SKRIPSI
Oleh
Ayu Permata Hati Barus 111101050
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Oleh
Ayu Permata Hati Barus 111101050
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial
di Rumah Sakit Umum Deli Serdang”.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai
hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan
dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatra Utara
2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan 1 Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatra Utara
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan 2
Fakultas keperawatan Universitas Sumatra Utara
4. Bapak Ikhsannuddin A Harahap, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan
3 Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara
5. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini
9. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang yang telah memberi
peneliti izin untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi
yang terkait dengan penelitian.
10.Bapak Drs. BM. Sembiring, Mth yang telah memberi arahan,
bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini
11.Teristimewa kepada kedua orang tua saya, ayahanda Nagangi Barus
dan Ibunda Ngalemi, abang-abang saya Bobby Edi Suranta Barus,
Herry Christian Barus, Franc Andre Syahputra Barus, dan kakak saya
Dian Ayu Lestari Barus, dan keponakan saya Amy Septia Sabarnina
Barus yang telah memberikan doa, nasehat, dukungan moril dan
dukungan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12.Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara
khususnya stambuk 2011 khususnya Suci, Dini, Melisa, Putri, Zona,
Habibul, Nurjannah yang telah memberikan semangat dan masukan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
13.Teman-teman kost gang pancur siwah 5b Riahta, kak Ira, Rani, kak
Nova, bang Adi yang telah memberikan semangat dan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata peulis
mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2015
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
1.3 Jenis-jenis infeksi nosokomial ... 8
1.4 Pencegahan infeksi nosokomial ... . 9
Bab 3 Kerangka penelitian ... 15
1. Kerangka konseptual ... 15
2. Definisi operasional... 17
Bab 4 Metodologi penelitian... 19
1. Desain penelitian ... 19
2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 19
2.1. Populasi... 19
6. Validitas dan reliabilitas ... 23
7. pengumpulan data ... 23
1.2.2 Tindakan penggunaan alat pelindung diri ... 30
1.2.3 Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam... 31
1.2.4 Pengelolaan linen dan limbah ... 32
2. Pembahasan ... 33
2.1 Kebersihan tangan five moments... 33
2.2 Tindakan penggunaan alat pelindung diri ... 35
2.3 Tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam ... 37
2.4 Pengelolaan linen dan limbah ... 38
3. Keterbatasan penelitian ... 39
Bab 6 Penutup 1. Kesimpulan ... 40
2. Saran ... 42
Daftar pustaka ... 44
Lampiran 1. Informed consent Lampiran 2. Instrumen penelitian
Lampiran 3. Jadwal tentatif penelitian
Lampiran 4. Taksasi dana
Lampiran 5. Tabel hasil data demografi responden
Lampiran 6. Tabel hasil data tindakan pencegahan infeksi nosokomial
Lampiran 7. Master tabel data demografi perawat
Lampiran 8. Master tabel tindakan pencegahan infeksi nosokomial
Lampiran 9. Surat izin survey
Lampiran 10. Surat balasan survey
Lampiran 11. Surat izin pengumpulan data
Lampiran 12.Surat balasan izin pengumpulan data
Lampiran 13. Surat selesai penelitian
Lampiran 14. Surat etika penelitian
Lampiran 15. Abstrak
Lampiran 16. Lembar buktibimbingan
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan pencegahan
infeksi nosokomial (kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda
tajam lainnya, pengelolaan linen dan limbah ... 28 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan kebersihan tangan
five momets ... 29 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan penggunaan alat
pelindung diri ... 30 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan pencegahan luka
tusukan jarum atau benda tajam lainnya... 31 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan pengelolaan
Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit dan tindakan perawat diperlukan untuk mencegah infeksi nosokomial dengan melakukan kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang meliputi kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling dengan sampel yang diteliti yaitu setiap tindakan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang diperoleh 31 tindakan dari 15 perawat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan tangan five moments dilakukan dengan baik 55,46%, penggunaan alat pelindung diri dilakukan dengan baik 71%, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dilakukan dengan baik 63,15% dan pengelolaan linen dan limbah dilakukan dengan baik 91,4%. Saran untuk pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan dan meningkatkan kesadaran dalam melakukan kebersihan tangan five moments, penyediaan fasilitas untuk kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri: handscoon serta tidak menutup kembali jarum suntik yang telah digunakan sebagai cara untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Academic Year : 2014-2015
ABSTRACT
Nosocomial infection is an infection when a patient is in the process of health care or being treated in a hospital. In this case, nurses are needed to forestall nosocomial infection by doing some actions such as five moments hand cleaning, using personal protective devices, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of line and sewage. The objective of the research was to describe nurses’ actions in forestalling nosocomial infection which included five moments hand cleaning, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of linen and sewage. The research used descriptive design. The samples consisted of 31 actions and 15 nurses, taken by using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires on demographic data and observation sheets about nurses’ actions in forestalling nosocomial infection. The result of the research showed that five moments hand cleaning was done well (55.46%), personal protective devices had been used well (71%), forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects was done well (63.15%), and management of linen and sewage was dine well (91.4%). It is recommended that health care providers pay more attention to and increase awareness of doing five moments hand cleaning, providing facility for washing hands, using personal protective devices, handscoon, not sealing hypodermic needles when they have been used to forestall nosocomial infection.
Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit dan tindakan perawat diperlukan untuk mencegah infeksi nosokomial dengan melakukan kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang meliputi kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling dengan sampel yang diteliti yaitu setiap tindakan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang diperoleh 31 tindakan dari 15 perawat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan tangan five moments dilakukan dengan baik 55,46%, penggunaan alat pelindung diri dilakukan dengan baik 71%, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dilakukan dengan baik 63,15% dan pengelolaan linen dan limbah dilakukan dengan baik 91,4%. Saran untuk pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan dan meningkatkan kesadaran dalam melakukan kebersihan tangan five moments, penyediaan fasilitas untuk kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri: handscoon serta tidak menutup kembali jarum suntik yang telah digunakan sebagai cara untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Academic Year : 2014-2015
ABSTRACT
Nosocomial infection is an infection when a patient is in the process of health care or being treated in a hospital. In this case, nurses are needed to forestall nosocomial infection by doing some actions such as five moments hand cleaning, using personal protective devices, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of line and sewage. The objective of the research was to describe nurses’ actions in forestalling nosocomial infection which included five moments hand cleaning, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of linen and sewage. The research used descriptive design. The samples consisted of 31 actions and 15 nurses, taken by using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires on demographic data and observation sheets about nurses’ actions in forestalling nosocomial infection. The result of the research showed that five moments hand cleaning was done well (55.46%), personal protective devices had been used well (71%), forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects was done well (63.15%), and management of linen and sewage was dine well (91.4%). It is recommended that health care providers pay more attention to and increase awareness of doing five moments hand cleaning, providing facility for washing hands, using personal protective devices, handscoon, not sealing hypodermic needles when they have been used to forestall nosocomial infection.
Rumah Sakit memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu untuk menjamin keselamatan klien (Depkes, 2011).
Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program “Patient Safety” yang
salah satu sasarannya adalah tentang pengendalian risiko infeksi (KKPRSI
PERSI).
Infeksi adalah suatu invasi dan multiplikasi mikroorganisme di jaringan
tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat metabolisme
yang kompetitif, toksin, replikasi intraselular, atau respon antigen-antibodi
(Kamus Kedokteran Dorland, 2002). Infeksi merupakan invasi tubuh oleh
patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter Perry,
2005). Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang paling mungkin
mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang sangat
tinggi dengan jenis virulen yang mungkin telah resisten terhadap antibiotik
(Potter & Perry, 2005). Klien yang mendapat perawatan di lingkungan rumah
sakit berisiko tinggi mendapat infeksi yang disebut infeksi nosokomial (WHO,
2002).
Nosocomial Infection atau yang biasa disebut hospital acquired
infection adalah infeksi yang didapatkan atau yang terjadisaat klien dirawat
lebih dari 48 jam di rumah sakit (Soewondo, 2007). Infeksi nosokomial
sebelumnya terinfeksi yang berasal dari lingkungan rumah sakit (Potter Perry,
2005).
Dampak dari infeksi nosokomial dapat mengakibatkanmeningkatnya
biaya perawatan, lamanya masa rawat di intitusi pelayanan kesehatan, sehingga
dapat menambah pengeluaran klien dan institusi pelayanan kesehatan (Potter
Perry, 2005). Selain itu infeksi nosokomial yang terjadi di pelayanan kesehatan
dapat menyebabkan secara langsung maupun tidak langsung kematian pada
klien (Depkes, 2010).
Hasil Survei yang dilakukan di Amerika Serikat pada 183 rumah sakit
dengan klasifikasi rumah sakit large, medium, small didapat bahwa pada rumah
sakit dengan klasifikasi large didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial
tahun 2011 sebanyak 31,4%, rumah sakit dengan klasifikasi medium
didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sebanyak 33,5% dan rumah
sakit dengan klasifikasi small didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial
sebanyak 24,1% (Magill dkk, 2014). Hasil survei yang dilakukan di Rumah
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan terdapat angka kejadian infeksi
nosokomial pada Februari tahun 2007 sebanyak 2,6% (Panjaitan, 2011).
Peneliti melakukan survei awal di Rumah Sakit Umum Deli Serdang
dan didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial tahun 2013 sebanyak 3,14%
(Rekam medis RSUD Deli Serdang, 2014) dan angka ini telah melewati
standar angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit yakni ≤ 1,5%
sering terjadi dengan berbagai angka persentase dan melewati standar angka
kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit.
Banyak faktor penyebab infeksi nosokomial diantaranya adalah faktor
ekstrinsik (petugas kesehatan, penderita lain, bangsal/lingkungan, peralatan,
pengunjung/keluarga, makanan dan minuman), faktor intrinsik (usia, jenis
kelamin, kondisi umum, risiko terapi, adanya penyakit lain), faktor
keperawatan (lamanya hari perawatan, menurunnya standart keperawatan,
padatnya penderita) dan faktor mikroba/patogen (Darmadi, 2008). Hasil
Penelitian yang dilakukan oleh Dazman dkk memperoleh hasil sebanyak 41,5%
infeksi nosokomial disebabkan oleh dokter dan 39,4% disebabkan oleh perawat
yang disebarkan melalui kontak langsung kepada klien (Danzman et al, 2013).
Darmadi (2010) menyatakan bahwa pengendalian infeksi dapat
dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan yang ada di rumah sakit dan petugas
kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien lebih tinggi perannya
dalam mencegah infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial yang
lakukan perawat yakni kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri,
pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya, pembersihan dan
disinfeksi peralatan, sterilisasi, pembersihan lingkungan perawatan klien,
pengelolaan linen dan limbah (WHO, 2002).
Hasil penelitian yang dilakukan Ernawati (2014) diperoleh hanya 35%
perawat melakukan kebersihan tangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Simanjuntak (2001) di rumah sakit St Boromeus Bandung terdapat 62,5%
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Oleh karena itu,
penulis mengangkat judul “Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi
Nosokomial di RSUD Deli Serdang”.
2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial meliputi
kebersihan tangan five moments, mengenakan alat pelindung diri, pencegahan
luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya, pembersihan dan disinfeksi
peralatan, sterilisasi, pembersihan lingkungan perawatan klien dan pengelolaan
linen dan limbah di RSUD Deli Serdang?
3. Tujuan Penelitian
1) Mengetahui tindakan perawat dalam melakukan kebersihan tangan five
moments di RSUD Deli Serdang.
2) Mengetahui tindakan perawat dalam mengenakan alat pelindung diri di
RSUD Deli Serdang.
3) Mengetahui tindakan perawat dalam melakukan pencegahan luka tusukan
jarum atau benda tajam lainnya di RSUD Deli Serdang.
4) Mengetahui tindakan perawat dalam melakukan Pengelolaan linen dan
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini menjadi sumber referensi mahasiswa dan diharapkan
akan dapat menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan bagi
instansi pendidikan tentang tindakan perawat dalam pencegahan infeksi
nosokomial.
4.2 Bagi pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi perawat dalam
meningkatkan kesadaran untuk melakukan cuci tangan, menggunakan alat
pelindung diri (sarung tangan) dalam melakukan aktivitas keperawatan, yang
merupakan cara untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, sehingga
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit terutama mutu pelayanan
keperawatan dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial.
4.3 Bagi penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan bagi
penelitian selanjutnya tentang masalah yang berkaitan dengan tindakan
1.1 Pengertian infeksi nosokomial
Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired
infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di rumah sakit
(WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah
infeksi yang didapatkan atau yang terjadi saat klien dirawat lebih dari 48
jam di rumah sakit (Soewondo, 2007).Darmadi (2008) menyatakan bahwa
infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam
proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit. Infeksi
nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang
bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Berdasarkan
beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa infeksi
nosokomial adalah infeksi lokal maupun sistemik yang terjadi tidak dalam
masa inkubasi melainkan saat klien dirawat lebih dari 48 jam di rumah
sakit.
Darmadi (2008) menyatakan suatu infeksi dapat dikatakan didapat
dari rumahsakit apabila memiliki ciri-ciri:
1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan
tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut;
2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang
3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah
3 x 24 jam sejak mulai perawatan;
4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi
sebelumnya;
5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit ssudah tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat
dirumah sakit yang sama pada waktu yang kaku, serta belum pernah
dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.
1.2.Insiden
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahoyo dkk (2012) pada 39
rumah sakit di Eropa memperoleh hasil survei untuk angka kejadian
infeksi nosokomial dengan persentase 19,1%. Hasil penelitian Malobicka,
dkk (2013) memperoleh sebuah survei prevalensi di University Hospital in
Martin untuk angka kejadian Urinary tract Infections menempati urutan
tertinggi dengan persentase 27,3%, urutan kedua adalah Bloodstream
Infections dan Surgical site Infections dengan persentase 22,7%, dan
selanjutnya adalah Pneomoniae dengan persentase 18,2%, dan terakhir
adalah beberapa infeksi lainnya dengan persentase 9,1%.
Nur, dkk (2013) menemukan bahwa angka kejadian infeksi
nosokomial (phlebitis) di Instalasi Rawat Inap RS Universitas Hasanuddin
selama 4 triwulan tahun 2012 yaitu 14,7%, 3,7%, 4,48%, 3,7% sehingga
rata-rata kejadian infeksi nosokomial (phlebitis) sebanyak 6,64%. RSUD
infeski nosokomial pada tahun 2010 angka kejadiannya sebanyak 0,37%
menjadi 1,48% kasus pada tahun 2011 (Nugraheni, 2012). Panjaitan
(2011) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menemukan
angka kejadian infeksi nosokomial Februari pada tahun 2007 terdapat
kejadian infeksi nosokomial 2,6% dari pasien yang keluar.
1.3. Jenis-jenis infeksi nosokomial
Jenis-jenis infeksi nosokomial menurut Gruendemann dan
Fernsebner (2005) adalah :
1. Infeksi luka operasi (ILO)
Risiko timbulnya ILO ditentukan oleh tiga faktor yakni
jumlah dan jenis kontaminasi mikroba pada luka, keadaan luka pada
akhir operasi (ditentukan oleh teknik pembedahan dan proses
penyakit yang dihadapi selama operasi), dan kerentanan pejamu.
2. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini berkaitan dengan pemakaian kateter indweling dan
sistem drainase kemih atau prosedur atau peralatan urologis lainnya.
Kateter indweling membentuk suatu mekanisme yang
memungkinkan bakteri masuk kedalam kandung kemih. Lama
kateterisasi merupakan variabel penting dalam menentukan apakah
seorang pasien terkena infeksi. Sedangkan pada sistem drainase yang
3. Infeksi aliran darah (Bloodstream infections)
Infeksi ini berkaitan dengan pemasangan selang intravaskular
(infus). Lama pemasangan selang intravaskular merupakan penentu
utama kolonisasi bakteri. Semakin lama selang terpasang, semakin
tinggi pula risiko infeksi.
1.4. Pencegahan infeksi nosokomial
WHO (2002) menyatakan bahwa pencegahan infeksi
nosokomial dilakukan dengan menerapkan prosedur kewaspadaan
standar terhadap semua petugas rumah sakit meliputi :
1. Kebersihan tangan five moment
Penyebaran infeksi nosokomial dari tangan dapat
diminimalkan dengan cara mencuci tangan dengan tepat. Kegiatan
cuci tangan ini Menurut WHO (2006) 5 momen mencuci tangan
adalah sebagai berikut
1.1 Sebelum kontak langsung dengan klien
Mencuci tangan sebelum menyentuh pasien ketika
mendekati pasien dalam situasi seperti berjabat tangan,
membantu pasien bergeser ataupun berpindah posisi, dan
pemeriksaan klinis.
1.2 Sebelum melakukan tindakan aseptik/invasif
1.3 Sesudah kontak dengan cairan tubuh/benda yang terkontaminasi
Mencuci tangan segera setelah terpapar dengan cairan
tubuh pasien yang beresiko tinggi atau setelah melepaskan
sarung tangan dalam situasi seperti perawatan gigi dan mulut,
aspirasi sekresi, pengambilan dan memeriksa darah,
membersihkan urin, feses, dan penanganan limbah.
1.4 Setelah kontak dengan klien
Mencuci tangan setelah menyentuh pasien dan lingkungan sekitarnya dan ketika meninggalkan pasien dalam situasi seperti berjabat tangan, membantu pasien merubah posisi dan pemeriksaan klinik.
1.5 Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar klien
Mencuci tangan setelah menyentuh benda atau peralatan
pasien di lingkungan sekitarnya dan ketika meninggalkan
ruangan pasien bahkan bila tidak menyentuh pasien dalam
situasi mengganti linen tempat tidur pasien dan penyetelan
kecepatan perfusi.
2). Alat pelindung diri
Selain membersihkan tangan, yang harus selalu dilakukan
petugas kesehatan adalah mengenakan alat pelindung diri sesuai
dengan prosedur yang mereka lakukan dan tingkat kontak dengan
pasien yang diperlukan untuk menghindari kontak dengan darah dan
pelindung, pelindung mata dan masker bedah. Peralatan tambahan
seperti penutup kepala, sepatu bot tidak dianggap sebagai alat
pelindung diri, tetapi dapat digunakan demi kenyamanan petugas
kesehatan.
a. Sarung tangan
Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang digunakan
untuk mencegah kontak langsung petugas kesehatan dengan darah
atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi. Setelah sarung tangan
dilepas perawat atau petugas harus kembali mencuci tangan.
b. Gaun pelindung
Gaun pelindung digunakan sebagai pelindung untuk mencegah
agar pakaian petugas kesehatan tidak terkena darah atau cairan
tubuh lainnya. Gaun pelindung yang dapat digunakan kembali
harus dicuci setelah digunakan.
c. Masker, pelindung mata dan pelindung wajah
Masker, kacamata pelindung dan pelindung wajah merupakan alat
pelindung diri yang digunakan untuk melindungi mukosa mata,
hidung, atau mulut petugas kesehatan dari risiko kontak dengan
sekret pernapasan atau percikan darah, cairan tubuh, sekresi,
ataupun ekskresi pasien. Pelindung wajah melindungi mulut,
hidung, dan mata dan dapat digunakan sebagai pengganti masker
Petugas kesehatan tidak boleh menyentuh bagian depan masker
atau alat pelindung mata saat membuka peralatan ini dan harus
membersihkan tangan setelah membuka peralatan ini.
3). Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya
Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya
merupakan bagian dari kewaspadaan standar. Pencegahan luka
tusukan jarum atau benda tajam lainnya merupakan faktor penting
untuk mengurangi dan menghilangkan penularan patogen yang
terbawa dari darah pasien yang terinfeksi ke petugas kesehatan,
pasien lain dan orang lain melalui luka akibat benda tajam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah transmisi
infeksi antara pasien dengan alat injeksi:
a. Kurangi injeksi yang kurang dibutuhkan
b. Gunakan jarum yang steril
c. Gunakan jarum yang sekali pakai
d. Cegah adanya kontaminasi terhadap obat-obatan pada jarum yang
akan dipakai kembali
e. Jangan tutup kembali jarum yang sudah dipakai
f. Buang suntikan, jarum suntik, pisau bedah atau benda tajam
lainnya pada wadah yang tahan tusukan
4). Pembersihan dan disinfeksi peralatan
Peralatan yang dapat digunakan kembali harus dibersihkan
dapat dilihat hilang dan kemudian harus dilakukan disinfeksi dengan
benar sebelum perlatan tersebut digunakan. Semua perlengkapan
yang dirancang untuk sekali pakai harus dibuang ke wadah atau
penampung limbah yang sesuai segera setelah digunakan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan
disinfeksi:
a. Memiliki kriteria untuk membunuh mikroorganisme
b. Peralatan yang akan didisinfeksi
c. Komposisi peralatan dan kegunaannya
d. Tingkat disinfeksi yang diperlukan
e. Ketersediaan dan kapasitas pelayanan, fasilitas fisik, sumber daya
organisasi dan personel.
5). Sterilisasi
Sterilisasi merupakan proses penghancuran semua
mikroorganisme melalui cara fisika atau kimia. Sterilisasi dilakukan
pada alat-alat, sarung tangan bedah dan alat-alat lain yang kontak
langsung dengan darah atau jaringan.
6). Pembersihan lingkungan perawatan pasien
Pembersihan harus dilakukan sebelum proses disinfeksi.
Pembersihan harus menggunakan tehnik yang benar untuk
menghindari aerosolisasi debu. Hanya perlengkapan atau permukaan
sering disentuh oleh petugas kesehatan yan memerlukan disinfeksi
setelah dibersihkan.
7). Pengelolaan linen dan limbah
Prinsip umumnya adalah semua linen yang sudah digunakan
dan limbah harus dimasukkan ke dalam kantong atau wadah yang
tidak rusak saat diangkut. Semua bahan padat pada linen yang kotor
harus dihilangkan dan dibilas dengan air. Linen yang sudah digunakan
harus dibawa dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi
permukaan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Linen yang
sudah digunakan harus dicuci sesuai dengan prosedur pencucian biasa.
Sedangkan pada limbah, limbah harus diklasifikasikan, dibawa, dan
dibuang sesuai dengan peraturan dan kebijakan setempat. Klasifikasi
limbah sangat penting untuk memastikan limbah dibawa dengan benar
dan dibuang ke saluran yang sesuai. Petugas kesehatan harus
menghindari aerosolisasi saat mambawa dan membuang limbah. Ini
sangat penting pada limbah feses. Petugas harus mengenakan sarung
tangan sekali pakai saat membawa limbah dan membersihkan tangan
Kerangka ini dibuat bertujuan untuk mengetahui tindakan perawat
dalam pencegahan infeksi nosokomial mencakup kebersihan tangan five
moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum
dan benda tajam, pengelolaan linen dan limbah di Rumah Sakit Umum
Daerah Deli Serdang. Berdasarkan uraian diatas, variabel yang akan diteliti
adalah tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial meliputi
kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan
luka tusukan jarum dan benda tajam, pengelolaan linen dan limbah dan
Variabel yang tidak diteliti adalah pembersihan dan disinfeksi peralatan,
sterilisasi, dan pembersihan lingkungan perawatan pasien disebabkan karena
selama penelitian berlangsung tindakan tersebut tidak didapati dalam aktivitas
perawat, dan bukan bagian jobdesk perawat dalam melakukan aktivitas
Tindakan perawat dalam pencegahan
infeksi nosokomial.
(WHO,2002)
Skema 1.Kerangka konsep penelitiantindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial
1. Kebersihan tangan Five Moments
2. Penggunaan alat pelindung diri
3. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam
4. Pengelolaan linen dan limbah
1. Tidak dilakukan
2. Dilakukan dengan baik
5. Pembersihan dan disinfeksi peralatan 6. Sterilisasi
7. Pembersihan
2. Definisi operasional
Tabel 1. Defenisi Operasional
No Variabel
penelitian
Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur kotoran dan organisme yang menempel dari tangan oleh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang sesuai dengan prinsip 5 moment meliputi: sebelum kontak langsung dengan klien, sebelum melakukan tindakan
aseptik/invasif, sesudah kontak dengan cairan tubuh/benda yang
klien atau penderita yang terinfeksi ke petugas kesehatan atau penderita lain melalui luka akibat benda tajam, mencakup tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai, Tidak melepas jarum yang sudah dipakai dari suntikan sekali pakai dan atau tidak membengkokkan/mema tahkan atau memegang jarum yang sudah
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap
pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif observatif untuk mengetahui bagaimana
tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Deli
Serdang.
2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tindakan perawat dalam
pencegahan infeksi nosokomial di Intensive Care Unit (ICU), dan
Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Deli Serdang.
Berdasarkan hasil survei pada bulan Oktober 2014, diperoleh data bahwa
jumlah perawat yang bekerja di ruang ICU sebanyak 12 orang, dan di
ruang NICU sebanyak 11 orang, dan dengan total tindakan yang
2.2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah setiap tindakan
yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Jumlah
sampel yang diobservasi sebanyak 31 tindakan dari 15 orang perawat.
2.3. Teknik sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Proses
pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan mengobservasi
setiap temuan tindakan yang ada mengenai aktivitas perawat yang terkait
dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial, maka tindakan yang
dilakukan oleh perawat menjadi sampel dalam penelitian.
3. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang ICU, dan NICU RSUD Deli
Serdang karena di rumah sakit tersebut belum pernah dilaksanakan penelitian
terkait tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial, dan lokasinya
4. Pertimbangan etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan ijin dari komite
etik Fakultas Keperawatan USU dan persetujuan atau rekomendasi dari
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian,
selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat izin dari
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Setelah mendapatkan izin dari
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang, peneliti memberikan lembar
persetujuan (Informed Consent) kepada kepala ruangan. Peneliti terlebih
dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur
penelitian kepada kepala ruangan. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan
penelitian, peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap setiap tindakan yang
dilakukan perawat. Setelah melakukan pengamatan terhadap tindakan yang
dilakukan oleh perawat, kuesioner data demografi diberikan kepada perawat.
Perawat tidak mengetahui item-item yang akan diobservasi oleh peneliti.
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama perawat
(anominity) pada lembar pengumpulan data, tetapi memberikan kode pada
masing-masing lembar pengumpulan data. Peneliti menjamin kerahasiaan
(confidentialy) perawat dan data-data tersebut hanya digunakan untuk
5. Instrumen penelitian
Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen penelitian.
Penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen yakni kuesioner data demografi
dan lembar observasi.
Kuesioner data demografi merupakan bagian pertama instrumen
penelitian berisi tentang pengkajian data demografi perawat meliputi jenis
kelamin, usia, pendidikan terakhir, serta lama masa kerja. Lembar observasi
digunakan untuk mengamati tindakan perawat dalam pencegahan infeksi
nosokomial meliputi kebersihan tangan five moment, menggunakan alat
pelindung diri (sarung tangan, masker,), pencegahan luka tusukan jarum atau
benda tajam lainnya, pembersihan dan disinfeksi peralatan yang sudah dipakai,
melakukan sterilisasi alat, pembersihan lingkungan perawatan pasien, dan
pengelolaan limbah dan linen dengan hasil ukur dilakukan dengan baik dan
tidak dilakukan. Lembar observasi yang digunakan adalah pencegahan infeksi
nosokomial dari WHO (2002).
Tindakan kebersihan tangan five moments terdiri dari lima item
pengamatan, tindakan penggunaan alat pelindung diri terdiri dari empat item
pengamatan, tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam terdiri
dari dua item pengamatan, tindakan pembersihan dan disinfeksi peralatan
terdiri dari tiga item pengamatan, tindakan sterilisasi terdiri dari tiga item
pengamatan, tindakan pembersihan lingkungan perawatan klien terdiri dari
empat item pengamatan dan tindakan pengelolaan linen dan sampah terdiri dari
6. Pengukuran Validitas dan Reliabilitas
Penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi dan pedoman
lembar observasi pencegahan infeksi nosokomial dari who, sehingga uji
validitas dan reliabilitasnya tidak perlu dilakukan. Uji validitas dan reliabilitas
pada penelitian ini tidak dilakukan karena menurut Setiadi (2007) alat
pengumpul data berupa pedoman wawancara terbuka, pedoman observasi,
format penjaringan data dan seterusnya tidak perlu diuji validitas dan
reliabilitasnya.
7. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima ijin dari
komite etik Fakultas Keperawatan USU dan surat izin pelaksanaan penelitian
dari Fakultas Keperawatan USU dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Pengamatan dilakukan dengan
meminta persetujuan dari kepala ruangan. Selanjutnya meminta kepala
ruangan untuk menginformasikan kepada perawat tentang adanya proses
pengambilan data dan dengan meminta kerja sama kepala ruangan agar tidak
memberitahukan aspek penilaian ataupun topik yang sedang diteliti, sehingga
tidak terjadi perubahan sikap yang tidak wajar pada petugas kesehatan.
Setelah mendapatkan izin untuk melakukan pengamatan dari
kepala ruangan, peneliti selanjutnya melakukan pengamatan terhadap setiap
tindakan yang dilakukan perawat yang mengindikasikan tindakan pencegahan
infeksi nosokomial. Observasi dilakukan berdasarkan temuan-temuan yang
perawat selama melakukan aktivitas keperawatan. Namun perawat tidak
mengetahui item-item yang diobservasi oleh peneliti. Pengamatan dilakukan
selama 2-3 jam. Berdasarkan pengamatan bahwa tidak semua item dalam
pencegahan infeksi nosokomial dapat diamati seperti tindakan pembersihan
dan disinfeksi peralatan, sterilisasi, dan pembersihan lingkungan perawatan
klien. Beberapa tindakan tersebut tidak dilakukan pengamatan karena tidak
didapatinya temuan tindakan tersebut selama pengamatan berlangsung.
Sesuai dengan pengamatan bahwa tindakan tersebut tidak menjadi bagian
jobdesk perawat. Setelah pengamatan selesai dilakukan peneliti memberikan
lembar data demografi untuk diisi oleh perawat. Peneliti memeriksa
kelengkapan data dan mengumpulkan lembar data demografi perawat.
Apabila lembar data belum diisi secara lengkap, peneliti meminta perawat
untuk melengkapi data demografinya dan mengumpulkan kembali lembar
tersebut. Setelah mendapatkan hasil observasi dan memperoleh seluruh data
tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Kemudian data yang terkumpul
dianalisis.
Selama melakukan penelitian, tidak semua perawat dapat diobservasi
oleh peneliti berhubung beberapa perawat bertugas pada shift malam, sehingga
peneliti tidak dapat meneliti tindakan yang dilakukan perawat pada shift
tersebut. Pengamatan dilakukan secara langsung menggunakan indera
penglihatan, apakah perawat melakukan tindakan pencegahan infeksi
nosokomial dengan baik atau tidak. Frekuensi waktu pengumpulan data
dilakukan observasi setiap hari berturut-turut dan pengamatan tidak dapat
dilakukan pada semua perawat.
8. Analisis data
Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data
melalui beberapa tahapan, antara lain tahap editing untuk memeriksa
kelengkapan pada data-data yang telah terkumpul. Tahap selanjutnya yakni
coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk
mempermudah ketika mengadakan analisa. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan teknik komputerisasi.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
univariat.Analisis ini dilakukan pada tiap-tiap variabel dan disajikan dalam
bentuk frekuensi dan persentase. Analisis univariat bertujuan untuk
mendapatkan gambaran deskriptif tiap variabel. Analisis univariat dalam
penelitian ini berbentuk data katagorik yang dilakukan pada variabel penelitian
yaitu tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Penyajian
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan
mengenai tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di ruang
ICU dan NICU RSUD Deli Serdang. Hasil penelitian ini diperoleh melalui
tindakan penyebaran lembar data demografi dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti kepada perawat. Penyebaran lembar data demografi dilakukan untuk
memperoleh data perawat berupa jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan
lama masa kerja perawat. Tindakan observasi dilakukan untuk memperoleh
data tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.
Penelitian ini telah dilaksanakan April-Juni 2015. Penelitian ini melibatkan
seluruh tindakan pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan oleh perawat
di RSUD Deli Serdang. Penelitian ini melibatkan 15 perawat yang melakukan
tindakandalam pencegahan infeksi nosokomial. Selama peneliti melakukan
observasi didapati beberapa perawat melakukan lebih dari 1 tindakan dengan
klien yang sama atau dengan klien yang berbeda. Berdasarkan observasi
didapatkan 31 tindakan yang mengindikasi pencegahan infeksi nosokomial.
Penyebaran data demografi dilakukan setelah perawat selesai diobservasi.
Penyajian data meliputi deskripsi tindakan perawat dalam pencegahan
infeksi nosokomial di RSUD Deli Serdang yang dikategorikan dilakukan
dengan baik, dan tidak dilakukan. Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai
1.1. Karakteristik demografi responden
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di RSUD Deli Serdang
Berdasarkan pada tabel 5.1 diperoleh data bahwa mayoritas perawat
berjenis kelamin perempuan sebanyak 86,7% dengan usia perawat 31-35
tahun sebanyak 33,3%, tingkat pendidikan perawat sebagian besar D3
Keperawatan sebanyak 73,3% dengan lama masa kerja 0-5 tahun sebanyak
1.2 Tindakan pencegahan infeksi nosokomial (Kebersihan tangan Five Moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah )
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Deli Serdang
Tindakan Pencegahan
Berdasarkan pada tabel 5.2 tindakan pencegahan infeksi nosokomial yang
dilakukan di RSUD Deli Serdang, pada tindakan kebersihan tangan sebagian
tindakan dilakukan dengan baik yakni 55,46%. Pada tindakan penggunaan alat
pelindung diri sebagian besar tindakan dilakuan dengan baik yakni 68,55%. Pada
tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam sebagian besar
tindakan dilakukan dengan baik yakni 63,15%. Pada tindakan pengelolaan linen
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Kebersihan Tangan Five Moments Perawat di RSUD Deli Serdang
Kebersihan Tangan Five
Berdasarkan pada tabel 5.3 tindakan kebersihan tangan sebelum kontak
langsung dengan klien didapatkan hanya sebagian cuci tangan dilakukan baik
yakni 54,8%. Sebelum melakukan tindakan aseptik/invasif hanya sebagian yang
melakukan dengan baik yakni 48,4%. Sesudah kontak dengan cairan tubuh/benda
yang terkontaminasi sebagian mayoritas tindakan cuci tangan dilakukan dengan
baik yakni 80,6%. Sesudah kontak langsung dengan klien sebagian besar tindakan
kebersihan tangan dilakukan dengan baik 77,4%. Setelah menyentuh lingkungan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Penggunaan Alat Pelindung diri Perawat di RSUD Deli Serdang
Penggunaan Alat tidak digunakan pada klien yang berbeda
11 35,5 20 64,5 31 100
Sarung tangan tidak dicuci dengan tujuan digunakan kembali
21 67,7 10 32,3 31 100
Mengenakan pelindung wajah ketika memungkin terkena percikan cairan tubuh
31 100 - - 31 100
Berdasarkan hasil pada dari tabel 5.4 penggunaan alat pelindung diri yang
dilakukan oleh perawat, ketika memakai sarung tangan untuk kontak dengan
darah/cairan tubuh sebagian besar perawat memakai sarung tangan dengan
persentase 70%. Indikasi penggunaan sarung tangan yang sama tidak digunakan
pada klien yang berbeda, sebagian besar sarung tangan yang sama masih
digunakan pada klien yang berbeda dengan persentase 64,5%. Sebagian tindakan
untuk tidak mencuci sarung tangan dengan tujuan digunakan kembali dilakukan
dengan baik dengan persentase 67,7%. Tindakan mengenakan pelindung wajah
ketika memungkinkan terkena percikan cairan tubuh seluruhnya dilakukan dengan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam yang dilakukan perawat di RSUD Deli Serdang
Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam
Dilakukan dengan Baik
Tidak dilakukan
Total
f % f % f %
Tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai
5 26,31 14 73,69 19 100
Tidak melepas jarum yang sudah dipakai dari suntikan sekali pakai dan atau tidak membengkokkan/mematahkan atau memegang jarum yang sudah dipakai dengan tangan
19 100 - - 19 100
Berdasarkan hasil observasi pada tabel 5.5 tindakan pencegahan luka
tusukan jarum atau benda tajam yang dilakukan perawat, sebagian besar tindakan
menutup kembali jarum yang sudah dipakai masih dilakukan yakni 73,69% dan
hanya sebagian tindakan untuk tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai
yakni 26,31%. Seluruh tindakan untuk tidak melepas jarum yang sudah dipakai
dari suntikan sekali pakai dan atau tidak membengkokkan/mematahkan atau
memegang jarum yang sudah dipakai dengan tangan dilakukan dengan baik yakni
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pengelolaan linen dan limbah di RSUD Deli Serdang
Pengelolaan linen dan limbah Dilakukan dengan
Memakai alat pelindung diri saat membuang limbah
23 74,2 8 25,8 31 100
Limbah dimasukkan ke dalam wadah yang tidak rusak /tertutup
31 100 - - 31 100
Berdasarkan pada tabel 5.6 tindakan pengelolaan linen dan limbah yang
dilakukan oleh perawat di RSUD Deli Serdang, seluruh tindakan untuk memilah
pembuangan limbah sesuai dengan jenisnya dilakukan dengan baik yakni 100%.
Pada indikasi memakai alat pelindung diri saat membuang limbah, sebagian besar
perawat mengenakan alat pelindung diri dengan persentase 74,2%. Pada indikasi
linen yang sudah digunakan langsung dimasukkan kedalam kantong linen dan
kemudian dicuci tidak didapati temuan kegiatan pengelolaan linen yang dilakukan
oleh perawat, karena pengelolaan linen sudah dilakukan oleh petugas cleaning
service. Tindakan untuk memasukkan limbah ke dalam wadah yang tidak rusak
2. Pembahasan
Penelitian ini merupakan deskriptif observasional yang bertujuan
untuk mengetahui tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di
RSUD Deli Serdang. Pencegahan ini terdiri dari 7 tindakan dan setiap
tindakan memiliki setiap indikasi tindakan pecegahan infeksi nosokomial.
2.1.Kebersihan Tangan
Pengendalian efektif terhadap infeksi mengharuskan perawat tetap
waspada tentang jenis penularan dan cara untuk mengontrolnya. Mencuci
tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan
pengontrolan penularan infeksi (Potter & Perry, 2005).
Secara khusus dari hasil observasi didapatkan bahwa kebersihan
tangan dilakukan dengan baik pada saat sesudah kontak dengan cairan tubuh
dan sesudah kontak dengan klien yakni sebesar 77,42%. Hal ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Ernawati (2013) yang menunjukkan hasil kebersihan
tangan dengan indikasi yang sama yakni sebesar 67%. Data tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan kebersihan tangan pada indikasi setelah
kontak dengan cairan tubuh dan sesudah kontak dengan klien lebih baik dari
hasil penelitian Ernawati.
Setelah kontak dengan cairan tubuh klien dan setelah melakukan
tindakan, perawat merasa tangannya kotor sehingga perlu melakukan
kebersihan tangan untuk mencegah terjadinya penularan infeksi dari klien
kepada perawat. Hasil ini berbeda pada indikasi setelah menyentuh
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan kebersihan tangan
tidak dilakukan setelah menyentuh lingkungan sekitar klien. Hal ini terjadi
karena perawat menganggap bahwa tidak ada kuman yang berbahaya pada
peralatan di sekitar pasien, karena perawat tidak menyentuh pasien ataupun
kontak dengan cairan tubuh pasien secara langsung sehingga tindakan
kebersihan tangan tidak perlu dilakukan. Kenyataannya kuman juga tetap
melekat pada peralatan di sekitar pasien.
Secara keseluruhan berdasarkan hasil observasi di ruang ICU dan
NICU RSUD Deli Serdang diperoleh data tindakan kebersihan tangan
dilakukan dengan baik sebanyak 55,46%. Hasil penelitian ini juga didukung
oleh penelitian Pittet (2001), yang memaparkan bahwa dari hasil observasi
didapatkan rata-rata pelaksanaan cuci tangan (hand hygiene) sebanyak 48%.
Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Depkes (2009) bahwa salah satu
tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan pengendalian
infeksi adalah hand hygiene (kebersihan tangan) karena kegagalan dalam
menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan
mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Hasil observasi didapatkan sebanyak 44,54% tindakan cuci tangan
tidak dilakukan hal ini disebabkan dari hasil wawancara diketahui bahwa
fasilitas air masih kurang memadai. Air wastafel sering tidak mengalir,
sehingga tindakan kebersihan tangan tidak dapat dilakukan. Kenyataannya
perawat yang tidak melakukan kebersihan tangan (Darmadi, 2008). Tidak
dilakukannya tindakan cuci tangan penyebab utama infeksi nosokomial dan
mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas
pelayanan kesehatan (Depkes, 2009). Hal ini dapat diketahui bahwa masih
didapati angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit sebanyak 3,14%.
2.2 Penggunaan alat pelindung diri
Selain membersihkan tangan, yang harus selalu dilakukan petugas
kesehatan khususnya perawat yakni mengenakan alat pelindung diri sesuai
dengan prosedur yang mereka lakukan dan tingkat kontak dengan pasien yang
diperlukan untuk menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh (WHO,
2008).
Secara keseluruhan berdasarkan hasil observasi di ruang ICU dan
NICU RSUD Deli Serdang diperoleh data tindakan penggunaan alat pelindung
diri dilakukan dengan baik sebanyak 68,55%. Hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Said (2013) yang menunjukkan penggunaan alat
pelindung diri dilakukan dengan baik sebanyak 54,8%. Data tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan alat pelindung diri di RSUD Deli Serdang
lebih baik dibanding hasil penelitian yang dilakukan oleh Said. Penggunaan
alat pelindung diri akan mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan
infeksius yang menginfeksi klien (Potter & Perry, 2005).
Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian perawat memakai
sarung tangan untuk kontak dengan darah/cairan tubuh yakni 71%. Hal ini
yang menemukan mayoritas perawat memakai sarung tangan untuk kontak
dengan darah/cairan tubuh yakni 92,9%. Tujuan penggunaan sarung tangan
adalah menurunkan resiko terkontaminasinya tangan pelayan kesehatan
terhadap darah dan cairan tubuh lainnya (WHO, 2009). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian penggunaan sarung tangan untuk kontak dengan cairan tubuh
klien tidak dilakukan oleh perawat. Hasil wawancara dengan perawat
didapatkan bahwa penyediaan sarung tangan masih belum memadai.
Hasil observasi didapatkan bahwa seluruh perawat mengenakan
pelindung wajah ketika memungkinkan terkena percikan cairan tubuh.
Pelindung wajah harus dikenakan ketika diperkirakan ada percikan dari darah
atau cairan tubuh ke wajah, selain itu juga akan menghindarkan petugas
kesehatan menghirup mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan
mencegah penularan patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien (Potter
& Perry, 2005).
Penggunaan sarung tangan yang sama agar tidak digunakan pada klien
yang berbeda diperoleh hasil sebanyak 64,5% tindakan tidak dilakukan, ini
berarti bahwa sebagian besar sarung tangan yang sama masih digunakan untuk
klien yang berbeda, sehingga resiko penyebaran infeksi dari satu klien ke klien
yang lain lebih besar. Hal ini tidak sesuai dengan rekomendasi kewaspadaan
standar di pelayanan kesehatan (WHO, 2008) untuk mengganti sarung tangan
setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya. Hasil wawancara
diketahui bahwa kurangnya fasilitas ketersediaan sarung tangan oleh
sama pada klien yang berbeda dalam melakukan tindakan-tindakan
keperawatan.
2.3 Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam
Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam merupakan faktor
penting dalam mengurangi dan menghilangkan penularan patogen yang
terbawa darah dari pasien yang terinfeksi ke petugas kesehatan, pasien lain,
dan orang lain melalui luka akibat benda tajam (WHO, 2007).
Hasil observasi didapatkan bahwa tindakan pencegahan luka tusukan
jarum dan benda tajam dilakukan dengan baik sebanyak 63,15%. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ta’dung (2013) menunjukkan
bahwa 74,67% perawat pernah mengalami luka tusukan. Data tersebut
menunjukkan bahwa tindakan pencegahan luka tusukan jarum dan benda
tajam di RSUD Deli Serdang telah dilakukan dengan baik, berbeda dengan
hasil penelitian Ta’dung yang memperoleh sebanyak 74,67% kejadian luka
akibat tusukan, ini menunjukkan bahwa tindakan pencegahan luka tusukan
jarum dan benda tajam pada penelitian Ta’dung masih kurang baik.
Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya juga
merupakan bagian dari kewaspadaan standar sehingga kehati-hatian harus
diupayakan untuk mencegahluka pada petugas kesehatan atau pasien
saatmenggunakan, membersihkan, atau membuangjarum, pisau bedah, atau
perlengkapan atauperalatan tajam lainnya (WHO, 2007).
Tindakan untuk tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai,
hanya 26,31%. Hal ini menyatakan bahwa mayoritas jarum suntik masih
ditutup kembali setelah digunakan. Hal ini tidak sejalan dengan rekomendasi
teknik kewaspadaan standar dari ILO/WHO (2005) penutupan kembali jarum
suntik setelah digunakan sebaiknya tidak perlu dilakukan, jadi jarum suntik
bersama sypring-nya langsung dibuang ke kotak khusus dan bila penutupan
jarum diperlukan, gunakan tehnik sekop dengan satu tangan.
2.4 Pengelolaan linen dan limbah
Limbah pelayanan kesehatan mempunyai potensi lebih besar
menyebabkan infeksi dan kesakitan daripada jenis limbah lainnya
(ILO/WHO, 2005). Sekitar 85% limbah umum yang dihasilkan dari rumah
sakit atau fasilitas kesehatan lain dapat menyebabkan infeksi bila tidak
dikelola dengan tepat (Depkes, 2009). Berdasarkan hasil observasi
menunjukkan bahwa mayoritas pengelolaan limbah dilakukan dengan baik
yakni 91,4%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Putra (2013) yang
menunjukkan bahwa tindakan pengelolaan limbah medis dilakukan dengan
baik yakni sebanyak 97,7%. Penanganan limbah pelayanan kesehatan yang
buruk dapat menimbulkan konsekwensi yang serius terhadap kesehatan
masayarakat dan lingkungan (ILO/WHO, 2005).
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama penelitian
didapatkan bahwa fasilitas tempat sampah disediakan dan telah di
klasifikasikan. Pengelolaan linen, selama peneliti melakukan observasi tidak
pengangkutan linen dan pengelolaannya sudah dilakukan oleh cleaning
service dan dibawa ke ruangan laundry.
3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai kekurangan karena tidak setiap item dalam
tindakan pencegahan infeksi dapat diobservasi, seperti pembersihan dan
disinfeksi peralatan, sterilisasi tidak dilakukan oleh perawat, karena setiap
peralatan sudah disteriliasi terlebih dahulu dan item tindakan pembersihan
lingkungan perawatan klien tidak lagi dilakukan oleh perawat karena yang
melakukan tindakan pembersihan lingkungan perawatan klien adalah cleaning
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 5, dapat diambil
kesimpulan dan saran mengenai tindakan perawat dalam pencegahan infeksi
nosokomial di RSUD Deli Serdang.
1. Kesimpulan
1.1Kebersihan tangan five moments
Berdasarkan hasil penelitian, tindakan perawat dalam pencegahan
infeksi nosokomial pada tindakan kebersihan tangan five moments
dilakukan baik dengan persentase55,46%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar perawat melakukan tindakan kebersihan tangan dengan
dalam melakukan tindakan keperawatan. Hal ini terjadi karena kesadaran
perawat yang cukup tinggi untuk melakukan kebersihan tangan terutama
saat selesai melakukan tindakan keperawatan dan sesudah kontak dengan
klien serta cairan tubuh. Namun masih perlu ditingkatkan kesadaran
perawat dalam melakukan aktivitas kebersihan tangan sebelum melakukan
tindakan keperawatan. Serta penyediaan fasilitas yang menjadi salah satu
kendala perawat tidak melakukan cuci tangan.
1.2Penggunaan alat pelindung diri
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa tindakan penggunaan alat
pelindung diri dilakukan dengan baik 68,55%. Hal ini menunjukkan
melakukan aktivitas keperawatan (sarung tangan dan masker). Hasil
pengamatan peneliti melihat tingginya kesadaran perawat untuk
menggunakan alat peindung diri terutama masker, namun untuk
mengenakan sarung tangan masih kurang dikarenakan kurangnya fasilitas
sarung tangan.
1.3Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya
Dari hasil penelitian tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau
benda tajam lainnya dilakukan dengan baik 63,15%. Hasil ini
menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan pencegahan terkena luka
tusukan jarum atau benda tajam lainnya dilakukan dengan baik. Hal ini
terlihat selama pengamatan berlangsung perawat tidak melepas jarum yang
sudah digunakan atau memegang dan mematahkan jarum yang sudah
dipakai. Namun masih perlu ditingkatkan kesadaran perawat dalam
melakukan pencegahan luka tusukan dan lebih berhati-hati dalam
penggunaan jarum atau benda tajam lainnya.
1.4 Pengelolaan linen dan limbah
Dari hasil penelitian tindakan pengelolaan linen dan limbah
dilakukan dengan baik 91,4%, Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas
pengelolaan limbah sudah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari hasil
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti didapati adanya tempat
pembuangan limbah yang diklasifikasikan berdasarkan jenisnya.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tindakan perawat
moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum
atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah sudah dilakukan
dengan cukup baik namun masih harus ditingkatkan berhubungan dengan
cukup tingginya angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD Deli
Serdang yakni 3,14% dan karena sesuai dengan standart depkes bahwa
angka kejadian yang diperbolehkan adalah <1,5%, sehingga tindakan
pencegahan infeksi nosokomial masih harus lebih ditingkatkan.
2. Saran
2.1Bagi pendidikan keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bahwa pembekalan
motivasi dan pengetahuan tentang pentingnya pencegahan infeksi
nosokomial di rumah sakit, dan diharapkan para mahasiswa
membiasakan untuk mencuci tangan, menggunakan alat pelindung diri,
mencegah luka tusukan akibat jarum dan benda tajam yang merupakan
bagian dari kewaspadaan standart sejak masa pendidikan, agar dapat
menerapkannya ketika sudah berada di lingkungan rumah sakit atau
pelayanan kesehatan lainnya dengan baik.
2.2Bagi pelayanan kesehatan
Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat
harus lebih ditingkatkan untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial di
pelayanan kesehatan. Dengan cara meningkatkan kesadaran perawat
penyediaan fasilitas yang mencukupi (air mengalir, sarung tangan),
berhati-hati dalam penggunaan jarum atau benda tajam lainnya serta
mengelola limbah dengan lebih baik. Dengan menyadari pentingnya
tindakan tersebut, diharapkan dapat mencegah penyebaran infeksi untuk
membantu mengurangi masa rawat pasien dan biaya perawatan yang
dibebankan kepada pasien, serta mencegah penyebaran infeksi kepada
petugas kesehatan.
2.3Bagi penelitian keperawatan
Dari hasil penelitian ini, penutupan jarum suntik setelah digunakan
salah satu masalah utama. Oleh karena itu penting untuk meneliti
bagaimana pengetahuan petugas kesehatan terkait penutupan jarum suntik
Arenas, M. D (2003). A multicentric survey of the practice of hand hygiene
in haemodialysis units: factors affecting compliance. http://ndt.oxfordjournal.com diunduh tanggal 26 Juli 2015
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Darmadi.(2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta : Salemba Medika
Danzmann et al (2013). Health Care Workers causing Large Nosocomial Outbreaks: a Sysmatic Review http:// www.biomedcentral.com. diunduh tanggal 22 Februari 2015
Depkes, R.I (2008). Pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya
Depkes, R.I (2009). Kebersihan Tangan Mempengaruhi Keselamatan Pasien. www.depkes.go.id diunduh tanggal 25 Juli 2015
Depkes, R.I (2010). Surveilans Infeksi di Rumah Sakit. http://www.depkes.go.id, diunduh tanggal 29 Desember 2014.
Departemen Kesehatan RI, (2011). Program Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur Patient Safety, Depkes RIJakartahttp://www.depkes.go.id, diunduh pada tanggal 27 Desember 2014.
Dorland, N. W. A. (1882, 2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 28, alih bahasa, Albertus Agung Mohede dkk. Edito bahasa Indonesia Yanuar Budi Hartono, dkk. Jakarta : EGC
Ernawati, E. (2013). Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.http://jkb.ub.ac.id diunduh tanggal 13 Juli 2015