• Tidak ada hasil yang ditemukan

Origami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Origami"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL PROPOSAL TERAPI BERMAIN TERAPI BERMAIN

“SENI MELIPAT KERTAS ORIGAMI POP UP CARD” “SENI MELIPAT KERTAS ORIGAMI POP UP CARD”

PADA PASIEN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA PASIEN ANAK USIA PRA SEKOLAH

DI RUANG HERBRA DI RUANG HERBRA RSU DR

(2)

SATUAN ACARA KEGIATAN

1. Latar Belakang

Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan   pengalaman traumatik pada anak, yakni ketakutan dan ketegangan atau stress

hospitalisasi. Stres ini disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol dan perlakuan tubuh akibat tindakan invasif  yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya pada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tidak  kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan yang diberikan.

RSU Dr. Sutomo merupakan rumah sakit rujukan yang memfasilitasi  pemeriksaan anak lebih modern dan beragam jenisnya juga merupakan penyebab stress bagi anak, orang tua atau pengasuh anak yang mendampinginya untuk 

(3)

 b. Tujuan Khusus:

1. Meningkatkan perkembangan motorik halus anak usia pra sekolah 2. Melatih meningkatkan kognitif anak dalam pemilihan bentuk yang tepat

dalam melipat kertas origami pop up card

3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial, afektif dan bahasa anak yaitu  berinteraksi sesama teman

3. Prinsip Bermain di Rumah Sakit

a. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis  b. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien

c. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien d. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak 

(4)

7. Strategi Pelaksanaan

NO WAKTU KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB

1. 5 menit Pembukaan :

1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan dari terapi  bermain

4. Kontrak waktu dengan anak dan orang tua

Leader 

2. 25 menit Pelaksanaan :

1. Mengatur posisi anak  2. Membagikan kertas

Leader dan Fasilitator  Fasilitator 

(5)

4. 5 menit Terminasi :

1. Menutup acara permainan dengan memberikan reward kepada seluruh peserta 2. Salam penutup

Leader 

8. Peserta

Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang perawatan Herbra yang memenuhi kriteria :

- Usia pra sekolah (yang berusia 4-6 tahun) sebanyak 6-8 orang. - Tidak mempunyai keterbatasan fisik 

- Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga - Pasien kooperatif 

(6)

1. Membuka acara permainan

2. Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai selesai. 3. Mengarahkan permainan.

4. Memandu proses permainan. 5. dan mengarahkan proses bermain  b. Fasilitator, tugasnya:

1. Membimbing anak bermain.

2. Memberi motivasi dan semangat kepada anak dalam menyusun kertas 3. Memperhatikan respon anak saat bermain.

4. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan keluarganya. c. Observer, tugasnya:

1. Mengawasi jalannya permainan.

2. Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan. 3. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain.

(7)

• Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan • Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan

• Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi bermain

dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan dilaksanakan.

 b) Evaluasi Proses

• Leader memandu terapi bermain dari awal hingga akhir kegiatan • Respon anak baik selama proses bermain berlangsung

• Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung

• Anak mau dan dapat menyusun kertas dengan baik didampingi oleh

fasilitator 

• Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain • Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiwa tercapai dengan

(8)

MATERI KONSEP BERMAIN

2.1 Pengertian Bermain

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir, bermain dilakukan secara sukarela dan tidak  ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban (Hurlock, 1991).

2.2 Pengertian Pop Up Card

Pop Up Card adalah suatu seni membuat gambar muncul keluar dari kartu 3 dimensi. Dari lembaran-lembaran Pop Up dapat dibuat buku sehingga tidak  membosankan dan memudahkan untuk belajar.

2.3 Fungsi Bermain

(9)

teman permainannya.

d. Usia prasekolah : sadar akan keberadaan teman sebaya, mengidentifikasi ciri yang ada pada setiap bermainnya.

e. Usia sekolah : teman 1 atau 2 orang yang disukai, belajar memberi dan menerima, belajar peran benar atau salah, nilai moral dan etik, mulai memahami tanggung jawab dari tindakannya.

4. Kreativitas

Melalui bermain anak menjadi kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam  bermain. Kalau anak merasa puas dari kreativitas baru, maka anak akan mencoba  pada situasi yang lain.

5. Nilai terapeutik 

Untuk melepaskan stress dan ketegangan. 6. Kesadaran diri

(10)

1. Dilakukan berdasarkan motivasi intrinsik, maksud muncul atas keinginan  pribadi serta untuk kepentingan sendiri.

2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi yang positif.

3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain.

4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhir. 5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada anak-anak kecil.

2.6 Klasifikasi Bermain

1. Menurut isi permainan

1) Social Affektif Play, permainan yang membuat anak belajar 

(11)

saling meminjam alat permainan. Ciri Anak Prasekolah

5) Cooperatif Play, bermain dalam kelompok, ada perasaan

kebersamaan/ sebaliknya, terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Ada tujuan yang ditetapkan dan ingin dicapai.

3. Menurut Usia Anak Pra Sekolah

 Anak usia sekolah (4 tahun - 6 tahun)

- Usia 4 Tahun

Motorik Kasar : Berjalan berjinjit, melompat dengan satu kaki, menangkap  bola dan melemparkannya dari atas kepala

Motorik Halus: Sudah bisa menggunakan gunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertical maupun horizontal, belajar  membuka dan memasang kancing baju.

(12)

mulai diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua dan lingkungan. Suatu contoh; anak ikut serta merapikan tempat tidur, bagi anak  wanita bisa membantu ibu di dapur. Dalam hal ini anak sudah mulai memperluas lingkup pergaulannya. Ia menjadi aktif di luar rumah, kemampuan berbahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara cenderung untuk selalu menang sendiri.

Disini peran seorang ayah sudah mulai berjalan, harus ada hubungan yang harmonis antara ayah, ibu dan anak yang tujuan akhirnya adalah untuk  memantapkan identitas diri anak. Orang tua dapat melatih diri anak untuk  mengintegrasikan peran – peran sosial dan tanggung jawab sosial. Pada tahap ini pula kadang – kadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatan yang lebih disebabkan karena keterbatasan kemampuannya. Akan tetapi jika ada tuntutan lingkungan, semisal dari orang tua sendiri ataupun orang lain yang terlalu tinggi maka akan dapat mengakibatkan anak merasa

(13)

tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Status kesehatan anak 

Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi, walaupun demikian,  bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Kebutuhan   bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau anak  terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip  bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit.

(14)

5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak 

Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera   pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah

mainan tersebut sesuai dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di toko atau mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari atau berasal dari benda-benda di sekitar  kehidupan anak, akan lebih merangsang anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan dimanipulasi, akan manegajarkan anak  untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi sosial dengan orang lain.

(15)

4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama 5. Melibatkan orang tua

2.10 Keuntungan Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat

2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.

3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang  pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan  pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri.

4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk  mempunyai tingkah laku yang positif 

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock.1991. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga

Berhman et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 3, Editor bahasa Indonesia:

A. Samik Wahab-Ed.15- Jakarta : EGC

 Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit , Ed.2, Jakarta:EGC

Soetjiningsih, 1995, Tumbuh Kembang Anak , Jakarta : EGC

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta :

(17)

LEMBAR PENILAIAN

Nama Anak Menilai Kemampuan Kognitif Menilai Kemampuan

Motorik Halus Kemampuan sosial, afektif dan bahasa Nilai Total Mendengarkan  peraturan  permainan melipat kertas  pop up card Memahami untuk  menjalankan  permainan melipat kertas pop up card Ketepatan memilih warna kertas Kemampuan menyusun kertas sesuai  bentuk  Kerapian menyusun kertas Kemampuan  berinteraksi dengan teman Sikap ketika

 berinteraksi menceritakanKemampuan  bentuk kertas yang dibuat 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Keterangan :

Penilaian dilakukan dengan memberikan nilai maksimal 3 dan minimal 1 3 = sangat baik 

2 = cukup baik  1 = kurang baik 

(18)

LEMBAR OBSERVASI

TERAPI BERMAIN MELIPAT KERTAS

KERJASAMA MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN

TIM TERAPI BERMAIN RUANG HERBRA RSUD DR.SOETOMO SURABAYA 10 FEBRUARI 2012

Tema : Melipat Kertas

Hari/Tanggal : Jumat, 10 Februari 2012 Waktu : 09.00 – 09.45 WIB

Tempat : Ruang Herbra RSUD Dr. Soetomo

No Evaluasi Struktur Keterangan Evaluasi Proses Keterangan Evaluasi Hasil Keterangan

1 Anak hadir di ruangan

6-8 orang ( √ ) Anak antusias dalamkegiatan menyusun  pop up card

Anak terlihat senang dan gembira 2 Pelaksanaan terapi   bermain dilakukan di Ruang Bona 1 1.Leader : 2. Fasilitator : 3. Observer :

Anak mengikuti terapi   bermain dari awal

sampai akhir 

Kecemasan anak   berkurang

3 Pengorganisasian  penyelenggaraan

terapi dilakukan 1 hari sebelumnya

Pengorganisasian

  penyelenggaraan terapi dilakukan 1 hari sebelumnya, yaitu pada hari kamis, 9 Februari 2012  pukul 11.00 WIB

Tidak terdapat anak  yang rewel atau malas untuk dan menyusun  pop up card

Bentuk yang dibuat sesuai pola atau rapi

(19)

4 Anak mampu menyebutkan benda apa yang dibuatnya ( √ )

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit dan tindakan perawat diperlukan

 Cerita ”Oma Ami Pencinta Lingkungan”  Teks bacaan Jalil Sakit, Ke Rumah Sakit, Menjenguk jalil  Gamba r-gambar kesehatan ( anak dirawat di rumah sakit, dokter,

Hadi Hartono, SpJP selaku Direktur rumah sakit Darmo, yang telah memberi kesempatan penulis melakukan penelitian pada pasien anak yang sedang dirawat di rumah

Hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien gangguan kardiovaskular yang dirawat diruangan alamanda Rumah Sakit Ulin Banjarmasin tahun 2015

Kinerja perawat merupakan faktor penting, namun terdapat fenomena penurunan kinerja pada Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu.. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Manfaat Play Therapy Program dalam penanganan anak yang dirawat di rumah sakit maka akan memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan ketakutan lewat permainan,

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit dan tindakan perawat diperlukan

Pasien akan merasa puas pada pelayanan rumah sakit apabila kinerja perawat baik pula untuk rumah sakit tersebut, sehingga penting bagi rumah sakit untuk mengawasi dan membangun