• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS INDONESIA

INVENTARISASI JENIS-JENIS HOLOTHUROIDEA

(ECHINODERMATA) DI RATAAN TERUMBU BEBERAPA

PULAU TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU,

JAKARTA

SKRIPSI

FUJI PRATIWI 0606069786

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI

DEPOK JUNI 2011

(2)

UNIVERSITAS INDONESIA

INVENTARISASI JENIS-JENIS HOLOTHUROIDEA

(ECHINODERMATA) DI RATAAN TERUMBU BEBERAPA

PULAU TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU,

JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

FUJI PRATIWI 0606069786

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI

DEPOK JUNI 2011

(3)

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Fuji Pratiwi

NPM : 0606069786

Tanda Tangan :

(4)

Nama : Fuji Pratiwi

NPM : 0606069786

Program Studi : Biologi

Judul Skripsi : Inventarisasi Jenis-jenis Holothuroidea

(Echinodermata) di Rataan Terumbu Beberapa Pulau Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. rer. nat. Yasman, M. Sc ( )

Penguji I : Dr. rer. nat. Mufti P. Patria, M. Sc ( )

Penguji II : Riani Widiarti, M. Si ( )

Ditetapkan di : Depok Tanggal : 30 Juni 2011

(5)

Alhamdulillaahi Robbil’aalamiin. Hanya kepada Allah SWT segala puji dan syukur, atas segala nikmat dan kemudahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berarti banyak untuk penulis: pertolongan dan jawaban do’a-do’a dari Allah, keberanian mewujudkan cita-cita, serta persahabatan dan persaudaraan yang indah. Semua makna itu, tak lepas dari pihak-pihak yang dengan senang hati membantu penulis, dari sejak awal penulis berada di kampus. Oleh karena itu, penulis menyampaikan Jazakumullah khoiron katsiro (semoga Allah memberi balasan dengan kebaikan yang lebih baik dan lebih banyak) dan menghaturkan terima kasih kepada:

1. Dr. rer. nat. Yasman, M. Sc selaku pembimbing atas bimbingan selama skripsi dan bantuan selama penulis menimba ilmu di Departemen Biologi, sejak masih mahasiswa baru hingga dapat menyelesaikan pendidikan. Selain itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada Drs. Prapto Darsono, M. Sc atas semua bantuan dan diskusi di awal penelitian. Semoga Allah senatiasa melimpahkan karuniaNya kepada beliau berdua.

2. Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M Sc. dan Riani Widiarti, M. Si atas segala koreksi dan masukan bagi skripsi penulis.

3. Dr. rer. nat Mufti Petala Patria, M. Sc selaku Ketua Departemen Biologi, Dra. Nining Betawati Prihantini, M. Sc selaku sekretaris Departemen Biologi, Dra. Titi Soedjiarti, SU selaku koordinator pendidikan Departemen Biologi, serta Dr. Anom Bowolaksono selaku koordinator seminar.

4. Dra. Noverita Dian Takarina, M. Sc selaku pembimbing akademis atas segala nasihat dan kesempatan memperoleh ilmu saat KP logam berat.

5. Seluruh ibu dan bapak dosen Departemen Biologi atas ilmu, pengalaman, dan nasihat bagi penulis. Terutama kepada Ibu Riani, Ibu Titi, Ibu Nining, Ibu Mega, Ibu Dian, Ibu Nisya, dan Ibu Andi Salamah atas kesempatan belajar bagi penulis dengan menjadi asisten praktikum dan mempertemukan dengan banyak orang-orang hebat di bidang Biologi.

(6)

7. Teman-teman Felix (bio ’06), Blossom (bio ’07), Biosentris (bio ’08),

Zygomorf (bio ’09), bio ’10. Senior-senior Biosphere (bio ’05), Baliveau (bio ’04), LIGULA dan senior-senior lainnya atas kebersamaan dan ilmu yang diberikan. Teman-teman 'petualangan ber-elmu’: SIGMA-B UI, COMATA, CANOPY, Baluran Rangers (kak Dimas, kak Dimar, Ummi Syifa, Erna, kak Ira, dan kaAi). Teman-teman lab takso (Anjar, Boent, Suri, Bibil, Janu, Rr, Wina, Lulu), tim Penjaliran-Pramuka (Agung, Jeroen van den Hurk (HAN University Arnhem and Nijmegen), kak Pinkan, kak Djudju, Topan, kak Sigit dan mba Tati; Indah ’Ile’ dan Haikal bio07) dan teman-teman seperjuangan (Vinda, Vita, Rika, Adhit, Iqbal).

8. Saudara-saudari DK UI, PELANGI, Smile n Care, milik2006, Super_N (Maulida, Maya, Dedew, Nia, Hesti, Dianti, Ajeng, Linda, Indah; Aziz, Faris, Zuhri, Mukhlis, Anca, Danu, Agus, Teddy, dan Rashid), Biokatalis,

FSA Al Ghufron SMAN 3 Bogor, Forum Kalam SMPN 2 Bogor, dan tentunya PLATINA.

9. Akhwat-akhwat luar biasa: Eka Yuniarti Safitri , Eka Nurlaila Utami, Fajriah Laili, Rizka Khaira, Sari Yulianti, Anna Nurhayati, Mulyani, dan 7Femineus. Kakak-kakak yang membantu penulis di saat-saat sulit: kak Putra bio’04, a Raafqi n friends, mba Citra, dan teh Hasna.

10. Orang tua juara satu seluruh dunia, Ibu dan Babah, atas kasih sayang, pengertian tiada tara, kesabaran dan do’a-do’a tulus di sepanjang waktu. Semoga Allah selalu menyayangi Ibu dan Babah. Teh Eva (+a Tusef, Malik, dan Mikail), teh Nie, Nda, Idhie, dan Eca atas keceriaan penghapus lelah.

Walaupun masih ada kekurangan, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.

Depok, 2011 Penulis

(7)

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fuji Pratiwi

NPM : 0606069786

Program Studi : S1 reguler Departemen : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Inventarisasi Jenis-jenis Holothuroidea (Echinodermata) di Rataan Terumbu Beberapa Pulau Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 30 Juni 2011

Yang menyatakan

(8)

Nama : Fuji Pratiwi Program Studi : S1-Biologi

Judul : Inventarisasi Jenis-jenis Holothuroidea (Echinodermata) di Rataan Terumbu Beberapa Pulau Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta

Telah dilakukan inventarisasi jenis Holothuroidea di Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) Jakarta dan dilakukan juga pengamatan pola pemisahan senyawa ekstrak kasar dari marga-marga Holothuroidea yang

diperoleh menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Koleksi Holothuroidea dilakukan dengan cara snorkeling di rataan terumbu dan identifikasi dilakukan berdasarkan ciri morfologi serta spikula. Pengamatan spikula dilakukan dengan melarutkan dinding tubuh sampel dan tentakel dalam natrium hipoklorit

komersial. Sampel Holothuroidea diekstrak menggunakan metanol, dipekatkan di rotary evaporator lalu dikeringkan dalam oven. Pengamatan pola pemisahan senyawa Holothuroidea dilakukan setelah ekstrak dielusi pada KLT dengan eluen n-heksan:etilasetat (95:5). Hasil KLT disinari UV dan disemprot anesaldehid. Hasil penelitian diperoleh 15 jenis Holothuroidea dan beberapa jenis diantaranya baru pertama kali tercatat (new record) di TNKpS Jakarta yaitu Holothuria

(Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus quadrifasciatus, dan Synaptula reticulata. Pola pemisahan senyawa ekstrak kasar Holothuroidea dengan KLT pun dapat

digunakan untuk membedakan marga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan pola pemisahan senyawa dari ekstrak kasar Holothuroidea mempertegas taksonomi Holothuroidea yang dilakukan melalui identifikasi berdasarkan karakter morfologi dan spikula.

Kata kunci : Holothuroidea, identifikasi, KLT, spikula, TNKpS Jakarta.

xi + 58 halaman : 25 gambar, 2 lampiran Daftar referensi : 54 (1963--2011)

(9)

Name : Fuji Pratiwi Study programe : S1-Biologi

Tittle : Inventory of Holothuroidea (Echinodermata) at Reef Flat of Several Islands of Kepulauan Seribu National Park, Jakarta

Inventory of Holothuroidea in Kepulauan Seribu National Park, Jakarta and separation pattern of their extracts using TLC have been conducted.

Holothuroidea were collected by snorkeling along reef flat. Identification based on morphological characters and spicules observation. Spicules were observed by disolving body wall and tentacle of Holothuroidea in comercial natrium

hypochloride. Samples were extracted with methanol, concentrated in rotary evaporator and dried in oven. Extracts separation pattern were observed after the extracts chromatographed on TLC plate eluted with n-hexane: ethilacetate (95:5). Separation pattern of their extracts detected under UV light and sprayed with anesaldehyde. The inventory result showed that there were some new record species among 15 identified species in Kepulauan Seribu National Park, Jakarta, they were Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis, Stichopus quadrifasciatus, and Synaptula reticulata. TLC result showed that extracts separation pattern were able to distinguish Holothuroidea genus. The conclusion of the result is that the extract separation pattern affirms taxonomy of Holothuroidea which previously based on morphology and spicules indentification.

Keyword : Holothuroidea, identification, Kepulauan Seribu National Park Jakarta, spicules, TLC.

xi + 58 pages : 25 pictures, 2 appendices Bilbliography : 54 (1963--2011)

(10)

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii

ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xi 1. PENDAHULUAN... 1 2. TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1 Struktur Tubuh dan Bentuk Spikula Holothuroidea... 3

2.2 Reproduksi, Pertahanan Diri, dan Ekologi Holothuroidea ... 5

2.3 Taksonomi Holothuroidea ... 7

2.4 Senyawa Kimia Pada Holothuroidea dan Teknik Kromatografi Lapis Tipis 9 2.5 Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS)... 10

3. METODE PENELITIAN... 12

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 12

3.2 Peralatan ... 13

3.2.1 Peralatan di Lapangan ... 13

3.2.2 Peralatan di Laboratorium... 13

3.3 Bahan... 13

3.4 Cara kerja... 13

3.4.1 Pengambilan dan Preservasi Sampel... 13

3.4.2 Identifikasi Holothuroidea ... 14

3.4.3 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea.. 15

4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 17

4.1 Hasil... 17

4.1.1 Identifikasi dan Deskripsi Jenis Holothuroidea... 17

4.1.2 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea... 42

4.2 Pembahasan... 44

4.2.1 Identifikasi dan Deskripsi Jenis Holothuoidea... 44

4.2.2 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea... 49

5. KESIMPULAN DAN SARAN... 51

5.1 Kesimpulan... 51

5.2 Saran... 51

(11)

Gambar 2.1. Struktur Holothuroidea (Cucumaria frondosa)... 3

Gambar 2.2. Bentuk-betuk tentakel Holothuroidea... 4

Gambar 2.3. Bentuk-bentuk spikula Holothuroidea... 5

Gambar 2.4. Salah satu mekanisme pertahanan diri Bohadschia argus dengan mengeluarkan tubulus Cuvier... 6

Gambar 2.5. Ilustrasi sistem kromatografi lapis tipis... 10

Gambar 3.1. Lokasi pengambilan sampel... 12

Gambar 3.2. Ilustrasi lembar KLT yang digunakan pada penelitian... 16

Gambar 4.1. Hewan dan spikula Bohadschia argus... 19

Gambar 4.2. Hewan dan spikula Bohadschia marmorata... 21

Gambar 4.3. Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) coluber... 23

Gambar 4.4. Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis... 24

Gambar 4.5. Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) atra... 26

Gambar 4.6. Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) edulis... 27

Gambar 4.7. Hewan dan spikula Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota... 28

Gambar 4.8. Hewan dan spikula Holothuria (Stauropora) fuscocinerea... 30

Gambar 4.9. Hewan dan spikula Holothuria (Thymiosycia) arenicola... 31

Gambar 4.10. Hewan dan spikula Stichopus herrmanni... 33

Gambar 4.11. Hewan dan spikula Stichopus horrens... 35

Gambar 4.12. Hewan dan spikula Stichopus quadrifasciatus... 37

Gambar 4.13. Hewan dan spikula Opheodesoma grisea... 39

Gambar 4.14. Hewan dan spikula Synapta maculata... 40

Gambar 4.15. Hewan dan spikula Synaptula reticulata... 42

Gambar 4.16. Hasil KLT di bawah sinar UV dan setelah disemprot anesaldehid 43 Gambar 4.17 Spikula dari dinding tubuh Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis... 47

Gambar 4.18. Perbandingan spikula bentuk meja marga Stichopus... 48

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jenis-jenis Holothuroidea yang ditemukan di Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta... 57

(12)

Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) Jakarta memiliki tipe ekosistem yang beragam. Tipe ekosistem yang dapat ditemui di TNKpS antara lain ekosistem mangrove, padang lamun, dan terumbu karang (Setyawan dkk. 2009: 4). Beragamnya tipe ekosistem tersebut menyediakan habitat bagi banyak organisme laut, termasuk bagi berbagai jenis Holothuroidea (Echinodermata) (Yusron 2006: 14).

Keberadaan Holothuroidea dalam suatu habitat berperan dalam jaring makanan. Telur, larva, dan juvenil Holothuroidea menjadi pakan organisme laut lainnya seperti ikan, moluska, dan udang (Darsono 2005: 408). Holothuroidea pun merupakan pemakan serasah pada sedimen atau materi organik yang melayang di perairan. Aktivitas memakan serasah tersebut akan membantu pengadukan substrat, mencegah pengerasan dasaran (Darsono 2005: 408), dan mengoksigenasi dasaran (Lane & Vandenspiegel 2003: 131).

Holothuroidea dijadikan komoditas perdagangan oleh masyarakat pesisir. Para nelayan di wilayah TNKpS mengumpulkan berbagai jenis Holothuroidea untuk dikeringkan dan dijual kepada pengumpul. Holothuroidea kering diekspor ke Singapura, Hongkong, dan Taiwan (Darsono 2005: 405).

Beberapa penelitian tentang Holothuroidea yang pernah dilakukan di Kepulauan Seribu antara lain oleh Aziz (1981) di Pulau Pari, Siena (1996) di Pulau Penjaliran Barat, Saputra (2001) di Pulau Pramuka dan Pulau Tikus, serta Dumilah (2006) di Pulau Putri. Aziz (1981: 50) menemukan 15 jenis

Holothuroidea dari enam marga yaitu Actinopyga, Bohadschia, Holothuria, Stichopus, Thelenota, dan Synapta. Siena (1996: 97) menemukan 13 jenis Holothuroidea dari lima marga yaitu Bohadschia, Holothuria, Stichopus, Opheodesoma, dan Synapta. Saputra (2001: 49--50) menemukan 16 jenis Holothuroidea dari lima marga yaitu Actinopyga, Bohadschia, Holothuria, Stichopus, dan Synapta. Dumilah (2006: 48) menemukan sembilan jenis Holothuroidea dari tiga marga Holothuria, Opheodesoma, dan Synapta.

(13)

jenis Holothuroidea di Indonesia, terutama di TNKpS, mungkin belum terungkap sepenuhnya. Pada saat yang sama jenis-jenis Holothuroidea yang ada terus mengalami tekanan eksploitasi (Darsono 2007: 2). Oleh sebab itu, inventarisasi berbagai jenis Holothuroidea perlu dilakukan.

Inventarisasi Holothuroidea dilakukan dengan mendata jenis-jenisnya melalui identifikasi. Identifikasi Holothuroidea dapat dilakukan dengan mengamati morfologi serta bentuk dan komposisi spikula. Spikula adalah endoskeleton dari kapur yang memiliki bentuk tertentu pada setiap jenis Holothuroidea (Pechenik 1996: 462--463).

Selain identifikasi melalui morfologi, senyawa kimia pada Holothuroidea pun dapat digunakan dalam taksonomi Holothuroidea (kemotaksonomi) pada tingkat bangsa, suku, dan marga (Stonik & Elyakov 1988: 43--44). Senyawa-senyawa yang dapat digunakan untuk kemotaksonomi Holothuroidea antara lain sterol dan triterpen glikosida. Senyawa-senyawa tersebut, terutama triterpen glikosida, merupakan hasil isolasi dari ekstrak Holothuroidea dan dapat menjadi penanda taksonomi berdasarkan strukturnya (Stonik 1986: 423). Struktur suatu senyawa dapat diketahui melalui gabungan beberapa metode, seperti gabungan teknik thin layer chromatography (TLC), gas-liquid chromatography (GLC), high-performance liquid chromatography (HPLC) dan mass spectrometry (MS) (Nelson & Cox 2005: 265) atau menggabungkan teknik HPLC dan nuclear magnetic resonance (NMR) (Marston & Hostettmann 2006: 1--2). Rangkaian proses tersebut merupakan proses panjang. Penanda taksonomi dari ekstrak Holothuroidea mungkin dapat diketahui menggunakan metode yang relatif sederhana, misalnya dengan thin layer chromatography atau kromatografi lapis tipis (KLT).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Holothuroidea yang terdapat di TNKpS yaitu di Pulau Penjaliran Timur, Pulau Pramuka, Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, dan Pulau Semak Daun. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat pola pemisahan ekstrak kasar Holothuroidea menggunakan KLT. Pola pemisahan yang muncul diharapkan dapat membedakan Holothuroidea pada tingkat marga.

(14)

2.1 STRUKTUR TUBUH DAN BENTUK SPIKULA HOLOTHUROIDEA

Echinodermata berasal dari kata Yunani yakni echinos yang berarti duri dan derma yang berarti kulit. Secara sederhana, Echinodermata dapat diartikan sebagai hewan berkulit duri. Echinodermata meliputi lima kelas yaitu Asteroidea, Ophiuroidea, Echinoidea, Crinoidea, dan Holothuroidea (Jasin 1992: 256).

Holothuroidea merupakan hewan bersimetri bilateral saat larva dan bersimetri radial saat dewasa. Tubuhnya seperti timun dengan bagian ventral-dorsal dan anterior-posterior. Kaki tabung di bagian ventral berfungsi untuk pergerakan dan di bagian dorsal terdapat papila sebagai alat sensor. Tubuh Holothuroidea memiliki otot melingkar dan otot memanjang. Saluran pencernaan memanjang dalam rongga tubuh dan terdapat saluran respirasi (respiratory tree) (Gambar 2.1) (Jasin 1992: 269--270).

Gambar 2.1 Struktur Holothuroidea (Cucumaria frondosa)

(15)

Tentakel merupakan modifikasi kaki tabung (tube feet) di sekitar mulut dan berfungsi untuk memasukkan makanan ke mulut (Pechenik 1996: 462). Jumlah dan bentuk tentakel merupakan bagian tubuh yang penting dalam

identifikasi Holothuroidea (Samyn dkk. 2006: 53). Jumlah tentakel Holothuroidea bervariasi antara 8--30, tergantung bangsanya. Bentuk tentakel Holothuroidea bermacam-macam, yaitu bentuk perisai (peltate), dendritik (dendritic), menyirip (pinnate), dan menjari (digitate) (Gambar 2.2) (Arnold & Birtles 1989: 224).

Bagian posterior beberapa marga Holothuroidea memiliki gigi anal (anal teeth). Gigi anal merupakan papila berkapur yang mengelilingi anus, umumnya terlihat jelas pada anggota marga Actinopyga (Clark & Rowe 1971: 172).

Gambar 2.2 Bentuk-betuk tentakel Holothuroidea

[Sumber: Arnold & Birtles 1989: 224.]

Holothuroidea memiliki endoskeleton mikroskopis berupa spikula pada dinding tubuhnya (Pechenik 1996: 463), tentakel, kaki tabung, mesentrium, dan organ internal lainnya (Conand 1989: 1160). Spikula berfungsi untuk

memperkokoh tubuh Holothuroidea dan menjadi bagian penting untuk identifikasinya (Arnold & Birtles 1989: 221).

Spikula memiliki bentuk yang bervariasi dan kompleks. Bentuk batang (rod) dapat memiliki percabangan sederhana, berpermukaan halus, permukaan atau ujungnya dapat disertai tonjolan atau duri, bahkan dapat berbentuk seperti huruf C dan S. Bentuk kancing (button) merupakan spikula oval berlubang dengan jumlah lubang bervariasi dan tersusun dalam dua baris. Spikula bentuk meja (table) tampak lebih rumit dengan lempeng (disc) berlubang dan tiang (spire) di tengahnya. Spikula bentuk roset (rossete) merupakan batang pendek

(16)

yang ujungnya bercabang-cabang pendek. Spikula bentuk keranjang (basket) merupakan lempengan berlubang yang konkaf. Spikula bentuk jangkar (anchor) merupakan spikula yang tertanam di dinding tubuh dan membantu melekat di atas substrat sebagai ganti kaki tabung pada suku Synaptidae (Bangsa Apodida). Spikula bentuk roda (wheel) merupakan spikula yang khas pada suku Chiridotidae (Bangsa Apodida) dan Bangsa Elasipoda. Granula (miliary granules) atau butiran (grain) merupakan spikula yang berukuran kecil (Gambar 2.3) (Conand 1989: 1160).

Gambar 2.3 Bentuk-bentuk spikula Holothuroidea

[Sumber: Conand 1989: 1161.]

2.2 REPRODUKSI, PERTAHANAN DIRI, DAN EKOLOGI

HOLOTHUROIDEA

Holothuroidea bersifat dioceous yakni terdiri dari individu jantan dan betina, namun tidak terlihat adanya dimorfisme kelamin. Perbedaan hanya terlihat dengan melakukan pengamatan terhadap gonadnya. Gonad jantan berisi

(17)

Holothuroidea dapat bereproduksi secara seksual atau aseksual (Castro & Huber 2000: 131--132). Reproduksi seksual dilakukan dengan melepaskan gamet ke kolom air sehingga dapat terjadi fertilisasi (Darsono 2003: 5--6). Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan melintang (Darsono 1999b: 2).

Holothuroidea memiliki respon terhadap gangguan. Pertahanan pertama yang dilakukan Holothuroidea saat merasa terganggu adalah mengerutkan badannya (Castillo 2006: 1). Jika gangguan terus berlangsung, Holothuroidea akan mengeluarkan tubulus Cuvier (Cuvier tubules) yang lengket bahkan beracun (Gambar 2.4) (Bakus 1974: 229--230). Holothuroidea akan melakukan eviserasi (evisceration) yaitu mengeluarkan organ pencernaan, respiratory tree, dan gonadnya melalui anus saat gangguan tidak juga berhenti (Pechenik 1996: 465).

Gambar 2.4 Salah satu mekanisme pertahanan diri Bohadschia argus dengan mengeluarkan tubulus Cuvier

[Sumber: foto oleh Jeroen van den Hurk.]

Holothuroidea berperan sebagai pemakan deposit (deposit feeder) dan pemakan suspensi (suspension feeder) (Darsono 2007: 6). Telur, larva, dan juvenil Holothuroidea merupakan sumber pakan bagi udang-udangan, ikan, dan moluska (Darsono 2003: 5). Holothuroidea pun diketahui berasosiasi dengan beberapa hewan. Rongga tubuh Bohadschia marmorata dijadikan tempat berlindung bagi ikan Carapus homei. Kepiting Lissocarcinus orbicularis ditemukan hidup dan berlindung di celah antar tentakel Actinopyga mauritania (James 2000: 138).

(18)

Holothuroidea dapat hidup menempati berbagai macam mikrohabitat seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan alga, padang lamun, koloni karang hidup dan karang mati, serta beting karang (rubbles) (Yusron 2006: 14). Holothuroidea menempati habitat yang selalu tergenang air bahkan saat surut (Aziz 1996: 33--43).

2.3 TAKSONOMI HOLOTHUROIDEA

Secara singkat, taksonomi bangsa Holothuroidea menurut Arnold & Birtles (1989: 223--224) adalah sebagai berikut:

Filum: Echinodermata Kelas: Holothuroidea Subkelas: Dendrochirotacea Bangsa: Dendrochirotida Dactylochirotida Aspidochirotacea Bangsa: Aspidochirotida Elasipodida Apodacea Bangsa: Apodida Molpadiida

Tahun 1965, Pawson & Fell (lihat Pawson 2007: 755) membagi kelas Holothuroidea terbagi atas tiga subkelas yaitu Dendrochirotacea,

Aspidochirotacea, dan Apodacea. Pembagian subkelas tersebut berdasarkan ada atau tidaknya kaki tabung. Apodacea merupakan satu-satunya subkelas yang anggotanya tidak memiliki kaki tabung (Arnold & Birtles 1989: 225).

Pergerakannya menggunakan tentakel yang juga digunakan untuk memasukkan makanan ke mulut (Buchsbaum dkk. 1987: 487). Bentuk tentakelnya menjari (digitate) atau menyirip (pinnate) (Arnold & Birtles 1989: 225).

Subkelas Apodacea memiliki dua bangsa yaitu Apodida Brandt, 1835 dan Molpadiida Haeckel, 1896 (Pawson 2007: 755). Keduanya dibedakan

(19)

tabung kecuali yang termodifikasi menjadi tentakel dan berjumlah antara 10--15. Ukuran tubuhnya panjang dan terlihat seperti cacing dengan dinding tubuh yang tipis (Arnold & Birtles 1989: 225). Komposisi spikulanya terdiri atas spikula bentuk jangkar dan lempengan jangkar. Bangsa Apodida memiliki tiga suku, 32 marga dan jumlah jenisnya diperkirakan mencapai 269 jenis (Kerr 2000: 3).

Anggota bangsa Molpadiida memiliki tubuh silindris dengan ujung tubuh meruncing seperti ekor sehingga tubuhnya terlihat seperti sosis. Tentakel

berbentuk menjari (digitate) berjumlah 15 (Arnold & Birtles 1989: 225). Bangsa Molpadiida terdiri dari empat suku, 35 marga dan jumlah jenisnya diperkirakan mencapai 95 jenis (Kerr 2000: 4). Sebagian besar jenis dari Molpadida hidup di laut dalam. Kombinasi spikulanya terdiri atas spikula bentuk meja, batang, lempeng berlubang, dan terkadang juga muncul spikula bentuk jangkar (Pawson 1963: 10).

Subkelas Dendrochirotacea merupakan subkelas yang anggotanya

memiliki kaki tabung (Arnold & Birtles 1989: 223). Subkelas Dendrochirotacea terbagi atas dua bangsa berdasarkan perbedaan bentuk tentakelnya, yaitu

Dendrochirotida Grube, 1840 dan Dactylochirotida Pawson & Fell, 1965 (Pawson 2007: 755). Bangsa Dendrochirotida memiliki tentakel berbentuk dendritik (dendritic) berjumlah 10--30 (Arnold & Birtles 1989: 223). Bangsa

Dendrochirotida terbagi menjadi tujuh suku, 90 marga dan jumlah jenisnya sekitar 550 jenis (Kerr 2000: 4). Spikula Dendrochirotida terdiri atas spikula bentuk keranjang, lempengan berbentuk palang (cruciform plates), batang, lempeng berlubang, meja, dan kancing (Arnold & Birtles 1989: 232--233).

Bangsa Dactylochirotida memiliki tentakel menjari (digitate) berjumlah 8--30. Bangsa Dactylochirotida memiliki jumlah suku yang lebih sedikit

dibandingkan dengan bangsa Dendrochirotida, yaitu tiga suku (Arnold & Birtles 1989: 224--225), tujuh marga dan jumlah jenisnya sekitar 35 jenis (Kerr 2000: 4). Salah satu jenis dari BangsaDactylochirotida, yaitu Echinocucumis kirrilyae, memiliki spikula bentuk meja, lempeng berlubang dari dinding tubuhnya serta spikula batang berlubang dari tentakelnya (O’Loughlin 2009: 3).

Anggota Subkelas Aspidochirotacea juga memiliki kaki tabung (Arnold & Birtles 1989: 221). Subkelas Aspidochirotacea terbagi atas dua bangsa yaitu

(20)

Aspidochirotida Grube, 1840 dan Elasipodida Theél, 1882 (Pawson 2007: 755). Pembagian tersebut didasarkan atas ada tidaknya respiratory tree. Bangsa Aspidochirotida memiliki respiratory tree. Spikula Aspidochirotida umumnya merupakan kombinasi dari spikula bentuk meja, batang, lempeng berlubang, kancing, dan roset (Clark & Rowe 1971: 197). Bangsa Aspidochirotida memiliki tiga suku dan jumlah jenisnya sekitar 300 jenis. Beberapa jenis diantaranya dijadikan komoditas perdagangan (Arnold & Birtles 1989: 225).

Bangsa Elasipodida tidak memiliki respiratory tree. Dinding tubuhnya seperti gelatin (gelatinous) dan rapuh. Bangsa Elasipodida memiliki lima suku dengan jumlah jenis diperkirakan lebih dari 100 jenis yang banyak tersebar di laut dalam (Arnold & Birtles 1989: 225). Anggota bangsa Elasipodida memiliki spikula bentuk palang, namun ada juga yang tidak memiliki spikula (Rogacheva dkk. 2009: 464--472).

2.4 SENYAWA KIMIA PADA HOLOTHUROIDEA DAN TEKNIK

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Beberapa senyawa kimia seperti sterol dan triterpen glikosida telah berhasil diisolasi dari Holothuroidea dan digunakan dalam taksonominya (Stonik & Elyakov 1988: 44 & 65). Bergmann (1962 lihat Goad 1972: 223)

mengelompokkan Echinodermata dalam dua kelompok berdasarkan tipe sterolnya, yaitu kelompok dengan sterol ∆5

dan sterol ∆7. Asteroidea dan Holothuroidea termasuk ke dalam kelompok dengan sterol ∆7

.

Triterpen glikosida atau saponin berfungsi sebagai alat pertahanan diri pasif dari predator, menghambat infeksi fungi akuatik dan parasit, serta berperan dalam proses reproduksi Holothuroidea. Ada beberapa triterpen glikosida khas pada Holothuroidea, yaitu holothurin pada marga Holothuria dan Actinopyga, bohadschiosida pada marga Bohadschia, stichoposida pada marga Stichopus, serta thelenotosida pada marga Thelenota. Hubungan biogenetik dan struktur yang bervariasi membuat analisis distribusi triterpen glikosida Holothuroidea lebih efektif pada tingkat bangsa, suku, atau marga (Stonik & Elyakov 1988: 60--63).

(21)

(KLT) untuk mendapatkan senyawa campuran yang mengandung glikosida. Metode tersebut bermanfaat dalam isolasi dan pemurnian molekul organik berukuran kecil dan penapisan awal (preliminary screening) sebelum menggunakan HPLC (Marston & Hostettmann 2006: 2).

Dalam sistem KLT (Gambar 2.5), terdapat dua komponen utama yaitu fase diam dan fase gerak (Quinn 1988: 10). Fase diam yang umum digunakan untuk KLT antara lain lembar selulosa, silika, atau alumina. Fase gerak KLT

merupakan larutan pengembang (eluent) yang sesuai dengan sampel uji. Molekul yang menunjukkan afinitas lemah terhadap fase diam akan cepat berpindah selama proses pemisahan (Boyer 2000: 60; 62--63).

Gambar 2.5 Ilustrasi sistem kromatografi lapis tipis

Pola pemisahan komponen sampel uji hasil kromatografi tidak akan jelas lagi terlihat setelah di-running walaupun sampelnya berwarna. Senyawa-senyawa yang memiliki kromotofor dapat dideteksi di bawah UV. Sedangkan komponen sampel yang tidak berkromofor dapat dideteksi dengan melakukan penyemprotan menggunakan suatu pewarna (reagen) (Marston & Hostettmann 2006: 2).

2.5 TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU (TNKpS)

Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) secara administrasi berada dalam Provinsi DKI Jakarta dan berstatus kabupaten administratif. Luas daratan Kepulauan Seribu mencapai 897,71 ha dan luas perairan mencapai 699,750 ha (Setyawan dkk. 2009: 2--3). TNKpS dikelilingi oleh daratan besar yaitu Jawa,

Penutup wadah pengembang

Fase diam (lembar KLT) Wadah pengembang

Fase gerak (larutan pengembang/eluen)

(22)

Sumatera, dan Kalimantan. Hal tersebut membuat perairan TNKpS terlindung dari badai dan gelombang laut yang tinggi (Abdullah dkk. 1999: 2).

Kondisi perairan laut TNKpS dipengaruhi oleh empat musim setiap tahunnya, yaitu musim barat (November--Maret) dan musim timur (Mei--September) dan dua musim peralihan. Musim barat ditandai dengan angin kencang dari barat ke timur, arus laut kuat dan curah hujan deras. Sementara musim timur ditandai dengan angin kencang dari timur ke barat, arus laut kuat namun jarang turun hujan. Musim peralihan antara kedua musim tersebut ditandai dengan kondisi laut yang relatif tenang dan jernih (Abdullah dkk. 1999: 2;

Setyawan dkk. 2009: 4). Musim peralihan barat ke timur terjadi antara bulan April--Mei dan musim peralihan timur ke barat terjadi antara Oktober--November (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2010).

Kementerian Kehutanan (2009: 5--6) membagi wilayah TNKpS menjadi beberapa zona yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan tradisional, dan daerah penyangga. Hampir setiap pulau di TNKpS memiliki terumbu karang yang luasnya mencapai 20 kali luas pulau dengan kedalaman bervariasi. Kedalaman di rataan terumbu berkisar antara satu sampai lima meter (Abdullah dkk. 1999: 1), namun kedalaman laut umumnya 30 meter (Setyawan dkk. 2009: 2--4).

(23)

3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Koleksi Holothuroidea dilakukan di Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) yaitu di rataan terumbu Pulau Penjaliran Timur, Pulau Pramuka, Pulau Kotok Besar, Pulau Kotok Kecil, dan Pulau Semak Daun. Koleksi dilakukan pada tanggal 15--17 Februari 2010 dan tanggal 4--8 Agustus 2010 masing-masing pada pukul 08.30--15.30. Identifikasi jenis dan ekstraksi Holothuroidrea dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan, Departemen Biologi FMIPA UI.

Gambar 3.1 Lokasi pengambilan sampel “telah diolah kembali”

[Sumber: Holtorf 2005.] 16

J a k a r t a

(24)

3.2 PERALATAN

3.2.1 Peralatan di lapangan

Snorkeling gear (mask, snorkel, dan fin), kantong plastik, meteran gulung, baki plastik, buku catatan lapangan, alat tulis, kamera digital [OLYMPUS

µ550WP], dissecting set, collecting jar, selotip, spidol permanen, dan koran.

3.2.2 Peralatan di laboratorium

Peralatan yang digunakan untuk mengidentifikasi Holothuroidea yaitu baki plastik, dissecting set, sarung tangan, tabung reaksi, label tempel, pipet, kaca objek dan kaca penutupnya, mikrometer [OLYMPUS], mikroskop [NIKON SE], dan kamera digital [OLYMPUS µ550WP].

Peralatan yang digunakan untuk pengamatan senyawa kimia yaitu baki plastik, dissecting set, blender komersial [WARING], Beaker glass, pembungkus alumunium, spatula, pipet, round flask, rotari evaporator [STUART], cawan penguap, oven, sarung tangan, pensil, wadah pengembang (terbuat dari kaca) untuk KLT, botol vial, sonikator, pipa kapiler, lampu UV [CAMAG], hotplate, dan kamera digital [OLYMPUS µ550WP].

3.3 BAHAN

Bahan yang digunakan adalah sampel Holothuroidea, tisu, natrium hipoklorit komersial [BAYCLIN], alkohol 70%, metanol, kertas saring, lembar TLC silica gel 60F254 [Merck], dan anesaldehid.

3.4 CARA KERJA

3.4.1 Pengambilan dan preservasi sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara snorkeling di sepanjang rataan terumbu. Holothuroidea yang ditemukan diambil dengan tangan dan dimasukkan ke dalam plastik sampel.

(25)

Karakter morfologi yang dicatat yaitu panjang tubuh, warna bagian dorsal, warna dan deskripsi papila, warna bagian ventral, ada tidaknya kaki tabung dan gigi anal.

Setelah itu, isi rongga tubuh Holothuroidea dikeluarkan (untuk mencegah pembusukan) lalu dimasukkan ke dalam collecting jar kaca yang berisi metanol. Setiap Holothuroidea yang memiliki morfologi berbeda ditempatkan di dalam collecting jar terpisah. Collecting jar ditutup dan disegel dengan selotip, lalu diberi label dan dibungkus kertas koran.

3.4.2 Identifikasi Holothuroidea

Identifikasi jenis Holothuroidea berdasarkan ciri-ciri morfologi dan komposisi spikula dilakukan dengan mengacu pada literatur Rowe (1969), Clark & Rowe (1971), Massin (1996), Massin (1999), dan Wirawati dkk. (2007). Karakter morfologi tambahan yang diamati di laboratorium yaitu jumlah dan bentuk tentakel. Jumlah dan bentuk tentakel pada Holothuroidea tidak selalu dapat dilihat saat di lapangan.

Pembuatan spikula dilakukan berdasarkan yang telah dilakukan Wirawati dkk. (2007: 357). Spikula yang akan diamati diperoleh dari potongan dinding tubuh bagian dorsal dan ventral tubuh Holothuroidea berukuran 0,5 x 0,5 cm serta tentakel. Setiap bagian tubuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dituangi natrium hipoklorit komersial hingga bagian tubuh tersebut larut.

Setelah bagian tubuh Holothuria larut, sisa natrium hipoklorit komersial dibuang menggunakan pipet dan endapan spikula dicuci sebanyak tiga kali untuk masing-masing bagian tubuh. Hal tersebut berguna membersihkan spikula dari sisa dinding tubuh. Pencucian dilakukan dengan menambahkan alkohol 70%. Setelah didiamkan beberapa saat, alkohol 70% dikeluarkan dari tabung

menggunakan pipet dengan hati-hati agar spikula tidak ikut terbuang. Spikula yang telah dicuci dapat disimpan dengan menambahkan alkohol 70% secukupnya dan menutup rapat-rapat mulut tabung reaksi.

Satu tetes endapan spikula (yang telah dicuci) ke atas kaca objek lalu ditutup dengan kaca penutup. Jika sediaan kering, alkohol ditambahkan kembali secukupnya pada pinggiran kaca penutup. Komposisi dan pengukuran spikula menggunakan mikrometer dilakukan di bawah mikroskop, lalu dicatat dan difoto.

(26)

3.4.3 Pola pemisahan senyawa dari ekstrak Holothuroidea

Pola pemisahan senyawa dilakukan dengan terlebih dahulu membuat ekstrak sampel tiap marga Holothuroidea yang diperoleh. Setiap sampel dipotong dengan gunting dan masing-masing dihaluskan bersama metanol menggunakan blender. Campuran tiap sampel kemudian dituang ke dalam Beaker glass, ditutup dengan pembungkus alumunium, dan didiamkan selama tiga hari. Campuran tiap sampel lalu disaring menggunakan kertas saring dan pipet (pemisahan supernatan ekstrak metanol). Masing-masing ekstrak metanol yang diperoleh dimasukkan ke dalam round flask dan dipekatkan di rotari evaporator. Ekstrak pekat lalu

dipindahkan ke cawan penguap dan dikeringkan dalam oven bersuhu 40O C

hingga kering. Tiap ektrak kering yang didapatkan lalu ditimbang, dimasukkan ke dalam botol kaca berwarna gelap, dan diberi label yang berisi nama biota yang diekstrak, berat kering ekstrak, dan tanggal penyimpanan.

Pengamatan pola pemisahan senyawa dari ekstrak Holothuroidea dilakukan dengan menggunakan lembar KLT berukuran 8 x 4,5 cm. Untuk menjaga dari kontaminasi, pemegangan lembar KLT dilakukan menggunakan sarung tangan. Lembar KLT diberi tanda menggunakan pensil berupa dua garis horizontal (satu untuk penotolan ekstrak dan satu lagi untuk penanda batas elusi), keterangan sampel, tanggal, dan larutan pengembang (eluent) yang digunakan (Gambar 3.2). Setelah itu, lembar KLT dimasukkan ke dalam oven bersuhu 40O C selama satu setengah jam untuk menghilangkan uap-uap cairan yang mungkin ada pada lembar KLT.

Wadah pengembang (development tank) yang akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu. Wadah pengembang kemudian diisi larutan pengembang

n-heksan:etilasetat (95:5) dan ditutup rapat selama sekitar 30 menit. Hal tersebut dilakukan untuk menjenuhkan wadah dengan uap larutan pengembang sebelum lembar KLT dielusi.

Masing-masing ekstrak kering Holothuroidea kemudian diencerkan dengan metanol dan dikocok menggunakan ultrasonikator hingga ekstrak kering larut. Ekstrak kering yang telah larut dibiarkan hingga sisa ekstrak yang tidak larut mengendap. Campuran ekstrak-metanol (yang tidak tercampur endapan) ditotol ke atas lembar KLT menggunakan pipa kapiler. Lembar KLT dimasukkan

(27)

dalam wadah pengembang dengan hati-hati agar tidak miring sehingga hasil elusinya baik. Larutan pengembang dibiarkan naik pada lembar KLT hingga mencapai batas elusi. Setelah itu, lembar KLT dikeluarkan dari wadah pengembang dan dikeringanginkan.

Gambar 3.2 Ilustrasi lembar KLT yang digunakan pada penelitian

Hasil elusi ekstrak senyawa kimia pada lembar KLT dilihat di bawah UV pada panjang gelombang 254 nm dan 366 nm lalu difoto. Lembar KLT juga disemprot anisaldehid dan dipanaskan di hotplate bersuhu 110O C lalu difoto.

Eluent

Tanggal

Sampel 4,5 cm

(28)

4.1 HASIL

4.1.1 Identifikasi dan Deskripsi Jenis Holothuroidea

Secara umum deskripsi spesimen yang diperoleh sama seperti yang dideskripsikan Rowe (1969), Clark & Rowe (1971), Massin (1996), Massin (1999), dan Wirawati dkk. (2007). Dari hasil identifikasi diperoleh 15 jenis dari enam marga yang mewakili tiga suku. Secara singkat, taksonomi jenis-jenis Holothuroidea yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Subkelas: Aspidochirotacea

Bangsa: Aspidochirotida Grube, 1840 Suku: Holothuriidae Ludwig, 1894

Marga: Bohadschia Jaeger, 1833 Bohadschia argus Jaeger, 1833 Bohadschia marmorata Jaeger, 1833

Marga: Holothuria Linnaeus, 1767 Anak marga Acanthotrapeza Rowe, 1969

Holothuria (Acanthotrapeza) coluber Semper, 1868 Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis Selenka, 1867 Anak marga Halodeima Pearson, 1914

Holothuria (Halodeima) atra Jaeger, 1833 Holothuria (Halodeima) edulis Lesson, 1830 Anak marga Mertensiothuria Deichmann, 1958

Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota (Brandt, 1835) Anak marga Stauropora Rowe, 1969

Holothuria (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833 Anak marga Thymiosycia Pearson, 1914

(29)

Suku: Stichopodidae Haeckel, 1886 Marga: Stichopus Brandt, 1835

Stichopus herrmanni Semper, 1868 Stichopus horrens Selenka, 1867 Stichopus quadrifasciatus Massin, 1999

Subkelas: Apodacea

Bangsa: Apodida Brandt, 1835

Suku: Synaptidae Burmeister, 1837 Marga: Opheodesoma Fisher, 1907

Opheodesoma grisea (Semper, 1868) Marga: Synapta Eschscholtz, 1829

Synapta maculata (Chamisso & Eysenhardt, 1821) Marga: Synaptula Oersted, 1849

Synaptula reticulata (Semper, 1868)

Berikut ini merupakan deskripsi masing-masing jenis Holothuroidea yang diperoleh:

Subkelas Aspidochirotacea

Bangsa Aspidochirotida Grube, 1840 Suku Holothuriidae Ludwig, 1894 Marga Bohadschia Jaeger, 1833 Bohadschia argus Jaeger, 1833 Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 229) dan Massin (1999: 12), sinonim dari Bohadschia argus Jaeger, 1833 adalah:

Holothuria (Bohadschia) argus: Panning (1929: 121).

Holothuria argus: Dawydoff (1952: 117), Endean (1965: 253).

Deskripsi

Satu spesimen yang diperoleh berukuran 30 cm. Bagian dorsal spesimen berwarna cokelat dengan totol-totol krem. Pola warna tersebut membuat

(30)

dari tengah totol cokelat tua berbentuk tabung dengan ujung runcing, panjang, dan berwarna cokelat. Sedangkan papila yang keluar di luar area totol-totol, berwarna krem. Kaki tabung berwarna cokelat pucat. Mulut di ventral anterior dengan 20 tentakel bentuk perisai (peltate). Anus berwarna cokelat tua.

Spikula dari dinding tubuh ventral terdiri atas granula, batang dengan ujung bercabang sederhana dan berduri di permukaannya, serta roset. Spikula dari dinding tubuh dorsal terdiri atas spikula bentuk granula, roset, dan lempeng

berlubang. Spikula bentuk granula berukuran 28--32 µm, roset berukuran 38--48 µm, batang dengan ujung berduri berukuran 80--148 µm, dan lempeng berlubang berukuran 224--250 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang dengan ujung berduri (duri cukup besar sehingga tampak seperti bercabang) saja dengan ukuran 94--96 µm (Gambar 4.1 B--F).

Gambar 4.1 Hewan dan spikula Bohadschia argus

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--F dokumentasi pribadi.] A. Hewan Bohadschia argus

Spikula dari dinding tubuh: B. Granula

C. Roset

D. Batang dengan ujung berduri E. Lempeng berlubang

Spikula dari tentakel:

F. Batang dengan ujung berduri

A

20 µm B 20 µm C 50 µm D 50 µm F 100 µm E

(31)

Bohadschia marmorata Jaeger, 1833 Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 229) dan Massin (1999: 13), sinonim Bohadschia marmorata Jaeger, 1833 adalah:

Holothuria (Bohadschia) vitiensis: Panning (1929: 122), Belhadjali (1997: 119). Bohadschia marmorata marmorata: Panning (1944: 39).

Deskripsi

Ukuran tubuh dari dua spesimen yang diperoleh masing-masing 22 cm dan 27 cm. Kedua spesimen berwarna krem. Bagian dorsal tubuhnya terdapat suatu pola yang simetri berwarna cokelat tua. Papila panjang berwarna cokelat pucat dengan dasar papila berupa bintik berwarna cokelat tua. Bagian ventral tubuh berwarna putih, sehingga perbedaan dengan bagian dorsal terlihat jelas. Kaki tabung berwarna krem. Mulut di bagian ventral anterior dengan tentakel bentuk perisai (peltate) dan masing-masing berjumlah 20. Anus berwarna cokelat tua (Gambar 4.2 A).

Dinding tubuh dorsal dan ventral memiliki komposisi spikula yang sama, yaitu spikula bentuk batang bercabang sederhana berukuran 44--58 µm dan granula berukuran 28--45 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang dengan bagian ujungnya saja yang berduri dan juga batang melengkung bercabang sederhana. Spikula batang dari tentakel berukuran 60--320 µm (Gambar 4.2 B--D).

(32)

Gambar 4.2 Hewan dan spikula Bohadschia marmorata

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--D dokumentasi pribadi.]

Marga Holothuria Linnaeus, 1767

Anak marga Acanthotrapeza Rowe, 1969

Holothuria (Acanthotrapeza) coluber Semper, 1868 Sinonim

Berdasarkan Massin (1999: 17), sinonim dari Holothuria (Acanthotrapeza) coluber Semper, 1868 adalah:

Holothuria coluber: Semper (1868: 90), Panning (1944: 62), Dawydoff (1952: 117), Endean (1965: 233), Baine & Forbes (1998: 4).

Holothuria (Holothuria) coluber: Panning (1935: 35).

Deskripsi

Dua spesimen yang ditemukan masing-masing berukuran 45 cm dan 34 cm. Tubuh bagian dorsal berwarna hitam. Papila berwarna cokelat tua keluar dari

A. Hewan Bohadschia marmorata

Spikula dari dinding tubuh: B. Batang

C. Granula

Spikula dari tentakel: D. Batang berduri

A

40 µm B C 80 µm D

(33)

tonjolan-tonjolan di bagian dorsal. Ujung papila berwarna kekuningan. Bagian ventral tubuh berwarna cokelat dengan kaki tabung yang ujungnya berwarna putih. Mulut di bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 20 (Gambar 4.3 A).

Spikula dinding tubuh dorsal terdiri atas spikula bentuk meja berdiameter 62--70 µm dan kancing kecil berukuran 43--68µm. Spikula dari bagian tubuh ventral terdiri atas spikula bentuk meja, kancing kecil, kancing besar berukuran 113 µm, lempeng berlubang berukuran 184 µm, serta batang dengan ujung berlubang dan berduri berukuran 218 µm. Spikula dari tentakel berbentuk batang melengkung dan berduri pada lengkung-luarnya dengan ukuran 38--250 µm (Gambar 4.3 B--G).

Holothuria (Acanthotrapeza) coluber ditemukan di bawah bongkahan karang mati dan bisa diambil setelah bongkahan karang dipindahkan. Saat bagian tubuh (bagian anterior) yang muncul di antara bongkahan karang tersentuh, hewan tersebut akan segera mengerutkan badannya ke dalam bongkahan karang.

Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis Selenka, 1867 Sinonim

Berdasarkan Rowe (1969: 139), sinonim dari Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis Selenka, 1867 adalah: Holothuria papillata: Bell (1887).

Deskripsi

Satu spesimen yang diperoleh berukuran 28 cm. Tubuh berwarna cokelat. Papila keluar dari tonjolan-tonjolan berwarna cokelat tua di bagian dorsal. Bagian ventral terdapat kaki tabung yang keluar dari tonjolan-tonjolan (Gambar 4.4 A). Mulut di bagian ventral anterior dengan 14 tentakel berbentuk perisai (peltate).

Spikula dari dinding tubuh ventral dan dorsal terdiri atas spikula bentuk meja yang tepi lepeng mejanya (disc) berduri dengan diameter 98--112 µm, roset berukuran 33--100 µm, serta batang dengan ujung berlubang berukuran 175 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang melengkung yang berduri di lengkung-luarnya dan berukuran 75--95 µm (Gambar 4.4 B--E).

(34)

Gambar 4.3 Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) coluber

[Sumber: Dokumentasi pribadi.]

A. Hewan H. (Acanthotrapeza) coluber

Spikula dari dinding tubuh: B. Kancing

C. Meja

D. Kancing besar E. Lempeng berlubang

F. Batang dengan ujung berlubang Spikula dari tentakel:

G. Batang berduri

A

40 µm B 40 µm C 50 µm D 80 µm E 100 µn F 80 µm G

(35)

Gambar 4.4 Hewan dan spikula Holothuria (Acanthotrapeza) pyxis

[Sumber: A oleh Yasman, B--E dokumentasi pribadi.]

5 cm

A

40 µm B 40 µm C 75 µm D

A. Hewan H. (Acanthotrapeza) pyxis

Spikula dari dinding tubuh: B. Roset

C. Meja

D. Batang berlubang

Spikula dari tentakel:

E. Batang dengan ujung berduri

40 µm

(36)

Anak marga Halodeima Pearson, 1914 Holothuria (Halodeima) atra Jaeger, 1833 Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 230--231) dan Massin (1999: 20), sinonim dari Holothuria (Halodeima) atra Jaeger, 1833 adalah:

Holothuria atra: Jaeger (1833: 22), Dawydoff (1952: 117), Bonham & Held (1963): 305, Townsley & Townsley (1972: 176), Massin & Doumen (1986: 188), Allen & Steen (1994: 243), Baine & Forbes (1998: 4). Holothuria (Holothuria) atra: Panning (1935: 30).

Halodeima atra: Panning (1944: 61), Cherbonnier (1955a: 77). Ludwigothuria atra: Deichmann (1958: 312).

Deskripsi

Spesimen yang dikoleksi berjumlah empat dengan ukuran masing-masing adalah 12 cm, 17 cm, 20 cm, dan 23 cm. Seluruh tubuh spesimen berwarna hitam dan tertutup pasir halus pada bagian dorsal. Papila dan kaki tabung berwarna hitam (Gambar 4.5 A). Mulut terletak di bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 14, 16, 18, dan 20. Tidak ditemukan adanya tubulus Cuvier saat isi rongga tubuh spesimen dikeluarkan.

Dinding tubuh ventral dan dorsal memiliki spikula yang terdiri atas spikula bentuk meja berdiameter 43--50 µm, roset berukuran 25--33 µm, dan lempeng berlubang semu (pseudo-plates) berukuran 100 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang berduri di seluruh permukaannya (duri sedikit) dan ujungnya bercabang sederhana dengan ukuran 68--145 µm (Gambar 4.5 B--E).

Holothuria (Halodeima) edulis Lesson, 1830 Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 231) dan Massin (1999: 21), sinonim dari Holothuria (Halodeima) edulis Lesson, 1830 adalah:

Holothuria edulis: Lesson (1830: 125), Dawydoff (1952: 117). Holothuria (Holothuria) edulis: Panning (1935: 36).

(37)

Deskripsi

Satu spesimen yang diperoleh berukuran 20 cm. Permukaan dorsal tubuh berwarna hitam kemerahan. Papila memiliki ujung berwarna putih. Permukaan ventral berwarna merah dan terdapat kaki tabung (Gambar 4.6 A). Mulut di ventral anterior dengan 14 tentakel berbentuk perisai (peltate).

Dinding tubuh ventral dan dorsal terdiri atas spikula berbentuk meja berdiameter 28--38 µm, roset berukuran 25--50 µm, batang dengan ujung berlubang berukuran 93--168 µm, dan lempeng berlubang berukuran 115 µm. Lempeng meja (disc) tereduksi sehingga meja terlihat seperti hanya memiliki tiang (spire) yang ujungnya berbentuk mahkota duri. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang yang permukaannya berduri dengan atau tanpa cabang pada ujung-ujungnya. Spikula bentuk batang dari tentakel berukuran 25--175 µm (Gambar 4.6 B--F).

Gambar 4.5 Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) atra

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--E dokumentasi pribadi.] A. Hewan H. (Halodeima) atra

Spikula dinding tubuh: B. Meja

C. Roset

D. Lempeng berlubang semu Spikula dari tentakel:

E. Batang dengan ujung berduri

40 µm B 30 µm C 80 µm D E 50 µm A

(38)

Gambar 4.6 Hewan dan spikula Holothuria (Halodeima) edulis

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--F dokumentasi pribadi.]

Anak marga Mertensiothuria Deichmann, 1958

Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota (Brandt, 1835) Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 233--234) dan Massin (1999: 27--28), sinonim Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota (Brandt, 1835) adalah: Stichopus (Gymnochirota) leucospilota: Brandt (1835: 51).

Holothuria leucospilota: Endean (1953: 57), Bonham & Held (1963: 305). Holothuria (Holothuria) vagabunda: Panning (1935: 67), Dawydoff (1952: 117). Holothuria vagabunda: Serene (1937: 26), Loi & Sach (1963: 240).

Mertensiothuria leucospilota: Deichmann (1958: 297).

A. Hewan H. (Halodeima) edulis

Spikula dinding tubuh: B. Meja

C. Roset

D. Lempeng berlubang E. Batang berlubang Spikula dari tentakel:

F. Batang dengan ujung berduri

A

25 µm C 50 µm F 50 µm E 50 µm D 40 µm B

(39)

Deskripsi

Dua spesimen yang dikoleksi berukuran 20 cm dan 40 cm. Bagian dorsal tubuh berwarna cokelat tua kehitaman. Papila panjang dan berwarna hitam. Bagian ventral tubuh berwarna cokelat tua kemerahan dengan batas warna yang jelas dengan bagian dorsal. Kaki tabung berwarna hitam dan panjang dengan ujung berpengisap berwarna putih (Gambar 4.7 A). Mulut terletak di bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 14 dan 17.

Spikula dari dinding tubuh ventral dan dorsal terdiri atas spikula bentuk meja berukuran berdiameter 53--55 µm, kancing berukuran 50--60 µm dan kancing yang belum sempurna berukuran 48--50 µm, serta lempeng berlubang berukuran 80 µm (Gambar 4.7). Tidak ada spikula pada tentakel.

Gambar 4.7 Hewan dan spikula Holothuria (Mertensiothuria) leucospilota

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--D dokumentasi pribadi.] A. Hewan H. (Mertensiothuria) leucospilota

Spikula dari dinding tubuh: B. Meja

C. Kancing

C’. Kancing yang belum sempurna D. Lempeng berlubang

A

50 µm B 30 µm C C’ 40 µm D

(40)

Anak marga Stauropora Rowe, 1969

Holothuria (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833 Sinonim

Berdasarkan Massin (1999: 48--49), sinonim dari Holothuria (Stauropora) fuscocinerea Jaeger, 1833 adalah:

Holothuria fuscocinerea: Jaeger (1833: 22), Panning (1935: 4), Endean (1957: 253), James (1983: 92), Ong Che (1992: 440).

Mertensiothuria fuscocinerea: Deichmann (1958: 300).

Holothuria (Mertensiothuria) fuscocinerea: Rowe (1969: 148), Liao (1975: 215), Cannon & Silver (1986: 22), James (1995: 61).

Deskripsi

Dua spesimen yang dikoleksi masing-masing berukuran 23 cm dan 35 cm. Bagian dorsal tubuhnya berwarna cokelat dengan lima garis melintang berwarna cokelat tua. Papila dengan ujung berwarna cokelat tua keluar dari dasar papila yang membesar (berupa tonjolan). Tubuh bagian ventral spesimen berwarna krem dan terdapat kaki tabung. Mulut terletak di bagian ventral anterior dengan

tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 14 dan 19. Area mulut dan anus berwarna cokelat gelap, namun warna daerah mulut tidak segelap daerah anus (Gambar 4.8 A).

Spikula dari dinding tubuh bagian dorsal dan ventral sama, yaitu spikula bentuk meja berdiameter 18--25 µm dengan jumlah sedikit, kancing berukuran 13--75 µm, serta batang polos dan batang berlubang berukuran 73--200 µm. Spikula bentuk meja yang ditemukan memiliki dua bentuk tiang (spire) yakni berupa tiang tinggi dengan ujung membentuk mahkota duri dan tiang yang hanya berupa tonjolan pendek. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang melengkung dan batang lurus dengan ukuran 200--375 µm. Batang melengkung ujung dan lengkung-luarnya berduri, sedangkan batang lurus memiliki duri di seluruh permukaannya (Gambar 4.8 B--E).

(41)

Gambar 4.8 Hewan dan spikula Holothuria (Stauropora) fuscocinerea

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--E dokumentasi pribadi.]

Anak marga Thymiosycia Pearson, 1914

Holothuria (Thymiosycia) arenicola Semper, 1868 Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 232), sinonim dari Holothuria (Thymiosycia) arenicola Semper, 1868 adalah:

Holothuria arenicola: Semper (1868: 81), Domantay (1954: 346). Holothuria (Holothuria) arenicola: Panning (1935: 88).

Brantothuria arenicola: Deichmann (1958: 291).

A. Hewan H. (Stauropora) fuscocinerea

Spikula dari dinding tubuh: B. Meja

C. Kancing

D. Batang berlubang Spikula dari tentakel: E. Batang berduri

A

25 µm B 20 µm C 80 µm D 80 µm E

(42)

Deskripsi

Satu spesimen yang dikoleksi berukuran 14 cm. Tubuh bagian dorsal dan ventral berwarna krem. Bagian dorsal tubuh terdapat dua baris setrip-setrip kecil berwarna cokelat tua. Papila dan kaki tabung berukuran kecil, keduanya berwarna krem. Mulut terletak di bagian anterior dengan tentakel berbentuk perisai

(peltate) berjumlah 12 dan berukuran kecil. Terdapat area berwarna putih di sekitar anus (Gambar 4.9 A).

Spikula dari dinding tubuh dorsal dan ventral sama. Komposisi spikulanya terdiri atas spikula bentuk meja berdiameter 40--45 µm, kancing berukuran 28--63 µm, serta batang yang bagian tengahnya melebar dan berlubang berukuran 90--150 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang berduri dengan sedikit duri yang pendek dan besar di seluruh permukaannya (Gambar 4.9 B--E).

Gambar 4.9 Hewan dan spikula Holothuria (Thymiosycia) arenicola

[Sumber: A & E oleh Jeroen van den Hurk; B--D dokumentasi pribadi.] A. Hewan H. (Thymiosycia) arenicola

Spikula dari dinding tubuh: B. Meja

C. Batang yang bagian tengahnya melebar dan berlubang

D. Kancing

Spikula dari tentakel: E. Batang berduri 5 cm

A

40 µm B 50 µm D 50 µm C E

(43)

Suku Stichopodidae Haeckel, 1886 Marga Stichopus Brandt, 1835 Stichopus herrmanni Semper, 1868 Sinonim

Berdasarkan Massin (1999: 63--64), sinonim dari Stichopus herrmanni Semper, 1868 adalah:

Stichopus variegatus herrmanni: Semper (1868: 73).

Stichopus variegatus var. herrmanni: Clark (1922: 68), George & George (1987: 246).

Stichopus hermanni: Marsh et al. (1993: 64), Rowe & Gates (1995: 324), Rowe & Richmond (1997: 306).

Deskripsi

Dua spesimen yang dikoleksi masing-masing berukuran 35 dan 43 cm. Bagian dorsal spesimen berwarna cokelat kekuningan dengan bintik-bintik hitam besar dan kecil sebagai tempat keluar papila. Bagian ventral spesimen berwarna krem dengan kaki tabung berwarna abu-abu kehitaman. Mulut terletak di ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) masing-masing berjumlah 18. Anus berwarna cokelat tua (Gambar 4.10 A).

Spikula dari dinding tubuh dorsal terdiri atas spikula bentuk meja, roset, dan batang berbentuk huruf C. Spikula dari dinding tubuh ventral terdiri atas spikula bentuk meja, batang dengan duri di seluruh permukaannya dan bercabang di tepi-tengahnya, batang berbentuk huruf C, dan lempeng berlubang dengan ukuran lubang yang relatif besar. Spikula bentuk meja berdiameter 25--55 µm, roset berukuran 30--63 µm, batang dengan duri di seluruh permukaannya dan bercabang di tengahnya berukuran 278--330 µm, batang huruf C berukuran 83--138 µm, serta lempeng berlubang berukuran 203--260 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang yang seluruh permukaannya berduri dan duri semakin terlihat jelas pada ujung-ujungnya. Spikula bentuk batang dari tentakel berukuran 103--208 µm (Gambar 4.10 B--G).

(44)

Gambar 4.10 Hewan dan spikula Stichopus herrmanni

[Sumber: A oleh Anjar Prianto; B--G dokumentasi pribadi.]

A

25 µm B 100 µm D 30 µm C 50 µm E 100 µm F 50 µm G

A. Hewan Stichopus herrmanni

Spikula dari dinding tubuh: B. Meja

C. Roset

D. Batang berduri dan bagian tengah bercabang

E. Batang huruf C F. Lempeng berlubang Spikula dari tentakel: G. Batang berduri

(45)

Stichopus horrens Selenka, 1867 Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 227), sinonim dari Stichopus horrens Selenka, 1867 adalah:

Stichopus badionatus: Domantay (1954: 350).

Deskripsi

Satu spesimen yang dikoleksi berukuran 20 cm. Bagian dorsal spesimen berwarna cokelat gelap dengan bintik-bintik berwarna cokelat muda. Dasar papilla membesar dan membentuk lingkaran-lingkaran, beberapa diantaranya berwana putih. Titik tempat papila keluar berwarna hitam (Gambar 4.11 A). Bagian vertral spesimen berwarna krem dengan kaki tabung yang jelas. Mulut di bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) berjumlah 20.

Spikula dari dinding tubuh dorsal spesimen terdiri atas spikula bentuk meja dengan ujung tiang (spire) membentuk mahkota duri, meja seperti paku (tack-like tables), roset, batang berbentuk huruf S dan C. Spikula dinding tubuh ventral terdiri atas spikula bentuk meja dengan ujung tiang (spire) membentuk mahkota duri, roset, batang berbentuk huruf S dan C, batang yang permukaannya berduri dan berlubang pada bagian tepi-tengahnya. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula batang melengkung dengan duri-duri halus dan pendek pada permukaannya.

Spikula meja dengan ujung tiang (spire) membentuk mahkota duri berdiameter 33--68 µm, meja seperti paku berdiameter 53--70 µm, roset berukuran 23--30 µm, batang huruf C berukuran 48--113 µm dan batang

berbentuk S berukuran 63--70 µm, batang berduri dan berlubang memiliki ukuran 288 µm, serta lempeng berlubang berukuran 150 µm. Spikula batang berduri dari tentakel berukuran 175--530 µm (Gambar 4.11 B--H).

(46)

Gambar 4.11 Hewan dan spikula Stichopus horrens

[Sumber: A oleh Yasman; B--H dokumentasi pribadi.] Keterangan

A. Hewan Stichopus horrens

Spikula dari dinding tubuh: B. Meja dengan ujung tiang yang meruncing (terlihat seperti paku) C. Meja

D. Roset

E. Batang huruf C dan S F. Batang berlubang G. Lempeng berlubang Spikula dari tentakel: H. Batang berduri 5 cm

A

40 µm C 25 µm D 50 µm B 50 µm E 100 µm F 100 µm H 50 µm G

(47)

Stichopus quadrifasciatus Massin, 1999 Deskripsi

Satu spesimen yang dikoleksi berukuran 24 cm. Bagian dorsal tubuh dibatasi oleh garis hitam sehingga terbagi mejadi beberapa bagian warna yaitu cokelat tua, cokelat muda, serta krem. Bagian yang berwarna krem tersusun dalam empat garis melintang. Dasar papila membesar, kaku, dan ujung papila berwarna putih. Bagian ventral tubuh berwarna krem dan terdapat kaki tabung. Mulut terletak di bagian ventral anterior dengan tentakel berbentuk perisai (peltate) berjumlah 13. Anus berwarna cokelat tua (Gambar 4.12 A).

Spikula dinding tubuh ventral dan dorsal hampir sama yakni terdiri atas spikula bentuk meja, roset, batang dengan cabang di ujung dan tepi-tengahnya, serta batang berbentuk huruf C. Hanya saja, pada dinding tubuh dorsal terdapat spikula lempeng berlubang. Spikula bentuk meja berdiameter 38--50 µm, roset berukuran 23--45 µm, batang dengan bagian tengah dan ujung bercabang berukuran 258--550 µm, batang huruf C berukuran 99--102 µm, serta lempeng berlubang berukuran 145--225 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk batang dengan ujung berduri berukuran 313--1200 µm (Gambar 4.12 B--G).

(48)

Gambar 4.12 Hewan dan spikula Stichopus quadrifasciatus

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--G dokumentasi pribadi.]

A

40 µm

B

30 µm

C

A. Hewan Stichopus quadrifasciatus

Spikula dinding tubuh: B. Meja C. Roset 200 µm D 50 µm E 100 µm F 100 µm G

D.Batang dengan bagian tengah bercabang E. Batang huruf C

F. Lempeng berlubang Spikula dari tentakel: G. Batang berduri

(49)

Subkelas Apodacea

Bangsa Apodida Brandt, 1835 Suku Syanptidae Burmeister, 1837 Marga Opheodesoma Fisher, 1907 Opheodesoma grisea (Semper, 1868) Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 235) dan Massin (1999: 102), sinonim Opheodesoma grisea (Semper, 1868) adalah:

Synapta grisea: Semper (1868: 11), Ludwig (1882: 128), Lampert (1885: 219), Suilter (1894: 105).

Opheodesoma griseum: Tortonese (1977: 275). Opheodesoma spectabilis: Domantay (1954: 354).

Ophiodesoma grisea: James (1969: 62), James (1982: 97), James (1989: 132).

Deskripsi

Satu spesimen yang diperoleh berukuran 55 cm. Dinding tubuhnya tipis, tanpa kaki tabung, tubuh berwarna hijau pucat dan hijau tua yang berselang-seling melintang dari anterior ke posterior, serta terdapat garis transversal berwarna krem (Gambar 4.13 A). Bagian dorsal dan ventral sulit dibedakan karena tidak ada perbedaan. Tentakel berbentuk menyirip (pinnate) berjumlah 16.

Spikula dinding tubuh terdiri atas spikula berbentuk lempeng jangkar berukuran 175 µm, jangkar berukuran 200 µm, dan granula berukuran 15--18 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk granula 15--18 µm (Gambar 4.13 B--E).

(50)

Gambar 4.13 Hewan dan spikula Opheodesoma grisea

[Sumber: Dokumentasi pribadi.]

Marga Synapta Eschscholtz, 1829

Synapta maculata (Chamisso & Eysenhardt, 1821) Sinonim

Berdasarkan Rowe & Doty (1977: 234) dan Massin (1999: 108--109), sinonim Synapta maculata (Chamisso & Eysenhardt, 1821) adalah:

Holothuria maculata: Chamisso & Eysenhardt (1821: 325).

Deskripsi

Satu spesimen yang diperoleh berukuran 97 cm. Dinding tubuh tipis, tanpa kaki tabung, dan tubuh berwarna hitam, abu, serta krem yang berselang-seling dari anterior ke posterior. Terdapat juga lima garis transversal berwarna cokelat (Gambar 4.14 A). Tentakel berbentuk menyirip (pinnate) berjumlah 15.

A

50 µm B 15 µm C 100 µm D 15 µm E

A. Hewan Opheodesoma grisea

Spikula dinding tubuh: B. Lempeng jangkar C. Granula

D. Jangkar

Spikula dari tentakel: E. Granula

(51)

Spikula dinding tubuh terdiri atas bentuk granula berukuran 13--15 µm, lempeng jangkar berukuran 570 µm, dan jangkar berukuran 900 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk granuka 13--15 µm (Gambar 4.14 B--E).

Gambar 4.14 Hewan dan spikula Synapta maculata

[Sumber: A oleh Jeroen van den Hurk; B--E dokumentasi pribadi.] A. Hewan Synapta maculata

Spikula dinding tubuh: B. Lempeng jangkar 250 µm B 450 µm C 10 µm D 10 µm E

A

C. Jangkar D. Granula

Spikula dari tentakel: E. Granula

(52)

Marga Synaptula Oersted, 1849 Synaptula reticulata (Semper, 1868) Sinonim

Berdasarkan Massin (1999: 119), sinonim Synaptula reticulata (Semper, 1868) adalah:

Synapta reticulata: Semper (1868: 13), Lampert (1885: 226), Sluiter (1895: 82). Synapta reticulata var. Nigro-punctata: Bedford (1899: 338).

Chondrochloea reticulata: Oestergren (1898: 114), Sluiter (1901: 127). Synaptula oestergreni: Heding (1928: 199).

Deskripsi

Spesimen yang diperoleh berjumlah 16, tiga diantaranya diambil untuk diidentifikasi. Ketiga spesimen yang diambil berukuran 13 dan dua lainnya masing-masing berukuran 18 cm. Dinding tubuh tipis, tanpa kaki tabung, dan tubuh berwarna krem dengan garis-garis transversal berwarna putih dari anterior ke posterior. Terdapat bercak-bercak putih saat larutan pengawet (alkohol 70 %) pada spesimen mulai mengering. Semua spesimen masing-masing memiliki 10 tentakel berbentuk menyirip (pinnate) (Gambar 4.15 A). Spesimen ditemukan berkelompok pada spons.

Spikula dari dinding tubuh terdiri atas spikula bentuk lempeng jangkar berukuran 122--132 µm, jangkar berukuran 150--176 µm, dan granula berukuran 10--15 µm. Spikula dari tentakel terdiri atas spikula bentuk granula 10--15 µm (Gambar 4.15 B--E).

(53)

Gambar 4.15 Hewan dan spikula Synaptula reticulata

[Sumber: Dokumentasi pribadi.]

4.1.2 Pola Pemisahan Senyawa Dari Ekstrak Holothuroidea

Hasil KLT yang disinari UV 254 nm menunjukkan pola pemisahan senyawa hanya muncul pada marga Stichopus, Opheodesoma, dan Synapta. Titik yang muncul pada Opheodesoma dan Synapta tampak berbeda walaupun

keduanya dari satu suku, yakni Synaptidae. Di bawah sinar UV 366 nm, titik pendar yang muncul terlihat jelas hanya pada Bohadschia, Stichopus, dan Opheodesoma. Setelah lembar KLT disemprot anesaldehid, pola pemisahan senyawa yang muncul tampak dapat membedakan marga-marga dari ketiga suku yakni Holothuriidae (Bohadschia dan Holothuria), Stichopodidae (Stichopus), serta Synaptidae (Opheodesoma, Synapta, dan Synaptula). Selain itu, tampak juga adanya kesamaan titik yang dimiliki keenam marga (lingkaran merah) (Gambar 4.16).

Pada lembar KLT yang disemprot anesaldehid, Bohadschia terlihat memiliki pola pemisahan senyawa yang agak berbeda dengan Holothuria

A. Hewan Synaptula reticulata

Spikula dinding tubuh: B. Lempeng jangkar 50 µm B 50 µm C 10 µm D 10 µm E C. Jangkar D. Granula

Spikula dari tentakel: E. Granula

(54)

walaupun keduanya memiliki tiga titik. Stichopus yang mewakili suku

Stichopodidae, juga memiliki titik-titik yang dapat membedakannya dengan suku Holothuriidae (lingkaran putih) dan suku Synaptidae (lingkaran hijau). Pada suku Synaptidae, Opheodesoma dan Synapta terlihat memiliki pola pemisahan senyawa yang serupa (lingkaran merah, kuning, putih, dan ungu). Namun keduanya telah dapat dibedakan di bawah UV. Sedangkan Synaptula memiliki pola pemisahan berbeda dari anggota suku Synaptidae lainnya (hanya lingkaran merah, kuning, dan putih). Ketiga marga tersebut juga memiliki titik-titik pada baris yang sama (lingkaran merah dan kuning).

Gambar 4.16 Hasil KLT pada sinar UV dan setelah disemprot anesaldehid

[Sumber: Dokumentasi pribadi.]

B H St O Sa Su 254 nm B: Bohadschia H: Holothuria St: Stichopus O: Opheodesoma Sa: Synapta Su: Synaptula B H St O Sa Su B H St O Sa Su B H St O Sa Su 366 nm

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Gerakan gelombang berjalan dari daya yang ditransmisikan atau disalurkan dalam sebuah waveguide dihasilkan oleh tegangan dan arus input yang mana secara kombinasi muncul sebagai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan kesimpulan peneliti bawha Minat baca siswa kelas V SD Negeri 10 Manurunge Kecamatan Tanete

Emboli menyebabkan stroke ketika arteri di otak teroklusi oleh adanya trombus yang berasal dari jantung, arkus aorta, atau arteri besar lain yang terlepas dan masuk ke dalam aliran

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kurang optimalnya pelaksanaan proses pembelajaran bahasa Prancis di

Faktor penghambat Geo-literacy pada siswa meliputi banyak komponen aspek penelitian yang dilakukan peneliti dengan menyediakan form identifikasi faktor pendukung

Sejalan dengan dinamika perubahan lingkungan strategis yang demikian cepat, khususnya berkenaan dengan amanah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Seperti lima tahun sebelumnya, industri ini akan terus berjuang untuk mendapatkan penurunan harga komponen elektronik dan peralatan komunikasi, karena produsen dalam

Devleti, doğan, büyüyen ve ölen bir organizma olarak kabul eden İbni Haldun, ferdi organizmanın yaşama safhaları olarak kabul ettiği safhaları devlet için de