• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Deli Serdang"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

Ayu Permata Hati Barus 111101050

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Oleh

Ayu Permata Hati Barus 111101050

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)
(5)

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

di Rumah Sakit Umum Deli Serdang”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai

hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan

dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu

yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatra Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan 1 Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatra Utara

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan 2

Fakultas keperawatan Universitas Sumatra Utara

4. Bapak Ikhsannuddin A Harahap, S.Kp., MNS selaku pembantu Dekan

3 Fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Diah Arruum, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing yang telah

banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi

ini

(6)

9. Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang yang telah memberi

peneliti izin untuk melakukan penelitian dan memberikan informasi

yang terkait dengan penelitian.

10.Bapak Drs. BM. Sembiring, Mth yang telah memberi arahan,

bimbingan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini

11.Teristimewa kepada kedua orang tua saya, ayahanda Nagangi Barus

dan Ibunda Ngalemi, abang-abang saya Bobby Edi Suranta Barus,

Herry Christian Barus, Franc Andre Syahputra Barus, dan kakak saya

Dian Ayu Lestari Barus, dan keponakan saya Amy Septia Sabarnina

Barus yang telah memberikan doa, nasehat, dukungan moril dan

dukungan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Sumatera Utara

khususnya stambuk 2011 khususnya Suci, Dini, Melisa, Putri, Zona,

Habibul, Nurjannah yang telah memberikan semangat dan masukan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Teman-teman kost gang pancur siwah 5b Riahta, kak Ira, Rani, kak

Nova, bang Adi yang telah memberikan semangat dan masukan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

(7)

yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata peulis

mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2015

(8)

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

1.3 Jenis-jenis infeksi nosokomial ... 8

1.4 Pencegahan infeksi nosokomial ... . 9

Bab 3 Kerangka penelitian ... 15

1. Kerangka konseptual ... 15

2. Definisi operasional... 17

Bab 4 Metodologi penelitian... 19

1. Desain penelitian ... 19

2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 19

2.1. Populasi... 19

6. Validitas dan reliabilitas ... 23

7. pengumpulan data ... 23

(9)

1.2.2 Tindakan penggunaan alat pelindung diri ... 30

1.2.3 Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam... 31

1.2.4 Pengelolaan linen dan limbah ... 32

2. Pembahasan ... 33

2.1 Kebersihan tangan five moments... 33

2.2 Tindakan penggunaan alat pelindung diri ... 35

2.3 Tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam ... 37

2.4 Pengelolaan linen dan limbah ... 38

3. Keterbatasan penelitian ... 39

Bab 6 Penutup 1. Kesimpulan ... 40

2. Saran ... 42

Daftar pustaka ... 44

Lampiran 1. Informed consent Lampiran 2. Instrumen penelitian

Lampiran 3. Jadwal tentatif penelitian

Lampiran 4. Taksasi dana

Lampiran 5. Tabel hasil data demografi responden

Lampiran 6. Tabel hasil data tindakan pencegahan infeksi nosokomial

Lampiran 7. Master tabel data demografi perawat

Lampiran 8. Master tabel tindakan pencegahan infeksi nosokomial

Lampiran 9. Surat izin survey

Lampiran 10. Surat balasan survey

Lampiran 11. Surat izin pengumpulan data

Lampiran 12.Surat balasan izin pengumpulan data

Lampiran 13. Surat selesai penelitian

Lampiran 14. Surat etika penelitian

Lampiran 15. Abstrak

Lampiran 16. Lembar buktibimbingan

(10)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan pencegahan

infeksi nosokomial (kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda

tajam lainnya, pengelolaan linen dan limbah ... 28 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan kebersihan tangan

five momets ... 29 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan penggunaan alat

pelindung diri ... 30 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan pencegahan luka

tusukan jarum atau benda tajam lainnya... 31 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi dan persentase tindakan pengelolaan

(11)
(12)

Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit dan tindakan perawat diperlukan untuk mencegah infeksi nosokomial dengan melakukan kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang meliputi kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling dengan sampel yang diteliti yaitu setiap tindakan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang diperoleh 31 tindakan dari 15 perawat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan tangan five moments dilakukan dengan baik 55,46%, penggunaan alat pelindung diri dilakukan dengan baik 71%, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dilakukan dengan baik 63,15% dan pengelolaan linen dan limbah dilakukan dengan baik 91,4%. Saran untuk pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan dan meningkatkan kesadaran dalam melakukan kebersihan tangan five moments, penyediaan fasilitas untuk kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri: handscoon serta tidak menutup kembali jarum suntik yang telah digunakan sebagai cara untuk pencegahan infeksi nosokomial.

(13)

Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Nosocomial infection is an infection when a patient is in the process of health care or being treated in a hospital. In this case, nurses are needed to forestall nosocomial infection by doing some actions such as five moments hand cleaning, using personal protective devices, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of line and sewage. The objective of the research was to describe nurses’ actions in forestalling nosocomial infection which included five moments hand cleaning, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of linen and sewage. The research used descriptive design. The samples consisted of 31 actions and 15 nurses, taken by using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires on demographic data and observation sheets about nurses’ actions in forestalling nosocomial infection. The result of the research showed that five moments hand cleaning was done well (55.46%), personal protective devices had been used well (71%), forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects was done well (63.15%), and management of linen and sewage was dine well (91.4%). It is recommended that health care providers pay more attention to and increase awareness of doing five moments hand cleaning, providing facility for washing hands, using personal protective devices, handscoon, not sealing hypodermic needles when they have been used to forestall nosocomial infection.

(14)

Tahun Akademik : 2014/2015

Abstrak

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit dan tindakan perawat diperlukan untuk mencegah infeksi nosokomial dengan melakukan kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang meliputi kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampling dengan sampel yang diteliti yaitu setiap tindakan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial yang diperoleh 31 tindakan dari 15 perawat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data demografi dan lembar observasi tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebersihan tangan five moments dilakukan dengan baik 55,46%, penggunaan alat pelindung diri dilakukan dengan baik 71%, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dilakukan dengan baik 63,15% dan pengelolaan linen dan limbah dilakukan dengan baik 91,4%. Saran untuk pelayanan kesehatan agar lebih memperhatikan dan meningkatkan kesadaran dalam melakukan kebersihan tangan five moments, penyediaan fasilitas untuk kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri: handscoon serta tidak menutup kembali jarum suntik yang telah digunakan sebagai cara untuk pencegahan infeksi nosokomial.

(15)

Academic Year : 2014-2015

ABSTRACT

Nosocomial infection is an infection when a patient is in the process of health care or being treated in a hospital. In this case, nurses are needed to forestall nosocomial infection by doing some actions such as five moments hand cleaning, using personal protective devices, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of line and sewage. The objective of the research was to describe nurses’ actions in forestalling nosocomial infection which included five moments hand cleaning, forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects, and management of linen and sewage. The research used descriptive design. The samples consisted of 31 actions and 15 nurses, taken by using accidental sampling technique. The data were gathered by using questionnaires on demographic data and observation sheets about nurses’ actions in forestalling nosocomial infection. The result of the research showed that five moments hand cleaning was done well (55.46%), personal protective devices had been used well (71%), forestalling wound caused by hypodermic needles or by any other sharp objects was done well (63.15%), and management of linen and sewage was dine well (91.4%). It is recommended that health care providers pay more attention to and increase awareness of doing five moments hand cleaning, providing facility for washing hands, using personal protective devices, handscoon, not sealing hypodermic needles when they have been used to forestall nosocomial infection.

(16)

Rumah Sakit memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu untuk menjamin keselamatan klien (Depkes, 2011).

Keselamatan klien merupakan sasaran dalam program “Patient Safety” yang

salah satu sasarannya adalah tentang pengendalian risiko infeksi (KKPRSI

PERSI).

Infeksi adalah suatu invasi dan multiplikasi mikroorganisme di jaringan

tubuh, terutama yang menyebabkan cedera selular lokal akibat metabolisme

yang kompetitif, toksin, replikasi intraselular, atau respon antigen-antibodi

(Kamus Kedokteran Dorland, 2002). Infeksi merupakan invasi tubuh oleh

patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter Perry,

2005). Rumah sakit merupakan salah satu tempat yang paling mungkin

mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang sangat

tinggi dengan jenis virulen yang mungkin telah resisten terhadap antibiotik

(Potter & Perry, 2005). Klien yang mendapat perawatan di lingkungan rumah

sakit berisiko tinggi mendapat infeksi yang disebut infeksi nosokomial (WHO,

2002).

Nosocomial Infection atau yang biasa disebut hospital acquired

infection adalah infeksi yang didapatkan atau yang terjadisaat klien dirawat

lebih dari 48 jam di rumah sakit (Soewondo, 2007). Infeksi nosokomial

(17)

sebelumnya terinfeksi yang berasal dari lingkungan rumah sakit (Potter Perry,

2005).

Dampak dari infeksi nosokomial dapat mengakibatkanmeningkatnya

biaya perawatan, lamanya masa rawat di intitusi pelayanan kesehatan, sehingga

dapat menambah pengeluaran klien dan institusi pelayanan kesehatan (Potter

Perry, 2005). Selain itu infeksi nosokomial yang terjadi di pelayanan kesehatan

dapat menyebabkan secara langsung maupun tidak langsung kematian pada

klien (Depkes, 2010).

Hasil Survei yang dilakukan di Amerika Serikat pada 183 rumah sakit

dengan klasifikasi rumah sakit large, medium, small didapat bahwa pada rumah

sakit dengan klasifikasi large didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial

tahun 2011 sebanyak 31,4%, rumah sakit dengan klasifikasi medium

didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sebanyak 33,5% dan rumah

sakit dengan klasifikasi small didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial

sebanyak 24,1% (Magill dkk, 2014). Hasil survei yang dilakukan di Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan terdapat angka kejadian infeksi

nosokomial pada Februari tahun 2007 sebanyak 2,6% (Panjaitan, 2011).

Peneliti melakukan survei awal di Rumah Sakit Umum Deli Serdang

dan didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial tahun 2013 sebanyak 3,14%

(Rekam medis RSUD Deli Serdang, 2014) dan angka ini telah melewati

standar angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit yakni ≤ 1,5%

(18)

sering terjadi dengan berbagai angka persentase dan melewati standar angka

kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit.

Banyak faktor penyebab infeksi nosokomial diantaranya adalah faktor

ekstrinsik (petugas kesehatan, penderita lain, bangsal/lingkungan, peralatan,

pengunjung/keluarga, makanan dan minuman), faktor intrinsik (usia, jenis

kelamin, kondisi umum, risiko terapi, adanya penyakit lain), faktor

keperawatan (lamanya hari perawatan, menurunnya standart keperawatan,

padatnya penderita) dan faktor mikroba/patogen (Darmadi, 2008). Hasil

Penelitian yang dilakukan oleh Dazman dkk memperoleh hasil sebanyak 41,5%

infeksi nosokomial disebabkan oleh dokter dan 39,4% disebabkan oleh perawat

yang disebarkan melalui kontak langsung kepada klien (Danzman et al, 2013).

Darmadi (2010) menyatakan bahwa pengendalian infeksi dapat

dilakukan oleh seluruh petugas kesehatan yang ada di rumah sakit dan petugas

kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien lebih tinggi perannya

dalam mencegah infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial yang

lakukan perawat yakni kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri,

pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya, pembersihan dan

disinfeksi peralatan, sterilisasi, pembersihan lingkungan perawatan klien,

pengelolaan linen dan limbah (WHO, 2002).

Hasil penelitian yang dilakukan Ernawati (2014) diperoleh hanya 35%

perawat melakukan kebersihan tangan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Simanjuntak (2001) di rumah sakit St Boromeus Bandung terdapat 62,5%

(19)

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Oleh karena itu,

penulis mengangkat judul “Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi

Nosokomial di RSUD Deli Serdang”.

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial meliputi

kebersihan tangan five moments, mengenakan alat pelindung diri, pencegahan

luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya, pembersihan dan disinfeksi

peralatan, sterilisasi, pembersihan lingkungan perawatan klien dan pengelolaan

linen dan limbah di RSUD Deli Serdang?

3. Tujuan Penelitian

1) Mengetahui tindakan perawat dalam melakukan kebersihan tangan five

moments di RSUD Deli Serdang.

2) Mengetahui tindakan perawat dalam mengenakan alat pelindung diri di

RSUD Deli Serdang.

3) Mengetahui tindakan perawat dalam melakukan pencegahan luka tusukan

jarum atau benda tajam lainnya di RSUD Deli Serdang.

4) Mengetahui tindakan perawat dalam melakukan Pengelolaan linen dan

(20)

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini menjadi sumber referensi mahasiswa dan diharapkan

akan dapat menambah wawasan pengembangan ilmu keperawatan bagi

instansi pendidikan tentang tindakan perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial.

4.2 Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi perawat dalam

meningkatkan kesadaran untuk melakukan cuci tangan, menggunakan alat

pelindung diri (sarung tangan) dalam melakukan aktivitas keperawatan, yang

merupakan cara untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial, sehingga

meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit terutama mutu pelayanan

keperawatan dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial.

4.3 Bagi penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber tambahan bagi

penelitian selanjutnya tentang masalah yang berkaitan dengan tindakan

(21)

1.1 Pengertian infeksi nosokomial

Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired

infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di rumah sakit

(WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

infeksi yang didapatkan atau yang terjadi saat klien dirawat lebih dari 48

jam di rumah sakit (Soewondo, 2007).Darmadi (2008) menyatakan bahwa

infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat oleh pasien ketika dalam

proses asuhan keperawatan atau dirawat di rumah sakit. Infeksi

nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang

bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Berdasarkan

beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa infeksi

nosokomial adalah infeksi lokal maupun sistemik yang terjadi tidak dalam

masa inkubasi melainkan saat klien dirawat lebih dari 48 jam di rumah

sakit.

Darmadi (2008) menyatakan suatu infeksi dapat dikatakan didapat

dari rumahsakit apabila memiliki ciri-ciri:

1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan

tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut;

2. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit, tidak sedang

(22)

3. Tanda-tanda klinik infeksi tersebut timbul sekurang-kurangnya setelah

3 x 24 jam sejak mulai perawatan;

4. Infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi

sebelumnya;

5. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit ssudah tidak ada tanda-tanda

infeksi, dan terbukti infeksi tersebut didapat penderita ketika dirawat

dirumah sakit yang sama pada waktu yang kaku, serta belum pernah

dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

1.2.Insiden

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahoyo dkk (2012) pada 39

rumah sakit di Eropa memperoleh hasil survei untuk angka kejadian

infeksi nosokomial dengan persentase 19,1%. Hasil penelitian Malobicka,

dkk (2013) memperoleh sebuah survei prevalensi di University Hospital in

Martin untuk angka kejadian Urinary tract Infections menempati urutan

tertinggi dengan persentase 27,3%, urutan kedua adalah Bloodstream

Infections dan Surgical site Infections dengan persentase 22,7%, dan

selanjutnya adalah Pneomoniae dengan persentase 18,2%, dan terakhir

adalah beberapa infeksi lainnya dengan persentase 9,1%.

Nur, dkk (2013) menemukan bahwa angka kejadian infeksi

nosokomial (phlebitis) di Instalasi Rawat Inap RS Universitas Hasanuddin

selama 4 triwulan tahun 2012 yaitu 14,7%, 3,7%, 4,48%, 3,7% sehingga

rata-rata kejadian infeksi nosokomial (phlebitis) sebanyak 6,64%. RSUD

(23)

infeski nosokomial pada tahun 2010 angka kejadiannya sebanyak 0,37%

menjadi 1,48% kasus pada tahun 2011 (Nugraheni, 2012). Panjaitan

(2011) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menemukan

angka kejadian infeksi nosokomial Februari pada tahun 2007 terdapat

kejadian infeksi nosokomial 2,6% dari pasien yang keluar.

1.3. Jenis-jenis infeksi nosokomial

Jenis-jenis infeksi nosokomial menurut Gruendemann dan

Fernsebner (2005) adalah :

1. Infeksi luka operasi (ILO)

Risiko timbulnya ILO ditentukan oleh tiga faktor yakni

jumlah dan jenis kontaminasi mikroba pada luka, keadaan luka pada

akhir operasi (ditentukan oleh teknik pembedahan dan proses

penyakit yang dihadapi selama operasi), dan kerentanan pejamu.

2. Infeksi saluran kemih

Infeksi ini berkaitan dengan pemakaian kateter indweling dan

sistem drainase kemih atau prosedur atau peralatan urologis lainnya.

Kateter indweling membentuk suatu mekanisme yang

memungkinkan bakteri masuk kedalam kandung kemih. Lama

kateterisasi merupakan variabel penting dalam menentukan apakah

seorang pasien terkena infeksi. Sedangkan pada sistem drainase yang

(24)

3. Infeksi aliran darah (Bloodstream infections)

Infeksi ini berkaitan dengan pemasangan selang intravaskular

(infus). Lama pemasangan selang intravaskular merupakan penentu

utama kolonisasi bakteri. Semakin lama selang terpasang, semakin

tinggi pula risiko infeksi.

1.4. Pencegahan infeksi nosokomial

WHO (2002) menyatakan bahwa pencegahan infeksi

nosokomial dilakukan dengan menerapkan prosedur kewaspadaan

standar terhadap semua petugas rumah sakit meliputi :

1. Kebersihan tangan five moment

Penyebaran infeksi nosokomial dari tangan dapat

diminimalkan dengan cara mencuci tangan dengan tepat. Kegiatan

cuci tangan ini Menurut WHO (2006) 5 momen mencuci tangan

adalah sebagai berikut

1.1 Sebelum kontak langsung dengan klien

Mencuci tangan sebelum menyentuh pasien ketika

mendekati pasien dalam situasi seperti berjabat tangan,

membantu pasien bergeser ataupun berpindah posisi, dan

pemeriksaan klinis.

1.2 Sebelum melakukan tindakan aseptik/invasif

(25)

1.3 Sesudah kontak dengan cairan tubuh/benda yang terkontaminasi

Mencuci tangan segera setelah terpapar dengan cairan

tubuh pasien yang beresiko tinggi atau setelah melepaskan

sarung tangan dalam situasi seperti perawatan gigi dan mulut,

aspirasi sekresi, pengambilan dan memeriksa darah,

membersihkan urin, feses, dan penanganan limbah.

1.4 Setelah kontak dengan klien

Mencuci tangan setelah menyentuh pasien dan lingkungan sekitarnya dan ketika meninggalkan pasien dalam situasi seperti berjabat tangan, membantu pasien merubah posisi dan pemeriksaan klinik.

1.5 Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar klien

Mencuci tangan setelah menyentuh benda atau peralatan

pasien di lingkungan sekitarnya dan ketika meninggalkan

ruangan pasien bahkan bila tidak menyentuh pasien dalam

situasi mengganti linen tempat tidur pasien dan penyetelan

kecepatan perfusi.

2). Alat pelindung diri

Selain membersihkan tangan, yang harus selalu dilakukan

petugas kesehatan adalah mengenakan alat pelindung diri sesuai

dengan prosedur yang mereka lakukan dan tingkat kontak dengan

pasien yang diperlukan untuk menghindari kontak dengan darah dan

(26)

pelindung, pelindung mata dan masker bedah. Peralatan tambahan

seperti penutup kepala, sepatu bot tidak dianggap sebagai alat

pelindung diri, tetapi dapat digunakan demi kenyamanan petugas

kesehatan.

a. Sarung tangan

Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang digunakan

untuk mencegah kontak langsung petugas kesehatan dengan darah

atau cairan tubuh pasien yang terinfeksi. Setelah sarung tangan

dilepas perawat atau petugas harus kembali mencuci tangan.

b. Gaun pelindung

Gaun pelindung digunakan sebagai pelindung untuk mencegah

agar pakaian petugas kesehatan tidak terkena darah atau cairan

tubuh lainnya. Gaun pelindung yang dapat digunakan kembali

harus dicuci setelah digunakan.

c. Masker, pelindung mata dan pelindung wajah

Masker, kacamata pelindung dan pelindung wajah merupakan alat

pelindung diri yang digunakan untuk melindungi mukosa mata,

hidung, atau mulut petugas kesehatan dari risiko kontak dengan

sekret pernapasan atau percikan darah, cairan tubuh, sekresi,

ataupun ekskresi pasien. Pelindung wajah melindungi mulut,

hidung, dan mata dan dapat digunakan sebagai pengganti masker

(27)

Petugas kesehatan tidak boleh menyentuh bagian depan masker

atau alat pelindung mata saat membuka peralatan ini dan harus

membersihkan tangan setelah membuka peralatan ini.

3). Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya

Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya

merupakan bagian dari kewaspadaan standar. Pencegahan luka

tusukan jarum atau benda tajam lainnya merupakan faktor penting

untuk mengurangi dan menghilangkan penularan patogen yang

terbawa dari darah pasien yang terinfeksi ke petugas kesehatan,

pasien lain dan orang lain melalui luka akibat benda tajam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah transmisi

infeksi antara pasien dengan alat injeksi:

a. Kurangi injeksi yang kurang dibutuhkan

b. Gunakan jarum yang steril

c. Gunakan jarum yang sekali pakai

d. Cegah adanya kontaminasi terhadap obat-obatan pada jarum yang

akan dipakai kembali

e. Jangan tutup kembali jarum yang sudah dipakai

f. Buang suntikan, jarum suntik, pisau bedah atau benda tajam

lainnya pada wadah yang tahan tusukan

4). Pembersihan dan disinfeksi peralatan

Peralatan yang dapat digunakan kembali harus dibersihkan

(28)

dapat dilihat hilang dan kemudian harus dilakukan disinfeksi dengan

benar sebelum perlatan tersebut digunakan. Semua perlengkapan

yang dirancang untuk sekali pakai harus dibuang ke wadah atau

penampung limbah yang sesuai segera setelah digunakan.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan

disinfeksi:

a. Memiliki kriteria untuk membunuh mikroorganisme

b. Peralatan yang akan didisinfeksi

c. Komposisi peralatan dan kegunaannya

d. Tingkat disinfeksi yang diperlukan

e. Ketersediaan dan kapasitas pelayanan, fasilitas fisik, sumber daya

organisasi dan personel.

5). Sterilisasi

Sterilisasi merupakan proses penghancuran semua

mikroorganisme melalui cara fisika atau kimia. Sterilisasi dilakukan

pada alat-alat, sarung tangan bedah dan alat-alat lain yang kontak

langsung dengan darah atau jaringan.

6). Pembersihan lingkungan perawatan pasien

Pembersihan harus dilakukan sebelum proses disinfeksi.

Pembersihan harus menggunakan tehnik yang benar untuk

menghindari aerosolisasi debu. Hanya perlengkapan atau permukaan

(29)

sering disentuh oleh petugas kesehatan yan memerlukan disinfeksi

setelah dibersihkan.

7). Pengelolaan linen dan limbah

Prinsip umumnya adalah semua linen yang sudah digunakan

dan limbah harus dimasukkan ke dalam kantong atau wadah yang

tidak rusak saat diangkut. Semua bahan padat pada linen yang kotor

harus dihilangkan dan dibilas dengan air. Linen yang sudah digunakan

harus dibawa dengan hati-hati untuk mencegah kontaminasi

permukaan lingkungan atau orang-orang di sekitarnya. Linen yang

sudah digunakan harus dicuci sesuai dengan prosedur pencucian biasa.

Sedangkan pada limbah, limbah harus diklasifikasikan, dibawa, dan

dibuang sesuai dengan peraturan dan kebijakan setempat. Klasifikasi

limbah sangat penting untuk memastikan limbah dibawa dengan benar

dan dibuang ke saluran yang sesuai. Petugas kesehatan harus

menghindari aerosolisasi saat mambawa dan membuang limbah. Ini

sangat penting pada limbah feses. Petugas harus mengenakan sarung

tangan sekali pakai saat membawa limbah dan membersihkan tangan

(30)

Kerangka ini dibuat bertujuan untuk mengetahui tindakan perawat

dalam pencegahan infeksi nosokomial mencakup kebersihan tangan five

moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum

dan benda tajam, pengelolaan linen dan limbah di Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang. Berdasarkan uraian diatas, variabel yang akan diteliti

adalah tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial meliputi

kebersihan tangan five moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan

luka tusukan jarum dan benda tajam, pengelolaan linen dan limbah dan

Variabel yang tidak diteliti adalah pembersihan dan disinfeksi peralatan,

sterilisasi, dan pembersihan lingkungan perawatan pasien disebabkan karena

selama penelitian berlangsung tindakan tersebut tidak didapati dalam aktivitas

perawat, dan bukan bagian jobdesk perawat dalam melakukan aktivitas

(31)

Tindakan perawat dalam pencegahan

infeksi nosokomial.

(WHO,2002)

Skema 1.Kerangka konsep penelitiantindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial

1. Kebersihan tangan Five Moments

2. Penggunaan alat pelindung diri

3. Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam

4. Pengelolaan linen dan limbah

1. Tidak dilakukan

2. Dilakukan dengan baik

5. Pembersihan dan disinfeksi peralatan 6. Sterilisasi

7. Pembersihan

(32)

2. Definisi operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional

No Variabel

penelitian

Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur kotoran dan organisme yang menempel dari tangan oleh perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang sesuai dengan prinsip 5 moment meliputi: sebelum kontak langsung dengan klien, sebelum melakukan tindakan

aseptik/invasif, sesudah kontak dengan cairan tubuh/benda yang

(33)

klien atau penderita yang terinfeksi ke petugas kesehatan atau penderita lain melalui luka akibat benda tajam, mencakup tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai, Tidak melepas jarum yang sudah dipakai dari suntikan sekali pakai dan atau tidak membengkokkan/mema tahkan atau memegang jarum yang sudah

(34)

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007). Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah deskriptif observatif untuk mengetahui bagaimana

tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Deli

Serdang.

2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh tindakan perawat dalam

pencegahan infeksi nosokomial di Intensive Care Unit (ICU), dan

Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUD Deli Serdang.

Berdasarkan hasil survei pada bulan Oktober 2014, diperoleh data bahwa

jumlah perawat yang bekerja di ruang ICU sebanyak 12 orang, dan di

ruang NICU sebanyak 11 orang, dan dengan total tindakan yang

(35)

2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2010). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah setiap tindakan

yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Jumlah

sampel yang diobservasi sebanyak 31 tindakan dari 15 orang perawat.

2.3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk

digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2010). Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Proses

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan mengobservasi

setiap temuan tindakan yang ada mengenai aktivitas perawat yang terkait

dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial, maka tindakan yang

dilakukan oleh perawat menjadi sampel dalam penelitian.

3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruang ICU, dan NICU RSUD Deli

Serdang karena di rumah sakit tersebut belum pernah dilaksanakan penelitian

terkait tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial, dan lokasinya

(36)

4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapatkan ijin dari komite

etik Fakultas Keperawatan USU dan persetujuan atau rekomendasi dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian,

selanjutnya mengirimkan surat permohonan untuk mendapatkan surat izin dari

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Setelah mendapatkan izin dari

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang, peneliti memberikan lembar

persetujuan (Informed Consent) kepada kepala ruangan. Peneliti terlebih

dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan maksud, tujuan dan prosedur

penelitian kepada kepala ruangan. Setelah mendapatkan izin untuk melakukan

penelitian, peneliti mulai melakukan pengamatan terhadap setiap tindakan yang

dilakukan perawat. Setelah melakukan pengamatan terhadap tindakan yang

dilakukan oleh perawat, kuesioner data demografi diberikan kepada perawat.

Perawat tidak mengetahui item-item yang akan diobservasi oleh peneliti.

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama perawat

(anominity) pada lembar pengumpulan data, tetapi memberikan kode pada

masing-masing lembar pengumpulan data. Peneliti menjamin kerahasiaan

(confidentialy) perawat dan data-data tersebut hanya digunakan untuk

(37)

5. Instrumen penelitian

Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen penelitian.

Penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen yakni kuesioner data demografi

dan lembar observasi.

Kuesioner data demografi merupakan bagian pertama instrumen

penelitian berisi tentang pengkajian data demografi perawat meliputi jenis

kelamin, usia, pendidikan terakhir, serta lama masa kerja. Lembar observasi

digunakan untuk mengamati tindakan perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial meliputi kebersihan tangan five moment, menggunakan alat

pelindung diri (sarung tangan, masker,), pencegahan luka tusukan jarum atau

benda tajam lainnya, pembersihan dan disinfeksi peralatan yang sudah dipakai,

melakukan sterilisasi alat, pembersihan lingkungan perawatan pasien, dan

pengelolaan limbah dan linen dengan hasil ukur dilakukan dengan baik dan

tidak dilakukan. Lembar observasi yang digunakan adalah pencegahan infeksi

nosokomial dari WHO (2002).

Tindakan kebersihan tangan five moments terdiri dari lima item

pengamatan, tindakan penggunaan alat pelindung diri terdiri dari empat item

pengamatan, tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam terdiri

dari dua item pengamatan, tindakan pembersihan dan disinfeksi peralatan

terdiri dari tiga item pengamatan, tindakan sterilisasi terdiri dari tiga item

pengamatan, tindakan pembersihan lingkungan perawatan klien terdiri dari

empat item pengamatan dan tindakan pengelolaan linen dan sampah terdiri dari

(38)

6. Pengukuran Validitas dan Reliabilitas

Penelitian ini menggunakan kuesioner data demografi dan pedoman

lembar observasi pencegahan infeksi nosokomial dari who, sehingga uji

validitas dan reliabilitasnya tidak perlu dilakukan. Uji validitas dan reliabilitas

pada penelitian ini tidak dilakukan karena menurut Setiadi (2007) alat

pengumpul data berupa pedoman wawancara terbuka, pedoman observasi,

format penjaringan data dan seterusnya tidak perlu diuji validitas dan

reliabilitasnya.

7. Pengumpulan data

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima ijin dari

komite etik Fakultas Keperawatan USU dan surat izin pelaksanaan penelitian

dari Fakultas Keperawatan USU dan surat izin dari lokasi penelitian yaitu

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Pengamatan dilakukan dengan

meminta persetujuan dari kepala ruangan. Selanjutnya meminta kepala

ruangan untuk menginformasikan kepada perawat tentang adanya proses

pengambilan data dan dengan meminta kerja sama kepala ruangan agar tidak

memberitahukan aspek penilaian ataupun topik yang sedang diteliti, sehingga

tidak terjadi perubahan sikap yang tidak wajar pada petugas kesehatan.

Setelah mendapatkan izin untuk melakukan pengamatan dari

kepala ruangan, peneliti selanjutnya melakukan pengamatan terhadap setiap

tindakan yang dilakukan perawat yang mengindikasikan tindakan pencegahan

infeksi nosokomial. Observasi dilakukan berdasarkan temuan-temuan yang

(39)

perawat selama melakukan aktivitas keperawatan. Namun perawat tidak

mengetahui item-item yang diobservasi oleh peneliti. Pengamatan dilakukan

selama 2-3 jam. Berdasarkan pengamatan bahwa tidak semua item dalam

pencegahan infeksi nosokomial dapat diamati seperti tindakan pembersihan

dan disinfeksi peralatan, sterilisasi, dan pembersihan lingkungan perawatan

klien. Beberapa tindakan tersebut tidak dilakukan pengamatan karena tidak

didapatinya temuan tindakan tersebut selama pengamatan berlangsung.

Sesuai dengan pengamatan bahwa tindakan tersebut tidak menjadi bagian

jobdesk perawat. Setelah pengamatan selesai dilakukan peneliti memberikan

lembar data demografi untuk diisi oleh perawat. Peneliti memeriksa

kelengkapan data dan mengumpulkan lembar data demografi perawat.

Apabila lembar data belum diisi secara lengkap, peneliti meminta perawat

untuk melengkapi data demografinya dan mengumpulkan kembali lembar

tersebut. Setelah mendapatkan hasil observasi dan memperoleh seluruh data

tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Kemudian data yang terkumpul

dianalisis.

Selama melakukan penelitian, tidak semua perawat dapat diobservasi

oleh peneliti berhubung beberapa perawat bertugas pada shift malam, sehingga

peneliti tidak dapat meneliti tindakan yang dilakukan perawat pada shift

tersebut. Pengamatan dilakukan secara langsung menggunakan indera

penglihatan, apakah perawat melakukan tindakan pencegahan infeksi

nosokomial dengan baik atau tidak. Frekuensi waktu pengumpulan data

(40)

dilakukan observasi setiap hari berturut-turut dan pengamatan tidak dapat

dilakukan pada semua perawat.

8. Analisis data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data

melalui beberapa tahapan, antara lain tahap editing untuk memeriksa

kelengkapan pada data-data yang telah terkumpul. Tahap selanjutnya yakni

coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah ketika mengadakan analisa. Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan teknik komputerisasi.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat.Analisis ini dilakukan pada tiap-tiap variabel dan disajikan dalam

bentuk frekuensi dan persentase. Analisis univariat bertujuan untuk

mendapatkan gambaran deskriptif tiap variabel. Analisis univariat dalam

penelitian ini berbentuk data katagorik yang dilakukan pada variabel penelitian

yaitu tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Penyajian

(41)

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan

mengenai tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di ruang

ICU dan NICU RSUD Deli Serdang. Hasil penelitian ini diperoleh melalui

tindakan penyebaran lembar data demografi dan observasi yang dilakukan oleh

peneliti kepada perawat. Penyebaran lembar data demografi dilakukan untuk

memperoleh data perawat berupa jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan

lama masa kerja perawat. Tindakan observasi dilakukan untuk memperoleh

data tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial.

Penelitian ini telah dilaksanakan April-Juni 2015. Penelitian ini melibatkan

seluruh tindakan pencegahan infeksi nosokomial yang dilakukan oleh perawat

di RSUD Deli Serdang. Penelitian ini melibatkan 15 perawat yang melakukan

tindakandalam pencegahan infeksi nosokomial. Selama peneliti melakukan

observasi didapati beberapa perawat melakukan lebih dari 1 tindakan dengan

klien yang sama atau dengan klien yang berbeda. Berdasarkan observasi

didapatkan 31 tindakan yang mengindikasi pencegahan infeksi nosokomial.

Penyebaran data demografi dilakukan setelah perawat selesai diobservasi.

Penyajian data meliputi deskripsi tindakan perawat dalam pencegahan

infeksi nosokomial di RSUD Deli Serdang yang dikategorikan dilakukan

dengan baik, dan tidak dilakukan. Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai

(42)

1.1. Karakteristik demografi responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di RSUD Deli Serdang

Berdasarkan pada tabel 5.1 diperoleh data bahwa mayoritas perawat

berjenis kelamin perempuan sebanyak 86,7% dengan usia perawat 31-35

tahun sebanyak 33,3%, tingkat pendidikan perawat sebagian besar D3

Keperawatan sebanyak 73,3% dengan lama masa kerja 0-5 tahun sebanyak

(43)

1.2 Tindakan pencegahan infeksi nosokomial (Kebersihan tangan Five Moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah )

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Deli Serdang

Tindakan Pencegahan

Berdasarkan pada tabel 5.2 tindakan pencegahan infeksi nosokomial yang

dilakukan di RSUD Deli Serdang, pada tindakan kebersihan tangan sebagian

tindakan dilakukan dengan baik yakni 55,46%. Pada tindakan penggunaan alat

pelindung diri sebagian besar tindakan dilakuan dengan baik yakni 68,55%. Pada

tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam sebagian besar

tindakan dilakukan dengan baik yakni 63,15%. Pada tindakan pengelolaan linen

(44)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Kebersihan Tangan Five Moments Perawat di RSUD Deli Serdang

Kebersihan Tangan Five

Berdasarkan pada tabel 5.3 tindakan kebersihan tangan sebelum kontak

langsung dengan klien didapatkan hanya sebagian cuci tangan dilakukan baik

yakni 54,8%. Sebelum melakukan tindakan aseptik/invasif hanya sebagian yang

melakukan dengan baik yakni 48,4%. Sesudah kontak dengan cairan tubuh/benda

yang terkontaminasi sebagian mayoritas tindakan cuci tangan dilakukan dengan

baik yakni 80,6%. Sesudah kontak langsung dengan klien sebagian besar tindakan

kebersihan tangan dilakukan dengan baik 77,4%. Setelah menyentuh lingkungan

(45)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Penggunaan Alat Pelindung diri Perawat di RSUD Deli Serdang

Penggunaan Alat tidak digunakan pada klien yang berbeda

11 35,5 20 64,5 31 100

Sarung tangan tidak dicuci dengan tujuan digunakan kembali

21 67,7 10 32,3 31 100

Mengenakan pelindung wajah ketika memungkin terkena percikan cairan tubuh

31 100 - - 31 100

Berdasarkan hasil pada dari tabel 5.4 penggunaan alat pelindung diri yang

dilakukan oleh perawat, ketika memakai sarung tangan untuk kontak dengan

darah/cairan tubuh sebagian besar perawat memakai sarung tangan dengan

persentase 70%. Indikasi penggunaan sarung tangan yang sama tidak digunakan

pada klien yang berbeda, sebagian besar sarung tangan yang sama masih

digunakan pada klien yang berbeda dengan persentase 64,5%. Sebagian tindakan

untuk tidak mencuci sarung tangan dengan tujuan digunakan kembali dilakukan

dengan baik dengan persentase 67,7%. Tindakan mengenakan pelindung wajah

ketika memungkinkan terkena percikan cairan tubuh seluruhnya dilakukan dengan

(46)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam yang dilakukan perawat di RSUD Deli Serdang

Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam

Dilakukan dengan Baik

Tidak dilakukan

Total

f % f % f %

Tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai

5 26,31 14 73,69 19 100

Tidak melepas jarum yang sudah dipakai dari suntikan sekali pakai dan atau tidak membengkokkan/mematahkan atau memegang jarum yang sudah dipakai dengan tangan

19 100 - - 19 100

Berdasarkan hasil observasi pada tabel 5.5 tindakan pencegahan luka

tusukan jarum atau benda tajam yang dilakukan perawat, sebagian besar tindakan

menutup kembali jarum yang sudah dipakai masih dilakukan yakni 73,69% dan

hanya sebagian tindakan untuk tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai

yakni 26,31%. Seluruh tindakan untuk tidak melepas jarum yang sudah dipakai

dari suntikan sekali pakai dan atau tidak membengkokkan/mematahkan atau

memegang jarum yang sudah dipakai dengan tangan dilakukan dengan baik yakni

(47)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pengelolaan linen dan limbah di RSUD Deli Serdang

Pengelolaan linen dan limbah Dilakukan dengan

Memakai alat pelindung diri saat membuang limbah

23 74,2 8 25,8 31 100

Limbah dimasukkan ke dalam wadah yang tidak rusak /tertutup

31 100 - - 31 100

Berdasarkan pada tabel 5.6 tindakan pengelolaan linen dan limbah yang

dilakukan oleh perawat di RSUD Deli Serdang, seluruh tindakan untuk memilah

pembuangan limbah sesuai dengan jenisnya dilakukan dengan baik yakni 100%.

Pada indikasi memakai alat pelindung diri saat membuang limbah, sebagian besar

perawat mengenakan alat pelindung diri dengan persentase 74,2%. Pada indikasi

linen yang sudah digunakan langsung dimasukkan kedalam kantong linen dan

kemudian dicuci tidak didapati temuan kegiatan pengelolaan linen yang dilakukan

oleh perawat, karena pengelolaan linen sudah dilakukan oleh petugas cleaning

service. Tindakan untuk memasukkan limbah ke dalam wadah yang tidak rusak

(48)

2. Pembahasan

Penelitian ini merupakan deskriptif observasional yang bertujuan

untuk mengetahui tindakan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial di

RSUD Deli Serdang. Pencegahan ini terdiri dari 7 tindakan dan setiap

tindakan memiliki setiap indikasi tindakan pecegahan infeksi nosokomial.

2.1.Kebersihan Tangan

Pengendalian efektif terhadap infeksi mengharuskan perawat tetap

waspada tentang jenis penularan dan cara untuk mengontrolnya. Mencuci

tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan

pengontrolan penularan infeksi (Potter & Perry, 2005).

Secara khusus dari hasil observasi didapatkan bahwa kebersihan

tangan dilakukan dengan baik pada saat sesudah kontak dengan cairan tubuh

dan sesudah kontak dengan klien yakni sebesar 77,42%. Hal ini tidak sejalan

dengan hasil penelitian Ernawati (2013) yang menunjukkan hasil kebersihan

tangan dengan indikasi yang sama yakni sebesar 67%. Data tersebut

menunjukkan bahwa pelaksanaan kebersihan tangan pada indikasi setelah

kontak dengan cairan tubuh dan sesudah kontak dengan klien lebih baik dari

hasil penelitian Ernawati.

Setelah kontak dengan cairan tubuh klien dan setelah melakukan

tindakan, perawat merasa tangannya kotor sehingga perlu melakukan

kebersihan tangan untuk mencegah terjadinya penularan infeksi dari klien

kepada perawat. Hasil ini berbeda pada indikasi setelah menyentuh

(49)

Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan kebersihan tangan

tidak dilakukan setelah menyentuh lingkungan sekitar klien. Hal ini terjadi

karena perawat menganggap bahwa tidak ada kuman yang berbahaya pada

peralatan di sekitar pasien, karena perawat tidak menyentuh pasien ataupun

kontak dengan cairan tubuh pasien secara langsung sehingga tindakan

kebersihan tangan tidak perlu dilakukan. Kenyataannya kuman juga tetap

melekat pada peralatan di sekitar pasien.

Secara keseluruhan berdasarkan hasil observasi di ruang ICU dan

NICU RSUD Deli Serdang diperoleh data tindakan kebersihan tangan

dilakukan dengan baik sebanyak 55,46%. Hasil penelitian ini juga didukung

oleh penelitian Pittet (2001), yang memaparkan bahwa dari hasil observasi

didapatkan rata-rata pelaksanaan cuci tangan (hand hygiene) sebanyak 48%.

Hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Depkes (2009) bahwa salah satu

tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan pengendalian

infeksi adalah hand hygiene (kebersihan tangan) karena kegagalan dalam

menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksi nosokomial dan

mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas

pelayanan kesehatan.

Hasil observasi didapatkan sebanyak 44,54% tindakan cuci tangan

tidak dilakukan hal ini disebabkan dari hasil wawancara diketahui bahwa

fasilitas air masih kurang memadai. Air wastafel sering tidak mengalir,

sehingga tindakan kebersihan tangan tidak dapat dilakukan. Kenyataannya

(50)

perawat yang tidak melakukan kebersihan tangan (Darmadi, 2008). Tidak

dilakukannya tindakan cuci tangan penyebab utama infeksi nosokomial dan

mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas

pelayanan kesehatan (Depkes, 2009). Hal ini dapat diketahui bahwa masih

didapati angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit sebanyak 3,14%.

2.2 Penggunaan alat pelindung diri

Selain membersihkan tangan, yang harus selalu dilakukan petugas

kesehatan khususnya perawat yakni mengenakan alat pelindung diri sesuai

dengan prosedur yang mereka lakukan dan tingkat kontak dengan pasien yang

diperlukan untuk menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh (WHO,

2008).

Secara keseluruhan berdasarkan hasil observasi di ruang ICU dan

NICU RSUD Deli Serdang diperoleh data tindakan penggunaan alat pelindung

diri dilakukan dengan baik sebanyak 68,55%. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Said (2013) yang menunjukkan penggunaan alat

pelindung diri dilakukan dengan baik sebanyak 54,8%. Data tersebut

menunjukkan bahwa penggunaan alat pelindung diri di RSUD Deli Serdang

lebih baik dibanding hasil penelitian yang dilakukan oleh Said. Penggunaan

alat pelindung diri akan mengurangi kemungkinan pekerja kontak dengan

infeksius yang menginfeksi klien (Potter & Perry, 2005).

Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian perawat memakai

sarung tangan untuk kontak dengan darah/cairan tubuh yakni 71%. Hal ini

(51)

yang menemukan mayoritas perawat memakai sarung tangan untuk kontak

dengan darah/cairan tubuh yakni 92,9%. Tujuan penggunaan sarung tangan

adalah menurunkan resiko terkontaminasinya tangan pelayan kesehatan

terhadap darah dan cairan tubuh lainnya (WHO, 2009). Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian penggunaan sarung tangan untuk kontak dengan cairan tubuh

klien tidak dilakukan oleh perawat. Hasil wawancara dengan perawat

didapatkan bahwa penyediaan sarung tangan masih belum memadai.

Hasil observasi didapatkan bahwa seluruh perawat mengenakan

pelindung wajah ketika memungkinkan terkena percikan cairan tubuh.

Pelindung wajah harus dikenakan ketika diperkirakan ada percikan dari darah

atau cairan tubuh ke wajah, selain itu juga akan menghindarkan petugas

kesehatan menghirup mikroorganisme dari saluran pernapasan klien dan

mencegah penularan patogen dari saluran pernapasan perawat ke klien (Potter

& Perry, 2005).

Penggunaan sarung tangan yang sama agar tidak digunakan pada klien

yang berbeda diperoleh hasil sebanyak 64,5% tindakan tidak dilakukan, ini

berarti bahwa sebagian besar sarung tangan yang sama masih digunakan untuk

klien yang berbeda, sehingga resiko penyebaran infeksi dari satu klien ke klien

yang lain lebih besar. Hal ini tidak sesuai dengan rekomendasi kewaspadaan

standar di pelayanan kesehatan (WHO, 2008) untuk mengganti sarung tangan

setiap kali selesai satu tindakan ke tindakan berikutnya. Hasil wawancara

diketahui bahwa kurangnya fasilitas ketersediaan sarung tangan oleh

(52)

sama pada klien yang berbeda dalam melakukan tindakan-tindakan

keperawatan.

2.3 Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam

Pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam merupakan faktor

penting dalam mengurangi dan menghilangkan penularan patogen yang

terbawa darah dari pasien yang terinfeksi ke petugas kesehatan, pasien lain,

dan orang lain melalui luka akibat benda tajam (WHO, 2007).

Hasil observasi didapatkan bahwa tindakan pencegahan luka tusukan

jarum dan benda tajam dilakukan dengan baik sebanyak 63,15%. Hal ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ta’dung (2013) menunjukkan

bahwa 74,67% perawat pernah mengalami luka tusukan. Data tersebut

menunjukkan bahwa tindakan pencegahan luka tusukan jarum dan benda

tajam di RSUD Deli Serdang telah dilakukan dengan baik, berbeda dengan

hasil penelitian Ta’dung yang memperoleh sebanyak 74,67% kejadian luka

akibat tusukan, ini menunjukkan bahwa tindakan pencegahan luka tusukan

jarum dan benda tajam pada penelitian Ta’dung masih kurang baik.

Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya juga

merupakan bagian dari kewaspadaan standar sehingga kehati-hatian harus

diupayakan untuk mencegahluka pada petugas kesehatan atau pasien

saatmenggunakan, membersihkan, atau membuangjarum, pisau bedah, atau

perlengkapan atauperalatan tajam lainnya (WHO, 2007).

Tindakan untuk tidak menutup kembali jarum yang sudah dipakai,

(53)

hanya 26,31%. Hal ini menyatakan bahwa mayoritas jarum suntik masih

ditutup kembali setelah digunakan. Hal ini tidak sejalan dengan rekomendasi

teknik kewaspadaan standar dari ILO/WHO (2005) penutupan kembali jarum

suntik setelah digunakan sebaiknya tidak perlu dilakukan, jadi jarum suntik

bersama sypring-nya langsung dibuang ke kotak khusus dan bila penutupan

jarum diperlukan, gunakan tehnik sekop dengan satu tangan.

2.4 Pengelolaan linen dan limbah

Limbah pelayanan kesehatan mempunyai potensi lebih besar

menyebabkan infeksi dan kesakitan daripada jenis limbah lainnya

(ILO/WHO, 2005). Sekitar 85% limbah umum yang dihasilkan dari rumah

sakit atau fasilitas kesehatan lain dapat menyebabkan infeksi bila tidak

dikelola dengan tepat (Depkes, 2009). Berdasarkan hasil observasi

menunjukkan bahwa mayoritas pengelolaan limbah dilakukan dengan baik

yakni 91,4%. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Putra (2013) yang

menunjukkan bahwa tindakan pengelolaan limbah medis dilakukan dengan

baik yakni sebanyak 97,7%. Penanganan limbah pelayanan kesehatan yang

buruk dapat menimbulkan konsekwensi yang serius terhadap kesehatan

masayarakat dan lingkungan (ILO/WHO, 2005).

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama penelitian

didapatkan bahwa fasilitas tempat sampah disediakan dan telah di

klasifikasikan. Pengelolaan linen, selama peneliti melakukan observasi tidak

(54)

pengangkutan linen dan pengelolaannya sudah dilakukan oleh cleaning

service dan dibawa ke ruangan laundry.

3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai kekurangan karena tidak setiap item dalam

tindakan pencegahan infeksi dapat diobservasi, seperti pembersihan dan

disinfeksi peralatan, sterilisasi tidak dilakukan oleh perawat, karena setiap

peralatan sudah disteriliasi terlebih dahulu dan item tindakan pembersihan

lingkungan perawatan klien tidak lagi dilakukan oleh perawat karena yang

melakukan tindakan pembersihan lingkungan perawatan klien adalah cleaning

(55)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 5, dapat diambil

kesimpulan dan saran mengenai tindakan perawat dalam pencegahan infeksi

nosokomial di RSUD Deli Serdang.

1. Kesimpulan

1.1Kebersihan tangan five moments

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan perawat dalam pencegahan

infeksi nosokomial pada tindakan kebersihan tangan five moments

dilakukan baik dengan persentase55,46%. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar perawat melakukan tindakan kebersihan tangan dengan

dalam melakukan tindakan keperawatan. Hal ini terjadi karena kesadaran

perawat yang cukup tinggi untuk melakukan kebersihan tangan terutama

saat selesai melakukan tindakan keperawatan dan sesudah kontak dengan

klien serta cairan tubuh. Namun masih perlu ditingkatkan kesadaran

perawat dalam melakukan aktivitas kebersihan tangan sebelum melakukan

tindakan keperawatan. Serta penyediaan fasilitas yang menjadi salah satu

kendala perawat tidak melakukan cuci tangan.

1.2Penggunaan alat pelindung diri

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa tindakan penggunaan alat

pelindung diri dilakukan dengan baik 68,55%. Hal ini menunjukkan

(56)

melakukan aktivitas keperawatan (sarung tangan dan masker). Hasil

pengamatan peneliti melihat tingginya kesadaran perawat untuk

menggunakan alat peindung diri terutama masker, namun untuk

mengenakan sarung tangan masih kurang dikarenakan kurangnya fasilitas

sarung tangan.

1.3Pencegahan luka tusukan jarum atau benda tajam lainnya

Dari hasil penelitian tindakan pencegahan luka tusukan jarum atau

benda tajam lainnya dilakukan dengan baik 63,15%. Hasil ini

menunjukkan bahwa sebagian besar tindakan pencegahan terkena luka

tusukan jarum atau benda tajam lainnya dilakukan dengan baik. Hal ini

terlihat selama pengamatan berlangsung perawat tidak melepas jarum yang

sudah digunakan atau memegang dan mematahkan jarum yang sudah

dipakai. Namun masih perlu ditingkatkan kesadaran perawat dalam

melakukan pencegahan luka tusukan dan lebih berhati-hati dalam

penggunaan jarum atau benda tajam lainnya.

1.4 Pengelolaan linen dan limbah

Dari hasil penelitian tindakan pengelolaan linen dan limbah

dilakukan dengan baik 91,4%, Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas

pengelolaan limbah sudah dilakukan dengan baik, hal ini terlihat dari hasil

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti didapati adanya tempat

pembuangan limbah yang diklasifikasikan berdasarkan jenisnya.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tindakan perawat

(57)

moments, penggunaan alat pelindung diri, pencegahan luka tusukan jarum

atau benda tajam dan pengelolaan linen dan limbah sudah dilakukan

dengan cukup baik namun masih harus ditingkatkan berhubungan dengan

cukup tingginya angka kejadian infeksi nosokomial di RSUD Deli

Serdang yakni 3,14% dan karena sesuai dengan standart depkes bahwa

angka kejadian yang diperbolehkan adalah <1,5%, sehingga tindakan

pencegahan infeksi nosokomial masih harus lebih ditingkatkan.

2. Saran

2.1Bagi pendidikan keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bahwa pembekalan

motivasi dan pengetahuan tentang pentingnya pencegahan infeksi

nosokomial di rumah sakit, dan diharapkan para mahasiswa

membiasakan untuk mencuci tangan, menggunakan alat pelindung diri,

mencegah luka tusukan akibat jarum dan benda tajam yang merupakan

bagian dari kewaspadaan standart sejak masa pendidikan, agar dapat

menerapkannya ketika sudah berada di lingkungan rumah sakit atau

pelayanan kesehatan lainnya dengan baik.

2.2Bagi pelayanan kesehatan

Pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat

harus lebih ditingkatkan untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial di

pelayanan kesehatan. Dengan cara meningkatkan kesadaran perawat

(58)

penyediaan fasilitas yang mencukupi (air mengalir, sarung tangan),

berhati-hati dalam penggunaan jarum atau benda tajam lainnya serta

mengelola limbah dengan lebih baik. Dengan menyadari pentingnya

tindakan tersebut, diharapkan dapat mencegah penyebaran infeksi untuk

membantu mengurangi masa rawat pasien dan biaya perawatan yang

dibebankan kepada pasien, serta mencegah penyebaran infeksi kepada

petugas kesehatan.

2.3Bagi penelitian keperawatan

Dari hasil penelitian ini, penutupan jarum suntik setelah digunakan

salah satu masalah utama. Oleh karena itu penting untuk meneliti

bagaimana pengetahuan petugas kesehatan terkait penutupan jarum suntik

(59)

Arenas, M. D (2003). A multicentric survey of the practice of hand hygiene

in haemodialysis units: factors affecting compliance. http://ndt.oxfordjournal.com diunduh tanggal 26 Juli 2015

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Darmadi.(2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta : Salemba Medika

Danzmann et al (2013). Health Care Workers causing Large Nosocomial Outbreaks: a Sysmatic Review http:// www.biomedcentral.com. diunduh tanggal 22 Februari 2015

Depkes, R.I (2008). Pedoman manajerial pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya

Depkes, R.I (2009). Kebersihan Tangan Mempengaruhi Keselamatan Pasien. www.depkes.go.id diunduh tanggal 25 Juli 2015

Depkes, R.I (2010). Surveilans Infeksi di Rumah Sakit. http://www.depkes.go.id, diunduh tanggal 29 Desember 2014.

Departemen Kesehatan RI, (2011). Program Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur Patient Safety, Depkes RIJakartahttp://www.depkes.go.id, diunduh pada tanggal 27 Desember 2014.

Dorland, N. W. A. (1882, 2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 28, alih bahasa, Albertus Agung Mohede dkk. Edito bahasa Indonesia Yanuar Budi Hartono, dkk. Jakarta : EGC

Ernawati, E. (2013). Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit.http://jkb.ub.ac.id diunduh tanggal 13 Juli 2015

Gambar

Tabel 1. Defenisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Demografi Perawat di RSUD Deli Serdang
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Deli Serdang
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Kebersihan Tangan Five Moments Perawat di RSUD Deli Serdang
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengaktualisasikan nilai-nilai multikultural menjadi praktik dalam kehidupan masyarakat, maka diperlukan suatu upaya pengkondisian yang mengarah pada situasi

Hasil Uji Mann-Whitney antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa p = 0,001 ( p &lt; 0,05) yang berarti terdapat perbedaan antara kelompok

Q3. Packet Tracer 7.0 introduce user authentication into Packet Tracer. NetAcad user are required to sign in when first time launch the Packet Tracer. Please ask your instructor

Lorsque les commerçants parlent les deux langues, ceux qui ont leur boutique au sud de la route nationale parlent le plus souvent le paloor, alors que ceux qui ont des boutiques

Dalam konteks ini, Sistem Hukum Waris Minang kabau : Sebuah Dualitas Hukum antara Matrialinial dan Islam merupakan sebuah ketetapan hukum yang berlaku dimasyarakat dan

Sony Kurniawan 091 BANYUWANGI... SHOHIBUL FARIZ

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk kesalahan penggunaan bahasa Indonesia yang meliputi kesalahan ejaan, diksi, kalimat, dan paragraf;

Penurunan kadar Fe dan Mn juga dapat menggunakan media karbon aktif dan zeolit. seperti yang telah uji oleh Hardini dan