• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Martoba Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Politik Anggaran Pembangunan Desa Di Desa Martoba Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir"

Copied!
266
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN KARBON

AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA

SKRIPSI

Skripsi Yang DiajukanUntukMelengkapi

SyaratMemperolehGelarSarjanaTeknik

BONARDO SORMIN

NIM. 120421018

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

KATA PENGANTA

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

anugerah dan Kasih-Nya yang memberikan kesempatan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.

Skripsi berjudul “PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI

ADSORBEN KARBON AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA

SURYA”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak

Dr.Eng. Himsar Ambarita.ST.MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

memberikan bimbingan dan saran – saran kepada penulis mulai dari awal

penyusunan proposal hingga peneliti sampai dengan selesainya penulisan skripsi

ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak Ir. Syahrul Abda, MSc,

bapak Ir. A. Halim Nst, MSc, sebagai dosen pembanding, yang telah memberikan

masukan dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada bapak Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, MSME selaku

Dekan Fakultas Teknik USU. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

bapak Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik Mesin

Fakultas Teknik USU dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta staf

pegawai Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU.

(10)

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi

ini, namun penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun

tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.

Kiranya isi skripsi ini bermanfaat dalam memperkaya pengetahuan dalam

ilmu teknik khususnya teknik pendingin.

Medan, Maret 2015

Penulis

(11)

PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN KARBON

AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA

Bonardo Sormin (120421018)

ABSTRAK

Akhir-akhir ini mesin pendingin siklus adsorpsi semakin banyak diteliti

oleh para ahli karena disamping ekonomis juga ramah lingkungan dan

menggunakan energy terbarukan yaitu energi surya. Agar proses adsorpsi dan

desorpsi mesin pendingin adsorpsi dapat berjalan dengan baik perlu diketahui

jumlah perbandingan yang ideal antara adsorben dengan refrigeran yang

digunakan. Disini untuk mencari perbandingan antara absorben karbon aktif

menggunakan baut maupun tidak menggunakan baut. Data tersebut dapat dicari

menggunakan alat penguji kapasitas adsorpsi. Alat penguji kapasitas adsorpsi

yang digunakan dilengkapi dengan lampu halogen 1000 W sebagai sumber panas.

Adsorber pada alat penguji ini terbuat dari bahan stainless steel yang

bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat dari refrigeran yang digunakan.

karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben sebanyak 1 kg. Sedangkan

refrigeran yang digunakan yaitu metanol. Kapasitas metanol yang dapat

diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben karbon aktif mengunakan baut adalah

sebanyak 350 mL. Sedangkan kapasitas metanol yang dapat diadsorpsi dan

didesorpsi oleh adsorben karbon aktif tidak menggunakan baut adalah sebanyak

275 mL.

(12)

ADSORPTION CAPACITY OF THE ADSORBENT TESTING OF

ACTIVATED CARBON FOR ENGINE COOLING SOLAR

Bonardo Sormin (120421018)

ABSTRACT

Lately adsorption refrigeration cycle more and more scrutinized by experts

as well as eco-friendly and economical use of renewable energy is solar energy. In

order for the process of adsorption and desorption adsorption refrigerating

machine can run well to note that the ideal number of comparisons between the

adsorbent with a refrigerant used. Here to find a comparison the absorbent

activated carbon using or not using a bolt. The data can be searched using the

adsorption capacity testers. Adsorption capacity testers are used equipped with a

1000 W halogen lamp as a heat source.

Adsorber on this tester is made of stainless steel which aims to resist

corrosion due to the of refrigerant used. Mixture of activated carbon used as much

as 1 kg of adsorbent. While the refrigerant used is methanol. The capacity of

methanol which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated carbon

bolt use is as much as 350 mL. While the capacity of methanol which can be

adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated bolt is not used as much as

275 mL.

(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...

i

ABSTRAK ...

iii

ABSTRACT ...

iv

DAFTAR ISI ...

v

DAFTAR GAMBAR ...

viii

DAFTAR TABEL ...

xii

DAFTAR SIMBOL ...

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Batasan Masalah ...

2

1.3 Tujuan Peneitian ...

2

1.4 Manfaat Penelitian ...

3

1.5 Sistematika Penulisan ...

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Adsorpsi ...

5

2.2 Adsorben ...

9

2.2.1 Karbon Aktif ...

9

2.2.2 Pembuatan Karbon Aktif ...

12

2.2.3 Kegunaan Karbon Aktif ...

13

(14)

2.3.1 Metanol ...

15

2.4 Keamanan Lingkungan ...

16

2.5 Kalor (Q) ...

17

2.5.1 Kalor Laten ...

17

2.5.2 Kalor sensibel ...

18

2.5.3 Perpindahan Panas ...

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu ...

24

3.2 Bahan ...

24

3.3 Alat Ukur yang Digunakan pada Pengujian Kapasitas Adsorpsi 24

3.4 Peralatan yang Digunakan ...

27

3.5 Set-Up Eksperimental ...

31

3.5.1 Prosedur Pengujian ...

32

3.6 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ...

34

3.6.1 Dimensi Utama Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi

35

3.7 Langkah Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ...

37

3.7.1 Pembuatan Adsorber ...

37

3.7.2 Pembuatan Gelas Ukur ...

40

3.8 Flowchart Penelitian ...

41

(15)

4.1.1 Pengujian dengan Gelas Ukur ...

44

4.1.2 Data Alat Pengujian Kapasitas Adsorbsi

Menggunakan Baut Dan Tanpa Baut Dengan Gelas

Ukur Diisolasi ...

44

4.2 Energi Adsorpsi Karbon Aktif ...

63

4.3 Neraca Kalor ……….

64

4.3.1 Kalor yang Diserap Gelas Ukur ...

64

4.3.2 Perhitungan Kalor Laten ...

65

4.4 Analisa Perpindahan Panas pada Adsorber saat Desorpsi ...

67

4.4.1 Konveksi Panas Pada Pengujian Metanol ...

67

4.5 Analisa Perpindahan Panas Pada Saat Adsorpsi ... 71

4.5.1 Konveksi Natural Pada Pengujian Metanol ...

71

4.5.2 Efisiensi Gelas Ukur ...

88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...

91

5.2 Saran ...

92

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi ...

6

Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi 7

Gambar 2.3 AdsorbenKarbonAktif ...

9

Gambar 2.4 StrukturKarbonAktif ...

10

Gambar 2.5 Metanol( CH

3

OH) ...

16

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Pelat ...

19

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat ...

20

Gambar 2.8 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe a) ...

22

Gambar 2.9 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe b) ...

23

Gambar 3.1 Pace XR5 Data Logger ...

25

Gambar 3.2 Thermokopel Type J ... 25

Gambar 3.3 Sensor Tekanan ...

26

Gambar 3.4 Pompa Vakum ...

27

Gambar 3.5 Katup ...

28

Gambar 3.6 Pipa Penghubung ...

28

Gambar 3.7 Selang Karet ...

29

Gambar 3.8 Baut ...

29

Gambar 3.9 Kotak Isolasi Styrofoam ...

30

Gambar 3.10 Laptop ...

30

(17)

Gambar 3.12

Set-Up

Eksperimental pada Proses Adsorpsi ...

32

Gambar 3.13 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi dengan gelas ukur ...

34

Gambar 3.14 Dimensi Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi ...

35

Gambar 3.15 Dimensi Adsorber ...

36

Gambar 3.16 Gelas Ukur...

36

Gambar 3.17 Bentuk Adsorber ...

37

Gambar 3.18 Pengisian Adsorben Karbon Aktit...

37

Gambar 3.19 Pemasangan Kawat Kasa ...

38

Gambar 3.20 Penyambungan Pelat Adsorber ...

38

Gambar 3.21 Pemasangan Pipa, Sensor Tekanan dan Katup...

39

Gambar 3.22 Adsorber Lengkap ...

39

Gambar 3.23 Adsorber Setelah Dicat Warna Hitam ...

39

Gambar 3.24 Pembuatan Gelas Ukur ...

40

Gambar 3.25 Gelas Ukur...

40

Gambar 4.1 Letak Titik-Titik

thermocouple

pada Alat Penguji ...

43

Gambar 4.2 Grafik Temperatur vs Waktu Pemanasan Awal Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) menggunakan Baut ...

45

Gambar 4.3 Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu pada Adsorber

Pada Saat Pemanasan Awal ...

46

Gambar 4.4 Grafik Tekanan vs Waktu ...

47

(18)

Adsorpsi (metanol) Tidak menggunakan Baut ...

48

Gambar 4.6 Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu pada Adsorber

Pasa Saat Pemanasan Awal ...

49

Gambar 4.7 Grafik Tekanan vs Waktu ...

50

Gambar 4.8 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) menggunakan Baut ...

51

Gambar 4.9 Grafik Temperatur vs Waktu adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant

(metanol) ...

52

Gambar 4.10 Grafik Tekanan vs Waktu ...

53

Gambar 4.11 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) tanpa Baut...

54

Gambar 4.12 Grafik Temperatur vs Waktu adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant

(metanol) ...

55

Gambar 4.13 Grafik Tekanan vs Waktu ...

56

Gambar 4.14 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) menggunakan Baut ...

57

Gambar 4.15 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur Refrigerant

(metanol) ...

58

Gambar 4.16 Grafik Tekanan vs Waktu ...

59

Gambar 4.17 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji

(19)

Gambar 4.18 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur Refrigerant

(metanol) ...

61

Gambar 4.19 Grafik Tekanan vs Waktu ...

62

Gambar 4.20 Mekanisme Perpindahan Panas pada Adsorber ...

68

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat Adsorben Karbon Aktif ...

10

Tabel 2.2 Kegunaan Karbon Aktif ...

14

Tabel 2.3 Standar Mutu Karbon Aktif ...

14

(21)

DAFTAR SIMBOL

Simbol

Arti

Satuan

A

Luas penampang

m2

h

koefisien konveksi

W(m2K)

k

Koefisien konduksi

W/m.K

m

Massa zat

kg

P

Tekanan Vakum

cmHg

t

Interval waktu

s

Cp

Kalor spesifik tekanan tetap

J/kg.K

Le

Kapasitas kalor spesifik laten

J/kg

Nu

Bilangan Nusselt

Qc

Laju perpindahan panas konduksi

W

Qh

laju perpindahan panas konveksi

W

Qr

laju perpindahan panas radiasi

W

QL

Kalor laten

J

Qs

Kalor sensibel

J

Tb

Temperatur bawah adsorber

K

Tf

Temperatur film

K

T

L

Temperatur lingkungan

K

TG

Temperatur gelas ukur

K

(22)

Tgl

Temperatur gelas ukur

K

T

Beda temperatur

K

x

Panjang/tebal pelat

m

ε

emisitas dari pelat penyerap

(23)

PENGUJIAN KEMAMPUAN ADSORPSI DARI ADSORBEN KARBON

AKTIF UNTUK MESIN PENDINGIN TENAGA SURYA

Bonardo Sormin (120421018)

ABSTRAK

Akhir-akhir ini mesin pendingin siklus adsorpsi semakin banyak diteliti

oleh para ahli karena disamping ekonomis juga ramah lingkungan dan

menggunakan energy terbarukan yaitu energi surya. Agar proses adsorpsi dan

desorpsi mesin pendingin adsorpsi dapat berjalan dengan baik perlu diketahui

jumlah perbandingan yang ideal antara adsorben dengan refrigeran yang

digunakan. Disini untuk mencari perbandingan antara absorben karbon aktif

menggunakan baut maupun tidak menggunakan baut. Data tersebut dapat dicari

menggunakan alat penguji kapasitas adsorpsi. Alat penguji kapasitas adsorpsi

yang digunakan dilengkapi dengan lampu halogen 1000 W sebagai sumber panas.

Adsorber pada alat penguji ini terbuat dari bahan stainless steel yang

bertujuan agar tahan terhadap korosi akibat dari refrigeran yang digunakan.

karbon aktif yang digunakan sebagai adsorben sebanyak 1 kg. Sedangkan

refrigeran yang digunakan yaitu metanol. Kapasitas metanol yang dapat

diadsorpsi dan didesorpsi oleh adsorben karbon aktif mengunakan baut adalah

sebanyak 350 mL. Sedangkan kapasitas metanol yang dapat diadsorpsi dan

didesorpsi oleh adsorben karbon aktif tidak menggunakan baut adalah sebanyak

275 mL.

(24)

ADSORPTION CAPACITY OF THE ADSORBENT TESTING OF

ACTIVATED CARBON FOR ENGINE COOLING SOLAR

Bonardo Sormin (120421018)

ABSTRACT

Lately adsorption refrigeration cycle more and more scrutinized by experts

as well as eco-friendly and economical use of renewable energy is solar energy. In

order for the process of adsorption and desorption adsorption refrigerating

machine can run well to note that the ideal number of comparisons between the

adsorbent with a refrigerant used. Here to find a comparison the absorbent

activated carbon using or not using a bolt. The data can be searched using the

adsorption capacity testers. Adsorption capacity testers are used equipped with a

1000 W halogen lamp as a heat source.

Adsorber on this tester is made of stainless steel which aims to resist

corrosion due to the of refrigerant used. Mixture of activated carbon used as much

as 1 kg of adsorbent. While the refrigerant used is methanol. The capacity of

methanol which can be adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated carbon

bolt use is as much as 350 mL. While the capacity of methanol which can be

adsorbed by the adsorbent and didesorpsi activated bolt is not used as much as

275 mL.

(25)

PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Masalah

Dalam pengujian sebuah alat pendingin dapat kita ketahui bahwa sistem

pendingin adalah untuk mengembalikan gas menjadi cairan dan selanjutnya

kembali menguap menjadi gas. Dalam bidang teknik, istilah pendinginan harus

dibayangkan lebih dari sekedar pendingin atau menjaga sesuatu tetap dingin,

melainkan semua teknik yang dapat digunakan untuk menurunkan temperatur

suatu medium sampai lebih rendah daripada temperatur lingkungannya

(Ambarita,2012).

Proses pendinginan merupakan suatu usaha untuk menurunkan suhu pada

ruangan ataupun pada suatu material, dengan kata lain mendapatkan kondisi yang

diinginkan oleh produk atau material, dalam hal ini temperatur yang rendah agar

produk atau material dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama, baik untuk

konsumsi, produksi, maupun perdagangan. Penyimpanan dan transportasi bahan

pangan, proses pengolahan makanan dan minuman, pembuatan es (

ice making

)

merupakan beberapa contoh kegiatan yang memerlukan proses pendinginan dan

pembekuan. Proses pendinginan merupakan proses pengambilan kalor / panas

suatu ruang atau benda untuk menurunkan suhunya dengan jalan memindahkan

kalor yang terkandung dalam ruangan atau benda tersebut. Sehingga proses

pendinginan merupakan rangkaian proses pindah panas. Proses pindah panas

dapat terjadi secara konveksi, konduksi maupun radiasi.

(26)

Skripsi ini berjudul Pengujian Kemampuan

Adsorpsi

dari

Adsorben

yang

Digunakan untuk Mesin Pendingin Tenaga Surya. Skripsi ini merupakan tahap

lanjutan dari skripsi sebelumnya. Pada penelitian ini digunakan adsorber dengan

mengenakan baut dan tanpa baut. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan

refrigeran

(metanol) yang paling baik diserap oleh adsorben yang menggunakan

karbon aktif (

adsorber

mengenakan baut atau tanpa baut).

1.2 Batasan Masalah

Penelitian ini dikerjakan oleh satu tim yang terdiri dari 3 orang, termasuk

penulis. Secara khusus penulis bertanggung jawab pada penelitian pengujian

karbon aktif sebagai adsorber dan metanol sebagai refrigannya.

Dalam skripsi ini penulis mengambil batasan untuk memperjelas ruang

lingkup permasalahan. Batasan itu antara lain :

1.

Pengujian kapsitas adsorpsi pada mesin pendingin tenaga surya.

2.

Pasangan adsorben dan refrigeran yang dipakai adalah adsorben karbon

aktif dengan metanol.

3.

Variable yang diamati adalah temperature, tekanan,waktu, dan kapasitas

adsorpsi.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.

Untuk menghitung energi adsorpsi dari karbon aktif berdasarkan data

pengujian mesin pendingin tenaga surya.

2.

Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi dari karbon aktif pada mesin

pendingin tenaga surya dengan refrigeran metanol.

3.

Untuk perhitungan efisiensi kolektor menggunakan baut dan tanpa

menggunakan baut berdasarkan data pengujian mesin pendingin tenaga

surya.

(27)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1.

Memberikan data masukan kapasitas adsorpsi-desorpsi adsorben karbon

aktif terhadap refrigeran metanol.

2.

Menciptakan teknologi alternatif pendingin yang ramah terhadap

ligkungan dan hemat energi.

3.

Menambah referensi di Laboratorium Pendingin Departemen Teknik

Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4.

Sebagai wacana dalam sistem refrigerasi yang dapat dilanjutkan untuk

penelitian yang lebih lanjut .

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab dengan garis besar tiap bab

sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan membahas latar belakang penulisan skripsi, latar

belakang masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika

penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka

(28)

Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini penulis membahas tentang alat dan bahan yang digunakan

dalam perancangan alat. Serta gambar alat-alat dan bahan yang digunakan.

Bab IV Hasil Pengujian dan Analisa

Pada bab ini penulis membahas tentang data pengujian dalam bentuk

grafik dan dianalisa data yang didapat dari pengujian alat dan perhitungan teknik

hasilnya.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari skripsi yang telah selesai

dikerjakan dan saran-saran yang diperlukan untuk penyempurnaan hasil

penelitian.

Daftar Literatur/Pustaka

Daftar Pustaka berisikan literatur-literatur yang digunakan untuk

menyusun laporan ini.

Lampiran

Lampiran berisikan data dari hasil penelitian yang didapatkan dan gambar

selama proses pengerjaan alat perakitan/pembuatan mesin pendingin dan saat

pengujian.

BAB II

(29)

Siklus adsorpsi adalah siklus termodinamika yang dapat digunakan untuk

menghasilkan efek pendinginan, siklus ini menggunakan panas sebagai sumber

energi utama untuk menghasilkan efek pendinginan (Ambarita, 2013).

Berdasarkan interaksi molekular anatara permukaan adsorben dengan

adsorbat, adsorpsi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu penyerapan secar fisika

(adsorpsi) dan penyerapan secara kimia (absorpsi). Pada adsorpsi jenis ini,

adsorpsi terjadi tanpa adanya reaksi antara molekul – molekul adsorbat dengan

permukaan adsorben. Molekul – molekul adsorbat terikat secara lemah karena

adanya gaya

Van der Waals.

Adsorpsi ini relative berlangsung cepat dan bersifat

reversible. Karena dapat berlangsung di bawah temperature kritis adsorbat yang

relatife rendah, maka panas adsorpsi yang dilepaskan juga rendah. Adsorbat yang

terikat secara lemah pada permukaa adsorben, dapat bergerak dari suatu bagian

permukaan ke bagian permukaan lain. Peristiwa adsorpsi fisika menyebabkan

molekul – molekul gas yang teradsorpsi mengalami kondensasi. Besarnya panas

yang dilepaskan dalam proses adsorpsi fisika adalah kalor kondensasinya (Taufan,

2008)

Adsorpsi kimia adalah adsorpsi yang terjadi karena adanya reaksi kimia

antara molekul – molekul adsobat dengan permukaan adsorben. Adsorpsi jenis ini

diberi istilah sebagai

absorption

dan bersifat tidak reversible hanya membentuk

satu lapisan tunggal (

monolayer

). Adsorben yang mengadsorpsi secara kimia pada

umumnya sulit diregernerasi (Taufan, 2008).

(30)
[image:30.595.111.511.110.546.2]

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi

(Sumber : Purba,2013)

(31)

Refrigeran yang terdesorpsi kemudian terkondensasi sebagai cairan di

dalam labu

kedua dengan dikeluarkannya panas ke lingkungan dimana tekanan

dan temperatur sistem masih tinggi (gambar b). Pemanasan pada labu pertama

dihentikan, lalu pada botol labu yang pertama terjadi perpindahan panas ke

lingkungan sehingga tekanan sistem menjadi rendah. Tekanan sistem yang rendah

menyebabkan adsorbat cair pada botol labu yang kedua menguap dan terserap ke

botol pertama yang berisi adsorben. Proses terserapnya adsorbat ke adsorben pada

kasus ini disebut adsorpsi. Proses adsorpsi menghasilkan efek pendinginan yang

terjadi pada botol labu kedua, dimana pada tekanan rendah panas dari lingkungan

diserap untuk menguap adsorbat (d) sampai sistem kembali ke kondisi awal.

[image:31.595.141.492.375.651.2]

Siklus mesin pendingin adsorpsi dapat digambarkan pada diagram

Clayperon berikut ini.

Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi

(sumber : Purba, 2013)

(32)

a.

Dalam Proses Adsorber:

1.

Proses Pemanasan (pemberian tekanan)

Proses pemanasan dimulai dari titik A dimana adsorben berada pada

temperatur rendah

T

A

dan tekanan rendah

P

e

(tekanan evaporator).

Adsorber akan menerima panas sehingga temperatur adsorber meningkat

dan diikuti peningkatan tekanan evaporasi menjadi tekanan kondensasi.

Selama proses ini tidak ada aliran refrigeran.

2.

Proses desorpsi

Proses desorpsi berlangsung pada waktu panas diberikan dari titik B ke D

sehingga adsorber mengalami peningkatan temperatur yang menyebabkan

timbulnya uap desorpsi. Sehingga, adsorbat yang berada pada adsorben

dalam bentuk gas mengalir ke kondensor untuk mengalami proses

kondensasi menjadi cair.

3.

Proses Pendinginan (penurunan tekanan)

Proses pendinginan berlangsung dari titik D ke F yang berlangsung pada

malam hari. Adsorber melepaskan panas dengan cara didinginkan sehingga

suhu di adsorber turun dan diikuti oleh penurunan tekanan dari tekanan

kondensasi ke tekanan evaporasi.

4.

Proses Adsorpsi

Proses adsorpsi berlangsung dari titik F ke A. Adsorber terus melepaskan

panas sehingga adsorber mengalami penurunan temperatur dan tekanan

yang menyebabkan timbulnya uap adsorpsi.

b.

Dalam proses Evaporator – kondensor

1.

Proses Panas Keluar

Proses panas keluar berlangsung dari titik B – C. Pada proses ini terjadi

kondensasi

isobaric

, dimana terjadinya kenaikan temperatur yang

mengakibatkan panas kelur secara tekanan konstan.

(33)

Proses efek pendinginan berlangsung dari titik C – A’ – A. Pada proses ini

terjadi dua proses yaitu proses pendinginan oleh refrigerant (isokhorik

refrigerant), dan proses penguapan tekanan konstan (

isobaric

penguapan).

2.2

Adsorben

2.2.1 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah suatu bahan berupa karbon armof yang sebagian besar

teridiri atas karbon bebas serta memiliki “permukaan dalam” (

internal surface

)

sehingga mempunyai kemampuan daya serap yang baik. Daya serap dari karbon

aktif umumnya bergantung pada senyawa karbon sehingga 85% sampai 95%

karbon bebas (Taufan, 2008).

Karbon aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu karbon aktif sebagai pemucat dan

sebagai penyerap uap. Karbon aktif sebagai pemucat biasanya berbentuk bubuk

yang sangat halus, digunakan dalam fase cair, berfungsi untuk memindahkan

zat-zat pengganggu yang menyebabkan warna dan bau yang tidak diharapkan,

membebaskan pelarut dari zat-zat pengganggu dan kegunaan lain yaitu pada

industri kimia. Diperoleh dari serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau

dari bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang

lemah (Purba, 2013).

(34)

Adsorben karbon aktif yang digunakan dalam penelitian ini terbuat dari

cangkang kelapa. Adapun sifat dari adsorben karbon aktif yang digunakan adalah

sebagai berikut ini.

Tabel 2.1 Sifat Adsorben Karbon Aktif.

No.

Sifat Adsorben Karbon Aktif

Nilai Sifat Karbon Aktif

1.

Massa Jenis

352,407 – 544,629 m

3

/Kg

2.

Pore Volume

0,56 – 1,20 cm

3

/g

3.

Diameter rata – rata pori

15-25 Å

4.

Regeneration Temperatur

100 140

0

C

5.

Ukuran Karbon Aktif

3 mm

(Purba, 2013)

Untuk lebih jelasnya perhatikan bagian-bagian dari struktur satu adsorben

karbon aktif berikut ini.

Gambar 2.4 Struktur Karbon Aktif

(sumber : Purba, 2013)

Pada adsorben berpori mikro seperti karbon aktif, salah satu teori yang

paling sering digunakan untuk memberi gambaran adsorpsi fisik molekul gas

adalah teori pengisian volume pori mikro

(

TVFM,

Theory Of Volume Filling of

(35)

sebelumnya yang memberikan gambaran fisik berupa pembentukan satu atau lebih

lapisan

(film)

adsorpsi pada permukaan adsorben. Teori pengisian volume mikro

menekankan bahwa adsorpsi tidak terjadi melalui pembentukan lapisan

(film)

adsorpsi tetapi berupa pengisian volume dalam ruang adsorpsi dan zat yang

teradsorpsi berada dalam bentuk cair (Wuntu dan Kamu, 2008).

Persamaan adsorpsi dapat dilihat dibawah ini :

W = W

0

exp

– (

/(

0

)

(2.1)

Dimana :

W = Volume adsorbat yang terkondensasi pada suhu (T) dan tekanan

Relative (P/P

0

) (cm

3

/gr)

T = Suhu mutlak (K)

P = Tekanan parsial adsorbat (tekanan kondensasi) atm

P = Tekanan uap jenuh adsorbat (tekanan evaporasi) atm

W

0

= Volume

total pori mikro yang dapat diakses oleh adsorbat (cm

3

/gr)

A = kemampuan adsorpsi dari karbon aktif

E

0

= Energy adsorpsi (J/mole)

n = parameter yang bergantung pada jenis adsorbat.

Dalam persamaan ini, parameter n pada persamaan Dubinin – Astakhov

ditetapkan memiliki nilai 2 sehingga persamaan Dubinin – Astakhov dinyatakan

dalam bentuk :

(36)

Persamaan (2.2) selanjutnya dapat diubah ke dalam bentuk :

Ln W = LnW

0

- (1/(E

0

)

2

A

2

(2.3)

Dimana :

A = R.T Ln (P

0

/P)

(2.4)

Sehingga bentuk persamaan linear model Isoterm adsorpsi DR adalah :

Ln W = LnW

0

- (1/(E

0

)

2

[R. T Ln (P0/P) ]

2

(2.5)

2.2.2 Pembuatan Karbon Aktif

Untuk membuat

antara lain:

1.

Karbonisasi atau pembuatan arang dari batok kelapa tua

2.

Aktivasi arang batok

Untuk membuat arang dari batok kelapa perlu memenuhi syarat antara lain

tempurung dari kelapa tua dan berkadar air rendah. Syarat ini akan memudahkan

proses pengarangan, pematangannya akan berlangsung baik dan merata. Prinsip

dasar aktivasi arang aktif adalah destilasi kering atau pirolisis yaitu pembakaran

tanpa menggunakan udara atau oksigen dengan suhu tinggi (Purba, 2013).

Berikut cara kerja pembuatan

1.

Karbonisasi atau pembuatan arang

Untuk membuat arang ada beberapa cara, yang pertama cukup dimasukkan

ke dalam drum minyak, kemudian tempurung dibakar saat awal saja, kemudian

setelah menyala ditutup. Harap ingat, drum harus dikasih lubang udara sedikit

untuk melihat apakah arang sudah jadi atau belum, bisa dilihat dari indikasi asap

yang keluar.

(37)

sebaiknya tungku ditutup dengan maksud agar oksigen pada ruang pengarangan

serendah-rendahnya sehingga diperoleh hasil arang yang baik. Untuk pengaturan

udara di dalam tungku bisa diatur dengan membuka tutup lubang udara.

Kemudian jika asap semakin menipis dan berwarna biru, berarti

pengarangan hampir selesai, tunggu sampai arang menjadi dingin. Setelah dingin

arang bisa di bongkar.

2.

Aktivasi

Adapun prosedur atau langkah-langkah untuk mengaktifkan karbon dapat

dilakukan dengan berikut ini.

a.

Arang dimasukkan ke dalam tangki aktivasi (pirolisis) dan ditutup rapat.

b.

Pastikan sambungan pipa pendingin, dan

termocouple

untuk pengamatan

temperatur berfungsi sebagaimana mestinya.

c.

Alirkan air pendingin ke dalam pipa pendingin, kemudian kompor tungku

pirolisis mulai dinyalakan. Kompor bisa menggunakan bahan bakar

minyak tanah atau solar. Pengaturan api bisa diatur menggunakan

kompresor.

d.

Melakukan pengamatan terhadap kerja dari tungku aktivasi dengan

mengamati kenaikan temperatur. Temperatur selama proses sekitar 600°C,

apabila temperatur telah mencapai 600°C dan terlihat pada ujung

pendingin tidak adanya tar (cairan berwarna coklat) yang keluar, ditandai

dengan adanya gelembung air, maka pembakaran dipertahankan selama 3

jam. Setelah waktu tersebut proses telah selesai. Kemudian api dimatikan,

dan tungku aktivasi dibiarkan sampai dingin, setelah itu bisa dibuka dan

dikeluarkan untuk dilakukan penggilingan sesuai mesh yang diinginkan.

Arang aktif atau karbon aktif siap digunakan.

2.2.3 Kegunaan Karbon Aktif

(38)

penjernih. Dalam jumlah yang kecil digunakan juga sebagai katalisator. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Kegunaan Karbon Aktif

No.

Pemakaian

Kegunaan

1. Industry obat dan makanan

Menyaring, penghilangan baud an rasa

2. Minuman keras dan ringan

Penghilangan warna, bau pada inuman

3. Kimia perminyakan

Penyulingan bahan mentah

4. Pembersih air

Penghilang warna, bau penghilangan

resin

5. Pelarut yang digunakan kembali Penarikan kembali berbagai pelarut

6. Pemurnian gas

Menghilangkan sulfur, gas beracun,

bau busuk asap

7. Katalisator

Reaksi katalisator pengangkut vinil

kholorida , vinil asetat

(Pratama,2009)

[image:38.595.115.512.193.428.2]

Syarat mutu karbon aktif menurut Standar Industri Indonesia (SII No.

0254-79) adalah seperti tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Standar Mutu Karbon Aktif

No.

Jenis Uji

Satuan

Persyaratan

1.

Bagian yang hilang pada pemanasan

%

Maksimum 15

2.

Air

%

Maksimum 10

3

Abu

%

Maksimum 2,5

4.

Bagian yang tidak mengarang

%

Maksimum 2,5

(Purba,2013)

2.3

Refrigeran

Refrigeran adalah fluida kerja utama pada suatu siklus pendingin

(39)

dan membuang panas pada temperature dan tekanan tinggi. Umumnya refrigerant

yang digunakan adalah zat tunggal, tetapi adakalanya beberapa refrigerant akan

dicampur untuk menghasilkan refrigerant baru dengan sifat yang diinginkan

(Ambarita, 2013).

Berikut istilah – istilah campuran dari campuran refrigerant tersebut.

1.

Blends

adalah campuran beberapa refrigerant murni/tunggal. Misalnya

R-22 dengan R-134a.

2.

Azeotropic

jika campuran

refrigerant

memiliki sifat/titik yang sama saat

menguap dan mengembun. Dengan kata lain campuran ini tidak dapat

dipisahkan dengan cara destilasi.

3.

Zeotropic

jika campuran mempunyai titik didih dan titik embun yang

berbeda.

4.

Glide

adalah perbedaan temperature yang terjadi pada saat perubahan fasa.

2.3.1

Metanol

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang

mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Adapun sifat

Metanol dapat dilihat seperti tabel berikut ini (Purba,2013).

Tabel 2.4 Sifat Metanol

No.

Sifat Metanol

Nilai Sifat Metanol

1.

Massa Jenis (cair)

787 Kg/m

3

2.

Titik Lebur

-97.7

0

C

3.

Titik Didih

64,5

0

C

4.

Klasifikasi EU

Flamamable (F), Toxic (T)

5.

Panas Laten Penguapan (L

e

)

1100 kJ/kg

(Purba, 2013)

Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol,

wood alcohol

atau spiritus.

(40)
[image:40.595.240.387.302.455.2]

metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah

terbakar dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan dari pada

Metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan

sebagai bahan aditif bagi etanol industri. Metanol diproduksi secara alami oleh

metabolisme

(dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari uap metanol tersebut

akan

Gambar 2.5 Metanol ( CH

3

OH)

2.4

Keamanan Lingkungan

Ada dua faktor yang digunakan untuk mengklasifikasikan refrigeran

berdasarkan keamanan, yaitu bersifat racun dan mudah terbakar. Berdasarkan

toxicity

, refrigeran dapat dibagi dua kelas, yaitu kelas A bersifat tidak beracun

pada konsentrasi yang ditetapkan dan kelas B jika bersifat racun. Batas yang

digunakan untuk mendefinisikan sifat racun atau tidak adalah sebagai berikut.

Refrigeran dikategorikan tipe A jika pekerja tidak mengalami gejala keracunan

meskipun bekerja lebih dari 8 jam/hari (40 jam/minggu) di lingkungan yang

mengandung konsentrasi refrigeran sama atau kurang dari 400 ppm (

part per

(41)

Berdasarkan sifat mudah terbakar, refrigeran dapat dibagi atas 3 kelas,

kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Yang disebut kelas 1 jika mudah terbakar jika diuji

pada tekanan 1 atm (101 kPa) temperatur 18,3

o

C. Kelas 2 jika menunjukkan

keterbakaran yang rendah saat konsentrasinya lebih dari 0,1 kg/m

3

pada 1 atm dan

temperatur 21,1

o

C atau kalor pembakarannya kurang dari 19 MJ/kg. Kelas 3

sangat mudah terbakar. Refrigeran ini akan terbakar jika konsentrasinya kurang

dari 0,1 kg/m

3

ataun kalor pembakarannya lebih dari 19 MJ/kg (Amabarita, 2012).

Berdasarkan defenisi ini, sesuai dengan standar 34-1997. Refrigeran

diklasifikasikan menjadi 6 kategori.

1.

A1 : sifat racun rendah dan tidak terbakar.

2.

A2 : Sifat racun rendah dan sifat terbakar rendah.

3.

A3 : Sifat racun rendah dan mudah terbakar.

4.

B1 : sifat racunlebih tinggi dan tidak terbakar.

5.

B2 : sifat racun lebih tinggi dan sifat terbakar rendah.

6.

B3 : sifat racun lebih tinggi dan mudah terbakar.

2.5

Kalor (Q)

Kalor adalah energi yang berpindah yang mengakibatkan perubahan

temperatur (Holman, 1984). Pada abad ke 19 berkembang teori bahwa kalor

merupakan fluida ringan yang dapat mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, jika

suatu benda mengandung banyak kalor, maka suhu benda itu tinggi (panas).

Sebaliknya, jika benda itu mengandung sedikit kalor, maka dikatakan benda itu

bersuhu rendah (dingin). Kuantitas energi kalor (

Q

) dihitung dalam satuan joules

(

J

). Laju aliran kalor dihitung dalam satuan joule per detik (J/s) atau watt (W).

Laju aliran energi ini juga disebut daya, yaitu laju dalam melakukan usaha.

2.5.1 Kalor Laten

(42)

perubahan fasa. Misalnya padat menjadi cair, cair menjadi uap dan perubahan

struktur kristal (zat padat) (Holman,1984). Energi yang diperlukan disebut kalor

transformasi. Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m

adalah.

Q

L

=

L

e

m

(2.6)

Dimana :

Q

L

= Kalor laten (J)

Le

= Kapasitas kalor spesifik laten (J/kg)

m

= Massa zat (kg)

2.5.2 Kalor Sensibel

Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut

merubah temperatur dari suatu substansi. Perubahan intensitas panas dapat diukur

dengan termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat

diketahui bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai kalor sensible.

Dengan kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan

oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa

menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut (Holaman, 1984).

Q

s

= m C

p

T

(2.7)

Dimana:

Q

s

= Kalor sensible

(

J

)

C

p

= Kapasitas kalor spesifik sensibel (J/kg.K)

(43)

2.5.3 Perpindahan Panas

Panas hanya akan berpindah jika ada perbedaan temperatur, yaitu dari

sistem yang bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur rendah. Perbedaan

temperatur ini mutlak diperlukan sebagai syarat terjadinya perpindahan panas.

Selama ada perbedaan temperatur antara dua sistem maka akan terjadi

perpindahan panas. Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat

dikategorikan atas 3 jenis yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi (Ambarita, 2011)

1. Konduksi

Perpindahan panas dari partikel yang lebih panas ke partikel yang lebih

dingin sebagai hasil dari interaksi antara partikel tersebut. Karena partikelnya

tidak berpindah, umumnya konduksi terjadi pada medium padat, tetapi bisa juga

cair dan gas. Perpindahan panas di sini terjadi akibat interaksi antara partikel

tanpa diikuti perpindahan partikelnya (Ambarita, 2011). Perhatikan gambar

beriktu ini.

Gambar 2.6 Perpindahan Panas Konduksi Melalui Sebuah Pelat

(Sumber : Ambarita, 2011)

Secara matematik, untuk plat datar seperti gambar di atas ini, laju

perpindahan panas konduksi dirumuskan dengan persamaan:

=

��

∆�
(44)

Atau sering dirumuskan dengan persamaan berikut ini.

��

=

−��

��

��

(2.9)

Dimana:

= Laju aliran energi (W)

A

= Luas penampang (m

2

)

T = Beda temperatur (K)

x

= Panjang (m)

k

= Daya hantar (konduktivitas) (W/m.K)

Penggunaan tanada minus (-) dalam persamaan ini hanya menunjukkan

arah perpindahan temperature yaitu dari tempertar tinggi ke temperature rendah.

2. Konveksi

Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas antara permukaan

padat yang berbatasan dengan fluida mengalir. Fluida di sini bisa dalam fasa cair

atau fasa gas. Syarat utama mekanisme perpindahan panas konveksi adalah

adanya aliran fluida (Ambarita, 2011). Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.7 Perpindahan Panas Konveksi dari Permukaan Pelat

(Sumber : Ambarita, 2011)

Qc

Aliran Udara

Aliran Udara

(45)

Secara matematik perpindahan panas konveksi pada permukaan pelat rata

dapat dirumuskan dengan persamaan berikut ini.

Q

h

=hA(T

s

-T

L

)

(2.10)

Dimana:

Q

h

=

Laju perpindahan panas konveksi (W)

h

= Koefisien konveksi (W/m

2

K)

A

= Lluas penampang perpidahan panas (m

2

)

T

s

= Temperatur permukaan

T

L

= Temperatur fluida

3. Radiasi

Perpindahan panas radiasi adalah panas yang dipindahkan dengan cara

memancarkan gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan mekanisme konduksi

dan konveksi, radiasi tidak membutuhkan medium perpindahan panas. Sampainya

sinar matahari ke permukaan bumi adalah contoh yang jelas dari perpindahan

panas radiasi (Ambarita, 2011).

Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung laju perpindahan

panas radiasi antara permukaan pelat (gambar 2.7) dan lingkungannya adalah:

Q

r

= eσAT

4

(2.11)

Dimana

Q

r

=

Laju perpindahan panas radiasi (W)

σ

= Konstanta Boltzman: 5,67 x 10

-8

W/m

2

K

4

e

= Emisivitas (0

≤ e ≤ 1)

(46)

4. Konveksi Natural

Jika aliran fluida terjadi secara alami, sebagai akibat perpindahan panas

yang terjadi. Konveksi ini disebut konveksi natural atau kadang disebut konveksi

bebas dalam bahasa Inggris disebut

natural convection

atau

free convection

(Ambarita, 2011).

Pada kasus konveksi natural pada bidang horizontal panjang yang digunakan

menghitung bilangan

Ra

L

adalah panjang karakteristik yang didefinisikan dengan

persamaan:

=

(2.12)

Dimana A menyatakan luas bidang horizontal dan

K

adalah keliling. Dengan

menggunakan panjang karakteristik (

L

) ini bilangan

Ra

L

dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut (2.8).

Ra

L

=

��

(�−�)�3

�2

(2.13)

Pola konveksi natural pada permukaan horizontal diperlihatkan seperti gambar

berikut ini.

Gambar 2.8 Konveksi Natural pada Bidang Horizontal (tipe a)

(Sumber : Ambarita, 2011)

Persamaan untuk menghitung

Nu

seperti gambar di atas (bidang

horizontal) dapat digunakan yang diajukan oleh Llyod Moran (1974):

Tr < Ts

(47)

Untuk 10

4

<

Ra

L

< 10

7

:

Nu

= 0,54R

0,25

(2.14)

Untuk 10

7

<

Ra

L

< 10

9

Nu

= 0,15R

1/3

(2.15)

Jika polanya ditunjukkan seperti gambar di bawah ini, yaitu fluida panas

akan terdesak dari permukaan yang panas dan mengalir ke sebelah luar. Untuk

mengisi kekosongan akibat aliran ini maka fluida dibawahnya akan mengalir ke

atas.

Gambar 2.9 Konveksi natural pada bidang horizontal (tipe b)

(Sumber : Ambarita, 2011)

Persamaan menghitung bilangan Nu untuk kasus ini dapat digunakan

persamaan dapat dituliskan:

Nu = 0,27

��

0,25

(2.16)

Persamaan ini berlaku untuk 10

5

< Ra

L

<10

10
(48)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tempat dan Waktu

Tempat penelitian adalah laboratorium Teknik Pendingin, gedung Fakultas

Teknik USU. Waktu pelaksanaan penelitian ± 6 bulan.

3.2

Bahan

Pada penelitian ini, bahan pengujian yang digunakan adalah sebagai

berikut.

1.

Adsorben karbon aktif

Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah karbon aktif sebanyak

1000 gram. Dimana pengujian ini membedakan isinya dalam adsorber

menggunakan baut dan tanpa menggunakan baut.

2.

Refrigeran

Untuk terjadinya suatu proses pendinginan diperlukan suatu bahan yang

mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya. Refrigeran yang

digunakan pada pengujian ini adalah metanol dengan kadar kemurnian 99%

sebanyak 1 liter.

3.3

Alat Ukur yang Digunakan pada Pengujian Kapasitas Adsorpsi

Alat-alat ukur yang digunakan pada pengujian kapasitas adsorpsi ini

adalah sebagai berikut.

1. Pace XR5 Data Logger

(49)

Gambar 3.1 Pace XR5 Data Logger

Spesifikasi :

Buatan

: Amerika Serikat

Tipe

: XR5-SE-M-20mV

Jumlah terminal sensor : 8 Chanel

Tipe batere

: Lithium, AA size, 3.6 volt, memerlukan 2

memerlukan 2 batere.

2. Thermokopel

Thermokopel adalah satu alat yang dapat membaca dan mengukur

besarnya tempertarur.

(50)

Spesifikasi :

Buatan

: Amerika Serikat

Tipe

: Type J

Range Temperatur : -130

0

C – 350

0

C

3. Sensor Tekanan

Sensor tekanan

(pressure Sensor)

ini digunakan untuk mengukur tekanan

[image:50.595.237.407.346.466.2]

di dalam alat penguji kapasitas adsorpsi. Alat ini juga dapat dipakai untuk

melihat/mengecek apakah alat penguji mengalami bocor atau tidak.

Gambar 3.3 Sensor Tekanan

Spesifikasi:

Buatan

: Amerika Serikat

Tipe

: P1600 – vac – 150

Range

: -14.7 – 150 psig

Slope

: 41,18

(51)

3.4

Peralatan yang Digunakan

1. Pompa Vakum

Pompa vakum digunakan untuk memvakumkan alat penguji kapasitas

adsorpsi dan mengeluarkan partikel-partikel/kotoran dan mengeluarkan uap air

dari adsorber.

Gambar 3.4 Pompa Vakum

Spesifikasi:

Merek

: ROBINAIR

Model No.

: 15601

Kapasitas

: 142

l

/m

Motor H.p

: ½

Volt

: 110-115 V / 220-250 V

2. Katup

(52)

dan sebaliknya. Katup yang satu lagi berfungsi untuk pemvakuman alat penguji

kapasitas adsorpsi.

Gambar 3.5 Katup

Pada gelas ukur juga dipakai 2 katup. Satu katup berfungsi untuk mengatur

aliran dari gelas ukur ke adsorber (pada saat adsorpsi) dan sebaliknya. Katup yang

lain berfungsi untuk pemasukan refrigeran ke gelas ukur.

3. Pipa Penghubung

Pipa penghubung ini mengunakan bahan stainless steel yang berdiameter

¾” dengan panjang keseluruhan 40 cm.

Gambar 3.6 Pipa penghubung

4. Selang Karet

(53)

Gambar 3.7 Selang Karet

5. Baut

Baut yang dipasangkan pada pengujian ini bukan untuk mengikat ataupun

sebagai penyambung, melainkan berfungsi sebagai penghantar panas (konduktor)

pada adsorben, sehingga panas yang diterima dari lampu pemanas (lampu

halogen) dapat didistribusi dengan merata ke dalam adsorben (karbon aktif). Oleh

karena itu pemasangan baut pada perlatan adsorber dilas titik dibagian dalam

adsorber.

Gambar 3.8 Baut

Dimensi Baut :

Diameter kepala baut : 24 mm

Tebal kepala baut

: 10 mm

Diameter ulir

: 16 mm

Panjang baut

: 50 mm

(54)

6. Kotak Isolasi gelas ukur

Kotak isolasi ini berfungsi untuk mengisolasi gelas ukur supaya tidak ada

dipengaruhi oleh lingkungan. Kotak isolasi terbuat dari bahan syrofoam. Tebal

styrofoam adalah 2,5 cm. Adapun ukuran styrofoam adalah

P x L x T

= 47 cm

x

32cm

x

32 cm. Berikut ini gambar styrofoam yang digunakan.

Gambar 3.9 Kotak Isolasi Styrofoam

7. Laptop

Digunakan untuk menyimpan data yang diperoleh dari alat XR5 – SE – M

– 20 data logger.

\

(55)

3.5

Set-Up Eksperimental

Wadah yang berisi adsorben karbon aktif (adsorber) dipanaskan sehingga

temperatur dan tekanan meningkat yang menyebabkan timbulnya uap desorpsi.

Adsorbat dalam bentuk cair akan mengalir ke gelas ukur.

Set-Up

eksperimental dapat dilihat seperti gambar 3.11 s.d 3.13 berikut

ini.

Gambar 3.11

Set-Up

Eksperimental pada Proses Desorpsi

Proses desorpsi terjadi karena panas yang berasal dari lampu penguji

berpindah secara radiasi ke adsorber. Refrigeran yang berada dalam adsorben

karbon aktif akan menimbulkan uap desorpsi. Uap ini akan mengalir ke gelas ukur

melalui selang. Uap ini akan berubah fasa menjadi cair di dalam gelas ukur.

(56)

sebesar kalor laten penguapan adsorbat tersebut. Proses ini berlangsung pada

tekanan saturasi yang rendah sehingga penyerapan kalor berlangsung pada

temperatur yang rendah pula. Proses tersebut dinamakan adsorpsi.

Gambar 3.12

Set-Up

Eksperimental pada Proses Adsorpsi

3.5.1 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian dapat diuraikan sebagai berikut ini.

1.

Proses

assembling

/penyambungan alat penguji kapasitas adsorpsi. Komponen

(57)

2.

Kemudian dipasang termokopel dan sensor tekanan. Pemasanangan

termokopel pada adsorber (4 titik) dan pada gelas ukur (3 titik). Setelah

terpasang dengan baik, termokopel dan sensor tekanan kemudian dihubungkan

ke terminal

(port)

Pace XR5 data logger .

3.

Adsorber dipanaskan selama 7 jam (mulai pukul 13.05 WIB sampai dengan

pukul 20.05 WIB).

4.

Kemudian pada pukul 20.05 WIB dilakukan pemvakuman dengan

mengunakan pompa vakum untuk mengeluarkan gas/udara dan air/uap air

yang terdapat pada adsorben karbon aktif. Setelah kondisi vakum, kemudian

semua katup ditutup.

5.

Pada gelas ukur diisi refrigeran. Pengujian mengunakan metanol dengan

adsorber menggunakan baut, pengujian kedua menggunakan adsorber tanpa

baut. Kemudian lampu alat penguji kapasitas adsorpsi dimatikan. Data

tekanan, temperatur adsorber dan gelas ukur akan otomatis tersimpan pada

Pace XR5 Data Logger dalam bentuk Notepad yang kemudian dapat di

transfer dalam bentuk grafik dan dalam bentuk microsoft xl.

6.

Kemudian gelas ukur dimasukkan ke dalam kotak styrofoam dan pada

styrofoam diisi es sebanyak 5 kg. Hal ini bertujuan untuk melihat berapa

refrigeran yang dapat diserap oleh karbon aktif dengan kondisi bagian luarnya

sudah menjadi es. Karena gelas ukur nantinya akan digantikan fungsinya oleh

evaporator pada mesin pendingin siklus adsorpsi tenaga surya.

7.

Katup antara adsorber dan gelas ukur dibuka untuk memulai proses adsorpsi

(pukul 20.05 WIB sampai keesokan harinya pukul 13.05 WIB). Temperatur

adsorber dan tekanan akan turun seiring dengan turunnya temperatur

lingkungan. Pada malam hari dengan turunya temperatur adsorber, maka

karbon aktif akan menyerap refrigeran sehingga refrigeran akan menguap dan

naik ke adsorben karbon aktif.

(58)

3.6

Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi

Alat penguji kapasitas adsorpsi ini dirancang untuk adsorben kabon aktif

sebanyak 1000 gram dan 9 baut maupun tidak menggunakan baut di dalam

adsorber. Lampu yang digunakan ada dua buah (lampu halogen) dengan daya

masing-masing sebesar 500 W (total 1000 W). Pada alat penguji adsorpsi

dilengkapi sensor

thermocoupel

7 titik (untuk mengukur temperatur), sensor

tekanan (untuk mengukur tekanan dalam alat penguji) dan juga gelas ukur untuk

mengukur volume refrigeran yang dapat di serap dan dilepaskan oleh adsorben

karbon aktif.

Alat penguji kapasitas adsorpsi dapat dilihat secara jelas seperti gambar

3.13 berikut ini.

Gambar 3.13 Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi dengan gelas ukur

Double spot light (1000 watt)

adsorber

Sensor tekanan

Thermokoupel (4 titik di adsorber)

Pompa vakum Logger data Selang

penghubung

Thermokoupel (3 titik di gelas ukur )

(59)

3.6.1 Dimensi Utama Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi

Adapaun dimensi-dimensi alat penguji kapasitas adsorpsi dapat

digambarkan sebagai berikut ini.

a.

Adsorber

[image:59.595.156.483.157.533.2]

Adsorber adalah alat yang digunakan untuk menangkap panas dari radiasi

lampu. Adsorber terbuat dari pelat rata yang terbuat dari stainless steel dengan

ketebalan 1 mm dengan luas permukaan 0,07 m

2

. Pada bagian atas sebelah dalam

adsorber diisi dengan karbon aktif sebanyak 1 kg beserta baut maupun tanpa baut.

Perhatikan gambar berikut:

(60)

Gambar 3.15 Dimensi Adsorber

b.

Gelas Ukur

[image:60.595.114.524.101.483.2]

Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume refrigeran yang dapat

diserap oleh adsorben karbon aktif pada saat adsorpsi dan volume refrigeran yang

kembali pada saat desorpsi.

(61)

3.7

Langkah Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi

3.7.1 Pembuatan Adsorber

[image:61.595.213.404.283.417.2]

1.

Adsober terbuat dari pelat stainless steel dengan tebal 1 mm. Adsorber

dibentuk sesuai dengan bentuk dan ukuran yang ditentukan. Setelah pelat

stainless steel tersebut dipotong kemudian dihubungkan/disambung

dengan las argon. Las argon dipilih supaya hasil sambungan lebih kuat dan

terhindar dari kebocoran.

Gambar 3.17 Bentuk Adsorber

2.

Kemudian adsorber diisi dengan adsorben karbon aktif. Adsorben karbon

aktif diisi sebanyak 1000 gram beserta 9 buah baut dan tanpa baut.

Kemudian semua diratakan di dalam adsorber.

[image:61.595.230.405.539.692.2]
(62)
[image:62.595.220.388.479.603.2]

3.

Setelah adsorben karbon aktif dimasukkan ke dalam adsorber, langkah

selanjutnya adalah memasang kawat kasa. Tujuan pelapisan kawat kasa ini

adalah supaya adsorben tidak jatuh pada saat adsorber dibalikkan dan juga

supaya tidak terhisap pada saat proses pemvakuman.

Gambar 3.19 Pemasangan Kawat Kasa

4.

Setelah proses ini, pelat penutup kemudian dihubungkan dengan

mengunakan las argon. Pada adsorber ini dilengkapi dengan sensor

tekanan dan katup yang dipasang pada pipa adsorber.

Gambar 3.20 Penyambungan Pelat Adsorber

(63)
[image:63.595.221.408.112.253.2] [image:63.595.213.411.305.437.2]

Gambar 3.21 Pemasangan Pipa, sensor tekanan dan Katup

Gambar 3.22 Adsorber Lengkap

6.

Langkah terakhir adalah melakukan pengecatan adsorber. Adsorber dicat

dengan cat warna hitam gelap. Tujuan pengecatan adalah agar adsorber

dapat menyerap panas dengan baik.

[image:63.595.219.417.555.679.2]
(64)

3.7.2 Pembuatan Gelas Ukur

[image:64.595.222.409.239.411.2]

1. Gelas ukur dibuat sesuai dengan ukuran dimensi yang dirancang. Kemudian

pada gelas ukur dipotong untuk pada bagian tengah depan. Hal ini bertujuan

untuk menempelkan kaca akralik sehingga terlihat volume refrigeran ketika

pengujian nanti.

Gambar 3.24 Pembuatan Gelas Ukur

2. Pada gelas ukur dilakukan pengecatan dan pada kaca akralik ditempelkan

skala volume.

[image:64.595.230.400.502.643.2]
(65)

3.8

Flowchart Penelitian

Berikut merupakan tahapan dalam pengujian kapasitas adsorpsi adsorben.

Mulai

Pembuatan Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi

• Adsorber (alumina aktif 1000 gram beserta 9 buah baut maupun tidak menggunakan baut)

• Gelas Ukur

Assembling Alat Uji

• Pemvakuman

• Pengujian:

 metanol (1 Liter)

Data Output

 Temperatur  Tekanan  Volume

 Kapasitas Adsorpsi

Kesimpulan Saran

Selesai

Studi Literatur Studi literature dan jurnal

Tahapan Persiapan

• Survai bahan dan alat

• Gambar sketsa alat penguji

[image:65.595.150.458.157.758.2]
(66)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Hasil Pengujian

Data yang diambil dari pengujian adalah data temperatur adsorber, data

temperatur gelas ukur, tekanan pada proses asorbsi dan desorpsi, dan kapasitas

adsorpsi dari adsorben karbon aktif dengan menggunakan baut maupun tanpa

menggunakan baut terhadap refrigerant methanol.

Ada dua kali dilakukan pengujian yaitu:

1.

Pada kapasitas adsorpsi terutama terhadap temperatur dan kapasitas

adsorpsi dari adsorben karbon aktif dengan menggunakan baut dengan

kondisi gelas ukur diisolasi dengan Styrofoam

2.

Pada kapasitas adsorpsi terhadap temperatur dan kapasitas adsorpsi

dari adsorben karbon aktif tanpa menggunakan baut dengan kondisi

gelas ukur diisolasi dengan Styrofoam.

Isolasi dilakukan untuk melihat pengaruh lingkungan luar terhadap alat uji

kapasitas adsorpsi terutama terhadap temperatur dan kapasitas adsorpsi dari

adsorben karbon aktif dengan menggunakan baut maupun tanpa menggunakan

baut.

(67)
[image:67.595.124.403.141.400.2]

Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 4.1 Letak Titik-Titik

thermocouple

pada Alat Penguji

Keterangan: untuk angka 1 chanel sensor tekanan, angka 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8

adalah letak titik-titik

channel

thermocouple.

Pada letak titik-tittik

channel

thermocouple

ini akan dicatat temperaturnya secara otomatis

oleh Pace XR5 Data Logger.

Pada alat uji kapasitas adsorpsi dipasang 7 titik sensor

thermocouple

, 4

titik pada adsorber (angka 2, 3, 4, dan 5) dan 3 titik pada gelas ukur (angka 6, 7

dan 8) perhatikan gambar 4.1 di atas.

Hasil pengujian yang didapatkan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1.

Data pemanasa awal dan pemvakuman.

Data pemvakuman dan pemanasan awal yang terdiri dari data temperatur

pada adsorber dan data pada gelas ukur yang terekam secara berkala dengan

interval waktu tiga menit.

2

4 3

6

7

8

5 Adsorber

Isolasi

kayu

Gelas Ukur Isolasi

Styrofoam Es 5 kg

(68)

2.

Data Adsorpsi.

Data adsorpsi yang diperoleh adalah data temperatur di adsorber dan

temperatur pada gelas ukur, data tekanan pada alat uji dan kapasitas adsorpsi

karbon aktif dengan menggunakan baut dengan kondisi gelas ukur yang

diisolasi mengunakan Styrofoam, kapasitas karbon aktif tanpa menggunakan

baut dengan kondisi gelas ukur disiolasi mengguanakan Styrofoam.

3.

Data desorpsi.

Data desorpsi terdiri dari data temperatur dan jumlah volume refrigeran yang

kembali ke gelas ukur setelah dipanaskan mengunakan lampu halogen 1000

W.

4.1.1 Pengujian dengan Gelas ukur

Pada pengujian ini, gelas ukur yang digunakan diisolasi dengan

menggunakan Styrofoam, hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh

temperature dan tekanan lingkungan luar.

4.1.2

Data Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi Menggunakan Baut dan Tanpa

Menggunakan Baut dengan Gelas Ukur diisolasi

A.

Data Pemanasan Awal Alat Penguji Kapasitas Adsorpsi

(69)
[image:69.595.118.498.161.453.2]

1.

Adsorber Menggunakan Baut

a.

Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu

Gambar 4.2 Grafik Temperatur vs Waktu Pemanasan Awal Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) menggunakan baut

Data-data temperatur pada adsorber saat pemanasan awal adalah seperti

berikut ini.

Temperatur awal percobaan pada adsorber adalah 29,50

o

C pada pukul

13.05 WIB. Temperatur maksimum adsorber yang dapat dicapai ketika

pemanasan adalah 259,3

o

C yaitu berada titik 3

thermocouple

pada pukul 17.50

WIB

.

(70)
[image:70.595.119.498.130.534.2]

b.

Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu

Gambar 4.3 Grafik Temperatur gelas ukur vs Waktu Pada Saat Pemanasan

Awal

(71)
[image:71.595.118.506.144.620.2]

c.

Grafik Tekanan Vs Waktu

Gambar 4.4 Grafik Tekana vs Waktu

(72)
[image:72.595.115.512.145.481.2]

2.

Adsorber Tidak Menggunakan Baut

a.

Grafik Temperatur Adsorsi vs Waktu

Gambar 4.5 Grafik Temperatur vs Waktu Pemanasan Awal Alat Penguji

Adsorpsi (metanol) Tidak mengunakan baut

(73)

b.

Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu

Gambar 4.6 Grafik Temperatur gelas ukur vs Waktu Pada Saat

Pemanasan Awal

Temperatur terendah yang dapat dicapai pada gelas ukur yaitu 13,2

o

C pada

pukul 18.50 WIB.

(74)
[image:74.595.116.476.130.520.2]

c.

Grafik Tekanan vs Waktu

Gambar 4.7 Grafik Tekana vs Waktu

Tekanan maximum yang dapat dicapai pada porses pemanasan awal yaitu

16,04 Psi pada pukul 15.59 WIB.

B.

Data Pengujian Adsorpsi Metanol

Adsorpsi dimulai pada pukul 20.08 WIB setelah selesai proses pemanasan

dan pemvakuman dan selasai pada pukul 13.02. Pada pengujian ini gelas ukur

diisolasi, sehingga temperatur lingkungan tidak berpengaruh terhadap gelas ukur.

(75)
[image:75.595.119.503.145.556.2]

1.

Adsorber Menggunakan Baut

a.

Grafik temperature Adsorber vs waktu

Gambar 4.8 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji Adsorpsi

(metanol) menggunakan baut

(76)

b.

Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu

[image:76.595.116.502.124.498.2]

Gambar 4.9 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Gelas Ukur Refrigerant

(metanol)

Temperatur terendah yang dapat dicapai pada gelas ukur yaitu 8

o

C pada

pukul 07.14 WIB.

(77)
[image:77.595.117.509.112.589.2]

c.

Grafik Tekanan Vs Waktu

Gambar 4.10 Grafik Tekana vs Waktu

(78)
[image:78.595.120.503.143.556.2]

2.

Adsorber Tanpa Menggunakan Baut

a.

Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu

Gambar 4.11 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Alat Penguji Adsorpsi

(metanol) tanpa baut

(79)
[image:79.595.118.499.141.520.2]

b.

Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu

Gambar 4.12 Grafik Temperatur vs Waktu Adsorpsi Gelas Ukur

Refrigerant (metanol)

Temperatur terendah yang dapat dicapai pada gelas ukur yaitu 8

o

C pada

pukul 01.29.

(80)

c.

Grafik Tekanan Vs Waktu

Gambar 4.13 Grafik Tekana vs Waktu

Tekanan minimum yang dapat dicapai pada porses yaitu -12,95 Psi pada

pukul 02.38 WIB.

C.

Data Pengujian Desorpsi Metanol

(81)
[image:81.595.116.501.150.550.2]

1.

Adsorber Menggunakan Baut

a.

Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu

Gambar 4.14 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji Adsorpsi

(metanol) menggunakan baut

(82)
[image:82.595.122.508.134.570.2]

b.

Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu

Gambar 4.15 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur

Refrigerant (metanol)

Temperatur pada gelas ukur berangsur-angsur meningkat seperti terlihat

pada gambar di atas. Temperatur maksimum yang dicapai oleh gelas ukur adalah

17,9

o

C pada pukul 18.05 WIB.

(83)

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa 1 kg karbon aktif

menggunakan baut mampu menyerap/mengadsorpsi metanol sebanyak 350 mL

dengan gelas ukur diisolasi. Semua metanol kembali ke gelas ukur pada proses

desorpsi yaitu 350 mL.

c.

Grafik Tekanan vs waktu

Gambar 4.16 Grafik Tekana vs Waktu

(84)

1.

Adsorber Tanpa Menggunakan Baut

a.

Grafik Temperatur Adsorber vs Waktu

Gambar 4.17 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Alat Penguji Adsorpsi

(metanol) tanpa menggunakan Baut

(85)

b.

Grafik Temperatur Gelas Ukur vs Waktu

Gambar 4.18 Grafik Temperatur vs Waktu Desorpsi Gelas Ukur

Refrigerant (metanol)

Temperatur pada gelas ukur berangsur-angsur meningkat seperti terlihat

pada gambar di atas. Temperatur maksimum yang dica

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Dasar Refrigerasi Adsorpsi
Gambar 2.2 Diagram Clayperon pada Sistem Pendingin Siklus Adsorpsi
Tabel 2.3 Standar Mutu Karbon Aktif
Gambar 2.5 Metanol ( CH3OH)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghindari pengenaan pajak berganda dan memberikan perlakuan pemajakan yang sama antara penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri

Sebagian responden dalam penelitian ini adalah multipara sebanyak 13 responden (61,9%), dan sebanyak 8 responden (38,9%) adalah primipara, namun yang banyak

komunikasi lintas budaya dalam sebuah organisasi atau perusahaan untuk mencapai berbagai tujuan dengan tetap menghormati nilai-nilai, norma-norma, kepercayaan yang dimiliki oleh

Partisipasi anggaran diperkirakan dapat mempengaruhi moral, sikap, motivasi kerja, dan kepuasan kerja (Lopez, 2007), untuk itu agar tujuan anggaran dari suatu organisasi

belajar dalam penelitian ini berupa nilai/prestasi belajar aqidah akhlak, yaitu nilai hasil tes pada materi akhlak tercela. Hasil belajar merupakan cerminan dari apa

Diagram alir sistem pada gambar 1 di atas menggambarkan alur program yang dibuat, yaitu pertama program akan membaca file konfigurasi yang berisi pengaturan database, rincian

Pada penelitian ini akan dibandingkan aplikasi dari metode Lagrange dan Constriction Factor Particle Swarm Optimization (CFPSO) untuk mendapatkan biaya pembangkitan yang

Pada putaran yang tinggi bahan bakar yang masuk lebih besar sehingga pembakaran semakin kaya, oleh karena pencampuran bahan bakar dan udara menjadi tidak ideal, jumlah bahan