• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PENELANTARAN BAYI Riki Firman, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica email: (rikif904gmail.com)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PENELANTARAN BAYI Riki Firman, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica email: (rikif904gmail.com)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PENELANTARAN BAYI (Jurnal)

Oleh:

RIKI FIRMAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ANALISIS KRIMINOLOGIS KEJAHATAN PENELANTARAN BAYI Riki Firman, Eko Raharjo, Dona Raisa Monica

email: (rikif904@gmail.com) Abstrak

Kejahatan penelantaran bayi sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia.Alasan pelaku melakukan kejahatan penelantaran bayi beragam, yaitu antara lain karena bayi tersebut merupakan hasil hubungan di luar nikah, faktor ekonomi, dll. Permasalahan yang dibahas penulis dalam skripsi berjudul Analisis Kriminologis Kejahatan Penelantaran Bayi, dengan mengajukan dua permasalahan yaitu: Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penelantaran bayi dan bagaimanakah upaya penanggulangan terhadap pelaku kejahatan penelantaran bayi. Pendekatan masalah yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, bahwa faktor-faktor kejahatan penelantaran bayi adalah karena pelaku merasa malu dan tidak mau bertanggung jawab terhadap bayi akibat hubungan luar nikah, faktor kurangnya pengetahuan agama yang membuat pelaku terjerumus untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agamanya dan melakukan perbuatan kejahatan yang merupakan tindak pidana, faktor kepribadian individu yang kurang baik menjadi pemicu pelaku menentang norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, faktor ekonomi dijadikan alasan sebagai upaya untuk melepaskan diri/melepaskan tanggung jawab terhadap bayi tersebut, faktor keluarga dan lingkungan memiliki pengaruh yang besar dalam terbentuknya tingkah laku/perbuatan dari pergaulan sehari-hari, faktor yang melatarbelakangi terjadinya kejahatan penelantaran bayi lainnya adalah faktor bayi yang dilahirkan kondisi fisiknya tidak sempurna, faktor bayi yang dilahirkan tidak sesuai dengan jenis kelamin yang diharapkan. Upaya penanggulangan kepada pelaku kejahatan melalui jalur penal dapat dikenakankepada pelaku kejahatan penelantaran bayi sesuai Pasal 308 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

(3)

CRIMINOLOGICAL ANALYSIS OF BABY DISPLACEMENT CRIME Riki Firman, Eko Raharjo, Donna Raisa Monica

email: (rikif904@gmail.com)

Abstract

Baby displacement crime often hapenned in various regions in Indonesia. The baby displacement perpetrators had some various reasons, such as the baby who was born from out of marriage, economic factor and etc. The problems discussed by researcher in the script titled The Criminological Analysis Of Baby Displacement Crime, by proposing two issues, namely: what are the factors that cause baby displacement crime And How is the eradictions baby displacement perpetrators. Problem approached which is used in this paper are normative and empirical juridical. Based on the results of research and discussion, that the factors of baby displacement crime because the perpetrator was embarrassed and did not want to be responsible for the baby due to extramarital relations, lack of religious knowledge factor that make perpetrators to perform contrary with religion so that they perpetrators did that crime, the individual personality factor unfavorable will be trigger for perpetrator against the prevailing norms in the community, economic factor used as a reason to escape / release responsibility for that baby, family and environmental factors have great influence form behavior/actions in daily life, the factors behind the other baby displacement crime is the baby which is born is without perfect conditions of phisycal and the gender of the baby is not appropriet with the parent’s expectation. The eradiction to perpetrator is through penal it can be imposed to baby displacement perpetrator in accordance Section 308 Code Of Criminal Law (KUHP) and Law No. 23 of 2002 about children protection.

(4)

I. PENDAHULUAN

Globalisasi merupakan suatu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.1

Dampak Globalisasi dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif. Dalam hal ini dampak negatif globalisasi yaitu dari aspek sosial budaya. Salah satu dampak negatif globalisasi dari aspek sosial budaya adalah pergaulan bebas. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang dianggap dunia sebagai kiblat.2

Anak merupakan anugerah yang dititipkan sang pencipta kepada manusia. Sejak dalam kandungan,

anak telah mendapatkan

perlindungan khusus supaya dijaga segala hak-hanya sebagai manusia. Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus perlindungan bagi anak yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Segala bentuk perbuatan yang dapat mengganggu hak-hak anak dapat diancam hukuman sesuai

1Wikipedia,Globalisasi,http://id.wikipedia.or g/wiki/Globalisasi diakses pada tanggal 5 Juli 2014, pada pukul 8.03 Wib.

2 Wulan Yulian, Dampak Globalisasi di

Beberapa Aspek Kehidupan,

http://www.slideshare.net/99yuda/makalah- dampak-globalisasi-di-beberapa-aspek-kehidupan diakses pada tanggal 5 Juli 2014, pada pukul 8.04 Wib.

Undang Perlindungan Anak.

Menurut Undang-Undang

Perlindungan Anak ada 4 bagian pokok kewajiban orang tua, antara lain perlindungan di bidang agama, pendidikan, sosial serta kesehatan anak.

Anak merupakan tanggung jawab orang tua secara khusus dan juga tanggung jawab masyarakat pada umumnya. Berdasarkan pada Pasal 25 Undang-Undang Perlindungan Anak, kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

Arif Gosita mengatakan bahwa anak wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tindakan siapa saja (individu atau kelompok, organisasi swasta maupun pemerintah) baik secara langsung maupun secara tidak langsung.3 Perlindungan anak menjadi hal yang sangat penting untuk didapatkan anak sejak anak dilahirkan.

Pergaulan bebas adalah merupakan bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada.4 Pergaulan bebas merupakan masalah yang mengancam sistem sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Dengan adanya pergaulan bebas membuat banyak orang meninggalkan atau

3

Arif, Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, Akademi Presindo, 1989, hlm. 35.

4 Niamah Nn, Pengertian dan Penyebab

Pergaulan Bebas,

(5)

melupakan nilai-nilai sosial dan moral yang terkandung di dalam kehidupan masyarakat. Pergaulan bebas dapat menimbulkan dampak kehamilan bagi perempuan yang melakukan hubungan di luar nikah. Pasangan yang melakukan hubungan badan di luar nikah tidak mau bertanggung jawab yaitu dengan melakukan aborsi ataupun melakukan penelantaan bayi.

Hak asasi manusia merupakan hak mendasar yang dimiliki setiap manusia semenjak lahir. Hak

dilakukan tanpa adanya

pengecualian, hak asasi manusia berhak didapatkan oleh semua orang dan hak-hak dasar manusia juga perlu mendapatkan perhatian dengan baik. Penelantaran bayi merupakan tindakan pelanggaran hak asasi manusia pada anak, karena dapat menghilangkan hak hidup seseorang. Sebuah pelanggaran HAM yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Penelantaran bayi merupakan sebuah tindak pidana sesuai dengan pasal 308 KUHP. Dan juga melanggar ketentuan tentang perlindungan anak yang diatur di dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan penelantaran bayi dan (2)

bagaimanakah upaya

penanggulangan terhadap pelaku kejahatan penelantaran bayi.

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis normatif yaitu adalah penelitian yang dilakukan dengan cara melihat, menelaah, mengenai beberapa hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, konsep-konsep, peraturan hukum dan sistem hukum yang berkenaan dengan skripsi ini atau sering disebut sebagai suatu library research.

Pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan menggali informasi dan melakukan penelitian di lapangan guna mengetahui secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi lapangan yang lebih akurat.

II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor Penyebab

Terjadinya Kejahatan

Penelantaran Bayi

(6)

berbeda. Tetapi, diantara teori tersebut terdapat unsur-unsur yang secara prinsip menunjukkan persamaan-persamaan sehingga jika digolongkan dari persamaan dan perbedaan tersebut akan ditarik secara garis besar faktor-faktor yang sangat menentukan terhadap timbulnya suatu kejahatan.

Keanekaragaman faktor-faktor penyebab kejahatan tersebut juga diakui oleh Sutherland dan Cressy bahwa kejahatan adalah hasil dari faktor-faktor yang beranekaragam dan bermacam-macam, dan bahwa faktor-faktor itu dewasa ini, dengan kelakuan kriminal tidak ada teori ilmiah.5

Berdasarkan wawancara penulis dengan Ridwan,6 menyatakan bahwa faktor-faktor penyebab kejahatan penelantaran bayi ada 2, yaitu:

1. Faktor Ekonomi

Masalah ekonomi memiliki peran besar yang mampu menimbulkan berbagai macam kejahatan, salah satu kejahatan yang timbul adalah kejahatan penelantaran bayi.

2. Faktor Akibat Hubungan Gelap

Pergaulan bebas menjadi penentu timbulnya kejahatan penelantaran bayi, karena dengan bebasnya melakukan hubungan di luar nikah yang membuat pasangan wanita hamil. Dan anak hubungan luar nikah ini yang pelaku ingin tinggalkan dengan cara penelantaran bayi.

5 Abdulsyani, Op. Cit, hlm. 44

6 Hasil wawancara dengan Ridwan , tanggal

18 September 2014.

Menurut Erna Dewi,7 ada 5 (lima) faktor pelaku melakukan kejahatan penelantaran bayi yaitu:

1. Faktor Pergaulan Bebas

Adanya penyimpangan norma yang terjadi sehingga menimbulkan masalah akibat pergaulan bebas yaitu anak/bayi hubungan gelap. Sehingga

mendorong pelaku nekat

menelantarkan bayinya sendiri.

2. Faktor Psikologis

Kondisi pelaku yang panik setelah melahirkan bayi hubungan luar nikah, menjadikan sebuah alasan untuk melakukan kejahatan tersebut.

3. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan tempat yang mempengaruhi perkembangan hidup, karena di dalam lingkup keluarga tersebut seseorang dapat mendapatkan kasih sayang atau perhatian yang baik untuk mengontrol perilakunya. Kurangnya perhatian keluarga mendorong seseorang melakukan kejahatan penelantaran bayi karena tidak ada kontrol dari dalam keluarga.

4. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang bersahabat membawa pengaruh yang baik bagi setiap individu di lingkungan tersebut. Tetapi, lingkungan tempat tinggal yang acuh membentuk karakter seseorang untuk tidak peduli dan membentuk karakter yang buruk. Karakter yang tidak bersahabat dengan lingkungan ini sangat rawan untuk melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan norma sosial di masyarakat.

7

(7)

5. Faktor Ekonomi

Faktor ini tidak terlalu dominan terhadap kejahatan penelantaran bayi, karena kejahatan tersebut lebih menjurus kepada perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari norma sosial atau norma agama yang ada.

Selanjutnya penulis berpandangan bahwa perbuatan kejahatan penelantaran bayi terjadi karena faktor kurang kuatnya pengetahuan agama dan keimanan pelaku, karena agama pada dasarnya mendoktrin bagi penganutnya untuk melakukan perbuatan baik dan benar sesuai

dengan apa yang telah

digariskan/diajarkan agama tersebut sebagai nilai penuh moral dan penuh kebaikan. Penyebab lainnya yaitu karena bayi yang dilahirkan tersebut berasal dari hubungan luar nikah, hal ini berawal dari ketidakpantasan saat melakukan pergaulan yang jauh dari nilai budaya ketimuran Indonesia.

Faktor kepribadian individu merupakan faktor selanjutnya yang berperan terhadap terjadinya kejahatan penelantaran bayi. Sifat individu yang bertanggung jawab dan mengakui kesalahannya akan menghindarkan dari terjadinya kejahatan penelantaran bayi, karena setiap individu mencoba untuk mempertanggungjawabkan perbuatan akibat kesalahannya sendiri. Individu yang sejak kecil dididik dengan agama dan pendidikan yang baik, membentuk karakter orang tersebut untuk senantiasa melakukan perbuatan yang sejalan dengan norma-norma agama, sosial, dll.

Faktor keluarga yang di dalamnya

tidak memiliki suasana

keharmonisan merupakan pendorong

seseorang untuk tidak peduli terhadap keluarganya. Sehingga tidak ada perhatian khusus terhadap masalah apa yang sedang dialami keluarganya dan lebih mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Peran keluarga sebagai alat kontrol sosial dalam lingkup yang lebih kecil di masyarakat pun menjadi hilang.

Faktor lingkungan membawa pengaruh besar dalam terjadinya berbagai kejahatan, kejahatan-kejahatan tidak akan muncul apabila dalam lingkungan tempat seseorang tinggal memiliki lingkungan yang agamis, berbudaya dan antara masyarakat memiliki komunikasi dan akhlak yang baik. Dari semua faktor yang penulis uraikan, penulis menilai faktor yang paling dominan terhadap kejahatan penelantaran bayi adalah faktor hubungan di luar nikah.

B. Upaya Penanggulangan Terhadap Pelaku Kejahatan Penelantaran Bayi

Ada beberapa cara yang dapat digunakan dalam upaya melakukan penanggulangan terhadap kejahatan, seperti yang dikemukakan G.P. Hoefnagel, bahwa penanggulangan kejahatan itu dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1. Penerapan hukum pidana (criminal law application)

2. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

(8)

(Influencing news of society on crime and punishment/ mass media).8

Marc Ancel pernah menyatakan, bahwa “modern criminal science” terdiri dari tiga komponen ”Criminology”, ”Criminal Law”, dan “Penal Policy”. Dikemukakan olehnya, bahwa “Penal Policy” adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-undang, tetapi juga kepada pengadilan untuk menerapkan undang-undang dan juga kepada para penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan.9 Penggunaan upaya “penal” (sanksi/hukum pidana) dalam mengatur masyarakat (lewat perundang-undangan) pada hakikatnya merupakan bagian dari dari suatu langkah kebijakan (“policy”).10

Berdasarkan wawancara penulis

dengan Ridwan,11 upaya

penanggulangan yang dapat dilakukan terkait kejahatan penelantaran bayi yaitu:

1. Memberikan pemahaman yang baik terhadap masyarakat terkait akibat-akibat hukum yang dapat timbul apabila melakukan kejahatan,

8

Muladi dan Barda Nawawi Arif, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung, Alumni, 1998, hlm. 48.

9 Marc Ancel, Social Defense, A Modern

Approuch to Criminal Problems, London, Routledge and Kagen Paul, 1965, hlm. 4-5.

10 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek

Kebijakan Penegakkan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2005, hlm. 75.

11

Hasil wawancara dengan Ridwan , tanggal 18 September 2014.

terutama kejahatan penelantaran bayi.

2. Memberikan pemahaman tentang perilaku negatif kejahatan penelantaran bayi dari sudut pandang keagamaan. Disini peran tokoh agama sangat vital untuk menasehati semua individu agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas yang bisa berujung kepada dilakukannya perbuatan kejahatan penelantaran bayi.

3. Menjelaskan tentang adanya sanksi sosial yang dapat timbul jika melakukan suatu kejahatan. Masyarakat memiliki sanksi sosial tersendiri di luar sanksi hukum yang berlaku, sanksi sosial tersebut tidak

hanya menghukum kepada

pelakunya tetapi dapat juga berimbas terhadap keluarganya yang diasingkan dalam kehidupan bermasyarakat. Serta menjelaskan sanksi khusus yang diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang ini telah menjelaskan secara khusus bentuk-bentuk perlindungan yang wajib didapatkan oleh anak-anak bahkan termasuk bayi yang baru dilahirkan.

(9)

penelantaran bayi kepada pihak kepolisian.

Penanggulangan kejahatan dapat diupayakan dari peran aktif orang tua untuk selalu mengajarkan dan membimbing anaknya untuk menjauhi perilaku tercela/perbuatan kejahatan dengan lebih menekankan pada pengetahuan agama. Agama memiliki ajaran-ajaran yang mampu mengendalikan tingkah laku penganutnya untuk berprilaku pantas supaya setiap individu memiliki akhlak yang baik. Dalam lingkungan sekolah, guru berperan memberikan nasehat kepada para pelajar untuk senantiasa memaknai nilai-nilai moral yang ada dan berkembang dalam masyarakat.

III. SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Faktor-faktor kejahatan penelantaran bayi adalah faktor kurangnya pengetahuan agama, faktor akibat hubungan luar nikah, faktor kepribadian individu, faktor keluarga, faktor lingkungan tempat tinggal, faktor ekonomi dan faktor lain-lainnya. Upaya penanggulangan kepada pelaku kejahatan melalui jalur penal dapat dikenakankepada pelaku kejahatan penelantaran bayi sesuai Pasal 308 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani, 1987, Sosiologi

Kriminologi, Bandung, Remadja Karya.

Gosita, Arif, 1989, Masalah

Perlindungan Anak, Jakarta, Akademi Presindo.

Muladi, Barda Nawawi Arif, 1998, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung, Alumni.

Nawawi Arief, Barda, 2001, Masalah Penegakkan Hukum

dan Kebijakan

Penanggulangan Kejahatan, Bandung, Citra Aditya Bakti.

Niamah Nn, Pengertian dan

Penyebab Pergaulan Bebas,

http://warnaa-warnii.blogspot.com/2013/01/ pengertian-dan-penyebab-pergaulan-bebas.html diakses pada tanggal 14 Juli 2014, pada pukul 07.01 Wib.

Wikipedia, Globalisasi, http://id.wikipedia.org

Wulan Yulian, Dampak Globalisasi di Beberapa Aspek

Kehidupan,

Referensi

Dokumen terkait

Redesign /pengembangan Terminal Penumpang Internasional Bandara Sam Ratulangi Manado akan dirancang dengan menerapkan tema Arsitektur Metabolisme, dimana dalam

Puji syukur tercurahkan kepada Allah SWT, Sang Semesta Alam berkat rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ STUDI

Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Hershkovich dkk di Israel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peningkatan IMT dengan kejadian

Karena anak dari hasil perkawinan antar agama status hukumnya adalah anak sah, tentu saja membawa konsekwesnsi yuridis terhadap kedua orang tua yang melahirkannya, di mana

Ketidaksesuaian tersebut terletak pada (1) Pasar pada Catuspatha Ubud yang sejak awal terletak di arah Kelod- Kangin (Tenggara) semakin menggeser ruang terbuka

Arti penting pesantren tidak hanya terletak pada kenyataan bahwa ia telah menanamkan sistem nilai Islam yang, paling tidak, telah menciptakan masyarakat yang lebih religius,

But judgements of particular works of art are not based, or at any rate not in a similar way, on principles, and the relationship of what have often been called phenomenal properties

memiliki rencana atau sistem kerja yang baik untuk karyawannya, memberikan jalur kerja yang ganda untuk melatih kelincahan karyawaan dalam menangani beberapa