• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, perkembangan budaya Korea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, perkembangan budaya Korea"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, perkembangan budaya Korea telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Indonesia pun tidak luput menjadi salah satu negara tempat berkembangnya budaya Korea. Hal ini seperti yang dimuat dalam The Jakarta Post (2011), “Indonesia, home to world’s largest Muslim population, has not been spared from the Korean wave”. Berbagai produk dari Korea, mulai dari drama, musik, makanan, kosmetik, pakaian, film, telah menyebar luas. Ekspor produk-produk budaya Korea bahkan menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Tiga produk budaya Korea yang menduduki peringkat teratas sebagai penghasil keuntungan terbesar dalam Korean wave adalah drama, disusul oleh musik kemudian film (Shim, 2006). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan nama negara Korea yang merujuk pada Korea Selatan.

Proses penyebaran budaya Korea ke seluruh dunia inilah kemudian dikenal dengan istilah Korean Wave. Sebuah budaya populer, kemudian menjadi sebuah brand image suatu negara, kurang lebih seperti itulah Korean Wave. Brand image sendiri merupakan suatu hal atau apa yang orang pikirkan ketika mendengar atau melihat sebuah merek (Hawkins & Mothersbaugh, 2013).

Korean Wave merupakan suatu fenomena terhadap lajunya pertumbuhan budaya Korea lewat media massa. Istilah ini pertama kali muncul dalam sebuah halaman gosip selebriti pada tahun 2001 yang ditulis oleh Hwan (Joang, 2005).

(2)

Dalam artikel berjudul “No End in Sight for the Korean Wave in China,” Hwan (2001) menulis “The Korean Ministry of Culture and Tourism has declared October “the Month of the Korean Culture,” and is currently meeting with Chinese officials to set up a tour of large cities for groups including H.O.T., Baby Vox, and the National Ballet Company. The stars of the “2001 version of Korean Wave” are exoected to include Park Jin-Young (Bak, Jin-Yeong), who scored big in China with his song “Honey,” and Kim Min-Jong, who became a star among Chinese teenagers with the Chinese telecast of the Korean TV drama Mister Q. The Chinese were captivated when Korean ballads and dramas started airing on TV. Popular Korean dramas . . . in what has become known as “Korea mania”

Korean Wave ini begitu populer, tidak hanya di Asia, melainkan sudah menyebar pula ke Mesir, Mexico dan Rusia. Hal ini didasarkan pada laporan khusus mengenai efek ekonomi dari Korean wave yang dilakukan oleh The Samsung Economic Research Institute pada tahun 2005 (Joang, 2005). Fenomena dari Korean wave juga menjelaskan perkembangan budaya Korea ke dunia internasional, khususnya penyebaran budaya pop Korea melalui media elektronik seperti film dan musik. Nye (2009) dalam South Korea’s growing soft power membuktikan bahwa fenomena penyebaran budaya Korea atau hallyu memang terjadi. Sesuai dengan pernyataan dari Nye (2009), The traditions of [South] Korean art, crafts, and cuisine have already spread around the world. Korean popular culture has also crossed borders, particularly among younger people in neighboring Asian countries … Indeed, the late 1990’s saw the rise of “Hallyu,”

(3)

3 or “the Korean wave” – the growing popularity of all things Korean, from fashion and film to music and cuisine.

Keberhasilan Korea mengekspor produk budaya menjadikannya masuk dalam sepuluh besar negara pengekspor budaya pada tahun 2008. Area yang telah diinvasi oleh produk budaya Korea, antara lain Asia, Timur Tengah, Amerika, Kanada, Inggris, Eropa Timur, Afrika Utara dan Australia (Putri, 2014).

Tidak bisa dipungkiri, di Indonesia cukup banyak orang yang tertarik menonton drama Korea, mendengar musik K-Pop (Korean Pop), makanan khas Korea, pakaian khas Korea, belajar berbahasa Korea (Hangul). Hal ini dapat terlihat dari dibukanya Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) pada 18 Juli 2011 (The Jakarta Post, 2011). Selain itu, bahkan brand-brand dari Korea mulai merajalela di dunia. Brand besar dari Korea seperti Samsung, Hyundai serta KIA telah masuk dalam daftar The World’s Best Global Brands pada tahun 2013 yang dilakukan oleh Interbrand. Bahkan Samsung masuk ke dalam 10 besar The World’s Best Global Brand dengan menempati posisi ke 8 (Interbrand, 2014).

Fenomena Korean Wave di Indonesia diawali dengan kemunculan sebuah drama seri dari Korea berjudul Endless Love pada tahun 2002 di sebuah stasiun TV swasta (Yudhantara, 2012). Menurut Shim (2006) terdapat beberapa faktor yang membuat banyak masyarakat Asia menggemari serial drama Korea, antara lain: alur cerita dan struktur drama yang segar dan dinamis; permasalahan yang diangkat lazim dan dekat dengan kehidupan sehari-hari; keahlian produksi (contoh: desain setting, skor music, camerawork) yang menakjubkan; dan aktor yang menarik secara fisik, mencolok, fashionable dan memiliki kemampuan

(4)

akting yang hebat. Berbagai kelebihan tersebut yang membuat drama Korea kemudian digandrungi oleh masyarakat, terutama masyarakat yang sudah jenuh dengan sinetron Indonesia.

Saat ini, fenomena Korean Wave yang sedang melanda Indonesia banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya kawula muda. Banyak generasi muda yang saat ini menggandrungi tayangan entertainer Korea mulai dari drama, film, maupun musik. Hal ini juga membuat menjamurnya fanbase-fanbase atau Korean community di Indonesia (The Jakarta Post, 2011). Pengaruh Korean Wave dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik disadari atau tidak telah meliputi segala aspek dari drama, musik, hair style, fashion style, makanan bahkan Korean way of life. Dalam laporan khususnya berjudul “Business Hallyu Status and Strategy in Southeast Asia”, Korean Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA) mengatakan bahwa Korean wave di Indonesia menyebabkan konsumen lokal menjadi tertarik dengan gaya hidup Korea (Lee, 2012).

Korean Wave juga telah menyebabkan pecintanya memburu segala hal yang berkaitan dengan Korea (Mizuki, 2010). Hal ini nampak jelas dari semakin meningkatnya industri Korea di Indonesia, banyaknya masyarakat Indonesia yang mempelajari bahasa dan budaya Korea. Contoh lainnya, semakin banyak berdiri restaurant Korea di Indonesia menunjukkan bahwa semakin meningkatnya minat para pecinta kuliner terhadap masakan Korea. Salah satu restaurant Korea tersebut adalah Bibigo yang dibuka pada bulan Mei 2013 disalah satu mall mewah di Jakarta, Pacific Place (Susita, 2014).

(5)

5 Produk industri makanan dan minuman Korea yang masuk ke Indonesia mendapatkan respon positif dan cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, sejak tahun 2007 hingga 2011, impor terhadap kelompok hasil industri makanan dan minuman mengalami peningkatan jika dilihat secara keseluruhan. Tabel 1.1 berikut, akan memperlihatkan angka impor dari kelompok hasil industri makanan dan minuman dari Korea ke Indonesia.

Tabel 1.1. Impor Kelompok Hasil Industri Makanan dan Minuman dari Korea ke Indonesia

(Dalam Ribu US$)

No 2007 2008 2009 2010 2011

1 Prepared Baking Powder dan olahan makanan 17.772.290 31.392.979 25.237.232 26.916.789 38.012.446 2 Gula aren 11.863.087 11.255.893 2.635.207 12.436.080 5.366.625 3 B i s c u i t 619.244 809.261 869.021 1.277.407 1.802.322 4 Instant Noodle 925.534 1.037.278 1.006.015 1.468.997 1.734.988 5

Campuran Minyak berasal dari Nabati/Hewani tanpa modifikasi

968.301 978559 1.104.908 1.399.076 1.542.946

6 Kecap,Saus,Bumbu & Bahan penyedap lainnya 418.181 413.067 389.527 366.773 1.021.327

7 Es Cream 144.519 264.029 359.920 827.405 904.096

8 Minyak hati ikan/ minyak ikan 236.648 565.134 306.259 312.879 844.731

9 L i m u n 266.978 349.827 1.043.578 492.921 601.003

10 Minyak Nabati lainnya 7.000 39.443 270.117 314.261 563.315

11 Terasi/belacan 24.002 17.708 87.846 207.319 312.994

12 Sayuran dalam kaleng 168.305 345.118 378.230 137.874 309.190 13 Gula lainnya 6.620.962 547.965 99.720 219.240 302.210 14 J u i c e s 417.929 1.009.720 579.951 209.107 294.027

15 S i r o p 27.446 37.324 55.576 61.767 258.508

16 Instant Coffee 11.514 20.492 13.202 87.337 218.767

17 Minuman Keras 41.138 35.657 39.630 45.969 213.129

18 Daging Ikan segar 1.289 0 21.186 178.157 187.262

(6)

Lanjutan Tabel 1.1. Impor Kelompok Hasil Industri Makanan dan Minuman dari Korea ke Indonesia

(Dalam Ribu US$)

No 2007 2008 2009 2010 2011

20 Ikan kering, asin/ dalam air garam 5.802 0 88.518 194.518 139.510

21 Ke c a p 55.982 64.247 104.283 112.981 122.542 22 Rempah 12.899 38.078 10.142 65.729 121.122 23 Kembang Gula 54.808 45.814 46.621 102.607 108.998 24 Air Mineral 75.607 61.678 82.476 80.469 86.919 25 Coklat olahan 11.020 8.492 22.909 28.857 76.591 26 Cereal Product 87.244 121.010 18.380 53.858 66.308 27 Beras 25.931 43.676 34.965 91.400 64.337

28 Produk Hasil Tanaman lainnya 952 98 7.000 40.024 50.584 29 Pengolahan Ikan Lainnya 146.065 98.112 188.292 111.462 49.458 30 Buah bergula/manisan buah-buahan 181.672 209.414 96.478 93.560 45.382 31 Instant Tea/Mate 250.291 237.318 99.374 18.142 40.983 32 Fructose dan Glucose

Syrup 8.750 14.000 14.000 28.000 31.500 33 Tepung Terigu 2.343 60 3.100 0 30.780 34 T a u c o 1.385 9 23.934 16.830 23.989 35 Buah-buahan dalam kaleng 1.985 7.979 2.877 9.248 15.381 36 Ikan asap 0 0 0 0 12.021 37 K e r u p u k 2.959 953 3.639 20.407 8.543

38 Daging dalam kaleng 46.360 24.835 2.885 9.856 7.995

39 Kacang tanah digongseng 3.959 2.129 0 574 2.923

40 Produk Hasil Ternak lainnya

0 0 0 10.065 20

41 Daging hewan segar dan ikutannya 0 0 0 221 0

42 Food Stuff 6.450 2.415 0 17.100 0

43 B i h u n 2.060 295 9.615 0 0

44 Paha Kodok beku 0 0 0 19.400 0

45 Daging asin/asap 0 137 0 0 0

46 Tepung Beras, Kacang-kacangan dan Sagu 13.051 8.870 2.240 9.320 0

47 Agar - agar 600 128 0 0 0

48 Kopi Bubuk 4.836 1.138 0 0 0

(7)

7 Lanjutan Tabel 1.1. Impor Kelompok Hasil Industri Makanan dan Minuman

dari Korea ke Indonesia (Dalam Ribu US$)

No 2007 2008 2009 2010 2011

50

Pelet/Menir/Flake dari beras, gandum, jagung dll.

44.222 25.689 1.135 0 0

51 Produk hasil Perikanan lainnya 1.675 701 0 0 0

52 Susu dan produk dari susu 752 23.074 29.833 107 0

TOTAL 41.724.297 50.325.011 35.629.494 48.216.391 55.773.241 Sumber: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (2014)

Sedangkan gambar berikut merupakan grafik peningkatan dan penurunan untuk hasil impor kelompok industri makanan dan minuman secara keseluruhan dari Korea ke Indonesia, pada tahun 2007 hingga 2011.

Gambar 1.1 Impor Hasil Industri Makanan dan Minuman dari Korea ke Indonesia

Sumber: Kementrian Perindustrian Republik Indonesia (2014)

Dapat terlihat dari gambar 1.1 terjadi penurunan impor dari Korea ke Indonesia pada tahun 2008 ke tahun 2009. Hal disebabkan oleh krisis global yang melanda dunia pada tahun 2008. Meskipun sumber krisis disebabkan oleh

-10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 2007 2008 2009 2010 2011

Total Impor Produk Makanan dan Minuman

dari Korea Selatan ke Indonesia

(8)

runtuhnya lembaga-lembaga keuangan internasional di barat, terutama di Amerika Serikat dan Inggris, beberapa negara di Asia Timur juga diseret ke krisis dengan mengalami pembebanan keuangan yang besar. Namun demikian, dampak dari krisis global pada tahun 2008 di negara-negara Asia Timur tidak seburuk pada tahun 1997. Selain itu, negara-negara di Asia Timur ini berhasil pulih dengan cepat (Raz, Indra, Artikasih, & Citra, 2012). Sehingga jika dilihat kembali dari gambar 1.1 terjadi peningkatan kembali terhadap ekspor industri makanan dan minuman dari Korea ke Indonesia setelah tahun 2009.

Sejak awal kemunculan Korean Wave di Indonesia hingga saat ini, Korean Wave masih berjalan pada tracknya di Indonesia. Korean wave juga memiliki penggemar masing-masing. Pastinya, Korean Wave telah nyata mempengaruhi banyak aspek kehidupan para penggemarnya. Fenomena Korean Wave yang melahirkan fanatisme, perubahan perilaku serta perubahan loyalitas konsumen ini sangat menarik untuk dikaji. Sikap dari beberapa masyarakat yang terkadang lebih mengagungkan Korean Wave daripada budaya dalam negeri menunjukkan bahwasanya Korean Wave secara tidak disadari telah menimbulkan fenomena tersendiri di kalangan masyarakat.

Fenomena Korean Wave memberikan pertanyaan lebih lanjut apakah demam Korea berpotensi melunturkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap budaya negara sendiri. Pertanyaan lain yang muncul adalah, apakah ketertarikan masyarakat Indonesia juga membuat mereka tertarik pada semua hal yang bertemakan Korea, termasuk di dalamnya semua produk-produk Korea. Hal inilah

(9)

9 yang nanti berkaitan erat dengan consumer ethnocentrism dari konsumen serta country of origin dari produk makanan Korea.

Konsep consumer ethnocentrism menyatakan bahwa, tanpa menghiraukan country of origin dari suatu produk, maupun perasaan loyalitas dan patriotisme, atau perceived superiority negara asal, beberapa konsumen, terutama mereka yang berasal dari negara maju, akan selalu memilih untuk membeli produk hasil produki negara asal mereka (Shimp & Sharma, 1987). Oleh sebab itu, konsep consumer ethnocentrism dan country of origin effects merupakan dua hal yang sangat berkaitan dalam menentukan preferensi konsumen terhadap suatu produk dan keduanya memberikan pengaruh terhadap keinginan membeli dari konsumen (Shimp & Sharma, 1987).

Dalam beberapa penelitian sebelumnya mengenai consumer ethnocentrism, telah cukup dipaparkan mengenai keterkaitan antara consumer ethnocentrism dan country of origin effect (Chryssochoidis, Krystallis, & Perreas, 2007). Dalam penelitiannya yang berjudul Ethnocentric Beliefs and country-of-origin effect, etnosentrisme dibagi menjadi dua cluster. Cluster pertama, ethnocentric yang meliputi kelompok usia tua dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Sedangkan cluster kedua adalah non-ethnocentric yang meliputi kelompok usia muda dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etnosentrisme mempengaruhi tidak saja kepercayaan konsumen, namun juga cara konsumen dalam mempersepsikan kualitas produk, baik produk lokal maupun produk luar negeri.

(10)

Dalam penelitiannya mengenai consumer ethnocentrism terhadap konsumen di Indonesia, Hamin dan Elliott (2006) menunjukkan bahwa level dari consumer ethnocentrism di Indonesia tinggi, terutama bila dibandingkan dengan level consumer ethnocentrism dari negara-negara lain seperti Korea, Polandia, New Zealand, serta beberapa negara lain. Dalam penelitiannya ini, Hamin & Elliott (2006) menggunakan produk TV sebagai tangible goods dan international airlines sebagai intangible goods. Karena penggunaan dari international airlines sebagai objek penelitian, terdapat bias pada sampel penelitian terhadap kelas sosial ekonomi atas. Namun, bias pada sampel ini tidak dapat terhindarkan.

County of origin effects merupakan sebuah fenomena dalam mengevaluasi produk dengan cara memberikan penilaian produk atas negara asal produk (Chryssochoidis et al, 2007). Konsumen sering mengandalkan negara asal dari sebuah produk sebagai isyarat yang penting untuk menilai kualitas dari sebuah produk (Kotabe & Helsen, 2011).

Konsep mengenai consumer ethnocentrism dan country of origin effects telah didiskusikan secara luas pada literatur pemasaran (Shimp & Sharma, 1987; Hamin & Elliott, 2006; Chryssochoidis et al, 2007; Balabanis & Diamantopoulos, 2004; Javed & Mukhtiyar, 2013). Topik ini merupakan suatu fenomena global. Pada penelitian kali ini peneliti menyoroti bagaimana fenomena tersebut berlangsung pada negara berkembang, yaitu Indonesia dengan mengambil kasus produk makanan asal Korea yang beredar di Indonesia dan dikonsumsi oleh Korean wave fans yang juga sebagai konsumen Indonesia.

(11)

11 1.2 Rumusan Masalah

Penyebaran Korean Wave bermakna sebagai penyebaran budaya Korea ke negara-negara lain di dunia. Korean Wave menjadi sebuah nilai jual terhadap produk-produk yang berasal dari Korea ke Indonesia, seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Arus Korean Wave yang masuk ke Indonesia hingga saat ini menggambarkan besarnya ketertarikan akan budaya Korea. Hal itulah yang kemudian mempengaruhi ethnocentric belief dari konsumen di Indonesia serta mempengaruhi cara dari konsumen dalam mengevaluasi produk.

Image dari country of origin hanya terkait pada image dari suatu produk, dan tidak terkait pada image dari keseluruhan sebuah negara (Roth & Diamantopoulos, 2009; dalam Javed & Mukhtiyar, 2013). Image yang dihasilkan dari country of origin merupakan salah satu kriteria evaluasi yang penting bagi konsumen. Baik persepsi favorable maupun unfavorable suatu negara yang berkaitan dengan suatu produk membawa pada hasil evaluasi favorable ataupun unfavorable atas produk yang berasal dari negara tersebut (Gurhan-Canli dan Maheswaran, 2000; Hong dan Wyer, 1989, 1990; Maheswaran, 1994; dalam Putri, 2008).

Country of origin ditangkap sebagai sebuah fenomena. Fenomena ini didefinisikan sebagai bentuk persepsi konsumen terhadap keseluruhan produk dari suatu negara. Bentuk persepsi tersebut didasari oleh persepsi mereka sebelumnya mengenai negara penghasil produk serta kelebihan dan kekurangan pemasaran produk dari negara tersebut (Kotabe & Helsen, 2011). Efek country of origin memiliki komponen kinerja (performance component) dan komponen emosi

(12)

(emotional component) yang kemudian digunakan oleh manufaktur sebagai salah satu alat untuk memposisikan produk mereka di pasar agar dapat menarik hati para konsumen.

Dengan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, rumusan masalah dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan mengenai besarnya tingkat consumer ethnocentrism dari penggemar Korean wave, serta pengaruh dari consumer ethnocentrism terhadap perceived quality, perceived price dan purchase intention; pengaruh dari perceived quality terhadap perceived value dan purchase intention; pengaruh dari perceived price terhadap perceived value dan purchase intention; serta pengaruh dari perceived value terhadap purchase intention atas produk makanan dari Korea. Tentu saja hal ini dilihat dari sudut pandang fans dari Korean wave yang merupakan konsumen di Indonesia.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan sebelumnya mengenai consumer ethnocentrism dan country-of-origin serta fenomena Korean wave, muncul beberapa pertanyaan penelitian:

1) Seberapa tinggi tingkat consumer ethnocentrism pada konsumen Indonesia yang merupakan fans Korean wave;

2) Adakah pengaruh positif dari tingkat consumer ethnocentrism konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived quality pada produk makanan Korea;

(13)

13 3) Adakah pengaruh positif dari tingkat consumer ethnocentrism konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived price pada produk makanan Korea;

4) Adakah pengaruh positif dari tingkat consumer ethnocentrism konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea;

5) Adakah pengaruh positif dari perceived quality konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived value pada produk makanan Korea;

6) Adakah pengaruh positif dari perceived quality konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea;

7) Adakah pengaruh positif dari perceived price konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived value pada produk makanan Korea; 8) Adakah pengaruh positif dari perceived price konsumen Indonesia sebagai

fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea;

9) Adakah pengaruh positif dari perceived value konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea?

(14)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan dalam pertanyaan penelitian mengenai consumer ethnocentrism dan country-of-origin serta fenomena Korean wave, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengukur tingkat consumer ethnocentrism konsumen Indonesia yang merupakan fans Korean wave;

2) Untuk mempelajari pengaruh positif dari consumer ethnocentrism konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived quality pada produk makanan Korea;

3) Untuk mempelajari pengaruh positif dari consumer ethnocentrism konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived price pada produk makanan Korea;

4) Untuk mempelajari pengaruh positif dari consumer ethnocentrism konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea;

5) Untuk mempelajari pengaruh positif dari perceived quality konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived value pada produk makanan Korea;

6) Untuk mempelajari pengaruh positif dari perceived quality konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea;

(15)

15 7) Untuk mempelajari pengaruh positif dari perceived price konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap perceived value pada produk makanan Korea;

8) Untuk mempelajari pengaruh positif dari perceived price konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea;

9) Untuk mempelajari pengaruh positif dari perceived value konsumen Indonesia sebagai fans Korean wave, terhadap purchase intention pada produk makanan Korea.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan baik teori maupun praktek, untuk menambah kepustakaan serta menjadi bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalami penelitian lain yang sejenis, khususnya ilmu pemasaran. 1.5.2 Manfaat Penelitian bagi Pemasar atau Praktisi

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai panduan atau rekomendasi bagi praktisi pemasaran dalam memahami karakter atau tingkat ethnocentrism konsumen Indonesia. Panduan atau rekomendasi ini yang kemudian akan membantu dalam menetapkan strategi pemasaran, agar dapat membangun persepsi positif konsumen terhadap kualitas

(16)

produk, harga produk dan nilai nilai produk. Selain itu, dapat pula mempelajari niat beli dari konsumen terhadap suatu produk.

1.5.3 Manfaat Penelitian bagi Pihak Akademis

Penelitian ini akan bermanfaat untuk membuka maupun memperkaya wawasan dan pengetahuan dalam dunia ilmu pemasaran, terutama yang berkaitan dengan consumer ethnocentrism. Selain itu dapat menjadi bahan perbandingan ataupun referensi tambahan bagi penelitian yang akan datang.

1.5.4 Manfaat Penelitian bagi Masyarakat

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta wawasan masyarakat luas tentang persepsi dari fans Korean wave di Indonesia mengenai produk makanan Korea. Selain itu dapat pula mengetahui niat beli produk makanan Korea.

1.6 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, akan menyajikan bagaimana consumer ethnocentric dari konsumen Indonesia atas produk makanan Korea. Dengan pertimbangan data yang lebih spesifik, maka penelitian ini akan memfokuskan pembahasan mengenai consumer ethnocentric konsumen Indonesia sebagai fans dari Korean wave di Indonesia.

(17)

17 1.7 Sistematika Penulisan

Peneliti membagi menjadi lima bagian (BAB) dalam penulisan penelitian ini, diantaranya adalah:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisikan berbagai hal-hal yang mendasar mengenai penelitian, seperti yang dipaparkan dalam sub bab latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan hasil dari tinjauan kepustakaan atau riset data sekunder berupa serangkaian teori yang relevan untuk digunakan sebagai landasan penelitian.

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memberikan gambaran mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, yang mencakup rancangan penelitian, metode pengumpulan data, ukuran dan metode pengambilan sampel, variabel penelitian, desain dan sistematika kuesioner serta metode analisis data. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memberikan gambaran mengenai pengolahan dan analisis daya yang berhasil dikumpulkan, sehingga diperoleh hasil penelitian sebagai jawaban atas tujuan penelitian. Selain itu, bab ini juga akan membahas keterkaitan antara konsep dan teori dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

(18)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang mengacu pada implikasi manajerial yang berhubungan dengan hasil penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Gambar

Tabel 1.1. Impor Kelompok Hasil Industri Makanan dan Minuman   dari Korea ke Indonesia
Gambar 1.1 Impor Hasil Industri Makanan dan Minuman dari Korea ke  Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Kekuatan dari JDIHN terletak pada kemampuan Unit Dokumentasi Hukum yang ada di semua instansi Pemerintah sebagai Anggota JDIHN untuk mengorganisasikan informasi hukum yang

Penurunan yang terjadi pada sewa pembiayaan dan aset tak berwujud di tahun 2010 dan 2011 tidak berpengaruh negatif terhadap total aset dengan bukti bahwa total

Mungkin sebagian dari saudara baru untuk pertama kali mendengar berita Injil, mengatakan, "Ya, saya inginkan hal ini di dalam hidup saya." Ketika unsur ini berlalu hanya

Nilai transaksi kliring di Provinsi Sumatera Utara yang meliputi wilayah kerja KBI Medan, KBI Pematang Siantar dan KBI Sibolga pada triwulan III 2009 tercatat sebesar

Para Informan melakukan perilaku menyimpang karena mereka juga memiliki pemikiran bahwa wajar jika hal tersebut dilakukan di tempat Dugem, namun perilaku menyimpang tersebut juga

Pertumbuhan kinerja IHSG dan kapitalisasi pasar yang menggembirakan tidak diikuti dengan jumlah yang signifikan dari investor dalam negeri.. Investor dalam negeri

sekolah untuk lebih memperhatikan motivasi kerja karyawannya khususnya guru honorer dengan melihat organizational commitment; (b) Pada guru honorer diharapkan mampu memiliki

Untuk mencapai 20 juta wisatawan pada tahun 2019, pemerintah setidaknya dapat mengontrol melalui perkembangan permintaan pariwisata dari negara-negara tersebut terutama