Neropinefrin Dopamin
5-Hidroksitriptamin (5-HT, Serotonin) Asetilkolin
Asam gamma-amino butirat (GABA) Asam Amino Eksitasi (EAA)
Opioid
Bersifat depressan Bersifat stimulansi
1. SEDATIF
Obat yang dapat menimbulkan depresi ringan, tapi pasien masih sadar, pasien menjadi lebih tenang (mengurangi rasa cemas).
2. HIPNOTIKA
Obat yang dapat menyebabkan tidur, tapi masih dapat di bangunkan dengan sentuhan atau suara-suara.
3. ANALGESIK
Obat yang dapat mengurangi/menghilangkan rasa sakit.
4. NARKOTIKA
Obat yang dapat menyebabkan tidur yang dalam.
5. ANASTETIKA
Obat yang dapat menghilangkan rasa.
Anastetik lokal: untuk menghilangkan rasa
pada daerah tertentu tanpa hilang kesadaran.
Anastetik umum: untuk menghilangkan rasa
Obat-obat yang bekerja pada SSP A. Stimulasi sistem saraf pusat
Spinal: Strychnin, Brucin.
Medulla: Nikethamide,Leptazol, Doxapram. Cortical: -Cocain, Amphetamin (amphetamin
dexamphetamin, ephedrina). -Xantin (caffein, theophylin) B. Obat yang Depressi SSP non selektif
Sedatif: Bromide, Barbiturat, Chlorhidrat
xylazin.
-Sedatif-Analgesik: Morphin.
Hipnotik: short akting barbiturat (thiopenton,
Anastesi umum:
- Gas : Nitros Oxide, Cyclopropan.
- Larutan Volatil: Halotan, Eter, Ehfluran Chloroform
methokxyflurance.
- Padat: a. Larut air Barbiturat (pentobarbiton)
b. Tidak larut air: Alphaxolone. C. Depresi SSP selektif parsial
Tranguilizer: mayor (reuroleptik)
-derivat phenotiazim (khlorpromazin, acepromazin)
-derivat Butyrophenone (Azapheron, Droperidol, Fluanizol), reserpin.
Relaksasi Muskulis Central: Eter.
Anti Konvulsi: Phenobarbiton, Phenitoin. Analgesik
- Narkotika sedatife-Analgetik: morphin,
heroin, codein, etorphin, pithidin, fentanil, pentazocine.
- Antiperetik-Analgesik: Asetilsalisilik asid, Phenacetin, Parasetamol.
Analgesik Narkotik
- Morphine: Alkaloid dari opium dapat
menimbulkan Analgesik sedasi, hipnosis. - Meperidin (demerol): sedasi ringan,
kemampuan lebih menurun dari
morphin, dapat menimbulkan depresi respirasi.
- Metadon (Dolophin): menurun kandungan O2 dan meningkatnya CO2 dalam darah
menyebabkan Bradikardi (kecuali bila di beri besama atropin)
Analgesik non Narkotik: Pentazocine
- tidak memengaruhi sistem respirasi tapi cardiovaskular, hepar, dan ren.
Golongan Barbiturat yang mampu menghasilkan induksi dengan cepat: - Thiopental
- Thiamylal
Premedikasi: obat yang di berikan sebelum pemberian anastetik (±1jam sebelum
anastetik).
Manfaat Premedikasi:
1. Hewan menjadi lebih tenang. 2. Mengurasi posis Anastesi.
3. Mengurangi efek-efek otonomik yang tidak
diinginkan (Bradikardi, Saliva yg berlebihan).
4. Mengurangi efek samping (nusea,vomit). 5. Mengurangi rasa sakit.
-Kegagalan Anastesi : depresi respirasi. -Obat premedikasi yang bersifat sinergis dengan anastesi: Thiopentone, Halotane. Obat-obat Premedikasi: 1. Anticholinergik 2. Analgesik 3. Barbiturat 4. Neuroleptanalgesik 5. Tranguilizer
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan pada tindakan anastesi:
1. Nama obat (kandungan obat) 2. Indikasi
3. Sifat-sifat obat
4. Efek samping obat
5. Mekanisme kerja obat 6. Cara pemberian
7. Kondisi umum hewan 8. Sp dan umur hewan 9. Tujuan anastesi
Anastesi lokal:
- Pemakaian pada permukaan, spray, salap, tetes.
- Anastesis regional: spinal blok Epidural, dan spinal blok Intratechal.
- Lidokain, Tetrakain, Prokain.
Anastesi umum:
- Inhalasi
- Perentral (perinjektion), barbiturat long
acting (phenobarbiturat), barbiturat medium acting (butabarbitural), barbiturat short
acting (phentobarbiturat), barbiturat ultra short acting (thiopentar).
Tahap-tahap Anastesi:
Stadium I: Stadium Induksi
- kesadaran mulai hilang - respirasi masih teratur
- pengeluaran feses dan urine
Stadium II: Stadium Eksitasi
- kesadaran mulai hilang - respirasi lebih dalam
- gerakan-gerakan extremitas sekali-sekali yang tidak terkendali
Stadium III: Stadium Anastesi
-Tahap I: respirasi mulai teratur, reflek cahaya positif, reflek palpebra, conyungtiva, kornea hilang, tonus muskulus menurun.
-Tahap II: respirasi teratur (Abdominal Thoracal), frekuensi respirasi
meningkat, pupil midriasis, reflek cahaya menurun, reflek kornea negatif (-).
-Tahap III: respirasi teratur tipe abdominal (karena terjadi kelumpuhan saraf intercostae), dilatasi pupil, tonus muskulus semakin menurun.
-Tahap IV: respirasi tidak teratur, pupil midriasis, tonus muskulus
menurun, reflek spinter ani dan kelenjar air mata negatif (-).
Stadium IV: Overdosis
- respirasi Abdominal dan Paralisa - tekanan darah menurun
- dilatasi pupil
Barbiturat tergolong sebagai obat: - Hipnotik: obat-obat yang dapat
menyebabkan tidur, tapi masih bisa di bangunkan dengan
sentuhan atau suara.
- Sedative: obat yang dapat menimbulkan depresi ringan tapi pasien masih sadar dan tenang. Obat-obat
sedative ini jika ditingkatkan dosisnya maka akan bersifat sebagai hipnotik.
Klasifikasi Barbiturat Berdasarkan Lama Masa Kerja
MASA KERJA NAMA GENERIK NAMA DAGANG
LONG AGE FENOBARBITAL LUMINAL BARBITAL SODIUM VERONAL MEDIUM AGE BUTOBARBITAL BUTISAL
PENTOBARBITAL NEMBUTAL SHORT AGE THIOPENTAL PENTOTAL
THIAMITAL SURITAL THIALBARBITAL KEMITAL ULTRA SHORT AGE THIOPENTAL PENTHOTAL
Long Age: mulai bekerja setelah 1 jam atau
lebih dan berlangsung selama 6-10 jam. Digunakan pada penyakit epilepsy.
Medium Age: mulai bekerja setelah 30 menit
dan berlangsung selama 5-6 jam. Digunakan untuk insomnia.
Short Age: mulai bekerja setelah 15 menit
dan berlangsung selama 2-3 jam. Digunakan sebagai obat tidur dan pada pembedahan.
Indikasi Lain:
- Kejang - Tetanus - Eklamsia
- Status epilepsi
- Perdarahan serebral dan keracunan konvulsal
Obat yang sering di gunakan:
-Tiopental: digunakan untuk induksi pada anastesi umum, operasi yang singkat, sedasi pada analgesik regional, mengatasi kejang-kejang.
- Fenobarbital: untuk menghilangkan ansietas, sebagai antikonvulasi (pada epilepsy), untuk sedatif dan hipnotik.
Posologi
Dosis barbiturat harus disesuaikan dgn kebutuhan pasien.
Tabel Nama obat, Bentuk Persediaan, dan Dosis Hipnotik Sedatif
Keterangan: K:kapsul, E:eliksir, I:injeksi, L:larutan, P:bubuk, S:supositoria, T:tablet
NAMA OBAT BENTUK PERSEDIAAN DOSIS DEWASA (MG) SEDATIF HIPNOTIK AMOBARBITAL K,T,I,P 30-50 2-3xd 65-200 APROBARBITAL E 40 3xd 40-160 BUTABARBITAL K,T,E 15-30 3-4xd 50-100 PENTOBARBITAL K,E,I,S 20 3-4xd 100 SEKOBARBITAL K,T,I 30-50 3-4xd 50-200 FENOBARBITAL K,T,E,I 15-40 2-3xd 100-320
Farmakokinetik Barbiturat
secara oral:
- Diabsorbsi sempurna melalui lambung dan usus - Di distribusi melalui pembuluh darah
- Barbiturat dan metabolit aktifnya terikat protein plasma
- Dapat melewati sawar plasenta - Metabolisme di hepar
- Diekskresi melalui ginjal
Farmakodinamik Barbiturat
b. Pada alat pernafasan: depresi nafas dan pengurangan frekuensi nafas.
c. Pada sistem kardiovaskular: tekanan darah turun, vasodilatasi perifer.
d. Pada saluran cerna: menurunkan tonus otot usus dan kontraksinya, menghilangkan gejala muntah dan diare.
e. Pada hati: menaikan kadar enzim, protein dan lemak, menaikkan kecepatan metabolisme.
Mekanisme Kerja
Potensi inhibisi neuron dengan GABA sebagai mediator.
GABA + barbiturat Pembukaan kanal
Cl- Menekan respon pasca synaps Cl- Sel sukar tereksitasi Efek Samping - Hangover - Eksitasi Paradoksal - Rasa nyeri - Alergi
Penggunaan Barbiturat sekarang sudah sangat menurun karen telah banyak digantikan dengan benzodiazepine yang lebih aman, pengecualian fenobarbital, yang memiliki anti konvulsi yang masih banyak di gunakan.
Barbiturat tidak boleh di berikan pada
penyakit alergi barbiturat, penyakit hati/ginjal, hipoksia, penyakit Parkinson Barbiturat juga tidak boleh diberikan pada penderita psineurotik,
karena dapat menambah kebingungan.
Barbiturat sesekali menimbulkan malgia, neuralgia, artalgia, terutama pada penderita
psikoneurotik yang menderita insomnia. Vertigo, mual,atau diare Reaksi alergi terutama terjadi pada individu alergik, terutama dermatosis.
Benzodiazepine: setiap golongan tranquilizer
minor yang mempunyai struktur molekuler umum dan aktivitas farmakologik serupa.
Penggolongan benzodiazepine berdasarkan
kecepatan metabolismenya:
- Long Acting: diazepam, nitrazepam, flurazepam. - Short Acting: lorazepam, lormetazepan, zopiclon,
temazepan, laprozolam.
Antagonis benzodiazepine Flumazenil
- berkhasiat meniadakan efek sentral. - dengan jalan mendesaknya secara bersaingan dan reseptornya di otak.
- mengantagonis daya kerja dan obat-obat
yang menstimulasi transmisi impuls GABA via reseptor benzodiazepine, misalnya zopiclon.
Flumazenil antara lain digunakan pada
intoksikasi oleh benzodiazepine dan untuk mempersingkat efek benzodiazepine setelah pembedahan selesai.
Benzodiazepine digunakan sebagai: 1. Khasiat anksiolitik
2. Sedative hipnotik 3. Antikonvulsif
4. Daya relaksasi otot 5. Tranquilizer
6. Spasmolitikum 7. Premedikasi
Efek samping yang sering terjadi: 1. Rasa kantuk 2. Ataxia 3. Letih lesu 4. Reaksi psikis 5. Hangover 6. Amnesia anterogade 7. Gejala paradoksal 8. Ketergantungan
Pilihan hipnootikum: estazolam, triazolam,
temazopam.
Penghentian pengobatan: jangan dihentikan
secara mendadak setelah penggunaan lama, melaikan dengan mengurangi dosis sedikt demi sedikit selama 1-2 minggu.
Kontra-indikasi: benzodiazepine tidak boleh
di berikan pada penderita myasthenia gravis dan penyakit pernafasan.
Farmakokinetik: resorpsinya berlangsung baik
80-90% dan cepat, sedangkan kadar
maksimum dalam plasma tercapai dalam 0,5-2 jam, kecuali klorozepat.
Farmakodinamik: pengingkatan dosis
benzodiazepine menyebabkan depresi SSP yang meningkat dari sedasi ke hipnosis