• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bahasa Jawa Sebagai Muatan Lokal (MULOK) di SMP Negeri di Kota Salatiga: Perspektif Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Bahasa Jawa Sebagai Muatan Lokal (MULOK) di SMP Negeri di Kota Salatiga: Perspektif Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons T1 BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II KAJIAN TEORI

1.1. Pendefinisian

a) Strategi pengembangan mulok

adalah proses penentuan rencana para pemimpin atau kelompok yang

berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu

cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.Didalam hal

ini adalah muatan lokal yang terdiri dari beberapa pihak maupun komponen

yaitu masyarakat, sekolah dan siswa.

b) Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang

berarti mengimplementasikan.Implementasi merupakan penyediaan sarana

untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat

terhadap sesuatu.

Sesuatu tersebut dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu

dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan

dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam

kehidupan kenegaraan.

c) Kurikulum

adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi

dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar

mengajar.

d) Muatan lokal

merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi

yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam

(2)

2

e) SMP Negeri

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan jenjang pendidikan

dasar formal di Indonesia setelah menyelesaikan pendidikan sekolah dasar

(SD) atau yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama dilaksanakan dalam

kurun waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Siswa kelas 9

diwajibkan mengikuti Ujian Nasional yang mempengaruhi kelulusan atau

tidaknya siswa. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan ke

tingkat pendidikan lebih tinggi, yaitu pendidikan sekolah menengah atas

(SMA) atau sekolah menengah kejuruan (SMK) atau yang sederajat.

Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun.

Sekolah Menengah Pertama ( SMP) termasuk wajib belajar bagi setiap

warga negara berusia 7-15 tahun di Indonesia. Wajib belajar 9 tahun

meliputi pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan

sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Sekolah Menengah Pertama ( SMP) diselenggarakan oleh pemerintah

maupun swasta. Pengelolaan sekolah menengah pertama negeri di

Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan

Nasional, kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten/kota

sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001.Sedangkan

Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam

bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah menengah

pertama negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan

kabupaten/kota.

f) Pelestarian Budaya Lokal

Yaitu berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, kekal. Hal

ini menandakan bahwa pelestarian kebudayan itu dimaknai “ menjadikan

membiarkan tetap tidak berubah, membiarkan tetap seperti keadaannya

semula, mempertahankan kelangsungannya.Pelestarian budaya lebih di

(3)

3

fundamental Bangsa dari pada wujud fisik/ luar budaya yang lebih terbuka

bagi perubahan sesuai selera zaman.Pelestarian budaya lebih menitik

beratkan peningkatan kesadaran akan pentingnya akar budaya yang dapat

dipakai sebagai faundasi agar dapat berdiri kokoh serta tegar didalam

menghadapi segala bentuk ancaman kebudayaan sebagai akibat dari

kemajuan era globalisasi informasi seperti yang terjadi sekarang

ini.Pelestarian kebudayaan pada dasarnya tidaklah menghalang-halangi

perubahan (termasuk yang di timbulkkan oleh penerimaan unsur-unsur

budaya luar) apalagi yang memang diperlukan dalam upaya peningkatan

harkat serta kualitas hidup bangsa. Namun yang terpenting dalam hal ini

perubahan atau unsur-unsur luar itu tidak sampai mengggoncangkan atau

meruntuhkan kerangka dasar kehidupan budaya (Supra

struktur).Pelestarian budaya menuntut agar selalu mencari atau

mengembangkan upaya agar kita tidak lepas dari akar budaya kita yang

secara dialektis harus diartikan sebagai upaya untuk mendinamisasikan

budaya (unsur-unsur budaya) agar mampu tetap seirama dengan derap

kehidupan pendukungnya selalu berubah sebagai akibat imbas perubahan

zaman. Hal ini di perkuat oleh alasan yang menyatakan bahwa tanpa upaya

dinamisasi budaya itu akan cepat dirasakan sangat usang, ketinggalan

zaman, atau tidak menjiwai diri pendukungnya yang selalu bersifat

dinamis.

g) AGIL

Merupakan kepanjangan dari Adaptasi – Goal Attainment (pencapaian

tujuan) – Integrasi – Latensi (pemeliharaan pola).Adaptasi merupakan

suatu keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi

lingkungannya.Ia harus beradaptasi dengan lingkungan tersebut dan

menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan-kebutuhannya. Contohnya,

seseorang yang baru saja lulus SMA kemudian ia melanjutkan

(4)

4

iaharus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sekarang agar ia

dapat beradaptasi dengan sekitarnya.

Goal attainment ( Pencapaian Tujuan ) merupakan suatu persyaratan

fungsional yang muncul dari tindakan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan-tujuan utama. Contohnya : tujuan seorang mahasiswa pergi

kekampus adalah untuk belajar menuntut ilmu, mencari teman, dan lain

sebagainya.

Integrasi merupakan pengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi

komponennya.Contohnya : seorang mahasiswa harus menjalin hubungan

yang baik dengan dosen dan mahasiswa lainnya. Hal ini dilakukan karena

integrasi dilakukan untuk menjamin adanya ikatan emosional di dalam

sistem sosial agar menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja

sama. Dengan kata lain, ia harus menjaga hubungan antara ketiga skema

yang lain (adaptasi, goal attainment, latensi).

Latensi (pemeliharaan pola) merupakan suatu sistem yang harus

melengkapi, memelihara, dan memperbaiki, baik motivasi individual

maupun pola-pola kultural.Contohnya : seorang mahasiswa harus dapat

menjaga pola hubungan antara dosen dan mahasiswa lain agar interaksi

diantara mereka dapat dipertahankan.

Keempat skema ini pada dasarnya saling berkaitan. Jika salah satu dari

skema ini tidak dijalankan, maka skema-skema yang lainnya akan sia-sia

untuk dilakukan. Maksudnya, sebuah sistem (tindakan) akan berlaku jika

skema A-G-I-L ini dijalankan karena skema A-G-I-L ini menjadi ciri dari

seluruh sistem. Contoh perumpamaannya : setiap fakultas tentu terdapat

struktur kepemimpinannya (dekan- pembantu dekan – dosen – mahasiswa),

jika di sebuah fakultas tersebut tidak ada seorang dekan, maka struktur

kepemimpinan di fakultas tersebut akan mengalami gangguan dan sistem

didalamnya tidak akan bekerja. Hal ini juga akan terjadi jika sebuah sistem

(5)

5

h) Masyarakat

Masyarakat (yang diterjemahkan dari istilah society) adalah

sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau

sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu

yang terdapat dalam kelompok tersebut.Kata "masyarakat" berakar dari

bahasa Arab, musyarakah.Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat

adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.Masyarakat

adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu

yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya.Pada umumnya

sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang

hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

1.2. Fungsional Struktural

Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer dari Amerika yang

menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang

menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya

keteraturan masyarakat yang ada di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran

Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut di

ataslah yang menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat kompleks.

Pengertian struktur sosial menurut kajian sosiologi :

 Struktur adalah pola hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia.  Struktur sosial adalah pola hubungan-hubungan, kedudukan-kedudukan, dan

jumlah orang yang memberikan keanggotaan bagi organisasi manusia dalam

kelompok kecil dan keseluruhan manusia.

 Struktur sosial sebagai pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat.

Secara sederhana, fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang

(6)

6

ilmu biologi. Artinya, fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari

beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian tidak bisa

dipahami terpisah dari keseluruhan.

Hubungan terjadi ketika manusia memasuki pola interaksi yang relatif stabil

dan berkesinambungan dan/atau saling ketergantungan yang menguntungkan. Maka

pola struktur sosial dapat dipengaruhi oleh jumlah orang yang berbeda-beda,

kedudukan seseorang dan peran yang dimiliki individu dalam jaringan hubungan

sosial. Perlu dipahami bahwa struktur sosial merupakan lingkungan sosial bersama

yang tidak dapat diubah oleh orang perorang. Sebab ukuran, pembagian kegiatan,

penggunaan bahasa, dan pembagian kesejahteraan didalam organisasi merupakan

pembentuk lingkungan sosial yang bersifat struktural dan membatasi perilaku

individu dalam organisasi.

Teori Fungsionalisme Struktural Parsons mengungkapkan suatu keyakinan

yang optimis terhadap perubahan dan kelangsungan suatu sistem. Akan tetapi

optimisme Parson itu dipengaruhi oleh keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II

dan kembalinya masa kejayaan setelah depresi yang parah itu. Bagi mereka yang

hidup dalam sistem yang kelihatannya mencemaskan dan kemudian diikuti oleh

pergantian dan perkembangan lebih lanjut maka optimisme teori Parsons dianggap

benar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Gouldner (1970: 142): ”untuk melihat

masyarakat sebagai sebuah firma, yang dengan jelas memiliki batas-batas

srukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori baru Parsons, adalah tidak

bertentangan dengan pengalaman kolektif, dengan realitas personal kehidupan

sehari-hari yang sama-sama kita miliki.1

Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Dalam

teorinya, Parsons menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya

pertumbuhan pada mahkluk hidup (Dwi Susilo, Rahmat K, 2008:107). 2Komponen

utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berpendapat

1

Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

2

(7)

7

bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda

berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat

yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan

tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan

hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang

optimis sebuah proses perubahan.

1.3. Fungsi Imprematif Sistem Tindakan

Dalam teori struktural fungsional Parsons ini, terdapat empat fungsi untuk

semua sistem tindakan. Suatu fungsi adalah kumpulan hal yang ditujukan pada

pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan demikian, dalam

perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang

harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian

mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar

sebuah sistem bisa bertahan, yaitu:

1. Adaptasi (Adaptation)

Sebuah sistem ibarat makhluk hidup, artinya agar dapat terus

berlangsung hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan

yang ada, harus mampu bertahan ketika situasi eksternal sedang tidak

mendukung.

Contohnya, suatu sistem akan menyaring budaya barat yang masuk ke dalam

suatu masyarakat melalui aturan – aturan yang ada dalam masyarakat itu

sendiri, antara lain aturan tentang kesopanan berpakaian , maupun kesopanan

berbicara terhadap orang yang lebih tua . Aturan-aturan itu akan

mempengaruhi tindakan suatu masyarakat.

2. Pencapaian Tujuan (Goal Attaintment)

Sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan-tujuan utamanya.

Artinya, sistem diharuskan untuk mengerucutkan pemikiran individu agar

(8)

8

sendiri . Contohnya, orang yang ada dalam sistem pendidikan akan

mengarahkan dirinya untuk suatu tujuan, antara lain, guru akan membimbing

muridnya menuju kelulusan dengan nilai memuaskan, dan seorang murid akan

mengarahkan dirinya untuk menuju kelulusan dengan kepatuhan maupun

kerajinan dalam dirinya.

3. Integrasi (Integration)

Sistem harus mengatur hubungan bagian-bagian yang menjadi

komponennya. Ia pun harus mengatur hubugan antar ketiga imperative

fungsional, yakni adaptation, goal, dan latensi.

4. Pemeliharaan Pola (Latensi)

Sistem harus melengkapi, memelihara, dan memperbarui motivasi

individu dan pola-pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan

motivasi tersebut.

Keempat fungsi tersebut dikenal dengan sebutan AGIL yaitu Adaptasi (A

[adaptation]), pencapaian tujuan (G [goal attainment]), integrasi (I [integration]), dan

latensi atau pemeliharaan pola (L [latency]). Lalu bagaimanakah Parson

menggunakan empat skema diatas, mari kita pelajari bersama.

Pertama adaptasi dilaksanakan oleh organisme perilaku dengan cara

melaksanakan fungsiadaptasi dengan cara menyesuaikan diri dan mengubah

lingkungan eksternal. Sedangkan fungsipencapaian tujuan atau Goal attainment

difungsikan oleh sistem kepribadian dengan menetapkan tujuan sistem dan

memolbilisai sumber daya untuk mencapainya.

Fungsi integrasi di lakukan oleh sistem sosial, dan laten difungsikan sistem

cultural. Bagaimana sistem cultural bekerja? Jawabannya adalah dengan

menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi aktor untuk

bertindak. Tingkat integrasi terjadi dengan dua cara, pertama : masing-masing tingkat

yang paling bawah menyediakan kebutuhan kondisi maupun kekuatan yang

dibutuhkan untuk tingkat atas. Sedangkan tingkat yang diatasnya berfungsi

(9)

9

1.4.Komponendalam penggunaan 4 Imperatif Fungsional A.Sistem Tindakan

Menurut Parsons, terdapat enam lingkungan sistem tindakan yang

mendorong manusia untuk bertindak . Yakni adanya realitas hakiki, sistem

kultural, sistem sosial, sistem kepribadian, organisme behavorial, dan adanya

lingkungan fisik-organik. Dalam lingkungan sistem tindakan, Parsons

mengintegrasikan sistem dalam dua aspek.

Aspek pertama, setiap level yang lebih rendah menyediakan syarat,

energi yang dibutuhkan dalam level yang lebih tinggi. Kedua, level yang lebih

tinggi mengontrol level-level yang hirarkinya berada di bawah mereka. Dalam

lingkungan sistem tindakan, level terendah adalah lingkungan fisik dan

organik yang terdiri dari unsur-unsur tubuh manusia, anatomi, dan fisiologi

yang sifatnya non simbolis sedangkan level tertinggi adalah realitas hakiki.

Contoh dari sistem tindakan Parsons adalah Pancasila yang ada di

negara Indonesia akan mendorong segenap warga untuk melaksanakan semua

yang ada di dalamnya, antara lain menghargai keberagaman agama yang ada

di Indonesia, menjunjung hak-hak asasi manusia dengan keadilan,

menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa, masyarakat akan

mengadakan musyawarah apabila ada sesuatu yang harus disetujui agar

mencapai mufakat, dan selalu menghargai semua yang ada dalam kehidupan

sosial bangsa Indonesia agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur.

B. Sistem Sosial

Konsepsi Parsons tentang sistem sosial dimulai dari level mikro, yaitu

interaksi interaksi antara ego dan alter ego, yang diartikan sebagai bentuk

dasar dari sistem sosial. Menurut Parsons, sistem sosial adalah sistem yang

terdiri dari beragam aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam

situasi yang setidaknya memiliki aspek fisik atau lingkungan, aktor yang

cenderung termotivasi ke arah optimisasi kepuasan dan yang hubungannya

(10)

10

diperantarai dalam bentuk sistem simbol yang terstruktur secara kultral dan

(11)

11

Walaupun sistem sosial identik dengan sistem interaksi, namun

Parsons menganggap interaksi bukan merupakan hal terpenting dalam sistem

sosial, namun ia menempatkan status peran sebagai unit yang mendasari

sistem. Status peran merupakan komponen struktural sistem sosial. Status

merujuk pada posisi struktural dalam sistem sosial, dan peran adalah apa yang

dilakukan aktor dalam suatu posisi.

Aktor tidak dipandang menurut pemikiran dan tindakan, karena dia

tidak lain hanyalah sekumpulan status dan peran. Contohnya, sosialisasi

dalam masyarakat membutuhkan seseorang yang mempunyai posisi struktural

yang lebih tinggi daripada masyarakat yang diberikan sosialisasi. Seorang

pengamen tidak mungkin mengadakan sosialisasi bagaimana melakukan

bersih desa yang seharusnya dilakukan oleh seorang kepala desa di situ.

Dalam analisis sistem sosialnya, Parsons terutama tertarik pada

komponen-komponen strukturalnya. Selain perhatian terhadap status peran,

Parsons tertarik pada komponen sistem sosial skala besar seperti kolektivitas,

norma, dan nilai (Teori Sosiologi, George Ritzer , Douglas J. Goodman :

260).

Dalam analisis sistem sosialnya, Parsons menguraikan sejumlah prasyarat

fungsional bagi sistem sosial, yaitu:

 Pertama, sistem sosial harus terstruktur sedemikian rupa agar dapat beroperasi dengan sistem lain.

 Kedua, sistem sosial harus didukung oleh sistem lain agar dapat bertahan.

 Ketiga, sistem harus secara signifikan memenuhi kebutuhan proporsi kebutuhan aktor-aktornya.

(12)

12

 Kelima, sistem harus memiliki kontrol minimum terhadap perilaku yang berpotensi merusak.

 Keenam, konflik yang menimbulkan kerusakan tinggi harus dikontrol.

Ketika membahas sistem sosial, Parsons tidak sepenuhnya mengesampingkan

masalah hubungan antar aktor dengan struktur sosial. Sebaliknya, ia menyebut

integrasi pola-pola nilai dan kebutuhan disposisi dengan dinamika fundamental

teorema sosiologi (Teori Sosiologi, George Ritzer, Douglas J. Goodman:260).

Karena perhatian utamanya pada sistem sosial, yang terpenting dalam

integrasi ini adalah internalisasi dan sosialisasi. Dalam sosialisasi yang sukses, nilai,

dan norma akan terinternalisasi atau dengan kata lain, mereka menjadi bagian dari

nurani aktor, sehingga dalam mengejar kepentingan mereka, para aktor tengah

menjalankan kepentingan sistem secara keseluruhan.

Aktor adalah penerima pasif dalam proses sosialisasi. Anak-anak tidak hanya

tahu cara bertindak, mereka juga mengetahui norma dan nilai, serta moral

masyarakat.

Sosialisasi digambarkan sebagai proses penjagaan dimana kebutuhan disposisi

mengikatkan anak-anak dalam sistem sosial. Untuk itu, akan diadakan sarana-sarana

yang akan dimiliki anak-anak untuk mengembangkan kreativitas dan memuskan

kebutuhannya, dan kebutuhan akan kepuasan akan mengikat anak-anak pada sistem

yang diharuskan.

Menurut Parsons, alur pertahanan kedua dalam sistem adalah kontrol sosial.

Suatu sistem akan berjalan baik apabila kontrol sosial hanya dijalankan sebagai

pendamping, sebab sistem harus mampu menoleransi sejumlah variasi, maupun

penyimpangan. Sosialisasi dan kontrol sosial adalah mekanisme utama yang

memungkinkan sistem sosial mempertahankan ekuilibriumnya. Jumlah individu

yang sedikit dan berbagai bentuk penyimpangan dapat terakomodasi, namun

(13)

13

baru.Intinya adalah Parsons ingin menekankan bahwa analisisnya mengacu tentang

bagaimana sistem mengontrol aktor, bukan bagaimana aktor menciptakan dan

memelihara sistem.

Menurut Parsons, sistem sosial yang paling spesifik adalah masyarakat yang

dijabarkan sebagai sebuah kolektivitas yang relatif mandiri, dan anggotanya mampu

memenuhi seluruh kebutuhan individual dan kolektif dan sepenuhnya hidup dalam

kerangka kerja kolektif (Teori Sosiologi, George Ritzerdan, Douglas J. Goodman:

262).

Menurut Parsons, di dalam masyarakat ada empat subsistem saat menjalankan

fungsi AGIL. Ekonomi adalah subsistem yang dapat digunakan masyarakat dalam

beradaptasi dengan lingkungan melalui kerja, produksi, dan alokasi. Melalui kerja,

ekonomi menyesuaikan lingkungan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat , dan

ia membantu masyarakat beradaptasi dengan realita yang ada di luar.Subsistem kedua

adalah politik yang digunakan masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan mereka serta

memobilisasi aktor dan sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut.

Subsistem ketiga adalah sistem pengasuhan misalnya sekolah, maupun

keluarga yang menangani pemeliharaan pola-pola yang ada dalam masyarakat agar

tidak berubah dengan mengajarkan kebudayaan berupa nilai dan norma kepada aktor

yang menginternalisasikannya kepada mereka. Akhirnya, komunitas masyarakat

sebagai subsistem keempat akan mengatur berbagai komponen masyarakat .

C.Sistem Kultural

Menurut Parsons, kebudayaan merupakan kekuatan utama yang

mengikat sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena di dalam kebudayaan

terdapat norma dan nilai yang harus ditaati oleh individu untuk mencapai

tujuan dari kebudayaan itu sendiri. Nilai dan norma itu akan diinternalisasikan

oleh aktor ke dalam dirinya sebagai suatu proses dalam sistem kepribadian

(14)

14

Contohnya, nilai dan norma akan mendorong individu untuk bertutur kata

lebih sopan kepada orang yang lebih tua maupun orang yang dituakan.

Parsons berpendapat bahwa sistem kultural sama dengan sistem

tindakan yang lain. Jadi, kebudayaan adalah sistem simbol yang terpola dan

tertata yang merupakan sarana orientasi aktor, aspek sistem kepribadian yang

diinternalisasikan, dan pola-pola yang terinstitusionalkan dalam sistem sosial

(Teori Sosiologi, George Ritzer , Douglas J. Goodman:263). Artinya sistem

kultural dapat dikatakan sebagai salah satu pengendali sistem kepribadian.

D.Sistem Kepribadian

Sistem kepribadian tidak hanya dikendalikan oleh sistem kultural,

namun juga dikendalikan oleh sistem sosial. Ini tidak berarti tidak ada tempat

independen atau bebas pada sistem kepribadian. Pandangan Parsons adalah

kendati konteks utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan

kebudayaan melalui sosialisasi. Kepribadian menjadi sistem independen

karena hubungannya dengan organismenya sendiri dan melalui keunikan

pengalaman hidupnya sendiri; Sistem Kepribadian Bukanlah Sekadar

Epifenomena (Teori Sosiologi, George Ritzer, Douglas J. Goodman:263).

Kritik Parsons tentang kepribadian ialah, dia tidak membiarkan

kepribadian sebagai sistem yang tidak independen atau tidak bisa berdiri

sendiri dan hanya diatur oleh sistem kultural maupun sistem sosial.

Kepribadian adalah sistem motivasi yang ada di dalam diri individu yang

mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan disposisi. Kebutuhan ini

berbeda bukanlah dorongan naluriah sejak lahir yang dimiliki individu, namun

kebutuhan ini timbul karena individu berada dalam setting sosial.

Kebutuhan disposisi akan mendorong individu untuk menerima

maupun menolak objek yang ada di lingkungan itu maupun untuk mencari

dan menemukan objek yang baru. Dengan kata lain, kebutuhan inilah yang

mendorong individu untuk terjebak maupun masuk dalam suatu sistem

(15)

15

Parsons membedakan kebutuhan disposisi menjadi tiga jenis, yakni hal

yang mendorong aktor untuk mendapatkan cinta, persetujuan, keputusan yang

disebabkan dari hubungan sosial mereka. Kedua adalah internalisasi nilai

yang mendorong aktor untuk mengamati berbagai standar struktural, dan

kemudian menjadi harapan suatu peran untuk memberi maupun mendapatkan

respon yang tepat dari hubungan sosial. Seperti yang dapat kita lihat dalam

contoh tadi, seorang yang lebih muda akan berbicara lebih sopan kepada

orang yang lebih tua maupun yang dituakan.

Dalam hal ini, Parsons dipandang hanya memberi gambaran yang

pasif mengenai individu karena dalam penyampaiannya mengenai individu,

individu hanya digerakkan oleh kebutuhan disposisi dan kebudayaan yang

diinternalisasi atau dengan kata lain, aktor hanya mendapat pengaruh dan

tidak mempengaruhi.

E. Organisme Behavioral

Parsons tidak membahas hal ini terlalu panjang, organisme behavioral

dimasukkan karena merupakan sumber energi bagi seluruh sistem. Meski

didasarkan pada bangunan genetis, organisasinya dipengaruhi oleh proses

pengondisian dan pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan individu.

Organisme behavioral jelas merupakan sistem bekas dalam karya Parsons,

namun paling tidak Parsons dipuji karena memasukkannya sebagai bagian

dari sosiologinya, jika tidak ada alasan lain selain bahwa ia mengantisipasi

adanya minat pada sosiologi tubuh di kalangan beberapa sosiolog.3

3

(16)

16 1.5. KERANGKA BERPIKIR

Berikut adalah kerangka berfikir dimana nantinya dapat membantu dalam

memahami penelitian dan alur pemahaman yang diteliti.

Bagan 1 Kerangka Berpikir

Peraturan PERMENDIKBUD NO. 79 Tahun 2014

Siswa (Pengembangan karakter siswa) Kebijakan mulok di

SMP-SMP Negeri Salatiga

Struktur Fungsional

(AGIL)

Implementasi MULOK Mutan lokal (MULOK) yang berbasis pada budaya masyarakat

(17)

17 Pemahaman Kerangka Berpikir

Kementrian pendidikan indonesia membuat sebuah peraturan dimana setiap

daerah di indonesia mengharuskan sekolah-sekolah untuk mengangakat budaya

sekitar dan menjadikan sebuah mata pelajaran yang berbasis dengan kebudayaan

masyarakat sekitar agar ikut serta dalam melestarikan budaya masyarakat sekitar,

maka dari itu diterbitkanlah peraturan PERMENDIKBUD NO. 79 Tahun 2014 yang

berisi tentang kurikulum muatan lokal (MULOK) dimana MULOK tersebut

berdasarkan nilai kebudayaan yang berbasis pada budaya masyarakat sekitar.

Peraturan tersebut nantinya akan memacu setiap sekolah untuk menciptakan

kebijakan-kebijakan (khususnya SMP-SMP Negeri di Salatiga) diperuntukan untuk

kurikulum muatan lokal (MULOK) agar menjadi sebuah upaya

dalammengimplementasi MULOK di tingkat SMP Negeri Kota Salatiga yang

diharapkan yang berdampak pada pengembangan karakter pada setiap siswa dan

berujung pada tercapainya tujuan bagi setiap siswa agar dapat mengakar pada

kebudayaan yang berbasis pada budaya masyarakan sekitar maupun kebudayaan

diIndonesia lainnya.Dalam hal ini saya menggunakan kacamata teori struktur

fungsional AGIL Talcott Parsons sebagi alat untuk melihat dan mendiskripsikan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian PD-L1 untuk berbagai jenis tumor tengah berkembang pesat dan telah membuktikan ekspresi positif PD-L1 berhubungan dengan kondisi klinis yang lebih buruk

Karena penerbitan KIA dilakukan setelah penerbitan NIK (Nomor Induk Kependudukan) sebagai dasar penerbitan akta kelahiran dan kartu keluarga (KK). Proses pembuatan

Langkah-langkah mencari artikel menggunakan search engine Disusun Sebagai Kelengkapan RPL.Prodi DIII Keperawatan. Program Percepatan Pendidikan

Pelaksanaan Peraturan Bupati Tulang Bawang Barat Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Program Bantuan Pendidikan sudah terlaksana dengan baik, yang di harapkan program bantuan

Namun, masih saja menghadapi beberapa kendala yang kemudian menjadi hambatan untuk menerapkan pembelajaran matematika dengan media berbasis IT tersebut.. Banyak

Saran: diharapkan kepada para Hakim untuk dapat lebih memahami mengenai sanksi pidana berupa sistem dua jalur agar dalam memutus suatu perkara dapat menggunakan

3.3 Mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran kunci determinasi berpengaruh terhadap