap pelajaran yang membosankan dan menakutkan.

Sebagai guru Matematika sudah sewajarnya prihatin akan kondisi ini dan berupaya semaksimal mungkin mengatasi persoalan tersebut. Hasil observasi pada sekolah tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika di kelas masih didominasi oleh guru. Guru sebagai sumber utama pengetahuan. Hal ini dilakukan karena guru mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi pembelajaran atau bahan dalam kurun waktu yang sudah ditentukan. Guru juga menekankan pada siswa untuk menghapal konsep-konsep, terutama rumus-rumus praktis yang digunakan oleh siswa dalam menjawab ulangan umum atau ujian nasional, tanpa melihat secara nyata manfaat materi yang

diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian siswa beranggapan bahwa belajar Matematika itu tidak ada artinya bagi kehidupan mereka, abstrak, dan sulit dipahami. Semua itu akhirnya akan bermuara pada rendahnya hasil belajar Matematika mereka.

Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan dasar yang merupakan pondasi bagi pendidikan selanjutnya. Hal ini berarti bahwa mutu pendidikan selanjutnya sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan di sekolah dasar. Mutu pendidikan sebagian besar ditentukan oleh mutu pembelajarannya, maka, peningkatan mutu pembelajaran Matematika di sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.

Salah satu konsep dasar dalam Matematika yang perlu mendapat perhatian di sekolah dasar adalah bidang Aritmatika, terutama pemahaman siswa tentang konsep pecahan. Konsep pecahan merupakan konsep dasar yang paling rumit dalam Aritmatika. Konsep pecahan hampir digunakan di setiap bagian dari Matematika, dan dilihat dari materi pembelajarannya, penanaman konsep pecahan ini telah dimulai dari tingkat sekolah dasar yaitu setelah siswa memiliki konsep tentang bilangan bulat. Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep pecahan, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar Matematika siswa secara keseluruhan.

Hasil observasi menunjukkan bahwa siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 mempunyai kemampuan yang rendah dalam pecahan.

(3)

Masalah yang mucul di antaranya, terdapat pola kesalahan antara lain menyederhanakan, menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, dan membagi pecahan. Berbagai jenis kesalahan ini terjadi karena adanya miskonsepsi berkaitan dengan konsep pecahan dan operasinya. Oleh karena itu, para pendidik perlu mencari faktor-faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar dan melakukan usaha untuk mengatasi kesulitan belajar siswa tersebut. Salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan pendekatan alternatif selain pendekatan konvensional yang selama ini sering diterapkan dalam pembelajaran Matematika.

Pembelajaran Matematika dengan pendekatan konvensional lebih berorientasi pada pandangan bahwa Matematika adalah ilmu statis, yang terdiri dari koleksi struktur-struktur dan kebenaran-kebenaran logis yang dapat ditemukan secara deduktif. Matematika dipandang sebagai keranjang alat yang terdiri dari kumpulan prosedur dan teknik menghitung atau “a body of

computational rules and procedur”

(Resnick, dalam Sudiarta, 2005: 2), proses pembelajarannya biasanya dimulai dari penjelasan konsep dan contoh soal, kemudian dilanjutkan dengan mengerjakan soal-soal latihan. Urutan pembelajaran pada pendekatan konvensional pada umumnya, pertama, siswa diajarkan teori/ definisi/ teorema, kedua, siswa diberikan contoh-contoh soal dan selanjutnya, siswa diberikan latihan soal-soal. Dalam latihan soal-soal itu barulah diberikan bentuk soal cerita yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan justru bentuk soal cerita ini terkadang membawa persoalan baru bagi siswa, sehingga siswa kesulitan dalam menyelesaikannya.

Menurut Soedjadi (2001: 1), pendekatan pembelajaran konvensional didominasi oleh penyajian masalah Matematika dalam bentuk tertutup (closed problem) yaitu masalah Matematika yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga hanya memiliki satu jawaban yang benar dan satu cara pemecahannya. Selain itu closed problem ini biasanya disajikan secara terstruktur dan eksplisit, mulai dari apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan metode apa yang digunakan. Ide-ide,

konsep-konsep, dan pola-pola hubungan Matematika, strategi, teknik, dan algoritma pemecahannya diberikan secara eksplisit sehingga siswa dapat dengan mudah menebak dan mendapatkan solusinya (immediate solution) tanpa melalui proses mengerti.

Pandangan yang berbeda muncul sekitar tahun 1990-an, yang dilandasi oleh paham kontraktivisme yang memandang Matematika sebagai aktivitas manusia berpikir (human thinking activity) yang menempatkan pemecahan masalah terutama masalah real yang dekat dengan kehidupan siswa sebagai fokus dalam aktivitas belajar Matematika siswa (Ernest dalam Sudiarta, 2005: 3). Pandangan ini beranggapan bahwa fenomena-fenomena alam tidak dapat direduksi secara penuh menjadi klausa-klausa deterministik dengan struktur dan pola yang unik, tunggal dan dapat diprediksi secara mudah, melainkan “real life” adalah kompleks, dengan struktur dan pola yang sering tak jelas, tak selalu dapat diprediksi dengan mudah, multi dimensi, dan memungkinkan adanya banyak penafsiran. Pengetahuan manusia tentang alam hanyalah hipotesa-hipotesa konstruksi hasil pengamatan manusia secara terbatas, yang tentu saja dapat salah (fillible).

Jika berpedoman pada pandangan tersebut, maka dalam pembelajaran Matematika seharusnya bisa memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada siswa untuk belajar melalui aktivitas-aktivitas pemecahan masalah nyata yang ada dalam kehidupannya dengan menyajikan fenomena alam “seterbuka mungkin” (open ended). Bentuk penyajiannya dapat dilakukan melalui pembelajaran Matematika yang berorientasi pada pemecahan masalah/soal/tugas terbuka atau “open ended problem” yang berwujud masalah atau soal-soal Matematika yang disajikan sedemikian rupa sehingga memiliki beberapa atau bahkan banyak solusi yang benar dan terdapat banyak cara untuk mencapai solusi tersebut.

Kurikulum 2004 yang lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan

(4)

Pendidikan (KTSP) disusun sejalan dengan perubahan paradigma dalam pembelajaran tersebut. Salah satu tuntutan penting Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah adanya perubahan paradigma atau reorientasi terhadap proses pembelajaran yaitu dari pembelajaran konvensional yang mekanistik, cendrung teoretik, dan berpusat pada guru (teacher centered), serta bersifat mencekoki (telling/transfering) ke pembelajaran yang kreatif, berdasarkan masalah real yang dekat dengan kehidupan siswa (contextual), berorientasi pada siswa aktif (active learning/student centered), serta mendorong siswa untuk menemukan kembali (reinvention) dan membangun (construction) pengetahuannya secara mandiri berdasarkan pengalamannya.

Reorientasi dalam pembelajaran Matematika sesuai dengan tuntutan kurikulum pada saat ini yang sesuai dengan KTSP (2006) memiliki ciri-ciri (1) menggunakan permasalahan kontekstual, yaitu permasalahan nyata yang dekat dengan lingkungan atau kehidupan siswa dan minimal dapat dibayangkan siswa, (2)

mengembangkan kemampuan

memecahkan masalah (problem solving) serta kemampuan berargumentasi dan berkomunikasi secara matematis (mathematical reasoning and comunication ), (3) memberikan kesempatan yang luas untuk penemuan kembali (reinvention) dan membangun (contruction) konsep definisi, prosedur, dan rumus-rumus Matematika secara mandiri, (4) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, (5) mengembangkan kreativitas berpikir yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan melalui pemikiran divergen, orisinal, membuat prediksi, dan mencoba-coba (trial

and error), (6) menggunakan model

(modelling), dan (7) memperhatikan dan mengakomodasi perbedaan-perbedaan karakteristik individual siswa.

Ketujuh butir tersebut di atas belum sepenuhnya menjadi kenyataan. Banyak persoalan muncul berkaitan dengan hal tersebut. Misalnya, untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model Matematika,

menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Dalam setiap pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan demikian, pembelajaran yang dirasa cocok dan sesuai dengan ciri-ciri tersebut di atas adalah pembelajaran Matematika yang berorientasi pada masalah Matematika kontekstual terbuka (contextual open-ended problem solving), karena sesuai dengan kealamian dari masalah-masalah matematika open-ended yang memang memberikan ruang dan dukungan luas terhadap pengembangan kompetensi tersebut di atas. Pembelajaran Matematika dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) adalah suatu suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menginvestigasi berbagai strategi atau cara yang diyakininya sesuai dengan kemampuan mengelaborasi masalah (Suherman, at. Al, 2003: 128). Masalah open-ended diyakini dapat lebih mendorong kreativitas dan inovasi berpikir Matematika secara lebih bermakna dan bervariasi, dapat mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis, terbuka dan mampu bekerja sama, berkompeten dalam memecahkan masalah, dan berkomunikasi secara logis dan argumentatif.

Di samping itu, Matematika mempunyai obyek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak ini juga sering menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran Matematika. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan Matematika yang abstrak ke dalam situasi kehidupan nyata. Pelajaran Matematika yang abstrak tersebut akan mudah dipahami oleh siswa jika guru mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan ide-ide Matematika dalam pembelajaran di kelas sehingga pembelajaran Matematika dirasa bermakna. Bila anak belajar Matematika terpisah dari pengalaman mereka sehari-hari maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat mengaplikasikan Matematika.

Jika dikaitkan antara sifat Matematika yang abstrak dan daya kognitif siswa yang bergerak dari konkret ke abstrak, maka akan lebih baik jika pada

(5)

tingkat sekolah dasar, Matematika disajikan dalam bentuk konkret atau pembelajaran Matematika di tingkat dasar menggunakan pendekatan yang realistik. Semakin tinggi tingkat pendidikan, pendekatan pembelajaran yang digunakan semakin abstrak.

Pembelajaram Matematika dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dirancang dan disusun sesuai dengan teori tersebut di atas, dalam pembelajaran ini, strategi pembelajaran dimulai dari masalah kontekstual terbuka dengan bantuan benda-benda konkret. Dengan menggunakan aktivitas matematisasi horizontal seperti mengidentifikasi, merumuskan, dan memvisualisaikan masalah dalam cara-cara yang berbeda, mentransformasikan masalah dunia nyata ke masalah Matematika, siswa dibawa kesituasi Matematika informal. Dengan implementasi vertikal seperti pemecahan masalah secara individu atau kelompok, membandingkan pemecahan dan diskusi akan diperoleh pemecahan masalah. Selanjutnya siswa menginterpretasikan pemecahan dan strategi yang digunakan ke masalah kontekstual yang lain, sehingga akhirnya siswa menggunakan pengetahuan Matematika untuk sampai pada pengetahuan Matematika formal. Dengan demikian siswa akan memperoleh ruang yang cukup untuk berpikir kreatif dan bebas menyampaikan ide-idenya sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata) dalam menjawab masalah yang diberikan sehingga diharapkan pengertian siswa tentang materi yang dibahas menjadi kuat. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, pendekatan masalah terbuka (open-ended) dalam pembelajaran Matematika khususnya untuk pokok bahasan pecahan, maka penelitian ini, yang berjudul ” Pengaruh Pendekatan Masalah Terbuka (Open-Ended) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Gugus VII Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng” akan sangat penting untuk dilaksanakan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan masalah terbuka

(open-ended), untuk mengetahui hasil belajar Matematika siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional, dan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar Matematika siswa dengan menggunakan tes yang sama antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional di kelas V Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/ 2014.

METODE

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen semu (quasi experimen). Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Gugus VII Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng pada rentang waktu semester II (genap) tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas V SD di Gugus VII Kecamatan Tejakula. Jumlah SD keseluruhannya sebanyak 4 SD dengan jumlah seluruh siswa adalah 88 siswa.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster sampling. Teknik ini dipilih karena objek sasaran dari sampling penelitian ini adalah kelas-kelas dalam Gugus VII Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, bukan individu-individu (siswa) dalam gugus tersebut. Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas, karena dalam eksperimen tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada. Kelas yang dirandom merupakan kelas dalam jenjang yang sama. Kelas-kelas tersebut adalah kelas V dari masing-masing sekolah dasar di Gugus VII Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Dari empat sekolah dasar yang ada di Gugus VII Kecamatan Tejakula, kemudian diacak secara sederhana untuk diambil dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Untuk menentukan sampel pasangan kelas terlebih dahulu pasangan kelas harus setara. Agar setara maka diperlukan uji kesetaraan pasangan kelas menggunakan uji t dengan rumus separated varians dimana nilai t pengganti t tabel dihitung selisih dari harga t tabel; dengan

(6)

db = (n1-1) dan db (n2-1), dibagi dua, kemudian ditambah dengan harga t yang terkecil. Adapun pasangan kelas dianggap tidak setara apabila thitung > ttabel. Berdasarkan hasil acak, diperoleh siswa kelas V SD No. 2 Madenan yang berjumlah 26 orang dan siswa kelas V SD No. 1 Madenan yang berjumlah 21 orang sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengacakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh siswa kelas V SD No. 2 Madenan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SD No. 1 Madenan sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan pendekatan pembelajaran open-ended dan kelas kontrol diberikan pendekatan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar Matematika.

Rancangan eksperimen yang digunakan adalah rancangan post-test only control design. Menurut Sugiyono (2009: 38) menyatakan bahwa “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat yang dijelaskan sebagai berikut. Sugiyono (2009) menyatakan bahwa variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependen (terikat). Variabel tergantung yaitu “variabel yang keberadaannya atau munculnya bergantung pada variabel bebas” (Agung, 2011:43). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Adapun nilai atau variasi model pembelajaran yang diteliti dalam penelitian sebanyak 2 macam, yaitu pendekatan pembelajaran open-ended dan pendekatan pembelajaran konvensional. Sedangkan Variabel terikat/tergantung dalam penelitian ini adalah hasil belajar Matematika. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Tes adalah alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik sehingga menghasilkan suatu nilai tingkah laku dan prestasi belajar sesuai dengan aturan yang ditentukan. Tes yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai rata-rata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Menurut Koyan (2011:100-101) ”Statistik Deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menggambarkan/menganalisis suatu statistik hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk generalisasi/inferensi. Penelitian yang tidak menggunakan sampel, analisisnya menggunakan statistik deskriptif”. Sedangkan statistik inferensial adalah ”statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya akan digeneralisasikan/diinferensikan kepada populasi dimana sampel diambil”. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik histogram. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (separated varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Data

Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar Matematika siswa sebagai akibat penerapan pendekatan pembelajaran open-ended pada kelompok eksperimen dan pendekatan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Berikut ini data hasil penelitian tentang hasil belajar Matematika siswa kelas V SD No. 2 Madenan (kelompok eksperimen) dan siswa kelas V SD No. 1 Madenan (kelompok kontrol). Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada tabel 1 berikut.

(7)

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 41,7 32,05 Median 42,63 32,4 Modus 42,7 30,5 Varians 15,76 14,75 Standar Deviasi 3,97 3,54 Skor minimum 32 25 Skor maximum 47 39 Rentangan 15 14

Hasil Uji Prasyarat Analisis

Teknik statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data-data hasil penelitian. Pengujian prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui data hasil belajar

Matematika memenuhi prasyarat homogenitas varians dan normalitas sebaran data, prasyarat yang harus dipenuhi adalah sebaran data berdistribusi normal dan varians antar kelompok homogen. Adapun hasil perhitungan dari uji normalitas dapat disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Data Hasil Belajar

Matematika 2

hitung 2

tabel Kelompok eksperimen 0,427 7,815 Kelompok kontrol 1,9719 5,591

Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh hitung hasil post-test kelompok eksperimen adalah 0,427 dan tabel dengan taraf signifikasi 5% dan db = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti,

2hitung hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari tabel (

2hitung <

2

tabel) sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan,

2hitung hasil post-test

kelompok kontrol adalah 1,9719 dan

2tabel dengan taraf signifikasi 5% dan db = 2 adalah 5,519. Hal ini berarti,

2hitung hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari tabel (

2hitung <

2

tabel) sehingga data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal. Hasil penghitungan dari uji normalitas distribusi data hasil belajar Matematika dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil belajar Matematika

Sumber Data F hitung F tabel Status

Hasil belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kontrol

1,07

2,08 Homogen

Berdasarkan tabel di atas, diketahui Fhitung hasil post-test kelompok ekperimen dan kontrol adalah 1,07. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 25, dbpenyebut = 20, dan taraf signifikasi 5% adalah 2,08. Hal ini berarti, varians data

hasil belajar Matematika kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen.

Asil Uji Hipotesis

Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil post-test

(8)

kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria pengujian, terima H0 jika thitung ≤ ttabel dan tolak H0 jika thitung > ttabel.

Berdasarkan hasil penghitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 28,82. Sedangkan, ttabel dengan db = 45 dan taraf

signifikasi 5% adalah 2,02. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar Matematika antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dan siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Tejakula. Adapun hasil analisis untuk uji-t dapat disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil uji Hipotesis Hasil Belajar

Matematika N X Db thitung ttabel Kesimpulan Kelompok

Eksperimen 26 41,54 47 28,82 2,02 H0 ditolak Kelompok Kontrol 21 31,85

Berdasarkan hasil penghitungan uji-t diperoleh thitung sebesar 28,82. Sedangkan, ttabel dengan db = 47 dan taraf signifikasi 5% adalah 2,02. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar Matematika antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dan siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus VII Kecamatan Tejakula.

Pembahasan

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan bahwa untuk dapat meningkatkan hasil belajar matematika, hendaknya proses pembelajaran dikelola secara efektif dengan menggunakan metode, model serta pendekatan pembelajaran yang tepat.

Ada berbagai model, metode dan pendekatan pembelajaran yang dikembangkan mempunyai tujuan agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Namun tidak semua model dan metode pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, peran guru sangatlah penting dalam pemilihan model dan metode pembelajaran yang akan

digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat dikembangkan saat ini adalah pendekatan pembelajaran masalah terbuka (open-ended).

Pembelajaram matematika dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dimulai dari permasalahan kontekstual terbuka dengan bantuan benda-benda konkret. Dengan menggunakan aktivitas matematisasi horizontal seperti mengidentifikasi, merumuskan, dan memvisualisaikan masalah dalam cara-cara yang berbeda, mentransformasikan masalah dunia nyata ke masalah Matematika, siswa dibawa ke situasi Matematika informal. Dengan implementasi vertikal seperti pemecahan masalah secara individu atau kelompok, membandingkan pemecahan dan diskusi akan diperoleh pemecahan masalah. Selanjutnya siswa menginterpretasikan pemecahan dan strategi yang digunakan ke masalah kontekstual yang lain, sehingga akhirnya siswa menggunakan pengetahuan Matematika untuk sampai pada pengetahuan Matematika formal. Dengan demikian siswa memperoleh ruang yang cukup untuk berpikir kreatif dan bebas menyampaikan ide-idenya sesuai dengan pengalaman dan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata) dalam menjawab permasalahan yang diberikan

(9)

sehingga diharapkan pengertian siswa tentang materi yang dibahas menjadi kuat. Dalam kegiatan pembelajaran Matematika melalui pendekatan open-ended harus membawa siswa dalam menjawab permasalahan dengan banyak cara dan mungkin juga banyak jawaban yang benar sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Sehingga dalam menyelesaikan masalah, guru berusaha agar siswa mengkombinasikan pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir Matematika yang telah dimiliki sebelumnya. Ciri penting dari masalah open-ended adalah terjadinya keleluasaan siswa untuk memakai sejumlah metode dan segala kemungkinan yang dianggap paling sesuai untuk menyelesaikan masalah. Artinya pertanyaan open-ended diarahkan untuk mengiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan guru. Dalam hal ini siswa mampu untuk menginvestigasi berbagai strategi yang diyakini sesuai dengan kemampuan mengelaborasi permasalan, yang bertujuan agar dalam berpikir matematika melalui kegiatan kreatif siswa dapat berkembang secara maksimal dan berkomunikasi melalui proses belajar mengajar sehingga akan membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa (Suherman, at. Al, 2003).

Pendekatan pembelajaran masalah terbuka (open-ended) yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pendekatan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar matematika siswa. Secara deskriptif, hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar matematika dan kecenderungan skor hasil belajar matematika. Rata-rata skor hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen adalah 41,54 berada pada katagori tinggi, sedangkan skor hasil belajar matematika siswa kelompok kontrol adalah 31,85 berada pada katagori sedang. Jika skor hasil belajar matematika siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik

poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor hasil belajar matematika siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada Tabel 4.8 diketahui thit = 28,82 dan ttab (db = 45 dan taraf signifikansi 5%) = 2,02. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dan kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan masalah terbuka (open-ended) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar Matematika antara siswa yang menggunakan pendekatan masalah terbuka

(open-ended) dengan siswa yang

mengggunakan pendekatan konvensional disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara pendekatan masalah terbuka (open-ended) dan pendekatan pembelajaran konvensional, dapat dilihat dari rata-rata tes hasil belajar matematika antara kedua kelompok.

PENUTUP SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar Matematika siswa pada kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) berada pada katagori tinggi, yaitu 41,54 yang berada pada rentangan 35 ≤ X < 45.

2. Hasil belajar Matematika siswa pada kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konvensional berada pada

(10)

katagori sedang yaitu 31,85 yang berada pada rentangan 25 ≤ X < 35.

3. Terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pendekatan masalah terbuka (open-ended) dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan masalah terbuka (open-ended) berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika siswa dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata siswa yang belajar dengan pendekatan masalah terbuka (open-ended) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pada siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran konvensional Hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa pendekatan masalah terbuka (open-ended) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Gugus VII Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. 1) Siswa, hendaknya berupaya memanfaatkan pengalaman belajar matematika yang didapatkannya untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dan mewujudkan kreatifitas dan kemandiriannya.

2) Guru, khususnya yang mengajar Matematika dalam proses pembelajaran yang mengalami permasalahan mengenai hasil belajar matematika siswa di sekolah untuk menerapkan pendekatan masalah terbuka (open-ended) dalam pembelajaran matematika di sekolah sehingga siswa menjadi lebih mudah memahami materi yang diajarkan dan proses pembelajaran menjadi terarah dan berkontekstual.

3) Kepala Sekolah diharapkan memotivasi guru-guru untuk menerapkan pendekatan masalah terbuka (Open-Ended), karena model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sehingga menghasilkan output yang lebih baik, khususnya dalam mata pelajaran Matematika.

4) Disarankan bagi peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pendekatan masalah terbuka (open-ended) maupun bidang ilmu lainnya, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Agung. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006.

Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pengembangan.

Koyan, I Wayan. 2011. Statistik Dasar dan Lanjut (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Soedjadi, R. 2001. "Pemanfaatan Realitas dan Lingkungan dalam Pembelajaran Matematika". Makalah Disampaikan pada Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME), di Jurusan Matematika FMIPA UNESA, 24 Pebruari 2001.

Sudiarta, I G.P. 2005. ” Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi Pemecahan Masalah Kontekstual Open-ended” Dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Volume 8 nomor 4 (hlm.582).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Technical Cooperation Project for Develovment of science and

(11)

Mathematics Teaching for Primary and secondary Education in

Gambar

Tabel 1.  Deskripsi Data Hasil Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol  Statistik  Kelompok  Eksperimen  Kelompok Kontrol  Mean  41,7  32,05  Median  42,63  32,4  Modus  42,7  30,5  Varians  15,76  14,75  Standar Deviasi  3,97  3,54  Skor minimum

Referensi

Dokumen terkait

Vitamin E dapat berguna dalam mengurangi ketegangan pada payudara yang merupakan salah satu gejala PmS (Jacobs, 2000). Sodium

Aplikasi ini dibangun dengan menggunakan macromedia flash MX yang memiliki kemampuan yang dibuat dengan teknologi vector graphics yang mendeskripsikan gembar memakai garis dan

Berikut ini adalah Algoritma untuk menyisipkan I TEM ke dalam list, tepat sesudah simpul A, atau jika LOC = NULL, maka I TEM disisipkan sebagai simpul pertama dari list.. Misalkan

srukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori baru Parsons, adalah tidak. bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan realitas personal

Muatan lokal merupakan bagian dari suatu sistem yang berkesinambungan dengan bagian lain yang berfungsi sebagai salah satu upaya dalam mencapai suatu tujuan

Dengan banyaknya kesulitan yang terjadi pada proses perencanaan suatu elemen mesin, dalam hal ini khususnya sistem transmisi daya sabuk gigi, maka diperlukan suatu

Konawe Selatan, dengan ini kami mengundang Saudara untuk mengikuti rapat Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya, yang akan dilaksanakan pada :. PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE

(Plant Breeding and Plant Genetics - Indonesian Legumes and Tuber Crops Research Institute) Prof..