• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR TAHUN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR

TAHUN 1859-1862

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Dalam Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Oleh:

SUNDARI NIM : 03121485

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

1428 H

2007M

(2)
(3)
(4)

iii

MOTTO

ِ َُِْ ََو ِةَِِ َْا َةََْا َنوَُْ َِا ِ ّ"ا ِِ#َ$ ِ َُِْْ"َ

َ%َ ْ&ِ"ْ'َ وَأ َْ)َُْ ِ ّ"ا ِِ#َ$

ً+ِ,َ- اًْ.َأ ِ ِْ/ُ َفْ1

)

٧٤

(

ء%7ا ةر1$

Artinya: “Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak Kami akan berikan kepadanya pahala yang besar”. (Q.s. An-Nissa: 74).1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Jakarta: Yayasan Penyelenggara

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

• Almameter tercintaku Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

• Bapak dan ibu yang telah membiayai studi penulis dari awal sampai akhir.

• Kakak-kakakku Ardani, Rosida, Sri Gunadi, Timbul Darja’I beserta keponakanku Deo, Londo, yang telah memberikan dorongan semangat hingga penulis dapat menyelesaikan studi. Tidak lupa pula buat teman-teman M. Safiudin, Basuki Rachmad, Heri Cahyono, Erni Noviyanti, Hermantio dan lain-lain yang belum bisa saya sebutkan satu persatu.

(6)

v KATA PENGANTAR

او ءا فأ ماو ةا ا بر ا

أ !"و !# و $

Segala puji bagi Allah s.w.t. Tuhan semesta alam, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, yang berupa iman, kekuatan dan kesehatan kepada kita semua, sehingga dengan pertolongan-Nya penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah seharusnya jika penulis bersyukur dengan sedalam-dalamnya atas segala petunjuk yang telah dianugerahkan. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad s.a.w. yang telah mengeluarkan kita dari alam kegelapan atau alam kejahiliyahan ke alam yang terang benderang ini, yang di penuhi dengan ilmu pengetahuan, dan dengan dijadikannya ia sebagai suri tauladan semoga dapat menyinari kehidupan ini.

Sehubungan dengan ini, penyusun merasa bahwa betapapun besar bantuan, saran, petunjuk dan lain-lainnya yang datang dari berbagai pihak sangat membantu selesainya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penyusun merasa sangat berkewajiban untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Adab dan pembantu-pembantunya, ketua dan sekertaris jurusan SKI beserta segenap karyawan Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah banyak membantu kelancaran penulisan skripsi ini.

(7)

vi

2. Drs. Irfan Firdaus selaku pembimbing yang dengan sabar telah memberikan petunjuk dan saran selama penyusunan skripsi ini.

3. Segenap staf dosen Fakultas Adab khususnya jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, selama penulis menempuh studi sampai dengan selesainya skripsi ini.

4. Kedua orang tua penulis, kakak-kakakku beserta keponakan-keponakan tercinta serta teman-teman seperjuangan yang senantiasa memberikan dorongan, bimbingan dan doa.

5. Segenap karyawan pada beberapa perpustakaan yang telah bersedia membantu mencarikan literatur yang terkait dengan penulisan skripsi ini. Semoga amal baik yang telah mereka berikan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah s.w.t

Penulis amat menyadari bahwa dalam karya ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, penulis akan menerima saran dan kritik demi pengembangan dan kesempurnaan karya ini lebih lanjut. Akhirnya, bila dalam tulisan ini terdapat kebenaran, semata-mata hanyalah milik Allah, dan bila ada kesalahan dan kekurangannya tentulah kebodohan penulis sendiri.

Yogyakarta, 28 September 2007 Penulis

(8)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN NOTA DINAS ... ……... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ……... ii

HALAMAN MOTTO ... ……. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ……... iv

KATA PENGANTAR ... …….. v

DAFTAR ISI ... …….. vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... …….. 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... …….. 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... ……... 6

D. Tinjauan Pustaka ... …….. 6

E. Landasan Teori ... …….. 9

F. Metode Penelitian ... …….. 10

G. Sistematika Pembahasan ... …….. 12

BAB II BELANDA DI KERAJAAN BANJAR A. Kerajaan Banjar ... …….. 15

B. Pasang Surut Hubungan Kerajaan Banjar Dengan Belanda... …….. 21

C. Belanda Sebagai Penyulut Perang Banjar ... …….. 27

BAB III DEMANG LEHMAN A. Biografi Demang Lehman ... …….. 33

(9)

viii

B. Mobilitas Sosial Politik ... …….. 36

C. Motivasi Keterlibatan Demang Lehman Dalam Perang Banjar . …….. 39

BAB IV DEMANG LEHMAN DALAM PERANG BANJAR A. Kepemimpinan Demang Lehman... …….. 47

B. Pertempuran di Barito ... …….. 53

C. Pertempuran di Gunung Madang ... …….. 57

D. Pertempuran di Martapura... …….. 60

E. Penangkapan Demang Lehman ... …….. 63

F. Keberhasilan Demang Lehman Dalam Perang Banjar ... …….. 69

BAB VPENUTUP A. Kesimpulan ... ……. 76 B. Saran ... ……. 77 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

(10)

ABSTRAKSI

Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad 17, hal tersebut dikarenakan daerah ini banyak menghasilkan lada dan batu bara. Sejak itulah terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Belanda memonopoli perdagangan lada, bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan Banjar dengan politik devide et impera. Pada tanggal 14 Februari 1606, kapal dagang VOC Belanda datang di bawah pimpinan Gillis Michieszoon. Setibanya di Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang menyinggung perasaan orang Banjar, dan semua awak kapal yang naik ke darat dibunuh oleh orang Banjar. Setelah kejadian tersebut, Belanda segera mengirimkan armada perang menuju Banjarmasin, mereka membakar kota, kapal-kapal yang berlabuh di bandar, dan keraton Banjar yang tidak jauh dari sungai juga turut menjadi sasaran pembakaran.

Setelah peristiwa tersebut, rakyat Banjar menjadi anti terhadap Belanda di tanah Banjar. Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan, ekonomi, dan sosial keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan secara sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang menghendaki Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan Muda Abdurrahman. Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi sultan menimbulkan kekecewaan di kalangan rakyat dan para pembesar Kerajaan yang pada klimaksnya menimbulkan Perang Banjar.

Di dalam Perang Banjar terdapat beberapa tokoh Banjar yang menjadi panglima melawan Belanda, salah satunya adalah Demang Lehman yang berasal dari Martapura. Ia merupakan Panakawan dari Pangeran Hidayatullah, oleh karena kesetiaan, kecakapan,

(11)

dan jasa besarnya maka ia diangkat Pangeran Hidayatullah menjadi Kepala Distrik di Riam Kanan.

Pada saat Perang Banjar meletus, Demang Lehman mendapat tugas dari Pangeran Antasari untuk memimpin perlawanan di daerah Martapura dan Tanah Laut bersama Kiai Langkang dan Penghulu Buyasin. Di mata Belanda, Demang Lehman termasuk pejuang Banjar yang sangat ditakuti dan berbahaya dalam menggerakkkan kekuatan rakyat sebagai tangan kanan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah. Pangeran Antasari memberikan tugas kepada Demang Lehman untuk menjadi pemimpin perang di beberapa daerah. Untuk menumpas perlawanan Demang Lehman, Belanda mengirim kapal-kapal perangnya dalam jumlah banyak. Menghadapi pasukan Belanda yang cukup banyak, Demang Lehman dan pasukannya beberapa kali terpukul mundur. Meskipun beberapa kali mengalami kekalahan, ia dan pasukannya tetap tidak pernah takut terhadap Belanda.

Demang Lehman menolak berunding dengan Belanda. Damai bagi Demang Lehman berarti harus angkat kaki dari Bumi Banjar. Sikap keras menjadi tekad Demang Lehman untuk mengusir penjajah Belanda, sampai titik darah penghabisan.

Pada tanggal 6 Oktober 1861, ia dan pasukannya diminta Belanda datang ke Banjarmasin untuk berunding. Belanda meminta supaya Demang Lehman mau tinggal di Banjarmasin, hal ini dilakukan Belanda untuk membuat Demang Lehman ikut bergabung dengan Belanda. Residen Belanda berusaha memikat Demang Lehman dengan janji memberi biaya tiap bulan kepada Demang Lehman apabila dapat membujuk Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari ke Banjarmasin. Belanda berjanji jikalau Pangeran Hidayatullah kembali ke Banjarmasin akan diberikan jabatan yang tinggi di kerajaan

(12)

Banjar. Setelah Pangeran Hidayatullah ke Banjarmasin, Belanda mengingkari janji. Pangeran Hidayatullah ternyata diasingkan Belanda ke Jawa, tepatnya di Ciganjur.

Demang Lehman merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda, dan berusaha mengatur kekuatan kembali di daerah Pangkal, Batulicin. Akan tetapi, Belanda telah membuat rencana untuk penangkapan terhadapnya. Sehabis shalat subuh, ia ditangkap dan pemerintah Belanda memutuskan hukuman gantung kepada Demang Lehman. Pada tanggal 27 Februari 1862 Demang Lehman dihukum gantung dan kepalanya dipenggal. Kepala Demang Lehman dibawa ke Belanda dan disimpan di Museum Leiden.

(13)

1

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad 17, hal tersebut dikarenakan daerah ini banyak menghasilkan lada dan batu bara. Sejak itulah terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Pada perkembangan berikutnya Belanda memonopoli perdagangan lada, bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan Banjar dengan politik devide et impera. Pada tanggal 14 Februari 1606, kapal dagang VOC Belanda datang di bawah pimpinan Gillis Michieszoon. Ia dikirim oleh J. W Verschoor, penguasa VOC saat itu, untuk mengadakan hubungan dagang. Setibanya di Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang menyinggung perasaan orang Banjar, dan semua awak kapal yang naik ke darat dibunuh oleh orang Banjar.1 Setelah kejadian tersebut, Belanda segera mengirimkan armada perang menuju Banjarmasin, mereka membakar kota, kapal-kapal yang berlabuh di bandar, dan keraton Banjar yang tidak jauh dari sungai juga turut menjadi sasaran pembakaran.

Setelah peristiwa tersebut, rakyat Banjar menjadi anti terhadap Belanda di tanah Banjar. Akan tetapi, Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan, ekonomi, dan sosial keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan secara sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang menghendaki Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan

1

(14)

2

Muda Abdurrahman.2 Pangeran Hidayatullah berhak atas jabatan sebagai Sultan Banjar, sesuai dengan tradisi kerajaan dan dikuatkan dengan surat wasiat Sultan Adam. Sultan Adam meninggal dunia pada tanggal 1 November 1857.3 Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi sultan menimbulkan kekecewaan di kalangan rakyat dan para pembesar Kerajaan. Tamjidillah memiliki cacat dalam tingkah laku. Ia dikenal gemar bermabuk-mabukan dan berjudi, wajar bila rakyat tidak menerimanya sebagai pemimpin.4 Kebencian rakyat kepada Sultan Tamjidillah dan terhadap pemerintahan Belanda sangatlah besar, yang pada klimaksnya menimbulkan Perang Banjar.

Di dalam Perang Banjar terdapat beberapa tokoh Banjar yang menjadi panglima melawan Belanda, salah satunya adalah Demang Lehman yang berasal dari Martapura. Ia merupakan Panakawan dari Pangeran Hidayatullah, oleh karena kesetiaan, kecakapan, dan jasa besarnya maka ia diangkat Pangeran Hidayatullah menjadi Kepala Distrik di Riam Kanan.5

Pada saat Perang Banjar meletus, Demang Lehman mendapat tugas dari Pangeran Antasari untuk memimpin perlawanan di daerah Martapura dan Tanah Laut bersama Kiai Langkang dan Penghulu Buyasin.6 Di mata Belanda, Demang Lehman termasuk pejuang Banjar yang sangat ditakuti dan berbahaya dalam menggerakkkan kekuatan rakyat sebagai tangan kanan Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah.

2

Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium Sampai

Imperium (Jakarta: Gramedia, 1987), hlm. 384.

3 Amir Hasan Bondan, Suluh Kerajaan Kalimantan (Banjarmasin: Fajar, 1953), hlm. 39. 4

Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara “Penelusuran Kepustakaan Sejarah”, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2003), hlm. 207.

5 A. Gazali Usman, Kerajaan Banjar Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan

dan Agama Islam (Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 1998), hlm. 247.

6

(15)

3

Pangeran Antasari merupakan pencetus dan arsitek Perang Banjar. Pangeran Antasari masih mempunyai ikatan darah dengan para Raja Banjar. Ia masih keturunan Sultan Tahmidillah yang memerintah Kerajaan Banjar pada tahun 1801-1825. Pangeran Antasari adalah tokoh Perang Banjar yang memiliki kedudukan sebagai petinggi panglima Perang Banjar. Pangeran Antasari memberikan tugas kepada Demang Lehman untuk menjadi pemimpin perang di beberapa daerah. Demang Lehman beberapa kali berhasil mengalahkan Belanda dalam pertempuran. Kepiawaian Demang Lehman dan pasukannya dalam menghadapi Belanda tidak dapat dianggap remeh. Belanda melakukan berbagai usaha untuk menangkap Demang Lehman, namun tetap gagal. Perlawanan Demang Lehman justru semakin beringas ketika dirinya dicap sebagai orang yang paling dicari Belanda. Semangat dan dukungan rakyat terhadap dirinya mengalir terus menerus. Setiap melakukan perlawanan di daerah-daerah Banjarmasin, ia mendapat dukungan penuh dari masyarakat.

Untuk menumpas perlawanan Demang Lehman, Belanda mengirim kapal-kapal perangnya dalam jumlah banyak. Menghadapi pasukan Belanda yang cukup banyak, Demang Lehman dan pasukannya beberapa kali terpukul mundur.7 Meskipun beberapa kali mengalami kekalahan, ia dan pasukannya tetap tidak pernah takut terhadap Belanda.

Demang Lehman menolak berunding dengan Belanda. Damai bagi Demang Lehman berarti harus angkat kaki dari Bumi Banjar. Sikap keras menjadi tekad Demang Lehman untuk mengusir penjajah Belanda, sampai titik darah penghabisan.

7 Suyono, Peperangan, hlm. 210.

(16)

4

Pada tanggal 6 Oktober 1861, ia dan pasukannya diminta Belanda datang ke Banjarmasin untuk berunding.8 Belanda meminta supaya Demang Lehman mau tinggal di Banjarmasin, hal ini dilakukan Belanda untuk membuat Demang Lehman ikut bergabung dengan Belanda. Residen Belanda berusaha memikat Demang Lehman dengan janji memberi biaya tiap bulan kepada Demang Lehman apabila dapat membujuk Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Antasari ke Banjarmasin. Belanda berjanji jikalau Pangeran Hidayatullah kembali ke Banjarmasin akan diberikan jabatan yang tinggi di kerajaan Banjar. Setelah Pangeran Hidayatullah ke Banjarmasin, Belanda mengingkari janji. Pangeran Hidayatullah ternyata diasingkan Belanda ke Jawa, tepatnya di Ciganjur.

Demang Lehman merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda, dan berusaha mengatur kekuatan kembali di daerah Pangkal, Batulicin.9 Akan tetapi, Belanda telah membuat rencana untuk penangkapan terhadapnya. Sehabis shalat subuh, ia ditangkap dan pemerintah Belanda memutuskan hukuman gantung kepada Demang Lehman. Pada tanggal 27 Februari 1862 Demang Lehman dihukum gantung dan kepalanya dipenggal. Kepala Demang Lehman dibawa ke Belanda dan disimpan di Museum Leiden.10

Beberapa hal yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa Demang Lehman merupakan seorang pejuang Banjar yang gagah berani dalam memimpin perang, meskipun dia bukan berasal dari golongan bangsawan. Keberanian Demang Lehman dalam memimpin perang mendapat pengakuan dari Belanda sebagai orang yang

8 M. Idwar Saleh, Lukisan Perang Banjar (Banjarmasin: Museum Kalimantan Selatan,

1993), hlm. 20.

9 A. Gazali Usman, Kerajaan, hlm. 275. 10

(17)

5

berbahaya. Menurut tradisi Kerajaan Banjar, Raja digantikan oleh keturunannya baik anak-anaknya maupun cucu-cucunya yang masih mempunyai darah ikatan dengan para Raja Banjar. Demang Lehman memang bukan keturunan dari para Raja Banjar, tetapi kecintaan dirinya terhadap tanah Banjar telah membuat dirinya rela berkorban apapun untuk mempertahankan tanah Banjar. Sebagai orang Banjar, Demang Lehman tidak mau jika Belanda ikut campur dalam Kerajaan Banjar atau bahkan ingin menguasai Kerajaan Banjar.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini lebih difokuskan kepada kiprah Demang Lehman dalam Perang Banjar. Tahun 1859 merupakan awal terjadinya Perang Banjar dan pertama kalinya Demang Lehman turut serta dalam penyerangan terhadap Belanda di benteng Oranye Nassau. Tahun 1862 merupakan tahun penangkapan Demang Lehman dan pelaksanaan hukuman gantung oleh pemerintah Belanda. Agar pembahasan menjadi lebih terarah maka permasalahan dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan Kerajaan Banjar dengan Belanda hingga meletus Perang Banjar?

2. Faktor apa yang menyebabkan Demang Lehman terlibat Dalam Perang Banjar?

(18)

6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dipaparkan dalam rumusan masalah di atas. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan hubungan Kerajaan Banjar dengan Belanda hingga meletusnya Perang Banjar.

2. Untuk menguraikan latar belakang Demang Lehman terlibat dalam Perang Banjar.

3. Untuk memaparkan peranan Demang Lehman Dalam Perang Banjar.

Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan wawasan dan pemahaman mengenai perjuangan Demang Lehman dalam Perang Banjar. Hal-hal yang bersifat positif dalam perjuangan Demang Lehman ini bisa dijadikan teladan untuk mengembangkan sikap rela berkorban demi memperjuangkan tanah tumpah darah. Besarnya dukungan rakyat terhadap perjuangan Demang Lehman bisa kita teladani sebagai sikap cinta tanah air dan sikap kebersamaan untuk memperjuangkan bangsa kita.

D. Tinjauan Pustaka

Literatur-literatur tentang sejarah Perang Banjar memang sudah ada, namun pada umumnya literatur tersebut mengutamakan keutuhan deskripsi sejarah Perang Banjar dari awal sampai akhir, sedangkan pembahasan tentang Demang Lehman hanya menjadi bagian kecil saja. Beberapa buku yang membahas tentang Demang Lehman, di antaranya:

(19)

7

Kerajaan Banjar Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam karya A. Gazali Usman (Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 1998), buku ini membahas mengenai kerajaan Banjar dan Perang Banjjar sehingga bahasan mengenai Demang Lehman sedikit dibahas dalam buku tersebut. Berbeda dengan buku A. Gazali Usman, dalam kajian ini penulis menyajikan Demang Lehman sebagai tokoh penting dalam Perang Banjar, mulai meletusnya Perang Banjar hingga akhir hayatnya.

Buku karya Amir Hasan Bondan yang berjudul Suluh Sejarah Kalimantan (Banjarmasin: Fajar, 1953), buku ini boleh dikatakan padat memuat data sejarah perjuangan rakyat Banjar melawan penjajahan Belanda, termasuk data sejarah perjuangan Demang Lehman. Yang berbeda dari kajian penulis adalah bahwa penulis hanya memfokuskan tulisan pada perjuangan Demang Lehman dari tahun 1859-1862.

Karya M. Idwar Saleh dengan judul Lukisan Perang Banjar (Banjarmasin: Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, 1985), buku ini boleh dikatakan maju selangkah dari buku karya Amir Hasan Bondan, sebab data sejarah yang diungkapkan dikemas dengan interpretasi-interpretasi historis sehingga terasa lebih bermakna, tidak sekedar deskripsi tentang tanggal, tempat dan suasana kejadian suatu peristiwa. Akan tetapi, seperti buku-buku sejenis lainnya, buku ini mempunyai visi untuk menuturkan perjuangan rakyat kerajaan Banjar melawan penjajah kolonial Belanda dari awal sampai akhir. Perjuangan Demang Lehman dalam melawan Belanda terurai secara selintas. Hal pokok yang berbeda dari buku tersebut, bahwa

(20)

8

fokus dari penelitian ini lebih menekankan kepada perjuangan Demang Lehman dalam mengusir penjajah Belanda dari tanah Banjar.

Karya Suyono yang berjudul Peperangan Kerajaan di Nusantara “Penelusuran Kepustakaan Sejarah” (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2003). Buku ini membahas mengenai masuknya Belanda di Nusantar serta peperangan-peperangan dalam melawan Belanda yang ada di Nusantara. Perang Banjar dibahas sedikit dalam buku tersebut, sehingga pembahasan mengenai Demang Lehman terurai secara selintas. Hal yang membedakan dari buku tersebut dengan kajian peneliti adalah bahwa peneliti hanyalah membahas mengenai perjuangan Demang Lehman seorang pejuang dari daerah Banjar Kalimantan Selatan.

Skripsi yang ditulis oleh Saniyah dengan judul “Perang Banjar” 1859-1865 (Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1998), membahas mengenai Perang Banjar dari tahun 1859-1865 beserta tokoh-tokoh yang terlibat dalam perang tersebut dan “Perjuangan Pangeran Antasari dalam melawan Belanda di Dalam Perang Banjar”, sebuah skripsi yang ditulis oleh Basuki Rachmad (Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2007), di kedua skripsi tersebut perjuangan Demang Lehman hanya dibahas sekilas saja.

Dengan demikian, yang membahas secara khusus mengenai Demang Lehman dan perjuangannya dalam Perang Banjar 1859-1862 belum ada, dan sepengetahuan peneliti belum ada penelitian khusus yang membahas mengenai Demang Lehman. Uraian-uraian singkat tentang Demang Lehman dari buku-buku di atas, menjadi sumber informasi yang dikritisi dalam hasil penelitian ini.

(21)

9

E. Landasan Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan sosial. Teori ini didefinisikan dalam pengertian pola-pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang-orang yang menduduki suatu posisi tertentu dalam struktur sosial.11 Teori ini mencontohkan bahwa para raja, sebagaimana orang-orang lain juga butuh teman. Raja memerlukan seseorang yang dapat dipercaya, yang bukan dari kalangan bangsawan atau pejabat-pejabat di sekelilingnya, yang dapat diandalkan loyalitasnya, sebab posisi raja bergantung sepenuhnya pada loyalitas tersebut, dan tidak jarang pula orang tersebut dijadikan sebagi tempat pelampiasan kemarahan ketika terjadi ketidakberesan.12 Contoh teori tersebut sama seperti apa yang dialami oleh Demang Lehman. Awal mulanya ia hanya mengabdi kepada Pangeran Hidayatullah dan ditunjuk sebagai Panakawannya, meskipun ia bukan berasal dari golongan bangsawan tetapi Demang Lehman dipercaya oleh Pangeran Hidayatullah sebagai orang yang mampu memimpin dalam masyarakat sehingga ia dipercaya sebagai Kepala Distrik Riam Kanan. Demang Lehman juga dipercayai oleh Pangeran Antasari sebagi pemimpin perang di beberapa daerah karena kepandaian berperang dan kecintaannya terhadap tanah Banjar.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan behavioral, yakni pendekatan yang tidak hanya tertuju pada kejadiannya saja, tetapi tertuju pada pelaku sejarah dan situasi riil. Bagaimana pelaku sejarah menafsirkan situasi yang dihadapinya, sehingga dari penafsiran tersebut muncul tindakan yang menimbulkan suatu kejadian, dan selanjutnya timbul konsekuensi (pengaruh) dari

11 Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial. Terj. Mestika Zed dan Zulfani (Jakarta: Yayasan

Obor Indonesia, 2001), hlm. 68.

12

(22)

10

tindakannya berkenaan dengan perilaku pemimpin.13 Demang Lehman memahami situasi riil di dalam masyarakatnya, dari pemahaman itulah dia membuat sebuah tindakan untuk mengatasi situasi tersebut dengan cara melakukan perlawanan terhadap Belanda. Sebagai bukti bahwa tindakan Demang Lehman benar-benar sesuai dengan situasi riil di lingkungannya, ia mendapat respon baik dari masyarakat di daerah-daerah di mana ia terlibat pertempuran menghadapi Belanda.

F. Metode Penelitian

Sesuai dengan maksud dan tujuan dalam penelitian yaitu mendeskripsikan dan menganalisis peristiwa masa lalu, maka dalam penelitian ini digunakan metode historis, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau, kemudian ditelaah secara gamblang agar menghasilkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan fakta. Sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu. Keabsahan penelitian sejarah terkait dengan prosedur penelitian ilmiah yang ditempuh.14 Penelitian ini merupakan penelitian yang ingin mendeskrisipkan dan menganalisis secara kritis dokumen-dokumen tertulis dari peninggalan masa lampau, kemudian direkonstruksikan secara imajinatif melalui proses historiografi.15 Dalam penelitian sejarah, prosedur yang dilalui meliputiempat tahap, yaitu:

1. Heuristik atau Pengumpulan Data

Heuristik atau pengumpulan data yaitu suatu tahap dalam pengumpulan data, baik itu tertulis maupun lisan yang diperlukan untuk kelengkapan penelitian. Terkait

13

Robert. F. Berkhofer, Jr, A Behavioral Approach To Historial Analysis, ( New York: Free Press, 1971), hlm. 67.

14 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995), hlm. 12. 15 Louis Gottshalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1985),

(23)

11

dengan topik skripsi ini, maka dilakukan studi pustaka untuk mendapatkan sumber-sumber literatur beberapa buku. Kegiatan heuristik ini penulis lakukan dengan memprioritaskan penggalian data sejarah tentang perjuangan Demang Lehman melalui literatur yang telah ada. Di samping itu, berusaha pula menggali dari sumber lain, dalam hal ini adalah benda-benda peninggalan sejarah yang memiliki keterkaitan dengan perjuangan Demang Lehman.

2. Verifikasi atau Pengujian Sumber

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh patut digunakan atau tidak. Kritik terhadap sumber-sumber tersebut dilakukan melalui kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern dilakukan untuk meneliti keaslian data, sedangkan kritik ekstern dilakukan dengan cara memperlihatkan aspek fisik sumber tertulis, yaitu dilihat dari kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahsanya, ungkapannya, kata-katanya, huruf-hurufnya dan segi penampilan luarnya.16 Terkait dengan skripsi ini, kritik ekstern tidak dapat dilakukan karena sumber yang didapat adalah sumber sekunder. Adapun kritik intern dilakukan untuk meneliti kebenaran data yang diperoleh. Kritik intern dilakukan dengan cara menghubungkan berbagai faktor, seperti bahasa saat digunakan saat tulisan itu dibuat, integritas pribadi penulisnya, situasi ditulisnya sumber ini apakah penulis menulis dengan terpaksa, tekanan, takut atau hanya karena ambisi.17 Melalui kritik ini diharapkan penulisan ini dapat menggunakan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

16 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),

hlm. 59.

17 Winarno Surakhmat, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik (Bandung:

(24)

12

3. Interpretasi

Interpretasi dilakukan terhadap sumber yang didapatkan. Secara umum analisis sejarah bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan dengan menggunakan teori-teori analisis disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.18 Pada tahap penafsiran terhadap Perang Banjar diharapkan dapat diungkapkan cara-cara yang dilakukan Demang Lehman melakukan perlawanan terhadap Belanda di dalam Perang Banjar.

4. Historiografi

Historiografi yaitu menyusun deskripsi secara kronologis sehingga menjadi uraian sejarah yang utuh, yaitu untuk menghubungkan peristiwa satu dengan yang lain. Proses ini bertujuan untuk menjadikan penelitian ini sebuah uraian sejarah. Setiap pembahasan ditempuh melalui deskripsi dan analisa dengan selalu memperhatikan aspek kronologis.19 Historiografi merupakan tahap terakhir dari penelitian, yaitu penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian secara tertulis.20

G. Sistematika Pembahasan

Guna memperoleh suatu karya tulis ilmiah yang sistematis dan konsisten maka diperlukan adanya pembahasan yang dikelompokkan dalam beberapa bab sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab. Bab-bab tersebut disusun secara kronologis dan saling berkaitan.

18 Dudung Abdurahman, Metode…, hlm. 64.

19 Nugroho Noto Susanto, Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah (Jakarta: Pusat Angkatan

Bersenjata, 1964), hlm. 22.

20

(25)

13

Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori yang digunakan, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Isi pokok bab ini merupakan gambaran seluruh penelitian secara garis besar, sedangkan untuk uraian lebih rinci akan diuraikan dalam bab-bab selanjutnya.

Bab kedua membahas mengenai kerajaan Banjar sebelum terjadinya Perang, mencakup kerajaan Banjar sebagai penghasil batu bara dan lada, pasang surut hubungan kerajaan Banjar dengan Belanda, Belanda sebagai penyulut Perang Banjar. Bab ini menguraikan tatanan kehidupan kerajaan Banjar serta hubungannya dengan Belanda. Masa-masa ini penting dijelaskan untuk melihat situasi dan kondisi kerajaan Banjar serta hubungannya dengan Belanda.

Bab ketiga membahas mengenai Demang Lehman, yang mencakup Biografi Demang Lehman, mobilitas sosial-politik, motifasi keterlibatan Demang Lehman dalam Perang Banjar. Bab ini diuraikan dengan maksud untuk melihat secara jelas siapa Demang Lehman serta faktor Demang Lehman terlibat melawan Belanda.

Bab keempat membahas keterlibatan Demang Lehman dalam Perang Banjar, yang terdiri dari kepemimpinan Demang Lehman dalam Perang Banjar, pertempuran di Gunung Madang, pertempuran di Martapura, dan penangkapan Demang Lehman serta faktor-faktor yang menyebabkan perjuangan Demang Lehman berhasil dalam melawan Belanda. Bab ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana peranan Demang Lehman di dalam Perang Banjar dan bersatunya dia dengan pejuang Banjar lainnya dalam melawan Belanda. Selain itu, bab ini dimaksudkan juga untuk mengetahui bagaimana penangkapan Demang Lehman oleh Belanda.

(26)

14

Bab kelima merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan secara keseluruhan dan diakhiri dengan kata penutup.

(27)

76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebelum terjadinya Perang Banjar, wilayah kerajaan Banjar mengalami kemajuan yang cukup pesat dalam bidang ekonomi karena daerah ini memiliki kekayaan alam yang sangat banyak yaitu batu bara dan lada. Kehidupan masyarakat Banjar baik dari segi politik, sosial, dan keagamaan juga dalam keadaan tentram dan damai. Rakyat tidak pernah merasa kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hasil bumi yang berada di Banjar dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka. Kekayaan alam menjadi sumber kegiatan ekonomi mereka Dengan suasana yang damai tersebut tidak heran jika banyak orang yang datang ke Banjar untuk berdagang, dan menetap di sana. Suasana menjadi berubah ketika Belanda datang ke Banjar dan ikut campur dalam urusan ekonomi, politik, soial dan keagamaan masyarakat Banjar.

Demang Lehman sebetulnya hanyalah seorang rakyat biasa yang dpercaya oleh Pangeran Hidayatullah untuk memimpin daerah Riam Kanan. Ketika penderitaan rakyat semakin menjadi, serta kesewenang-wenangan Belanda terjadi dimana-mana maka ia bangkit untuk memimpin. Belanda menginginkan urusan ekonomi, politik, sosial, dan keagamaan berada ditangannya. Intervensi Belanda dalam segala bidang membuat masyarakat Banjar marah dan membenci Belanda. Intervensi tersebut tidak membawa keuntungan masyarakat Banjar, tetapi malah sebaliknya yakni merugikan masyarakat Banjar. Karena adanya intervensi tersebut, masyarakat menjadi terkekang, dan sangat dirugikan. Orang-orang Belanda menjadi

(28)

77

sewenang-wenang terhadap masyarakat Banjar, sehingga menimbulkan niat rakyat Banjar untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Perlawanan rakyat Banjar terkenal dengan sebutan Perang Banjar. Demang Lehman yang memiliki tanggung jawab besar terhadap rakyat ikut bergabung dengan Pangeran Antasari untuk mempertahankan tanah Banjar serta menguir Belanda dari tanah Banjar.

Demang Lehman adalah pemimpin perang yang sejati, meskipun ia hanya berasal dari rakyat jelata tetapi dia termasuk orang yang ditakuti Belanda dalam Perang Banjar. Semangat mengusir penjajah bergelora dalam jiwa Demang Lehman beserta laskar-laskarnya sehingga tidak kenal menyerah dalam menghadapi Belanda. Dengan semangat juang yang tinggi dan disertai doa, pertempuran terus berlanjut hingga akhir hayatnya. Sumpah yang telah diikrarkan bersama Pangeran Antasari selalu tertanam di dalam hatinya beserta pengikutnya. Sumpah tersebut bahkan tetap dipergunakan para pejuang Banjar lainnya dalam melawan Belanda sampai berakhirnya Perang Banjar. Dalam memimpin Perang, Demang Lehman dan pasukannya berkali-kali berhasil memukul mundur Belanda. Korban dari pihak Belanda tidak terhitung lagi jumlahnya, hal ini merupakan kegigihan Demang Lehman dalam memimpin Perang. Meskipun Demang Lehman tertangkap pada tahun 1862, tetapi Perang Banjar terus berkibar sampai tahun 1905.

B. Saran

Perlu ditegaskan pada bagian ini bahwa pokok-pokok kesimpulan di atas bukanlah merupakan suatu hasil kesimpulan yang pasti dan bersifat final. Sebagian dari pokok kesimpulan tersebut di dasarkan atas tafsiran terhadap sejumlah data yang

(29)

78

kadang-kadang kurang begitu tegas kepastiannya. Oleh karena itu, hasil akhir penulisan ini sesungguhnya masih terbuka untuk dicocokkan dengan data terbaru, atau menurut cara pandang yang berlainan. Namun demikian kekurangan-kekurangan yang ada di dalam hasil penelitian ini menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari penulis.

Penilaian serta pelacakan terhadap perjuangan rakyat Kalimantan Selatan dalam melawan Belanda, khususnya Perjuangan Demang Lehman masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Oleh karena itu, kepada para pembaca disarankan menelaah kembali dengan kritis.

Selanjutnya, penulis berharap para generasi Islam sekarang dan yang akan datang dapat mewarisi semangat perjuangan serta melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh para pejuang Islam terdahulu sesuai konteks zamannya untuk mempertahankan Islam di bumi pertiwi ini.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

A. Gazali Usman. Kerajaan Banjar Sejarah Perkembangan Politik, Ekonomi, Perdagangan dan Agama Islam. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 1998

A. Muin Umar. Historiografi Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 1988

Amir Hasan Bondan, Suluh Kerajaan Kalimantan. Banjarmasin: Fajar, 1953

Arthum Artha. Putera Mahkota Yang Terbuang. Jakarta: Depdikbud Proyek Penerbitan Buku dan Sastra Indonesia dan Daerah, 1982

Baudet H dan Brugmans I. J (ed). Politik Etis dan Revolusi Kemerdekaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987

Burke Peter. Sejarah dan Teori Sosial. Terj. Mestika Zed dan Zulfani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Penafsiran Al-Qur’an, 1984

Dudung Abdurahman. Metode Penelitian sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999

Gottshalk, Louis. Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press, 1985

Hamlan Arpan. Pangeran Antasari. Jakarta: Mutiara, 1981

Husni Rahim. Sistem Otoritas dan Administrasi Islam: Studi Tentang Pejabat Agama Masa Kesultanan dan Kolonial Dari Palembang. Jakarta: Logos, 1998

Jr. F. Berkhofer, Robert. A Behavioral Approach To Historial Analysis. New York: Free Press, 1971

Khalid Na’im. Organisasi Islam Menghadapi Kristenisasi. Jakarta: Andalan, 1991 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benteng Budaya, 1995 Leiressa. Sejarah Sosial Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Depdikbud, 1984 Mayur, H. G. Perang Banjar. Banjarmasin: CV. Rapi, 1979

(31)

M. Idwar Saleh, Lukisan Perang Banjar. Banjarmasin: Museum Kalimantan Selatan, 1993

______________. Sejarah Banjarmasin. Bandung, Balai Pendidikan Guru, 1960

______________. Sejarah Derah Kalimantan Selatan. Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978

____________. Pangeran Antasari. Jakarta: Manggala Bhakti, 1993

____________. Adat Istiadat Daerah Kalimantan Selatan. Jakarta: Depdikbud, 1997 Muhammad Chirzin. Jihad Dalam Al-Qur’an: Telaah Normatif, Historis dan

Perspektif. Yogyakarta: Anitra Pustaka, 1997

Nugroho Noto Susanto. Hakekat Sejarah dan Metode Sejarah. Jakarta: Pusat Angkatan Bersenjata, 1964

Profil Propinsi Republik Indonesia Kalimantan Selatan (Jakarta: Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara, 1992

Saifudin Zuhri. Sejarah Kebangkitan dan Perkembangan Islam di Indonesia. Bandung: Al-Ma’arif, 1981

Sartono Kartodirdjo. Sejarah Perlawanan Terhadap Kolonialimse. Jakarta: Dephankan Pusat Sejarah ABRI, 1973

___________. Pengantar Sejarah Indonesia Baru 1500-1900 dari Emporium Sampai Imperium. Jakarta: Gramedia, 1987

Schrieke B. Indonesian Sociological Studies. Bandung: Sumur, 1985

Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara “Penelusuran Kepustakaan Sejarah”, Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2003

______. Seks dan Kekerasan Pada Zaman Kolonial. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005

Syarifuddin. Perang Banjar. Banjarmasin: Proyek Pengembangan Permuseuman Kalimantan Selatan, 1984

Tjilik Riwut. Kalimantan Memanggil. Jakarta: Endang Jakarta, 1958.

_________. Kalimantan Membangun. Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press, 1979

(32)

Winarno Surakhmat. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Tekhnik. Bandung: Tarsito, 1994

Zafiri Zam Zam. Antasari Pahlawan Rakyat di Kalimantan. Jakarta: Mutiara, 1984 B. Ensiklopedi:

Ensiklopedi Tematis Dunia Islam.”Asia Tenggara”, Jilid 5. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002

C. Skripsi:

Saniyah. “Perang Banjar 1859-1865”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 1998

Basuki Rachmad. “Perjuangan Pangeran Antasari dalam Melawan Belanda di Dalam Perang Banjar”. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007

Mukhamad Safiudin. “Gerakan Beratib Beramal di Dalam Perang Banjar”. Yogyakarta: Skripsi Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007

D. Thesis:

Tamny Ruslan. “Gerakan Muning, Sebuah Gerakan Sosial Dalam Perang Banjar”. Thesis, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya UGM, 1981

(33)
(34)

Lampiran II

PETA PERANG BANJAR

(35)

Lampiran III

SENJATA TRADISIONAL YANG DEMANG LEHMAN DAN PASUKANNYA DALAM PERANG BANJAR

Tombak Biring

(36)

Parang Lubuk Parang Benteng Birayung

Mandau Kepala Suku Dayak

(37)
(38)

CURRICULUM VITAE

Nama : Sundari

Tempat dan tanggal lahir : Temanggung, 01 September 1984

Alamat sekarang : Papringan, Jl. Ori 2 no. 02, Depok, Sleman.

Nama ayah : Makhful

Nama Ibu : Turinah

Alamat : Kembang Sari Rt. 02, Rw. 03, Kec.Kandangan Kab. Temanggung,

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan :

MI, Kembang Sari, Temanggung, lulus tahun 1996

SMPN I, Kandangan, Temanggung, lulus tahun 1999

SMU Islam, Kandangan, Temanggung, lulus tahun 2002.

Referensi

Dokumen terkait

1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan acuan bagi Lingkungan Sekretariat Daerah kabupaten Bengkulu Selatan terutama mengenai komunikasi, kecerdasan emosional dan

Untuk mendapatkan data-data dalam penelitian yang lengkap mengenai pemikiran serta hasil dari ktritis A. Hasan terhadap kitab Bulughul Maram serta beberapa karyanya

8 Banjar Dinas, yaitu: Banjar Dinas Blangsinga, Banjar Dinas Sema, Banjar Dinas Kawan, Banjar Dinas Tengah, Banjar Dinas Tegallulung, Banjar Dinas Banda, Banjar Dinas Pinda,

Puji syukur kehadirat Allah SWT terucap atas segala karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KUALITAS

Seng (Zn) adalah mikromineral yang ada di seluruh jaringan tubuh hewan dan terlibat dalam fungsi berbagai enzim dalam proses metabolisme serta komponen penting

Penelitian ini berguna untuk masyarakat perumahan suko asri dalam melakukan kegiatan konsumsi sesuai dengan perspektif teori konsumsi Islam Monzer Kahf.. Penelitian

Untuk menghasilkan sebuah gasing daripada kayu pokok jambu, apakah teknik arca yang sesuai digunakan.. Mengapakah seni reka bentuk industri adalah suatu bidang yang penting pada