• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Bulanan. Fund Manager Summary DAFTAR ISI TINJAUAN EKONOMI. Januari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Bulanan. Fund Manager Summary DAFTAR ISI TINJAUAN EKONOMI. Januari"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Tinjauan Ekonomi Tinjauan Pasar Saham Tinjauan Pasar Obligasi Data Ekonomi

TINJAUAN EKONOMI

Deficit berkurang, ekspor membaik

Neraca perdagangan mencatat deficit sebesar USD236mn di Dec15, menurun dari deficit sebesar USD408mn di Nov15 seiring pertumbuhan ekspor yang lebih tinggi di bulan tersebut dibandingkan dengan impor. Ekspor tumbuh sebesar 7.0%MoM sementara impor hanya tumbuh sebesar 5.2%MoM.

Di sektor nonmigas, ekspor nonmigas tumbuh sebesar 10.1%MoM menjadi USD10,587mn di Dec15 (-13.7%YoY) dipicu oleh peningkatan ekspor lemak/minyak nabati (+14.8%MoM) dan kenaikan ekspor bijih, kerak dan abu logam (+378.8%MoM). Sementara itu, impor nonmigas tumbuh sebesar 4.5%MoM menjadi USD10,324mn di Dec15, dengan

kenaikan impor tertinggi berasal dari impor mesin dan peralatan mekanik (+11.3%MoM) serta impor kimia organik (+21.63%). Sebagai akibat dari tingginya ekspor dibandingkan impor, sektor nonmigas mencatat surplus sebesar USD263mn di bulan tersebut dari deficit sebesar USD265mn di bulan sebelumnya.

Di sektor migas, ekspor turun sebesar 13.2%MoM (-44.8%YoY) dipicu oleh penurunan ekspor minyak mentah yang tajam (+23.4%MoM). Sementara itu, impor meningkat sebesar 9.6%MoM (-47.0%YoY). Hal ini menghasilkan kenaikan deficit di sektor migas menjadi USD499mn di Dec15 dari USD143mn di Nov15.

Terhadap total impor, impor barang konsumsi tumbuh lebih besar yaitu 14.0%MoM (-3.6%YoY), diikuti oleh impor barang modal sebesar 11.1%MoM (+2.4%YoY) dan bahan baku sebesar 2.9%MoM (-21.0%YoY). Impor bahan baku mengambil proporsi terbesar dari total impor yaitu 72.3% di Dec15.

Secara kumulatif untuk tahun 2015, Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan sebesar USD7.6bn dari deficit neraca perdagangan sebesar USD1.9bn di FY14 karena berkurangnya deficit di sektor migas dan meningkatnya surplus di sektor nonmigas. Defisit di sektor migas tercatat sebesar USD5.9bn di FY15, menurun secara tajam dari

Indonesia trade data

Source: Central Bureau of Statistics (BPS)

Nov-15 Dec-15 %MoM Dec-14 % YoY FY14 FY15 % YoY

Exports (US$mn) 11,111 11,886 7.0% 14,621 -18.7% 176,293 150,364 -14.7 Non-oil&gas Exports (US$m 9,614 10,587 10.1% 12,268 -13.7% 145,961 131,694 -9.8 Oil&gas-Exports (US$mn) 1,497 1,300 -13.2% 2,353 -44.8% 30,332 18,670 -38.4 Imports (US$mn) 11,520 12,122 5.2% 14,435 -16.0% 178,179 142,739 -19.9 Non-oil&gas Imports (US$m 9,879 10,324 4.5% 11,045 -6.5% 134,719 118,126 -12.3 Oil&gas-Imports (US$mn) 1,640 1,798 9.6% 3,390 -47.0% 43,460 24,613 -43.4

Trade balance (US$mn) -408 -236 NM 187 NM -1,886 7,624 NM

Non oil and gas -265 263 NM 1,223 -78.5% 11,242 13,567 20.7%

Oil&gas balance -143 -499 NM -1,036 NM -13,128 -5,943 NM

Laporan Bulanan

(2)

USD13.1bn di FY14. Penurunan harga minyak telah membawa dampak positif terhadap kinerja sektor migas. Rata-rata harga minyak Brent tercatat sebesar USD54/barrel di FY15, menurun tajam dari rata-rata sebesar USD97/barrel di FY14. Sementara itu, kinerja sektor nonmigas juga membaik menjadi USD13.6bn (+20.7%YoY) di FY15 karena penurunan impor yang tajam selama periode tersebut sebagai akibat dari melemahnya Rupiah dan melambatnya perekonomian domestik

Inflasi di Jan16, suku bunga acuan BI diturunkan sebesar 25bps

Inflasi sebesar 0.51%MoM tercatat di Jan16, sehingga membawa inflasi YoY menjadi 4.14% (lebih tinggi dibandingkan 3.55% di Dec15). Inflasi di Jan16 terutama dipicu oleh inflasi bahan makanan (+2.2%MoM) dan perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.53%MoM). Dua sektor ini menyumbang 0.59ppt terhadap total inflasi bulanan. Penyumbang inflasi di bulan Jan16 berdasarkan tipe pengeluaran adalah sebagai berikut: bahan makanan (+2.2%MoM), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (+0.51%MoM), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (+0.53%MoM), sandang (+0.26%MoM), kesehatan (+0.36%MoM), pendidikan (+0.15%MoM) dan transportasi (-1.11%MoM).

Sementara itu, inflasi inti tercatat sebesar 3.62%YoY di Jan16, lebih rendah dari Dec15 yang sebesar 3.95%YoY. BI menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25bps menjadi 7.25% di Jan16.

IDR mengalami apresiasi dan harga minyak terus menurun

The Bloomberg-JP Morgan Asia Dollar Index (ADXY), yang mengikuti pergerakan 10 mata uang teraktif selain JPY mengalami penurunan menjadi 105.55 di Jan16 dari 106.54 di Dec15. Rupiah mengalami sedikit apresiasi sebesar 0.1%MoM menjadi Rp13,776/USD di Jan16. Harga minyak Brent turun menjadi USD34.74/barrel di Jan16 dari USD37.28/barrel di bulan sebelumya. Cadangan devisa menurun menjadi USD102.1bn pada akhir Jan16 dibandingkan dengan USD105.9bn pada akhir Dec15.

Berita penting lainnya :

D Data penjualan bulanan: penurunan penjualan otomotif dan semen

Di Dec15, penjualan mobil tercatat sebanyak 73,264 unit (15.7%MoM, -7.0%YoY), membawa penjualan FY15 sebesar 1,013,291 unit atau turun sebesar 16.1% YoY. Sementara itu, penjualan motor domestik tercatat sebanyak 520,400 unit (-2.85% MoM; -6.5%YoY), sehingga membawa penjualan kumulatif FY15 sebesar 6,480,155 unit 17.6%YoY). Penjualan semen tercatat sebesar 5,485mn ton di Dec15 (-10.6%MoM atau +2.1%YoY). Hal ini membawa penjualan kumulatif sebesar 61,453mn ton di FY15 (+2.1%YoY).

Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2016 dari 4.7% menjadi 5.3%

Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4.7% menjadi 5.3% untuk tahun ini. Bank Dunia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung oleh kenaikan pengeluaran pemerintah dan ekspor seiring pulihnya perekonomian China.

Paket stimulus ekonomi ke-9 diumumkan

Pemerintah mengumumkan paket stimulus ekonomi ke-9 yang

difokuskan kepada: (1) percepatan pembangunan infrastruktur listrik; (2) stabilisasi harga daging dan (3) perbaikan logistic di desa/kota. Direktur Utama PLN Sofyan Basyir mengatakan bahwa kebijakan ini akan memberikan fleksibilitas bagi PLN dalam hal akuisisi lahan.

Menteri Komunikasi dan Informatika berencana mengkonsolidasikan industri seluler

Menteri Komunikasi dan Informatika menyatakan rencananya untuk mengkonsolidasikan industri seluler menjadi 4 operator di tahun 2019 dari 10 operator saat ini. Pemerintah akan menarik ijin dari operator yang tidak memenuhi persyaratan dalam hal investasi atau pembangunan jaringan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Bank Danamon menjual 2.93% sahamnya di Adira Finance

Bank Danamon menjual 2.93% kepemilikannya di Adira Finance untuk memenuhi ketentuan Bursa Efek Indonesia tentang minimum 7.5% free float. Setelah divestasi ini, Bank Danamon akan tetap menjadi pemilik mayoritas dengan kepemilikan sebesar 92%.

TINJAUAN PASAR SAHAM

A POSITIVE START

Bank Sentral Jepang mengejutkan pasar dengan menurunkan suku bunga menjadi -0.1% untuk meningkatkan inflasi dan pinjaman, sementara tetap mempertahankan pembelian obligasi pemerintah Jepang senilai ¥ 80tn per tahun yang menyebabkan Yen melemah. Bank Sentral tersebut juga tidak menutup kemungkinan akan adanya penurunan suku bunga lebih lanjut atau penambahan dana untuk program pembelian. Sementara itu, pertumbuhan PDB 4Q15 AS lemah di level 0.7% dibanding prediksi di 0.8% yang mengakibatkan the Fed untuk memperlambat fase pengetatan. Selain itu, cadangan devisa Cina terus menjadi pembicaraan karena turun sebesar 100bn dolar AS dalam sebulan di akhir 2015, yang menyebabkan kekhawatiran bahwa Cina akan berpindah ke sistem pertukaran mata uang bebas. Di pasar komoditas, harga minyak mentah terus melemah dan menyentuh level terendah dalam 10 tahun di bawah 28/barel dolar AS di bulan ini karena kemungkinan ekspor dari Iran yang menekan harga pasar. Iran berencana untuk menambah pengiriman sebanyak 500,000 barel per hari setelah sanksi dicabut. Kinerja indeks global di bulan Januari: Dow Jones (-5.50%), Nasdaq (-7.86%), DJ Euro Stoxx 50 (-6.81%), Deutsche DAX (-8.80%), Nikkei 225 (-7.96%), KOSPI (-2.51%), Sensex 4.77%), Straits Times 8.80%), Shanghai 22.65%), Hang Seng (-10.18%), SET (+1.01%).

IHSG bergerak cukup volatile di awal tahun 2016 sempat menyentuh level 4414 dan akhirnya ditutup naik ke 4616 atau naik +0.48%MoM, dan kinerjanya melebihi market APxJ dan pasar emerging lainnya di tengah gejolak sentiment negative global yang terjadi. Katalis positif banyak berdatangan dari dalam negeri. Pemerintah menurunkan harga BBM di awal tahun karena melemhanya harga minyak dunia. Bank Indonesia juga memotong suku bunga acuan sebesar 25bps di Januari dan direspons secara positif oleh market dan mata uang Rupiah. Ratarata nilai perdagangan sebesar USD360mn atau turun sebesar -6.9%MoM. Asing mencatatkan nilai jual bersih sebesar USD165mn. Rupiah menguat sebesar 40bps di Jaunari, ditutup di level

(3)

Rp13,778/USD. Imbal hasil obligasi Pemerintah tenor 10 tahun turun 50bps ke level 8.26% di Januari. Sektor yang kinerjanya melebihi indeks adalah Consumer (+5.18%), Miscellaneous Industry (+3.87%), Infrastructure and Telecommunication (+2.68%), Plantation (+1.32%), dan Basic Industry (+0.84%). Sementara sector yang tertinggal dibanding IHSG: Trade and Services (-6.60%), Property and Construction (-3.89%), Mining (-3.18%), dan Finance (-0.56%).

TINJAUAN PASAR OBLIGASI

Pasar obligasi Indonesia berhasil membukukan kinerja positif di bulan pertama tahun ini terlepas dari permulaan yang lemah. Secara umum investor masih memiliki kekuatiran yang sama yaitu pergerakan harga minyak, pertumbuhan perekonomian yang lemah dan arah kebijakan bank sentral. Pergerakan harga minyak meningkatkan tingkat volatilitas seluruh aset sementara pelemahan perekonomian Cina menjadi titik kekuatiran. Respon pemerintah di berbagai negara atas prospek pelemahan pertumbuhan perekonomian yaitu memastikan tingkat suku bunga rendah memberikan dampak positif terhadap negara berkembang termasuk Indonesia. Dari sisi domestik, perbaikan data perekonomian turut mendukung terjadinya rally di pasar modal Indonesia. Data inflasi Januari yang tercatat lebih rendah dari perkiraan di 4,14% YoY (0,51% MoM) dibandingkan dengan konsensus yaitu di 4,26% YoY (0,66% MoM) sebagian besar disebabkan oleh harga bahan pangan serta harga terkait transportasi. Inflasi inti juga tercatat menurun di 3,62% YoY (Desember: 3,95% YoY). Berdasarkan data makroekonomi yang membaik dan berkurangnya ketidakpastian pasar modal dunia setelah kenaikan tingkat suku bunga Fed, Bank Indonesia menurunkan suku bunga sebesar 25bps di Januari menjadi 7,25% serta menurunkan suku bunga simpanan FASBI dan suku bunga pinjaman FASBI masing-masing di 5,25% dan 7,75%. Neraca perdagangan juga membaik dimana posisi defisit di bulan Desember menyempit menjadi USD 236 juta (konsensus: USD 100 juta surplus) dari posisi defisit USD 408 juta (revisi) di November yang disebabkan angka impor yang lebih baik dari perkiraan yaitu di -16% YoY sementara angkan ekspor relatif stabil di -17,7% YoY.

Dari sisi suplai, pemerintah tidak kekurangan demand terbukti dari tingginya minat masuk di setiap lelang terjadwal yang diselenggarakan di bulan ini. Lelang obligasi konvensional pertama dan kedua tahun ini berhasil mengumpulkan minat masuk masing-masing sebesar Rp 26 triliun dan Rp 25 triliun. Kementerian Keuangan menerbitkan sejumlah total Rp 26 triliun dari dua lelang obligasi konvensional dan Rp 8 triliun dari lelang obligasi sukuk. Kombinasi dari valuasi yang menarik, posisi

investor yang masih rendah dan perbaikan investor sentimen yang cepat mendasari kuatnya demand terlepas dari tingkat volatilitas yang tinggi. Per 22 Januari, pemerintah berhasil menerbitkan 21,47% dari target penerbitan obligasi (net) di 2016. Masih dari sisi suplai, pemerintah mengumumkan rencana penerbitan empat obligasi ritel tahun ini.

Di pasar sekunder, meskipun sentimen investor secara umum disetir oleh faktor eksternal, perkembangan perekonomian domestik berperan penting mendasari peningkatan minat atas pasar obligasi Indonesia. Pasar obligasi memulai bulan dengan lemah saat kekuatiran terhadap Cina kembali mempengaruhi pasar. Data perekonomian Cina yang mengecewakan, penurunan tajam pasar saham Cina dan depresiasi mata uang Cina meningkatkan kekuatiran investor sehingga mengurangi minat resiko. Penurunan harga komoditas dimana harga minyak dunia turun kebawah USD30/barel turut menekan minat resiko investor. Untung bagi Indonesia, perbaikan fundamental perekonomian memungkinkan Bank Indonesia memulai siklus pelonggaran suku bunga sehingga berhasil menghindari terjadinya aksi jual meskipun sentimen secara keseluruhan masih lemah. Di penghujung bulan, sentimen investor terhadap negara berkembang semakin membaik saat bank sentral Jepang (“BoJ”) mengambil kebijakan suku bunga negatif. Perubahan kebijakan BoJ memaksa investor mencari imbal hasil yang menarik sehingga memicu rally di pasar modal dunia. Di akhir bulan kinerja pasar obligasi yang diindikasikan oleh indeks obligasi HSBC yang mengukur total return ditutup di 762,27, mencerminkan kenaikan bulanan sebesar +2,89%. Kurva imbal hasil bergerak turun dimana obligasi pemerintah bertenor 5, 10, 15, dan 20 tahun ditutup masing-masing di 8,15% (-60bps), 8,20% (-49bps), 8,50% (-43bps), dan 8,53% (-38bps). Perbaikan minat investor asing dibulan ini tercermin dari kenaikan posisi kepemilikan asing yang tercatat di Rp 578,32triliun per 29 Januari 2016 (+Rp 19,79triliun), setara dengan 38,94% (+0,73%pt) dari total obligasi pemerintah berdenominasi Rupiah yang dapat diperdagangkan.

(4)
(5)

Disclaimer

MUTUAL FUND INVESTMENTS CONTAIN RISK. PROSPECTIVE INVESTORS MUST READ AND COMPREHEND THE PROSPECTUS PRIOR TO INVESTING IN MUTUAL FUND. PAST PERFORMANCE DOES NOT REPRESENT FUTURE PERFORMANCE.

This material is issued and has been prepared by PT. BNP Paribas Investment Partners a member of BNP Paribas Investment Partners (BNPP IP)**.

This material is produced for information purposes only and does not constitute:

1. an offer to buy nor a solicitation to sell, nor shall it form the basis of or be relied upon in connection with any contract or commitment whatsoever or

2. any investment advice.

This material makes reference to certain financial instruments (the “Financial Instrument(s)”) authorized and regulated in its/their jurisdiction(s) of incorporation.

No action has been taken which would permit the public offering of the Financial Instrument(s) in any other jurisdiction, except as indicated in the most recent prospectus, offering document or any other information material, as applicable, of the relevant Financial Instrument(s) where such action would be required, in particular, in the United States, to US persons (as such term is defined in Regulation S of the United States Securities Act of 1933). Prior to any subscription in a country in which such Financial Instrument(s) is/are registered, investors should verify any legal constraints or restrictions there may be in connection with the subscription, purchase, possession or sale of the Financial Instrument(s).

Investors considering subscribing for the Financial Instrument(s) should read carefully the most recent prospectus, offering document or other information material and consult the Financial Instrument(s)’ most recent financial reports. The prospectus, offering document or other information of the Financial Instrument(s) are available from your local BNPP IP correspondents, if any, or from the entities marketing the Financial Instrument(s). Opinions included in this material constitute the judgment of PT. BNP Paribas Investment Partners at the time specified and may be subject to change without notice. PT. BNP Paribas Investment Partners is not obliged to update or alter the information or opinions contained within this material. Investors should consult their own legal and tax advisors in respect of legal, accounting, domicile and tax advice prior to investing in the Financial Instrument(s) in order to make an independent determination of the suitability and consequences of an investment therein, if permitted. Please note that different types of investments, if contained within this material, involve varying degrees of risk and there can be no assurance that any specific investment may either be suitable, appropriate or profitable for a client or prospective client’s investment portfolio.

Given the economic and market risks, there can be no assurance that the Financial Instrument(s) will achieve its/their investment objectives. Returns may be affected by, amongst other things, investment strategies or objectives of the Financial Instrument(s) and material market and economic conditions, including interest rates, market terms and general market conditions. The different strategies applied to the Investment Products may have a significant effect on the results portrayed in this material. Past performance is not a guide to future performance and the value of the investments in Financial Instrument(s) may go down as well as up. Investors may not get back the amount they originally invested.

The performance data, as applicable, reflected in this material, do not take into account the commissions, costs incurred on the issue and redemption and taxes.

* PT BNP Paribas Investment Partners (address: World Trade Center Building, 5th Floor, Jl. Jend Sudirman Kav.29-31, Jakarta 12920 - INDONESIA).

** “BNP Paribas Investment Partners” is the global brand name of the BNP Paribas group’s asset management services. The individual asset management entities within BNP Paribas Investment Partners if specified herein are specified for information only and do not necessarily carries on business in your jurisdiction. For further information, please contact your locally licensed Investment Partner.

.

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan teknologi yang merasuk ke dalam kegiatan komunikasi, pertaliannya dapat dilihat pada dua tingkat, pertama secara struktural, yaitu faktor teknologi yang mengubah

Penggunaan Teknologi komputer di sekolah yang bertujuan membantu para peserta didik dalam memecahkan masalah yang mereka miliki, kini juga teknologi komputer telah

Amati tabel yang telah kamu buat di atas, kelompokkan kegiatan yang menggunakan sumber energi panas yang berasal dari listrik dan yang berasal dari sumber energi selain

23,25─26 Dalam sebuah penelitian retrospektif dari 52 anak dengan SRNS dan FSGS, proporsi kumulatif remisi secara signifikan lebih tinggi pada anak-anak yang diberikan siklosporin

Ketika tegangan pada terminal kolektor memiliki beda potensial dengan tegangan pada catu daya yang diakibatkan oleh adanya tahanan beban, maka arus akan mengalir dari catu

Dianut oleh perguruan tinggi yang telah establish dalam melaksanaan internal quality management. and assessment sebagai suatu proses

95% Waktu Penyampaian Laporan Tepat waktu 2 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Internal Indeks Kepuasan Pelayanan Surat Masuk Baik 3 Meningkatkan Kualitas Penatausahaan